III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Analisis Model dan Contoh Numerik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

IV METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

IV METODE PENELITIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Pengembangan Model

III. METODE PENELITIAN

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

IV. METODE PENELITIAN

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Muhammad Firdaus, Ph.D

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

Bab 2 Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

*Corresponding Author:

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah inpu menjadi oupu. Hubungan anara inpu yang digunakan dalam proses produksi dengan kuanias oupu yang dihasilkan disebu sebagai fungsi produksi. Kepuusan dalam kegiaan proses produksi erbagi dalam iga kaegori, yaiu jangka pendek, jangka panjang, dan jangka sanga panjang. Jangka pendek dicirikan dengan semua inpunya adalah eap, semenara jangka panjang semua inpu variabel. Inpu eap adalah inpu yang idak berubah aau idak dapa diambah, dinamakan sebagai fakor eap. Sedangkan inpu variabel adalah inpu yang dapa berubah dalam jangka waku erenu, dinamakan sebagai fakor variabel. Fungsi produksi erdiri dari produk oal (TP), produk raa-raa (AP), dan produk marjinal (MP). Produk oal adalah jumlah oal yang diproduksi selama periode waku erenu. Produk oal akan berubah menuru banyak sedikinya fakor variabel yang digunakan. Produk raa-raa adalah produk oal dibagi jumlah uni fakor variabel yang digunakan unuk memproduksinya. Semenara produk marjinal aau produk fisik marjinal adalah perubahan dalam produk oal sebagai akiba sau uni ambahan penggunaan variabel (Lipsey e al. 1995) Dalam kaiannya anara produk marjinal dan proses produksi, seorang produsen dapa menambah hasil produksi dengan menambah semua inpu produksi aau menambah sau aau beberapa inpu produksi. Penambahan inpu produksi mengikui hukum The law of diminishing marginal reurns yang merupakan dasar dalam ekonomi produksi. The law of diminishing marginal reurns erjadi jika jumlah inpu variabel diambah penggunaannya, maka oupu yang dihasilkan meningka, api seelah mencapai sau iik erenu penambahan oupu semakin lama semakin berkurang (Deberin 1986). Secara umum produksi dalam usahaani dienukan oleh fakor-fakor produksi seperi anah, enaga kerja, modal, dan manajemen. Hubungan eknis anara inpu dan oupu dapa dinyaakan dalam benuk fungsi produksi. Fungsi 19

produksi menerangkan hubungan eknis yang mensransformasikan inpu aau sumberdaya menjadi oupu aau komodias (Deberin 1986). Dalam suau proses produksi khususnya usahaani idak pernah erlepas dari risiko produksi ermasuk dalam penggunaan inpu yang ada di dalam fungsi produksi. Menuru Deberin (1986) risiko adalah suau kejadian yang kemungkinan muncul dan menyebabkan flukuasi hasil dimana kemungkinan/probabilias hasil yang dierima dapa diesimasi. Sedangkan apabila pelaku usaha idak memiliki daa yang bisa dikembangkan unuk menyusun disribusi probabilias maka akan muncul suau kejadian yang disebu keidakpasian (uncerainy). Tidak jauh berbeda menuru Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang erjadinya suau kejadian yang dapa diukur oleh pengambil kepuusan dan pada umumnya pengambil kepuusan mengalami suau kerugian. Risiko era kaiannya dengan keidakpasian, eapi kedua hal ersebu memiliki makna berbeda. Keidakpasian (uncerainy) adalah peluang suau kejadian yang idak dapa diukur oleh pengambil kepuusan. Adanya keidakpasian dapa menimbulkan risiko. Menuru Ellis (1993), risiko dibaasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suau perisiwa yang mempengaruhi suau proses pengambilan kepuusan. Sedangkan keidakpasian mengacu pada siuasi dimana idak memungkinkan unuk mengeahui probabilias kejadian dari suau perisiwa. Terdapa beberapa pendekaan yang berbeda dalam meliha mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiaan produksi usahaani, risiko merupakan peluang erjadinya suau perisiwa yang menghasilkan pendapaan di aas aau di bawah raa-raa dari pendapaan yang diharapkan dalam serangkaian musim panen. Seiap pelaku usaha melakukan pengambilan kepuusan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya unuk menghasilkan oupu yang diharapkan. Namun, seringkali kepuusan ersebu dihadapkan pada risiko dan keidakpasian. Risiko cenderung menurunkan hasil baik produksi maupun pendapaan usaha. Implikasi risiko erhadap variasi pendapaan dapa diliha pada Gambar yang merupakan fungsi produksi sederhana yang menunjukkan iga respon yang berbeda dalam oupu dari penggunaan inpu. 0

Toal Value Produc Y (Rp) a f TVP 1 c g E(TVP) d h b e i j TVP 0 X X E X 1 Inpu X Keerangan : TVP 1 TVP E(TVP) = Toal value produc in good years = Toal value produc in bad years = Expeced oal value produc Gambar. Hubungan Kepuusan Penggunaan Inpu dan Variasi Pendapaan Sumber : Ellis (1993) Variasi pendapaan dipengaruhi oleh kepuusan pengalokasian salah sau sumberdaya yang digunakan unuk produksi. Benuk kurva dalam fungsi produksi ersebu mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk erhadap respon oupu unuk berbagai ingka penggunaan inpu. Toal Value Produc (TVP) menggambarkan penerimaan yang didapa dari hasil produksi. Kondisi TVP yang diperlihakan berbeda-beda yang erdiri dari iga kondisi, yaiu TVP pada penggunaan sejumlah inpu saa kondisi baik (TVP 1 ), pada kondisi yang diharapkan (E(TVP)), dan pada kondisi buruk (TVP ). Penambahan kurva Toal Cos () berujuan unuk memperlihakan biaya pembelian inpu yang meningka. Terdapa iga alernaif penggunaan inpu yang diunjukkan oleh X 1, X, X E yang erkai risiko : 1. Inpu yang digunakan sebanyak X 1. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi dimana pada saa ersebu dalam kondisi yang baik, maka keunungan erbesar yaiu sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP erjadi maka 1

kerugian sebesar bj akan dialami peani. Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih berani erhadap risiko (risk-aking).. Inpu yang digunakan sebanyak X. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi maka keunungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP erjadi maka peani idak akan mengalami kerugian dan eap mendapakan keunungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi ersebu peani masih mampu membayar biaya pembelian inpu ersebu (TVP > ). Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih aku erhadap risiko (riskaverse). 3. Inpu yang digunakan sebanyak X E. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan hasil raa-raa pendapaan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP 1 erjadi maka keunungan sebesar fh akan diperoleh, eapi bukan merupakan kemungkinan keunungan erbesar. Di sisi lain, jika TVP erjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami peani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian erkecil. Dalam kondisi ini berari seorang peani memilih neral erhadap risiko (risk-neural). Dalam penenuan risiko produksi erdapa beberapa model yang menyangku risiko, salah saunya adalah penenuan inpu yang opimal pada kondisi risiko dalam fungsi produksi. Robison dan Barry (1987) menyebukan ada sau model yang dikembangkan unuk menganalisis dampak risiko erkai produksi dari penggunaan ingka inpu erhadap oupu, yaiu model risiko fungsi produksi Jus dan Pope. Dalam fungsi produksi Jus dan Pope melibakan masuknya kesalahan isilah (error) ke dalam fungsi produksi unuk menggambarkan pengaruh fakor ak erkendali seperi cuaca, inefisiensi eknis, dan lainnya dalam produksi. Kemudian, masuknya kesalahan isilah (error) ke dalam fungsi produksi akan menunjukkan variabilias bahwa dalam oupu (hasil) juga dijelaskan oleh fakor endogen dan ingka inpu yang digunakan. Model risiko fungsi produksi Jus dan Pope erdiri dari fungsi produksi raa-raa (mean producion funcion) dan fungsi produksi variance (variance producion funcion). Kedua fungsi ersebu dipengaruhi oleh penggunaan inpu dalam kegiaan produksi, sehingga dapa dilakukan evaluasi mengenai inpu-inpu yang bersifa pengurang risiko (risk reducing) aau peningka risiko (risk

inducing). Secara maemais, persamaan model risiko fungsi produksi Jus dan Pope dapa diulis sebagai beriku (Robison dan Barry 1987) : q = f(x) + h(x)ε dimana : q = Hasil produksi yang dihasilkan (oupu) f(x) = Fungsi produksi raa-raa h(x) = Fungsi varian (fungsi risiko) x = Inpu aau fakor-fakor produksi yang digunakan ε = error erm aau disribusi ε~(0,σ e) Menuru Jus dan Pope pada penggunaan inpu produksi sebagai pengurang risiko (risk reducing facors), misalnya penggunaan sisim irigasi, penggunaan pesisida, biaya yang dikeluarkan unuk memprediksi kondisi pasar yang akan daang, menyewa jasa konsulan profesional dan pemakaian peralaan/mesin baru merupakan beberapa cara aau fakor dalam merespon adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku produksi. Sedangkan fakor lain seperi benih dan pupuk sebagai fakor yang menyebabkan risiko (risk inducing facors) dalam produksi (Robison dan Barry 1987). Pesisida sebagai fakor pengurang risiko dapa diilusrasikan bahwa keika idak erdapa hama pada anaman maka hasil produksi akan normal, sedangkan keika erdapa hama pada anaman kemudian diberikan pesisida maka hasil produksi akan normal. Berdasarkan dua kondisi ersebu menunjukkan idak adanya gap aau penyimpangan unuk pembanding yang sama. Arinya, idak ada variasi hasil produksi, sehingga bukan merupakan fakor yang dapa menimbulkan risiko. Risiko yang dihadapi peani akan berpengaruh pada pemilihan jenis inpu yang digunakan. Jika peani bersifa risk averer, maka inpu yang menyebabkan variasi hasil akan dihindari oleh peani dan peani akan memilih inpu lain yang diperkirakan idak menimbulkan variasi hasil yang besar. Variasi hasil akan berakiba pada variasi pendapaan peani. Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya perubahan dalam seiap periode aau waku, sehingga risiko produksi menggambarkan flukuasi pada produksi yang dihasilkan peani. Penilaian risiko karena adanya flukuasi produksi ersebu dapa dianalisis dengan menggunakan variance produksi periode erenu. Salah sau model yang dapa menjelaskan mengenai variance 3

produksi ersebu, yaiu model Generalized Auoregressive Condiional Heeroscedasiciy (GARCH) (Verbeek 000). Model GARCH secara khusus di desain unuk model variance yang mana variance sebagai variabel dependen merupakan fungsi dari variabel dependen periode sebelumnya aau variabel independen aau eksogenus. Secara umum model GARCH dapa dirumuskan sebagai beriku (Verbeek 000) : Y Y j e p q j j j 1 j 1 j j Model GARCH yang umumnya digunakan adalah model GARCH (1,1) yang dapa dirumuskan sebagai beriku (Verbeek 000) : 1 1 dimana : = variance error pada periode 1 = error kuadra periode sebelumnya 1 = variance error pada periode sebelumnya,, = parameer esimasi Model GARCH (1,1) mempunyai ari bahwa variance error pada periode ( ) dienukan oleh error kuadra periode sebelumnya ( 1 ) dan variance error pada periode sebelumnya ( 1). Variance error menunjukkan variance dari produksi. Model GARCH (1,1) dapa menggunakan Maximum Likelihood Esimaion (MLE) unuk esimasi parameer. 3. Teori Biaya, Penerimaan, dan Pendapaan Lipsey e.al. (1995) mendefinisikan biaya oal ( aau oal cos) adalah biaya oal unuk menghasilkan ingka oupu erenu. Biaya oal dibagi menjadi dua bagian, yaiu biaya eap oal (TFC aau oal fixed cos) dan biaya variabel oal (TVC aau oal variable cos). Biaya eap adalah biaya yang idak berubah meskipun oupu berubah. Sedangkan biaya yang berkaian langsung dengan oupu, yang berambah besar dengan meningkanya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebu biaya variabel. Menuru Deberin (1986) 4

biaya variabel adalah biaya produksi yang bervariasi dengan ingka oupu yang dihasilkan oleh peani. Conoh biaya variabel ermasuk biaya yang erkai dengan pembelian inpu seperi bibi, pupuk, herbisida, insekisida, dan sebagainya. Sedangkan biaya eap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh peani disaa sedang aau idak berproduksi. Conoh biaya eap ermasuk pembayaran unuk pembelian anah dan penyusuan mesin peranian, bangunan, dan peralaan. Secara maemais biaya oal () dapa dirumuskan sebagai beriku (Lipsey e.al. 1995) : = TFC + TVC dimana : = Toal cos aau biaya oal (Rp) TFC = Toal fixed cos aau biaya eap oal (Rp) TVC = Toal variable cos aau biaya variabel oal (Rp) Hubungan anara besarnya biaya produksi dengan ingka produksi disebu dengan fungsi biaya. Grafik fungsi biaya dapa diliha pada Gambar 3. TVC TFC 0 Q Keerangan : TFC TVC Q = Toal cos aau biaya oal (Rp) = Toal fixed cos aau biaya eap oal (Rp) = Toal variable cos aau biaya variabel oal (Rp) = Quaniy aau hasil produksi (sauan) Gambar 3. Kurva Biaya Toal Sumber : Lipsey e.al. (1995) 5

Benuk kurva TFC adalah horizonal karena nilainya idak berubah berapapun banyaknya barang yang diproduksi. Sedangkan TVC bermula dari iik nol dan semakin lama semakin berambah inggi. Hal ini menggambarkan bahwa keika idak ada produksi TVC = 0, dan semakin besar produksi maka semakin besar nilai biaya variabel oal (TVC). Kurva adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh karena iu, kurva bermula dari pangkal TFC dan apabila diarik garis egak di anara TVC dan panjang garis iu adalah sama dengan jarak dianara TFC dengan sumbu daar. Selanjunya, menuru Deberin (1986) oal penerimaan merupakan nilai produk oal yang dierima peani aau pengusaha, dimana penerimaan diperoleh dari jumlah oal produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual aau harga pasar yang konsan. Secara maemais, oal penerimaan aau oal pendapaan (oal revenue) dapa dirumuskan sebagai beriku (Deberin 1986) : TR = p x y dimana : TR = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) p = Harga pasar (Rp) y = Hasil produksi (sauan) Toal penerimaan aau oal pendapaan yang dikurangi dengan biaya oal yang dikeluarkan disebu sebagai pendapaan bersih aau keunungan (profi) yang dierima peani aau pengusaha. Pendapaan bersih aau keunungan dapa dirumuskan sebagai beriku (Deberin 1986) : π = TR dimana : π TR = Pendapaan bersih/keunungan (Rp) = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) = Biaya oal (Rp) Unuk lebih menjelaskan mengenai pendapaan, beriku grafik yang menggambarkan biaya oal dan hasil penjualan oal yang dapa diliha pada Gambar 4. 6

CR TR BEP Q Keerangan : CR TR Q BEP = Cos dan revenue aau biaya dan pendapaan (Rp) = Toal pendapaan/penerimaan (Rp) = Biaya oal (Rp) = Quaniy aau hasil produksi (sauan) = Break even poin aau iik impas Gambar 4. Hubungan Biaya Toal dan Hasil Penjualan Toal Sumber : Lipsey e.al. (1995) Gambar 4 menunjukkan bahwa kurva TR diasumsikan berada di aas kurva. Hal ini menggambarkan bahwa usaha ersebu mengalami keunungan. Perpoongan anara iik TR dan iik pada ingka produksi sau komodias merupakan iik impas aau Break Even Poin (BEP), dimana produksi idak mengalami keunungan aau kerugian. Bila TR > (oupu yang dihasilkan lebih besar dari BEP) maka sau usaha dikaakan mengunungkan dan bila TR< maka usaha ersebu mengalami kerugian. 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan produkivias hasil kegiaan usahaani caisin yang dilakukan para peani di Desa Ciapen yang merupakan anggoa Kelompok Tani Pondok Meneng mengalami flukuasi aau hasil yang idak menenu. Flukuasi produkivias merupakan indikasi risiko produksi, dimana risiko yang erjadi ini berkaian dengan kegiaan produksi yang dilakukan para peani. Terjadinya flukuasi produkivias dan risiko produksi ini dapa disebabkan oleh berbagai fakor, baik iu fakor yang idak erkendali maupun fakor yang erkendali. 7

Fakor yang idak erkendali merupakan sumber uama risiko produksi yang umumnya erjadi pada usahaani caisin, yaiu serangan hama dan penyaki sera keidakpasian cuaca. Keidakpasian cuaca seperi perubahan anara kondisi hujan dan panas yang idak menenu akan mempengaruhi perumbuhan komodias caisin. Selain iu, cuaca yang idak menenu juga akan berpengaruh pada meningkanya populasi hama dan ingka kerenanan anaman erhadap penyaki. Semenara iu, risiko produksi yang disebabkan oleh fakor yang erkendali, yaiu berdasarkan penggunaan inpu aau fakor-fakor produksi dalam menghasilkan oupu aau hasil produksi. Hasil produksi sanga erganung dengan bagaimana inpu aau fakor-fakor produksi yang digunakan. Penggunaan inpu dalam jumlah dan waku yang idak epa umumnya akan menurunkan hasil produksi. Risiko produksi yang erjadi dapa diperhiungkan melalui penggunaan inpu aau fakor-fakor produksi yang merupakan fakor yang erkendali. Fakor-fakor produksi yang digunakan, yaiu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, pupuk daun, pesisida cair, pesisida pada, dan enaga kerja. Penggunaan inpu dalam kegiaan produksi caisin akan dipengaruhi oleh harga inpu, sehingga besarnya kecilnya inpu yang digunakan akan berpengaruh erhadap biaya yang dikeluarkan peani. Semakin besar biaya yang dikeluarkan peani maka pendapaan usahaani akan berkurang aau menurun. Semenara iu, besar kecilnya pendapaan usahaani caisin juga dipengaruhi oleh harga jual oupu dipasaran, semakin inggi harga oupu maka pendapaan usahaani caisin akan semakin besar. Flukuasi produkivias dan risiko produksi yang erjadi pada akhirnya akan berpengaruh erhadap pendapaan usahaani, dimana pendapaan usahaani umumnya menjadi idak menenu seiring dengan jumlah produksi yang berflukuaif. Unuk iu perlu dilakukan analisis risiko produksi dan analisis pendapaan usahaani aas kondisi yang erjadi di lapangan erkai dengan adanya risiko produksi. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model GARCH (1,1) sehingga akan dikeahui fakor yang bersifa pengurang risiko (risk reducing facor) aau fakor yang bersifa peningka risiko (risk inducing facor). Semenara iu, unuk mengeahui gambaran pendapaan usahaani caisin dalam 8

kondisi risiko produksi maka digunakan analisis pendapaan usahaani. Kerangka pemikiran operasional dapa diliha pada Gambar 5. Kegiaan Usahani Caisin yang Dilakukan Para Peani di Kelompok Tani Pondok Meneng Terjadinya Flukuasi Produkivias Caisin di Kelompok Tani Pondok Meneng Risiko Produksi Caisin Sumber Risiko Produksi (Fakor Tidak Terkendali) : 1. Hama dan Penyaki. Keidakpasian cuaca Penggunaan Fakor-fakor Produksi (Fakor Terkendali) : 1. Benih. Pupuk kandang 3. Kapur 4. Pupuk urea 5. Pesisida cair 6. Pesisida pada 7. Pupuk daun 8. Tenaga kerja Harga Inpu Harga Oupu Pendapaan Usahaani Caisin Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Fakor-Fakor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Caisin (Brassica rapa cv. caisin) di Desa Ciapen Kecamaan Ciawi Kabupaen Bogor 9