Aplikasi mangosteen 1.0

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aplikasi mangosteen 1.0"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 75

2 Lampiran 1. Petunjuk instalasi dan pemakaian program mangosteen 1.0 Aplikasi mangosteen 1.0 Program aplikasi mangosteen 1.0 merupakan program yang berbasis stand alone, artinya dapat diinstal dengan mudah digunakan secara dinamis pada setiap PC (Personal Computer). Sistem dalam mangosteen 1.0 membutuhkan suatu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) dengan spesifikasi tertentu. Kebutuhan Minimal Perangkat Keras 1. Prosesor Intel Pentium IV, 2. Memori (RAM) sebesar 512 megabytes, 3. VGA 1 MB, 4. CD-Room, 5. Monitor ukuran 600 x 800 pixels, 6. Menggunakan sistem operasi Microsoft Windows XP/Vista/ 7 (seven) 7. Ruangan harddisk kosong sebesar 1 Gigabyte. Kebutuhan Minimal Perangkat Lunak 1. Sistem operasi Windows XP/Vista/ 7 (seven) 2. Microsoft Office 2003/ Expert Choice 2000 Prosedur Instalasi Petunjuk Instalasi Untuk memulai program mangosteen 1.0, sebaiknya di dalam komputer telah terinstal program aplikasi Expert Choice 2000, sebab di dalam program mangosteen 1.0 terdapat model-model analisis yang terintegrasi dengan Expert Choice 2000 tersebut. Apabila belum terinstal, pengguna diminta untuk melakukan proses instalasi terlebih dahulu. 1. Klik icon set up ec pada folder master program Expert Choice Setelah icon tersebut diklik, pengguna diminta mengikuti petunjuk penginstalan. 3. Masukkan serial number yang disertakan pada CD ketika proses instalasi memintanya. 4. Apabila proses instalasi telah berhasil dilakukan, maka akan muncul tampilan sebagai berikut: 76

3 Pendahuluan Untuk menjalankan program mangosteen 1.0, pengguna tidak harus melakukan proses instalasi rumit seperti program aplikasi lain. Pengguna hanya diminta untuk memindahkan folder program mangosteen 1.0 yang terdapat dalam CD, kedalam komputer dan folder tersebut dapat ditempatkan dimana saja di dalam komputer tersebut. Hal ini merupakan kemudahan tersendiri bagi pengguna dalam menjalankan program mangosteen 1.0. Tampilan awal dan login Agar program mangosteen 1.0 dapat dioperasikan, maka pengguna harus mengklik icon. Project mangosteen 1.0 yang terdapat dalam folder tersebut seperti gambar berikut ini: mangosteen 1.0.ico Setelah icon tersebut diklik maka, akan muncul tampilan splash screen seperti gambar berikut: Setelah progress bar selesai maka akan muncul tampilan login seperti gambar brikut Pada menu tersebut, pengguna diminta untuk memasukkan nama dan memilih login sebagai user. Apabila pengguna memilih login sebagai user, maka pengguna tidak perlu memasukkan password, sebab password tersebut hanya diperlukan oleh administrator untuk melakukan perubahan (editing) sistem dan memperbaharui (updating) data statis dalam sistem. 77

4 Menu Utama. Pada menu utama ini terdapat beberapa menu didalamnya yang meliputi model yang terdiri dari enam model dan menu informasi. Model Penentuan Produk Prospektif KLIK 2 KLIK 3 KLIK 1 Klik 1 : untuk mengubah penilaian produk Klik 2 : untuk mengubah bobot kriteria Klik 3 : menganalisis prioritas dengan MPE 78

5 Model Strategi Pengembangan Agroindustri Model ini menggunakan teknik Analitical Hierarchy Process (AHP). Beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pengguna, yaitu: 1. Memasukkan jumlah pakar 2. Membuat hierarki model AHP pada form yang tersedia. 3. Menentukan goal dari model tersebut. 4. Menentukan masing-masing elemen pada setiap level hirarki tersebut. 5. Menentukan alternatif lokasi yang dianalisis. 6. Masukkan bobot masing- masing elemen berdasarkan pendapat setiap pakar. 7. Melakukan revisi pembobotan bila terdapat nilai inconsistency ratio yang lebih besar dari 0, Nilai prioritas setiap elemen dan prioritas alternatif didapatkan secara otomatis. Icon penentuan jumlah pakar Goal hierarki Input alternatif Bobot alternatif Apabila hirarki telah selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengisian bobot (matriks) elemen pada setiap level, dan pengisian bobot alternatif. Untuk melakukan pembobotan elemen serta alternatif, pengguna harus mengklik icon untuk pembobotan, sampai muncul tampilan seperti pada gambar. 79

6 Setelah itu, pengguna langsung dapat memasukkan bobot nilai setiap elemen dengan skala penilaian 1-9 dengan perbandingan berpa-sangan dari dua elemen yang diperbandingkan. Bobot nilai yang berwarna hitam berarti elemen horizontal lebih penting daripada elemen vertikal, sedangkan bobot nilai yang berwarna merah berarti sebaliknya Pengguna diminta untuk memasukkan bobot semua elemen pada tiap levelnya. Selanjutnya, pengguna dapat melihat prioritas dari setiap elemen atau alternatif dalam bentuk grafik batang agar lebih mudah dalam pembacaannya. Tampilannya dapat dilihat pada gambar di samping. Selain grafik batang, nilai inconsistency ratio dari setiap levelnya ditampilkan pada form tersebut Setelah semua bobot dari masing-masing pakar dimasukkan, maka akan muncul nilai bobot alternatif di bagian pojok kanan dari tampilan program 80

7 Lampiran 2. Peta sebaran daerah sentra produksi manggis di Kabupaten Bogor 81

8 Lampiran 3. Hasil penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pengolahan manggis Pakar No. Kriteria Kemudahan akses bahan baku Ketersediaan infrastruktur dan transportasi Ketersediaan sarana utilitas Kemudahan akses bahan penunjang Ketersediaan tenaga kerja Kondisi sosial budaya Kemudahan akses pemasaran Nilai rata-rata Skala Penilaian Nilai Keterangan 1 Tidak penting 3 Kurang penting 5 Penting 7 Sangat Penting 9 Ekstrim Penting 2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai yang berdekatan 82

9 Lampiran 4. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku No. Kecamatan Jarak dengan sumber bahan baku (km) 1 Leuwiliang 0 2 Sukamakmur 0 3 Cibungbulang 3 4 Ciampea 6 5 Leuwisadeng 7 6 Pamijahan 8 7 Nanggung 11 8 Dramaga 14 9 Cigudeg Kemang Jonggol Ciomas Rumpin Sukajaya Jasinga Sukaraja Babakan Madang Klapanunggal Ciawi Gunung Sindur Cariu Cileungsi Caringin Cibinong Bojonggede Cijeruk Megamendung Tenjo Cisarua Citeureup Parung Gunung Putri Tanjung Sari Parung Panjang 50 83

10 Lampiran 5. Data kuantitatif BPS untuk kriteria pemilihan lokasi No. Kecamatan Jarak dengan sumber bahan penunjang (km) Jumlah pencari kerja Jumlah kasus kriminalitas 1 Bogor Babakan Madang Bojonggede Caringin Cariu Ciampea Ciawi Cibinong Cibungbulang Cigudeg Cijeruk Cileungsi Ciomas Cisarua Citeureup Dramaga Gunung Putri Gunung Sindur Jasinga Jonggol Kemang Klapanunggal Leuwiliang Leuwisadeng Megamendung Nanggung Pamijahan Parung Parung Panjang Rumpin Sukajaya Sukamakmur Sukaraja Tanjung Sari Tenjo

11 Lampiran 6. Hasil perhitungan MPE pada sub model penentuan lokasi unggulan No. Alternatif Lokasi kedekatan dgn ketersediaan sarana akses bahan ketersediaan kondisi sosial kemudahan bahan baku infrasturktur utilitas penunjang tenaga kerja budaya akses pemasaran Nilai MPE 1 Babakan Madang Bojonggede Caringin Cariu Ciampea Ciawi Cibinong Cibungbulang Cigudeg Cijeruk Cileungsi Ciomas Cisarua Citeureup Dramaga Gunung Putri Gunung Sindur Jasinga Jonggol Kemang Klapanunggal Leuwiliang Leuwisadeng Megamendung Nanggung Pamijahan Parung Parung Panjang Rumpin Sukajaya Sukamakmur Sukaraja Tanjung Sari Tenjo

12 Lampiran 7. Biaya investasi budidaya manggis No. Komponen Jumlah satuan harga/unit total umur ekonomis nilai sisa penyusutan 1 tanah 1 ha Bibit stek sambung 125 batang tangga 3 unit Keranjang 250 unit Cangkul 10 unit Hand sprayer 2 unit Timbangan duduk 1 unit galah panen 5 unit bangsal panen 30 m Pupuk kandang 3 ton 3 ton Urea 50 kg 50 kg SP kg 25 kg KCl 20 kg 20 kg Pembuatan lubang tanam 10 HKP Penanaman 5 HKP Total 375,025, ,135, ,403, Biaya tak terduga 10% 37,502, TOTAL INVESTASI 412,527,

13 Lampiran 8. Biaya operasional budidaya manggis a. Biaya operasional tahun ke-1sampai dengan tahun ke-6 No. Komponen Jumlah satuan harga/unit total 1 Pupuk Urea 375 kg SP kg KCl 240 kg Pestisida Insektisida 120 kg Fungisida 120 liter Tenaga kerja Penyiangan 60 HKP Pemupukan 90 HKP Penyemprotan 480 HKP Panen/pasca panen pertama 50 HKP Penyusutan Sub Total 41,418, Biaya tak terduga 10% 4,141, TOTAL 45,559, b. Biaya operasional tahun ke-7sampai dengan tahun ke-20 No. Komponen Jumlah satuan harga/unit total 1 Pupuk Urea 875 kg SP kg KCl 560 kg NPK 350 kg Pupuk kandang 42 ton Pestisida Insektisida 140 kg Fungisida 140 liter Tenaga kerja Penyiangan 140 HKP Pemupukan 210 HKP Penyemprotan 1120 HKP Panen/pasca panen pertama HKP penyusutan Sub Total 221,793, Biaya tak terduga 10% 22,179, TOTAL 243,972,

14 Lampiran 9. Proyeksi laba rugi budidaya manggis Deskripsi Tahun ke a. jumlah tanaman/ha b. produktivitas rata-rata (buah/pohon) c. harga per buah (Rp) d. persentasi keberhasilan A.Total Penerimaan (Rp) ,800,000 12,000,000 48,000,000 54,000,000 90,000,000 biaya operasional 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 B. Total Pengeluaran (Rp) 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 7,593,300 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 C. Laba (Rp) -7,593,300-7,593,300-7,593,300-7,593,300 7,593,300-5,793,300-5,426,593 30,573,407 36,573,407 72,573,407 Deskripsi Tahun ke a. jumlah tanaman/ha b. produktivitas rata-rata (buah/pohon ) c. harga per buah d. persentasi keberhasilan A. Total Penerimaan (Rp) 122,500, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 biaya operasional 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 B. Total Pengeluaran (Rp) 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 17,426,593 C. Laba (Rp) 105,073, ,573, ,573, ,573, ,573, ,573, ,573, ,573, ,573, ,573,407 88

15 Lampiran 10. Kriteria kelayakan investasi budidaya manggis Tahun ke- Bt - Ct Akumulasi DF 6,75 % PV NPV kumulatif (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 0 (412,527,500) (412,527,500) (412,527,500) (412,527,500) 1 (5,415,300) (417,942,800) (5,378,992) (417,906,492) 2 (5,415,300) (423,358,100) (5,342,927) (423,249,419) 3 (5,415,300) (428,773,400) (5,307,104) (428,556,523) 4 (5,415,300) (434,188,700) (5,271,521) (433,828,044) 5 (5,415,300) (439,604,000) (5,236,177) (439,064,221) 6 (3,615,300) (443,219,300) (3,472,278) (442,536,500) 7 (3,248,593) (446,467,893) (3,099,159) (445,635,658) 8 32,751,407 (413,716,486) ,035,365 (414,600,293) 9 38,751,407 (374,965,079) ,474,784 (378,125,509) 10 74,751,407 (300,213,671) ,888,061 (308,237,448) ,251,407 (192,962,264) ,601,293 (208,636,155) ,751,407 (68,210,857) ,076,275 (93,559,880) ,751,407 56,540, ,304,718 20,744, ,751, ,291, ,538, ,283, ,751, ,043, ,777, ,060, ,751, ,794, ,980, ,040, ,751, ,546, ,108, ,148, ,751, ,297, ,242, ,391, ,751, ,048, ,782, ,174, ,886,407 1,321,935, ,370,031 1,143,544,536 Kriteria Nilai NPV (Rp) NPV > 0 IRR (%) 10% IRR > discount rate (6.75%) PBP (Tahun) 12 tahun 5 bulan PBP < Umur Proyek Net B/C 3.56 Net B/C > 1 LAYAK 89

16 Lampiran 11. Data sentra produksi manggis beserta bulan panennya No. Daerah Sentra Provinsi/Kabupaten Produks Jarak Bulan_Panen Puncak_Panen i (ton) (km) Limapuluh kota Sumatera Barat 1429 Nov - Mei Jan - Feb Kota Agam Sumatera Barat 1627 Nov - Mei Mar - Apri Banyuwangi Jawa Timur 410 April - Juli Juni Blitar Jawa Timur 451 Jan - Mei Juni Ciamis Jawa Barat 2721 Jan - Mei Mar - Apri Cigudeg Bogor 161 Nov - Januari Januari 29 7 Jasinga Bogor 1243 April - Juni Juni 29 8 Kampar Riau 350 Juni - Sep Agustus Kerinci Jambi 335 Agustus - Okt September lahat Sumatera Selatan 1768 Agus - Des Okt - Nov Leuwiliang Bogor 723 Jan - Maret Feb - Mar Leuwisadeng Bogor 500 Okt - Jan Nov - Des lombok barat Nusa Tenggara 82 Nov - Feb Desember sawahlunto Sumatera Barat 4343 Nov - Mei Jan - Feb Merangin Jambi 285 Agustus - Okt September Nanggung Bogor 44 Okt - Jan Nov - Des Pasaman Sumatera Barat 1214 Nov - Mei Jan - Feb purwakarta Jawa Barat 2290 Nov - Apr Feb - Mar purworejo Jawa Tengah 389 Nov - Mar Jan - Feb Subang Jawa Barat 2113 Jan - Mei Mar - Apri Sukabumi Jawa Barat 559 Okt - Jan Nov - Des Sorolangun Jambi 76 Agustus - Okt September Sukajaya Bogor 135 Nov - Januari Desember Sukamakmur Bogor 200 Des - Feb Februari tabanan Bali 1499 Mei - Sep Juli - Sep Tanggarhus Lampung 80 Mei - Sep Juli - agustus tasikmalaya Jawa Barat Jan - Mei Mar - Apri Tapanuli Sumatera Utara 3234 Juni - Sep Agustus

17 Lampiran 12. Kuisioner AHP penentuan strategi pengembangan agroindustri TIN-IPB Institut Pertanian Bogor Peneliti : Andri Fauzan Rachman KUISIONER PROSES HIERARKI ANALITIK PENENTUAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI XANTHONE MANGGIS (Garcinia Mangostana L) Studi kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Identitas Responden Nama : Sugiyono Telepon : Pekerjaan Instansi : sugiyono.bisa@yahoo.com : Peneliti/Dosen jurusan TMB IPB : IPB Tanggal Wawancara : 16 Juni 2011 Disusun oleh: Nama : Andri Fauzan Rachman andri.fauzan11@yahoo.com Telepon : Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

18 PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER A. Petunjuk Umum 1. Isi kolom identitas yang terdapat di halaman depan kuisioner. 2. Berikan penilaian terhadap hierarki Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Xanthone Manggis dengan cara mengisi Lembar Penilaian. 3. Penilaian yang dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingan atau peran komponen-komponen dalam 1 level hirarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level sebelumnya menggunakan Skala Penilaian yang terdapat pada Petunjuk Khusus 4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah disediakan. B. Petunjuk Khusus Penilaian yang diberikan menggunakan skala penilaian berikut: Perbandingan Skala Penilaian A sama prioritas dengan B 1 A sedikit lebih prioritas dari B 3 B sedikit lebih prioritas dari A 1/3 A jelas lebih prioritas dari B 5 B jelas lebih prioritas dari A 1/5 A sangat jelas lebih prioritas dari pada B 7 B sangat jelas lebih prioritas dari pada A 1/7 A mutlak lebih prioritas dari pada B 9 B mutlak lebih prioritas dari pada A 1/9 Nilai skala 2,4,6,8 atau ½, ¼, 1/6, 1/8 diberikan bila terdapat sedikit saja perbedaan tingkat prioritas dengan patokan (sebagai nilai tengah) Contoh Pengisian : Faktor A Faktor B X Y Z X 1 3 (a) 5 (b) Y 1 1/7 (c) Z 1 Keterangan : Nilai (a) : Faktor X sedikit lebih penting dari faktor Y Nilai (b) : Faktor X jelas lebih penting dari faktor Z Nilai (c) : Faktor Z sangat jelas lebih penting dari faktor Y SELAMAT MENGISI! 92

19 Model Hierarki Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis dengan PHA Fokus Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis Faktor Harga bahan baku dan bahan penunjang Kebijakan Pemerintah Kontinuitas Produksi Distribusi dan pemasaran produk Harga jual produk Aktor Pemerintah Investor Pemasok Bahan Baku Pelaku Industri Industri terkait lain Tujuan Memaksimalkan keuntungan (profit) Memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga yang minimum Memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis Alternatif Menjalin kerja sama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku Promosi, penyuluhan dan pembangunan distribusi langsung ke petani Menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan 1. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen FAKTOR dalam Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis Faktor yang dipertimbangkan dalam rangka strategi pengembangan agroindustri xanthone manggis adalah sebagai berikut : a. Harga Bahan Baku dan Bahan Penunjang Harga bahan baku dan bahan penunjang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengembangan agroindustri manggis. Faktor ini dapat mempengaruhi biaya produksi dan kelayakan agroindustri manggis. b. Kebijakan Pemerintah Berkembangnya suatu industri tidak terlepas dari kebijakan/regulasi pemerintah yang berlaku. Kebijakan pemerintah ini meliputi peraturan dan perundang-undangan mengenai komoditi manggis, produk olahan (pangan) dan peraturan lain terkait agroindustri xanthone manggis. 93

20 c. Kontinuitas Produksi Kontinuitas produksi yang dimaksud adalah kelangsungan produksi yang dipengaruhi berbagai hal seperti ketersediaan bahan baku, bahan penunjang, pemasaran dan pemeliharaan pabrik d. Distribusi dan Pemasaran Produk Distribusi dan pemasaran produk termasuk salah satu faktor yang cukup penting mengingat produk yang dipasarkan merupakan produk yang terbilang baru. Distribusi pada konsumen secara tepat juga mempengaruhi pengembangan agroindustri manggis agar didapatkan konsumen yang sesuai target. e. Harga Jual Produk Harga jual produk dipengaruhi oleh beberapa hal seperti biaya produksi, pendapatan, pemasukan, tingkat inflasi dan berbagai hal lain berkaitan dengan produksi dan agroindustri xanthone manggis. Elemen A Harga bahan baku dan bahan penunjang Elemen B Kontinuitas Distribusi dan Kebijakan produksi pemasaran produk pemerintah Harga bahan baku dan penunjang Harga Jual produk Kontinuitas produksi 1 1/2 3 2 Distribusi dan pemasaran produk Kebijakan pemerintah 1 1/2 Harga Jual produk 1 2. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen AKTOR dalam Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis Aktor yang dipertimbangkan dalam rangka strategi pengembangan agroindustri xanthone manggis adalah sebagai berikut : a. Pemerintah Organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undangundang, antara lain adalah hukum dan undang-undang pendirian agroindustri manggis di daerah tertentu. b. Investor Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki agroindustri manggis ini dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat kan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Pada umumnya keuntungan ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. c. Pemasok Bahan Baku Pemasok bahan baku ialah pihak yang yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bahan baku untuk kelangsungan agroindustri xanthone manggis. Pemasok bahan baku ini dapat berupa petani, tengkulak atau instansi lain yang memasok bahan baku ke industri. 94

21 d. Pelaku Industri Pihak yang berperan dan bertanggung jawab dalam pengembangan agroindustri xanthone manggis. e. Industri lain yang terkait Industri lain yang terkait ini meliputi industri bahan baku, industri bahan-bahan pembantu produksi (kemasan, filler, alat tulis dan perkantoran), media massa dan elektronik, dan sebagainya. Keberadaan industri ini membantu menyelesaikan kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh agroindustri manggis secara mandiri. 1) Dalam kaitannya dengan faktor Harga bahan baku dan bahan penunjang, bandingkanlah besarnya peranan aktor-aktor berikut ini : Elemen A Elemen B Investor Pelaku Industri Pemerintah Pemasok bahan baku Industri terkait lain Investor 1 1/2 2 1/3 1/2 Pelaku Industri 1 3 1/2 1 Pemerintah 1 1/4 1/3 Pemasok bahan baku 1 2 Industri terkait lain 1 2) Dalam kaitannya dengan faktor Kontinuitas produksi, bandingkanlah besarnya peranan aktoraktor berikut ini : Elemen A Elemen B Investor Pelaku Industri Pemerintah Pemasok bahan baku Industri terkait lain Investor Pelaku Industri Pemerintah 1 1/3 1 Pemasok bahan baku 1 5 Industri terkait lain 1 3) Dalam kaitannya dengan faktor Distribusi dan pemasaran produk, bandingkanlah besarnya peranan aktor-aktor berikut ini : Elemen A Elemen B Investor Pelaku Industri Pemerintah Pemasok bahan baku Industri terkait lain Investor 1 1/ /3 Pelaku Industri Pemerintah 1 1/3 1/6 Pemasok bahan baku 1 1/2 Industri terkait lain 1 95

22 4) Dalam kaitannya dengan faktor Kebijakan pemerintah, bandingkanlah besarnya peranan aktoraktor berikut ini : Elemen A Investor Pelaku Industri Elemen B Pemerintah Pemasok bahan baku Industri terkait lain Investor 1 1 1/2 2 1 Pelaku Industri 1 1/2 2 1 Pemerintah Pemasok bahan baku 1 1 Industri terkait lain 1 5) Dalam kaitannya dengan faktor Harga jual produk, bandingkanlah besarnya peranan aktoraktor berikut ini : Elemen A Elemen B Investor Pelaku Industri Pemerintah Pemasok bahan baku Industri terkait lain Investor Pelaku Industri Pemerintah 1 1/3 1/2 Pemasok bahan baku 1 1 Industri terkait lain 1 3. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen TUJUAN dalam Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis Tujuan yang ingin didapatkan dalam penerapan strategi pengembangan agroindustri xanthone manggis adalah sebagai berikut : a. Memaksimumkan keuntungan (profit). Hal ini merupakan tujuan dari setiap perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada sebaik mungkin dengan berbagai strategi yang dijalankannya. b. Memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga yang minimum. Pasokan bahan baku diharapkan dapat terus ada secara kontinu agar tidak menggangu jalannya produksi di industri. Selain itu diharapkan harga dan kualitas dapat terus terjaga. c. Memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis. Permintaan pasar yang baik harus diusahakan untuk selalu terpenuhi dan tetap dijaga agar tidak menjadi hal yang dapat merugikan bagi agroindustri manggis itu sendiri. 1) Dalam kaitannya dengan aktor Investor, bandingkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai berikut ini : Elemen B Elemen A pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan Memenuhi kebutuhan pasar pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum 1 1/3 2 Memaksimalkan keuntungan 1 5 Memenuhi kebutuhan pasar 1 96

23 2) Dalam kaitannya dengan aktor Pelaku Industri, bandingkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai berikut ini : Elemen A pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Elemen B Memaksimalkan keuntungan Memenuhi kebutuhan pasar Memaksimalkan keuntungan 1 2 Memenuhi kebutuhan pasar 1 3) Dalam kaitannya dengan aktor Pemerintah, bandingkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai berikut ini : Elemen B Elemen A pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan Memenuhi kebutuhan pasar pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan 1 1/2 Memenuhi kebutuhan pasar 1 4) Dalam kaitannya dengan aktor Pemasok Bahan Baku, bandingkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai berikut ini : Elemen B Elemen A pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan Memenuhi kebutuhan pasar pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan 1 3 Memenuhi kebutuhan pasar 1 5) Dalam kaitannya dengan aktor industri terkait lain, bandingkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai berikut ini : Elemen B Elemen A pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum Memaksimalkan keuntungan Memenuhi kebutuhan pasar pasokan bahan baku kontinu dengan harga minimum 1 1/2 1/2 Memaksimalkan keuntungan 1 1 Memenuhi kebutuhan pasar 1 97

24 4. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen ALTERNATIF dalam Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis Alternatif strategi pengembangan agroindustri manggis yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Menjalin kerja sama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku. Kerja sama dengan pemasok bahan baku diharapkan dapat menjamin pasokan bahan baku yang akan dijadikan produk olahan. Selain itu harga bahan baku dapat dijaga kualitasnya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri. b. Promosi, penyuluhan, dan pembangunan sistem distribusi langsung ke petani. Xanthone manggis merupakan produk yang dapat dikatakan sebagai produk baru di Indonesia. Jika ingin membangun pasar dan industri secara mandiri, industri dapat membangun sendiri jaringan distribusi, promosi percontohan, dan pemberian penyuluhan kepada petani. c. Menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan manggis. Kemitraan dengan industri penyalur dapat menjamin pendistribusian produk dan diharapkan dapat menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk olahan. 1) Dalam kaitannya dengan tujuan Memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga yang minimum, bandingkanlah alternatif-alternatif berikut ini : Elemen B Elemen A Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi Kemitraan dengan industri penyalur Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi 1 1/5 Kemitraan dengan industri penyalur 1 2) Dalam kaitannya dengan tujuan Memaksimumkan keuntungan (profit), bandingkanlah alternatif-alternatif berikut ini : Elemen B Elemen A Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi Kemitraan dengan industri penyalur Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi 1 1/6 Kemitraan dengan industri penyalur 1 3) Dalam kaitannya dengan tujuan Memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis, bandingkanlah alternatif-alternatif berikut ini : Elemen B Elemen A Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi Kemitraan dengan industri penyalur Kerjasama dengan pemasok Promosi, pembangunan distribusi 1 1/3 Kemitraan dengan industri penyalur TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA

25 Lampiran 13. Verifikasi perhitungan AHP Hasil pembobotan level satu Harga Bahan Baku Kontinuitas Produksi Distribusi dan Pemasaran Kebijakan pemerintah Harga Jual HASIL PEMBOBTAN LEVEL DUA Investor pelaku industri pemerintah pemasok bahan baku industri terkait Pembobotan tujuan dari Pelaku Pemasok Industri Investor Pemerintah Harga Bahan Baku Industri Bahan Baku terkait HASIL PEMBOBOTAN Hasil pembobotan memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis Pembobotan tujuan dari Pelaku Pemasok Industri Investor Pemerintah Kontinuitas Produksi Industri Bahan Baku terkait HASIL PEMBOBOTAN Hasil pembobotan memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis Pembobotan tujuan dari Pelaku Pemasok Industri Investor Pemerintah Distribusi Pemasaran Industri Bahan Baku terkait HASIL PEMBOBOTAN Hasil pembobotan memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis

26 Pembobotan tujuan dari Pelaku Pemasok Industri Investor Pemerintah Kebijakan Pemerintah Industri Bahan Baku terkait HASIL PEMBOBOTAN Hasil pembobotan memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis Pembobotan tujuan dari Pelaku Pemasok Industri Investor Pemerintah Harga Jual Industri Bahan Baku terkait HASIL PEMBOBOTAN Hasil pembobotan memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis MATRIKS GABUNGAN Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Tujuan 4 Tujuan 5 HASIL Hasil pembobotan level dua memaksimumkan keuntungan (profit) memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis PEMBOBOTAN LEVEL TIGA

27 Lampiran 14. Biaya investasi agroindustri xanthone manggis No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai Total (Rp) Umur ekonomis Nilai sisa (Rp) Penyusutan (Rp) Pemeliharaan (Rp) 1 Biaya prainvestasi Perizinan 1 paket 30,000,000 30,000,000 Transportasi dan komunikasi 1 paket 2,000,000 2,000,000 Total 1 32,000,000 2 Tanah dan bangunan Tanah 1000 m 2 300, ,000, ,000,000 1,000,000 Bangunan 500 m 2 400, ,000, ,000,000 18,000,000 1,000,000 Total 2 500,000,000 3 Mesin dan peralatan mesin penghancur (ekstraktor) 1 unit 6,200,000 6,200, , , ,000 mixing and filling tank 2 unit 25,000,000 50,000, ,000,000 4,500,000 1,000,000 alat sterilisasi air 1 paket 15,000,000 15,000, ,500,000 1,350, ,000 Alat Penyaring 2 unit 125, , ,000 45,000 5,000 alat pemisah buah 10 unit 25, , ,000 45,000 5,000 wadah maserasi 15 unit 100,000 1,500, , ,000 30,000 keranjang 25 unit 125,000 3,125, , ,500 62,500 alat laboratorium 1 paket 20,000,000 20,000, ,000,000 1,800, ,000 Perlengkapan utilitas 1 Paket 10,000,000 10,000, ,000, , ,000 Total 3 106,325,000 4 Fasilitas penunjang instalasi listrik 1 paket 15,000,000 15,000, ,500,000 1,350, ,000 instalasi air 1 paket 5,000,000 5,000, , , ,000 instalasi peralatan 1 paket 10,000,000 10,000, ,000, , ,000 Total 4 30,000,

28 Lampiran 14. Biaya Investasi Agroindustri xanthone manggis (lanjutan) No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai Total (Rp) Umur ekonomis Nilai sisa (Rp) Penyusutan (Rp) Pemeliharaan (Rp) 5 Alat Kantor Kursi dan meja tamu 1 set 2,000,000 2,000, , ,000 40,000 Lemari arsip 3 Unit 750,000 2,250, , ,500 45,000 Komputer 4 Unit 3,000,000 12,000, ,200,000 2,160, ,000 Kursi & meja kerja 7 pasang 1,200,000 8,400, , , ,000 Sarana komunikasi (Fax dan Telepon) 3 unit 200, , ,000 54,000 12,000 Perlengkapan kebersihan 4 set 100, , ,000 72,000 8,000 Total 5 25,650,000 6 Sarana Distribusi Mobil box 1 Unit 110,000, ,000, ,000,000 9,900,000 2,200,000 Total 6 110,000,000 Total ,975,000 Kontingensi 10% 80,397,500 Total investasi tetap 884,372, ,197,500 44,055,000 6,439,500 Modal Kerja 4,209,894,750 TOTAL BIAYA MODAL 5,094,267,

29 Lampiran 15. Biaya operasional agroindustri xanthone manggis No Komponen Jumlah Satuan Biaya satuan (Rp) Total Biaya per tahun (Rp) A. Biaya Tetap 1 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung a. Direktur 1 orang/ bulan 4,000,000 48,000,000 b. Manajer Produksi dan QC 1 orang/ bulan 3,000,000 36,000,000 c. Manajer Pemasaran 1 orang/ bulan 3,000,000 36,000,000 d. Manajer Administrasi dan Keuangan 1 orang/ bulan 3,000,000 36,000,000 e. Staff pemasaran 2 orang/ bulan 2,000,000 48,000,000 f. Staff produksi 2 orang/ bulan 2,000,000 48,000,000 g. Staff administrasi 1 orang/ bulan 2,000,000 24,000,000 h. Staff keuangan 1 orang/ bulan 2,000,000 24,000,000 i. karyawan produksi 60 orang/ bulan 1,500,000 1,080,000,000 j Sopir 1 orang/ bulan 1,300,000 15,600,000 k. Security 2 orang/ bulan 1,300,000 31,200,000 l. Laboran 1 orang/ bulan 1,500,000 18,000,000 Total 1 1,444,800,000 2 Biaya Administrasi a. Listrik dan air 1 per bulan 6,000,000 72,000,000 b. Bahan bakar 1 per bulan 2,500,000 30,000,000 c. Telepon & internet 1 per bulan 1,000,000 12,000,000 d. Transportasi 1 per bulan 2,000,000 24,000,000 Total 2 138,000,000 3 Promosi & pemasaran 1 per bulan 2,000,000 24,000,000 4 Penyusutan 44,055,000 5 Pemeliharaan 6,439,500 6 Pajak 12,500,000 Total Biaya Tetap 1,669,794,500 B. Biaya Variabel 1 Bahan Baku a. manggis kg/ bulan 13,000 1,560,000,000 b. ekstrak rosella 1500 kg/ bulan 25, ,000,000 c. madu 6000 liter/ bulan 35,000 2,520,000,000 Total 4,530,000,000 2 Bahan utilitas Kemasan Botol 52,000 bungkus/ bulan 2,000 1,248,000,000 Segel 52,000 bungkus/ bulan ,200,000 Kemasan kardus 52,000 bungkus/ bulan ,000,000 Total 2,059,200,000 Total Biaya Variabel 6,589,200,000 Total Biaya Tetap + Biaya Variabel 8,258,994,

30 Lampiran 16. Proyeksi laba rugi agroindustri xanthone manggis A B Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 PENDAPATAN tingkat produksi 60% 80% 100% 100% 100% produksi xanthone 360, , , , ,000 harga xanthone penjualan xanthone Rp 8,280,000,000 Rp 1,040,000,000 Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 PENGELUARAN biaya tetap Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 biaya variabel Rp 3,953,520,000 Rp 5,271,360,000 Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Pengeluaran Rp 5,623,314,500 Rp 6,941,154,500 Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 C LABA SEBELUM PAJAK Rp 2,656,685,500 Rp 4,098,845,500 Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 D PAJAK PENGHASILAN Rp 664,171,375 Rp 1,024,711,375 Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 E LABA SETELAH PAJAK Rp 1,992,514,125 Rp 3,074,134,125 Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,125 A B Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENDAPATAN tingkat produksi 100% 100% 100% 100% 100% produksi xanthone 600, , , , ,000 harga xanthone penjualan xanthone Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 Rp 3,800,000,000 PENGELUARAN biaya tetap Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 Rp 1,669,794,500 biaya variabel Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Rp 6,589,200,000 Pengeluaran Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 Rp 8,258,994,500 C LABA SEBELUM PAJAK Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 Rp 5,541,005,500 D PAJAK PENGHASILAN Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 Rp 1,385,251,375 E LABA SETELAH PAJAK Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,125 Rp 4,155,754,

31 Lampiran 17. Proyeksi arus kas agroindustri xanthone manggis A Keterangan tahun 0 tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 KAS MASUK (Rp) laba bersih 1,992,514,125 3,074,134,125 4,155,754,125 4,155,754,125 4,155,754,125 penyusutan 44,055,000 44,055,000 44,055,000 44,055,000 44,055,000 nilai sisa modal sendiri modal pinjaman sub total 2,036,569,125 3,118,189,125 4,199,809,125 4,199,809,125 4,199,809,125 B KAS KELUAR (Rp) investasi 884,372,500 modal kerja 4,129,497,250 angsuran pinjaman 559,046, ,046, ,046, ,046, ,046,477 sub total 5,013,869, ,046, ,046, ,046, ,046, ,046,477 aliran kas bersih (5,013,869,750) 1,477,522,648 2,559,142,648 3,640,762,648 3,640,762,648 3,640,762,648 TOTAL KAS AWAL TAHUN (5,013,869,750) (3,536,347,102) (977,204,454) 2,663,558,194 6,304,320,842 TOTAL KAS AKHIR TAHUN (5,013,869,750) (3,536,347,102) (977,204,454) 2,663,558,194 6,304,320,842 9,945,083,

32 Lampiran 17. Proyeksi arus kas agroindustri xanthone manggis (Lanjutan) A keterangan tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 KAS MASUK (Rp) laba bersih 4,155,754,125 4,155,754,125 4,155,754,125 4,155,754,125 4,155,754,125 penyusutan 44,055,000 44,055,000 44,055,000 44,055,000 44,055,000 nilai sisa 347,197,500 modal sendiri modal pinjaman sub total 4,199,809,125 4,199,809,125 4,199,809,125 4,199,809,125 4,547,006,625 B KAS KELUAR (Rp) investasi modal kerja angsuran pinjaman 559,046, ,046, ,046, ,046, ,046,477 sub total 559,046, ,046, ,046, ,046, ,046,477 aliran kas bersih 3,640,762,648 3,640,762,648 3,640,762,648 3,640,762,648 3,987,960,148 TOTAL KAS AWAL TAHUN 9,945,083,489 13,585,846,137 17,226,608,785 20,867,371,433 24,508,134,081 TOTAL KAS AKHIR TAHUN 13,585,846,137 17,226,608,785 20,867,371,433 24,508,134,081 28,496,094,

33 Lampiran 18. Kriteria kelayakan investasi agroindustri manggis Bt - Ct Akumulasi DF 18 % PV NPV kumulatif Tahun ke- (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 0-5,013,869,750-5,013,869, ,013,869,750-5,013,869, ,477,522,648-3,536,347, ,252,137,837-3,761,731, ,559,142, ,204, ,837,936,403-1,923,795, ,640,762,648 2,663,558, ,215,880, ,085, ,640,762,648 6,304,320, ,877,864,871 2,169,949, ,640,762,648 9,945,083, ,591,410,908 3,761,360, ,640,762,648 13,585,846, ,348,653,311 5,110,014, ,640,762,648 17,226,608, ,142,926,535 6,252,940, ,640,762,648 20,867,371, ,581,809 7,221,522, ,640,762,648 24,508,134, ,832,042 8,042,354, ,987,960,148 28,496,094, ,957,480 8,804,311,994 Kriteria Nilai NPV (Rp) 8,804,311,994 NPV > 0 IRR (%) 52% IRR > discount rate (18%) PBP (Tahun) 3 tahun 3 bulan PBP < Umur Proyek Net B/C 2.76 Net B/C > 1 LAYAK 107

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan LAMPIRAN 85 Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan Cokelat batangan Kemasan cokelat batangan Kemasan tanpa cokelat batangan Tampak depan dengan cokelat batangan Tampak

Lebih terperinci

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2009. Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu 85527 Tapanuli Selatan 57144 Simalungun

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah hari kerja per tahun Hari 338 5 Nilai sisa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun LAMPIRAN 144 Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 No Provinsi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* 1 NAD 124,303 157,962 203,489 157,881 184,757 2 Sumut 271,314

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010 PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG TENTANG

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA CIBINONG

PENGADILAN AGAMA CIBINONG PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN CIBINONG NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi program adalah tahap implementasi analisis dan perancangan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi program adalah tahap implementasi analisis dan perancangan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi program adalah tahap implementasi analisis dan perancangan yang telah dibuat sebelumnya agar bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Rancang Bangun Aplikasi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program Letulet melalui localhost

Lampiran 1. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program Letulet melalui localhost LAMPIRAN 67 Lampiran 1. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program Letulet melalui localhost Instalasi program letulet membutuhkan seperangkat PC dengan speksifikasi minimal sebagai berikut : 1. Satu

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Arahan Pemanfaatan Daya Dukung Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor... (Kurniasari dkk.) ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR (Direction of Using Carrying Capacity Agricultural

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rugi Laba

Lampiran 1. Rugi Laba LAMPIRAN Lampiran 1. Rugi Laba Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 PENERIMAAN Kapasitas Pengolahan (kg buah) 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000

Lebih terperinci

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013 Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun 2013 SKPD : DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN Indikator Rencana Tahun 2013 URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN KETAHANAN PANGAN 01 Program Pelayanan Administrasi 1,471,222,000

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Kebutuhan Dana/ Kebutuhan Dana/ Program/Kegiatan.

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Kebutuhan Dana/ Kebutuhan Dana/ Program/Kegiatan. PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP Kode URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 01 Program Pelayanan Administrasi 1,264,847,100 - - 1,264,847,100 1,264,847,100

Lebih terperinci

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual L A M P I R A N Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702-2004 690.964-14,45 2005 640.316-7,33 2006 650.316 1,56 2007 1.016.177 56,26 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR Isnina Wahyuning Sapta Utami (isnina@ut.ac.id) Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka ABSTRACT The aims of this study

Lebih terperinci

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Kode Program/ Keluaran Hasil 2 URUSAN PILIHAN 2 03 BIDANG URUSAN ENERGI DAN SUMBER SUMBER DAYA MINERAL 2 03 01 Program Pelayanan - - 30,126,626,000 30,126,626,000

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Luas Kabupaten Bogor adalah 2301.95 km 2 yang terbagi dalam 40 kecamatan. Daerah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi 4.1.1 Tanpa Peubah Penyerta Hasil simulasi untuk kasus data yang menyebar Gamma dan tanpa peubah penyerta diperoleh hasil nilai-nilai panjang selang prediksi (average

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 4.1. Keadaan Umum Tabloid Sinar Tani 4.1.1. Sejarah Tabloid Sinar Tani Tabloid Sinar Tani diterbitkan oleh PT. Duta Karya Swasta.

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor SKPD : Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor Rencana Tahun 2013 Program /Kegiatan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

V. ANALISIS SISTEM 5.1. ANALISIS SITUASIONAL Profil Kabupaten Bogor Potensi Manggis Kabupaten Bogor

V. ANALISIS SISTEM 5.1. ANALISIS SITUASIONAL Profil Kabupaten Bogor Potensi Manggis Kabupaten Bogor V. ANALISIS SISTEM 5.1. ANALISIS SITUASIONAL 5.1.1. Profil Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan secara geografis terletak pada posisi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin pendingin ruangan (toshiba). Website ini terdiri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Program Simulasi Dari keseluruhan perangkat lunak yang dibuat pada skripsi ini akan dilakukan implementasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan simulasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan Hardware dan software untuk menggunakan program Sistem Informasi

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan Hardware dan software untuk menggunakan program Sistem Informasi BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Implementasi sistem merupakan prosedur pemakaian program. Selain itu dibutuhkan Hardware dan software untuk menggunakan program Sistem Informasi

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. LAPORAN PANITIA KHUSUS DPRD KABUPATEN BOGOR PEMBAHAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. Disampaikan pada : RAPAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Sistem BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sistem Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan kinerja gapoktan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Laporan Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Kelompok Tani LAPORAN PENYALURAN DANA BLM-PUAP KEPADA KELOMPOK TANI

Lampiran 1. Format Laporan Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Kelompok Tani LAPORAN PENYALURAN DANA BLM-PUAP KEPADA KELOMPOK TANI LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Format Laporan Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Kelompok Tani Bulan : Tahun : Nama Gapoktan : Nama Ketua : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : LAPORAN PENYALURAN DANA

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM. aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Pada Perusahaan Taksi PT. PARA

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM. aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Pada Perusahaan Taksi PT. PARA BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi dan uji coba dari aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Pada Perusahaan Taksi PT. PARA BATHARA SURYA Surabaya. Implementasi sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 75 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin hoisting crane. Website ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Jenis mutu Pengikisan Asal kulit Warna Rasa Panjang Vera AA Bersih dan licin Batang, diameter Kuning atau Tidak terlalu Min. 10 cm dengan gulungan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan... I-9 1.4.

Lebih terperinci

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA Hilda Lestiana 1 dan Sukristiyanti 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I PENDAHULUAN... I1 1.1. Latar Belakang... I1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I5 1.3 Maksud dan Tujuan... I10 1.4. Sistematika Penulisan... I11 BAB II

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang secara geografis terletak di antara 6 o 18 0-6 o 47 lintang selatan dan 6

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: A. Software

Lebih terperinci

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2013 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2014 KABUPATEN BOGOR

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2013 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2014 KABUPATEN BOGOR RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2013 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2014 KABUPATEN BOGOR SKPD : DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN Kode URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN PERUMAHAN 04 01 01 PROGRAM PELAYANAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 19 BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor penting dalam bekerja karena umur mempengaruhi kekuatan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Pendaftaran Atlet Pekan Olahraga Daerah yaitu: A. Software

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aksi Agraris Kanisius Bercocok Tanam Lada. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Aksi Agraris Kanisius Bercocok Tanam Lada. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius. 980. Bercocok Tanam Lada. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Asrini, D. 06. Analisis Daya Saing dan Integrasi Pasar Lada Indonesia di Pasar Internasional [skripsi]. Sekolah

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI MODEL

VI. IMPLEMENTASI MODEL 45 VI. IMPLEMENTASI MODEL Pengembangan model investasi fuzzy memerlukan perangkat keras dan mendukung perangkat lunak yang digunakan sehingga sistem ini dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Perangkat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur 113 Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Menganalisis kelayakan sederhana dan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM

BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM 4.1 Spesifikasi Sistem Tentunya untuk merancang program, penulis membutuhkan seperangkat komputer. Komputer yang digunakan untuk merancang program memiliki spesifikasi tertentu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 Katalog BPS 1403.3201 KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA TAHUN 2008 ISSN : 0215-417X Publikasi / Publication

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tampilan Hasil Dibawah ini merupakan tampilan hasil yang dirancang. 1. Form Login Form Login merupakan tampilan pertama yang akan muncul pada sistem informasi pengendalian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur 34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu: 5. BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Pengelolaan Data Anak Tuna Grahita yaitu: a. Software

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENGAJUAN KREDIT USAHA RAKYAT PETANI SUTERA ALAM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOGOR (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan program Sistem Informasi Koperasi pada PT. Tong Prima Jaya Lestari,

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan program Sistem Informasi Koperasi pada PT. Tong Prima Jaya Lestari, BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan program Sistem Informasi Koperasi pada PT. Tong Prima Jaya Lestari,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor

LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor Pos Hujan : PLTA Karacak, Leuwiliang 1991 365 322 430 444 336 251 170 129 534 436 701 545 4663 1992 289 289 405 326 412 668 168 221 316 339 605 208

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. pada SMA Negeri 15 Surabaya. Penjelasan yang diberikan yaitu mengenai

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. pada SMA Negeri 15 Surabaya. Penjelasan yang diberikan yaitu mengenai 72 BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil desain program sistem informasi perpustakaan pada SMA Negeri 15 Surabaya. Penjelasan yang diberikan yaitu mengenai spesifikasi hardware

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini masyarakat membutuhkan layanan perbankan dalam kesehariannya. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang mempertemukan masyarakat pemilik dana dan pengguna

Lebih terperinci