BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD?????? SALAMIA

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

Antonius C. Prihandoko

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

STRUKTUR ALJABAR: RING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

III PEMBAHASAN. enkripsi didefinisikan oleh mod dan menghasilkan siferteks c.

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

Diktat Kuliah. Oleh:

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB I Ring dan Ring Bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

BAB II KAJIAN TEORI. Himpunan merupakan suatu kumpulan obyek-obyek yang didefinisikan. himpunan bilangan prima kurang dari 12 yaitu A = {2,3,5,7,11}.

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING Z[ ] DAN APLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN DIOPHANTINE NON LINEAR. (Skripsi) Oleh KARINA SYLFIA DEWI

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

ARITMETIK RING POLINOMIAL UNTUK KONSTRUKSI FUNGSI HASH BERBASIS LATIS IDEAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat dari Grup Faktor

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

Teori Bilangan (Number Theory)

PENGGUNAAN BIG O NOTATION UNTUK MENGANALISA EFISIENSI ALGORITMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY. Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( )

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret sistem persamaan linear kompleksitas waktu asimptotik sebagai landasan teori untuk penulisan tugas akhir ini. 1 Teori Bilangan Definisi 1 Misalkan integer integer dengan menghasilkan integer dimana 0 pembagian dinotasikan (hasil pembagian dinotasikan pembagi bersama dari jika maka mod hasil gcd ( jika : Teorema 5 (Algoritme Euclidean Diberikan integer algoritme pembagian dapat dibentuk barisan persamaan berikut : 0 < < 0 < < 0 < 0 < disebut pembagi bersama terbesar (Menezes et al. 1997. oleh (sisa pembagian sehingga dikatakan sebagai pembagi bersama dari Definisi 4 Suatu integer non-negatif jika terdapat 1 maka pembagian. Sisa pembagian dinotasikan (Menezes et al. 1997. (gcd dari integer (notasi div (Menezes et al. 1997. Definisi 3 Suatu integer jika membagi. sedemikian sehingga Definisi 2 Jika integer. < < >.0Berdasarkan

gcd ( yang merupakan sisa terakhir tak nol dari proses dengan pembagian. Nilai dari menuliskan setiap dari ( sebagai kombinasi linear dari Definisi 6 Integer dapat diperoleh dengan (Lestari 2007. dikatakan prima relatif atau koprima jika gcd( 1 (Lestari 2007. 1 didefinisikan ( Definisi 7 (Fungsi- Euler Untuk banyaknya integer pada selang [1 ] yang prima relatif dengan disebut fungsi- Euler (Menezes et al. 1997.. Fungsi Teorema 8 (Sifat-sifat fungsi- Euler prima maka ( Jika Fungsi- Euler bersifat multiplikatif. Artinya jika gcd( ( ( ( 3. Jika ( 1 1 faktorisasi 1 prima sebagai produk dari kuasa prima yang khas: bilangan prima yang dari maka (Menezes et al. 1997. Fakta 9 (Teorema Dasar Aritmetika Setiap integer 1 maka berbeda 2dapat difaktorkan dimana integer positif (Menezes et al. 1997. 2 Integer Modulo Definisi 1 (Kongruensi modulo ditulis integer. jika dikatakan kongruen dengan membagi habis ( disebut modulus kongruensi (Menezes et al. 1997. Teorema 2 (Syarat-syarat Kekongruenan Untuk semua hal-hal di bawah ini benar. 1 jika hanya jika.selanjutnya ℤ mempunyai sisa yang sama jika dibagi dengan. 2 (refleksif 6

3 (simetri Jika 4 (transitif Jika 5 Jika maka. maka maka (Guritman et al. 2004. ekuivalensi integer {012 modulo sedemikian sehingga maka { } terdapat (Lestari 2007. Sistem residu tereduksi dimana gcd( 1 himpunan integer Selanjutnya setiap jika untuk setiap integer Definisi 5 (Sistem Residu Tereduksi Modulo modulo (Guritman et al. 2004.. Selanjutnya himpunan dinamakan sistem residu lengkap modulo satu hanya satu ℤ Definisi 4 (Sistem Residu Lengkap Modulo Jika disebut residu dari 1} yang dikenai operasi penjumlahan perkalian diperlakukan dalam modulo. Untuk. dinotasikan ℤ himpunan (kelas Definisi 3 Integer modulo. jika yang prima relatif dengan kongruen dengan suatu pada himpunan tersebut (Lestari 2007. Fakta 6 (Invers Misalkan ℤ. memiliki invers jika hanya jika gcd( 1 (Menezes et al. 1997. Definisi 7 (Invers Multiplikatif Misalkan modulo suatu integer ℤ sehingga ℤ Invers multiplikatif dari 1. Faktanya tidak semua anggota ℤ mempunyai invers ( belum tentu ada. Dalam hal bersangkutan ada maka dinotasikan disebut invertibel invers modulo disebut invers dari (Guritman et al. 1997. Definisi 8 (Pembagian Misalkan perkalian yang dengan modulo ℤ. Pembagian oleh yang terdefinisi jika modulo mempunyai (Menezes et al. 1997. 7

Definisi 9 Grup multiplikatif ℤ ℤ bilangan prima maka ℤ { 1 { ℤ gcd( 1}. Jika 1}(Menezes et al. 1997. gcd (. Persamaan Teorema 10 (Solusi Persamaan kongruen Misal kongruen mempunyai solusi dalam hal ini terdapat tepat modulo jika hanya jika 1; solusi ini semua kongruen solusi antara 0 / (Menezes et al. 1997. Teorema 11 (Teorema Sisa Cina Jika prima relatif satu sama lain kongruensi mempunyai solusi unik modulo mod ( (Menezes et al. 1997. (i (Teorema Euler Jika (ii Jika maka dari sistem kongruensi Teorema 2 integer. ℤ maka ( 1 Teorema 14 Misalkan untuk semua integer Jika 3. Untuk setiap integer 3 ( prima 1 maka (Menezes et al. 1997. (Teorema Fermat Jika gcd( 1 maka. produk bilangan prima berbeda jika mod dimana (Menezes et al. 1997. Teorema 13 Misalkan merupakan integer yang sembarang integer maka sistem Algoritme 12 (Algoritme Gauss s Solusi 11 dapat dihitung sebagai membagi 1. untuk semua integer. (Menezes et al. 1997. Struktur Aljabar Definisi 3.1 Operasi biner pada suatu himpunan ke yang membawa setiap ( ke suatu fungsi dari yang unik. Jadi 8

(. Karena juga berada dalam bawah operasi (Aliatiningtyas 200 memenuhi aksioma-aksioma berikut ini operasi bersifat assosiatif ( ada 3. unsur untuk setiap identitas. ada unsur (Aliatiningtyas 200 untuk ( pada sehingga. sehingga berlaku disebut grup komutatif jika operasi bersifat komutatif Definisi 3.3 Grup yaitu tertutup di dengan operasi biner disebut grup jika Definisi 3.2 (Grup Struktur aljabar maka dikatakan (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.4 (Grup Hingga Order Suatu grup dikatakan berhingga jika banyaknya unsur berhingga. Banyaknya unsur dari grup hingga dinamakan order dari dinotasikan ℴ( (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.5 (Order dari Unsur Grup Misalkan (notasi ℴ( integer positif grup. Jika tidak ada minimal sehingga bilangan yang demikian maka dikatakan order dari. Order tak hingga atau nol (Aliatiningtyas 200 Toerema 3.6 Berikut ini 3 sifat dasar yang berkaitan dengan pengertian order. Misalkan Misalkan grup grup ℴ( maka ada tepat 3. yaitu yang semuanya berbeda.. Jika ℴ( tak hingga maka semua kuasa dari berbeda. Artinya jika kuasa dari dua integer yang berbeda maka. Misalkan unsur dari grup hanya jika sehingga kelipatan dari ℴ(. Maka ( kelipatan jika artinya ada integer (Aliatiningtyas 2002; Guritman 2004. 9

Definisi 3.7 (Subgrup Misalkan dari jika. Maka grup grup dibawah operasi biner yang sama dengan operasi biner pada. (Aliatiningtyas 200 (Notasi : Definisi 3.8 (Grup Siklik Suatu grup hanya jika ada unsur ( berorder maka sehingga ℴ( dikatakan siklik jika disebut generator sedemikian sehingga ℤ}(Guritman 2004. Teorema 3.9 Jika grup ada siklik jika hanya jika (Guritman 2004. Teorema 3.10 (Teorema Lagrange s Jika subgrup disebut subgrup maka order dari grup hingga membagi order dari (Menezes et al. 1997; Aliatiningtyas 200 Definisi 3.11 (Ring Struktur aljabar dengan operasi disebut operasi penjumlahan operasi disebut operasi perkalian disebut ring jika memenuhi aksioma-aksioma berikut ini. 3. grup komutatif. Operasi perkalian bersifat assosiatif. Hukum distributif kiri berlaku : Hukum distributif kanan berlaku : ( (.. Unsur identitas terhadap dinotasikan dengan 0 disebut unsur nol. Selanjutnya Jika operasi perkalian bersifat komutatif ring komutatif. disebut Jika ada unsur identitas dibawah operasi perkalian (unsur ini disebut unsur kesatuan 1 dinotasikan 1 (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.12 Misalkan ring. Himpunan bagian jika 1 1 dengan maka dari maka disingkat unkes disebut ring dengan unsur kesatuan merupakan ring dibawah operasi dalam dari ring disebut subring (Aliatiningtyas 200 10

Definisi 3.13 (Ideal Misal ring disebut ideal jika memenuhi : a. b. (. (Aliatiningtyas 200 Teorema 3.14 (Ideal Utama Misalkan 1 { ring komutatif dengan unsur kesatuan. Suatu himpunan dilambangkan yang didefinisikan sebagai dibangun oleh merupakan } ideal. Ideal yang demikian disebut ideal utama yang (Rosdiana 2009. Definisi 3.15 Misalkan tidak kosong. Himpunan bagian ring ideal dari maka koset-koset aditif dari. Definisikan dengan / penjumlahan perkalian didefinisikan : ( Teorema 3.16 / (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.17 Fungsi R berlaku ( ( ( ( {. Operasi } (Aliatiningtyas 200 merupakan ring disebut ring faktor dari oleh dari ring R ke ring R disebut homomorfisma jika ab (a b (a (b (ab (a (b Kernel {xr (x 0 } 0 unsur nol dari. Jika ada homomorfisma yang bijektif dari R ke R maka dikatakan R isomorfik dengan R dinotasikan : R R (Aliatiningtyas 200 Teorema 3.18 Misalkan θ: R R homomorfisma ring. Maka θ(r subring dari R Ker θ ideal dari R 3. Jika N ideal dari R maka θ(n juga ideal dari R (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.19 (Polinomial Jika parameter atas ring komutatif maka polinomial dengan diekspresikan dalam bentuk : ( 11

dimana terbesar 0. disebut koefisien dari 0 disebut derajad pada 0 maka ( 0 maka (. Jika ( disebut (polinomial ( mempunyai derajad 0. Jika semua koefisien ( disebut polinomial nol derajadnya dinotasikan. ( dikatakan Polinomial (. Integer ( dinotasikan deg ( koefisien utama (leading coeffisien dari konstan dalam monik jika koefisien utamanya 1 (Menezes et al. 1997. Definisi 3.20 ℤ [x] himpunan semua polinomial dalam peubah x dengan koefisien dalam ring ℤ merupakan sebuah ring di bawah operasi penjumlahan perkalian polinomial (Fraleigh 2000. Definisi 3.21 (Polinomial Irredusibel Misal berderajad paling kecil ( ℤ[ ] polinomial ( dikatakan irredusibel atas ℤ jika f(x tidak dapat dinyatakan sebagai produk dari dua polinomial berderajad lebih kecil dari f(x dalam ℤ [ ]. Dan dikatakan redusibel jika faktorisasinya ada (Menezes et al. 1997. Definisi 3.22 Misal polinomial tak-nol ( ℎ( ℤ [ ]. Maka dari ( ℎ( dinotasikan gcd ( ( ℎ( polinomial monik berderajad terbesar dalam ℤ [ ]yang membagi 1997. ( ℎ( (Menezes et al. Teorema 3.23 (Teorema Faktor Jika ℤ ring komutatif dengan unsur kesatuan ( ℤ[ ] berderajad 1 maka ( 0 jika hanya jika faktor dari ( (Michaels 2000. Definisi 3.24 (Field Suatu ring yang komutatif ada unkes setiap unsur tak nolnya mempunyai invers (multiplikatif disebut lapangan (field (Aliatiningtyas 200 Definisi 3.25 (Subfield Jika field operasi penjumlahan perkalian di subfield dari memuat field (sedemikian sehingga sama dengan di disebut perluasan field dari maka disebut (Pretzel 199 12

Definisi 3.26 (Finite Field Suatu field dikatakan berhingga (finite field jika himpunannya memiliki banyak elemen yang berhingga. Order banyaknya anggota (Menezes et al. 1997. Teorema 3.27 Eksistensi kekhasan finite field. Jika F finite field maka F terdiri dari unsur dengan p prima Untuk setiap prima berorder pm ada finite field yang khas berorder pm. Field ini dinotasikan dengan GF(pm (Menezes et al. 1997. Teorema 3.28 Misal field berorder bilangan prima. Himpunan integer modulo dinotasikan dengan Teorema 3.29 Unsur tak-nol ( atau ℤ (Rosdiana 2009. ( membentuk sebuah grup di bawah operasi perkalian disebut grup perkalian dari ( (Menezes et al. 1997. Teorema 3.30 untuk setiap ( dinotasikan dengan ( grup siklik yang berorder Teorema 3.31 Finite field setiap elemen (Saeki 1997. ( ( perluasan field ℤ berderajad akar polinomial tak-konstan di ℤ [.] Maka ada perluasan field sedemikian sehingga ( 0 (Fraleigh 2000. perluasan field ℤ. ( 0 untuk beberapa polinomial tak-nol atas ℤ maka 1 berlaku ( (Menezes et al. 1997. Teorema 3.32 Misalkan ℤ field misalkan Definisi 3.33 berbentuk atas dari ℤ ada disebut algebraic atas ℤ jika ( ℤ[ ]. Jika tidak algebraic ( ℤ[ ] polinomial irredusibel berderajad Maka ℤ [ ]/ ( finite field dengan order perkalian polinomial dilakukan dalam modulo ℤ ( polinomial transcendental atas ℤ (Fraleigh 2000. Teorema 3.34 Misal.. Penjumlahan ( (Menezes et al. 1997. 13

( ℤ[ ]berderajad Definisi 3.35 Suatu polinomial irredusibel polinomial primitif jika disebut ( (Menezes et al. 1997. generator dari Definisi 3.36 Misal E perluasan field dari field ℤ c E algebraic atas ℤ. Polinomial irreducible untuk c atas ℤ dari polinomial monik ( dinotasikan dengan irr(c ℤ derajad dari polinomial irreducible untuk c atas ℤ dinotasikan dengan deg(c ℤ (Rosdiana 2009. ℤ ( dengan Teorema 3.37 Misal ℤ deg unik dalam bentuk Setiap unsur 2009. Teorema 3.38 berderajad dari Diberikan ( 0 ( algebraic atas ℤ ℤ ( dapat dinyatakan secara ℤ (Rosdiana dimana polinomial ( ℤ [ ] irredusibel ℤ [ ]/ ( ℤ ( { grup field. Pada V didefinisikan aturan penjumlahan aturan perkalian skalar. disebut ruang vektor atas ℤ untuk semua }(Michaels 2000. Definisi 3.39 (Ruang Vektor Misal Untuk setiap jika memenuhi aksioma berikut. setiap tertutup terhadap perkalian : di bawah operasi penjumlahan abelian. setiap terdapat tunggal Untuk setiap 3. Untuk setiap 4. Untuk setiap 5. Untuk setiap 1 ; 1 unsur identitas di setiap ( setiap ( (... sehingga (Rosdiana 2009. Definisi 3.40 Misalkan V ruang vektor atas skalar misalkan A {v1 v2... vn} himpunan yang terdiri atas n vektor dalam V. A disebut bebas linear jika ( ni ci vi 0 ( i I {12 n} ci 0. Ingkarannya A disebut terpaut linear jika ( ni ci vi 0 j I {12 n} cj 0 (Guritman 2005. 14

Definisi 3.41 Misalkan V ruang vektor atas { } himpunan berhingga vektor-vektor di dalam V. Untuk menyatakan bahwa V ruang yang direntang oleh vektor-vektor pada himpunan B dituliskan. Artinya integer. Definisi 3.42 Misalkan V ruang vektor atas B himpunan berhingga vektor-vektor di dalam V. Dikatakan B basis untuk V jika B bebas linear V B (Guritman 2005. ℤ. Jika deg basis {1 4 ℤ maka ℤ ( ruang vektor atas ℤ berdimensi- dengan } (Rosdiana 2009. Masalah Logaritma Diskret Definisi 4.1 (Logaritma Diskret Misalkan. Logaritma diskret generator integer unik 0 (Menezes et al. 1997. Teorema 4.2 Misalkan Misal log ( algebraic atas perluasan field dari field ℤ Teorema 3.43 Misal log. dengan basis dinotasikan log 1 sedemikian generator grup siklik sebuah integer. Maka log ( grup siklik berorder (log mod (Menezes et al. 1997. hingga berorder 0 2sehingga. log mod Definisi 4.3 (Masalah Logaritma Diskret Diberikan bilangan prima generator dari ℤ ℤ. Masalah logaritma diskret menentukan (Menezes et al. 1997. Definisi 4.4 (Masalah Logaritma Diskret diperumum Diberikan grup siklik berorder generator menentukan 0 1sehingga Lemma 4.5 Jika order dari tidak kongruen modulo modulo (Lestari 2007.. Masalah logaritma diskret (Menezes et al. 1997. maka 1 saling 15

generator dari ℤ maka untuk setiap Teorema 4.6 Misalkan sehingga (Lestari 2007. ( Teorema 4.7 Setiap unsur (Rosdiana 2009. Lemma 4.8 Andaikan. Dipilih menggunakan iterasi untuk ada dibangkitkan oleh prima memenuhi ekivalen dengan akar dari persamaan : ( 1 sedemikian yang khas pada rentang 0 terdapat integer ℤ sehingga atau ( himpunan hingga diketahui ada fungsi untuk membangkitkan barisan ( untuk 0. Ada > 0 sehingga Lemma 4.9 Andaikan bahwa 1 dengan sehingga. Jika barisan menggunakan iterasi maka hasilnya akan sama dengan barisan ( ( untuk (Safaat 2007. bilangan-bilangan 0 bebas dipilih dari himpunan {1 2 }. Peluang bahwa setiap bilangan 1 berbeda 5 1 1 (Safaat 2007. Sistem Persamaan Linear Definisi 5.1 Suatu persamaan linear dalam peubah (variabel persamaan dengan bentuk dimana bilangan-bilangan real peubah. Dengan demikian maka suatu sistem linear dari dalam persamaan peubah satu sistem berbentuk : dimana semuanya bilangan-bilangan real (Leon 1998. 16

Definisi 5.2 Suatu sistem persamaan linear dikatakan homogen jika konstantakonstanta di ruas kanan semuanya nol. Sistem-sistem homogen selalu konsisten (Leon 1998. Teorema 5.3 Sistem persamaan linear homogen > taktrivial jika 6 (Leon 1998. memiliki penyelesaian Algoritme Berlekamp s Q-matrix Algoritme 6.1 Algoritme Berlekamp s Q-Matrix Input : Polinomial monik bebas kuadrat Output : Faktorisasi Untuk Bentuk matriks 3. Tentukan basis setiap 5. { ( }. Untuk 1 dalam ( d alam polinomial irredusibel monik. matriks identitas 4. ( b erderajad 0. 1 hitung polinomial untuk ruang null pada matriks (. Banyaknya faktor irredusibel pada [ ]. mod ( dengan (. lakukan langkah berikut : 5.1 Untuk setiap polinomial ℎ( degℎ( > 1 lakukan langkah berikut Hitung gcd (ℎ( 6. untuk setiap ganti ℎ( pada dengan semua polinomial hasil perhitungan gcd yang berderajad Hasilnya polinomial-polinomial F yang berupa faktor-faktor irredusibel 7 ( ( (Menezes et al. 1997. Kompleksitas Waktu Asimptotik Algoritme aritmetik yang dihasilkan dalam penelitian ini akan dianalisis dari segi fungsi kompleksitas waktu (time-complexity function yaitu sebagai fungsi untuk mengukur banyaknya operasi dalam suatu algoritme yang mempunyai variabel input. Yang dimaksud dengan banyaknya operasi banyaknya operasi dasar (jumlah kurang kali bagi ditambahkan dengan assignment perbandingan (ekspresi logika (Guritman 2004. Hal ini perlu 17

untuk mengetahui kinerja algoritme. Kinerja algoritme akan tampak untuk besar bukan pada kecil. Langkah pertama dalam pengukuran kinerja algoritme membuat makna sebanding. Gagasannya dengan menghilangkan faktor koefisien di (. Sebagai contoh andaikan bahwa kompleksitas waktu dalam ekspresi terburuk dari sebuah algoritme pertumbuhan dibandingkan 2 ( sebanding dengan 2 ( 2 suku 6 6. Suku-suku yang tidak mendominasi perhitungan pada rumus mengabaikan koefisien 2 ditulis ( ( berorder paling besar ( Teorema ( untuk 7.2 polinom derajad besar 1 menjadi tidak berarti ( dapat diabaikan sehingga kompleksitas waktu Definisi 7.1 Untuk ( (. ( ( (dibaca ( ( bila terdapat konstanta C Bila (dengan ( ( artinya ( sedemikian sehingga (Munir 200 ( maka ( ( (Munir 200 Setelah mendefinisikan fungsi ( untuk suatu algoritme kemudian dengan Tabel Oh-Besar (Menezes et al. 1997 kita tentukan order dari sebagai ukuran efisiensi algoritme yang bersangkutan. Dalam tabel berikut diberikan beberapa bentuk Oh-Besar yang sering muncul dalam aplikasi analisis algoritme (Guritman 2004. Urutan batasan lebih baik disusun dari atas ke bawah. Tabel 7.1 Oh-Besar Bentuk Oh-Besar Nama O(1 O(log2 n O(n O(n log2 n O(n2 O(n3 m O(n m 0 1 2... O(cn c > 1 O(n! konstan logaritmik linear n log2 n kuadratik kubik polinomial eksponensial faktorial 18

19