Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13 Rahmawai Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA ABSTRAK: Peneliian ini berujuan unuk mengeahui Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII di SMPN 5 Lingsar Tahun Pelajaran 1/13. Jenis peneliian yang digunakan adalah peneliian eksperimen. Populasi dalam peneliian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 5 Lingsar. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 1 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII B yang berjumlah 3 orang sebagai kelas konrol yang diambil dengan eknik random sampling. Daa dalam peneliian ini diambil dengan memberikan es awal dan es akhir kepada siswa kelas sampel. Teknik pengumpulan daa dengan menggunakan es objekif yang elah diuji validias, reliabilias, daya pembeda, dan indeks kesukarannya. Berdasarkan hasil analisis daa diperoleh nilai raa-raa es awal kelas eksperimen sebesar 34 dan kelas konrol sebesar 39. Hasil es akhir menunjukkan raa-raa kelas eksperimen sebesar 75 dan kelas konrol sebesar 68. Daa es akhir siswa kelas sampel dianalisis menggunakan uji-. Berdasarkan hasil analisis daa menggunakan uji- diperoleh hiung sebesar 119,61 dan abel,16. Didapakan hiung lebih besar dari abel pada araf kesalahan 5% dan db sebesar 4 maka dapa disimpulkan bahwa erdapa pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Problem Solving erhadap hasil belajar fisika siswa Kelas VIII di SMPN 5 Lingsar Tahun Pelajaran 1/13. Kaa Kunci : model pembelajaran Problem Solving, hasil belajar fisika siswa 1. PENDAHULUAN Sraegi pendidikan aau permasalahan pembelajaran di indonesia erus bergulir dan belum erpecahkan, meskipun berbagai solusi erus dilakukan. Adapun sraegi ersebu, anara lain enang kualias, relevansi, pemeraaan, dan manajemen. Pemerinah dalam rangka peningkaan muu pembelajaran mencoba menggulirkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 5 yang di dalamnya, di anaranya menyaakan, unuk menjamin perluasan dan pemeraaan akses, peningkaan muu dan relevansi sera aa cara pemerinahan yang baik dan akunabilias pendidikan yang mampu menghadapi anangan sesuai dengan unuan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkaan muu guru dan dosen secara erencana, erarah, dan berkesinambungan (Hanafiah, Suhana, 1). Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan ugas negara yang ama pening. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyaraka dan dunia, enu menyaakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan anpa kunci iu usaha mereka akan gagal (Budiningsih, 1). Sisem pendidikan dari luar di negara berkembang, sering mengalami kesulian unuk berkembang. Cara dan sisem pendidikan yang ada sering menjadi sasaran kriik dan kecaman karena seluruh daya guna sisem pendidikan ersebu diragukan. Generasi muda banyak memberonak erhadap meodemeode dan sisem pendidikan yang ada. Bahaya yang dapa imbul dari keadaan ersebu bukan hanya benrokan-benrokan dan malapeaka, melainkan jusru bahaya yang lebih fundamenal yaiu lenyapnya sifasifa peri kemanusiaan. Sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi hancur. Pola pikir yang semula bersrukur menjadi kacau dan idak menenu. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana erjadinya belajar aau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa iu. Berdasarkan suau eori belajar diharapkan suau pembelajaran dapa lebih meningkakan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Pada umumnya, siswa akan erarik dengan pelajaran yang sesuai dengan mina mereka dan dianggap mudah. Mereka akan kurang erarik dengan pelajaran yang idak ada kaiannya dengan pengalaman, membosankan dan diajar dengan cara yang idak menyenangkan. Hal ini enu saja akan berpengaruh erhadap hasil belajar yang dicapai. Kenyaaan yang diemui di lapangan adalah masih banyak guru menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencaa. Alasan menggunakan pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh beberapa sumber informasi (guru) anara lain: erbenurnya oleh waku aap muka di kelas, kesulian unuk menyusun bahan pelajaran yang menggunakan pendekaan yang menarik, sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Alasan ersebu menjadikan guru lebih memilih meode ceramah daripada meode lain. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru maa pelajaran fisika kelas VIII SMP Negeri 5 3
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 Lingsar, banyak siswa memiliki ingka keakifan yang rendah. Hasil belajar siswa dapa diliha dari seiap kali guru menerangkan selama pembelajaran berlangsung. Siswa yang akif beranya sanga sediki, sedangkan siswa yang lainnya hanya diam sebagai pendengar dan mencaa. Hasil belajar siswa dapa diliha dari nilai ulangan Mid Semeser yang hanya memiliki nilai raa - Tabel 1.1 Tahun Pelajaran 1/13 raa 6. Sehingga hasil belajar siswa dikaakan rendah, idak sesuai dengan sandar ujuan pembelajaran. Berdasarkan krieria keunasan minimal (KKM), mencanumkan nilai raa - raa 7. Dibukikan dari hasil Mid Semeser ganjil, diperoleh daa bahwa hasil belajar fisika siswa sebagai beriku: Daa Nilai MID Fisika Siswa Kelas VIII A dan VIII B Semeser Ganjil SMP Negeri 5 Lingsar Tahun Kelas Jumlah siswa Jumlah siswa mencapai KKM Nilai Raa-Raa MID VIII 1/13 A 1 siswa 9 siswa 56, VIII B 3 siswa 8 siswa 57,4 Sumber : Arsip nilai guru SMPN 5 Lingsar Tahun Pelajaran 1/13 Berdasarkan daa nilai MID fisika siswa kelas VIII SMPN 5 Lingsar ahun pelajaran 1/13, secara umum dapa dikaakan hasil belajar fisika siswa ermasuk dalam kaegori idak memuaskan, baik akivias siswa maupun hasil belajarnya. Dapa diliha bahwa nilai raa-raa Mid Semeser ganjil dari semua kelas rendah. Sehingga yang perlu diperhaikan adalah bagaimana upaya guru unuk memperbaiki dan erus meningkakan kualias pembelajaran. Oleh karena iu, penelii menawarkan salah sau solusi unuk meningkakan kualias pembelajaran yaiu model pembelajaran Problem Solving (pemecahan masalah). Dimana meode pembelajaran ini dengan memiliki kelebihan dari pada model-model yang lain dianaranya (Ahmadi, Amri, Elisah) : 1. Melaih siswa unuk mendesain suau penemuan.. Berpikir dan berindak kreaif. 3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realisis. 4. Mengidenifikasi dan melakukan penyelidikan. 5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamaan. 6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa unuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan epa. 7. Dapa membua pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Salah sau solusi unuk meningkakan kualias pembelajaran, perlu adanya penyempurnaan proses belajar mengajar ermasuk dalam pembelajaran fisika. Salah saunya adalah melalui opimalisasi penerapan eori-eori pembelajaran dan berbagai model pembelajaran. Salah sau eori pembelajaran yang dapa dierapkan adalah eori pembelajaran Problem Solving. Menuru Budiningsih (1), pesera didik adalah manusia yang indenias insaninya sebagai subjek berkesadaran perlu dibela dan diegakkan lewa sisem dan model pendidikan yang bersifa bebas dan egalier. Hal iu hanya dapa dicapai lewa proses pendidikan bebas dan meode pembelajaran aksi diagonal. Karena iu, pesera didik harus diperlukan dengan ama hai-hai.. METODE PENELITIAN Tujuan peneliian ini adalah unuk mengeahui pengaruh model pembelajaran Problem Solving erhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Lingsar ahun pelajaran 1/13. Model pembelajaran Problem Solving adalah suau model pembelajaran yang melakukan pemusaan pada pengajaran dan keerampilan pemecahan masalah, yang diikui dengan penguaan keerampilan. Keika dihadapkan dengan suau peranyaan, siswa dapa melakukan keerampilan memecahkan masalah unuk memilih dan mengembangkan anggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal api berpikir, keerampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Sehingga unuk memecahkan masalah siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih sraegi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suau masalah. Adapun langkah-langkah pembelajaran problem solving yaiu sebagai beriku : a. Merumuskan masalah b. Menelaah masalah c. Merumuskan hipoesis d. Mengumpulkan daa e. Pembukian hipoesis f. Menenukan pilihan penyelesaian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian eksperimen. Peneliian eksperimen merupakan suau cara unuk mengeahui sebab akiba anara dua fakor yang sengaja diimbulkan oleh penelii dengan mengeliminasi aau mengurangi fakor-fakor lain. Jenis peneliian ini selalu dilakukan dengan maksud unuk meliha akiba dari suau perlakuan (Arikuno, 1). Daa yang diperoleh dalam peneliian ini adalah daa hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN 5 Lingsar. Insrumen yang digunakan dalam peneliian ini adalah es hasil belajar fisika siswa. Seelah perangka es disusun kemudian diuji cobakan unuk mendapa perangka es yang valid, reliabilias, sera mempunyai araf kesukaran dan daya pembeda soal yang baik. Kemudian es akan diuji cobakan berupa es pilihan ganda. Dalam peneliian digunakan rumus 4
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 korelasi produc momen unuk menguji validias soal dengan angka kasar (Arikuno, 1) sebagai beriku: r XY N XY X Y X X }{ NY { N Y r = koefisien korelasi anara variabel X dan variabel XY Y. N = banyak pesera es X = skor iap iem soal Y = skor oal seluruh iem soal Krieria: apabila r > r XY abel maka buir soal ersebu valid. Dengan araf signifikan 5% diperoleh dari jumah siswa keseluruhan. Reliabilias suau es dapa dikaakan mempunyai araf kepercayaan yang inggi jika es ersebu dapa memberikan hasil yang epa (Arikuno, 1). r 11 n S n 1 S pq r 11= reliabilias es secara keseluruhan p= proporsi subjek yang menjawab iem dengan benar q= proporsi subjek yang menjawab eem dengan salah (q = 1 p) pq = jumlah hasil perkalian anara p dan q n = banyaknya iem S = sandar deviasi dari es (sandar deviasi akar varians) Krieria: apabila r 11 > r abel maka buir soal ersebu reliabel Menuru Arikuno (1), daya beda soal merupakan kemampuan suau soal unuk membedakan anara siswa yang pandai (berkemampuan inggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Persamaan yang digunakan unuk menenukan daya beda soal (D) sebagai beriku : BA BB D PA PB J A J B Keerangan : J A = Banyaknya pesera kelompok aas J B = Banyaknya pesera kelompok bawah B A = Banyaknya pesera kelompok aas yang menjawab soal iu dengan benar B B = Banyaknya pesera kelompok bawah yang menjawab soal iu dengan benar P A = Proporsi pesera kelompok aas yang menjawab benar (inga, P sebagai indeks kesukaran) P B = Proporsi pesera kelompok bawah yang menjawab benar Tabel.1. Krieria daya pembeda soal Inerval D Krieria 4,,19 Jelek,,39 Cukup,4,69 Baik,7 1, Baik sekali - (negaif) Semua idak baik (dibuang) (Arikuno, 1) Soal yang baik adalah soal yang idak erlalu mudah aau idak erlalu sukar. Unuk mengeahui ingka kesukaran buir soal menggunakan rumus sebagai beriku (Arikuno, 1): B P JS P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa pesera es Tabel.. Krieria indeks kesukaran soal Inerval P Krieria,,3 Sukar,3,7 Sedang,7 1, Mudah (Arikuno, 1) Unuk menghiung raa-raa kelas pada masingmasing siklus digunakan rumus (Sugiyono, 1): Xi Me n Me = Mean (raa-raa) kelas Xi = Jumlah seluruh skor n = Jumlah individu Unuk menghiung keunasan belajar secara individu digunakan rumus: skor jawaban benar KI= x 1 skor maximal Nilai akhir diperoleh seelah dilakukan indakan kelas, kemudian dianalisis unuk mengeahui keunasan presasi belajar. Keunasan secara klasikal dihiung dengan menggunakan rumus X KK x1% Z KK = Keunasan Belajar Klasikal
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 x= Jumlah siswa yang memperoleh nilai 7 z = Jumlah siswa yang iku es 3. HASIL PENELITIAN Daa dalam peneliian ini berupa daa hasil belajar yang diunjukkan dengan nilai pree-es dan poses. Pengambilan daa unuk nilai pree-es dan pos-es menggunakan insrumen pengumpulan daa yang berupa es objekif sebanyak soal yang sudah dianalisis validias, reliabilias, daya beda, dan indeks kesukaran. Berdasarkan hasil perhiungan diperoleh χ hiung = 4,599 sedangkan χ abel pada araf signifikan 5% dengan dk = 4 diperoleh χ abel = 9,488 karena χ hiung < χ abel, maka hasil pos-es kelas eksperimen dinyaakan erdisribusi normal. Adapun grafiknya dapa diliha pada grafik 3.1 beriku ini. 1 1 Grafik 3.1 Grafik Normalias Kelas Eksperimen Sedangkan unuk kelas conrol, berdasarkan hasil perhiungan diperoleh χ hiung = 5,811 sedangkan χ abel pada araf signifikan 5% dengan dk = 4 diperoleh χ abel = 9,488 karena χ hiung < χ abel, maka hasil pre-es kelas konrol dinyaakan erdisribusi normal. Adapun grafiknya dapa diliha pada grafik 3. beriku ini. 8 6 4 8 6 4 Normalias Kelas Eksperimen 4 6 Normalias Kelas Konrol mengeahui ingka kemampuan siswa. Adapun hasil uji hipoesis dapa diliha pada abel 4.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Hasil Uji Nilai Pos-Tes hiung abel (araf kepercay aan 95%) 3,49,19 Ke hiung > abel Karena hiung > abel maka Ho diolak dan Ha dierima. Perhiungan uji hipoesis secara lengkap diunjukkan pada lampiran. Hal ini mengandung pengerian bahwa erdapa pengaruh pembelajaran Problem Solving erhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN 5 Lingsar ahun pelajaran 1/13. 4. PEMBAHASAN Jenis peneliian yang digunakan adalah peneliian eksperimen. Peneliian eksperimen ini menelii ada idaknya hubungan sebab akiba sera seberapa besar hubungan sebab akiba ersebu dengan cara memberi perlakuan erenu pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas konrol sebagai pembanding. Seelah menenukan kelas eksperimen dan konrol, maka pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan meode pembelajaran Problem Solving. Seelah diberikan perlakuan, maka siswa diberikan pos-es unuk mengeahui efekif aau idaknya perlakuan yang diberikan erhadap presasi siswa. Pada hasil peneliian menunjukkan adanya perbedaan perolehan nilai siswa pada kelas konrol dan kelas eksperimen. Diperoleh nilai raa-raa kelas eksperimen lebih inggi dibandingkan kelas konrol sera dari perhiungan daa secara saisik didapakan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Solving berpengaruh erhadap kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikui model pembelajaran Problem Solving lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan meode ceramah. Dengan kaa lain, model pembelajaran Problem Solving lebih efekif digunakan unuk meningkakan presasi belajar siswa dari pada meode ceramah. 4 6 Grafik 3. Grafik Normalias Kelas Konrol Seelah melakukan uji homogenias dan uji normalias (daa pos-es) selanjunya dilakukan uji hipoesis unuk 5
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 8 7 6 5 4 3 1 konrol eksperime n 6. SARAN Adapun saran-saran yang dapa diberikan yaiu: 1. Bagi guru fisika, model pembelajaran Problem Solving dapa digunakan sebagai alernaif proses belajar mengajar di kelas.. Penerapan model pembelajaran Problem Solving harus benar-benar diperhaikan beberapa hal, yaiu: 1) Alokasi waku diaur sebaik mungkin sehingga iap ahapan pembelajaran dapa berlangsung secara opimal; ) Karakerisik dari siswa; 3) Teknik penguasaan kelas. 3. Bagi penelii lain yang ingin menelii dengan model pembelajaran Problem Solving diharapkan dapa menerapkannya pada maeri yang berbeda. Grafik 4.3. Nilai Raa-Raa Pre-Tes dan Pos-Tes Hal ini erjadi karena adanya perbedaan pemberian perlakuan anara kelas eksperimen dengan kelas konrol. Pada kelas eksperimen siswa dilaih unuk bekerja sama dengan eman-eman unuk berdiskusi enang maeri yang dipelajarinya dengan cara mencari pasangan peranyaan dan jawaban yang mereka dapakan, selain iu juga siswa dilaih unuk menanggapi pendapa dari siswa yang lainnya, siswa juga diberikan kesempaan dan moivasi unuk selalu beranya jika mendapakan kesulian dalam belajar, sehingga para siswa mendapakan informasi lebih banyak, bukan hanya yang berasal dari guru saja. Sedangkan pada kelas konrol menggunakan meode ceramah dimana siswa hanya menerima pemaparan dari guru yang menerangkan didepan. Hal ini sesuai dengan eori yang mengaakan bahwa pembelajaran Problem Solving meningkakan kemampuan berpikir dan berindak kreaif, melaih siswa berpikir unuk memecahkan masalah yang dihadapi secara realisis, menemukan ide dan mengambil kepuusan (Ahmadi, Amri, dan Elisa, 11). Oleh karena iu, dari hasil peneliian didapakan model pembelajaran Problem Solving sanga berpengaruh erhadap kelas eksperimen. 5. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Arikuno, S. 1. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakara : Bumi Aksara. Arikuno, S. 1. Prosedur Peneliian Suau Pendekaan Prakik (Edisi Revisi ). Jakara : Rineka Cipa. Budiningsih, A. C. 1. Belajar dan Pembelajaran. Jakara: Rineka Cipa. Depdiknas. 3. Kurikulum 4 Sandar Kompeensi Maa Pelajaran Fisika SMA dan MA. Jakara: Depdiknas. Hamalik, O. 11. Proses Belajar Mengajar. Jakara: Bumi Aksara. Riduwan. 11. Belajar Mudah Peneliian Unuk Guru- Karyawan dan Penelii Pemula. Bandung : Alfabea. Riyano, Y. 1. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakara : Kencana. Slameo. 1. Belajar dan Fakor-Fakor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi). Jakara : Rineka Cipa. Sudjana, N. 11. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 1. Meode Peneliian Pendidikan. Bandung : Alfabea. Suhana, C., Hanafiah, N. 1. Konsep sraegi pembelajaran. Bandung: Refika Adiama. Berdasarkan hasil peneliian dan pembahasan di aas, maka dapa arik kesimpulan bahwa erdapa pengaruh model pembelajaran Problem Solving erhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII di SMPN 5 Lingsar ahun pelajaran 1/13. 6