III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan desa ini merupakan penerima bantuan program CD PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2004 terbesar di Kabupaten Dairi. Di Kecamatan Parbuluan terdapat dua desa yang mendapat bantuan dari Program CD yaitu Desa Parbuluan I dan Desa parbuluan III. Banyaknya kepala keluarga penerima bantuan, jenis bantuan dan jumlah bantuan dapat kita lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Penerima Bantuan, Jenis Bantuan dan Jumlah Bantuan Program CD PT. TPL di Kab. Dairi Desa Desa Parbuluan I Jumlah (KK) 125 Jenis Bantuan Bibit ternak babi Jumlah Bantuan (ekor) 250 Nilai Bantuan(Rp.) Desa Parbuluan III Bibit ternak babi Bibit ternak kambing Jumlah Rp Sumber: Koordinator Program Community Development Kabupaten Dairi tahun 2005 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 kepala keluarga yang menerima bantuan berupa bibit ternak babi dengan jumlah 2 ekor tiap kepala keluarga dan jumlah total nilai bantuan sebesar Rp atau rata-rata Rp /KK. Di Desa Parbuluan III terdapat 25 kepala keluarga yang menerima bantuan berupa bibit ternak babi dan 33 kepala keluarga yang menerima bibit ternak

2 kambing dengan jumlah 2 ekor tiap kepala keluarga dan total nilai bantuan sebesar Rp atau dengan rata-rata Rp /KK. 3.2 Metode Penarikan Sampel Populasi adalah seluruh masyarakat yang terdapat di desa Parbuluan I. Pengambilan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan menggunakan Simple random Sampling (Penarikan Sampel Secara Random Sederhana). Jumlah petani sampel penerima bantuan dan yang tidak menerima bantuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Petani Sampel Penerima Bantuan dan yang Tidak Menerima Bantuan Program CD PT. TPL Tahun Populasi Jumlah KK Jumlah Sampel Penerima Bantuan Bukan Penerima Bantuan Jumlah Sumber: Koordinator Program CD Kab Dairi, 2006 Dari Tabel 3 diketahui bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 KK penerima bantuan Program CD, sedangkan petani yang bukan penerima bantuan program CD berjumlah sebanyak 363 KK. Sampel diambil sebanyak 40 KK, yaitu 20 KK yang merupakan penerima bantuan program CD dan 20 KK yang bukan merupakan penerima bantuan program CD. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti

3 Kantor Kepala Desa Parbuluan I, Kantor Kecamatan Parbuluan, Koordinator Program CD Kabupaten Dairi dan buku-buku pendukung penelitian. 3.4 Metode Analisis data Semua data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasikan sesuai kebutuhan, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai. Hipotesis 1, dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan melihat pelaksanaan program di daerah penelitian. Hipotesis 2, dianalisis dengan Teknik Penskalaan Likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan, yaitu: - Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4 Ragu-ragu (R) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 - Untuk pernyataan negatif: Sangat setuju (SS) = 1 rumus: Keterangan: Setuju (S) = 2 Ragu-ragu (R) = 3 Tidak Setuju (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5 Untuk mengukur skala sikap digunakan pengukuran skala sikap Likert dengan X X T = S

4 T X X S = Skor Standar = Skor Responden = Rata-rata Skor Kelompok = Deviasi standar kelompok Kriteria Uji, apabila: T > 50 = Sikap Positif T 50 = Sikap Negatif (Azwar, 1989:156). Spearman. Hipotesis 3 (a), (b), (c) dan 4 (a), (b) dianalisi dengan koefisien Rank rs th = 1 = rs 6 N N i= 1 3 di N n 2 1 rs 2 2 tα = α; db Keterangan: rs di n α db = Koefisien korelasi Rank Spearman = Selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan sikap = Jumlah Sampel = Derajat Nyata = Derajat Bebas Kriteria uji hipotesis adalah:

5 Jika th < tα berarti terima H o atau tolak H 1 Jika th > tα berarti terima H 1 atau tolak H o Regression). Untuk menguji Hipotesis 5 digunakan analisis regresi Linier Ganda (Multiple Keterangan: Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 + b 4 x 4 + b 5 x 5 Y a x1 x2 x3 x4 x5 b1 b5 = Sikap petani terhadap Program CD = Intercept = Umur petani (tahun) = Tingkat kosmopolitan petani = Tingkat pendidikan petani = Luas lahan = Total pendapatan keluarga = Koefisien regresi uji F yakni : Untuk menguji pengaruh variabel tersebut secara serempak maka digunakan F hit Keterangan: 2 r / k = (1 r) /( n k 1) R 2 = Koefisien determinasi n k n-k-1 = Jumlah sampel = Derajat bebas pembilang = Derajat bebas penyebut Dengan kriteria uji: Jika F hit < F tabel maka terima Ho atau tolak H 1

6 Jika F hit > F tabel maka terima H1 atau tolak Ho Untuk menguji variabel secara parsial dapat diuji dengan uji t yaitu: t hit S 2 b1 = Sb y S bi = Keterangan: 1 ( y y) = n k S y123 2 ( xi (1 Ri n-k-1 = Derajat Bebas 2 )) S 2 bi = standar error parameter b S 2 y 123 = Standar Standar error estimasi Xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4,5) Dengan kriteria uji: Jika t hit < t tabel maka terima Ho atau tolak H 1 Jika t hit > t tabel maka terima H1 atau tolak Ho Hipotesis 6, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melihat sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian. Hipotesis 7, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengamati masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian. Hipotesis 8, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengamati upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi masalahmasaalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.

7 3.5 Definisi dan Batasan Operasion Definisi 1. Sikap petani adalah pencerminan dorongan dorongan yang datang dari dalam diri petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu obyek, dalam penelitian ini adalah Program CD. 2. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu. 3. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu. 4. Umur sampel adalah usia petani pada saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun 5. Tingkat pendidikan sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh petani, yang dinyatakan dalam tahun. 6. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar dan serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik. 7. Total pendapatan keluarga adalah total jumlah pendapatan keluarga petani baik dari usaha pertanian dan diluar usaha pertanian. 8. Sampel adalah petani yang mendapat bantuan dan yang tidak mendapat bantuan dari Program CD. Batasan Operasional 1. Tempat penelitian adalah Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2007.

8 IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTI PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian. Luas dan Topografi Desa Desa Parbuluan I berada dalam Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 3100 Ha, yang terbagi atas 3 dusun, yaitu Dusun Simallopuk, Dusun Dalan Toba 1, dan Dusun Dalan Toba 2. Desa Parbuluan I terletak pada ketinggian 1200 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2300 mm/tahun. Bentuk topografi berbukit, berudara sejuk dengan suhu minimal 13,7-15,7 o C dan dengan suhu maksimal 19,5-22,9 o C. Secara administrasi, Desa Parbuluan I memiliki batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parbuluan IV. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parbuluan II. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Jarak Desa Parbuluan I dari ibukota Kecamatan Parbuluan 12 Km, dan jarak dari ibukota Kabupaten Dairi Sidikalang 30 Km dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Tata Guna Tanah Penggunaan tanah di Desa Parbuluan I meliputi tanah sawah, tanah kering, bangunan dan lainya. Luas wilayah Desa Parbuluan menurut penggunaannya, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

9 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Desa Parbuluan 1 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Tanah Sawah Tanah Kering Bangunan Lainnya Jumlah Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat penggunaan lahan terluas adalah untuk tanah kering (1495 Ha) dan penggunaan lahan terkecil adalah untuk tanah sawah (10 Ha). Hal ini dapat menunjukkan bahwa luasnya lahan pertanian yang bisa dipakai untuk lahan pertanian. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana baik pendidikan, kesehatan maupun keagamaan sudah ada di Desa Parbuluan I. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Parbuluan I. No. Uraian Jumlah (Unit) 1. SD 2 2. SLTP Swasta 1 3. PUSTU 1 4. Posyandu 3 5. Polindes 1 6. Gereja 4 Jumlah 12 Sumber: Kantor Kepala Desa, Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Parbuluan I masih pelayanannya masih sangat kurang, baik di bidang pendidikan, maupun kesehatan. Sehingga untuk pendidikan dan kesehatan, warga desa

10 harus ke ibukota kecamatan, bahkan harus ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Keadaan Penduduk Berdasarkan data profil desa tahun 2006, penduduk Desa Parbuluan I berjumlah 2701 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 488. Distribusi penduduk Desa Parbuluan I menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6 : Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Parbuluan 1 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah JUMLAH Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat jumlah penduduk pada kelompok 0-14 tahun sebanyak 1216 jiwa (45.37%) dan jumlah penduduk sebanyak sebanyak 1235 jiwa (46.08%) dan jumlah penduduk >50 tahun sebanyak 1235 jiwa (8.54%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok umur produktif merupakan jumlah penduduk terbanyak, sehingga dapat diketahui sumber daya manusia tercukupi di Desa Parbuluan 1.

11 Sebagai desa yang mempunyai lahan pertanian yang luas, pada umumnya penduduk di Desa Parbuluan 1 bermata pencaharian sebagai petani (95%) dan hanya 5% yang bermata pencaharian di sektor lain antara lain sebagai pegawai negeri dan swasta, pedagang, dan lain lain. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik sosial ekonomi petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga. Karakteristik petani sampel desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan 1 Sumber: Data Primer iolah dari lampiran 1, 2007 Umur No. Karakteristik Sosial Satuan Range Rataan Ekonomi 1. Umur Tahun Tingkat pendidikan Tahun Tingkat Kosmopolitan Skor Luas Lahan Ha Total Pendapatan Keluarga Rupiah 5,839,000-99,820,000 20,966,000 Umur petani sampel adalah salah satu yang berkaitan dengan kemampuan kerja petani dalam usahataninya. Semakin tua umur petani cenderung memiliki kemampuan kerja yang menurun, yang pada akhirnya berpengaruh kepada pendapatan yang mereka peroleh. Umur petani sampel berkisar antara tahun, sebagian besar petani msih banyak yang berada pada usia produktif sehingga potensi kerja yang dimiliki dalam mengusahakan usahataninya masih besar.

12 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan formal petani sampel rata-rata adalah 8.3 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani sampel adalah setingkat SD. Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh pada wawasan pengetahuan, pola pikir, cara bertindak dan pengambilan keputusan dalam mengambil sikap maupun dalam usaha peningkatan taraf hidup petani. Tingkat Kosmopolitan Penilaian tingkat kosmopolitan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan menggunakan skor (memberi nilai) pada setiap parameter terhadap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh petani sampel, seperti penggunaan media cetak dan elektronik dan frekuensi petani sampel keluar dari desa tempat tinggalnya. Tingkat kosmopolitan dibedakan berdasarkan kriteria rendah (skor: 0-8 ), sedang (skor: 9-16 ), dan tinggi (skor: 7-24). Tingkat kosmopolitan petani yang tergolong rendah sebanyak 38 orang (95%) dan tingkat kosmopolitan petani yang tergolong sedang sebanyak 2 orang (5%) dan tidak ada petani yang termasuk kedalam kategori tingkat kosmopolitan yang tergolong tinggi. Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui tingkat kosmopolitan rata-rata petani sampel yaitu dan termasuk kriteria rendah. Luas Lahan Luas lahan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan melihat seberapa luas lahan yang dimiliki petani yang diusahakan dalam usahataninya. Luas lahan yang dimiliki petani berkisar antara 0.2 Ha-2.1 Ha dengan rata-rata Ha.

13 Hal ini berarti lahan yang tersedia di Desa Parbuluan masih memadai untuk lahan usahatani. Pendapatan Pendapatan petani sampel merupakan jumlah penerimaan yang diterima petani baik dari usahataninya maupun diluar usahataninya dikurangi biaya-biaya produksi seperti pengolahan lahan, bibit, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, dan penyusutan alat-alat dan mesin pertanian. Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan petani di desa Parbuluan I berkisar antara Rp.5,839,000 Rp.99,820,000 dengan ratarata jumlah pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp.20,966,000. Jumlah pendapatan tersebut masih tergolong rendah dan hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pendapatan yang masih tergolong rendah tidak memungkinkan petani untuk menjadikan modal untuk berusahatani lebih baik ataupun membuat usaha sampingan lainnya.

14 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang terdapat di Desa Parbuluan I, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. Pada penelitian ini ditetapkan 40 sampel (KK) dari jumlah populasi sebanyak 488 KK Pelaksanaan Program CD di Daerah Penelitian Program CD tahun 2004 di desa Parbuluan I di danai oleh PT. Toba Pulp Lestari dengan jumlah dana sebesar Rp ,- untuk Dusun Dalan Toba II dan Rp ,- untuk Dusun Simallopuk. Jenis bantuan yang diberikan yaitu berupa bibit ternak babi, dengan berat kg dengan harga sekitar Rp dan dibagikan 2 ekor (satu jantan dan satu betina) untuk setiap petani yang terpilih menjadi penerima bantuan. Jumlah kepala keluarga penerima bantuan yang ada di Desa Parbuluan I yaitu sebanyak 125 orang. Kontribusi sosial PT.Toba Pulp Lestari ini ditandatangani pada tanggal 7 Oktober 2005, dan ditandatangani oleh Bupati Dairi, Camat Parbuluan, dan Kordinator Pelaksana Kontribusi Sosial PT. TPL kepada masyarakat Dairi. Bantuan ini diberikan kepada petani pada tanggal 27 Januari 2006 yang disaksikan langsung oleh Kordinator pelaksana Kontribusi Sosial PT.TPL kepada masyarakat Dairi, Anggota Dinas kesehatan Kab. Dairi, Dinas Pertanian Kab Dairi, Kepala Desa Parbuluan I, dan seluruh masyarakat desa Parbuluan I. Pemilihan jenis bantuan yang diberikan oleh PT TPL untuk Desa Parbuluan I adalah berupa bibit ternak babi. Koordinator PT. TPL untuk Kabupaten dairi membuat musyawarah dengan petani untuk menentukan sendiri jenis bantuan apa yang mereka inginkan. Tetapi pada kenyataannya tidak semua petani yang ikut dalam msyawarah

15 itu. Hasil musyawarah tersebut menetapkan bahwa bibit ternak babi yang merupakan jenis bantuan yang mereka butuhkan. Pemilihan petani penerima bantuan didasarkan atas kriteria bahwa penerima bantuan adalah benar-benar petani yang kurang mampu. Koordinator PT TPL untuk Kabupaten Dairi membuat panitia pemilihan penerima bantuan yang berasal dari desa itu sendiri, sehingga panitia tersebutlah yang memilih siapa saja petani yang berhak menerima bantuan tersebut. Sebelum bantuan diberikan petani terlebih dahulu telah membuat kandang untuk ternak babi tersebut. Kandang tersebut dibuat oleh petani dengan biaya mereka sendiri. Ternak babi yang diberikan kepada petani ternyata berasal dari Pancur Batu. Suhu daerah asal bibit ternak babi tersebut tidak sesuai dengan suhu di Desa Parbuluan I, sehingga bibit ternak tersebut banyak yang mati sebelum sempat dipelihara oleh petani. Jumlah ternak babi yang mati, bertahan hidup dan dijual oleh petani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Bibit Ternak Babi yang Mati, Bertahan Hidup dan Dijual oleh Petani Keadaan Ternak Babi Jantan Betina Jumlah Dijual 1-1 Dipelihara sampai sekarang Mati Jumlah Sumber: data diolah dari lampiran 23, Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ternak babi yang sempat dijual oleh petani adalah sebanyak 1 ekor, yang masih dipelihara sampai sekarang sebayak 3 ekor dan yang mati sebanyak 36 ekor. Ternak babi yang masih dipelihara oleh petani sampai sekarang semua adalah betina karena petani ingin menjadikan menjadi induk.

16 5.2. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD Sikap petani sampel terhadap Program CD diperlihatkan oleh pendapat petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan, dimana pernyataan ini dibagi ke dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Dari pendapat petani terhadap setiap pernyataan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh nilai skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban) kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan. Untuk memperoleh interprestasi terhadap skor masing-masing maka skor tersebut diubah kedalam skor standar dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor standar (Skor T) menyebabkan skor itu mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasinya S = 7. Sehingga apabila skor standar 50, berarti mempunyai sikap negatif. Sikap petani terhadap Program CD di Desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 9 berikut: Tabel 9 Sikap Petani Sampel terhadap Program CD di Desa Parbuluan I. No. KATEGORI JUMLAH (orang) PERSENTASE 1. Positif % 2. Negatif % Jumlah % Sumber: Data yang diolah dari lampiran 8, 2007 Berdasarkan Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa dari 40 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif terhadap Program CD jumlahnya adalah sebanyak 19 orang (47.5%) dan yang menyatakan sikap negatif adalah sebanyak 21 orang (52.5%). Jumlah petani yang mempunyai sikap positif lebih banyak daripada

17 jumlah petani yang mempunyai sikap negatif, sehingga Hipotesis 2 yang menyatakan sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian adalah positif tidak dapat diterima. Petani sampel lebih banyak memiliki sikap negatif karena kualitas bantuan yang diberikan sangat rendah, suhu daerah asal bibit ternak babi tidak sesuai dengan suhu di Desa Parbuluan I dan ternak babi yang dapat bertahan hidup tidak dapat tumbuh besar, sehingga tidak dapat menambah penghasilan bagi petani tetapi menyebabkan masalah baru bagi petani. Sedangkan petani yang memiliki sikap positif terhadap Program CD dipengaruhi karena mereka merasa membutuhkan bantuan dari program tersebut, dan mereka suka dengan jenis bantuan yang diberikan kepada mereka Hubungan Faktor Sosial Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD Adapun faktor sosial yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan formal, dan tingkat kosmopolitan petani. Faktor sosial satu persatu akan dihubungkan dengan sikap petani terhadap Program CD. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD Umur merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja seseorang dalam melakukan usahataninya. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik. Untuk melihat bagaimana hubungan petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 10.

18 Tabel 10. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD No. Umur (Tahun) SIKAP Jumlah Positif Negatif (orang) (15%) 4 (10%) 10 (25%) (22.5%) 7 (17.5%) 16 (40%) (10%) 10 (25%) 14 (35%) Jumlah 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%) Sumber: Data yang Diolah dari Lampiran 9, Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 10 orang petani sampel yang berumur tahun terdapat 6 orang yang bersikap positif dan 4 orang yang bersikap negatif. Dari 16 orang petani sampel yang berumur tahun terdapat 9 orang yang bersikap positif dan 7 orang yang bersikap negatif. Dari 14 orang petani sampel yang berumur tahun terdapat 4 orang petani sampel yang bersikap positif dan terdapat 10 orang yang bersikap negatif. Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 10. diperoleh koefisien korelasi (r s ) = -0,2375, korelasi antara umur petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi negatif artinya semakin tinggi umur petani sampel maka semakin negatif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai t hitung = t-tabel (α ; 0.05) = Oleh karena t hitung = < t-tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H 0 dan tolak H 1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 3a, yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD ditolak. Korelasi antara umur petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD tidak signifikan. Artinya umur petani tidak berpengaruh pada sikapnya terhadap Program CD PT TPL.

19 Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pola pikir dalam mengambil suatu keputusan karena pendidikan merupakan sarana belajar yang akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan. Pendidikan ini dapat diasumsikan dapat memberikan dorongan mental serta merubah dan cara sikap petani untuk dapat berpikir lebih maju. Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pendidikan petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya Terhadap Program CD No. TINGKAT PENDIDIKAN (Tahun) SIKAP POSITIF NEGATIF JUMLAH (Orang) (15%) 10 (25%) 16 (40%) (20%) 9 (22.5%) 17 (42.5%) (12.5%) 2 (5%) 7 (17.5%) JUMLAH 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%) Sumber: Data yang diolah dari lampiran 9, Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 16 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan 0 6 tahun terdapat 6 orang (15%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 10 orang (25%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 17 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan 7 9 tahun terdapat 8 orang (20%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 9 orang (22.5%) yang bersikap negatif. Dari 7 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan tahun terdapat 5 orang (12.5%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 2 orang (5%) yang mepunyai sikap negatif.

20 Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 11. diperoleh koefisien korelasi (r s ) = , korelasi antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi positif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin positif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai dari nilai t hitung = 1.053, t tabel (α ; 0.05) = Oleh karena t-hitung = < t-tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H 0 dan tolak H 1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 2b yang menyatakan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD ditolak. Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikapnya terhadap Program CD. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel dengan Sikapnya Terhadap Program CD Tingkat kosmpolitan diartikan sebagai keterbukaan petani dengan dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya (frekuensi) membaca majalah/koran/artikel, mengikuti siaran radio dan televisi dan frekuensi melakukan perjalanan keluar desa tempat tinggal. Tingkat kosmopolitan dapat ditunjukkan melalui perhitungan skor yang diperoleh dari 6 parameter. Setiap parameter skor terendah adalah 0 dan skor yang tertinggi adalah 4. tingkat kosmopolitan tersebut menggunakan tiga kategori yaitu: kategori rendah dengan skor 0 8, kategori sedang 9 17, dan kategori tinggi

21 Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat kosmopolitan petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani sampel dengan Sikapnya Terhadap Program CD No. TINGKAT KOSMOPOLITAN (Skor) SIKAP POSITIF NEGATIF JUMLAH (Orang) (42.5%) 21 (52.5%) 38 (95%) (2.5%) 1 (2.5%) 2 (5%) (0%) 0 (0%) 0 (0%) JUMLAH 18 (45%) 22 (55%) 40 (100%) Sumber: Data yang diolah dari lampiran 9, Berdasarkan Tabel 12 diperoleh bahwa dari 38 orang petani yang mempunyai tingkat kosmopolitan yang mempunyai skor 0-8 terdapat 17 (42.5%) yang mempunyai sikap positif dan 21 (52.5%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 2 orang petani yang mempunyai skor tingkat kosmopolitan antara 9 17 terdapat 1 orang (2.5%) yang mempunyai sikap positif dan 1 orang (2.5%) yang mempunyai sikap negatif. Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 12. diperoleh koefisien korelasi (r s ) = 0.170, korelasi antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi positif artinya semakin tinggi tingkat kosmopolitan maka semakin positif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai dari nilai t hitung = , t tabel (α ; 0.05) = Oleh karena t hitung = < t tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H 0 dan tolak H 1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 2c yang menyatakan hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD ditolak.

22 Tingkat kosmopolitan petani tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikapnya terhadap Program CD, artinya sikap negatif atau positif petani tidak dipengaruhi karena tingkat kosmopolitan petani itu sendiri Hubungan Faktor Ekonomi Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD Faktor ekonomi yang diteliti adalah luas lahan dan total pendapatan. Luas lahan yaitu seberapa luas lahan yang digunakan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Pendapatan petani adalah jumlah pandapatan yang diterima petani dari usahataninya maupun di luas usahataninya setelah dikurangi biaya-biaya produksi dalam satu tahun. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD Pada umunya petani di daerah penelitian mempunyai lahan yang luas, tetapi masih banyak lahan yang tidak dipergunakan dan dibiarkan tidak terpakai. Lahan yang tidak terpakai disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia untuk mengusahakannya dan juga karena kurangnya modal. Hubungan luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya Terhadap Program CD No. LUAS LAHAN SIKAP (Ha) POSITIF NEGATIF JUMLAH 1. < (7.5%) 4 (10%) 7 (17.5%) (40%) 15 (37.5%) 31 (77.5%) 3. > 1 0 (0%) 2 (5%) 2 (5%) JUMLAH 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%) Sumber: Data yang diolah dari Lampiran 9, Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 7 orang petani yang mempunyai lahan lebih kecil dari 0.5 Ha, terdapat 3 orang (7.5%) yang mempunyai sikap positif dan 4 orang (10%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 31 orang yang

23 mempunyai lahan Ha terdapat 16 orang (40%) yang bersikap positif, dan terdapat 15 orang (37.5%) yang mempunyai sikap positif. Dari 2 orang petani yang mempunyai lahan lebih besar dari 1 Ha, mempunyai sikap yang negatif. Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 13. diperoleh koefisien korelasi (r s ) = , korelasi antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi positif artinya semakin luas lahan pertanian petani maka semakin positif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai dari nilai t hitung = , t tabel (α ; 0.05) = Oleh karena t hitung = < t tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H 0 dan tolak H 1, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 4a yang menyatakan hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikap petani terhadap Program CD ditolak. Uraian di atas menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikapnya terhadap Program CD. Artinya semakin luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani tidak berpengaruh dalam positif atau tidaknya sikapnya terhadap program CD. Hubungan Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap Program CD. Kondisi ekonomi petani sangat lemah, hal ini diasumsikan dapat mempengaruhi sikap petani terhadap Program CD. Hubungan pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 14.

24 Tabel 14. Hubungan Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap Program CD. No. PENDAPATAN SIKAP JUMLAH (Rupiah) Positif Negatif (Orang) 1. < 10 Juta 3 (7.5%) 5 (12.5%) 8 (20%) Juta 10 (25%) 6 (15%) 16 (40%) 3. > 20 Juta 6 (15%) 10 (25%) 16 (40%) JUMLAH 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%) Sumber: Data diolah dari lampiran 9, Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa dari 8 orang petani yang mempunyai pendapatan < 10,000,000 terdapat 3 orang (7.5%) yang memiliki sikap positif dan 5 orang (12.5%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 16 orang yang mempunyai pendapatan Juta terdapat 10 orang (25%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 6 (15%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 16 orang yang mempunyai pendapatan lebih besar dari 20Juta terdapat 6 orang (15%) orang yang memiliki sikap positif dan 10 orang (25%) yang mempunyai sikap negatif. Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 14 diperoleh koefisien korelasi (r s ) = , korelasi antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi negatif artinya semakin tinggi jumlah pendapatan maka semakin negatif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai dari nilai t hitung = , t tabel (α ; 0.05) = Oleh karena t hitung = < t tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H 0 tolak H 1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 4a yang menyatakan hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikap petani terhadap Program CD ditolak. Uraian diatas menunjukkan bahwa pendapatan petani tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikapnya terhadap Program CD. Hal ini disebabkan

25 karena jumlah dan kualitas bantuan yang diberikan kepada petani semua sama. Sehingga walaupun pendapatan seseorang petani itu tinggi, tidak akan membuat bantuan yang diberikan kepadanya lebih baik dari yang lain. Pendapatan yang tinggi bisa saja membuat petani menambah perlakuan yang lebih kepada bantuan yang diberikan, tetapi itu tidak dapat merubah sikap petani itu sendiri terhadap bantuan Program CD Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD Karakteristik sosial ekonomi petani meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, dan jumlah pendapatan petani. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani dengan sikapnya terhadap Program CD dapat dianalisis dengan Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regresion). Dalam analisis Regresi Linier Berganda yang menjadi variabel bebas adalah: X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 = Umur petani (Tahun) = Tingkat Pendidikan Petani (Tahun) = Tingkat Kosmopolitan (Skor) = Luas lahan (Ha) = Jumlah Pendapatan (Rupiah) Sedangkan yang menjadi variabel tidak bebasnya adalah sikap petani terhadap Program CD. Setelah diregresikan variabel bebas dengan variabel tidak bebas diperoleh hasil regresi seperti pada Tabel 15.

26 Tabel 15. Analisis Statistik Regresi Linier Berganda (Multiple Regresion) Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani terhadap Program CD VARIABEL KOEFISIEN REGRESI T-HITUNG SIGNIFIKANSI Intercept X tn X tn X tn X tn X tn R 2 = F-hitung = F-tabel = F(1- α)(k)(n-k-1)=2.49 t-tabel (0.05) = Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata Sumber: Data yang Diolah dari Lampiran 15, 2007 Dari hasil regresi dapat ditulis persamaan regresinya yaitu: Y = X X X X X 5 Dari Tabel 15 dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Secara serempak F hitung = < F-tabel (1 α) ; (k) ; (n k 1 ) = 2.49 hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ke-enam variabel tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD. 2. Secara parsial diperoleh bahwa: a. Untuk variabel X 1 yaitu umur petani (tahun) diperoleh t-hitung = < t- tabel (α ; 0.05) = Hal ini berarti bahwa umur petani tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD. Dengan demikian umur petani tidak ikut mempengaruhi positif atau negatifnya sikap petani terhadap Program CD. b. Untuk variabel X 2 yaitu tingkat pendidikan petani (tahun) diperoleh t-hitung = < t-tabel (α ; 0.05) = Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan petani tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD.

27 Dengan demikian tingkat pendidikan petani tidak ikut mempengaruhi semakin positif atau negatifnya sikap petani terhadap Program CD. c. Untuk variabel X 3 yaitu tingkat kosmopolitan petani (skor) diperoleh t-hitung = < t-tabel (α ; 0.05) = Hal ini berarti bahwa tingkat kosmopolitan petani tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD. Dengan demikian tingkat kosmopolitan petani tidak ikut mempengaruhi semakin positif atau negatifnya sikap petani terhadap Program CD. d. Untuk variabel X 4 yaitu luas lahan petani (Ha) diperoleh t-hitung = < t- tabel (α ; 0.05) = Hal ini berarti bahwa luas lahan petani tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD. Dengan demikian luas lahan petani tidak ikut mempengaruhi semakin positif atau negatifnya sikap petani terhadap Program CD. e. Untuk variabel X 5 yaitu jumlah pendapatan petani (rupiah) diperoleh t-hitung = < t-tabel (α ; 0.05) = Hal ini berarti bahwa jumlah pendapatan petani tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap Program CD. Dengan demikian jumlah pendapatan petani tidak ikut mempengaruhi semakin positif atau negatifnya sikap petani terhadap Program CD. Berarti hipotesis 5, yang menyatakan bahwa ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, dan jumlah pendapatan petani) petani dengan sikapnya terhadap Program CD) ditolak. Koefisien determinasi (R 2 ) = artinya hanya 10.4% perubahan sikap petani terhadap Program CD dapat diterangkan oleh variabel bebas (X 1, X 2, X 3, X 4, X 5 ) dan sekitar 80.6% lagi diterangkan oleh variabel diluar model tersebut. Diduga

28 variabel-variabel diluar model tersebut antara lain bentuk bantuan yang diberikan, kualitas bantuan yang diberikan dan kultur (budaya) Dukungan Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Program CD Dukungan pemerintah dalam pelaksanaan Program CD dapat dilihat bahwa karena pemerintahlah maka PT.TPL tergerak untuk membuat suatu kegiatan kontribusi sosial kepada masyarakat di dekat daerah Hutan Industri yang dipakai oleh PT. TPL. Dukungan pemeritah daerah dalam pelaksanaan Program CD di Desa Parbuluan I dapat dilihat antara lain pada saat penyerahan bibit ternak babi pemerintah melalui Dinas Pertanian memberikan vaksin kepada semua bibit ternak babi sebelum diberikan kepada petani. Tetapi dalam pemeliharaan selanjutnya pemerintah tidak ada memberikan penyuluhan ataupun bimbingan kepada petani mengenai cara beternak dan cara pemeliharaan ternak babi yang sesuai terutama karena jenis bibit ternak babi yang diberikan oleh PT.TPL tidak sama dengan jenis ternak babi yang biasa dipelihara oleh masyarakat setempat, apalagi bibit ternak yang diberikan tidak sesuai dengan iklim yang ada di desa Parbuluan I Masalah-masalah yang Dihadapi Petani dalam Pelaksanaan Program CD Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program CD dapat dilihat yaitu: 1. Suhu yang tidak sesuai. Bibit ternak babi didatangkan dari Kecamatan Pancur Batu yang berhawa panas dibawa ke desa Parbuluan I yang berhawa dingin, sehingga banyak bibit ternak babi yang tidak sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

29 Bibit ternak babi yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya tidak akan dapat bertahan hidup lama (mati). 2. Mudanya umur bibit ternak babi yang diberikan kepada petani untuk dipisah dengan induknya. Bibit ternak babi yang diberikan kepada petani masih sangat muda dan belum layak dipisahkan dengan induknya, sehingga banyak bibit ternak babi yang mati. 3. Ternak yang mampu bertahan hidup tidak dapat tumbuh besar. Dari 20 sampel penerima bantuan program CD hanya 4 ternak babi yang mampu bertahan hidup. Bibit ternak babi yang dapat bertahan hidup tidak dapat tumbuh normal layaknya ternak babi lainnya, sehingga untuk dapat menjadikan induk petani harus memelihara sampai berumur 18 bulan Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah-masalah yang Dihadapi Petani dalam Pelaksanaan Program CD Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program CD yaitu: 1. Suhu yang tidak sesuai. Suhu yang tidak sesuai untuk ternak babi tersebut diatasi petani dengan membuat api unggun di dekat kandang ternak. Ini dibuat agar babi tidak kedinginan bahkan ada petani yang memberikan selimut kepada ternak babi. 2. Kecilnya ukuran bibit ternak babi yang diberikan kepada petani untuk dipisah dengan induknya.

30 Kecilnya bibit ternak babi dipisahkan dengan induknya membuat petani mengambil inisiatif untuk memberikan susu buatan, dengan harapan bibit ternak babi tersebut tetap dapat bertahan hidup. 3. Ternak tidak dapat tumbuh besar. Bibit ternak babi yang dapat bertahan hidup tidak dapat tumbuh normal layaknya ternak babi lainnya, mengharuskan petani menjual ternak babinya dengan harga murah. Bibit ternak babi yang masih kecil dijual dengan segera oleh petani umtuk menghindari biaya yang perawatan yang terus bertambah, sehingga walaupun ternak babi tersebut tidak mati tetapi menambah pengeluaran petani karena biaya perawatannya tidak sebanding dengan banyaknya uang yang diterima dari hasil penjualannya.

31 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 4. Pelaksanaan Program CD di desa Parbuluan I tidak sesuai dengan keinginan petani. 5. Sikap petani terhadap Program CD di desa Parbuluan I adalah negatif, dimana dari 40 orang petani sampel, 21 orang (52.55%) mempunyai sikap negatif dan 19 orang (47.5%) yang bersikap positif. 6. Karakteristik sosial petani: a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani dengan sikapnya terhadap Program CD. b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. 4. Karakteristik ekonomi petani: c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

32 5. Faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, luas lahan dan jumlah pandapatan) petani secara serempak maupun secara parsial tidak berpengaruh dengan sikapnya terhadap Program CD. 6. Dukungan pemerintah daerah dalam Program CD masih sangat kurang di daerah penelitan. 7. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan program CD yaitu: bibit terlalu kecil, suhu yang tidak sesuai dan ternak yang tidak tumbuh besar. 8. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu: dengan memberi susu buatan, memberi penghangat dan menjual dengan segera Saran Kepada PT.TPL a. Hendaknya semua petani ikut dalam pemilihan bentuk bantuan yang akan diterima, karena mereka lebih mengetahui apa yang mereka butuhkan. b. Hendaknya bantuan yang diberikan mempunyai kualitas yang baik, yang sesuai dengan lingkungan (iklim) setempat. c. Hendaknya membantu petani juga dalam memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada petani. d. Hendaknya dibuat badan pengawasan atas kegiatan yang telah dilakukan. Kepada pemerintah

33 a. Hendaknya pemerintah ikut mengawasi jalannya program ini, sampai program ini dirasakan cukup berhasil. b. Hendaknya pemerintah melalui Dinas Pertanian memberikan bimbingan maupun penyuluhan tentang cara beternak babi yang benar sesuai dengan jenis bantuan yang petani dapatkan. Kepada peneliti selanjutnya a. Agar melakukan penelitian untuk melihat hubungan dan pengaruh antara jenis bantuan dan kualitas jenis bantuan dengan sikap petani terhadap Program CD.

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI SAWAH

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI SAWAH PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Semakin bertambahnya tingkat pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya kesadaran untuk merubah pola pemeliharaan secara tradisional (digembalakan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

Daerah penelitian dipilih secara purposive yaitu Desa Sondi Raya, merupakan lokasi pelatihan pembuatan pupuk bokashi dan kebutuhan petani

Daerah penelitian dipilih secara purposive yaitu Desa Sondi Raya, merupakan lokasi pelatihan pembuatan pupuk bokashi dan kebutuhan petani 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian dipilih secara purposive yaitu Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, dengan alasan bahwa daerah tersebut merupakan lokasi pelatihan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian merupakan suatu cara yang harus ditempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS DATA Deskriptif Industri Gerabah di Desa Bangunjiwo. dilakukan berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh dari responden yang

BAB VI ANALISIS DATA Deskriptif Industri Gerabah di Desa Bangunjiwo. dilakukan berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh dari responden yang BAB VI ANALISIS DATA 6.1. Deskriptif Industri Gerabah di Desa Bangunjiwo Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 40 responden pengrajin gerabah di Desa Bangunjiwo. Analisis data yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 34 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Menurut Sugiyono (2012) Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara langsung terhadap petugas Kelurahan Sukabumi Indah mengenai Pendistribusian RASKIN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data valid yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Metode deskriptif

Lebih terperinci

Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Berganda Contoh Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan atau lebih variabel independen (x n ) Hubungan antara suhu warehouse dan viskositas cat dengan jumlah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. LKMD Kec. Tapung Hulu Kab.Kampar.Pemilihan lokasi ini berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. LKMD Kec. Tapung Hulu Kab.Kampar.Pemilihan lokasi ini berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari tanggal 01 Oktober sampai dengan 28 Desember 2012. Penelitian ini berlokasi disma LKMD Kec.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Desa Sukoharjo 1 sejak tahun 2012 dicanangkan sebagai lokasi pengembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo dikarenakan desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah para Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang menerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang 29 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG (Kasus: Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang) Rofiqoh Ahmad 1), Yusak Maryunianta

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panai Hilir Kabupaten. Labuhanbatu pada bulan Maret 2016 sampai April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panai Hilir Kabupaten. Labuhanbatu pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhanbatu pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. 3.2. Metode Penelitian Metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan

Lebih terperinci

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

3. PELAKSANAAN PENELITIAN 3. PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Margo Tani II di Desa Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri dengan tuntutan kerja agar dapat menyelesaikan masalah-masalah di

BAB I PENDAHULUAN. diri dengan tuntutan kerja agar dapat menyelesaikan masalah-masalah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam lingkungan bisnis yang semakin komplek dan selalu berubah-ubah seperti saat ini diperlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja agar

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif (explanatory) dengan verifikatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif (explanatory) dengan verifikatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif (explanatory) dengan verifikatif (quantitative). Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian DINAMIKA ORGANISASI GAPOKTAN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN(PUAP) Evri Ricky Rodesta Sianturi *), Meneth Ginting **), dan Rahmanta Ginting **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA PADI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA RINGGIT KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO Priyo Utomo, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono Program Studi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian Kausal, yaitu hubungan sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya

Lebih terperinci