IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem"

Transkripsi

1 IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Luas Kabupaten Bogor adalah km 2 yang terbagi dalam 40 kecamatan. Daerah ini terletak di LS dan BT dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bekasi 4. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Sukabumi 5. Sebelah Tenggara dengan Kabupaten Cianjur Luas sawah rata-rata di Kabupaten Bogor selama periode tahun adalah ha, sedangkan luas panen padi per tahun di Kabupaten Bogor adalah ha dengan produksi padi (sawah dan gogo) rata-rata pertahun mencapai ton. Luas sawah, luas panen, dan rata-rata produksi padi di 40 kecamatan Kabupaten Bogor periode tahun dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 3. Dalam rangka pengembangan daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melakukan pengembangan alat dan mesin pertanian untuk menunjang peningkatan hasil pertanian, terutama pada produksi beras. Keadaan beberapa alat dan mesin pertanian (alsintan) pada produksi beras selama tahun di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 6. B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem Pada tahap investigasi sistem dilakukan studi kelayakan (feasibility study) pada beberapa hal yaitu kelayakan organisasional, teknis, ekonomis dan operasional. Hal ini dilakukan untuk menentukan kelayakan solusi yang diberikan. 35

2 a. Kelayakan Organisasi Sasaran pengguna dan sekaligus pengelola dalam sistem ini adalah Dinas Pertanian Kabupaten Bogor atau Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Alat dan Mesin Pertanian tiap-tiap wilayah (barat, tengah dan timur). Hal ini didasari karena lembaga-lembaga pemerintahan tersebut yang mampu membuat kebijakan pada bidang mekanisasi pertanian di Kabupaten Bogor. Penggunaan sistem informasi pada pada lembaga pemerintahan tersebut tentunya akan membantu proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan mekanisasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap wilayah maupun kecamatan. Selain pengguna dari lembaga-lembaga pemerintah, sistem informasi ini juga dapat digunakan oleh pihak swasta yang terkait dalam bidang mekanisasi pertanian maupun tidak, masyarakat tani dan masyarakat luas yang membutuhkan informasi ketersediaan dan kebutuhan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor. Kemampuan mengakses informasi yang luas ini disebabkan karena sistem dibangun berbasis internet. Pembangunan sistem informasi berbasis internet pada saat ini memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia, hal in dikarenakan terdapat 25 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2008 (Miniwatts Marketing Group, 2008). Dariuraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi yang dibangun layak dari segi organisasi. b. Kelayakan Teknis Sistem yang dibangun berbasis web tentunya hanya bisa diakses oleh pengguna yang terhubung dengan internet. Internet sendiri kini semakin mudah ditemui dan diakses di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta. Di kalangan masyarakat umum, akses internet juga dapat dengan mudah diakses, hal ini dikarenakan tersedianya tempat-tempat penyedia layanan internet (Warnet). Selain itu dengan adanya teknologi wireless, maka kini masyarakat dapat mengakses internet dimana saja. Perluasan akses internet juga 36

3 didukung oleh pemerintah, salah satunya tercermin dengan dikeluarkannya program internet masuk desa. Sistem yang dibangun berbasis internet, dalam penggunaannya juga memungkinkan pengaksesan di berbagai platform sistem operasi yang kini banyak beredar seperti, Windows, Linux, UNIX, Mac Os, dan sebagainya. Sistem juga dapat diakses melalui ponsel pintar (smart phone) yang telah memiliki browser intenet didalamnya. Secara teknis, spesifikasi komputer yang digunakan dalam pengembangan harus memenuhi syarat spesifikasi minimum yaitu, processor berkecepatan 1 GHz, RAM 256 MB, Hardisk 15 GB, VGA 32 MB, monitor 15 dan koneksi internet dengan modem internal atau eksternal 54 Kbps, atau dengan wireless. Selain itu komputer juga harus ter-install sistem operasi dan beberapa perangkat lunak yang berfungsi sebagai pendesain web, editor web, web server, web browser dan manajemen basis data. Keuntungan lain pada sistem yang dibangun berbasis web adalah semua perangkat lunak yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dapat diperoleh secara mudah dan gratis. Dengan segala keunggulan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi layak secara teknis. c. Kelayakan Ekonomis Pada penerapannya, sistem dapat membantu mempermudah proses pengolahan data yang biasa dilakukan secara manual. Dengan demikian, sistem juga membantu meminimalkan anggaran suatu instansi untuk menggaji karyawan-karyawan yang digunakan pada proses pengolahan data secara manual. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak perangkat lunak yang dipakai dalam pembangunan sistem informasi ini merupakan perangkat lunak open source yang bisa didapatkan secara gratis. Kebutuhan akan perangkat keras (hardware) dalam pembangunan sistem juga tidak memerlukan dana yang besar, karena dalam pembangunan sistem ini digunakan seperangkat komputer milik pribadi peneliti. 37

4 Pengguna sistem informasi ini juga dapat menggunakan jasa warung internet ataupun menggunakan paket-paket program jasa pelayanan internet yang banyak disediakan operator telepon selular dan provider internet. Dengan menggunakan warung internet (warnet), pengguna dapat mengakses sistem tanpa harus membeli peralatan untuk mengakses internet. Biaya akses internet yang dikenakan pengguna juga tidak terlalu mahal yaitu sekitar Rp 4.000,-/jam. Biaya ini tentunya sangat murah dibandingkan dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk mencari data-data ke sumber-sumber informasi. Biaya yang dikenakan kepada pengguna melalui paket program yang disediakan operator telepon selular maupun provider internet juga terhitung murah. Ada beberapa paket program yang menawarkan biaya akses internet sebesar Rp ,-/bulan. Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi yang dibangun layak dari segi ekonomis. d. Kelayakan Operasional Sistem informasi ini juga dikatakan layak secara operasional dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Kemudahan penggunaan jasa internet oleh pengguna informasi. 2) Pembangunan sitem informasi berbasis internet/web memungkinkan terjadi akses dalam jumlah yang banyak pada waktu yang bersaman. 3) Penelusuran data akan semakin mudah karena mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis yaitu berupa peta interaktif berbasis internet. 4) Mudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan Sistem Informasi (data dan informasi), karena sistem informasi dibuat berbasis sistem manajemen konten. 5) Sistem informasi dapat diakses dari berbagai macam sistem operasi yang saat ini banyak tersedia (Windows, Linux, Mac Os, dsb). 38

5 2. Analisis Sistem Tahap analisis sistem meliputi tahap identifikasi kebutuhan dan fungsional. Hal ini dilakukan agar sistem yang dibangun mampu memberikan alternatif informasi yang dibutuhkan oleh pengguna (user). a. Kebutuhan Fungsional Pengguna utama sistem ini ditujukkan kepada Dinas Pertanian Kabupaten Bogor atau Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan setiap tahunnya instansi tersebut melakukan kebijakan dalam pengadaan alat dan mesin pertanian. Dalam melakukan pengadaan tersebut tentunya diperlukan informasi mengenai persebaran dan kebutuhan alat dan mesin pertanian pada setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang alat dan mesin pertanian juga membutuhkan informasi tersebut. Informasi yang cepat dan akurat tentunya dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan produksi dan penjualan dengan baik. Selain dari pihak pemerintah dan swasta, sistem informasi ini juga dapat digunakan oleh masyarakat tani (kelompok tani, petani) dan masyarakat luas yang membutuhkan informasi secara umum mengenai alat dan mesin pertanian khususnya traktor roda dua, perontok bermotor (power thresher), Penggilingan Padi Kecil (PPK), dan Rice Milling Unit (RMU) serta persebaran dan kebutuhannya khususnya pada tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Bogor. b. Kebutuhan Nonfungsional Untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna maka dilakukan perancangan antarmuka yang dilakukan dengan prinsip konsistensi dari segi penggunaan jenis dan ukuran huruf, serta posisi link untuk navigasi yang tidak berubah-ubah. 3. Desain Sistem Proses desain sistem memegang peranan yang sangat penting, karena dengan desain sistem yang baik akan menentukan kualitas sistem. 39

6 Pada proses ini pula dijelaskan bagaimana sistem dapat dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna. a. Deskripsi Sistem Tujuan utama dikembangkannya sistem informasi ini adalah menyajikan informasi mengenai informasi maupun data-data alat dan mesin pertanian khususnya traktor roda dua, perontok padi bermotor (power thresher), dan Rice Milling Unit (RMU) serta kebutuhannya di tiap-tiap kecamatan pada Kabupaten Bogor dengan cepat, mudah pemakaiannya, interaktif dengan pengguna, serta mampu diakses dimanapun. Sebagai upaya memperluas akses kepada pengguna, sistem informasi juga dibangun berbasis internet (internet-based). Selanjutnya agar sistem informasi dapat bekerja secara interaktif dengan pengguna, maka disediakan halaman-halaman yang menyediakan peta digital. Penyajian peta digital berbasis internet dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Mapserver. Peta tersebut memungkinkan pengguna mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan mudah. Agar fungsi-fungsi sistem informasi dapat dirawat dengan mudah dan baik, maka digunakan perangkat lunak berbasis konten (Content Management System). Pada sistem informasi ini juga dilakukan penggunaan level akses, hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan sistem. b. Batasan Sistem Sistem informasi yang dikembangkan diharapkan lebih terarah dan tidak keluar dari tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan (domain) sistem dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna, tujuan sistem dan alur sistem yang dikembangkan. Batasan umum sistem ini adalah: 1) Sistem informasi Status Kesesuaian Alat dan Mesin Pertanian dibangun untuk memberikan informasi mengenai persebaran alat dan mesin pertanian yang terkait dengan proses produksi beras 40

7 khususnya traktor roda dua, perontok padi bermotor (power thresher) Penggilingan Padi Kecil (PPK), dan Rice Milling Unit (RMU) di Kabupaten Bogor. 2) Sistem informasi juga dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan alsintan pada kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor. Pemilihan ke-empat alat dan mesin diatas didasari karena alat - alat tersebut memiliki tujuan dalam upaya pengefisienan pada proses produksi beras. 3) Sistem ini terdiri dari aplikasi utama berbasis internet dan basis data (spasial dan non spasial) untuk penyimpanan informasi. c. Perancangan Sistem Kegiatan perancangan meliputi perancangan basis data dan perancangan alur atau proses kerja sistem. 1) Perancangan Basisdata Basisdata pada sistem informasi ini terdiri dari basisdata spasial dan non-spasial. Basisdata spasial yang digunakan yaitu Bogor.dbf dan Klcov.dbf. Basisdata spasial tersebut berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2003) dan Dwipayana (2007). Dalam merancang basisdata non-spasial digunakan pemodelan data Entity Relationship Digram (ERD) (Gambar 7). Meskipun penelitian yang dilakukan hanya mencakup kecamatankecamatan di Kabupaten Bogor, namun basisdata yang dibangun telah dipersiapkan agar mampu mengelola data dengan cakupan yang lebih luas. 41

8 Gambar 7. ERD Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor. Gambar 7 memperlihatkan bahwa basisdata non-spasial sistem informasi status ketersediaan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor melibatkan 10 entitas, yaitu: a) User. Entitas ini menyimpan data pengenal pengguna serta mengatur level akses akses pengguna. b) Level_Akses. Entitas ini merupakan master data level akses yang akan digunkanan pengguna. c) Provinsi. Entitas ini menyimpan data provinsi. d) Kabupaten. Entitas ini menyimpan data kabupaten. e) Kecamatan. Entitas ini menyimpan data nama-nama kecamatan. f) Uptd. Entitas ini menyimpan nama-nama UPTD Alsintan yang ada di Kabupaten Bogor. 42

9 g) Alsintan. Entitas ini menyimpan data alat dan mesin pertanian (Alsintan). Dan variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan alat dan mesin pertanian. h) Jenis Alsintan. Entitas ini menyimpan data jenis alat dan mesin pertanian. i) Data. Entitas ini meyimpan data mengenai pertanian secara umum di suatu kecamatan pada tahun tertentu. j) Detil. Entitas ini merupakan entitas turunan dari entitas data. Entitas ini menyimpan data mengenai ketersediaan serta kebutuhannya alsintan di suatu kecamatan pada tahun tertentu. 2) Perancangan Proses Sistem Informasi Perancangan proses Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian dibuat menggunakan diagram kontekstual seperti yang ditujukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Diagram Konteks Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada diagram konteks diketahui bahwa alur proses yang terjadi dalam sistem melibatkan pengguna (user) sebagai pengguna utama serta melibatkan administrator sistem yang bertugas memantau, mengontrol dan memperbaharui sistem informasi termasuk basis data. Pengguna (user) yang terlibat dalam sistem ini adalah masyarakat tani (kelompok tani dan petani) serta pengguna 43

10 lain yang memiliki perhatian terhadap mekanisasi pertanian (distributor alsintan, dsb). Sementara itu administrator sistem informasi terdiri atas empat level akses, yaitu level Super Administrator, Administrator, Admin UPTD dan Admin Kecamatan. Dalam melakukan manajemen sistem informasi administrator harus melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum masuk ke halaman administrator, hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan sistem informasi. Penjelasan mengenai level akses sistem informasi akan dijelaskan pada sub bab Perancangan Halaman Administrator. d. Solusi Teknis Solusi teknis yang digunakan dan diimplementasikan pada sistem akan dijelaskan melalui dua hal, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan perangkat lunak pembantu. Development environment adalah perangkat-perangkat lunak yang digunakan untuk menunjang berjalannya sistem. Pada Tebel 3 dijelaskan rangkuman komponen-komponen yang digunakan sebagai development environment. Tabel 3. Development Environment No Development Environment Penjelasan 1 Apache Apache merupakan aplikasi yang berfungsi sebagai web server dalam pengembangan sistem. 2 PHP PHP merupakan bahasa program yang digunakan dalam pengembangan sistem. 3 MapServer MapServer merupakan salah satu lingkungan open-source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi intenetbased yang melibatkan data spasial. 4 MySql MySql digunakan sebagai Database Management System (DBMS). 44

11 No Development Environment Penjelasan 5 Mozilla Firefox Mozilla Firefox seri ini digunakan sebagai web browser dalam pengembangan sistem. 6 Internet Explorer 7 IE 7 merupakan web browser yang digunakan sebagai web browser pembanding dalam pengembangan sistem. 7 Opera 9.50 Opera 9.50 merupakan web browser yang digunakan sebagai web browser pembanding dalam pengembangan sistem. 8 Windows Xp Professional SP2 Merupakan sistem operasi yang dipakai dalam pengembangan sistem. sedangkan perangkat-perangkat lunak pembantu digunakan untuk menunjang proses analisis, perancangan, dan implementasi sistem. Perangkat-perangkat lunak pembantu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perangkat Lunak Pembantu No Perangkat lunak Pembantu Penjelasan 1 PHPMyAdmin Aplikasi yang berfungsi untuk melakukan pengaturan database MySql seperti DDL, pengujian query, pengaturan data, dan lain sebagainya. 2 Macromedia Dreamweaver 8 Macromedia Dreamweaver merupakan software editor web WYSIWYG (What You See is What You Get). 3 Adobe Adobe Photoshop CS2 merupakan software Photoshop CS 2 pengolah foto dan gambar, yang digunakan untuk mendesain halaman web dalam pengembangan sistem 6 Java Web Start Java Web Start merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan fitur Java pada web browser 45

12 No Perangkat lunak Pembantu 4 CMS Joomla Penjelasan Joomla Merupakan Content Management System (CMS) untuk membuat aplikasi berbasis web dan berorientasi terhadap konten. 5 Flash Player 9 Flash Player merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan flash object pada web browser. e. Perancangan Halaman Depan (Front End) Desain halaman depan ini terdiri dari halaman utama, halaman profil alsintan, halaman situs terkait, halaman kontak, halaman pencarian, halaman download, halaman bantuan dan halaman web GIS. Desain layout halaman depan Sistem Informasi ini dapat dilihat pada Gambar 9. Header Menu Atas Menu Kiri Konten (Tengah) Footer Gambar 9. Desain layout halaman depan (front end) Sistem Informasi 1) Halaman Utama Halaman Utama merupakan titik awal bagi pengguna dalam melakukan penelusuran pada Sistem Informasi. Pada halaman ini terdapat dua buah menu yang terdapat di kiri dan atas. Menu 46

13 sebelah kiri terdiri dari menu Halaman Utama, menu Profil Alsintan, menu Situs Terkait, dan menu Pencarian. Menu sebelah atas terdiri dari menu Halaman Utama, menu Web GIS, menu Bantuan dan menu Download. Pada halaman ini juga terdapat penjelasan umum mengenai Sistem Informasi yang terdapat di bagian konten. Tampilan dari halaman utama dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10..Tampilan halaman muka (Home). 47

14 2) Halaman Profil Alsintan Halaman ini dapat diakses melalui menu Profil Alsintan. Pada halaman ini disajikan pengertian atau profil umumm mengenai alat dan mesin pertanian. Halaman ini juga dilengkapi dengan gambar atau foto alat dan mesin pertanian untuk melengkapi informasii yang diberikan. Contoh tampilan halaman profil alsintan dengan contoh alat dan mesin pertanian berupa traktorr roda dua dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Tampilan halaman profil alsintan. 48

15 3) Halaman Situs Terkait Halaman ini dapat diaksess melalui menu Situs Terkait. Pada halaman ini disajikan daftar situs-situs lain yang terkait dengan Sistem Informasi ini. Pengguna juga dapat mengakses situs-situs tersebut dari halaman ini dengann meng-klik nama situs pada daftar yang tersedia. Tampilan halaman situs terkait dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Tampilan halaman situs terkait. 4) Halaman Kontak Halaman ini dapat diakses melalui menu Kontak. Pada halaman ini pengguna dapat mendapatkan informasi tentang biodata administrator. Selain itu pengguna juga dapat memberikan tanggapann maupun komentarnyaa mengenai sistem informasi yang ada kepada administrator melalui . Tampilan halaman kontak dapat dilihat pada Gambar

16 Gambar 13. Tampilan halaman kontak. 5) Halaman Pencarian Halaman ini dapat diakses melalui menu Pencarian. Pada halaman ini pengguna dapat mencari artikel, web link (situs terkait), kontak, kategori, bidang maupun feed berita yang ada di Sistem Informasi ini dengan hanya menuliskan kata kunci. Selain itu, pengguna juga dapat mengurutkannya berdasarkan abjad, waktu, kepopuleran dan kategori. Tampilan dari halaman ini dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Tampilan halaman pencarian. 50

17 6) Halaman Download Halaman ini dapat diakses melalui menu Download. Pada halaman ini pengguna dapat memperoleh file-file dokumen yang isinya berkaitan dengan informasi yang disampaikan pada sistem informasii ini khususnya padaa bidang mekanisasi pertanian. Tampilan halaman ini dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Tampilan halaman download. 7) Halaman Bantuan Halaman bantuan dapat diakses melaui menu Bantuan. Halaman ini memberikan informasi kepada pengguna cara penggunaan khusus aplikasi Web GIS. Tampilan halaman ini dapat dilihat pada Gambar

18 Gambar 16. Tampilan halaman bantuan. 8) Halaman Web GIS Halaman Web GIS dapat diakses melalui menu Web GIS. Halaman ini memberikan informasi kepadaa pengguna mengenai status ketersediaan dan kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian (alsintan) di Kabupaten Bogor dan kecamatan-kecamatan bentuk data spasial didalamnya. Informasi tersebut disajikan dalam (peta), data-data tabular dan dalam bentuk grafik. 52

19 Gambar 17. Tampilan halaman Web GIS Kabupaten Bogor. Informasi-informasi yang disajikan pada menu ini antara lain namaa alsintan, jumlah baik, jumlah rusak, jumlah kebutuhan serta status ketersediaannya. Pada pertama kali pengguna memasuki halaman ini, pengguna akan disajikan informasikebutuhan informasii maupun data-data mengenai ketersediaan dan alsintan di Kabupaten Bogor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17. Pengguna juga dapat mendapatkan informasi ketersediaan alsintan tertentu padaa peta dengan cara memilih layer persebaran 53

20 alsintan yang diinginkan. Contoh tampilan halaman Web GIS Kabupaten Bogor dengan pemilihan layer persebaran traktor roda dua dapat dilihat padaa Gambar 18. Gambar 18. Tampilan halaman Web GIS Kabupaten Bogor dengan layer persebaran traktor roda dua. Gambar 18 memperlihatkan informasi persebaran traktor roda dua ditampilkan dengan memberikan warna yang berbeda pada tiap jangkauan nilai. Keterangan warna ini dapat dilihat di legenda pada menu Layer di sebelah kiri peta. Selain disajikan informasi mengenai ketersediaan alsintan, pengguna juga disajikan informasi umum mengenai profil pertaniann khususnya padi di Kabupaten Bogor. Informasi ini dapat diakses melalui menu Data Pertanian yang berada di sebelah kanan bawah. Informasi yang disajikan tidak hanya berupa data tabular, tetapi disajikan pula dengan grafik agar pengguna dapat lebih mudah memahami. Data pertanian yang disajikan antara lain luas lahan (ha), luas panen (ha), jumlah produksi (ton), produktifitas 54

21 sawah (ton/ha) serta jumlah ternak. Tampilan halaman data pertaniann dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Tampilan halaman data pertanian Kabupaten Bogor. Pengguna juga dapat dengan mudah mengetahui tren perkembangan jumlah ketersedaiaan dan kebutuhan beberapa alsintan di Kabupaten Bogor, dengan mengakses menu tren alsintan yang ada pada sebelah kanan bawah halaman Web GIS Kabupaten Bogor. Informasi disajikan dengan grafik batang agar pengguna lebih mudah memahami. Tampilan halaman Tren Alsintan dengan contoh alsintan traktor roda dua dapat dilihat pada Gambar

22 Gambar 20. Tampilan halaman tren alsintan dengan alsintan traktor roda dua Untuk memperoleh informasi status ketersediaan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor pada tahun lainnya. Pengguna dapat memilih tahun yang ada pada list menu data tahun. Sedangkan untuk memperoleh informasi ketersediaan alat dan mesin pertanian tiap-tiap kecamatan, pengguna dapat memilih nama kecamatan yang ada pada list menu data. Kedua list menu ini dapat ditemukan di bagian bawah peta. Gambar 21 menunjukkan lokasi kedua list menu tersebut dengan tanda panah berwarna merah. 56

23 Gambar 21. Lokasi list menu data tahun dan data kecamatan pada halaman Web GIS. Setelah pengguna memilih nama kecamatan padaa list menu data kecamatan. Pengguna akan disajikan informasi status ketersediaan alsintann di halaman Web GIS Kecamatan. Pada halaman ini informasi status ketersediaan dan kebutuhan alsintan hanya disajikan dengan data-data tabular dan grafik. Namun terdapat tambahan informasi mengenai keadaan geografis di kecamatan tersebut seperti topografi, jenis tanah dan penggunaan lahan (landuse) yang disajikan dengan data spasial (peta). Tampilan halaman Web GIS Kecamatan, dengan contoh Kecamatan Jonggol dapat dilihat pada Gambar 22. Pengguna juga dapat memperoleh profil pertanian di kecamatan tersebut dengan mengakses menu data alsintan yang berada pada bagian bawah halaman. Untuk mengetahui tren jumlah ketersediaan dan kebutuhan alsintan di kecamatan tersebut pengguna dapat dengan mudah mengaksess menu tren alsintan. Tampilan output menu data pertanian dan menu tren alsintan sama seperti pada Gambar 19 dan Gambar

24 Gambar 22. Tampilan halaman Web GIS Kecamatan Jonggol Informasi keadaan geografis Kecamatan Jonggol diolah dari data-data hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2003) dan Dwipayana (2007). Informasi ini dapat diakses dengan memilih layer yang tersedia pada menu layer. Sebagai contoh, Gambar 23 menunjukkan halaman Web GIS Kecamatan Jonggol dengan pemilihan layer topografi. 58

25 Gambar 23. Tampilan halaman Web GIS Kecamatan Jonggol dengan pemilihan layer topografi. Selain terdapat menu-menu, pada halaman ini dan halaman- yaitu halaman lainnya juga terdapat beberapa modul tambahan berupa modul Data Pengguna, modul Poling dan modul Jam yang terletak di sebelah kiri bawah halaman. Modul Data Pengguna mencatat jumlah pengguna yang telah memakai Sistem Informasi ini berdasarkan hari, minggu, dan bulan. Serta menginformasikan jumlah pengguna yang online atau sedang memakai sistem informasii pada saat bersamaan. Modul Poling merupakan tempat disajikannya sebuah poling yang dibuat oleh administrator. Sedangkan modul jam berfungsi membantu pengguna dalam mengingat waktu dengan mudah. f. Perancangan n Halaman Belakang (Back End) Halaman ini disebut juga dengan bagian Content Management System (CMS). Halaman ini berfungsi sebagai tempat pengolahan basisdata non-spasial (tambah, edit, hapus) yang dilakukan oleh 59

26 administrato or. Untuk dapat mengakses halaman ini, pengguna terlebih dahulu melakukan login dengan memasukkan username dan password pada halaman Login Administrator (Gambar 24) ). Gambar 24. Tampilan halaman login administrator. Halaman yang diakses disesuaikan dengan level akses pengguna tersebut. Level akses berguna dalam menjamin keamanan sistem informasi. Selain itu level akses memungkinkan pengelolaan sistem informasi dilakukan oleh beberapa orang atau lembaga sehingga memudahkan dalam melakukan update informasi. Pada sistem informasi ini terdapat empat level akses. Hak akses masing- masing levell dijelaskan pada Tabel 5. 60

27 Tabel 5. Hak akses halaman back end pada berbagai level akses Level Akses No Modul Super Admin Admin Admin Admin Kabupaten UPTD Kecamatan 1 Manajemen User X Master Data Alsintan X X Master Data Jenis Alsintan X X Master Data Kecamatan X X Manajemen Data Pertanian X X - X 6 Manajemen Data Alsintan X X X - Ket: ( X ) = dapat mengakses modul ( - ) = tidak dapat mengakses modul Pengguna (user) dengan level akses Super Admin dapat mengakses 6 modul, sementara user dengan level akses lainnya dapat mengakses modul sesuai yang tertera pada Tabel 5. Modul-modul ini dapat diakses melalui menu yang ada sebelah kiri halaman utama back end (Gambar 25). Modul Manajemen User berfungsi untuk menambah, mengedit, dan menghapus user halaman back end. Selain itu modul ini berfungsi mengatur level akses user tersebut. Modul Master Data Alsintan berfungsi untuk menambah, mengedit, dan menghapus datadata pengenal mengenai suatu alsintan. Sedangkan Modul Master Data Jenis Alsintan berfungsi menambah, mengedit, dan menghapus data pengenal jenis-jenis alsintan. 61

28 Gambar 25. Halaman Utama Back End Proses tambah, edit dan hapus data-dataa pengenal kecamatankecamatan di Kabupaten Bogor dilakukan pada modul Master Data Kecamatan. Sedangkan untuk menambah data-data pertanian suatu kecamatan dalam tahun tertentu, dilakukan melalui modul Manajemen Data Pertanian. Pengguna dapat melakukan proses tambah, edit dan hapus data-data alsintann di suatu kecamatan pada tahun tertentu pada Modul Manajemen Dataa Alsintan. Gambar 26. Halaman input data Modul Manajemen Data Alsintan. 62

29 Gambar 27 menunjukkan proses penginputan data yang dilakukan pada Modul Manajemenn Data Alsintan. Namun apabila terjadi kesalahan dalam proses penginputan data, maka sistem akan menampilka an pesan kesalahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 27. Gambar 27. Tampilan pesan kesalahan pada penginputan data Modul Manajemenn Data Alsintan. g. Proses Penentuan Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor. Proses penentuann status ketersediaan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor yang diimplementasikann pada sistem, dapat dilihat pada potongan script php berikut. //Menghitu ung Kebutuhan Traktor Roda Dua if ($colname_alsin1= =='als1'){ $sawah = ($row_data['l_sawah'] * $persen); $kap_traktor = ($ $row_alsin1['kap_kerja'] * $row_alsin n1['jam_kerja'] * $row_alsin1['hari_kerja']); $kebutuhan = round($sawah/ /$kap_traktor); $selisih = ($kebutuhan - $jbaik); //Menghitu ung Kebutuhan Power Thresher } elseif ( $colname_alsin1=='als2'){ 63

30 $olah = ($row_data['l_panen'] * $row_data['produktifitas']); $olah_thresher = ($olah * $persen); $kap_thresher = (($row_alsin1['kap_kerja'] * $row_alsin1['jam_kerja'] * $row_alsin1['hari_kerja'])/1000); $kebutuhan = round($olah_thresher/$kap_thresher); $selisih = ($kebutuhan - $jbaik); //Menghitung Kebutuhan RMU } elseif ($colname_alsin1=='als3'){ $gkg_olah = ($row_data['gkg'] * $persen); $kap_rmu = (($row_alsin1['kap_kerja'] * $row_alsin1['jam_kerja'] * $row_alsin1['hari_kerja'])/1000); $kebutuhan = round($gkg_olah/$kap_rmu); $selisih = ($kebutuhan - $jbaik); } else { echo "Alsintan Belum Tersedia!"; } Script diatas merupakan sebuah script conditional yang dikerjakan ketika variabel $colname_alsin berisi kode als1, als2, dan als3. Kode als1 merujuk pada alsintan traktor roda dua, kode als2 merujuk pada alsintan power thresher, sedangkan kode als3 merujuk pada alsintan RMU. Proses penentuan status ketersediaan alat dan mesin pertanian dilakukan di halaman belakang (back end) pada modul Manajemen Data Alsintan. 4. Implementasi Sistem a. Uji Kompatibilitas Web Browser Uji kompabilitas dilakukan di beberapa browser, diantaranya adalah Mozilla Firefox 3.0.1, Internet Explorer 7, dan Opera Selain itu uji kompatibilitas juga dilakukan dengan menggunakan resolusi layar 1024 x 768 pixel. Pemilihan beberapa browser tersebut didasarkan atas penggunaan browser yang umum digunakan oleh kalangan pengguna internet. 64

31 1) Mozilla Firefox Gambar 28. Tampilan halaman muka sistem dengan browser Mozilla Firefox dan resolusi layar 1024 x 768 pixel. Pada Gambar 28 terlihat bahwa browser Mozilla Firefox dapat menyajikan dengan baik seluruh konten halaman serta fitur tambahan seperti flash object. Selain itu aplikasi Web GIS juga dapat dijalankan dengan baik. Hal ini juga didukung karena peneliti menggunakan browserr tersebut dalam proses pengembangan sistem informasi. 65

32 2) Internet Explorer 7 Gambar 29. Tampilan halaman muka sistem dengan browser Internet Explorer 7 dan resolusi layar 1024 x 768 pixel. Seperti yang terlihat padaa Gambar 29, browser Internet Explorer 7 mampu menampilkan konten halaman secara utuh. Aplikasi Web GIS juga dapat ditampilkan dengan baik, namun browser ini tidak mampu menampilkan flash object meskipun perangkat lunak Flash Player 9 sudah terinstal pada komputer server. 66

33 3) Opera 9.50 Gambar 30. Tampilan halaman muka sistem dengan browser Opera 9.50 dan resolusi layar 1024 x 768 pixel. Seperti yang terlihat pada Gambar 30. browser Opera 9.50 mampu menampilkan seluruh isi konten halaman, aplikasii Web GIS, serta flash object. b. Instalasi Sistem pada Lokal Intranet Sebelum melakukan instalasi sistem, terlebih dahuluu dilakukan instalasi perangkat lunak MS4W v Didalam perangkat lunak ini terdapat perangkat lunak lainnya seperti web server Apache

34 bahasa pemrograman web PHP 5.2.3, basisdata MySQL , Map Serv dan Map Script Setelah dilakukan instalasi perangkat lunak, kemudian file-file sistem dan basisdata diletakkan pada folder yang ditentukan oleh web server. Sistem yang telah terinstal dapat diakses pada jaringan lokal dengan URL untuk halaman front end dan untuk halaman back end. Sistem juga dapat diakses oleh komputer lain yang terhubung jaringan lokal dengan mengetikkan URL address>/alsintan/ untuk halaman front end, dan address>/alsintanbe/ untuk halaman back end. C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem 1. Kelebihan Sistem a) Sistem informasi ini dapat menyajikan informasi persebaran alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor secara interaktif dengan menggunakan peta dijital. b) Sistem informasi juga menyajikan data-data tersebut dengan grafik, sehingga pengguna mudah memahami. c) Selain menampilkan jumlah ketersediaan alat dan mesin pertanian, sistem ini juga memberikan status ketersediaannya. d) Sistem juga dibuat dengan prinsip Content Management System sehingga mempermudah dalam pengelolaan data maupun informasi pada sistem. e) Sistem memiliki keamanan data yang baik, karena akses terhadap halaman belakang (back end) dilakukan dengan menggunakan username dan password. Selain itu halaman belakang juga telah memakai level akses. f) Sistem informasi berjalan cukup baik dibeberapa browser baru yang sering digunakan pengguna, seperti Mozilla Firefox, Internet Explorer, dan Opera. g) Sistem dapat berjalan di berbagai flatform sistem operasi yang memiliki webserver. 68

35 2. Kekurangan Sistem a) Data-data pada basisdata spasial belum bisa diakses melalui basisdata non-spasial. Hal ini menyebabkan data-data spasial tidak dapat diupdate secara mudah. b) Belum tersedia data spasial (peta dijital) kecamatan-kecamatan lain selain Kecamatan Jonggol. D. Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor Ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) penting bagi kemajuan pertanian di Kabupaten Bogor. Selain itu peran alsintan juga penting dalam upaya mendukung program swasembada beras nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Suatu kecamatan dinyatakan kekurangan alsintan tertentu apabila kebutuhan alsintan tersebut lebih besar dari ketersediaannya. Sedangkan kelebihan alsintan tertentu terjadi apabila ketersediaannya lebih besar dari kebutuhan. Selain itu status ketersediaan alsintan di suatu kecamatan dinyatakan cukup apabila jumlah kebutuhan sama dengan jumlah ketersediaannya. 1. Status Ketersediaan Traktor Roda Dua Untuk mendapatkan status ketersediaan traktor roda dua di suatu kecamatan, maka perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan traktor roda dua di kecamatan tersebut. Jumlah kebutuhan traktor roda dua dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan (3). Berdasarkan beberapa asumsi yang peneliti gunakan, diperoleh bahwa pertahunnya satu unit traktor roda dua mampu mengolah sawah seluas 43.2 ha. Kebutuhan traktor roda dua tambahan dihitung berdasarkan selisih antara jumlah kebutuhan dengan jumlah ketersediaan. Bila selisih nilai tersebut positif maka kecamatan tersebut masih membutuhkan tambahan traktor roda dua, dan sebaliknya, bila selisih bernilai negatif maka kecamatan tersebut memiliki kelebihan traktor roda dua. 69

36 Tabel 6. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (48.3%) (ha) Traktor Roda Dua Tersedia (unit) Kebutuhan Traktor Roda Dua (unit) Selisih (unit) Status 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang kurang 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja kurang 28 Citeureup cukup 29 Babakan Madang cukup 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede kurang 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu lebih 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari lebih Jumlah

37 Asumsi penggunaan tenaga traktor roda dua pada tahun 2005 adalah sebesar 48.3% dari seluruh luas area sawah, sedangkan sisa lahannya diolah dengan menggunakan tenaga hewan ataupun dengan tenaga manusia. Dengan asumsi tersebut, secara umum pada tahun 2005 di Kabupaten Bogor terjadi kekurangan traktor roda dua dengan jumlah kekurangan sebesar 581 unit yang tersebar di 35 kecamatan seperti yang terlihat pada Tabel 6. Kekurangan yang paling banyak terjadi di Kecamatan Pamijahan. Sedangkan kelebihan traktor roda dua terjadi di Kecamatan Cileungsi dan Cariu. Pada tahun 2006 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan traktor roda dua berkurang menjadi 33 kecamatan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Sama seperti pada tahun 2005, pada tahun 2006 kebutuhan traktor roda dua tambahan di Kecamatan Pamijahan juga paling tinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya. Kelebihan traktor roda pada tahun 2006 terjadi di beberapa tempat, seperti di Kecamatan Parung Panjang, Cileungsi dan Tanjung Sari. Dengan asumsi penggunaan tenaga traktor roda dua sebesar 58.6% dari seluruh luas lahan sawah, secara umum pada tahun 2006 kebutuhan traktor roda dua tambahan di Kabupaten Bogor berkurang dari tahun Hal ini terjadi karena ketersediaan traktor roda dua meningkat dari tahun sebelumnya dan terjadi penurunan luas sawah (Lampiran 1). Tabel 7. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun No Kecamatan Traktor Kebutuhan Luas Sawah Roda Dua Traktor Selisih yang diolah Tersedia Roda Dua (unit) Traktor (ha) (unit) (unit) Status 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang lebih 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 71

38 No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (ha) Traktor Roda Dua Tersedia (unit) Kebutuhan Traktor Roda Dua (unit) Selisih (unit) Status 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja kurang 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang cukup 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede cukup 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu lebih 39 Klapanunggal lebih 40 Tanjungsari lebih Jumlah Pada tahun 2007 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan traktor roda dua bertambah dari tahun 2006 menjadi 38 kecamatan, dengan kekurangan paling banyak terjadi di Kecamatan Pamijahan seperti yang ditampilkan pada Tabel 8. Jumlah kecamatan yang mengalami kelebihan traktor roda dua juga berkurang menjadi dua kecamatan. 72

39 Tabel 8. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (ha) Traktor Roda Dua Tersedia (unit) Kebutuhan Traktor Roda Dua (unit) Selisih (unit) Status 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang kurang 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja lebih 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang cukup 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede lebih 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi kurang 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah

40 Dengan asumsi penggunaan tenaga traktor roda dua sebesar 68.9% dari seluruh luas lahan sawah, secara umum pada tahun 2007 kebutuhan traktor roda dua tambahan di Kabupaten Bogor bertambah dari tahun sebelumnya (Gambar 31). Hal ini terjadi karena adanya peningkatan luas sawah (Lampiran 1) yang tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan traktor roda dua. Secara keseluruhan, kebutuhan traktor roda dua pada tahun rata-rata baru tercukupi sebanyak 40% pada tiap tahunnya. Perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan traktor roda dua di Kabupaten Bogor pada tahun dapat dilihat pada Gambar 30. Perbandingan Jumlah Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Unit Ketersediaan Kebutuhan Tahun Gambar 31. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan traktor roda dua di Kabupaten Bogor pada tahun Status Ketersediaan Perontok Padi Bermotor (Power Thresher) Jumlah Kebutuhan perontok padi bermotor (power thresher) dapat dihitung dengan Persamaan 4 sampai dengan Persamaan 7. Berdasarkan beberapa asumsi yang peneliti gunakan, diperoleh bahwa pertahunnya satu unit power thresher mampu mengolah jumlah produksi sebanyak 432 ton 74

41 GKP. Kebutuhan power thresher tambahan dihitung berdasarkan selisih antara jumlah kebutuhan dengan jumlah ketersediaan. Bila selisih nilai tersebut positif maka kecamatan tersebut masih membutuhkan tambahan traktor roda dua, dan sebaliknya. Dengan asumsi penggunaan tenaga power thresher sebesar 27.5% dari seluruh produksi gabah, sedangkan 72.5% dari produksi gabah dirontokkan dengan menggunakan pedal thresher dan dengan cara digebot. Berdasarkan asumsi diatas, diketahui bahwa pada tahun 2005 terdapat 37 kecamatan di Kabupaten Bogor mengalami kekurangan jumlah power thresher. Kebutuhan power thresher tambahan paling banyak dapat ditemukan di Kecamatan Pamijahan sedangkan kelebihan jumlah power thresher dapat ditemukan di Kecamatan Jonggol sebanyak 7 unit (Tabel 9). Tabel 9. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun No Kecamatan Jumlah gabah Power Kebutuhan yang diolah Thresher Power Selisih dengan Power Tersedia Thresher (unit) Thresher (ton (unit) (unit) GKP) status 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang kurang 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 75

42 No Kecamatan Jumlah gabah yang diolah dengan Power Thresher (ton GKP) Power Thresher Tersedia (unit) Kebutuhan Power Thresher (unit) Selisih (unit) status 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja kurang 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang kurang 30 Cibinong cukup 31 Bojong Gede kurang 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri cukup 35 Cileungsi kurang 36 Jonggol lebih 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah Pada tahun 2006 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan power thresher berkurang menjadi 36 kecamatan, dengan kekurangan terbanyak tetap ditemukan di Kecamatan Pamijahan (Tabel 10). Kelebihan power thresher terbanyak terjadi di Kecamatan Cileungsi yaitu sebanyak 10 unit. Secara umum kebutuhan power thresher tambahan di Kabupaten Bogor bertambah meskipun ketersediaan power thresher tetap serta produksi GKP berkurang (Gambar 32). Hal ini terjadi karena asumsi penggunaan tenaga power thresher yang digunakan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 34% dari keseluruhan produksi gabah. Tabel 10. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun No Kecamatan Jumlah gabah Power Kebutuhan yang diolah Thresher Power Selisih dengan Power Tersedia Thresher (unit) Thresher (ton (unit) (unit) GKP) status 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang kurang 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 76

43 No Kecamatan Jumlah gabah yang diolah dengan Power Thresher (ton GKP) Power Thresher Tersedia (unit) Kebutuhan Power Thresher (unit) Selisih (unit) status 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua cukup 27 Sukaraja cukup 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang cukup 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede cukup 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah Berbeda dari tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan power thresher terjadi hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor (Tabel 11). Seperti pada tahun 2006, kekurangan terbanyak tetap terjadi di Kecamatan Pamijahan, sedangkan kelebihan jumlah power thresher tetap terjadi di Kecamatan Cileungsi. Dengan asumsi penggunaan tenaga power thresher sebesar 40.5%, secara umum kebutuhan power thresher tambahan pada tahun 2007 meningkat (Gambar 32). Hal ini terjadi karena berkurangnya ketersediaan power thresher dan produksi GKP yang diolah (Lampiran 7). 77

44 Tabel 11. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah produksi Power Kebutuhan No Kecamatan yang diolah Thresher Power Selisih dengan Power Tersedia Thresher (unit) status Thresher (ton GKP) (unit) (unit) 1 Tenjo kurang 2 Parung Panjang kurang 3 Jasinga kurang 4 Cigudeg kurang 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin kurang 8 Leuwiliang kurang 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea kurang 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja kurang 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang kurang 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede kurang 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah

45 Secara keseluruhan, kebutuhan power thresher pada tahun rata-rata baru tercukupi sebanyak 12.8% pada tiap tahunnya. Perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan power thresher di Kabupaten Bogor pada tahun dapat dilihat pada Gambar 32. Perbandingan Jumlah Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Unit Ketersediaan Kebutuhan Tahun Gambar 32. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan power thresher di Kabupaten Bogor pada tahun Status Ketersediaan Rice Milling Unit (RMU) Untuk memperoleh kebutuhan RMU di tiap-tiap kecamatan, maka terlebih dahulu dicari jumlah produksi dalam Gabah Kering Giling (GKG) dan pada tiap-tiap kecamatan tersebut. Produksi GKG dihitung dengan mengalikan jumlah GKP dengan angka konversi dari GKP ke GKG.. Angka konversi dari GKP ke GKG yang dipakai yaitu sebesar 86.01%, (Anonim, 2008). Perhitungan konversi GKP ke beras ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (8). Kapasitass kerja RMU diketahui dalam bentuk kg GKG/ /jam, untuk menyesuaikan data produksi gabah, maka dilakukan konversi kapasitas kerja RMU ke dalam bentuk kg beras/jam dengan menggunakan Persamaan (9) dan Persamaan (10). 79

46 Kebutuhan RMU dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah produksi GKG yang diolah dengan RMU dengan kapasitas kerja RMU pertahun. Perhitungan kebutuhan RMU ini dihitung berdasarkan Persamaan (11) dan Persamaan (12). Kebutuhan power thresher tambahan diperoleh dengan cara mengurangi jumlah kebutuhannya dengan jumlah ketersediaan. Dari beberapa asumsi yang digunakan, diperoleh bahwa pertahunnya satu unit RMU mampu mengolah GKG sebanyak 252 ton. Dengan asumsi penggunaan tenaga RMU sebesar 60%, pada tahun 2005 terdapat 21 kecamatan di Kabupaten Bogor yang mengalami kekurangan RMU. Kekurangan RMU paling banyak ditemukan di Kecamatan Jonggol. Jumlah ketersediaan dan kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2005 secara rinci ditampilkan pada Tabel 12. Tabel 12. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun Jumlah No Kecamatan produksi RMU Selisih Kebutuhan yang diolah Tersedia RMU RMU (unit) dengan RMU (unit) (unit) Status (ton GKG) 1 Tenjo lebih Parung 2 Panjang lebih 3 Jasinga lebih 4 Cigudeg lebih 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung lebih 7 Rumpin lebih 8 Leuwiliang lebih 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan lebih 11 Ciampea lebih 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng lebih 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 80

47 No Kecamatan Jumlah produksi yang diolah dengan RMU (ton GKG) RMU Tersedia (unit) Kebutuhan RMU (unit) Selisih RMU (unit) Status 24 Ciawi kurang 25 Megamendung lebih 26 Cisarua cukup 27 Sukaraja lebih 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang lebih 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede kurang 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur lebih 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah Pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan RMU, yaitu menjadi sebesar 27 kecamatan. Namun dibeberapa kecamatan terjadi kelebihan RMU yang cukup banyak, seperti di Kecamatan Cigudeg, Leuwiliang dan Cileungsi. Data ketersediaan dan kebutuhan RMU ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 13. Berbeda dengan tahun 2005, pada tahun 2006 kecamatan yang paling banyak mengalami kekurangan RMU adalah Kecamatan Pamijahan. Hal ini terjadi karena pada Kecamatan Pamijahan terjadi kenaikan produksi GKG (Lampiran 8), namun tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah RMU. Meskipun pada tahun 2006 terjadi penurunan kebutuhan RMU, namun secara umum kebutuhan RMU tambahan tetap meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah ketersediaan RMU (Gambar 33). 81

48 Tabel 13. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun Jumlah No Kecamatan gabah yang diolah RMU Tersedia Kebutuhan RMU Selisih RMU Status dengan RMU (ton GKG) (unit) (unit) (unit) 1 Tenjo lebih 2 Parung Panjang lebih 3 Jasinga lebih 4 Cigudeg lebih 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin lebih 8 Leuwiliang lebih 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea lebih 12 Leuwisadeng kurang 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng lebih 17 Kemang lebih 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk kurang 24 Ciawi kurang 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja lebih 28 Citeureup kurang 29 Babakan Madang lebih 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede cukup 32 Tajurhalang kurang 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah Berbeda dari tahun 2006, pada tahun 2007 terjadi kenaikan jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan RMU yaitu sebanyak 25 kecamatan. Pada tahun 2006 Kecamatan Pamijahan juga tetap menjadi kecamatan yang paling banyak kekurangan RMU. Data ketersediaan dan 82

49 kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2007 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun Jumlah No Kecamatan gabah yang diolah RMU Tersedia Kebutuhan RMU Selisih RMU Status dengan RMU (ton GKG) (unit) (unit) (unit) 1 Tenjo lebih 2 Parung Panjang lebih 3 Jasinga lebih 4 Cigudeg lebih 5 Sukajaya kurang 6 Nanggung kurang 7 Rumpin lebih 8 Leuwiliang lebih 9 Cibungbulang kurang 10 Pamijahan kurang 11 Ciampea lebih 12 Leuwisadeng lebih 13 Tenjolaya kurang 14 Gunung Sindur kurang 15 Parung kurang 16 Ciseeng kurang 17 Kemang kurang 18 Rancabungur kurang 19 Dramaga kurang 20 Ciomas kurang 21 Tamansari kurang 22 Caringin kurang 23 Cijeruk lebih 24 Ciawi lebih 25 Megamendung kurang 26 Cisarua kurang 27 Sukaraja cukup 28 Citeureup lebih 29 Babakan Madang kurang 30 Cibinong kurang 31 Bojong Gede kurang 32 Tajurhalang lebih 33 Cigombong kurang 34 Gunung Putri kurang 35 Cileungsi lebih 36 Jonggol kurang 37 Sukamakmur kurang 38 Cariu kurang 39 Klapanunggal kurang 40 Tanjungsari kurang Jumlah

50 Secara umum pada tahun 2007 terjadi peningkatan kebutuhan RMU tambahan di Kabupaten Bogor, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi GKGG (Lampiran 8) yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah RMU. Secara keseluruhan, kebutuhan RMU pada tahun rata- jumlah ketersediaan dan kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor pada tahun rata baru tercukupi sebanyak 80% pada tiap tahunnya. Perbandingan dapat dilihat padaa Gambar 33. Perbandingan Jumlah Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor Unit Ketersediaan Kebutuhan Tahun Gambar 33. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor pada tahun Untuk mengolah atau menggilingg gabah yang tidak dapat tergiling oleh RMU digunakan PPB (penggilingan padi besar) dan PPK (penggilingan padi kecil). Mesin PPB di Kabupaten Bogor tidak tersedia sehingga gabah yang tidak tergiling RMU diolah dengan PPK. Mesin PPK memiliki kapasitas giling yang sama dengan RMU, namun kualitas beras yang dihasilkan tidak lebih baik dibandingkan dengan menggunakan RMU. Cara perhitungan kebutuhan PPK sama dengan perhitungan kebutuhan RMU, namun berberbeda dalam asumsi penggunaan tenaganya. 84

51 Asumsi penggunaan tenaga PPK adalah sebesar 40% dari keseluruhan gabah yang diguling. Jumlah ketersediaan PPK di Kabupaten Bogor cukup banyak dan secara umum mencukupi kebutuhan mesin penggiling. Data ketersediaan dan kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Data Ketersediaan dan Kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor Keterse Kebu Keterse Kebu Keterse No Kecamatan diaan tuhan diaan tuhan diaan (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) Kebu tuhan (unit) 1 Tenjo Parung Panjang Jasinga Cigudeg Sukajaya Nanggung Rumpin Leuwiliang Cibungbulang Pamijahan Ciampea Leuwisadeng Tenjolaya Gunung Sindur Parung Ciseeng Kemang Rancabungur Dramaga Ciomas Tamansari Caringin Cijeruk Ciawi Megamendung Cisarua Sukaraja Citeureup Babakan Madang Cibinong Bojong Gede Tajurhalang Cigombong Gunung Putri Cileungsi Jonggol Sukamakmur Cariu Klapanunggal Tanjungsari Jumlah

52 Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 dan tahun 2006 jumlah kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor tercukupi dan bahkan melebihi ketersediaan PPK. Namun pada tahun 2007 jumlah kebutuhan PPK belum tercukupi. Perbandingan jumlah kebutuhan dan ketersediaan PPK ini digambarkan pada Gambar 34. Gabah yang tidak tergiling oleh RMU dan PPK pada umumnya diolah di kabupaten lain yang merupakan daerah industri penggilingan padi yang cukup besar seperti di Kabupaten Karawang. Perbandingan Jumlah Ketersediaan dan Kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor ketersediaan kebutuhan Gambar 34. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor pada tahun

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user.

BAB III PEMBAHASAN. Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Antarmuka Perancangan Antarmuka meliputi perancangan struktur menu dan perancangan tampilan pada tampilan user. 3.1.1 Perancangan Struktur Menu User Pembuatan Aplikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Tahap Implementasi dan Pengujian Sistem, Dilakukan setelah tahap analisis dan Perancangan Selesai dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah di identifikasi pada bab 3, saatnya untuk melakukan implementasi dan Kebutuhan Sumberdaya Aplikasi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah di identifikasi pada bab 3, saatnya untuk melakukan implementasi dan Kebutuhan Sumberdaya Aplikasi 352 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Magang Setelah melakukan analisis dan perancangan solusi terhadap permasalahan yang telah di identifikasi pada bab 3, saatnya untuk melakukan

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Metodologi Penelitian III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009 di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG lokasi klinik hewan di wilayah Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi ini buka Mozilla

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. TAHAP INVESTIGASI SISTEM Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Mendefenisikan Web dalam Macromedia Dreamweaver 8

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Mendefenisikan Web dalam Macromedia Dreamweaver 8 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Mendefenisikan Web dalam Macromedia Dreamweaver 8 Sebelum membangun web yang akan kita buat, pertama kali yang dilakukan adalah file tersusun rapi dan terkumpul dalam satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Halaman antar muka program terdapat pada tampilan hasil. Tampilan hasil tersebut menjadi interface program yang menghubungkan antara admin dengan user, dari

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI. Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI. Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan 126 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI 4.1. Kebutuhan Sistem Sistem pengolahan data merupakan satu kesatuan kegiatan pengolahan data atau informasi yang terdiri dari prosedur dan pelaksana data.

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Tahap ini dilakukan setelah perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya akan diimplementasikan pada bahasa pemrograman yang akan digunakan. Tujuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Halaman antar muka program terdapat pada tampilan hasil. Tampilan hasil tersebut menjadi interface program yang menghubungkan antara admin dengan user,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Pemesanan Tiket Antar Provinsi di Kota Medan berbasis web ini akan dijelaskan pada sub

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4. 1 Implementasi Sistem Atau Aplikasi 4. 1. 1 Spesifikasi Sistem Aplikasi pengolahan jurnal online berbasis web dibuat dengan menggunakan bahasa PHP 5.0 sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perangkat keras, perangkat lunak,

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perangkat keras, perangkat lunak, BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. IMPLEMENTASI 4.1.1. Kebutuhan Sumber Daya Agar sistem dapat berjalan dengan baik pada PT. Bintaro Pool Site, maka harus disediakan beberapa faktor-faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Tahap implemetasi dan pengujian adalah tahap dimana suatu sistem yang telah selesai dibuat akan dijalankan atau testing dengan berpatokan pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

BAB III PEMBAHASAN. pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Masalah Analisis permasalahan sistem yang ada adalah dimana proses dalam perorganisasian data pada website masih bersimafat statis dan proses update data belum secara online

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Hasil Adapun yang akan dibahas pada bab ini yaitu mengenai hasil dari pembahasan Sistem Informasi Persediaan Barang pada CV. BARUMUN, yang telah dibuat serta akan

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010 PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan hasil pada sistem penyediaan barang dan jasa DISHUTBUN Pemkab Aceh Tamiang akan dijelaskan pada gambar gambar di bawah ini. 1. Tampilan Halaman Utama

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Arahan Pemanfaatan Daya Dukung Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor... (Kurniasari dkk.) ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR (Direction of Using Carrying Capacity Agricultural

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1. Implementasi Sistem Tahap implementasi dan pengujian sistem, dilakukan setelah tahap analisis dan perancangan selesai dilakukan. Pada bab ini aan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan implementasi aplikasi yang dirancang, spesifikasi sarana yang dibutuhkan, dan contoh cara pengoperasian aplikasi yang dirancang. Bab ini juga menguraikan

Lebih terperinci

Bab 4. Implementasi dan Evaluasi. Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya, aplikasi yang dibuat

Bab 4. Implementasi dan Evaluasi. Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya, aplikasi yang dibuat 152 Bab 4 Implementasi dan Evaluasi 4 Implementasi dan evaluasi 4.1 Implementasi Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya, aplikasi yang dibuat diharapkan dapat menjadi solusi pada perancangan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Implementasi adalah sebuah tahap dimana analisa dan rancangan yang sudah dibuat sebelumnya dijalankan. Pada tahap ini perangkat keras dan perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Dari hasil penelitian, analisis, perancangan dan pengembangan sistem yang diusulkan, maka hasil akhir yang diperoleh adalah sebuah perangkat lunak Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Dalam penerapan aplikasi web penjualan ini pada PD Berkat Cahaya Kontraktor, maka sarana-sarana yang dibutuhkan untuk menjalankannya harus tersedia. Sarana-sarana

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. lingkungan implementasi, pengkodean, dan interface dari aplikasi sistem tersebut.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. lingkungan implementasi, pengkodean, dan interface dari aplikasi sistem tersebut. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Tahap implementasi dan pengujian sistem, dilakukan setelah tahap analisis dan perancangan selesai dilakukan. Pada sub bab ini akan dijelaskan implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG letak lokasi salon mobil SEHAT di wilayah kota Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dapat membantu mempermudah perusahaan mitra bisnis dan pencari kerja ( client ) PT.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dapat membantu mempermudah perusahaan mitra bisnis dan pencari kerja ( client ) PT. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Rencana Implementasi Sistem penyediaan tenaga kerja berbasis web yang dirancang penulis, diharapkan dapat membantu mempermudah perusahaan mitra bisnis dan pencari kerja

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1. Implementasi Kegiatan implementasi atau penerapan dilakukan dengan dasar yang telah direncanakan dalam rencana implementasi. Pada penerapan sistem yang diusulkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Tahap Implementasi sistem merupakan penerapan dari proses perancangan (design) yang telah ada. Pada tahapan ini terdapat dua cakupan spesifikasi

Lebih terperinci

WEBSITE PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI (PMG)

WEBSITE PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI (PMG) WEBSITE PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI (PMG) http://www.dim.esdm.go.id Agenda : Latar Belakang Tugas dan Fungsi PMG Maksud dan Tujuan Hardware dan Software Perancangan Website Flowchart/Alur dan Metode Kerja

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sarana-sarana yang dibutuhkan dalam mengoperasikan sistem pemesanan dan laporan penjualan yang telah dibuat ini dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Manual Book Website Adverse Drug Report

Manual Book Website Adverse Drug Report Manual Book Website Adverse Drug Report Latar Belakang... 3 Maksud dan Tujuan... 3 Solusi... 3 Tahapan - tahapan pembangunan... 3 Deskripsi Umum Sistem... 4 Spesifikasi Sistem... 16 Latar Belakang Perkembangan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan implementasi dari penerapan konsep CRM pada perusahaan Sky Motosport berbasis web dan media sosial.. 5.1 Lingkungan Implementasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 IMPLEMENTASI SISTEM Tahap implementasi adalah tahap dimana akan dijelaskan implementasi sistem dan kebutuhan sistem yang dibutuhkan untuk pengimplementasian

Lebih terperinci

Implementasi dan Pengujian

Implementasi dan Pengujian Bab V Implementasi dan 5.1 Implementasi Perangkat Lunak Komponen E-Library Tahap implementasi merupakan tahap yang dilakukan setelah selesai melakukan proses analisis dan perancangan. Dengan berdasar pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Sistem Membuat suatu situs memerlukan persiapan, perencanaan yang baik, tujuan yang jelas dan percobaan yang berulang-ulang karena menyangkut semua elemen yang

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 13-26 ISSN: 0854-4743 APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP M. Irfan Ashshidiq, M. Andri Setiawan, Fathul Wahid Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin pendingin ruangan (toshiba). Website ini terdiri

Lebih terperinci

database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000).

database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000). 3 database server. PHP bersifat terbuka dalam pengembangan, dan gratis. Meskipun demikian PHP memiliki dukungan fungsi yang variatif (Achour, 2000). METODOLOGI Langkah kerja dalam mengembangkan aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Jadwal Implementasi Penerapan aplikasi ini terdiri dari beberapa tahapan berkelanjutan, dengan penjadwalan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL RANCANGAN Hardware 1. Processor : Intel Dual Core CPU 2.0GHz 2. Memory (RAM) : 1 GB 3. Hardisk : 80 GB

BAB IV HASIL RANCANGAN Hardware 1. Processor : Intel Dual Core CPU 2.0GHz 2. Memory (RAM) : 1 GB 3. Hardisk : 80 GB BAB IV HASIL RANCANGAN 4.1. Spesifikasi Hardware dan Kebutuhan Software Penulis mengusulkan penggunaan hardware dan software dalam pengimplementasian sistem informasi pengajuan kredit pada PT Bussan Auto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Perangkat Lunak Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Berbasis Web. Website ini terdiri

Lebih terperinci

Gambar Rancangan Layar Halaman Kuis Guru (Langkah Dua)

Gambar Rancangan Layar Halaman Kuis Guru (Langkah Dua) Gambar 4.149 Rancangan Layar Halaman Kuis Guru (Langkah Dua) 270 Gambar 4.150 Rancangan Layar Halaman Kuis Guru (Cek) 271 Gambar 4.151 Rancangan Layar Halaman Nilai Guru 272 Gambar 4.152 Rancangan Layar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro

BAB III METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di Lab Teknik Komputer Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada April 2010 September 2010 B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. untuk mendukung pembangunan dan implementasi sistem.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. untuk mendukung pembangunan dan implementasi sistem. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi website pada Mal Puri Indah membutuhkan beberapa sarana yang untuk mendukung pembangunan dan implementasi sistem. 4.1.1 Sarana yang Dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA Hilda Lestiana 1 dan Sukristiyanti 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Email:

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU)

SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU) SISTEM INFORMASI BANK DATA DAN PENELUSURAN TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI BERBASIS WEB ( STUDY KASUS STMIK PRINGSEWU) Meilysa Puspita Sari Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Pengertian Implementasi Sistem Setelah sistem selesai dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi telah diseleksi dan dipilih, saatnya sistem untuk diimplementasikan.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. Tahap perancangan dalam pembuatan program merupakan suatu hal yang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. Tahap perancangan dalam pembuatan program merupakan suatu hal yang 91 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Tahap perancangan dalam pembuatan program merupakan suatu hal yang sangat penting, karena didalam perancangan tersebut terdapat elemen-elemen yang mewakili isi

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan implementasi dari Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penilaian kinerja yang sudah dibangun 5.1 Lingkungan Implementasi Lingkungan implementasi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi desain dalam bentuk kode-kode program. Kemudian di tahap ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi desain dalam bentuk kode-kode program. Kemudian di tahap ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Implementasi Setelah tahap analisa dan perancangan, tahap selanjutnya adalah implementasi desain dalam bentuk kode-kode program. Kemudian di tahap ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. diidentifikasi lalu dicarikan solusinya. Dalam tahap ini akan diuraikan beberapa

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. diidentifikasi lalu dicarikan solusinya. Dalam tahap ini akan diuraikan beberapa BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisis sistem adalah proses menganalisa permasalahan untuk dipahami, diidentifikasi lalu dicarikan solusinya. Dalam tahap ini akan diuraikan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Uji Coba Aplikasi monitoring status jaringan berbasis web ini dapat berjalan pada beberapa platform operasi sistem seperti windows dan linux dengan menggunakan aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Perangkat keras yang di butuhkan. optimal pada server dan client sebagai berikut.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Perangkat keras yang di butuhkan. optimal pada server dan client sebagai berikut. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Perangkat keras yang di butuhkan Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem ini secara optimal pada server dan client sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4. 1 Instalasi Software BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam pembuatan program ini penulis menggunakan XAMPP dalam menjalankan program aplikasi ini yang didalamnya sudah terdapat MySQL untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari Sistem Informasi Geografis Rumah Sakit Swasta di Kota Medan Berbasis Web. IV.1.1. Tampilan Hasil Menu

Lebih terperinci

Bab 4 Implementasi dan Evaluasi

Bab 4 Implementasi dan Evaluasi Bab 4 Implementasi dan Evaluasi 4.1 Implementasi Sistem Tahap implementasi dan pengujian sistem, dilakukan setelah tahap analisis dan perancangan selesai dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan implementasi

Lebih terperinci

Desain Sistem Informasi Arsip Digital Berbasis Intranet pada Pusat Data dan Statistik Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Desain Sistem Informasi Arsip Digital Berbasis Intranet pada Pusat Data dan Statistik Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Desain Sistem Informasi Arsip Digital Berbasis Intranet pada Pusat Data dan Statistik Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Blanka Chyntia Altranti 1A113709 Pembimbing : Dr. Dewi Agushinta

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Metodologi Penelitian Dalam pelaksanaan kerja praktek dilakukan pendekatan dengan cara peninjauan untuk masalah apa yang terdapat di dalam SMA Negeri 1 Pandaan. Peninjauan

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI

BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI BAB V PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI Implementasi adalah tahap penerapan sekaligus pengujian bagi sistem baru serta merupakan tahap dimana aplikasi siap dioperasikan pada keadaan yang sebenarnya, efektifitas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Kebutuhan Sumber Daya Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem inventaris perangkat keras di PT. Kartika Buana Ayu (pihak pengelola gedung

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem

BAB III PEMBAHASAN. Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem BAB III PEMBAHASAN 3.1. Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan sistem E-Auction pada

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan sistem E-Auction pada BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan dan Instalasi Sistem Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan sistem E-Auction pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya. Maka dibutuhkan spesifikasi perangkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Kebutuhan Sistem Hardware & Software Agar sistem dapat berjalan dengan baik dibutuh kan computer dengan spesifikasi yang mencakup fasilitas multimedia yaitu minimal mencakup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. singkat keterangan flowchart tersebut adalah sebagai berikut. User yang mengunjungi

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. singkat keterangan flowchart tersebut adalah sebagai berikut. User yang mengunjungi BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Informasi KUA 4.1.1 Flowchart 4.1.1.1 Flowchart Sistem Untuk User Flowchart untuk user atau pengunjung dapat dilihat pada gambar 4.1. Secara singkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada bab ini akan dibahas mengenai

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada bab ini akan dibahas mengenai 50 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Aplikasi Setelah dilakukan tahap analisis dan perancangan pada bab III, maka tahap selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. yang manual, yaitu dengan melakukan pembukuan untuk seluruh data dan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. yang manual, yaitu dengan melakukan pembukuan untuk seluruh data dan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Saat ini, sistem peminjaman dan pengembalian buku yang dilakukan di perpustakaan SMA Karya Pembangunan 2 Bangun masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Pengertian Implementasi Sistem Implementasi sistem adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan sistem yang ada dalam dokumen rancangan sistem yang telah disetujui

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Dan Perancangan Sistem

Bab 3. Metode Dan Perancangan Sistem Bab 3 Metode Dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bagian ini menjelaskan tentang bagaimana metode penelitian dalam perancangan sistem. Metode yang dipakai adalah metode PPDIOO. PPDIOO

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sistem baik yang lama maupun untuk mulai memiliki sistem yang baru. Perancangan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sistem baik yang lama maupun untuk mulai memiliki sistem yang baru. Perancangan 74 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Sistem Perancangan sistem adalah merupakan upaya perusahaan untuk memulai memiliki sistem baik yang lama maupun untuk mulai memiliki sistem yang baru. Perancangan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang harus memenuhi syarat minimal dalam spesifikasinya.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Analisa Kebutuhan Sistem Sistem yang akan dirancang dan dibangun bernama Sistem Informasi MyLibrary Telkomsel. Sistem informasi ini dirancang menggunakan PHP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Jalur Rute dan Pencarian Lokasi Fitness di Medan dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Implementasi diterapkan dengan maksud agar system yang telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan tujuannya dan dapat bermanfaat bagi kebutuhan kepolisian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tersebut mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tersebut mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Dalam menjalankan suatu sistem perlu diperhatikan sistem spesifikasi apa saja yang dapat menunjang berjalannya sistem agar berjalan secara optimal. Dimana

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Implementasi Implementasi sistem adalah gambaran tentang suatu sistem yang telah terbentuk, yang dapat digunakan sebagai tahapan dalam pengimplementasian. Pada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMESNTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMESNTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMESNTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Sistem Pada implementasi sistem ini akan dijelaskan implementasi dari aplikasi sistem yang digunakan dengan menggunakan beberapa fungsi yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 166 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Sistem / Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Aplikasi perilaku transaksi dibuat dengan menggunakan bahasa PHP 5.0 sebagai platform utamanya. Sebagaimana

Lebih terperinci

ADMIN MANUAL AL-QUR AN WEB

ADMIN MANUAL AL-QUR AN WEB ADMIN MANUAL AL-QUR AN WEB Pendahuluan AL-QUR AN WEB adalah program aplikasi pencarian ayat-ayat Al-Qur an berbasis web. Untuk dapat mengakses program maka user perlu menggunakan internet browser dan mengunjungi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 4.1. Keadaan Umum Tabloid Sinar Tani 4.1.1. Sejarah Tabloid Sinar Tani Tabloid Sinar Tani diterbitkan oleh PT. Duta Karya Swasta.

Lebih terperinci

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Kode Program/ Keluaran Hasil 2 URUSAN PILIHAN 2 03 BIDANG URUSAN ENERGI DAN SUMBER SUMBER DAYA MINERAL 2 03 01 Program Pelayanan - - 30,126,626,000 30,126,626,000

Lebih terperinci