Gambar 1 Arsitektur Jaringan WCDMA Sumber : shanmg.wordpress.com/3g-4g/

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1 Arsitektur Jaringan WCDMA Sumber : shanmg.wordpress.com/3g-4g/"

Transkripsi

1 Widya Teknika Vol.20 No.2; Okober 2012 ISSN : PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MULTIPLE-INPUT MULTIPLE-OUTPUT (MIMO) PADA JARINGAN WCDMA Anis Qusoniah 1), Tera Praseraning Yofa 2) ABSTRAK Perkembangan layanan komunikasi bergerak saa ini membuuhkan jaringan elekomunikasi yang memiliki roughpu yang besar dan delay yang kecil. Unuk dapa memenuhi kebuuhan ersebu diperlukan perubahan pada sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA, sehingga perlu dikeahui keandalan dari jaringan ini dengan mengeahui model sisem delay anrian. Model sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA menerapkan sisem anrian disribusi kedaangan/keberangkaan Poisson (Markovian), agar delay pake yang erjadi pada jaringan semakin kecil dan memiliki hroughpu yang besar. Sehingga erhadap sisem anrian pada jaringan diperlukan perhiungan BER, probabilias pake error, delay ransmisi, dan delay propagasi pada jaringan. Selanjunya dilakukan penerapan sisem anrian pada jaringan yang melipui meode sisem anrian, delay anrian, dan roughpu. Berdasarkan hasil perhiungan dapa disimpulkan bahwa pada penerapan MIMO WCDMA (M/M/4) delay oal cenderung lebih kecil anpa dipengaruhi oleh fakor uiliasnya, dibandingkan dengan WCDMA (M/M/1) yang semakin besar fakor uiliasnya maka delay akan semakin besar sehingga performa MIMO WCDMA (M/M/4) lebih baik dibandingkan WCDMA (M/M/1). Throughpu ( ) pada model sisem yang menerapkan MIMO- WCDMA (M/M/4) lebih besar dan idak dipengaruhi oleh fakor uilias sisem wireless daripada model sisem WCDMA (M/M/1). Kaa Kunci: WCDMA, MIMO-WCDMA, Sisem Anrian PENDAHULUAN Akses daa kecepaan inggi melalui jaringan kabel mulai umbuh penggunaanya dirumah dan indusri. Kemajuan ini didorong kebuuhan aplikasi mulimedia yang semakin meluas dan harapan konsumen memperoleh akses daa berkecapaan inggi dengan biaya yang erjangkau. Unuk mengimbanginya, operaor elekomunikasi nirkabel harus menyediakan layanan pake seara kinerja yang diberikan jaringan elekomunikasi kabel.. Gambar 1 Arsiekur Jaringan WCDMA Sumber : shanmg.wordpress.com/3g-4g/ 1) Saf Pengajar Jurusan Teknik Elekro Universias Widyagama Malang 2) Mahasiswa Teknik Elekro Universias Widyagama Malang 9

2 WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.2; OKTOBER 2012: 9-17 Perkembangan layanan komunikasi bergerak ini akan membuuhkan hroughpu yang lebih besar dibandingkan hanya layanan komunikasi suara. User dapa menikmai layanan daa pada sisem komunikasi bergerak 3G (WCDMA/UMTS). WCDMA menggunakan eknik modulasi QPSK (Quadraure Phasa Shif Keying), beroperasi pada frekuensi 2 GHz, dengan bandwidh per-channel 5 Mhz, chip rae 3,84 Mbps dan hroughpu maksimum per-user 2 Mbps (Clin Smih dan D aniel Collins, 2002: 4-9). Salah sau layanan andalan pada 3G yaiu video elephony (video call) yang mengubah cara user melakukan panggilan, pada layanan ini user dapa menaap langsung lawan bicaranya dan Akses daa kecepaan inggi melalui jaringan High Speed Downlink Packe Access (HSDPA). Layanan daa yang dapa disuguhkan pada 3G secara signifikan meningkakan jumlah user dari ahun ke ahun di seluruh dunia. Bahkan WCIS ( World Cellular Informaion Service) sejak Juli 2007 elah memperhiungkan jumlah user 3G diliha dari perspekif device (handse) yang erus meningka dari 173 jua di ahun 2007 menjadi 392 jua di ahun 2009 dan bahkan di ahun 2010 mencapai 499 jua (Rysavy Research, 2007: 12). Dengan meningkanya jumlah user ini, diperkirakan jumlah user yang dapa dilayani akan uru diiringi dengan peningkaan delay end-o-end yang akan menurunkan performansi sisem komunikasi bergerak 3G. Pada sisem wireless, kondisi kanal yang kaya akan scaering akan menurunkan performansi sisem. Penggunaaan MIMO (Muliple-Inpu Muliple-Oupu) dapa digunakan sebagai alernaif unuk menghindari penurunan performansi karena kondisi scaering pada kanal. Masalah uama pada jaringan ini erjadinya delay anrian, sehingga perlu dikeahui keandalan dari jaringan ini dengan mengeahui model sisem delay anrian. Unuk mengeahui model sisem delay anrian yang erjadi maka dilakukan dengan eori anrian. Teori anrian merupakan pengembangan dari eori probabilias yang banyak bermanfaa unuk meng berbagai macam sisem pelayanan ermasuk dalam sisem elekomunikasi. Teknologi WCDMA Sisem komunikasi saa ini diharuskan unuk dapa menyediakan layanan dengan kecepaan daa yang inggi, video dan mulimedia. Wideband Code Division Muliple Access (WCDMA) merupakan salah sau eknologi yang digunakan unuk mendukung sisem komunikasi ersebu yang sering dinamakan sisem komunikasi wireless generasi keiga 3G. WCDMA menggunakan eknologi direc spread dimana pada eknologi ini akan menyebarkan sinyal ransmisinya melalui bandwidh yang lebar. Bandwidh yang diawarkan bersifa variaif dari mulai 1,26 MHz, 5 MHz, 10 MHz bahkan sampai 15 MHz. Bandwidh yang lebar memungkinkan WCDMA unuk mengirimkan daa dengan kecepaan mencapai 2 MBps. Teknologi ini digunakan sebagai sebuah sandar dengan nama IMT-2000 direc spread. Sisem WCDMA menebar sinyal pada bandwidh lebar sehingga dapa mereduksi fading yang merupakan salah sau masalah dalam sisem komunikasi bergerak. Dalam sisem WCDMA ini erdapa sinyal yang erdegradasi akiba mulipah fading sehingga diperlukan eknik pemrosesan sinyal unuk menganisipasi degradasi sinyal yang dapa menurunkan kualias sinyal informasi. Teknologi DS-CDMA Teknologi DS-CDMA merupakan salah sau eknik yang digunakan unuk melayani user dengan jumlah banyak dengan menggunakan konsep specrum ersebar. Seiap user akan mendapakan kode penebar yang bersifa acak. Unuk mendapakan kembali sinyal informasi pada penerima maka dikalikan dengan kode penebar yang sama. Jadi masing-masing pengirim dan penerima harus memiliki uruan kode penebar yang sama. Teknologi DS-CDMA menggunakan eknik modulasi dan demodulasi berupa Spread Specrum. Pada eknologi Spread Specrum sinyal informasi Gambar 2. Model Sisem Anrian Sumber : 10

3 PENERAPAN SISTEM... JARINGAN WCDMA [ANIS Q. & TERA P.Y.] yang akan dikirimkan disebar erlebih dahulu dengan menggunakan sinyal penebar yang memiliki bidang frekuensi lebih besar dibanding lebar bidang frekuensi sinyal informasi. Karena iu sinyal yang dikirimkan akan memiliki pia frekuensi yang lebih besar dari pia frekuensi yang dibuuhkan pada ranmisi biasa. Muliple Inpu Muliple Oupu (MIMO) MIMO pada jaringan WCDMA erleak pada bagian ransmisi jaringan WCDMA, penggunaan MIMO pada WCDMA idak menyebabkan penambahan bandwidh ransmisi meskipun daa dikirimkan lewa dua anena aau lebih, karena iap anena bekerja pada frekuensi yang sama. Agar idak erjadi saling inerferensi anara sinyal yang dikirimkan oleh kedua anena maka diperlukan orhogonalias anara kedua sinyal yang diransmisikan. Unuk mendapakan sinyal yang saling orhogonal digunakan kode spreading yang berbeda. Selain iu juga dapa dengan memanfaakan sinyalsinyal hasil panulan yang erjadi pada linasan. Karena iulah eknik MIMO lebih epa digunakan pada daerah dengan kepadaan yang inggi. Gambar 3 Model Umum Sisem MIMO Sumber: Ida Bagus Ari, Pada gambar di aas, sebuah receiver aau ransmier menggunakan lebih dari sau anena. Tujuannya adalah unuk menjadikan sinyal panulan sebagai pengua sinyal uama sehingga idak saling menggagalkan. MIMO juga memiliki kelemahan, yaiu adanya waku inerval yang menyebabkan adanya sediki delay pada anena akan mengirimkan sinyal, meskipun pengiriman sinyalnya sendiri lebih cepa. Waku inerval ini erjadi karena adanya proses di mana sysem harus membagi sinyal mengikui jumlah anenna yang dimiliki oleh perangka MIMO yang jumlahnya lebih dari sau. Sisem Anrian Sebuah sisem anrian adalah himpunan pelanggan, pelayanan dan suau auran yang mengaur kedaangan para pelanggan dan pemrosesan masalahnya. Anrian imbul akiba adanya kedaangan pelanggan yang menunggu unuk dilayani. Proses kedaangan pelanggan (inpu process) ini umumnya erjadi secara acak dengan kecepaan kedaangan adalah pelanggan/sauan waku. Bila pelanggan iba pada suau fasilias pelayanan, maka segera fasilias pelayanan sibuk, maka pelanggan yang daing akan menunggu pada ruang unggu aau saluran unggu (waiing line) hingga ada saluran yang siap melayani (saluran yang bebas) dengan suau mekanisme pelayanan (service mechanism) erenu. Pada akhirnya seelah proses pelayanan selesai dengan kecepaan pelayanan pelanggan/sauan waku, pelanggan akan meninggalkan fasilias pelayanan ersebu seperi gambar 2. Gambar 4. Model Anrian WCDMA (M/M/1) Sumber : Jui-Chi Chen, Queueing Model for Code Allocaion in WCDMA 11

4 WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.2; OKTOBER 2012: 9-17 Gambar 5. Model Anrian M/M/n/ / /FIFO Sumber : Jui-Chi Chen, Queueing Model for Code Allocaion in WCDMA Konfigurasi Jaringan WCDMA Jaringan WCDMA yang merupakan air inerface dari UMTS (Universal Mobile Telecommunicaion Sysem) memiliki konfigurasi jaringan aau arsiekur jaringan seperi pada Gambar 1. Jaringan akses radio menyediakan koneksi anara erminal mobile dan Core Nework. Dalam UMTS jaringan akses radio dinamakan UTRAN. UTRAN erdiri dari Radio Nework Sysems (RNS), dimana seiap RNS melipui RNC (dianalogikan dengan GSM BSC) dan Node B ( sebagai Base Saion). Sebuah RNS merupakan suau sub-jaringan dalam UTRAN dan erdiri dari Radio Nework Conroller (RNC) dan sau aau lebih Node B. RNS dihubungkan anar RNC melalui suau Iur Inerface dan Node B dihubungkan dengan sau Iub Inerface. Core Nework merupakan jaringan ini yang elah dibangun sebelum adanya, UMTS. Jaringan ini berfungsi sebagai swiching pada jaringan UMTS, memanajemenkan jaringan sera sebagai inerface anara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. METODE PENELITIAN Pengambilan Daa Pengambilan daa yang digunakan dalam penyusunan peneliian ini adalah Pengambilan Daa Sekunder Daa sekunder berupa sudi lieraur diambil dari buku eks, jurnal, inerne, maupun daa dari sumber lain yang berhubungan penerapan sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA. Lieraur yang diperlukan adalah hal hal yang berhubungan dengan : WCDMA Melipui pengerian, prinsip kerja, dan konfigurasi jaringan WCDMA. MIMO Melipui pengerian, prinsip kerja dan kelebihan sisem MIMO. Sisem Anrian Melipui pengerian dan prinsip kerja sisem anrian. Beberapa daa sekunder dan asumsi pada Tabel 2. 12

5 PENERAPAN SISTEM... JARINGAN WCDMA [ANIS Q. & TERA P.Y.] Analisis Sisem Meode pemodelan sisem dibuuhkan unuk memudahkan dalam meng agar menjadi lebih erarah. a) Analisis Konfigurasi Jaringan WCDMA Konfigurasi jaringan WCDMA yaiu benuk jaringan yang direncanakan sesuai dengan infrasrukur yang menunjang layanan sisem anrian pada jaringan WCDMA dan sesuai dengan daa sekunder yang diperoleh. b) Analisis Sisem Anrian Analisis sisem anrian dimaksudkan unuk mengeahui mekanisme anrian yang erjadi pada jaringan yang berpengaruh pada proses ransmisi dan dilanjukan dengan mengkaji model sisem anrian MIMO yang digunakan pada jaringan WCDMA yang juga akan berpengaruh pada kapasias sisem. c) Idenifikasi parameer yang akan digunakan unuk mengeahui penerapan model sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA. d) Perhiungan pengaruh penerapan model sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA erhadap Bi Error Rae (BER), delay oal dan hroughpu. e) Mengeahui hasil penerapan model sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA. HASIL DAN PEMBAHASAN Redaman Propagasi (pahloss) Pahloss adalah suau parameer yang digunakan unuk mengeahui besarnya loss (rugi-rugi) yang erjadi selama proses pengiriman daa di dalam media ransmisi. Pahloss menggunakan persamaan PL() db 40 log(10 dlog 10G log G 20 log h 20 log) h r Seelah diperoleh nilai Pah Loss, maka dapa dihiung besarnya daya erima pada receiver dengan menggunakan persamaan P ( dbm) P r L L r PL FM Signal o Noise Raio (SNR) SNR adalah perbandingan anara sinyal yang dikirim erhadap noise. SNR dapa dihiung dengan menggunakan persamaan SNR ( db ) Pr ( dbm ) N ( dbm ) Energi bi o Noise (Eb/No) Eb/No dapa didefinisikan sebagai perbandingan energi sinyal per bi erhadap noise. Energi per bi dalam sebuah sinyal dijelaskan dalam persamaan Eb S B 10 log No N R Bi Error Rae (BER) Perhiungan Probabilias BER ( dihiung dengan menggunakan persamaan r P be ) dapa P b e. Q P S K Q ( x ) E b Q 2 N erfc x 2 Delay Transmisi ( ) Delay ransmisi dapa dihiung dengan menggunakan persamaan ( L L ' ) W frame 8 8 C ATM C ATM Delay Propagasi ( p ) Delay propagasi dapa dihiung dengan menggunakan persamaan p() n d v Tabel 1. Parameer Perhiungan No. Parameer Nilai 1 Daa rae 144 kbps, 384 kbps, 2Mbps 2 Bandwidh 5 Mhz 3 4 Panjang frame ATM W ) aau ( L L ') ( frame Maximum Segmen Size (MSS) aau L pake 557 bye/pake 512 bye/pake 5 Toal Tx Power (P) 37 dbm 6 Tx Anenna Gain (G) 18 dbi 7 Cable Loss (L) 2 db 8 UE Noise Figure (NF) 8 db 9 Thermal Noise -108 db 10 Rx Anenna Gain (Gr) 2 dbi 11 Body Loss (Lr) 0 db 12 Fading Margin (FM) 10 db 13

6 WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.2; OKTOBER 2012: Kecepaan ransmisi ATM (C ATM ) Fakor uilias sisem wireles ( ) 155,52 Mbps 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 15 konsana Bolzman (k) 1, J/ K 16 suhu ruang (T) 290 K 17 konsana propagasi (α) Sumber : Daa Sekunder dan Asumsi 1,26 Model Anrian dan Delay Anrian ( w ) Delay anrian adalah waku yang dibuuhkan sebuah informasi selama berada dalam anrian unuk diransmisikan. Model sisem anrian WCDMA (M/M/1) Delay anrian M/M/1 gambar 4, dapa dihiung dengan menggunakan persamaan w s () C Kapasias kanal ( C SISO SISO S B log2 1 N ) menggunakan persamaan Model sisem anrian MIMO-WCDMA (M/M/n) Delay anrian M/M/n/ / /FIFO gambar 5, dapa dihiung dengan menggunakan persamaan n () w p 2 0 s ( n 1)!() n Kapasias kanal MIMO ( C MIMO ) menggunakan persamaan S CMIMO MB log2 1 N Delay Toal ( v ) Delay Toal dapa dihiung dengan menggunakan persamaan v p w Perhiungan Throughpu ( ) Throughpu dapa dihiung dengan menggunakan persamaan v (1) 1( 1) error error () L pake Tabel 2. Hasil Perhiungan Delay Anrian ( w ) WCDMA (M/M/1) fakor uilias sisem wireless Jarak UE Node B Delay Anrian ) ( w 50 m 1, s 500 m 1, s 0, m 1, s 1500 m 1, s 2000 m 1, s 50 m 1, s 500 m 2, s 0, m 2, s 1500 m 2, s 2000 m 2, s 50 m 2, s 500 m 3, s 0, m 3, s 1500 m 3, s 2000 m 3, s 50 m 5, s 500 m 6, s 0, m 6, s 1500 m 6, s 2000 m 6, s Sumber : Hasil Perhiungan Delay Anrian (s) 1,70E-04 1,60E-04 1,50E-04 1,40E-04 1,30E-04 1,20E-04 1,10E-04 1,00E-04 Gambar 6. Grafik Delay anrian WCDMA (M/M/1) dengan fakor uilias 0,2 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan Delay Anrianl (s) 2,25E-04 2,20E-04 2,15E-04 2,10E-04 2,05E-04 2,00E-04 1,95E-04 1,90E-04 Gambar 7. Grafik Delay anrian WCDMA (M/M/1) dengan fakor uilias 0,4 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan 14

7 PENERAPAN SISTEM... JARINGAN WCDMA [ANIS Q. & TERA P.Y.] Delay Anrian (s) 3,35E-04 3,30E-04 3,25E-04 3,20E-04 3,15E-04 3,10E-04 3,05E-04 3,00E-04 2,95E-04 2,90E-04 2,85E-04 Gambar 8. Delay Anrian (s) 6,70E-04 6,60E-04 6,50E-04 6,40E-04 6,30E-04 6,20E-04 6,10E-04 6,00E-04 5,90E-04 5,80E-04 Grafik Delay anrian WCDMA (M/M/1) dengan fakor uilias 0,6 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan 5,70E-04 Gambar 9. Grafik Delay anrian WCDMA (M/M/1) dengan fakor uilias 0,8 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan Tabel 5. Hasil Perhiungan Delay Anrian ( w ) MIMO-WCDMA (M/M/4) fakor uilias sisem wireless Jarak UE Node B Delay Anrian ) ( w 50 m 5, s 500 m 6, s 0, m 6, s 1500 m 6, s 2000 m 6, s 50 m 5, s 500 m 6, s 0, m 6, s 1500 m 6, s 2000 m 6, s 50 m 5, s 500 m 6, s 0, m 6, s 1500 m 6, s 2000 m 6, s 50 m 5, s 500 m 6, s 0, m 6, s 1500 m 6, s 2000 m 6, s Sumber : Hasil Perhiungan Delay Anrian (s) 6,70E-05 6,60E-05 6,50E-05 6,40E-05 6,30E-05 6,20E-05 6,10E-05 6,00E-05 5,90E-05 5,80E-05 5,70E-05 Gambar 10. Grafik Delay anrian MIMO-WCDMA (M/M/4) dengan fakor uilias 0,2 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan Delay Anrian (s) 6,70E-05 6,60E-05 6,50E-05 6,40E-05 6,30E-05 6,20E-05 6,10E-05 6,00E-05 5,90E-05 5,80E-05 5,70E-05 Gambar 11. Grafik Delay anrian MIMO-WCDMA (M/M/4) dengan fakor uilias 0,4 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan Delay Anrian (s) 6,80E-05 6,70E-05 6,60E-05 6,50E-05 6,40E-05 6,30E-05 6,20E-05 6,10E-05 6,00E-05 5,90E-05 5,80E-05 5,70E-05 Gambar 12. Grafik Delay anrian MIMO-WCDMA (M/M/4) dengan fakor uilias 0,6 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan 15

8 WIDYA TEKNIKA Vol.20 No.2; OKTOBER 2012: 9-17 Delay Anrian (s) 6,80E-05 6,70E-05 6,60E-05 6,50E-05 6,40E-05 6,30E-05 6,20E-05 6,10E-05 6,00E-05 5,90E-05 5,80E-05 5,70E-05 Gambar 13. Grafik Delay anrian MIMO-WCDMA (M/M/4) dengan fakor uilias 0,8 erhadap jarak Node B dengan UE Sumber : Hasil perhiungan Tabel 6. Throughpu ( ) WCDMA (M/M/1) fakor uilias sisem wireless 0,2 0,4 0,6 0,8 Jarak UE Node B Delay Toal ( v ) Throughpu ( ) 50 m 8, s 4,87 Mbps 500 m 8, s 4,68 Mbps 1000 m 8, s 4,59 Mbps 1500 m 9, s 4,54 Mbps 2000 m 9, s 4,49 Mbps 50 m 9, s 4,15 Mbps 500 m 1, s 3,97 Mbps 1000 m 1, s 3,87 Mbps 1500 m 1, s 3,84 Mbps 2000 m 1, s 3,80 Mbps 50 m 1, s 3,21 Mbps 500 m 1, s 3,05 Mbps 1000 m 1, s 2,98 Mbps 1500 m 1, s 2,94 Mbps 2000 m 1, s 2,90 Mbps 50 m 2, s 1,91 Mbps 500 m 2, s 1,80 Mbps 1000 m 2, s 1,75 Mbps 1500 m 2, s 1,72 Mbps 2000 m 2, s 1,70 Mbps Sumber : Hasil Perhiungan Tabel 7. Throughpu ( ) MIMO-WCDMA (M/M/4) fakor Jarak uilias Delay Toal Throughpu UE sisem ( Node B v ) ( ) wireless 50 m 5, s 7,049 Mbps 500 m 5, s 6,877 Mbps 0, m 6, s 6,793 Mbps 1500 m 6, s 6,731 Mbps 2000 m 6, s 6,680 Mbps 50 m 5, s 7,048 Mbps 500 m 5, s 6,875 Mbps 0, m 6, s 6,792 Mbps 1500 m 6, s 6,730 Mbps 2000 m 6, s 6,679 Mbps 50 m 5, s 7,046 Mbps 500 m 5, s 6,873 Mbps 0, m 6, s 6,789 Mbps 1500 m 6, s 6,727 Mbps 2000 m 6, s 6,677 Mbps 50 m 5, s 7,040 Mbps 500 m 5, s 6,866 Mbps 0, m 6, s 6,783 Mbps 1500 m 6, s 6,721 Mbps 2000 m 6, s 6,671 Mbps Sumber : Hasil Perhiungan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil perhiungan dan analisis penerapan sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA, maka dapa disimpulkan beberapa hal sebagai beriku : 1. Nilai Bi Error Rae (BER) dan Probabilias pake yang error ( ) semakin jauh error jarak UE Node B semakin besar, karena Pah Loss semakin jauh jarak UE Node B semakin besar sehingga daya yang dierima receiver dan S/N semakin kecil. 2. Dari hasil penerapan, model sisem anrian yang dierapkan WCDMA (M/M/1) dan MIMO-WCDMA (M/M/4), semakin jauh jarak UE Node B dengan fakor uilias sisem wireless 0,2 maka delay anrian oal ( v ) semakin besar, dengan fakor uilias sisem wireless 0,8 maka delay anrian oal ( v ) semakin lebih besar. 3. Pada penerapan MIMO WCDMA (M/M/4) delay oal cenderung lebih kecil anpa dipengaruhi oleh fakor uiliasnya, dibandingkan dengan WCDMA (M/M/1) yang semakin besar fakor uiliasnya maka delay akan semakin besar sehingga performa MIMO WCDMA (M/M/4) lebih baik dibandingkan WCDMA (M/M/1). 4. Hasil perhiungan Throughpu ( ) pada model sisem yang menerapkan MIMO- WCDMA (M/M/4) lebih besar dan idak dipengaruhi oleh fakor uilias sisem wireless daripada model sisem WCDMA (M/M/1). Saran Saran yang dapa diberikan unuk pengembangan penerapan sisem anrian MIMO pada jaringan WCDMA anara lain : 1. Peneliian hanya menggunakan konsep MIMO 2 anena saja. 2. Penerapan dilakukan dengan memperhaikan fakor lain seperi sisem pada node B, saluran pada Core Nework dan UTRAN, dan juga bisa memperimbangkan cos yang dihasilkan dengan sisem anrian yang elah dierapkan. 16

9 PENERAPAN SISTEM... JARINGAN WCDMA [ANIS Q. & TERA P.Y.] DAFTAR PUSTAKA [1] Chen, J.C. April 8, Queueing Model for Code Allocaion in WCDMA. [2] Fajri, L. Performansi MIMO WCDMA menggunakan eknik Rayleigh Fading, Tugas Akhir, IT Telkom [3] Hermansyah, H. Opimasi HSPDA Pada Jaringan GSM Generasi Keiga (3G), Tugas Akhir, Universias Brawijaya. Januari 2008 [4] Kurniawai, A. Mekanisme Handover pada Jaringan HSDPA ( Highspeed Downlink Packe Access ), Tugas Akhir, IT TELKOM [5] Mukhyi, M.A., Dr. SE., MM. Teori Anrian. [6] Rober S. Cahn Wide area nework design: conceps and ools for opimizaion. [7] Rohde & Schwarz. 06/06. Inroducion o MIMO Sysems, Applicaion Noe. [8] Sallings, William Komunikasi dan Jaringan Nirkabel. [9] Supriano, Y., 2008, Penerapan HSUPA (High Speed Uplink Packe Access) pada Jaringan WCDMA, Tugas Akhir, Universias Brawijaya. Februarui

Streaming Video Performance on Long Term Evolution (LTE) Network Using Time Division Duplex (TDD) Mode

Streaming Video Performance on Long Term Evolution (LTE) Network Using Time Division Duplex (TDD) Mode Techno, ISSN 1410-8607 Volume 12 No. 2, Okober 2011 Hal. 53-64 PERFORMANSI VIDEO STREAMING PADA JARINGAN LTE (LONG TERM EVOLUTION) MENGGUNAKAN MODE DUPLEX TDD (TIME DIVISION DUPLEX) Sreaming Video Performance

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM. Didit Wahyudi

EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM. Didit Wahyudi EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING AMC PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM Didi Wahyudi 2208 100 675 Dosen Pembimbing : Bpk. Dr. Ir. Wirawan, DEA Laar Belakang Akses komunikasi wireless yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ZIGBEE ( ) WSN PADA TOPOLOGI TREE DAN STAR MODE NON BEACON MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2

ANALISIS KINERJA ZIGBEE ( ) WSN PADA TOPOLOGI TREE DAN STAR MODE NON BEACON MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2 ANALISIS KINERJA ZIGBEE (802.15.4) WSN PADA TOPOLOGI TREE DAN STAR MODE NON BEACON MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2 Yuni Inanmia Suryano *), Sukiswo, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elekro, Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

MODUL 1 MODULASI ANALOG

MODUL 1 MODULASI ANALOG Uni I Ampliude Modulaion MODUL 1 MODULASI ANALOG Tujuan Prakikum 1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Ampliude Modulaion (AM) dan Frequency Modulaion (FM). Dapa menganalisa pengaruh index

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci