BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(T.8) SEBARAN ATIMTOTIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB 4 SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN

II. LANDASAN TEORI. 2. P bersifat aditif tak hingga, yaitu jika dengan. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II LANDASAN TEORI. 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang. 2.2 Peubah Acak dan Fungsi Sebaran

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ABSTRACT JOKO DWI SURAWU. Keywords:

BAB IV SIMULASI PEMBANDINGAN PERILAKU PENDUGA FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK DENGAN BANDWIDTH OPTIMAL DAN BANDWIDTH OPTIMAL ASIMTOTIK

KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR TITA ROBIAH AL ADAWIYAH

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

SIFAT-SIFAT STATISTIKA TIKA ORDE-2 FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR DAN MODIFIKASINYA NENENG MILA MARLIANA

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

KAJIAN BANDWIDTH OPTIMAL PADA PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK SURASNO

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

PENDUGAAN KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS BERBENTUK FUNGSI PERIODIK KALI TREN FUNGSI PANGKAT PROSES POISSON NON-HOMOGEN WINDIANI ERLIANA

SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA FUNGSI NILAI HARAPAN PADA PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT INTAN FITRIA SARI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN N PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LAMPIRAN. Kajadian adalah suatu himpunan bagian dari ruang contoh Ω. (Grimmett dan Stirzaker, 2001) Definisi A.3 (Medan-σ)

pada Definisi 2.28 ada dan nilainya sama dengan ( ) ( ) Untuk memperoleh hasil di atas, ruas kiri persamaan (25) ditulis sebagai berikut ( )

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR. Oleh: LIA NURLIANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengkaji penelitian Karakteristik Penduga Parameter Distribusi Log

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS BERBENTUK EKSPONENSIAL DARI FUNGSI PERIODIK DITAMBAH TREN LINEAR PADA PROSES POISSON NON-HOMOGEN SALMUN K.

Sistem Bilangan Riil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Bilangan Ri l

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi 15 (Kejadian) Kejadian adalah suatu himpunan bagian dari Nang contoh a. (Grimmett dan Stirzaker 2001)

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK

Sistem Bilangan Riil

PENDUGAAN FUNGSI NILAI HARAPAN PADA PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR BONNO ANDRI WIBOWO

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

LIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini:

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

TINJAUAN PUSTAKA. Generalized Eksponensial Menggunakan Metode Generalized Momen digunakan. merupakan penjabaran definisi dan teorema yang digunakan:

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

MINGGU KE-9 MACAM-MACAM KONVERGENSI

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

PENDUGAAN KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS BERBENTUK FUNGSI PERIODIK KALI TREN LINEAR SUATU PROSES POISSON NON-HOMOGEN WENTI ISMAYULIA

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada

KONSISTENSI ESTIMATOR

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Asimtot.wordpress.com FUNGSI TRANSENDEN

Deret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14

PERTIDAKSAMAAN

Sifat 1 Untuksebarang bilangan rasional a tak nol dan sebarang bilangan bulat m dan n, berlaku a m. a m = a m + n

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

16. Analisis Multi Resolusi

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

9 BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi diasumsikan terintegralkan lokal dan terdiri dari dua komponen, yaitu suatu komponen periodik (siklik) dengan periode (diketahui) dan suatu komponen tren yang berupa fungsi pangkat. Dengan kata lain sebarang titik, fungsi intensitas dapat dituliskan sebagai berikut : dengan adalah fungsi periodik dengan periode, menyatakan kemiringan tren dimana dan (diketahui) merupakan bilangan nyata sebarang dimana. Kita tidak mengasumsikan suatu bentuk parametrik dari kecuali bahwa adalah fungsi periodik, sehingga semua titik dan seluruh, dengan adalah himpunan bilangan bulat, dapat dituliskan sebagai berikut 3.1 Pendugaan Fungsi Intensitas Lokal dari Proses Poisson dengan Tren Fungsi Pangkat Berdasarkan Rachmawati (2010), misalkan suatu, hanya terdapat sebuah realisasi dari proses Poisson yang terdefinisi pada suatu ruang peluang dengan fungsi intensitas seperti pada yang diamati pada interval terbatas. Karena adalah fungsi periodik dengan periode, maka masalah menduga pada titik dengan dapat direduksi menjadi masalah menduga pada titik dengan.

10 Diasumsikan fungsi intensitas global bagi merupakan nilai rata-rata dari pada yaitu. yaitu Misalkan adalah barisan bilangan nyata positif yang konvergen ke nol, dan misalkan pula adalah suatu fungsi bernilai real, disebut kernel, jika memenuhi sifat-sifat berikut : (K.1) merupakan fungsi kepekatan peluang. (K.2) terbatas. (K.3) memiliki daerah definisi pada. 3.1.1 Pendugaan Berdasarkan modifikasi penduga pada Rachmawati (2010), diperoleh penduga seperti berikut :. Untuk mendapatkan penduga, cukup diperlihatkan bahwa Karena memenuhi, maka ruas kanan persamaan di atas dapat ditulis Perhatikan suku pertama, dengan menggunakan asumsi adalah fungsi intensitas global dari maka. Sedangkan suku kedua dari

11 adalah dengan padanan stokastiknya yaitu. Langkah berikutnya, mengganti maka diperoleh Jika kedua ruas dikalikan dengan diperoleh sehingga Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika dan, sehingga. Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai maka diperoleh penduga dari, yaitu seperti pada. Lema 3.1 Misalkan fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, maka, dengan Dengan kata lain, merupakan penduga yang konsisten bagi, dengan Mean Square Error-nya adalah. Bukti : Berdasarkan dapat dihitung sebagai berikut :

12. Ruas kanan adalah Karena fungsi intensitas seperti, maka Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika dan. Sehingga. Persamaan diatas dapat dituliskan sebagai Dengan mensubstitusikan ke, diperoleh seperti pada. Ragam dari diperoleh dengan cara serupa, yaitu : Karena adalah proses Poisson, maka sehingga persamaan di atas dapat ditulis

13 Karena fungsi intensitas seperti, maka Perhatikan bahwa konvergen ke 0 jika, dan. Sehingga Dengan mensubstitusikan pada, maka diperoleh seperti pada. Didefinisikan berikut : dimana. Berikutnya, substitusikan dan pada, maka diperoleh Langkah selanjutnya, dengan menjumlahkan dan menyederhanakan hasil pada maka diperoleh seperti pada. Telah dibuktikan dan, sehingga Lema 3.1 terbukti. Teorema 3.1 (Kekonsistenan ) Penduga merupakan penduga konsisten bagi, yaitu

14. Bukti : Untuk membuktikan, berdasarkan definisi akan ditunjukkan bahwa. Berdasarkan ketaksamaan segitiga, diperoleh Berdasarkan Lema 3.1 diperoleh, berarti, ada sehingga Sehingga bahwa. Jadi membuktikan, digunakan ketaksamaan Chebychev, sehingga diperoleh Berdasarkan Lema 3.1, diperoleh sehingga diperoleh. Berdasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.1 terbukti. 3.1.2 Pendugaan Berdasarkan Farida (2008) dan Rachmawati (2010), diperoleh modifikasi penduga dari pada titik sebagai berikut : dengan,, adalah suatu kernel dan adalah barisan bilangan nyata positif yang konvergen menuju nol, yaitu, serta adalah penduga bagi seperti. Lema 3.2 Jika fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, serta kernel memenuhi kondisi (K.1), (K.2), (K.3) dan, maka

15, asalkan adalah titik Lebesgue dari. Jika kernel memenuhi kondisi (K.1), (K.2), (K.3), dan,, maka. Bukti : Berdasarkan, dapat dihitung sebagai berikut : Dari dapat dimisalkan maka dapat dinyatakan sebagai Suku pertama pada ruas kanan diperoleh sebagai berikut (Lihat Farida 2008 & Rachmawati 2010). Selanjutnya, suku kedua dari ruas kanan adalah

16 Dengan menggunakan pada persamaan di atas, maka diperoleh. Dengan mensubstitusikan dan pada, maka diperoleh persamaan seperti. Ragam dari diperoleh dengan menggunakan sehingga menjadi Dengan memisalkan seperti maka persamaan di atas dapat ditulis

17 kanan (Lihat Farida 2008 & Rachmawati 2010). Nilai suku kedua dari ruas dapat ditentukan sebagai berikut Dengan menggunakan pada persamaan di atas, maka diperoleh. Dari dan, dengan menggunakan ketaksamaan Chauchy Schwarz, dapat diperoleh suku ketiga ruas kanan persamaan yaitu

18. Karena dan maka sehingga persamaan di atas dapat dituliskan menjadi. Kemudian, dengan mensubstitusikan hasil dan pada maka diperoleh seperti pada. Teorema 3.2 (Kekonsistenan ) Jika fungsi intensitas seperti dan terintegralkan lokal, serta kernel memenuhi kondisi (K.1), (K.2), (K.3), dan maka, asalkan adalah titik Lebesgue dari. Bukti : Untuk setiap berlaku jika. Menggunakan ketaksamaan segitiga, ruas kiri persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : Berdasarkan, diperoleh kemudian setiap, ada sehingga Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh bahwa

19 dengan menggunakan ketaksamaan Chebychev pada persamaan di atas, diperoleh Menggunakan hasil pada, maka dapat dituliskan sebagai berikut. Melihat hubungan antara persamaan di atas dan, maka terbukti bahwa jika. Berdasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.2 terbukti. 3.2 Pendugaan Fungsi Intensitas Global dari Proses Poisson dengan Tren Fungsi Pangkat Fungsi intensitas global merupakan rata-rata laju dari proses Poisson pada interval dengan panjang menuju tak hingga. Pendekatan yang digunakan pada pendugaan fungsi intensitas global dari suatu proses Poisson adalah dengan menaksir nilai rata-rata dari banyaknya kejadian dalam interval. Secara matematis, penduga bagi fungsi intensitas global pada dapat dinyatakan dengan. Memodifikasi hasil pada Yuliawati (2008), kita asumsikan bahwa periode diketahui, tetapi fungsi pada tidak ketahui, didefinisikan penduga sebagai berikut dengan adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan, yaitu dan seperti. Teorema 3.3 (Kekonsistenan ) Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka,

20 Bukti : Teorema 3.3 akan dibuktikan setelah bukti Teorema 3.4 dan Teorema 3.5. Teorema 3.4 (Pendekatan Asimtotik Bias dari ) Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka. Bukti : Pertama, akan dibuktikan sebagai nilai harapan dari yaitu Perhatikan, suku pertama pada ruas kanan, yaitu dengan perubahan batas integral, maka persamaan diatas menjadi Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka persamaan di atas dituliskan sebagai berikut

21 Berdasarkan, suku pertama ruas kanan menjadi Diketahui bahwa jika (Lihat Titchmarsh 1960). diperoleh Langkah selanjutnya, dengan mensubstitusikan pada, maka jika Kemudian perhatikan suku kedua pada ruas kanan berikut

22 Perhatikan salah satu komponen berikut, jika Dengan mensubstitusikan pada, diperoleh jika

23 Selanjutnya, dengan menggabungkan dan, maka diperoleh ruas kanan pada seperti berikut : jika Berikutnya, perhatikan suku kedua ruas kanan yaitu Dengan menggunakan maka kuantitas di atas menjadi. Selanjutnya, dengan mensubstitusikan hasil yang diperoleh dari dan ke, maka diperoleh seperti pada. Bedasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.4 terbukti. Teorema 3.5 (Pendekatan Asimtotik Ragam dari ) Jika fungsi intensitas memenuhi dan terintegralkan lokal, maka dan

24 jika Bukti : Akan dibuktikan dan. Catatan, setiap dimana j,k = 1,2,, maka dan tidak saling tumpang tindih (tidak overlap). Sehingga dan adalah bebas,. Telah didefinisikan penduga bagi yaitu pada sehingga dapat dihitung sebagai dengan memisalkan Perhatikan suku pertama ruas kanan dari Berdasarkan kuantitas yang diperlukan, dapat dibedakan dalam tiga kasus, yaitu dan. Untuk kasus diperoleh jika. Untuk kasus diperoleh jika.

25 Untuk kasus diperoleh jika. (Lihat Yuliawati, 2008). Berikutnya suku kedua ruas kanan sehingga dapat diperoleh sebagai berikut Langkah berikutnya, dengan mensubstitusikan atas, diperoleh persamaan berikut pada persamaan di. Selanjutnya, dengan menggunakan ketaksamaan Chaucy Schwarz pada suku ketiga ruas kanan diperoleh sebagai berikut Berdasarkan kuantitas yang diperlukan, ekspresi di atas dapat dibedakan dalam tiga kasus, yaitu dan. Untuk kasus dan sehingga

26 Dengan kata lain, diperoleh, sehingga,. Dengan kata lain, diperoleh, sehingga,. Berdasarkan hasil yang tunjukkan pada langkah-langkah sebelumnya, diperoleh,. Dengan cara yang sama dilakukan kedua kasus berikutnya, yaitu kasus dan kasus. Diperoleh dan,, akibatnya dan, sehingga,. Dengan menggabungkan hasil yang diperoleh dari langkah-langkah di atas ke sehingga diperoleh yang dibedakan menjadi tiga kasus berikut, yaitu Untuk kasus. Dengan kata lain diperoleh seperti pada. Untuk kasus

27. Dengan kata lain diperoleh seperti pada. Untuk kasus. Dengan kata lain diperoleh seperti pada. Berdasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.5 terbukti. Bukti Teorema 3.3 : Berdasarkan diperoleh atau dapat ditulis sebagai jika Sedangkan dari dan diperoleh atau dapat ditulis juga sebagai jika Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa adalah penduga konsisten bagi, yaitu bahwa setiap berlaku jika. Ruas kiri persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut

28 Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga, maka menjadi Berdasarkan, ada sehingga setiap. Dengan mensubstitusikan ke, diperoleh Kemudian dengan melihat hubungan antara dan diperoleh Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pertaksamaan di atas, dengan menggunakan pertaksamaan Chebyshev, diperoleh Perhatikan, dengan menggunakan pada dapat ditunjukkan hubungan bahwa jika. Berdasarkan langkah-langkah di atas, Teorema 3.3 terbukti.