SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN"

Transkripsi

1 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam sistem dengan kepentingan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendekatan sistem. Melalui prosedur metodologi dalam rancang bangun pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri, diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang komplementer dan komprehensif terhadap sejumlah kebutuhan masing-masing komponen pelaku sehingga tercipta suatu sistem yang harmonis. Dinamika lingkungan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri berupa biaya produksi serta harga jual nilam dan minyak nilam yang cenderung berfluktuasi, dapat diatasi melalui rancang bangun model yang dapat diaplikasikan ke dalam sistem berbasis computer. Model tersebut dibangun melalui empat komponen utama, yaitu Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), Sistem Manajemen Basis Model (SMBM), Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (SMBP), dan Sistem Pengolahan Terpusat (SPT). Selain itu model tersebut juga dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna. Sebagai tujuan akhir dari pengembangan model adalah membantu semua pihak dalam pengambilan keputusan terutama kepada koperasi usahatani dan usaha lepas panen, industri penyuling/eksportir, lembaga keuangan, dan Pemerintah Pusat/Daerah, baik dalam bentuk formulasi strategi maupun operasional. Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh komponen sistem, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem Pengolahan Terpusat divisualisasikan dalam bentuk Menu Utama yang terdiri dari Basis Data, Basis Pengetahuan dan Basis Model. Sistem Manajemen Dialog merupakan bagian sistem yang memungkinkan pengguna dengan mudah berinteraksi dengan sistem. Sistem Manajemen Dialog dalam sistem penunjang keputusan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri

2 95 menyediakan fasilitas interaktif antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan analisis sistem nyata, agroindustri minyak nilam melibatkan beberapa elemen dengan pola interaksi yang sangat kompleks. Oleh karena itu perlu disusun suatu model yang terstruktur, sederhana tetapi dapat merepresentasikan sistem nyata. Model Sistem Penunjang Keputusan dirancang dalam bentuk perangkat lunak berbasis komputer yang berfungsi sebagai Sistem Penunjang Keputusan yang diberi nama PAP-Klaster (Pemberdayaan Agroindustri Perdesaan dengan Pendekatan Klaster). Cakupan Model PAP-Klaster PAP-Klaster dirancang sebagai sistem pendukung keputusan yang mengintegrasikan beberapa sub-model yang saling berhubungan dan didukung oleh basis data serta basis pengetahuan. Fitur-fitur yang disiapkan merupakan elemenelemen rinci yang disusun berdasarkan diskusi dengan praktisi sebagai pengguna dan literatur. Pada Halaman utama ini pengguna dapat memasukkan username dan password. Gambar 28 menunjukkan halaman depan dari PAP-Klaster. Gambar 28 Tampilan halaman depan PAP-Klaster

3 96 Konfigurasi model dirancang dalam paket program komputer sistem penunjang keputusan. Paket program tersebut bertujuan untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan berkenaan dengan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Gambar 29 menunjukkan konfigurasi SPK PAP-Klaster dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna (user). Data Model Pengetahuan Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) Daftar stakeholder Klaster Agroindustri Nilam Data internal pelaku klaster (data keuangan, data produksi, data pemasaran, data sumber daya) Sistem Manajemen Basis Model (MBMS) Model Kelayakan Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan Model Kesepakatan Harga Model Pengukuran Kinerja Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (KBMS) Penentuan Fungsi Sasaran Penentuan Kendala Utama Indikator Kinerja Usaha tani dan Industri Kecil Penyulingan Penentuan Indikator Kinerja Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog PENGGUNA Gambar 29 Konfigurasi SPK PAP-Klaster Sistem penunjang keputusan (SPK) pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

4 97 Analisis Biaya Analisis biaya ini menganalisis basis data berdasarkan kriteria finansial berupa PBP (Payback Period), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C-ratio (Benefit-Cost-Ratio), dan BEP (Break Event Point). Analisis sensitivitas dilakukan pada berbagai skenario, proyeksi cash-flow, dan analisis laba-rugi. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi layak atau tidak layak usahatani dan industri kecil penyulingan. Optimasi Kesepakatan Harga Optimasi kesepakatan harga pada usahatani dilakukan berdasarkan kesepakatan antara harga jual nilam kering dari petani dan harga beli nilam kering oleh industri kecil penyulingan. Tujuan dari optimasi kesepakatan harga ini adalah untuk member keuntungan yang memadai bagi usahatani dan industri kecil penyulingan. Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian dari sistem yang mengelola dan mengatur seluruh komponen, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat berfungsi sebagai koordinator dan pengendalian dari operasi Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Klaster Agroindustri Minyak Atsiri. Sistem Manajemen Dialog Sistem Manajemen Dialog merupakan fasilitas yang diberikan untuk berkomunikasi antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem ini akan mempermudah pengguna dalam pemakaian program. Hal ini dikarenakan sistem yang dibuat user friendly. Sistem Manajemen Dialog perlu dirancang dengan tampilan menarik agar pengguna mudah mengerti dengan alur kerja penggunaan program serta membuat pengguna tidak merasa bosan.

5 98 Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data merupakan salah satu komponen penting dari suatu sistem karena adanya perbedaan kebutuhan data. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian sistem yang didalamnya terdiri dari basis data yang dapat digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat tetap, tidak dapat diubah ataupun dimanipulasi dan berperan sebagai input bagi pengembangan sistem. Juga dapat berisikan basis data yang merupakan mekanisasi integrasi berbagai jenis data internal dan eksternal. Ada kemungkinan basis data harus dimanipulasi atau diubah dalam penggunaannya agar menghasilkan model tertentu. Sistem manajemen basis data pada model pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Hal ini dimaksudkan agar keluaran model lebih aktual dan sesuai kondisi ketika model akan digunakan. Gambar 30 menunjukkan tampilan menu utama program PAP-Klaster yang memiliki tiga menu, yaitu: (1) analisis usaha, (2) kinerja, dan (3) kelembagaan. Gambar 30 Tampilan menu utama PAP-Klaster

6 99 Struktur Biaya Usahatani Nilam Analisis usaha dari usahatani memiliki basis data struktur biaya investasi dan biaya produksi usahatani. Data proyeksi produksi usahatani dalam kg nilam kering per hektar selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama 0 persen, bulan keenam 100 persen, dan bulan kesembilan 90 persen dengan umur ekonomis proyek satu tahun. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 3 menunjukkan struktur biaya investasi dan Tabel 4 menunjukkan struktur biaya produksi usahatani. Tabel 3 Struktur biaya investasi usahatani nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp/ha) 1 Sewa lahan Rp/ha/th Cangkul buah Sabit buah Sprayer buah Total Tabel 4 Struktur biaya produksi usahatani nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp/ha) 1 Biaya Variabel: - Benih - Pupuk urea tanaman kg Pupuk TSP kg Pestisida botol Obat semprot rumput buah Karung buah Tenaga Pembukaan HOK Lahan - Tenaga angkut bibit HOK Sub Total Biaya Tetap: - Tenaga Penanaman HOK Tenaga Pemupukan dan Pengendalian HOK Tenaga Pemanenan HOK Sub Total Total

7 100 Gambar 31 menunjukkan tampilan asumsi dan kofisien budidaya nilam PAP-Klaster dan Gambar 32 menunjukkan tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster. Gambar 31 Tampilan asumsi dan koefisien budidaya nilam PAP-Klaster Gambar 32 Tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster

8 101 Struktur Biaya Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Basis data struktur biaya industri kecil penyulingan terdiri dari biaya investasi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya perawatan. Data proyeksi industri kecil penyulingan dalam kg minyak nilam per tahun selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama sampai bulan ke dua puluh 100 persen, dengan umur ekonomis proyek 20 bulan. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 5 menunjukkan biaya investasi, Tabel 6 menunjukkan biaya operasional, Tabel 7 menunjukkan biaya penyusutan dan Tabel 8 menunjukkan biaya perawatan industri kecil penyulingan. Tabel 5 Biaya investasi industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Alat Penyulingan unit Mesin Rajang unit Rumah Suling dan unit Tungku 4 Katrol unit Bak Angkut unit Total Tabel 6 Biaya operasional industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total biaya (Rp) 1 Biaya variabel (per siklus): - Kayu bakar - Air - Listrik - Jerigen plastik 30 kg m 3 paket paket paket Sub Total Biaya tetap: -Nilam kering -Tenaga kerja Kg HOK Sub Total Total Biaya

9 102 Tabel 7 Biaya penyusutan industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Biaya (Rp) Umur Penyusutan (%) Biaya Penyusutan (Rp) 1 Alat Penyulingan Mesin Rajang Rumah Suling dan Tungku 4 Katrol Bak Angkut Total Tabel 8 Biaya perawatan industri kecil penyulingan No Uraian Biaya (Rp) Perawatan (%) Biaya Perawatan (Rp) 1 Alat Penyulingan Mesin Rajang Rumah Suling dan Tungku 4 Katrol Bak Angkut Total Tabel 9 menunjukkan biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP- Klaster. Tabel 10 menunjukkan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster. Tabel 9 Biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP-Klaster N o Uraian Alat penyulingan Mesin rajang Rumah suling dan tungku Katrol Bak angkut Jumlah (unit) Harga (ribu Rp) Sub total (ribu Rp) Umur (thn) Penyusut an (%) B.penyusut an (ribu Rp) Perawa tan (%) B.perawa tan (ribu Rp) Total

10 103 Tabel 10 Jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster (Rp) No Awal Tahun Pokok Bunga Total Total Struktur Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis pengetahuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perancangan Indikator Kinerja Perancangan indikator kinerja (IK) dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang selanjutnya bisa diderivasikan menjadi beberapa sub kriteria. Dalam perancangan ini identifikasi kriteria dilakukan dengan akuisisi pengetahuan pakar baik melalui kajian pustaka, brainstorming dengan pakar maupun dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada pakar dalam bentuk kuesioner semi terbuka. Pakar yang dilibatkan sebanyak 6 orang yang terdiri dari 2 orang praktisi usahatani dan industri kecil penyulingan, 3 orang dari pemerintah dan 1 orang akademisi. Tujuan dari perancangan indikator kinerja ini adalah untuk mendapatkan indikator kinerja kunci dari klaster agroindustri minyak atsiri.

11 104 Pembobotan Indikator Kinerja Pembobotan indikator kinerja dilakukan untuk menghasilkan indikator kinerja kunci berdasarkan bobot dari masing-masing indikator kinerja. Dalam pembobotan ini digunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap indikator kinerja yang ada. Dengan menggunakan AHP dapat dihasilkan struktur indikator kinerja dan indikator kinerja kunci (IKK) yang dihasilkan. Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang diberikan dalam pengelolaan model untuk perhitungan yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem manajemen basis model disusun berdasarkan empat model, yaitu: (1) model analisis kelayakan usaha, (2) model kesepakatan harga, (3) model pengukuran kinerja, dan (4) model kelembagaan. Masing-masing basis model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Model Kelayakan Usaha Model analisis kelayakan usaha dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan guna mendapatkan nilai tambah, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui PAP-Klaster. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui

12 105 kriteria finansial berupa NPV (Net Present Value) adalah nilai bersih yang diterima proyek selama umur ekonomis pada saat ini; PBP (Pay Back Period) merupakan nilai yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali; IRR (Internal Rate of Return ) adalah nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol, atau tingkat suku bunga yang menunjukkan bahwa nilai penerimaan sama dengan jumlah seluruh biaya investasi sekarang; B/C ratio (Benefit-Cost-Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang dengan nilai biaya bersih; dan BEP (Break Even Point) adalah analisa titik pulang pokok di mana tingkat volume penjualan akan impas untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Skenario yang dilakukan pada model kelayakan usaha ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, (2) dengan penurunan harga jual sebesar 20%, dan (3) dengan penurunan harga jual sebesar 40%. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model analisis kelayakan usaha berupa analisis laba-rugi, analisis cash flow, dan kriteria kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam. Sub model Kelayakan Usahatani Nilam Sub Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel Gambar 33 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan usaha.

13 106 Mulai Input Basis Data Usahatani: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya 3. Target produksi kebun: kg/ha/tahun Input Skenario Model Usahatani: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual nilam kering Hitung: Biaya investasi Biaya produksi Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio Layak? Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Selesai Gambar 33 Diagram alir model analisis kelayakan usaha

14 107 Gambar 34 menunjukkan Tampilan Sub Model Kelayakan Usahatani Nilam. Gambar 34 Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari Sub-Model Kelayakan Usaha untuk usahatani nilam berasal dari data struktur biaya usahatani yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel, dan nilainilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Biaya investasi yang diperlukan untuk usahatani nilam dengan luas lahan m2 sebesar Rp Biaya produksi usahatani sebesar Rp , sehingga modal kerja yang diperlukan adalah sebesar Rp ) Analisis kelayakan finansial usahatani nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa usaha 1 tahun (12 bulan) Jangka waktu pengembalian pinjaman 12 bulan

15 108 Jarak tanam 0.6 m x 0.8 m, jumlah tanaman di lapang untuk 1 ha adalah adalah tanaman Jumlah bibit yang disediakan adalah tanaman dengan kematian bibit di lapang ± 16% Umur tanaman saat panen pertama adalah bulan ke 6, dan panen selanjutnya setiap 3 bulan sekali Satu tahun 3 kali panen, jumlah produksi per panen sebanyak kg, Harga jual nilam basah adalah Rp 1 200/kg atau harga jual nilam kering sebesar Rp 4 500/kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Persentase produksi bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-5 sebesar 0%, bulan ke-6 sebesar 100%, bulan ke-9 sebesar 90%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan finansial perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20%. Skenario ketiga adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%. Skenario 1 Pada skenario pertama yang merupakan kondisi normal yaitu pada harga jual nilam basah Rp 1 200/kg, biaya produksi Rp , usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 14.60%; PBP selama 4.97 bulan, dan B/C Ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usahatani layak untuk dijalankan.

16 109 Skenario 2 Pada skenario kedua terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20% yaitu pada harga jual Rp 960. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 7.81%; PBP selama bulan, dan B/C Ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi kedua tersebut usahatani nilam layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual hingga 20% Skenario 3 Pada skenario ketiga terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%, yaitu pada harga jual Rp 720. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar -0 92%; PBP selama 20 bulan; dan B/C Ratio sebesar Hasil analisis sensitivitas pada skenario ketiga menunjukkan bahwa usahatani nilam juga mulai tidak layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual nilam hingga 40%. Berdasarkan analisis sensitivitas usahatani nilam, pada penurunan harga jual 40% usahatani tidak layak dijalankan. Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani nilam pada ketiga kondisi dengan luas lahan 1 ha. Tabel 11 Hasil kelayakan finansial usahatani nilam m2 (1 ha) pada kondisi normal, biaya produksi naik 65%, harga jual turun 40% Parameter Kelayakan Kondisi Normal (Skenario 1) Penurunan Harga Jual(20%) (Skenario 2) Penurunan Harga Jual (40%) (Skenario 3) Keuntungan bersih/tahun (Rp) 14,019, ,855 NPV (Rp) 12,130, ,302,877 IRR (%) 14, ,92 PBP (bulan) 4, B/C Ratio 1, ,96 Hasil Analisis LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK

17 110 Gambar 35 menunjukkan hubungan B?C ratio dengan skenario 1, 2, dan 3. Gambar 36 menunjukkan hubungan keuntungan per tahun dengan skenario 1, 2, dan 3. B/C Ratio Kondisi normal Harga jual turun 20% Harga jual turun 40% B/C Ratio Gambar 35 B/C ratio pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40% Keuntungan per tahun Keuntungan per tahun Kondisi normal Harga jual turun 20% Harga jual turun 40% Gambar 36 Keuntungan per tahun pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40% Sub-model Kelayakan Usaha Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Sub-Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel Gambar 37 menunjukkan tampilan biaya

18 111 pembelian mesin, Gambar 38 menunjukkan tampilan jadwal angsuran pinjaman, dan Gambar 39 menunjukkan tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam. Gambar 40 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam. Gambar 37 Tampilan biaya pembelian mesin agroindustri minyak nilam PAP-Klaster Gambar 38 Tampilan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster

19 Gambar 39 Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam 112

20 113 Mulai Input Basis Data Industri Kecil Penyulingan: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya Input Skenario ModelIndustri Kecil Penyulingan: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual minyak nilam Hitung: Biaya investasi - Biaya penyusutan Biaya operasional - Biaya pemeliharaan Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio Layak? Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Selesai Gambar 40 Diagram alir sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam

21 114 Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam untuk terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Perhitungan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Lampiran 2) Analisis kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa proyek 20 bulan Jangka waktu pengembalian pinjaman 20 bulan Kapasitas alat suling 300 kg nilam kering Rendemen sekitar 1,2% Jumlah kapasitas produksi sebesar 112,50 kg/bulan Lama penyulingan per satu kali suling adalah 8 jam Jumlah jam kerja adalah 8 jam/hari, 1 minggu 5 hari kerja atau sebanyak 260 hari/tahun Persentase terjual adalah 100% Harga jual minyak nilam adalah Rp per kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Penyusutan peralatan sebesar 10% Persentase produksi tahun 1 sampai tahun ke 12 sebesar 100%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan usaha perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan, penurunan harga jual minyak nilam sebesar 33,7%, 45% dan 50%. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi kenaikan dan penurunan rendemen minyak nilam sebanyak 0,05%.

22 115 Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada rendemen 1.2% dengan harga jual Rp , harga jual turun 33.7%, 45%, dan 50%. Dalam kondisi normal (rendemen 1,2% dan harga jual Rp ), industri kecil penyulingan minyak nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 47.99%; PBP selama 2.10 bulan; B/C Ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 33,7%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 20.68%; PBP selama 4.49 bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 45%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 9.99%; PBP selama 7.18 bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Sedangkan bila harga jual diturunkan sebesar 55%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar -2.05%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar 0,97. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 1.

23 116 Tabel 12 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp , harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55% Parameter Kelayakan Kondisi Normal Penurunan Harga jual 33,7% Penurunan Harga Jual 45% Penurunan Harga Jual 55% Keuntungan bersih/tahun (Rp) NPV (Rp) IRR (%) PBP (bulan) B/C Ratio ,97 Hasil Analisis LAYAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK Merujuk pada hasil analisis sensitivitas skenario I, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan, bila penurunan harga jual minyak nilam minimal 45% dari kondisi awal yaitu pada harga jual Rp per kg. Gambar 41 menunjukkan grafik B/C ratio pada ke empat kondisi di atas. B/C ratio Kondisi normal Penurunan harga jual 33.7% Penurunan harga jual 45% Penurunan harga jual 55% Gambar 41 B/C ratio dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp , harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55%

24 117 Gambar 42 menunjukkan hubungan keuntungan bersih per tahun pada ke empat kondisi di atas Keuntungan /tahun Kondisi normal Penurunan harga jual 33.7% Penurunan harga jual 45% Penurunan harga jual 55% Gambar 42 Keuntungan bersih per tahun dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp , harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 50% Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada harga jual Rp dan kenaikan rendemen minyak nilam sebesar 0.05%, yaitu pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3% dan1.35%. Dengan rendemen 1.2%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar -2.05%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.25%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 0.57%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan.

25 118 Dengan kenaikan rendemen menjadi 1,3%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 2.98%; PBP selama bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.35%, maka keuntungan bersih per tahun Rp ; NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 5.22%; PBP selama 9.29 bulan; B/C ratio sebesar Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 2. Tabel 13 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan harga jual Rp pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35% Parameter Kelayakan Rendemen 1,20% Rendemen 1,25% Rendemen 1,30% Rendemen 1,35% Keuntungan bersih/tahun (Rp) NPV (Rp) IRR (%) PBP (bulan) B/C Ratio 0, Hasil Analisis TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK LAYAK Berdasarkan hasil analisis sensitivitas skenario 2, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan bila rendemen minyak yang dihasilkan minimal 1.3%. Gambar 43 menunjukkan grafik hubungan B/C ratio dengan harga jual Rp pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%. Gambar 44 menunjukkan grafik hubungan keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.

26 119 B/C ratio Rendemen 1.2% Rendemen 1.25% Rendemen 1.3% Rendemen 1.35% Gambar 43 B/C ratio dengan harga jual Rp pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35% Keuntungan / tahun Rendemen 1.2% Rendemen 1.25% Rendemen 1.3% Rendemen 1.35% Gambar 44 Keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.. Merujuk pada hasil analisis sensitivitas, industri kecil penyulingan minyak nilam lebih sensitif terhadap perubahan rendemen minyak nilam dibandingkan terhadap perubahan harga jual minyak nilam. Pada rendemen 1.2%, usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada harga jual Rp Sedangkan jika harga jual minyak nilam Rp , maka usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada rendemen 1.3%.

27 120 Model Kesepakatan Harga Untuk memperoleh model kesepakatan harga digunakan metode optimasi dengan teknik Fibonacci. Kuester dan Mize (1973) menyatakan teknik Fibonacci merupakan sebuah prosedur untuk melakukan aliminasi interval yang dimulai dengan batasan awal dari peubah-peubah bebas. Teknik Fibonacci termasuk metode pencarian pada kelompok optimisasi problema tak linier berkendala variabel tunggal. Komponen-komponen biaya yang perlu diperhatikan dalam optimalisasi harga kesepakatan ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan usahatani maupun industri kecil penyulingan, diantaranya adalah biaya produksi, biaya pemanenan, biaya penyimpanan, dan biaya transportasi. Harga kesepakatan (win-win solution) nilam ditentukan berdasarkan selisih antara harga yang diharapkan usahatani dan harga yang diharapkan oleh industri kecil penyulingan minyak nilam. Dalam hal ini usahatani mengharapkan harga jual nilam kering yang tinggi sesuai dengan harga produksi yang dikeluarkannya dan di sisi lain industri kecil penyulingan minyak nilam mengharapkan harga beli nilam yang rendah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi fungsi tujuannya adalah usaha untuk mengeliminasi selisih harga tersebut untuk memperoleh harga yang adil. Model kesepakatan harga dirancang dengan tujuan untuk memperoleh optimasi kesepakatan: (1) harga jual nilam antara usahatani nilam dengan industri kecil penyulingan, dan (2) harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan industri penyulingan/eksportir, yang selanjutnya disebut eksportir. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir guna mendapatkan keuntungan yang adil dan transparansi, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui PAP-Klaster. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil

28 121 penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Struktur biaya eksportir diperoleh dari informasi dari pengguna dan pakar. Formulasi yang digunakan untuk menghitung optimasi kesepakatan harga dilakukan bedasarkan program Optsys. Skenario yang dilakukan pada model kesepakatan harga ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, yaitu kondisi saat penelitian, (2) pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam murni rendah, dan (3) pada saat produktivitas usahatani rendah, harga jual minyak nilam murni tinggi. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model kesepakatan harga berupa kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan, dan kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dan eksportir minyak nilam. Sub-model Kesepakatan Harga Jual Nilam Harga beli nilam oleh industri kecil penyulingan.minyak nilam dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya penyulingan/pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan industri. Harga jual nilam oleh usahatani dihitung dengan memperhatikan luas lahan, biaya total usaha tani, produktivitas lahan dan keuntungan usaha tani. Untuk menghitung keuntungan yang diharapkan oleh usahatani digunakan. Nilai Kebutuhan Hidup Minimum (Upah Minimum Ratarata/UMR) yang berlaku di Kabupaten Kuningan yaitu Rp Tampilan sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari biaya usahatani dan biaya industry kecil penyulingan, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual nilam menggunakan beberapa asumsi teknis, yaitu pada usahatani nilam, yang dihasilkan oleh petani dengan luas lahan 1 hektar, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes: a) Produksi total nilam basah per tahun, 1 tahun 3x panen, sebesar kg; b) Panen

29 122 pertama pada bulan ke-6, selanjutnya tiap 3 bulan sekali; c) Harga jual nilam basah Rp per kg; d) Total penerimaan usahatani sebesar Rp /ha/tahun; e) Merujuk pada arus kas usahatani, total biaya usahatani per tahun Rp ; f) Keuntungan usahatani per tahun yaitu Rp Pada industri kecil penyulingan, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Harga nilam kering sekitar 3.75 x harga nilam basah, jadi harga nilam kering Rp 4 500/kg; e) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp /kg; f) Harga pasar minyak nilam tahun 2011 Rp /kg; g) Biaya simpan dan transportasi Rp 2 500/kg; h) Keuntungan per kg diasumsikan 4% dari harga jual minyak/kg, yaitu Rp ; i) 1 kg minyak nilam membutuhkan 66 kg nilam kering (4.5 kg minyak nilam membutuhkan 300 kg nilam kering). 3) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual nilam adalah harga jual nilam yang dapat menguntungkan usahatani dan industri kecil penyulingan. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu total produksi kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam Rp per kg dan harga jual minyak nilam kasar Rp per kg. Biaya pengolahan industri kecil penyulingan sebesar Rp yaitu (biaya tenaga kerja+energy+air+listrik+jerigen)/4.5 kg.

30 123 Keuntungan industri kecil penyulingan diasumsikan 10% dari harga jual minyak nilam yaitu Rp / kg. Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp per kg HBn Keterangan: HJmnk BP BS KI = HJmn - BP - BS KI = = Rp / 250 kg nilam basah = Rp /kg nilam basah = harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) = biaya pengolahan (Rp/kg) = biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) = keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg) Jadi, HBn = Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp per kg atau Rp per kg Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi nilam kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, biaya operasional usahatani Rp per tahun, dan keuntungan usahatani Rp per tahun.

31 124 Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam,per kg yaitu Rp , dan harga jual minyak nilam kasar Rp per kg. HBn = HJmn - BP - BS KI = = Rp / 250 kg nilam basah = Rp 1 264/ kg nilam basah Keterangan: HJmnk = harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) BP = biaya pengolahan (Rp/kg) BS = biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) KI = keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg) Jadi, HBn= Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp per kg atau Rp per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, biaya operasional usahatani Rp per tahun, keuntungan usahatani Rp

32 125 Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam per kg, yaitu Rp , dan harga jual minyak nilam kasar Rp per kg. HBn Keterangan: = HJmnk- BP - BS KI = = Rp / 250 kg nilam basah = Rp 1 714/ kg nilam basah HJmnk = harga jual minyak nilam BP = biaya pengolahan BS = biaya simpan dan transportasi KI = keuntungan industri kecil penyulingan Jadi, HBn= Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp per kg atau Rp per kg. Sub-model Kesepakatan Harga Jual Minyak Nilam Harga beli minyak nilam oleh eksportir dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan eksportir. Harga jual nilam oleh industri kecil penyulingan minyak nilam dihitung dengan

33 126 memperhatikan kapasitas alat penyulingan, biaya total industri kecil penyulingan, produktivitas penyulingan dan keuntungan industri kecil penyulingan. Tampilan sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari biaya industri kecil penyulingan dan biaya eksportir, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual minyak nilam menggunakan beberapa asumsi yang digunakan pada industri kecil penyulingan dengan kapasitas alat penyulingan 300 kg. Pada industri kecil penyulingan, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp per kali suling; e) Harga pasar minyak nilam Rp per kg Pada eksportir, data yang diperlukan merujuk pada informasi pelaku maupun pakar, yaitu: a) Harga pasar minyak nilam murni Rp per kg; b) Biaya pengolahan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp ; c) Biaya simpan 4% dari harga minyak nilam murni, yaitu Rp ; d) Keuntungan per kg diasumsikan 5% dari harga jual minyak murni per kg, yaitu Rp ) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual minyak nilam adalah harga jual minyak nilam yang dapat menguntungkan industri kecil penyulingan dan eksportir. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam per kg Rp 1 200, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp dan harga jual minyak nilam murni per kg Rp Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu produksi total kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp , dan harga jual minyak nilam murni

34 127 Rp per kg. Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total kg nilam per tahun, harga jual nilam Rp per kg, dan harga jual minyak nilam kasar Rp per kg. Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan adalah Rp per kg, biaya pengolahan per kali suling Rp , produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp per kali suling. Jadi, HJmnk= Rp per kg Pada eksportir, harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 60 atau Rp (kurs US$1=Rp 9 000). Keuntungan eksportir diasumsikan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp per kg. Keterangan: HBmnk = HJmnm BPe - BSe KE = = Rp /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp per kg.

35 128 Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp , biaya pengolahan per kali suling Rp (merujuk biaya operasional), pendapatan Rp , produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp per kali suling Jadi, HJmnk = Rp per kg Pada eksportir, biaya operasional 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp , biaya simpan 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp , keuntungan eksportir 4% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 50 atau Rp (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): Keterangan: HBmnk = HJmnm - BPe - BSe KE = = Rp /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani tinggi, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani rendah, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp , biaya operasional per kali suling Rp (merujuk biaya operasional), pendapatan

36 129 Rp , produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling, dan keuntungan industri Rp per kali suling. Jadi, HJmnk = Rp per kg Pada eksportir, biaya operasional 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp , biaya simpan 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp , keuntungan eksportir 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 70 atau Rp (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): Keterangan: HBmnk = HJmnm - BPe - BSe KE = = Rp /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada produktivitas usahatani rendah, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp per kg. Merujuk pada Skenario 1, 2, dan 3 dari sub-model kesepakatan harga jual nilam dan sub-model harga jual minyak nilam,dilakukan validasi harga jual nilam dan minyak nilam dengan menggunakan tiga skenario.total penerimaan dan biaya operasional merujuk pada aliran kas. Biaya operasional eksportir dihitung sebagai kesepakatan harga beli minyak nilam + biaya pengolahan 5% + biaya simpan 5%. Skenario 1 Validasi kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam dilakukan dengan analisis sensitivitas terhadap margin keuntungan yang dihasilkan oleh usahatani,

37 130 industri kecil penyulingan, dan eksportir. Skenario 1 dilakukan pada produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 322, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar Rp per kg, total produksi eksportir kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp per kg. Tabel 14 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 1. Tabel 14 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp per kg No Uraian Usahatani Industri Kecil Penyulingan Eksportir 1 Penerimaan per tahun (Rp) Biaya operasional/ tahun (Rp) Margin keuntungan/tahun (Rp) Margin keuntungan / tahun (%) Skenario 2 Skenario 2 dilakukan pada produktivitas usahatani tinggi, yaitu total produksi kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 132/kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp per kg, total produksi eksportir kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp per kg. Tabel 15 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 2. Tabel 15 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp per kg No. Uraian Usahatani Industri Kecil Penyulingan Eksportir 1 Penerimaan per tahun (Rp) Biaya operasional/tahun (Rp) Margin keuntungan/tahun (Rp) Margin keuntungan/ tahun (%)

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENENTUAN KESEPAKATAN HARGA NILAM PADA RANTAI PASOK MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN KUNINGAN

OPTIMASI PENENTUAN KESEPAKATAN HARGA NILAM PADA RANTAI PASOK MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN KUNINGAN 6 Optimasi Penentuan Kesepakatan Harga..(Hendrastuti, dkk) OPTIMASI PENENTUAN KESEPAKATAN HARGA NILAM PADA RANTAI PASOK MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN KUNINGAN Hendrastuti ) Eriyatno ), Meika Syahbana Rusli

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito (jangka waktu 12 bulan) per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran

III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran Perancangan proses dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan rancangan proses produksi vanilin dari eugenol minyak daun cengkeh dan sebagai upaya peningkatan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 27 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini didahului dengan penelitian awal dan survei lapangan di PPN Kejawanan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada awal bulan Maret 2012. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci