SlFAT KOSMOPOLIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGREK Dl WliLAYAH JAKARTA BARAT

Transkripsi

1 SlFAT KOSMOPOLIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGREK Dl WliLAYAH JAKARTA BARAT Oleh MUHAMAD RASJID UDlN BUS0 FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1986

2 RINGKASAN MUHAMAD KASJID UDIN BUSO. Sifat Kosmopolit dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani Anggrek di Wilayah Jakarta Barat.(dibawah bimbingan Pang S. Asngari sebagai ketua, Darwis S. Gani dan Soedijanto sebagai anggota). Keberhasilan petani anggrek dalam mengelola uaaha tani mereka sehingga dapat meningkatkan pendapatan per capita, sangat tergantung kepada kegiatan petani itu sen- diri. Dalarn upaya meningkatkan pendapatan petani anggrek ini, selain dari segi pemasaran, bantuan teknik, bantuan sarana produksi dan peralatan lokal, peranysang proddisi serta pengangkutan yang mu2ah dan murah, Pemerintah. term pula mengusaiiakan perbaikan pembudidayaannya. Misalnya, untuk meningketkan mutu anggrek telah dilakukan usaha mcnghasilkan hibrida yang dapat tumbuh pada temperatur yang lebih panas, cara memperbanyak tananan yang lebih se- derhana, dishmplng tata-cara pen:eliharaannya. Dengan de- mikian terdapat usaha terpadu, mulai dari menanam sampai kepada pemasaran anggrek. Usaha dail bantuan Pemerintah ini tidak akan mencapai sasaran selurubnya, manakala tidak diikuti oleh kesediaan para petani anggrek untuk menerima, mengolah dan mengembangkan secara Cerbulka itikad baik dari Pemerintah ini.' *~?* Seseorang petani. anggrek tidak akan nemperoleh kemajuan bilamana ia tidak mau mengunjungi sumber kemajuan itu, bartanya kepada orang lain yang lebih tahu dari padanya, menggunakan media-rcassa seperti koran, majalah, radio,

3 telivisi dan sebagainya, serta melakukan anjangsana atau keluar dari sistem sosialnya untuk melihat-lihat tempat sumber kemajuan itu terdapat, yang semuanya ini berkaitan dengan usahatani anggrek mereka. Sifat kosmopolit para petani anggrek merupakan peubah penting yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani me- reka. Penelitian ini bertauan untuk mengetahui : (1) se- berapa jauh pengaruh sifat kosmopolit petani anggrek terhadap peningkatan mutu anggrek yang dihasilkannya, (2) seberapa jauh pengaruh sifat kosmopolit petani anggrek terhadap peningkatan jumlah anggrek yang dihasilkannya, (3) seberapa jauh pengaruh sifat kosmopolit petani anggrek terhadap peningkatan permintaan dari anggrek yang dihasilkannya, (4) seberapa jauh pengaruh sifat kosmopolit petani anggrek untuk mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan, sehinyga terdapat perbandingan yang menguntungkan antara masukan dan keluaran, dan 15) seberapa jauh pengaruh sifat kosmopolit petani angyrek terhadap peningkatan pendapatan usahatani mereka. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 25 Mei1985 sampai dengan 25 Juli Penarikan responden dilakukan dengan menggunakan metode Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling), dengan melibatkan 36 orang petani anggrek yang terdiri dari 15 orang petani anggota PA1 dan 21 orang petani bukan anggota PAI. - Pengumpulan data dilakukan de- ngan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Penyusunan kuesioner ini diarahkan kepada upaya mengukur : (1) Sifat

4 kosmopolit petani anggrek, yang neliputi empat peubah yaitu : frekuensi kontak dengan sumber penemuan teknologi baru, frekuensi mengunjungi orang-orang yang dianggap lebih tahu, frekuensi menggunakan media-massa dan frekuensi keluar sistem sosial, dan (2) Pendapatan petani anggrek yang meliputi : Besarnya pendapatan bruto (kotor) dari hasil penjualan anggrek selava setahun (dalam rupiah), dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama setahun (dalam rupiah). Data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan nenggunakan frekuensi, persentase, jenjang dan pengukuran hu- bungan/pengaruh. Untuk pengukuran derajat hubungan dila- kukan dengan analisis statistik non pasametrik "koefisien korelasi jenjang Spearman." Kasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat kosmopolit petani anggrek di Jakarta Barat, baik anggota PA1 maupun bukan anggota PA1 (Non-PAI), menunjukkan keadaan yang heterogen, yakni berkisar antara rendah (skor < 30) sampai tinggi (skor ) 60). Untuk anggota PA1 terdiri dari 13,3 persen rendah, 73,34 persen sedang dan 13,3 persen tinggi. Untuk petani non PA1 terdiri 38,I.O persen rendah, 52,38 persen sedang dan 9,52 persen tinggi. 2. Tingkat pendapatan petani anggrek di Jakarta 3arat, baik anggota PA1 maupun non PAT, menunjukkan keadaan 2 yang heterogen, yakni berkisar antara Rp 700,-/m /ta- hun sampai dengan Rp ,-/m2/tahun. Untuk anggota

5 PA1 terdiri dari 20 persen petani pendapatannya kurang dari Rp 1.000,-/m2/tahun ; 60 persen antara Rp 1.000,- sampai Rp 2.000,-/m2/tahun ; dan 20 persen petani pen- dapatannya di atas Rp 2.000, -/m2/tahun. Untuk petani non-pa1 terdiri dari 23,8 persen pendapatannya kurang dari Rp 1.000,-/m2/tahun ; 57,15 persen petani penda- patannya antara Rp 1.000,- sampai Rp 2.000,-/m2/tahun; dan 19,05 persen petarii peodapatannya di atas Rp 2.000,-/ m2/tahun. 3. Baik bagi petani anggota PA1 maupun non-pai, ternyata bahbia tingkat lcos~.opolit mempunyai hubungan yang positi dan sangat nyata dengan tingkat pendapatan hasil usahatani anggrek mereka. 4. Sifat kosmopolit petani anggrek, baik anggota PA1 mau- pun non-pat, lebih cenderung pada teknik budidaya anggrek, dan kurang berorientasi pada aspek-aspek ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan petani anggrek, seperti pemasaran dan sebagainya. 5. Karena kurangnya perhatian terhadap bidang pemasarao ini, maka pemasaran anggrek terbatas, harga mudah goncang, anggrek lokal tidak mampu bersaing dengan anggrek impor, sehingga ha1 ini dapat mempengaruhi besarnya pendapatan petani anggrek.

6 agar : Berdasarkan penemuan penelitian ini, disarankan 1. Dalam upaya mengembangkan dan membina petani anggrek di wilayah Jakarta Barat, sebaiknya penyuluhan diting- katkan, dengan jalan meningkatkan frekuensi, menambah fasilitas, memberikan insentif dan tenaga terlatih. 2. Penyuluhan yang dilaksanakan disamping teknik budidaya, supaya diarahkan pula kepada aspek-aspek ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan, seperti permodalan, biaya pemasaran dan administrasi, sehingga dengan demikian diharapkan anggrek yang dihasilkan itu tetap berpotensi ekonomi s. 3. Para pemimpin petani anggrek yang tergabung dalam PA1 seharusnya berasal dari petani anggrek sendiri, yang mempunyai tujuan yang sama dengan mereka, serta ber- kemampuan untuk memenuhi aspirasi-aspirasi para petani anggota yang diwakilinya. 4. Kepada pihak Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, terutama kepada Instansi-instansi yang berkepentingan dengan keindahan kota, seperti Bank Pembangunan Daerah agar membantu petani-petani yang produktif dengan kredit yang terkontrol, sehingga mereka dapat berkem- bang dengan baik.

7

8

9

10