BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

IV METODE PENELITIAN

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LATIHAN SOAL KWU XII

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

B a b 1 I s y a r a t

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 Landasan Teori

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

BAB III METODE PENELITIAN

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

Transkripsi:

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Tujuan Perusahaan Dewasa ini dengan meningkanya perumbuhan indusri indusri baik manufakur aaupun non manufakur menunu banyak pihak eruama pihak pihak yang berhubungan langsung dengan indusri unuk berfikir lebih cepa selain iu diunu unuk mencipakan segala sesuau harus efekif dan efisien, sehingga arge keunungan dari suau proses produksi dapa dicapai secara maksimal. Perusahaan secara keseluruhan, baik skala kecil menengah maupun besar sesungguhnya memiliki ujuan primer yang sama, yaiu menghasilkan keunungan aau laba, meningkakan kesejaheraan pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan, berkesinambungan, berumbuh, dan menyediakan produk spesifik unuk menjawab kebuuhan erenu masyaraka. Sejalan dengan iu, Levy dan Sarna ( 1990:2 ) merinci ujuan perusahaan menjadi delapan macam yaiu : 1. Memaksimalkan laba 2. Memaksimalkan penjualan 3. Memperahankan eksisensi perusahaan 4. Mencapai ingka laba erenu yang memuaskan 5. Mencapai pangsa pasar erenu 6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan 7. Kedamaian inernal ( adanya perenangan dianara jajaran managemen ) 8. Memaksimalkan kesejaheraan managemen

17 Tanpa mengurangi maksud dan ujuan perusahaan yang elah dikemukakan diaas pada dasarnya ujuan umum perusahaan dibagi menjadi : 1. Tujuan memaksimalkan laba 2. Tujuan memaksimalkan nilai perusahaan Tujuan memaksimalkan keunungan aau laba ini biasanya dihubungkan dengan skala waku jangka pendek, yaiu bagaimana mendayagunakan kapasias perusahaan yang ersedia saa ini seopimal mungkin, diikui dengan pengendalian biaya seefekif mungkin, sehingga laba yang diperoleh adalah maksimal. Disamping iu, keadaan yang dihadapi oleh pengambil kepuusan aau managemen ergolong kondisi yang pasi. Lain halnya dengan ujuan maksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan ini merupakan sasaran jangka panjang, yaiu bagaimana memperbaiki kinerja perusahaan sehingga kinerja baik yang iu mendorong naiknya harga saham dibursa efek dan pada akhirnya menaikkan nilai perusahaan. Tidak dapa diingkari bahwa ujuan menghasilkan keunungan aau laba adalah ujuan mendasar semua perusahaan. Bahkan kinerja manajemen selalu diukur dari kemampuannya unuk memperoleh keunungan aau laba. Keunungan aau laba usaha, selain berguna sebagai sumber inernal dari kegiaan pembenukan modal, juga merupakan sumber yang akan dipakai unuk meneapkan deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan. Maksimalisasi laba ersebu dapa dielaborasi secara fungsional sebagai beriku :

18 Keunungan / laba : Hasil penjualan Biaya Teap Biaya Variabel Misalkan P = a bq, maka PQ = ( a bq) Q PQ = aq aq 2 2.2 Invesasi dan Permasalahannya Invesasi secara umum diarikan sebagai kepuusan mengeluarkan dana pada saa sekarang unuk membeli akiva riil ( anah, rumah, mobil dan sebagainya ) aau akiva keuangan ( saham, obligasi, reksadana, wesel dan sebagainya ) dengan ujuan unuk mendapakan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan daang. Invesasi berbeda dengan abungan, karena abungan memiliki moif konsumif. Penyisihan sebagian pendapaan pada saa sekarang ke dalam abungan adalah ujuan unuk memungkinkan penabung unuk agar dapa memanfaakannya guna memenuhi kebuuhan konsumsinya yang lebih besar dimasa yang akan daang. Namun demikian, baik invesasi maupun abungan, keduanya erkai dengan mafaa yang diharapkan di masa yang akan daang. Banyak manfaa yang bisa diperoleh dari kegiaan invesasi. Dianaranya adalah : 1. Penyerapan enaga kerja 2. Penigkaan ou pu yang dihasilkan 3. Penghemaan devisa aaupun penambahan devisa, dan sebagainya Giman ( 2000 :332-334 ) pada dasarnya berpendapa bahwa invesasi ( jangka panjang ) aau pengeluaran modal ( capial expendiure ) adalah komimen

19 unuk mengeluarkan modal dalam jumlah erenu pada sekarang unuk memungkinkan perusahaan menerima manfaa diwaku yang akan daang, dua ahun aau lebih. Pengeluaran yang manfaanya akan dierima dalam sau ahun aau kurang disebu pengeluaran operasi ( operaing or revenue expendiure ). Lebih lanju Fizgerald (1978:6) menyaakan bahwa invesasi adalah akivias yang berkaian dengan usaha penarikan sumber-sumber ( dana ) yang dipakai unuk mengadakan barang modal pada saa sekarang dan dengan modal iu akan dihasilkan produk baru di masa yang akan daang. Dengan makna sama, Van Horne ( 1981:106 ) dan J.J. Clark dkk ( 1979:3 ) menyaakan bahwa invesasi adalah kegiaan yang memanfaakan pengeluaran kas pada saa sekarang unuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan daang unuk waku dua ahun aau lebih. Memperhaikan beberapa definisi di aas, maka dapa disimpulkan bahwa invesasi adalah pengeluaran unuk mengadakan barang modal pada saa sekarang dengan ujuan unuk menghasilan keluaran barang aau jasa agar dapa diperoleh manfaa yang lebih besar diahun yang akan daang, selama dua ahun aau lebih. Oleh karena iu invesasi berkaian dengan pengeluaran dana pada saa sekarang dan manfaanya baru akan dierima pada masa yang akan daang, maka invesaasi berhadapan dengan resiko, seidak-idaknya mengenai 1. Resiko Riil dari uang yang akan dierima dimasa yang akan daang ersebu

20 2. Resiko mengenai keidakpasian menerima uang dalam jumlah yang sesuai dengan yang diperkirakan akan dierima di masa yang akan daang ersebu Sehubungan dengan adanya perjalanan waku dan perubahan indikasi ekonomi makro seperi inflasi, perubahan nilai ukar, ingka bunga dan kebijaksanaan perpajakan, maka nilai nyaa uang juga akan mengalami penyusuan. Apa yang hari ini dapa dibeli dengan uang erenu ( misalnya Rp. 1000 ) di ahun mendaang barang iu idak mungkin lagi dibeli dengan harga Rp. 1000 dan mungkin naik menjadi Rp. 1.250 aau menjadi Rp. 1.500. Kenyaaan seperi iu menyebabkan imbulnya nilai sekarang ( presen value ) dari uang aau invesasi. Secara sederhana erdapa pernyaaan dalam kehidupan sehari hari bahwa lebih baik memiliki uang Rp. 1 hari ini daripada Rp. 1 di ahun yang akan daang. Semakin jauh jarak anara waku pengeluaran invesasi dengan waku pemulihan invesasi, resiko keidak pasian juga semakin besar. Resiko keidak pasian erhadap arus uang diakumulasi pada sebuah besaran yang dikenal sebagai fakor diskon ( discoun facor ). Fakor diskon dalam prakik dierima sebagai ingka biaya modal yang diperhiungkan aas invesasi yang bersangkuan. Misalnya berapakah nilai sekarang dari uang sebesar Rp. 1.000.000 yang akan dierima pada lima ahun yang akan daang jika fakor diskon yang diperhiungkan adalah 18 %? PV = A ( 1+ r) aau

21 PV A = ( 1+ r) dimana PV : nilai sekarang dari arus kas ( presen value ) A r : arus kas periode ke- : ingka diskon aau ingka bunga yang diperhiungkan : periode waku 0,1,2,3., n Dengan demikian, maka : PV PV 1.000.000 = 5 (1 + 0.18) 1.000.000 = = Rp.437.108,78 2,28776 Dengan menabung Rp. 437.108.78 pada saa sekarang dengan ingka bunga 18 %, maka pada akhir ahun ke-5 dana inu menjadi Rp. 1.000.000 FV = A ( 1+ r) dimana : FV : nilai akan daang ( fuure value ) A r : arus kas : ingka bunga aas diskon : periode waku 1,2,3,, n

22 unuk conoh diaas diperoleh : FV 5 = 437.108,78 x ( 1,78 ) 5 FV 5 = Rp. 1.000.000,00 Dalam hal ini, dipakai asumsi bahwa pendapaan bunga dari arus kas iu sejak diabung sampai akhir masa yang dienukan idak pernah diarik sehingga berlangsung proses bunga majemuk aau bunga berbunga. Diliha dari kondisi yang akan dihadapi invesor, maka kondisi iu dapa dibedakan menjadi 1. Kondisi pasi ( cerainy condiion ) 2. Kondisi idak pasi ( uncerainy condiion ) Sejalan dengan rumusan orienasi ujuan yang elah dieapkan oleh managemen, seluruh fungsi perusahaan, melipui fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, sera fungsi adminisrasi dan sumber daya manusia dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi iu bekerja sebagai sebuah sisem. Mereka bekerja sebagai sebuah eam yang padu dan sinergis sehingga pada akhirnya ujuan perusahaan aau organisasi dapa diwujudkan seopimal mungkin. 2.3 Tahap Penilaian Alernaif Inveasi Sebuah rencana invesasi seharusnya diwakili dengan suau evaluasi kelayakan erhadap rencana invesasi ersebu. Sekalipun erdapa buki bahwa ada pengusaha yang berhasil melaksanakan proyek secara mengunungkan anpa didahului evaluasi kelayakan dan pengusaha lainnya jusru gagal mengoperasikan

23 proyek yang sebelumnya sudah diadakan evaluasi kelayakan oleh sebuah im yang handal, evaluasi dimaksud eap pening arinya. Pada umunya penilaian aau sudi dari kelayakan suau invesasi akan menyangku iga aspek yaiu : 1. Manfaa ekonomis proyek ersebu bagi proyek iu sendiri ( sering juga disebu sebagai manfaa financial ). Yang berari apakah proyek aau invesasi ersebu dipandang cukup mengunungkan apabila dibandingkan dengan resiko dari proyek aau invesasi ersebu. 2. Manfaa ekonomis proyek aau invesasi ersebu bagi negara empa proyek aau invesasi ersebu ( sering juga disebu sebagai manfaa ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaa proyek aau invesasi ersebu bagi ekonomi makro suau negara ersebu. 3. Manfaa sosial proyek aau invesasi ersebu bagi masyaraka sekiar proyek aau invesasi ersebu. Dari sudu pandang perspekif rasional-objekif, idakkah pau melakukan sesuau yang mempunyai resiko yang besar berdasarkan persepsi unung unungan. Invesasi yang memiliki resiko besar seharusnya didahului oleh suau sudi kelayakan. Siklus evaluasi kelayakan rencana invesasi dapa dilukiskan sebagai beriku :

24 Ide Proyek 1. Hasil Survey Pasar 2. Pemerinah Sudi Regional Sudi Sekoral Idenifikasi Poensi Regioanal Evaluasi Pasca Pelaksanaan Idenifikasi Rencana Invesasi Sudi Pendahuluan Pelaksanaan Proyek Evaluasi Rencana Pendanaan Proyek Laporan Sudi Akhir Gambar 2.1 Srukur Evaluasi Kelayakan Invesasi Unsur yang melipui : 1. Gagasan Invesasi yang diperoleh dari hasil survey pasar, informasi dari pemerinah ( RAPBN ) dan rencana pembangunan dari BAPPENAS dan hasil peneliian lembaga pendidikan inggi. 2. Dilanjukan dengan sudi regional dan sekoral guna menemukan spesifikasi kebuuhan pasar, ermasuk jenis kebuuhan dan volumenya. 3. Menemukan poensi pendukung diiap wilayah alernaif, dilengkapi idenifikasi cara menempakan dan biaya perolehannya.

25 4. Jika daa sudah berhasil diperoleh, im perlu menyusun sudi kelayakan pendahuluan ( prefeasibiliy sudy ). Laporan sudi ini diperlukan unuk menjadi bahan diskusi linas fungsi. 5. Menyusun revisi laopran sudi kelayakan unuk kemudian dimajukan dalam rapa im lengkap dan linas fungsi. Selanjunya dihasilkan laporan sudi kelayakan final. 6. Laporan final secara fungsional dipakai unuk menyusun rencana pendanaan, rencana pembangunan, dan rencana perekruan enaga kerja. Selanjunya Siklus Perencanaan Proyek Invesasi oleh Levy dan Sarna (1990;25 ) 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengendalian Temukan Obyek Invesasi Membiayai Pelaksanaan Proyek Feedback Bandingkan Anggaran Rumuskan Esimasi Pendahuluan Revisi aas Esimasi Pengoperasian 1. Produksi 2. Pemasaran 3. Pembiayaan 4. Kalkulasi Biaya Feedback Bandingkan Anggaran Evaluasi Aspek Ekonomi Audi Pasca Operasi Lengkapi dengan Aspek Lain Laporan Sudi Kelayakan Revisi Prosedur Perencanaan Rencana Anggaran Proyek Gambar 2.2 Siklus Perencanaan Proyek Invesasi

26 2.4 Kegunaan Sudi Kelayakan Invesasi Pada umumnya, proyek invesasi memanfaakan dana yang idak kecil jumlahnya. Pengeluaran dana dilakukan pada saa sekarang, sedang manfaanya baru akan dierima di masa-masa yang akan daang. Masa mendaang iu mengandung resiko keidakpasian. Semakin jauh jarak anara waku pelaksanaan invesasi dan waku pemulihan invesasi, akan semakin besar pula resiko yang dihadapi. Berbagai perubahan dapa erjadi dan perubahan dimaksud mungkin saja besar pengaruhnya aas operasi proyek, seperi inflasi, perubahan nilai ukan maa valua asing, persaingan global, kebijakan pemerinah dan perubahan cira konsumen. Di lain pihak, dana memiliki beberapa alernaif penggunaan, seperi invesasi di pasar modal, valua asing, deposio, aau membeli akiva riil. Sanga rasional jika alernaif penggunaan dana iu dievaluasi dengan cerma dan elii sehingga penggunaan yang dipilih benar benar akan memberikan manfaa ekonomi yang maksimal. Wajar pula jika, menuru evaluasi, pendapaan yang dierima dari deposio aau membeli sekurias di pasar modal dan membaalkan rencana proyek komersial. Hal iu dikarenakan seorang invesor yang rasional harus memilih alernaif yang memberikan hasil yang erbaik, sehingga dapa dikeahui fungsi primer dari sudi kelayakan adalah : 1. Memandu pemilik dana ( calon invesor ) unuk mengopimalkan penggunaan dana yang dimilikinya. 2. Memperkecil resiko kegagalan invesasi dan pada saa yang sama memperbesar perluang keberhasilan invesasi yang bersangkuan.

27 3. Alernaif invesasi eridenifikasi secara obyekif dan eruji secara kuaniaif sehingga manager puncak mudah mengambil kepuusan invesasi yang obyekif 4. Aspek erkai erungkap secara keseluruhan dan lengkap sehingga penerimaan dan aau penolakan erhadap alernaif invesasi didasarkan aas perimbangan erhadap semua aspek proyek dan bukan hanya aspek finasial saja. Selanjunya, dijumpai pula beberapa manfaa sekunder dari sudi kelayakan proyek, yaiu : 1. Dana invesor ersalur ke proyek yang paling mengunungkan sehingga uru membanu meningkakan efisiensi penggunaan sumber daya 2. Invesasi berlangsung pada semua sekor yang keluarannya sanga dibuuhkan oleh masyaraka. Di sau sisi, keluaran invesasi memiliki pasar yang efekif dan pada saa yang sama, masyaraka menerima barang-barang kebuuhan yang diperlukan dunia usaha. 3. Dana akan ersalurkan ke sekor yang hema devisa karena proyek memakai bahan baku yang disediakan di dalam negeri. 2.5 Aspek Dalam Sudi Kelayakan Invesasi Sudi kelayakan aas rencan invesasi harus dilakukan unuk semua aspek yang erkai sehingga kepuusan invesasi yang dibua didukung oleh kelayakan dari semua aspek yang erkai dimaksud, dan idak hanya karena kelayakan aspek finasialnya saja. Pendekaan iu lazim disebu pendekaan Holisik ( Heurisic

28 Approach ). Tunuan unuk melakukan evaluasi secara holisik menjadi semakin erasa, eruama sejak dimasukinya era implemenasi manajemen konemporer di dunia bisnis, seperi managemen sraegis dan oal qualiy managemen ( TQM ). Aspek yang harus dicakup oleh suau sudi kelayakan menyangku : 1. Aspek Finansial Sudi mengenai aspek finansial merupakan aspek kunci dari suau sudi kelayakan. Dikaakan demikian, karena sekalipun aspek ini ergolong layak, jika sudi aspek finansial memberikan hasil yang idak layak, maka usulan proyek akan diolak karena idak akan memberikan manfaa ekonomi. Sudi aspek finansial ini paling idak mencakup : a. Kajian erhadap jumlah dana yang diperlukan, baik unuk keperluan invesasi awal maupun unuk kebuuhan modal kerja. b. Kajian erhadap sumber dana, sekaligus perhiungan mengenai biaya aas modal yang direncanakan diarik, ermasuk rancangan erhadap srukur modal yang ergolong layak. c. Proyeksi arus kas yang memua rincian prospek arus kas masuk dan prospek arus kas keluar. Proyeksi arus kas ersebu berguna sebagai landasan unuk melakukan analisa kelayakan finansial dengan menggunakan berbagai meode, seperi Pay Back Mehode, Ne Presen Value ( NPV ), Profiabilias Index ( PI ), Inernal Rae of Reurn ( IRR ), Average Rae of Reurn ( ARR ) dan Benefi Cos Raio ( BEA )

29 d. Penyusunan laporan keuangan proforma, dilengkapi dengan analisa sumber dan penggunaan dana sera analisa iik impas ( break even analisys aau BEA ) e. Kajian erhadap pengaruh indikaor ekonomi makro erhadap kelayakan keuangan proyek, baik erhadap arus kas masuk dan arus kas keluar, melipui ingka bunga, inflasi, perubahan nilai ukar rupiah, dan berbagai kebijakan ekonomi makro pemerinah lainnya. 2. Aspek Ekonomi dan Sosial Sudi aspek ekonomi dan social ini berujuan unuk mengemukakan pengaruh posiif proyek erhadap perekonomian dan masyaraka sekiar proyek. Pengaruh erhadap perekonomian perlu diliha dari sisi lokal, regional, dan nasional. Kajian paling idak harus mengemukakan hal-hal beriku a. Pengaruh proyek erhadap penerimaan Negara ( anara lain mencakup pajak perambahan nilai ( PPN ), pajak penghasilan ( PPh ), pajak impor, dan pajak ekspor ) b. Konribusi proyek erhadap penerimaan pajak daerah dan reribusi daerah. c. Konribusi proyek erhadap penghemaan devisa impor sera peningkaan penerimaan devisa hasil ekspor.

30 d. Jasa-jasa umum yang dapa dinikmai manfaanya oleh masyaraka, seperi sarana jalan, enaga lisrik, sarana pemeliharaan kesehaan, saran olah raga, sarana pelaihan dan pendidikan. e. Konribusi proyek erhadap perluasan kesempaan kerja dan alih eknologi, sera pembinaan usaha kecil dalam benuk perusahaan mira binaan. f. Konribusi proyek erhadap proyek lainnya dalam pola hubungan inpu-oupu, sera manfaa proyek unuk mengurangi keerganungan kepada impor. 3. Aspek Pasar dan Pemasaran Sudi aspek pasar dan pemasaran pening arinya dalam sudi kelayakan karena sudi iu akan merinci poensi penerimaan ( arus kas masuk ) selama usia ekonomi proyek. Di samping iu, sudi pasar akan memberikan gambaran mengenai inensias persaingan, informasi enang kebuuhan dan keinginan konsumen, pendapaan raa raa calon konsumen. 4. Apek Teknis dan Produksi Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, benuk bangunan ( beringka aau idak ), kajian aas bahan dan sumbernya, desain produk, dan analisis biaya produksi.

31 a. Berapa besar kapasias mesin pabrik aau peralaan produksi yang harus diadakan, dengan memperhaikan b. Pemodal perusahaan, jumlah, dan kemampuan pasokannya c. Sudi alernaif lokasi dan usulan lokasi yang represenaif. Usulan pemilihan lokasi sebaiknya dilengkapi dengan perimbangan eknis lokasi d. Desain produk, baik desain eknis maupun fungsionalnya. Desain eknis diperlukan oleh pekerja sebagai pedoman pengerjaan. e. Desain arus pengerjaan ( Assembling or Flow Process Char ) yang berguna sebagai pedoman peneapan aa leak pabrik. f. Suku cadang g. Sudi dampak Lingkungan ( Amdal ). Amdal adalah sudi yang harus dibua sebagai kelengkapan dari evaluasi pendirian sebuah pabrik, amdal akan menjadi pedoman, bagaimana limbah diangani sehingga idak merusak lingkungan. 5. Apek Hukum Sudi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaian dengan masalah ligalias, kesepakaan, hubungan indusrial, perizinan, saus perusahaan, dan desain mengenai hak dan kewajiban pendiri, pemegang saham, im managemen, dan karyawan.

32 6. Aspek Organisasi dan Managemen Sudi mengenai aspek organisasi dan managemen pening arinya eruama dengan : a. Perumusan organisasi dan uraian ugas dan aa kerja selama selama proyek dalam fase pembangunan. b. Perumusan organisasi, uraian ugas dan aa kerja sea hak dan kewajiban seiap individu organisasi sealah proyek selesai dan memasuki fase operasi komersial. 2.6 Menghiung Kebuuhan Dana Invesasi 2.6.1 Fakor Yang Mempengaruhi Besarnya Kebuuhan Dana Besarnya dana yang diperlukan unuk membiayai suau rencana invesasi sanga erganung pada jenis proyek dan skala proyek. Proyek berskala enu memerlukan enu memerlukan dana yang besar, dan proyek berskala kecil sudah barang enu juga hanya memerlukan dana invesasi yang relaif kecil jumlahnya. Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan dibedakan menjadi : a. Dana invesaasi awal aau invesasi inisial b. Dana modal kerja Invesasi Inisial adalah dana invesasi yang diperlukan unuk mengadakan barang modal ( mesin pabrik, bangunan pabrik dan gudang, bangunan kanor dan perumahan unuk enaga kerja langsung ), anah lokasi, pemasangan, produksi percobaan, sera pengadaan ala-ala kanor ( mesin kanor dan mebel, jasa jasa

33 umum ( lisrik, air, elepon ), sera sarana pendukung lainnya ( jalanan proyek, kendaraan bermoor, rumah dinas, dan fasilias lainnya ). Modal kerja ( working capial ) adalah dana yang diperlukan unuk membiayai akivias operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Memperhaikan uraian di aas, maka sebuah proyek memerlukan dua macam pengeluaran, yaiu : a. Pengeluaran modal ( capial expendiure ), yaiu pengeluaran unuk invesasi inisial b. Pengeluaran operasi unuk pendapaan ( operaing or revenue expendiure ), yaiu modal kerja yang dibuuhkan unuk membiayai operasi sesudah memasuki fase operasi komersial. Upaya yang harus dilakukan idak lain adalah menghiung jumlah kebuuhan dana unuk mengadakan seiap elemen invesasi yang ada pada seiap golongan pengeluaran, baik unik pengeluaran invesasi inisial maupun unuk pengeluaran modal kerja. Sejalan dengan iu, secara sederhana, jumlah dana yang diperlukan unuk membiayai sebuah rencana invesasi inisial dapa dihiung melalui mengidenifikasikan dana unuk keperluan beriku : 1. Luas anah lokasi yang harus diadakan, 2. Harga anah unuk lokasi ersebu, dibeli aau disewa 3. Biaya pemaangan anah lokasi( pengurukan, pengukuran, dan pemagaran ) 4. Biaya perijinan mengenai lokasi

34 5. Biaya unuk bangunan gedung pabrik, gudang, kanor, perumahan karyawan. 6. Mesin dan peralaan produksi yang harus diadakan. Jenis, kapasias, jumlah, dan level eknologi, menjadi indikaor harga. 7. Biaya insalasi jasa-jasa umum, melipui lisrik, air, dan elepon 8. Mesin kanor dan mebel 9. Biaya pembuaan jalanan, baik jalan di dalam lokasi pabrik. 10. Biaya izin yang berhubungan dengan bisnis yang akan dijalankan 11. Biaya konsulasi dan hak paen 12. Kendaraan bermoor yang harus disediakan Unuk menghiung kebuuhan akan modal kerja ( working capial ), analisis proyek perlu melakukan kalkulasi aas 1. Volume dan nilai arge pengadaan bahan baku dan bahan penolong per ahun 2. Perkuraan biaya enaga kerja langsung per ahun 3. Perkiraan biaya energi dan biaya jasa pihak keiga per ahun 4. Proyeksi biaya gaji dan biaya umum perahun 5. Biaya unai lainnya perahun 6. Taksiran kas minimum yang disyarakan selalu ada 7. Biaya pemasaran

35 8. Targe volume dan nilai penjualan yang dianggarkan per ahun Menghiung ingka perpuaran modal : Perpuaran. Modal = Perkiraan. Perjualan. Tahunan Kebuuhan. Modal. Kerja. Raa Raa 2.6.2 Kebuuhan Dana Invesasi Inisial Dalam usaha unuk mempermudah penghiungan jumlah dana yang diperlukan unuk melaksanakan invesasi inisial, erlebih dahulu perlu mendefinisikan semua elemen invesasi yang memerlukan dana. Sesudah iu rinci indikaor yang menjadi pemicu besarnya dana yang diperlukan, kemudian jadwal waku pengadaan aau pembangunannya. Secara garis besar, proses penghiungan kebuuhan dana invesasi ersebu dilakukan dengan menggunakan lembar kerja ( work Shee ) 2.6.3 Menghiung Kebuuhan Modal Kerja Unuk menghiung jumlah dana modal kerja yang dibuuhkan, harus dilakukan pendefinisian semua elemen operasi yang memerlukan biaya lebih dulu, mulai sejak pengadaan bahan baku dan bahan penolong, pengolahan, sampai selesai dioleh, dan selanjunya siap diserahkan kepada pelanggan. Unuk mempermudah usaha usaha pendefinisian elemen yang menjadi pemicu biaya ( cos driver), sebaiknya dianalisis melalui sebauh diagram alir proses ( processing flow diagram )

36 2.6.4 Sumber Dana dan Srukur Modal Secara umum dan dapa dipenuhi melalui iga sumber lazim, yaiu a. Dana sendiri dari pengusaha ( invesor, self financing ) b. Dana sendiri dan dana pinjaman invesasi ( leverage financing ) c. Dana sendiri dan pinjaman aau kerja sama asing ( join venure ) Di dunia nyaa, permodalan pada umumnya dipenuhi dengan cara yang kedua, yaiu leverage financing. Kebijakan pendanaan demikian membawa konsekuensi erhadap srukur modal proyek aau perusahaan, dan selanjunya berdampak pada biaya modal dan nilai perusahaan. Conoh : a. Dana invesasi awal.rp. 1.795.000.000 b. Dana modal kerja Rp. 49.800.000.000 Jumlah kebuuhan dana..rp. 51.595.000.000 2.6.5 Peralaan Analisa Kelayakan Invesasi Peralaan analisis kelayakan invesasi pada dasarnya dapa dibedakan dalam dua golongan besar, yaiu : 1. Meode Konvensional 2. Meode Analisis Rise Operasional Meode analisis kelayakan konvensional adalah meode analisis yang selama ini dibekalkan sebagai peralaan dari Capial Budgeing, yaiu meode pemulihan invesasi ( Playback Mehod ), meode ingka balikan akuning raaraa ( Average Accouning Rae of Reurn aau AARR ) meode nilai sekarang

37 (Presen Value Mehod), indek kemampulabaan (profiabiliy index), dan meode ingka balik inernal ( inernal rae of reurn aau IRR ). Meode analisis rise operasional yang lazim adalah peralaan analisis kelayakan yang berorienasi pada kelayakan sisem acuan opimalisasi. Meode analisis yang lazim dipakai meskipun baru pada ahap pengenalan adalah eori anrian ( waiing line models ), simulasi Mone Carlo ( Mone Carlo Simulaion ), meode iik impas ( Break Even Poin Mehod ), program Linear ( Linear Programing ). 2.7 Ala Analisa Pemulihan Invesasi 2.7.1 Meode Pemulihan Invesasi Meode pemulihan invesasi ( Payback Mehod ) adalah meode analisa kelayakan invesasi yang berusaha unuk menilai persoalan kelayakan menuru jangka waku pemulihan modal yang diinvesasikan, biasanya dinyaakan dalam sauan ahun, unuk mengembalikan seluruh modal. Masa pemulihan modal ini dihiung dengan mempergunakan dua macam acuan, yaiu 1. Meode arus komulaif 2. Meode arus raa-raa Meode arus komulaif dipakai sebagai ala penilaian kelayakan jika arus kas proyek idak seragam, aau berbeda dari ahun ke ahun selama usia ekonomis proyek. Sedang meode ekonomi arus raa-raa dipakai jika arus kas proyek seragam, aau sama besarnya dari ahun ke ahun selama usia ekonomis proyek.

38 Karakerisik meode ini adalah : 1. Krieria kelayakan a. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang layak jika masa pemulihan modal lebih pendek daripada usia ekonomis proyek b. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang idak layak jika masa pemulihan lebih lama daripada usia ekonomis proyek yang bersangkuan. Berdasarkan krieria di aas, unuk golongan (a) proyek sedang golongan (b) idak dierima 2. Kelebihannya a. Model mudah menggunakannya dan menghiungnya b. Sanga berguna unuk memilih proyek yang didasarkan aas masa pemulihan modal yang ercepa c. Informasi masa pemuliahan modal dapa dipakai sebagai ala predikasi resiko keidakpasian di masa mendaang, dimana proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang lebih singka diidenifikasi sebagai proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang relaif lama akan memiliki pula resiko mendaang yang lebih besar. d. Masa pemulihan modal dapa dipakai sebagai ala unuk menghiung ingka balikan proyek ( inernal rae of reurn aau IRR )

39 3. Kekurangannya a. Mengabaikan nilai waku dari uang aau invesasi b. Mengabaikan arus kas sesudah periode pemulihan modal dicapai. c. Mengabaikan nilai sisa proyek 2.7.2 Meode Tingka Laba Akuning Raa-Raa Meode ingka laba akuning raa-raa ( average rae of reurn ) adalah meode yang dipakai unuk menilai kelayakan invesasi berdasarkan ingka balikan akuning invesasi. Meode ini mempergunakan laba akunansi sebagai dasar perhiungan kelayakan dan hal ini membedakannya dengan meode lainnya yang menggunakan arus kas sebagai dasar analisis kelayakan. John J. Clark e.al ( 1979 ) merinci jenis analisis ini dalam empa meode : Annual income a. Annual Reurn on Invesmen = x100 Original. Invesmen Annual Income b. Annual reurn of average invesemen = x100 Original. Invesemen c. Toal. Income Original. Invesmen Average.Re urn. On. Average. Invesmen = Original. Invesem 2 d. Average Book Reurn On Invesmen = Toal Invesmen - Original Invesmen Weigh. Average. Invesmen x100

40 dimana Weigh. Average. Invesmen = n I = 1 BV n dengan n = jumlah periode aau ahun BV i = book value, nilai buku ahun k-1 I = 1,2,. 2.7.3 Meode Nilai Sekarang Meode ini adalah meode penilaian kelayakan invesasi yang menyelaraskan nilai akan daang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui pemoongan arus kas dengan memakai fakor pengurang ( diskon ) pada ingka biaya modal erenu yang diperhiungkan. PV = A ( 1+ i) PV = nilai sekarang dari arus kas periode ke- A = arus kas nominal pada periode ke- i = ingka bunga yang diperhiungkan = periode 1,2,3.. Sedangkan nilai sekarang oal adalah : TPV = A n i= 1 (1 + i) TPV = ingka sekarang oal A ( 1+ i) = nilai sekarang arus kas A seiap periode ke-

41 Apabila arus kas ahunan iu seragam, aau sama besarnya dari periode ke periode sampai akhir usia proyek, maka nilai sekarang ersebu dapa dihiung denan menggunakan fakor pengurang komulaif TPV = A(1 (1 + i) n ) TPV = nilai sekarang arus kas oal i A = arus kas ahunan yang sama besarnya = ingka bunga Selanjunya, nilai sekarang bersih ( Ne Presen value ) adalah NPV I + TPV = 0 NPV = ne presen value ( nilai sekarang bersih ) -I 0 = nilai sekarang invesasi inisial ( invesasi periode awal ) TPV = nilai sekarang oal Karakerisik meode ini adalah a. Krieria kelayakan 1. Proyek layak jika NPV beranda posiif ( >0 ) 2. Proyek idak layak jika NPV beranda negaive ( < 0 )

42 b. Kelebihannya 1. Memperhiungkan nilai waku dari uang aau arus kas 2. Memperhiungkan arus kas selama usia proyek 3. Memperhiungkan nilai uang sisa proyek c. Kekurangannya 1. Lebih suli memakainnya dibandingkan dengan meode perama dan kedua 2. Manajemen harus dapa menaksir ingka biaya modal yang relevan selam usia proyek. 3. Jika memiliki nilai invesasi inisial yang berbeda, sera usia ekonomis yang berbeda juga, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang baik 4. Derajad kelayakan idak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi oleh fakor usia ekonomis proyek. 2.7.4 Profiabily Index Mehode Meode ini adalah meode penilaian kelayakan invesasi yang mengukur ingka kelayakan incvesasi berdasarkan rasio anara nilai sekerang arus kas masuk oal ( TPV ) dengan nilai sekarang invesasi inisial ( I o )

43 TPV PI = I 0 dimana PI = indeks kemampulabaan TPV = nilai sekarang arus masuk oal I 0 = nilai sekarang pengeluaran invesasi inisial Karakerisik meode ini adalah 1. Krieria proyek a. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang layak diperimbangkan jika PI lebih besar daripada 1 ( PI > 1 ) b. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang idak layak jika PI lebih kecil dari pada 1 ( PI < 1 ) 2. Kelebihannya a. Memperhiungkan nilai waku dari uang aau arus kas b. Memperimbangkan seluruh arus kas selama usia ekonomis proyek c. Memperhiungkan nilai sisa proyek d. Menyajikan daa surplus/defici arus kas erhadap nilai invesasi inisial. Jika hasil bagi NPV dengan I o posiif, maka dinilai surplus dan sebaliknya. 3. Kekurangannya Meode ini harus didahului dengan aplikasi meode NPV sehingga pemakainya memerlukan perhiungan ganda.

44 2.7.5 Pemecahan Dengan Pay Back Mehod Unuk memperajam pengeriannya maka disajikan dalam model : T = I 0 A dimana T I 0 A = periode pemulihan modal = invesasi inisial = arus kas ahunan yang seragam