Catatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

Suryadi Siregar Metode Matematika Astronomi 2

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

Integral Vektor. (Pertemuan VII) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Pertemuan : 4 Materi : Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bab II. Diferensial Kalkulus Dari Vektor

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Matematika Dasar INTEGRAL PERMUKAAN

Integral Garis. Sesi XIII INTEGRAL 12/7/2015

Aljabar Vektor. Sesi XI Vektor 12/4/2015

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

Pertemuan : 9 Materi : Teorema Green Bab IV. Teorema Green, Teorema Divergensi Gauss, dan Teorema Stokes

1 Energi Potensial Listrik

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

9.1. Skalar dan Vektor

Bab 1 : Skalar dan Vektor

Program Studi Teknik Mesin S1

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

PEMBAHASAN KISI-KISI SOAL UAS KALKULUS PEUBAH BANYAK (TA 2015/2016)

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS. MODUL 10 Kalkulus Vektor. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 30 日 ( 日 )

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB VI INTEGRAL LIPAT

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

A x pada sumbu x dan. Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com. 2. Vektor. 2.1 Representasi grafis sebuah vektor

KALKULUS MULTIVARIABEL II

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

FISIKA XI SMA 3

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

Listrik Statik. Agus Suroso

fi5080-by-khbasar BAB 1 Analisa Vektor 1.1 Notasi dan Deskripsi

Diferensial Vektor. (Pertemuan V) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Medan Magnet oleh Arus Listrik

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

FI2202 Listrik Magnet: Magnetostatika

Konsep Usaha dan Energi

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 36

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

Teorema Divergensi, Teorema Stokes, dan Teorema Green

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Diferensial Vektor. (Pertemuan V) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

Pengantar KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK MATERI I ANALISIS VEKTOR DAN SISTEM KOORDINAT

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor

Fisika Dasar I (FI-321)

Kalkulus Multivariabel I

Rudi Susanto, M.Si VEKTOR

Kalkulus Multivariabel I

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

Soal-Soal dan Pembahasan SNMPTN Matematika IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Tanggal Ujian: 01 Juni 2011

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Listrik Statik. Agus Suroso

BAB II LANDASAN TEORI

DIKTAT KALKULUS MULTIVARIABEL I

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

BAHAN AJAR PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA KURVA

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

1 Nama Anggota 1:Darul Afandi ( ) Jawaban soal No 40. -

Fisika Dasar I (FI-321)

Matematika EBTANAS Tahun 1991

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

KONSEP USAHA DAN ENERGI

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Analisis Vektor. Modul 1

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

Bab 3. Sistem Koordinat Ortogonal. 3.1 Sistem Koordinat Kartesian. cakul fi5080 by khbasar; sem

PAKET 3 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 2009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

4.4. KERAPATAN FLUKS LISTRIK

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Bentuk Volumetric Irisan Kerucut (Persiapan Modul Cara Menghitung Volume Irisan Kerucut)

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

BAB II V E K T O R. Untuk menyatakan arah vektor diperlukan sistem koordinat.

Kalkulus Multivariabel I

L mba b ng n g d a d n n n o n t o asi Ve V ktor

Transkripsi:

Khairul Basar atatan Kuliah FI2101 Fisika Matematik IA Semester I 2015-2016 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung

Bab 6 Analisa Vektor 6.1 Perkalian Vektor Pada bagian terdahulu telah dibahas tentang perkalian vektor (mencakup: perkalian vektor dengan bilangan, perkalian dua vektor (dot product dan cross product dan juga perkalian yang melibatkan tiga vektor (triple product. Dot product ontoh yang penting misalnya adalah dalam persoalan dinamika benda yaitu menghitung usaha (kerja. Usaha (kerja yang dilakukan oleh gaya F sehingga terjadi perubahan posisi yang dinyatakan dengan dr adalah W = dw = F dr yang merupakan integral lintasan. Penyelesaian integral lintasan tersebut akan dibahas kemudian. ross product Dalam persoalan dinamika benda, besaran yang melibatkan representasi cross product misalnya adalah momen gaya (τ, momentum sudut (L dan kecepatan angular (ω. τ = r F L = r p = m (r v v = ω r 131

132 Analisa Vektor ontoh Suatu gaya yang dinyatakan dengan F = 2î 3ĵ + ˆk bekerja di titik (1, 5, 2. Tentukan momen gaya terhadap titik pusat koordinat. Titik kerja gaya (titik tangkap F adalah di (1, 5, 2 sehingga vektor posisi titik tangkap ini dari pusat koordinat adalah r F = î + 5ĵ + 2ˆk Dengan demikian momen gaya terhadap titik pusat koordinat adalah ( τ = r F F = (î + 5ĵ + 2ˆk 2î 3ĵ + ˆk = (5 + 6î + ( 1 + 4ĵ + ( 3 10ˆk = 11î + 3ĵ 13ˆk Triple product Triple scalar product yang menghasilkan skalar (bilangan telah diuraikan contoh penggunaannya yaitu dalam persoalan kristalografi. Sedangkan triple vector product adalah operasi yang melibatkan tiga buah vektor dan menghasilkan vektor, yaitu A (B. Sebagaimana telah dipahami bahwa B menghasilkan vektor yang tegak lurus bidang yang dibentuk vektor B dan. Jika kemudian vektor hasil cross product tersebut dicrosskan lagi dengan suatu vektor A maka dapat dipahami bahwa hasilnya adalah vektor yang terletak pada bidang yang dibentuk vektor B dan vektor sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 6.1. B B Gambar 6.1 ross product dua buah vektor.

6.2 Diferensial Vektor 133 Karena vektor A (B terletak pada bidang yang dibentuk oleh vektor B dan vektor, maka dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari B dan, misalnya αb + β. Triple cross product antara tiga buah vektor memenuhi persamaan berikut A (B = (A B (A B (A B = (A B (A B (6.1 6.2 Diferensial Vektor Tinjau suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang dinyatakan dengan A = A x î + A y ĵ + A zˆk yang direpresentasikan menggunakan sistem kordinat kartesian. Vektor-vektor satuan î, ĵ, ˆk adalah vektor-vektor yang tetap (besar dan arahnya. Sedangkan jika A x, A y dan A z merupakan fungsi yang bergantung waktu, maka akan dapat diperoleh turunan (diferensial terhadap waktu dari vektor A tersebut, yaitu d 2 A 2 da = d (îax + ĵa y + ˆkA z = î da x + ĵ da y + ˆk da z = d2 (îax 2 + ĵa y + ˆkA z = î d2 A x 2 + ĵ d2 A y 2 + ˆk d2 A z 2 (6.2 Turunan orde lebih tinggi dapat diperoleh dengan cara yang serupa. Diferensial terhadap waktu dari operasi aljabar yang melibatkan dua atau lebih vektor (misalnya dot product ataupun cross product adalah sebagai berikut d db (A B = A + da B d db (A B = A + da B (6.3 ontoh Benda titik bergerak dalam ruang dengan posisi tiap saat yang dinyatakan sebagai r = t 2 î 2tĵ + (t 2 + 2tˆk. Tentukan kecepatan, percepatan gerak, energi kinetik serta momentum sudut terhadap titik pusat kordinat untuk benda tersebut.

134 Analisa Vektor Kecepatan benda diperoleh dari turunan fungsi posisi, sehingga v = dr = d ( t 2 î 2tĵ + (t 2 + 2tˆk = 2tî ĵ + (2t + 2ˆk sedangkan percepatan gerak benda diperoleh dari turunan fungsi kecepatan a = dv = d ( 2tî ĵ + (2t + 2ˆk = 2î + 2ˆk Energi kinetik diperoleh dari K = 1 2 mv2 = 1 2 mv v = m ( 2tî ĵ + (2t + 2ˆk 2 = m ( 4t 2 1 + (2t + 2 2 = m ( 8t 2 + 4t + 3 2 2 ( 2tî ĵ + (2t + 2ˆk Sedangkan momentum sudut terhadap titik pusat kordinat dapat diperoleh sebagai berikut L = r p = r (mv = mr v ( ( = m t 2 î 2tĵ + (t 2 + 2tˆk 2tî ĵ + (2t + 2ˆk ( = m ( 3t 2 2tî + 2t 2 ĵ + 3t 2ˆk Jika menggunakan sistem kordinat lain, dimungkinkan dijumpai vektor satuan yang tidak konstan (arahnya tidak tetap. Misalnya jika menggunakan sistem kordinat polar atau silinder atau bola. Maka perubahan arah vektor satuan ini juga akan berpengaruh pada turunan terhadap waktu suatu besaran. Misalnya suatu vektor yang dinyatakan dengan V = V r û r + V θ û θ dengan V r, V θ, û r dan û θ bergantung pada t, maka dv = dv r dû r ûr + V r + dv θ + V dû θ θ (6.4 ontoh Vektor-vektor satuan dalam sistem koordinat polar dinyatakan dengan û r dan û θ yang bila dinyatakan dalam vektor-vektor satuan kartesian adalah û r = cos θî + sin θĵ dan û θ = sin θî + cos θĵ. Su

6.2 Diferensial Vektor 135 atu vektor dinyatakan dalam sistem koordinat polar sebagai A = A r û r + A θ û θ, tentukanlah da da = d (A rû r + A θ û θ = û r da r dû r + A r + û da θ dû θ θ + A θ Karena û r = cos θî + sin θĵ dan û θ = sin θî + cos θĵ, maka dû r dû θ = d ( cos θî + sin θĵ = sin θ dθ ( = sin θî + cos θĵ dθ dθ = û θ = d ( sin θî + cos θĵ ( = cos θî + sin θĵ = û r dθ Dengan demikian dθ î + cos θ dθ ĵ = cos θ dθ dθ î sin θ ĵ da = û da r dû r r + A r + û da θ dû θ θ + A θ da r dθ = û r + û θ A r + û da θ dθ θ û r A θ ( ( dar dθ daθ dθ = A θ û r + + A r û θ Suatu fungsi vektor dapat juga merupakan fungsi dari kordinat posisi (x, y, misalnya dalam bentuk F = x exp(yî xyĵ + yˆk, dan disebut sebagai medan vektor. Turunan fungsi tersebut terhadap variabel-variabelnya dapat diperoleh menggunakan turunan parsial dan hasilnya adalah berupa besaran vektor. Misalnya F y F x = exp(yî yĵ = x exp(yî xĵ + ˆk

136 Analisa Vektor 6.3 Medan Skalar dan Medan Vektor Besaran skalar atau vektor yang didefinisikan tidak hanya pada satu titik dalam ruang melainkan dalam setiap bagian titik dalam ruang dikenal sebagai medan (field. Jika besaran medan ini dapat berupa medan skalar ataupun medan vektor. Suatu fungsi dua variabel φ(x, y adalah contoh medan skalar, sedangkan misalnya F(x, y merepresentasikan suatu medan vektor. Temperatur, tekanan dalam ruang merupakan contoh medan skalar sedangkan medan listrik, percepatan gravitasi merupakan contoh medan vektor. Karena besaran medan mempunyai variabel ruang, maka perubahan pada variabel ruang akan membuat perubahan pada fungsi medan. Turunan terhadap variabel ruang menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas sebagaimana perubahan terhadap waktu (dinamika yang telah dibahas sebelumnya. 6.4 Gradien Untuk fungsi yang terdiri dari satu variabel, turunan menyatakan kemiringan kurva di titik tertentu. Fungsi dua variabel dapat digambarkan sebagai permukaan pada sistem kordinat tiga dimensi. Turunan fungsi di suatu titik tertentu dapat diperoleh dari turunan parsialnya. Tinjau suatu fungsi dua variabel yang dinyatakan dengan φ(x, y. Jika permukaan φ(x, y dipotong oleh permukaan datar yang sejajar bidang xz (yang berarti bidang y konstan maka kurva perpotongannya akan mempunyai turunan yang dapat dinyatakan ( φ dengan. Turunan ini akan memberikan gambaran bagaimana fungsi x y φ(x, y berubah terhadap x untuk suatu nilai y tertentu yang konstan (lihat gambar 6.2. Oleh karenanya dapat dipahami bahwa turunan di suatu titik bergantung pada arah mana perubahan terjadi (dengan kata lain turunan di suatu titik pada permukaan φ bergantung pada arah bidang datar yang memotongnya. Hal ini disebut sebagai turunan berarah (directional derivative. Misalkan arah yang dimaksud dinyatakan dengan suatu vektor v, maka turunan fungsi φ di titik (x, y dalam arah vektor v dituliskan sebagai v φ(x, y atau ringkasnya sebagai v φ. Dengan adalah operator diferensial parsial terhadap variabel ruang yang disebut nabla. Dikaitkan dengan pengertian tersebut di atas, maka gradien (gradient dari suatu fungsi skalar φ(x, y, z didefinisikan sebagai berikut (dalam sistem koordinat kartesian: φ = grad φ = φ x î + φ y ĵ + φ z ˆk (6.5

6.4 Gradien 137 φ(x, y φ(x, y permukaan φ permukaan φ x bidang y konstan kurva perpotongan y x bidang x konstan kurva perpotongan y Gambar 6.2 Ilustrasi perpotongan permukaan φ(x, y dengan bidang y konstan atau x konstan. Dengan demikian turunan berarah fungsi φ dalam arah suatu vektor satuan tertentu û adalah dφ = φ û (turunan berarah (6.6 ds Misalnya turunan berarah φ dalam arah î (yaitu searah sumbu x adalah ( φ φ î = x î + φ y ĵ + φ z ˆk î = φ x ontoh Tentukanlah turunan berarah suatu medan skalar φ = x 2 y + xz di titik (1, 2, 1 dalam arah vektor A = 2î 2ĵ + ˆk Vektor satuan dalam arah A adalah û = A A = 1 (2î 2ĵ + ˆk 3 Selanjutnya gradien di titik (1, 2, 1 adalah φ = φ x î + φ x ĵ + φ x ˆk = (2xy + zî + x 2 ĵ + xˆk φ = 3î + ĵ + ˆk (1,2, 1

138 Analisa Vektor maka turunan berarah yang dimaksud adalah φ û = 5 3 Dalam sistem kordinat silinder (r, θ, z bentuk gradien dari suatu fungsi skalar adalah sebagai berikut φ = φ r êr + 1 φ r θ êθ + φ z êz (6.7 dengan ê r, ê θ dan ê z masing-masing menyatakan vektor-vektor satuan dalam sistem kordinat silinder. Sedangkan bentuk gradien dalam sistem kordinat bola (r, θ, ψ adalah φ = φ r êr + 1 φ r θ êθ + 1 φ r sin ψ ψ eˆ ψ (6.8 Bila dikaitkan dengan bidang singgung dan vektor normal bidang singgung suatu permukaan φ(x, y, z = konstan di titik tertentu, maka gradien φ(x, y, z menyatakan vektor yang tegak lurus permukaan bidang singgung (vektor normal di titik singgung tersebut 1, sekaligus vektor tersebut menyatakan arah perubahan paling besar fungsi φ(x, y, z. ontoh 1 Tentukanlah gradien fungsi φ(x, y, z = x 2 y 3 z di titik (1, 2, 1. Dengan menggunakan persamaan 6.5, maka dapat diperoleh φ = φ x î + φ y ĵ + φ z ˆk = 2xy 3 zî + 3x 2 y 2 zĵ + x 2 y 3ˆk sehingga gradien di titik (1, 2, 1 adalah ( φ (1,2, 1 = 16î 12ĵ + 8ˆk 1 Lihat kembali pembahasan tentang bidang singgung dan integral permukaan, tersedia di http://kuliah-khbasar.blogspot.co.id/2015/10/catatan-tambahan-bidangsinggung.html

6.4 Gradien 139 ontoh 2 Pada suatu permukaan yang dinyatakan dengan persamaan φ = x 2 y 2 + 2xy, tentukanlah arah yang memberikan penurunan nilai yang paling besar di titik (1, 1. Arah penurunan nilai yang paling besar dinyatakan dengan φ, dengan demikian untuk permukaan yang dinyatakan dengan φ = x 2 y 2 + 2xy maka arah penurunan nilai yang paling besar di titik (1, 1 adalah ( φ φ = (1,1 = x î + φ y ĵ (1,1 ( (2x + 2yî + ( 2y + 2xĵ (1,1 ( = 4î + 0ĵ = 4î ontoh 3 Tentukanlah persamaan bidang singgung (tangent plane permukaan x 2 + y 2 z = 0 di titik (3, 4, 25. Vektor normal permukaan bidang singgung diperoleh dari gradien φ(x, y, z. Dengan demikian untuk φ(x, y, z = x 2 + y 2 z akan diperoleh φ = î φ x + ĵ φ φ + ˆk y z = 2xî + 2yĵ ˆk Di titik (3, 4, 25 akan diperoleh nilai φ = 6î + 8ĵ ˆk (3,4,25 Selanjutnya persamaan bidang singgung yang dimaksud adalah 6(x 3 + 8(y 4 (z 25 = 0 = 6x + 8y z = 25

140 Analisa Vektor 6.5 Operator Diferensial Vektor Gradien suatu fungsi φ(x, y, z yang dinyatakan sebagai φ = φ x î + φ y ĵ + φ z ˆk dapat pula dituliskan dalam bentuk lain φ x î + φ y ĵ + φ z ˆk = ( xî + y ĵ + z ˆk φ (6.9 yang berarti adanya suatu operator diferensial vektor yang bekerja pada suatu fungsi skalar φ. Operator diferensial vektor tersebut dituliskan kembali dalam bentuk = xî + y ĵ + z ˆk (6.10 Operator diferensial vektor juga dapat beroperasi pada fungsi medan vektor, misalnya untuk suatu medan vektor V(x, y, z = V x (x, y, zî + V y (x, y, zĵ + V z (x, y, zˆk maka dot product antara dengan V dinamakan divergensi (divergence dari V atau disingkat divv, yaitu ( V = divv = xî + y ĵ + z ˆk = V x x + V y y + V z z ( V x î + V y ĵ + V zˆk (6.11 ross product antara operator diferensial vektor dengan medan vektor V(x, y, z dinamakan rotasi (curl yang diperoleh sebagai berikut V = curlv ( = xî + y ĵ + z ˆk ( V x î + V y ĵ + V zˆk ( Vz = y V ( y Vx î + z z V z ĵ + x ( Vy x V x y ˆk (6.12 Satu lagi bentuk operator diferensial parsial yang sering dijumpai dalam persoalan fisis adalah yang menyatakan divergensi dari suatu gradien yang dikenal sebagai laplacian. Untuk suatu fungsi skalar φ(x, y, z, laplacian dari medan skalar φ(x, y, z adalah

6.5 Operator Diferensial Vektor 141 2 φ = φ = div grad φ ( = xî + y ĵ + z ˆk = 2 φ x 2 + 2 φ y 2 + 2 φ z 2 ( φ x î + φ y ĵ + φ z ˆk (6.13 ontoh 1 Untuk medan vektor V = x 2 î + y 2 ĵ + z 2ˆk, tentukanlah divergensi (divergence dan rotasi (curl medan vektor tersebut. Divergensi medan vektor tersebut adalah ( V = xî + y ĵ + z ˆk ( x 2 î + y 2 ĵ + z 2ˆk = 2x + 2y + 2z sedangkan rotasi (curl medan vektor tersebut adalah ( V = xî + y ĵ + z ˆk ( x 2 î + y 2 ĵ + z 2ˆk ( ( ( z 2 = y y2 x 2 î + z z z2 y 2 ĵ + x x x2 ˆk y ontoh 2 = 0 Tentukanlah laplacian dari medan skalar φ = x 3 3xy 2 + y 3. 2 φ = 2 φ x 2 + 2 φ y 2 + 2 φ z 2 = 6x 6x + 6y = 6y

142 Analisa Vektor 6.6 Integral Garis Ini sangat sering dijumpai dalam persoalan mekanika (misalnya ketika menghitung usaha. Integral garis biasanya dihitung berdasarkan lintasan (garis tertentu dan misalnya dilambangkan dengan. ontoh 1 Gaya yang dinyatakan dengan F = xyî y 2 ĵ bekerja pada suatu benda dan benda tersebut bergerak sepanjang lintasan yang menghubungkan titik (0,0 dan (2,1 pada bidang kartesian. Tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya F tersebut jika lintasan yang menghubungkan kedua titik tersebut berupa parabola dengan persamaan y = 1 4 x2. Usaha yang dilakukan oleh gaya F adalah W = dw = F dr Karena F = xyî y 2 ĵ dan dr = dxî + dxĵ + dzˆk jadi diperoleh F dr = xydx y 2 dy Dengan demikian W = F dr = xydx y 2 dy Pada lintasan yang dimaksud (yaitu parabola terdapat hubungan antara variabel y dengan x sesuai dengan persamaan parabola yaitu y = 1 4 x2, dan dapat diperoleh bahwa dy = 1 2xdx dengan demikian dapat dinyatakan W = xydx y 2 dy = = parabola 2 0 2 0 x( 1 4 x2 dx ( 1 4 x2 2 ( 1 2 xdx ( 1 4 x3 1 32 x5 dx = 2 3

6.6 Integral Garis 143 ontoh 2 Sebagaimana ontoh 1 namun lintasan yang digunakan adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0 dengan (2,1. Pada lintasan ini hubungan antara variabel x dan y dinyatakan dengan persamaan garis yang menghubungkan kedua titik yaitu y = 1 2 x. Karena y = 1 2 x, berarti dy = 1 2dx. Dengan demikian dapat dinyatakan W = xydx y 2 dy = garis lurus 2 0 x( 1 2 xdx (1 2 x2 ( 1 2 2 dx = 0 ( 1 4 x2 1 8 x2 dx = 1 ontoh 3 Sebagaimana ontoh 1 dan ontoh 2 namun lintasan yang digunakan adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0 ke (0,1 kemudian dari (0,1 ke (2,1. Untuk lintasan yang dimaksud terdapat dua segmen garis. Yang pertama adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,0 dengan titik (0,1. Pada garis ini berlaku hubungan x = 0, dengan demikian dx = 0. Batas integrasinya adalah dari y = 0 hingga y = 1. Sedangkan segmen garis kedua adalah garis lurus yang menghubungkan titik (0,1 dengan titik (2,1. Pada garis ini berlaku y = 0, dengan demikian dy = 0. Batas integrasi adalah dari x = 0 hingga x = 2. Integral lintasan tersebut dapat dituliskan menjadi dua bagian sesuai segmen garis yang digunakan yaitu W = xydx y 2 dy = lintasan yang dimaksud segmen 1 xydx y 2 dy + segmen 2 xydx y 2 dy Dengan demikian diperoleh

144 Analisa Vektor 1 2 W = ( y 2 dy + (xdx = 1 3 + 2 = 5 3 y=0 x=0 Dari ketiga contoh tersebut terlihat bahwa hasil integral yang diperoleh tergantung pada lintasan yang digunakan. Terdapat bentuk fungsi F tertentu sedemikian sehingga nilai integral lintasan yang menghubungkan dua buah titik dalam ruang sama dan tidak bergantung pada lintasan yang digunakan. Dalam pembahasan mekanika, fungsi F yang seperti ini dinamakan fungsi (medan yang bersifat konservatif. 6.7 Teorema Green Teorema dasar dalam Kalkulus memberikan ungkapan tentang hubungan antara diferensial dan integral dari suatu fungsi, yaitu dinyatakan dalam bentuk b a d f(t = f(b f(a (6.14 Misalkan terdapat fungsi multivariabel yaitu P (x, y dan Q(x, y yang turunan keduanya merupakan fungsi yang kontinu. Misalkan suatu luasan A adalah bentuk sembarang dengan batas-batas absisnya (batas paling kiri dan batas paling kanan adalah x = a dan x = b sedangkan batas-batas ordinatnya (batas paling bawah dan batas paling atas adalah y = c dan y = d sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 6.7. Bila dicari integral lipat dua dari turunan parsial P (x, y terhadap y, maka dapat dinyatakan A P (x, y dydx = y b = a b dx a b = y u y l P (x, y dy y [P (x, y u P (x, y l ] dx a P (x, y l dx a b P (x, y u dx

6.7 Teorema Green 145 y y u (x y x r (y d A A y l (x c x l (y a b x x (a (b Gambar 6.3 Daerah berbentuk sembarang untuk membuktikan teorema Green. Terlihat bahwa b a P (x, y l dx merupakan integral garis dengan lintasan berupa bagian bawah dari kurva dari titik 1 (titik yang absisnya a ke titik 2 (titik yang absisnya b. Demikian juga bahwa integral a b P (x, y u dx merupakan integral garis dengan lintasan berupa bagian atas dari kurva dari titik 2 ke titik 1. Artinya integral tersebut di atas dapat diganti menjadi integral garis dengan lintasan berupa kurva tertutup (dari titik 1 kembali ke titik 1 dengan arah berlawanan arah jarum jam. Dengan demikian dapat dituliskan kembali sebagai P (x, y P dx = dydx (6.15 y A Dengan cara yang sama (tapi dengan mengintegralkan terhadap x terlebih dahulu dapat pula diperoleh untuk fungsi yang lain yaitu fungsi Q(x, y A Q x dxdy = d c dy x r x l = Qdy Q x dx = d c [Q(x r, y Q(x l, y] dy Artinya diperoleh

146 Analisa Vektor A Q x dxdy = Qdy (6.16 Kemudian dengan menambahkan persamaan 6.15 dengan persamaan 6.16 maka akan didapat A ( Q x P dx dy = y (P dx + Qdy (6.17 dengan menyatakan kurva tertutup yang membatasi permukaan A. Integral lintasan yang dihitung arahnya adalah berlawanan arah jarum jam. Ungkapan persamaan 6.17 dikenal sebagai teorema Green dan teorema ini menyatakan bahwa integral permukaan dapat dinyatakan dalam bentuk integral garis. Atau sebaliknya integral garis pada suatu lintasan tertutup dapat diubah menjadi integral permukaan (lipat dua pada luasan yang dibentuk oleh lintasan tertutup tersebut. ontoh Dengan menggunakan teorema Green, hitunglah integral lintasan (xydx y 2 dy pada lintasan tertutup yang merupakan garis lurus dari titik (2,1 ke (0,1 kemudian garis lurus dari titik (0,1 ke titik (0,0 dan dilanjutkan dengan lengkungan y = 1 4 x2 yang menghubungkan titik (0,0 ke titik (2,1. Dengan menggunakan teorema Green, integral lintasan tertutup tersebut dapat diubah menjadi integral permukaan (integral lipat dua dengan daerah yang dibatasi oleh kurva lintasan tertutup tersebut. Bila digunakan persamaan 6.17 maka dapat dinyatakan bahwa P (x, y = xy dan Q(x, y = y 2 dengan demikian Maka diperoleh Q x = 0 dan P y = x

6.8 Teorema Divergensi 147 (xydx y 2 dy = A = 1 ( Q x P dx dy = y A 2 y y=0 x=0 x dx dy = 1 x dx dy 6.8 Teorema Divergensi Misalkan suatu vektor V = V x î + V y ĵ, dengan V x = Q(x, y dan V y = P (x, y adalah berupa fungsi multivariabel dalam x dan y. Karena vektor V tidak mempunyai komponen dalam arah sumbu z berarti dapat dinyatakan Q x P y = V x x + V y y = div V = V (6.18 Kemudian tinjau kurva tertutup yang melingkupi suatu daerah luasan A sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 6.4. A dx dr dy nds Gambar 6.4 Luasan A yang dilingkupi oleh kurva tertutup. Sepanjang kurva tersebut vektor dr merupakan vektor yang menyinggung kurva, dalam hal ini vektor dr dapat dinyatakan sebagai dr = dxî + dyĵ Sedangkan vektor normal yang bersangkutan adalah nds = dyî dxĵ (6.19 dengan n menyatakan vektor satuan normal (berarah ke luar dari luasan A dan ds = dx 2 + dy 2. Dengan demikian dapat dinyatakan

148 Analisa Vektor P dx + Qdy = V y dx + V x dy = (V x î + V y ĵ (dyî dxĵ = V n ds (6.20 Kemudian bila persamaan 6.18 dan persamaan 6.20 disubstitusikan ke persamaan 6.17 akan diperoleh A ( V dx dy = (V n ds (6.21 Persamaan tersebut dikenal sebagai teorema divergensi dalam dua dimensi. Dalam kasus 3 dimensi, teorema divergensi dapat dinyatakan dalam bentuk Vdτ = V ndσ (6.22 volume permukaan dengan τ menyatakan volume yang dibatasi oleh suatu permukaan tertutup. Terlihat bahwa teorema divergensi mengaitkan antara integral lipat tiga (integral volume dengan integral lipat dua (integral permukaan. ontoh Untuk suatu medan vektor berbentuk V = x 2 î + y 2 ĵ + z 2ˆk, hitunglah V n dσ pada permukaan kubus yang bersisi satu satuan dan permukaan titik-titik sudutnya adalah pada (0,0,0, (0,0,1, (0,1,0, (1,0,0. Integral tersebut dapat diselesaikan langsung maupun dengan menggunakan teorema divergensi. Permukaan kubus tersebut ada 6 buah masing-masing dengan vektor normal î, î,ĵ, ĵ,ˆk dan ˆk. Bila dihitung integralnya secara langsung maka berarti V n dσ = V î dy dz + V î dy dz permukaan kubus perm. 1 + + perm. 3 perm. 5 V ĵ dx dz + V ˆk dx dy + perm. 2 perm. 4 perm. 6 V ĵ dx dz V ˆk dx dy

6.9 Teorema Stoke 149 Bila dihitung akan menghasilkan V n dσ = 1 1 1 1 1 2 dy dz + 0 2 dy dz permukaan kubus y=0 z=0 y=0 z=0 1 1 1 1 + 1 2 dy dz + 0 2 dx dz x=0 z=0 y=0 z=0 1 1 1 1 + 1 2 dx dy + 0 2 dx dy = 3 x=0 y=0 y=0 z=0 Bila menggunakan teorema divergensi, integral tersebut dapat dihitung sebagai berikut ( V = xî + y ĵ + z ˆk ( x 2 î + y 2 ĵ + z 2ˆk kemudian = 2x + 2y + 2z V dτ = 6.9 Teorema Stoke 1 1 1 z=0 y=0 x=0 (2x + 2y + 2z dx dy dz = 3 Sekarang misalkan Q = V y dan P = V x sedangkan suatu vektor V dinyatakan dengan V = V x î + V y ĵ. Kemudian akan dapat dinyatakan Q x P y = V y x V x y = ( V ˆk (6.23 Dengan menggunakan notasi-notasi dalam Gambar 6.4, maka diperoleh P dx + Qdy = (V x î + V y ĵ (dxî + dyĵ = V dr (6.24 Dengan mensubstitusi persamaan 6.23 dan persamaan 6.24 ke persamaan 6.17 akan diperoleh

150 Analisa Vektor ( V ˆkdx dy = V dr (6.25 A Persamaan tersebut dinamakan teorema Stoke dalam dua dimensi. Bentuk teorema Stoke dalam kasus tiga dimensi adalah kurva V dr = ( V ndσ (6.26 permukaan σ Untuk memahami notasi yang digunakan dalam teorema Stoke, perhatikan Gambar 6.5 permukaan σ dσ n Gambar 6.5 Suatu permukaan σ yang tepinya dinyatakan oleh kurva tertutup. Teorema Stoke menghubungkan integral lipat dua dengan integral lintasan. Hal ini mirip dengan bentuk teorema Green, namun perlu dicatat bahwa permukaan yang digunakan dalam teorema Green adalah permukaan datar, sedangkan permukaan yang digunakan dalam teorema Stoke tidak perlu berupa permukaan datar. ontoh Hitunglah integral ( V n dσ pada permukaan yang berbentuk kubah (setengah bola yang dinyatakan dengan persamaan x 2 + y 2 + z 2 = a 2 dengan z 0 jika V = 4yî + xĵ + 2zˆk. Dengan menggunakan persamaan 6.12 dapat diperoleh bentuk rotasi dari medan vektor V, yaitu V = 3ˆk Permukaan yang digunakan dalam integral tersebut adalah permukaan setengah bola dengan jari-jari a. Vektor normal permukaan terse

6.9 Teorema Stoke 151 but dinyatakan dengan Selanjutnya dapat diperoleh n = r xî + yĵ + zˆk = r a ( V n = 3ˆk r a = 3 z a Kemudian dengan menggunakan sistem koordinat bola, dapat diperoleh hubungan Sehingga z = r cos θ dσ = r 2 sin θdθdφ perm. stgh. bola 3 z a dσ = 2π π/2 φ=0 θ=0 2π = 3a 2 dφ 0 3 a cos θ a 2 sin θ dθdφ a π/2 0 sin θ cos θdθ = 3πa 2 Integral tersebut dapat juga dihitung menggunakan teorema Stoke. Bila menggunakan teorema Stoke, integral permukaan tersebut dapat diubah menjadi integral garis (lintasan. Dalam hal ini kurva tertutup yang digunakan adalah lingkaran berjejari a yang berpusat di titik pusat koordinat. Jika digunakan sistem koordinat silinder dua dimensi (polar maka dapat dinyatakan Sehingga Dengan demikian dr = adθ( sin θî + cos θĵ V dr = a 2 dθ( 4 sin 2 θ + cos 2 θ Karena lingkaran V dr = a 2 2π θ=0 ( 4 sin 2 θ + cos 2 θdθ

152 Analisa Vektor sin 2 axdx = x 2 cos 2 axdx = x 2 sin 2ax 4a sin 2ax + 4a +, dan + sehingga akan diperoleh lingkaran V dr = a 2 2π θ=0 ( 4 sin 2 θ + cos 2 θdθ = 3πa 2 Bila menggunakan teorema Stoke dapat dipahami bahwa integral tersebut juga dapat dihitung menggunakan bentuk permukaan lainnya asalkan permukaan tersebut dibatasi oleh kurva tertutup yang identik yaitu lingkaran berjejari a dan berpusat di pusat koordinat. Misalnya saja dapat digunakan permukaan datar berbentuk lingkaran (lingkaran di bidang xy. Bila digunakan permukaan ini, maka arah normal permukaan adalah k. Sehingga Selanjutnya ( V n = 3ˆk ˆk = 3 ( V ndσ = 3 dσ = 3πa 2 Terbukti bahwa hasil yang diperoleh sama dengan hasil dari cara sebelumnya, namun terlihat bahwa hitungan yang terakhir ini jauh lebih sederhana dan singkat.

Paket Soal Bab 6 1. Suatu vektor gaya mempunyai komponen (1, 2, 3 dan bekerja di titik (3, 2, 1. Tentukanlah vektor momen gaya terhadap titik pusat koordinat dan momen terhadap masing-masing sumbu koordinat. 2. Gerak suatu benda dinyatakan dengan vektor posisi r = rû r dalam sistem koordinat polar. Tentukan kecepatan dan percepatan benda tersebut. 3. Tentukanlah persamaan garis normal (garis yang tegak lurus permukaan x 2 y + y 2 z + z 2 x + 1 = 0 di titik (1, 2, 1 dan juga persamaan bidang singgung di titik tersebut. 4. Tentukanlah gradien permukaan φ = z sin y xz di titik (2, π/2, 1 dan tentukan arah penurunan yang paling cepat dari nilai fungsi φ di titik tersebut. 5. Untuk medan vektor berikut, hitunglah divergensi dan rotasinya: a. V = x sin yî + cos yĵ + xyˆk b. V = x 2 yî + y 2 xĵ + xyzˆk 6. Untuk medan skalar berikut, hitunglah laplaciannya: a. φ = x 2 y 2 b. φ = xy(x 2 + y 2 5z 2 c. φ = 7. Untuk r = xî + yĵ + zˆk, hitunglah ( r a. (ˆk r b. r ( r c. r 1 x2 + y 2 + z 2 8. Suatu medan gaya dinyatakan dalam bentuk F = (y +zî (x+zĵ +(x+ yˆk. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gaya untuk menggerakkan benda dalam lintasan berikut: a. lingkaran x 2 + y 2 = 1 pada bidang xy dengan arah berlawanan arah jarum jam. b. lingkaran x 2 + z 2 = 1 pada bidang xz dengan arah berlawanan arah jarum jam. c. garis dari pusat koordinat sepanjang sumbu x sampai titik (1, 0, 0 dilanjutkan garis sejajar sumbu z sampai titik (1, 0, 1 dilanjutkan garis 153

154 Paket Soal Bab 6 sejajar bidang yz sampai titik (1, 1, 1 dan kemudian kembali ke titik pusat koordinat melalui garis x = y = z. d. lengkungan dengan persamaan x = 1 cos t, y = sin t, z = t dari titik pusat koordinat ke titik (0, 0, 2π kemudian kembali ke titik pusat koordinat melalui garis sepanjang sumbu z. 9. Tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya F = x 2 yî xy 2 ĵ dengan lintasan a dan b antara titik (1, 1 dan (4, 2 seperti ditunjukkan dalam gambar berikut y (1, 1 a (4, 2 b x 10. Gunakan teorema Green untuk menghitung integral lintasan tertutup xydx + x 2 dy dengan adalah lintasan tertutup seperti ditunjukkan gambar berikut y y = 1/ x x 1 4 11. Hitunglah integral lintasan (x sin x ydx+(x y 2 dy dengan adalah segitiga yang titik sudutnya (0, 0, (1, 1 dan (2, 0. 12. Hitunglah integral (y 2 x 2 dx + (2xy + 3dy sepanjang sumbu x dari (0, 0 sampai ( 5, 0 kemudian sepanjang lengkungan busur lingkaran dari ( 5, 0 ke (1, 2. 13. Hitunglah integral r ˆn dσ pada seluruh permukaan silinder yang dibatasi x 2 + y 2 = 1, z = 0 dan z = 3, dengan r = xî + yĵ + zˆk. 14. Hitunglah integral V dτ pada kubus satuan yang terletak di oktan pertama (first octant jika V = (x 3 x 2 yî + (y 3 2y 2 + yxĵ + (z 2 1ˆk.

155 15. Hitunglah integral ( V ˆn dσ pada bagian permukaan z = 9 x 2 9y 2 di atas bidang xy jika V = 2xyî + (x 2 2xĵ x 2 z 2ˆk.