Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau"

Transkripsi

1

2 Lampiran 3. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara Kabupaten Luas Areal (Ha) Labuhan Batu Tapanuli Selatan Simalungun Langkat Asahan Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau Kabupaten Luas Areal (Ha) Rokan Hulu Kampar Pelalawan Kuantan Singingi Indragiri Hulu Tabel 3. Luas areal terbesar 3 kabupaten provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Luas Areal (Ha) Musi Banyuasin Ogan Kemening Ilir Musi Rawas Tabel 4. Luas areal terbesar 3kabupaten provinsi Sumatera Barat Kabupaten Luas Areal (Ha) Pasaman Barat Dharmas Raya Solok Selatan 38393

3 Lampiran 4. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun Tabel 1. Luas areal perkebuanan kelapa sawit 4 provinsi terbesar (Ha) Provinsi Perkebunan Rakyat (Ha) Sumatera Utara 95, , , , , , , , , , , , , , ,699 Riau 140, , , , , , , , , , , , , , ,231 Sumatera Selatan 79,900 99, , , , , , , , , , , , , ,404 Sumatera Barat 30,712 35,319 35,819 41,599 55,747 69, , , , , , , , , ,925 Perkebunan Negara (Ha) Sumatera Utara 229, , , , , , , , , , , , , , ,206 Riau 61,006 66,497 71,745 60,088 76,796 77,164 77,473 78,785 85,566 89,720 89,720 89, ,640 74,721 72,956 Sumatera Selatan 20,463 22,305 22,305 27,209 34,760 37,902 40,780 43,658 46,750 46,892 46,892 45,690 47,499 45,193 45,551 Sumatera Barat 3,259 3,552 3,552 3,256 3,256 3,256 3,256 3,256 3,256 3,554 3,554 5,897 12,920 10,463 10,298 Perkebunan Swasta (Ha) Sumatera Utara 237, , , , , , , , , , , , , , ,072 Riau 258, , , , , , , , , , , , , , ,121 Sumatera Selatan 73,698 84,677 94, , , , , , , , , , , , ,727 Sumatera Barat 71,200 82,283 85, , , , , , , , , , , , ,180 Tabel 2. Jumlah total luas areal perkebunan kelapa sawit 4 provinsi terbesar (Ha) Provinsi Jumlah Total Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit (Ha) Sumatera Utara 562, , , , , , , , , ,853 1,040,303 1,099,641 1,108,020 1,145,205 1,190,977 Riau 460, , , , , ,646 1,047,644 1,238,106 1,319,639 1,369,413 1,356,034 1,422,772 1,528,106 1,482,355 1,522,308 Sumatera Selatan 174, , , , , , , , , , , , , , ,682 Sumatera Barat 105, , , , , , , , , , , , , , ,403

4 Lampiran 5. Grafik prakiraan luas areal perkebunan kelapa sawit. Gambar 1. Grafik prakiraan luas areal perkebunan kelapa sawit provinsi Sumatera Utara Gambar 2. Grafik prakiraan luas areal perkebunan kelapa sawit provinsi Riau

5 Gambar 3. Grafik prakiraan luas areal perkebunan kelapa sawit provinsi Sumatera Selatan Gambar 4. Grafik prakiraan luas areal perkebunan kelapa sawit provinsi Sumatera Barat

6 Lampiran 6. Contoh kuisioner pemilihan lokasi potensial pendirian industri LCM serbuk sawit. KUISIONER PENENTUAN BOBOT KRITERIA & ALTERNATIF DALAM PENENTUAN LOKASI POTENSIAL MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL Identitas Pakar Nama Pakar : Pekerjaan : Instansi : No. Telp : Petunjuk Pengisian: 1. Mohon Bapak/Ibu memberikan hanya satu skor penilaian numerik untuk masing-masing kriteria dan alternatif. 2. Jawaban dinyatakan dengan mengisi kolom bobot yang kosong dalam kuisioner dengan bobot berupa angka (1-9) yang merepresentasikan tingkat kepentingan antar kriteria yang satu terhadap kriteria yang lain dalam penentuan lokasi potensial dalam perencanaan industri serbuk sawit. PENENTUAN BOBOT KRITERIA Pada penentuan bobot kriteria ini, nilai 9 menunjukkan kriteria tersebut memiliki bobot atau tingkat kepentingan paling tinggi s/d nilai 1 menunjukkan tingkat kepentingan paling rendah. NO. KRITERIA BOBOT (1-9) 1. Ketersediaan Bahan Baku 2. Ketersediaan Tenaga Kerja 3. Ketersediaan Infrastruktur yang Baik 4. Masyarakat Sekitar yang Mendukung 5. Sudah Terbangunnya Jaringan Distribusi Biaya Peraturan Pemerintah Lokal yang Mendukung

7 PENENTUAN BOBOT ALTERNATIF UNTUK MASING-MASING KRITERIA DENGAN METODE MPE 1. Ketersediaan Bahan Baku Penilaian dari variabel ini adalah ada tidaknya sumber bahan baku pada suatu alternatif lokasi atau jauh tidaknya sumber bahan baku dengan alternatif lokasi. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang terdapat sumber bahan baku atau dekat dengan sumber bahan baku. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Langkat 8. Kabupaten Musi Banyuasin 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya 2. Ketersediaan Tenaga Kerja Penilaian dari variabel ini adalah banyak tidaknya tenaga kerja yang tersedia pada suatu alternatif lokasi dan mahal tidaknya gaji tenaga kerja pada daerah tersebut. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang terdapat banyak tenaga kerja dan berbiaya minimum untuk gaji pekerjanya. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya

8 3. Ketersediaan Infrastruktur yang Baik Penilaian dari variabel ini adalah baik tidaknya kondisi infrastruktur pada suatu alternatif lokasi. Infrastuktur meliputi jalan, fasilitas air, fasilitas listrik, dan jaringan komunikasi. Alternatif lokasi yang baik adalah yang memiliki lokasi infrasturktur memadai NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya 4. Masyarakat Sekitar yang Mendukung Penilaian dari variabel ini adalah kondusif tidaknya budayadan kebiasaan masyarakat yang tinggal pada suatu alternatif lokasi. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang masayarakatnya mendukung berdirinya suatu industri baru. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya

9 5. Sudah Terbangunnya Jaringan Distribusi Penilaian dari variabel ini adalah sudah terbangun tidaknya jaringan distibusi produk pertanian pada suatu alternatif lokasi. Jarignan distribusi ini mencakup ada tidaknya jaringan distributor pada daerah tersebut dan mudah tidaknya akses keluar masuk produk dan barang dari dan ke alternatif lokasi tersebut. Alternatif lokasi yang baik adalah yang sudah terbangun jaringan distribusi dengan baik dan akses keluar masuk produk dan barang mudah. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya 6. Peraturan Pemerintah Lokal yang Mendukung Penilaian dari variabel ini adalah kondusif tidaknya sikap Pemerintah Lokal terhadapa pembangunan industri. Sikap Pemerintah Lokal ini mencakup kemudahan prosedur perizinan usaha, perpajakan, dan peraturan lainnya. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang Pemerintah lokalnya mendukung untuk pembangunan industri. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya

10 7. Biaya Penilaian dari variabel ini adalah besar tidaknya efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk membangun industri pada suatu alternatif lokasi. Biaya ini mencakup biaya pembanguna fisik industri, biaya perizinan usaha, biaya tenaga kerja dan semua aspek yang membuthkan pembiayaan. Alternatif lokasi yang baik adalah lokasi yang mendukung efisiensi biaya yang besar. NO. ALTERNATIF BOBOT 1. Kabupaten Rokan Hulu 2. Kabupaten Kampar 3. Kabupaten Pelalawan 4. Kabupaten Labuhan Batu 5. Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Kabupaten Simalungun 7. Kabupaten Musi Banyuasin 8. Kabupaten Ogan Kemening Ilir 9. Kabupaten Pasaman Barat 10. Kabupaten Dharmas Raya

11 Lampiran 7. Tabel asumsi untuk analisis finansial industri LCM serbuk sawit. NO VARIABEL ASUMSI NILAI SATUAN 1 Umur proyek 10 Tahun 2 Hari kerja per bulan 26 Hari 3 Bulan kerja per tahun 12 Bulan 4 Jumlah hari kerja per tahun 312 Hari 5 Nilai sisa bangunan dari nilai awal 50 % 6 Nila sisa tanah dari nilai awal 100 % 7 Nilai sisa mesin dan peralatan dari nilai awal 10 % 8 Nilai sisa kendaraan 20 % 9 Umur ekonomis peralatan kantor, serta kendaraan 5 Tahun 10 Umur ekonomis mesin dan peralatan 5 Tahun 11 Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan dari harga 0.5 % 12 Asuransi Asset 0.5 % 13 Kapasitas produksi setahun 160,000 Kg/tahun Target kapasitas produksi: a. Tahun 1 80 % b. Tahun 2 90 % c. Tahun 3 dan seterusnya 100 % Kapasitas produksi sebulan Kg/bulan Kapasitas produksi sehari 513 Kg/hari 14 Bahan baku : Berat kotor/pohon 1,280 Kg/batang Bagian pohon yang tidak bisa di gunakan 5 % Berat Serbuk yang dihasilkan perbatang 325 Kg/batang Jumlah karung yang bisa dihasilkan/pohon 13 Karung 15 Harga jual 4,625 Kg 16 Discount factor (bank BRI) 12 % 17 Kebutuhan bahan bakar : Solar 420 Liter/hari BBM 15 Liter/hari 18 Kontingensi 5 % 19 Jumlah kemasan yang dibutuhkan per bulan 533 Unit 20 Harga kemasan 21 Pajak Kemasan karung plastik 25 kg 800 Rupiah/unit a. Pajak penghasilan badan (PPh 30) 30 % b. Pajak bumi dan bangunan 2.5 % c. Pajak kendaraan 1.4 % 22 Margin untuk harga jual LCM serbuk sawit 1 batang menghasilkan produk LCM 325 Kg/batang 1 x tebang = 1ha =150 batang kg/150 batang produk yg dihasilkan dari 1 hektar selama 1 bulan 48,750 kg/150 batang produk yang dihasilkan dalam 1 hari 1,875 kg/150 batang produk dalam kemasan 25 kg/hari 75 kemasan 1 hektar = 1bulan margin = 20%

12 Lampiran 8. Struktur pembiayaan bunga terhadap bank. Jenis kredit Kebutuhan investasi Modal sendiri Pinjaman Modal investasi tetap (559,298,250) 300,000, ,298,250 Modal kerja 140,701,750 Jumlah (559,298,250) 300,000, ,000,000 Angsuran modal investasi tetap Tahun Jumlah kredit Angsuran pokok bunga Jumlah angsuran 0 259,298, ,298,250 43,216,375 31,115,790 74,332, ,081,875 43,216,375 25,929,825 69,146, ,865,500 43,216,375 20,743,860 63,960, ,649,125 43,216,375 15,557,895 58,774, ,432,750 43,216,375 10,371,930 53,588, ,216,375 43,216,375 5,185,965 48,402, Jumlah 259,298, ,905, ,203,515 Angsuran modal kerja Tahun Jumlah kredit Angsuran pokok bunga jumlah angsuran 0 140,701, ,701,750 35,175,438 16,884,210 52,059, ,526,313 35,175,438 12,663,158 47,838, ,350,875 35,175,438 8,442,105 43,617, ,175,438 35,175,438 4,221,053 39,396, Jumlah 140,701,750 42,210, ,912,275

13 Lampiran 9. Perincian biaya investasi. NO. KOMPONEN JUMLAH SATUAN 1 BIAYA PRA INVESTASI HARGA SATUAN (Rp) Nilai total (Rp) NILAI SISA a. Perizinan 1 Paket 20,000,000 20,000,000 - b. Studi kelayakan 1 Paket 15,000,000 15,000,000 - TOTAL 1 35,000,000-2 TANAH DAN BANGUNAN Tanah 658 m 2 100,000 65,800,000 65,800,000 Bangunan 458 m 2 285,000, ,500,000 TOTAL 2 350,800, ,300,000 3 FASILITAS PENUNJANG a. Instalasi telepon 1 Paket 500, ,000 - b. instalasi listrik 1 Paket 4,000,000 4,000,000 - c. Instalasi mesin 1 Paket 4,000,000 4,000,000 - d. Instalasi air 1 Paket 800, ,000-4 MESIN, PERALATAN DAN KENDARAAN 4.1. Mesin produksi TOTAL 3 9,300,000 - a. Hammer mills 2 Unit 27,520,000 55,040,000 5,504,000 b. Mesin penjahit karung 1 Unit 475, ,000 47,500 c. Chain saw 3 Unit 3,800,000 11,400,000 1,140,000 d. Oven mini lab 1 Unit 500, ,000 50, Perlengkapan utilitas a. Tangki bahan bakar 1 Unit 150, ,000 15,000 b. Tabung pemadam kebakaran 1 Unit 400, ,000 40, Kendaraan b. Mobil kantor 1 Unit 55,000,000 55,000,000 11,000, Peralatan mini lab 1 Paket 300, ,000 30,000 TOTAL 4 123,265,000 17,826,500 5 Alat kantor a. Komputer 3 Unit 4,000,000 12,000,000 1,200,000 b. Meja kursi kantor 3 Unit 500,000 1,500, ,000 c. Pesawat telepon 1 Unit 300, ,000 30,000 e. Peralatan kantor 1 Paket 500, ,000 50,000 TOTAL 5 14,300,000 1,430,000 TOTAL 1,2,3,4,5 (Modal tetap) 532,665, ,556,500 Kontingensi 5 % 26,633,250 Bunga selama pembangunan 48,000,000 TOTAL INVESTASI 607,298,250

14 Lampiran 10. Tabel depresiasi dan modal kerja. NO. MODALKERJA NILAI 1 Sisa Uang TOTAL MODAL Rp 140,701,750 Rp 140,701,750 NO. JENIS NILAI AWAL UMUR NILAI SISA PENYUSUTAN 1 Tanah 65,800, ,800,000 2 Bangunan 285,000, ,500,000 14,250,000 3 Mesin dan Peralatan 68,265, ,826,500 12,287,700 4 Alat Kantor 14,300, ,430,000 2,574,000 5 Kendaraan 55,000, ,000,000 8,800,000 TOTAL 488,365, ,556,500 37,911,700

15 Lampiran 11. Tabel total penjualan LCM serbuk sawit. Produk Kapasitas per hari Deskripsi Satuan Harga jual per satuan Total Penjualan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Serbuk Kayu 513 kg/hari Rp 4, ,207, ,233, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259,000 Total 592,207, ,233, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259,000

16 Lampiran 12. Rincian biaya operasional. No. A. Biaya Tetap 1 Biaya produksi tetap Deskripsi Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Biaya Satuan per tahun (Rp) Total (Rp) a. Listrik (non mesin) 1 per bulan 600,000 7,200,000 7,200,000 Solar 420 liter/bulan 3,780,000 45,360,000 45,360,000 LPG 30 kg/bulan 195,000 2,340,000 2,340,000 d. Gaji manajer produksi dan QC 1 orang/bulan 2,000,000 24,000,000 24,000,000 Subtotal 78,900,000 2 Biaya pemasaran tetap a. Promosi 1 perbulan 2,000,000 24,000,000 24,000,000 b. Gaji manajer 1 orang/bulan 2,000,000 24,000,000 24,000,000 c. Gaji bagian pemasaran Staff pemasaran 2 orang/bulan 1,500,000 18,000,000 36,000,000 Subtotal 84,000,000 3 biaya administrasi umum tetap a. Gaji pegawai tetap non produksi direktur 1 orang/bulan 3,500,000 42,000,000 42,000,000 manajer logistik,admin,keuangan 1 orang/bulan 2,000,000 24,000,000 24,000,000 staff administrasi dan logistik 2 orang/bulan 1,100,000 13,200,000 26,400,000 staff keuangan 1 orang/bulan 1,500,000 18,000,000 18,000,000 security 2 orang/bulan 500,000 6,000,000 12,000,000 sopir 2 orang/bulan 400,000 4,800,000 9,600,000 b. Internet 1 per bulan 500,000 6,000,000 6,000,000 c. telepon dan fax 1 per bulan 500,000 6,000,000 6,000,000 d. alat tulis kantor 1 paket 200,000 2,400,000 2,400,000 e. Pbb (2.5%) 1 paket 8,770,000 8,770,000 Subtotal 155,170,000 4 Penyusutan 1 per tahun 37,911,700 37,911,700 37,911,700 Subtotal 37,911,700 5 Pemeliharaan 1 per tahun 2,441,825 2,441,825 2,441,825 Subtotal 2,441,825 6 Asuransi 1 per tahun 2,441,825 2,441,825 2,441,825 Subtotal 2,441,825 TOTAL BIAYA TETAP 360,865,350 B Biaya variabel 1 Biaya produksi b. Biaya kemasan karung plastik 25 kg 533 unit/bulan 426,667 5,120,000 5,120,000 c. Gaji tenaga kerja langsung Laboran 2 orang/bulan 750,000 9,000,000 18,000,000 Operator 3 orang/bulan 800,000 9,600,000 28,800,000 Buruh 7 orang/bulan 400,000 4,800,000 33,600,000 d. Biaya penyewaan truk angkut 3 unit/bulan 400,000 4,800,000 14,400,000 e. Listrik (mesin) 5,208 kwh/bulan 6,249,600 74,995,200 74,995,200 f. Bahan bakar Bensin 100 liter/bulan 900,000 10,800,000 10,800,000 Subtotal 185,715,200 TOTAL BIAYA VARIABEL 185,715,200 TOTAL BIAYA TETAP DAN VARIABEL 546,580,550

17 Lampiran 13. Perhitungan total biaya operasi pabrik. NO. Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 1 BIAYA TETAP Biaya Produksi Tetap 63,120,000 71,010,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 78,900,000 Biaya Pemasaran Tetap 67,200,000 75,600,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 Biaya Administrasi Umum 124,136, ,653, ,170, ,170, ,170, ,170, ,170, ,170, ,170, ,170,000 Biaya Pemeliharaan 1,953,460 2,197,643 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 Biaya Asuransi 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 2,441,825 Biaya Penyusutan 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 BUNGA a. Modal investasi tetap 31,115,790 25,929,825 20,743,860 15,557,895 10,371,930 5,185, b. Modal kerja 16,884,210 12,663,158 8,442,105 4,221, TOTAL BIAYA TETAP 344,762, ,407, ,051, ,644, ,237, ,051, ,865, ,865, ,865, ,865,350 2 BIAYA VARIABEL Biaya Pengemasan 4,096,000 4,608,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 5,120,000 Biaya Gaji Tenaga Kerja Langsung 64,320,000 72,360,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 80,400,000 Biaya sewa 11,520,000 12,960,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 Biaya Utilitas 68,636,160 77,215,680 85,795,200 85,795,200 85,795,200 85,795,200 85,795,200 85,795,200 85,795,200 85,795,200 TOTAL BIAYA VARIABLE 148,572, ,143, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715,200 TOTAL BIAYA 493,335, ,550, ,766, ,359, ,952, ,766, ,580, ,580, ,580, ,580,550

18 Lampiran 14. Proyeksi laba rugi. Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% PENJUALAN BERSIH 592,207, ,233, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259, ,259,000 PENDAPATAN LAIN (BIAYA PENEBANGAN) 180,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 PENGELUARAN A. BIAYA TETAP 344,762, ,407, ,051, ,644, ,237, ,051, ,865, ,865, ,865, ,865,350 B. BIAYA VARIABEL 148,572, ,143, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715, ,715,200 TOTAL PENGELUARAN 493,335, ,550, ,766, ,359, ,952, ,766, ,580, ,580, ,580, ,580,550 LABA KOTOR (LABA SEBELUM PAJAK) 278,872, ,682, ,492, ,899, ,306, ,492, ,678, ,678, ,678, ,678,450 PAJAK (30%) 66,161,617 76,004,681 85,847,746 88,669,851 91,491,956 93,047,746 94,603,535 94,603,535 94,603,535 94,603,535 LABA BERSIH 212,710, ,677, ,644, ,229, ,814, ,444, ,074, ,074, ,074, ,074,915 pajak penghasilan tahun 1 (80%) pajak penghasilan tahun 5 (100%) 10% 50,000,000 5,000,000 10% 50,000,000 5,000,000 15% 50,000,000 7,500,000 15% 50,000,000 7,500,000 30% 178,872,055 53,661,617 30% 263,306,520 78,991,956 Total 66,161,617 Total 91,491,956 pajak penghasilan tahun 2 (90%) pajak penghasilan tahun 6 (100%) 10% 50,000,000 5,000,000 10% 50,000,000 5,000,000 15% 50,000,000 7,500,000 15% 50,000,000 7,500,000 30% 211,682,270 63,504,681 30% 268,492,485 80,547,746 Total 76,004,681 Total 93,047,746 pajak penghasilan tahun 3 (100%) pajak penghasilan tahun 7 dst (100%) 10% 50,000,000 5,000,000 10% 50,000,000 5,000,000 15% 50,000,000 7,500,000 15% 50,000,000 7,500,000 30% 244,492,485 73,347,746 30% 273,678,450 82,103,535 Total 85,847,746 Total 94,603,535 pajak penghasilan tahun 4 (100%) 10% 50,000,000 5,000,000 15% 50,000,000 7,500,000 30% 253,899,503 76,169,851 Total 88,669,851

19 Lampiran 15. Proyeksi arus kas. Komponen Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Penerimaan Bersih Laba bersih - 212,710, ,677, ,644, ,229, ,814, ,444, ,074, ,074, ,074, ,074,915 Penyusutan - 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 37,911,700 Nilai sisa ,556,500 Modal sendiri 300,000, Modal pinjaman 259,298, Subtotal 559,298, ,622, ,589, ,556, ,141, ,726, ,356, ,986, ,986, ,986, ,543,115 Pengeluaran Bersih Investasi + bunga sebelum pembangunan 607,298, Modal kerja - 140,701, Angsuran modal investasi tetap 43,216,375 43,216,375 43,216,375 43,216,375 43,216,375 43,216, Angsuran modal kerja 35,175,438 35,175,438 35,175,438 35,175,438 Subtotal 607,298, ,093,563 78,391,813 78,391,813 78,391,813 43,216,375 43,216, Arus Kas Bersih (48,000,000) 31,528, ,197, ,164, ,749, ,509, ,140, ,986, ,986, ,986, ,543,115 Kas Awal Tahun - (48,000,000) (16,471,424) 178,726, ,890, ,640, ,150,108 1,158,290,172 1,475,276,787 1,792,263,402 2,109,250,017

20 Lampiran 16. Proyeksi kelayakan investasi. Tahun Bt-Ct Akumulasi DF (12%) PV 0 (607,298,250) (607,298,250) 1 (607,298,250) 1 31,528,576 (575,769,674) ,150, ,197,477 (380,572,198) ,610, ,164,627 (162,407,571) ,285, ,749,539 62,341, ,832, ,509, ,851, ,224, ,140, ,991, ,861, ,986, ,978, ,388, ,986,615 1,232,965, ,025, ,986,615 1,549,951, ,308, ,543,115 2,094,494, ,328,309 NPV 723,717,481 Kriteria Nilai NPV 723,717,481 IRR 30% Net B/C 2.19 PBP (Tahun) 3.8

21 Lampiran 17. Analisis sensitivitas I pengurangan kapasitas produksi. Biaya Investasi NO. KOMPONEN JUMLAH SATUAN 1 BIAYA PRA INVESTASI HARGA SATUAN (Rp) Nilai total (Rp) NILAI SISA a. Perizinan 1 Paket 20,000,000 20,000,000 - b. Studi kelayakan 1 Paket 15,000,000 15,000,000 - TOTAL 1 35,000,000-2 TANAH DAN BANGUNAN Tanah 558 m 2 100,000 55,800,000 55,800,000 Bangunan 358 m 2 235,000, ,500,000 TOTAL 2 290,800, ,300,000 3 FASILITAS PENUNJANG a. Instalasi telepon 1 Paket 500, ,000 - b. instalasi listrik 1 Paket 4,000,000 4,000,000 - c. Instalasi mesin 1 Paket 4,000,000 4,000,000 - d. Instalasi air 1 Paket 800, ,000-4 TOTAL 3 9,300,000 - MESIN, PERALATAN DAN KENDARAAN 4.1. Mesin produksi a. Hammer mills 1 Unit 27,520,000 27,520,000 2,752,000 b. Mesin penjahit karung 1 Unit 475, ,000 47,500 c. Chain saw 3 Unit 3,800,000 11,400,000 1,140,000 d. Oven mini lab 1 Unit 500, ,000 50, Perlengkapan utilitas a. Tangki bahan bakar 1 Unit 150, ,000 15,000 b. Tabung pemadam kebakaran 1 Unit 400, ,000 40, Kendaraan b. Mobil kantor 1 Unit 55,000,000 55,000,000 11,000, Peralatan mini lab 1 Paket 300, ,000 30,000 TOTAL 4 95,745,000 15,074,500 5 Alat kantor a. Komputer 3 Unit 4,000,000 12,000,000 1,200,000 b. Meja kursi kantor 3 Unit 500,000 1,500, ,000 c. Pesawat telepon 1 Unit 300, ,000 30,000 e. Peralatan kantor 1 Paket 500, ,000 50,000 TOTAL 5 14,300,000 1,430,000 TOTAL 1,2,3,4,5 (Modal tetap) 445,145, ,804,500 Kontingensi 5 % 22,257,250 Bunga selama pembangunan 36,000,000 TOTAL INVESTASI 503,402,250

22 Biaya Operasional NO. Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 1 BIAYA TETAP Biaya Produksi Tetap 51,168,000 57,564,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 63,960,000 Biaya Pemasaran Tetap 67,200,000 75,600,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 Biaya Administrasi Umum 122,936, ,303, ,670, ,670, ,670, ,670, ,670, ,670, ,670, ,670,000 Biaya Pemeliharaan 1,603,380 1,803,803 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 Biaya Asuransi 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 2,004,225 Biaya Penyusutan 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 30,458,100 BUNGA a. Modal investasi tetap 20,088,270 16,740,225 13,392,180 10,044,135 6,696,090 3,348, b. Modal kerja 15,911,730 11,933,798 7,955,865 3,977, TOTAL BIAYA TETAP 311,369, ,407, ,444, ,118, ,792, ,444, ,096, ,096, ,096, ,096,550 2 BIAYA VARIABEL Biaya Pengemasan 2,048,000 2,304,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 2,560,000 Biaya Gaji Tenaga Kerja Langsung 56,640,000 63,720,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 70,800,000 Biaya sewa 11,520,000 12,960,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 Biaya Utilitas 29,111,040 32,749,920 36,388,800 36,388,800 36,388,800 36,388,800 36,388,800 36,388,800 36,388,800 36,388,800 TOTAL BIAYA VARIABLE 99,319, ,733, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148,800 TOTAL BIAYA 410,688, ,141, ,593, ,267, ,941, ,593, ,245, ,245, ,245, ,245,350

23 Proyeksi Laba Rugi Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% PENJUALAN BERSIH 410,688, ,024, ,360, ,360, ,360, ,360, ,360, ,360, ,360, ,360,000 PENDAPATAN LAIN (BIAYA PENEBANGAN) 180,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 PENGELUARAN A. BIAYA TETAP 311,369, ,407, ,444, ,118, ,792, ,444, ,096, ,096, ,096, ,096,550 B. BIAYA VARIABEL 99,319, ,733, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148, ,148,800 TOTAL PENGELUARAN 410,688, ,141, ,593, ,267, ,941, ,593, ,245, ,245, ,245, ,245,350 LABA KOTOR (LABA SEBELUM PAJAK) 179,999, ,882, ,766, ,092, ,418, ,766, ,114, ,114, ,114, ,114,650 PAJAK (30%) 36,499,777 41,264,879 46,029,982 48,227,775 50,425,568 51,429,982 52,434,395 52,434,395 52,434,395 52,434,395 LABA BERSIH 143,499, ,618, ,736, ,864, ,992, ,336, ,680, ,680, ,680, ,680,255

24 Kriteria Kelayakan Tahun Bt-Ct Akumulasi DF (12%) PV 0 (503,402,250) (503,402,250) 1 (503,402,250) 1 (19,689,984) (523,092,234) 0.89 (17,580,343) 2 124,026,339 (399,065,896) ,873, ,144,911 (263,920,985) ,193, ,273,095 (123,647,889) ,146, ,550,717 54,902, ,314, ,894, ,797, ,646, ,138, ,935, ,508, ,138, ,073, ,275, ,138, ,212, ,138, ,942,855 1,270,155, ,092,869 NPV 342,206,175 Kriteria Nilai NPV 342,206,175 IRR 22% Net B/C 1.68 PBP (Tahun) 4.7

25 Lampiran 18. Analisis sensitivitas II penurunan harga jual 20.7 persen. Tahun Bt-Ct Akumulasi DF (12%) PV 0 (607,298,250) (607,298,250) 1 (607,298,250) 1 (109,103,028) (716,401,278) 0.89 (97,413,418) 2 36,986,922 (679,414,356) ,485, ,375,122 (637,039,233) ,161, ,960,034 (588,079,199) ,114, ,720,384 (497,358,815) ,477, ,350,560 (403,008,255) ,800, ,197,110 (261,811,145) ,870, ,197,110 (120,614,035) ,027, ,197,110 20,583, ,917, ,753, ,336, ,728,793 NPV (224,127,612) Kriteria Nilai NPV (224,127,612) IRR 6% Net B/C 0.63 PBP (Tahun) 10.5

26 Lampiran 19. Analisis sensitivitas III penurunan harga jual 20.8 persen. Tahun Bt-Ct Akumulasi DF (12%) PV 0 (607,298,250) (607,298,250) 1 (607,298,250) 1 (109,461,553) (716,759,803) 0.89 (97,733,530) 2 36,583,581 (680,176,222) ,164, ,926,965 (638,249,257) ,842, ,511,878 (589,737,379) ,830, ,272,227 (499,465,152) ,222, ,902,403 (405,562,749) ,573, ,748,953 (264,813,795) ,667, ,748,953 (124,064,842) ,846, ,748,953 16,684, ,755, ,305, ,989, ,584,499 NPV (226,544,043) Kriteria Nilai NPV (226,544,043) IRR 6% Net B/C 0.63 PBP (Tahun) 10.5

27 Lampiran 20. Analisis sensitivitas IV penurunan harga jual 10 persen. Tahun Bt-Ct Akumulasi DF (12%) PV 0 (607,298,250) (607,298,250) 1 (607,298,250) 1 (72,085,276) (679,383,526) 0.89 (64,361,854) 2 78,631,893 (600,751,633) ,684, ,647,312 (512,104,322) ,097, ,232,224 (416,872,097) ,521, ,992,574 (279,879,524) ,733, ,622,749 (139,256,774) ,243, ,469,300 48,212, ,801, ,469, ,681, ,715, ,469, ,151, ,603, ,025, ,176, ,627,200 NPV 25,368,897 Kriteria Nilai NPV 25,368,897 IRR 13% Net B/C 1.04 PBP (Tahun) 7.0

28 Lampiran 21. Halaman informasi petunjuk penggunaan sistem. Gambar 1. Tampilan halaman informasi petunjuk penggunaan model pemilihan lokasi Gambar 2. Tampilan halaman informasi petunjuk penggunaan model prakiraan bahan baku Gambar 3. Tampilan halaman informasi petunjuk penggunaan model penjadwalan penebangan Gambar 4. Tampilan halaman informasi petunjuk penggunaan model analisis kelayakan fianansial

29 Lampiran 22. Tampilan halaman isi model teknis teknologis. Gambar 1. Tampilah halaman informasi diagram alir proses pembuatan serbuk sawit Gambar 2. Tampilah halaman informasi mesin dan alat

30 Gambar 3. Tampilan halaman perhitungan neraca massa Gambar 4. Tampilan halaman informasi keterkaitan ruang

31 Gambar 5. Tampilan halaman informasi diagram keterkaitan antar ruang dan nilai TCR Gambar 6. Tampilan halaman informasi kebutuhan ruang produksi dan luasan pabrik

32 Gambar 7. Tampilan halaman informasi layout pabrik

33 Lampiran 23. Contoh 150 data random kondisi kebun kelapa sawit No. Kebun Umur Ekonomis (tahun) Produktivitas (ton/tahun) Infeksi Ganoderma

34 No. Kebun Umur Ekonomis (tahun) Produktivitas (ton/tahun) Infeksi Ganoderma

35 No. Kebun Umur Ekonomis (tahun) Produktivitas (ton/tahun) Infeksi Ganoderma

36 No. Kebun Umur Ekonomis (tahun) Produktivitas (ton/tahun) Infeksi Ganoderma Keterangan: Produksi di lapangan Produktivitas Usia produktif Produktivitas baik Infeksi Ganoderma : rata-rata produksi TBS kg/ha/bln : rata rata produksi TBS/bln jumlah pokok produktif : tahun : > 15 ton TBS/hektar/tahun : 1 = infeksi, 0 = tidak terinfeksi

37 Lampiran 24. Hasil clustering 150 data kondisi perkebunan kelapa sawit. No. Kebun Klaster 1 Klaster 2 Klaster

38 Klaster 1 Klaster 2 Klaster

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan LAMPIRAN 85 Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan Cokelat batangan Kemasan cokelat batangan Kemasan tanpa cokelat batangan Tampak depan dengan cokelat batangan Tampak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009)

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009) Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 29) Pohon Gambir Daun Gambir Ranting Gambir Muda Batang Gambir Tua Kompos (Dari Daun Sisa Gambir Asalan Kayu Bakar Pelet Kayu Gambir untuk Menginang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah hari kerja per tahun Hari 338 5 Nilai sisa

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

V. PERENCANAAN INDUSTRI

V. PERENCANAAN INDUSTRI V. PERENCANAAN INDUSTRI A. Analisis Pasar dan Pemasaran Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, beberapa hal yang diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual L A M P I R A N Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702-2004 690.964-14,45 2005 640.316-7,33 2006 650.316 1,56 2007 1.016.177 56,26 2008

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI SISTEM

VI. IMPLEMENTASI SISTEM VI. IMPLEMENTASI SISTEM Tahap akhir dalam proses pengembangan perangkat lunak adalah implementasi sistem. Implementasi sistem merupakan tahap merubah desain arsitektur sistem menjadi sebuah perangkat lunak.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual Jenis mutu Pengikisan Asal kulit Warna Rasa Panjang Vera AA Bersih dan licin Batang, diameter Kuning atau Tidak terlalu Min. 10 cm dengan gulungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Budidaya Jamur Tiram Siklus Tanam Pertama Tahun 2014

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Budidaya Jamur Tiram Siklus Tanam Pertama Tahun 2014 42 LAMPIRAN Lampiran. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Budidaya Jamur Tiram Siklus Tanam Pertama Tahun 204 Uraian Volume Harga Satuan Jumlah -----------------------Rp---------------------.Biaya Variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku

Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku LAMPIRAN 65 Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku 66 Lampiran 2. Diagram Use Case Penjadwalan Wilayah Bahan Baku 67 Lampiran 3. Diagram Use Case Kendali Administrator dan Informasi Biopellet

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN Mengelola keuangan suatu usaha bukan hanya dilakukan oleh usaha yang besar saja, tetapi usaha kecil dan menengah juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Kuesioner SKB A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ASG B. Aspek

Lebih terperinci

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Karakteristik Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit... 10 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit... 11 3. Konversi Energi Biogas... 15 4. Produksi Kelapa Sawit Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Keterangan Tahunan Aktiva tetap Seragam Rp 1,100,000 Mesin kasir Rp 3,500,000 Telepon Rp 150,000 Meja kayu panjang Rp 7,500,000 Sofa Rp

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses)

CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses) 115 CONTOH PERHITUNGAN PRODUKSI UNTUK TAHUN KE-1 Kapasitas Terpasang Gula Rafinasi KPT yang digunakan untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar 500.000 ton/tahun. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 I.2. Identifikasi Masalah. 3 I.3. Rumusan Masalah.. 4 I.4. Tujuan Penelitian. 4 I.5.

Lebih terperinci

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan Petani Kelapa Pengumpul/ AgenKelapa Pelaku Pengolah Kopra Pelaku Pengolah Kopra+Arang Pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian. A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir :

Lampiran 1. Kuesioner penelitian. A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner penelitian A. Identitas Pemilik Nama : Alamat rumah : Tempat/ Tanggal lahir : Pendididkan Terakhir : B. Identitas Usaha Nama Usaha : Nama Pemilik : Bidang Usaha : Jumlah

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Analisis kelayakan pendirian industri bioinsektisda Bta di Bogor merupakan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari tahap pra invetasi pada proyek pembangunan industri

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel VI.1 Kebutuhan Dana Komponen Investasi Jumlah Aktiva Tetap Peralatan: Komputer + Printer (2 set X Rp. 5.000.000) Rp. 10.000.000 Meja

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN.. i iii iv v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Identifikasi Masalah. 8 1.3. Rumusan Masalah.. 9 1.4. Tujuan Penelitian.

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi L A M P I R A N 17 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi I. IDENTITAS RESPONDEN No. Pertanyaan Jawaban 1 Nama 2 Usia tahun 3 Jenis Kelamin (1) Laki-laki (2) Perempuan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA KONSEP BIAYA Biaya adalah sesuatu akibat yang diukur dalam nilai uang yang mungkin timbul dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya adalah

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) RENCANA USAHA 1 ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk/jasa 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi. Class Levels Values

Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi. Class Levels Values 63 Lampiran 1 Hasil ANOVA dan Uji Lanjut Duncan untuk pengaruh homogenisasi terhadap stabilitas emulsi Class Levels s factor 1 factor 3 3 Rpm10000 Rpm8000 Rpm6000 Waktu1 Waktu3 Waktu4 Source DF Sum of

Lebih terperinci

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit) ASPEK PEMASARAN A. Gambaran Umum Pasar 1. Jenis Permintaan terhadap produk 2. Segmen Pasar 3. Wilayah pemasaran/ pasar sasaran (contoh: kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya, dsb.) B. Permintaan 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

INDUSTRI PEMBUATAN CHIP ALKALI TREATED CARAGENAN (ATC)

INDUSTRI PEMBUATAN CHIP ALKALI TREATED CARAGENAN (ATC) INDUSTRI PEMBUATAN CHIP ALKALI TREATED CARAGENAN (ATC) Gambar 1.1. Gracilaria sp. Gambar 1.2. Eucheuma sp. Cleaned & Wash Seaweed Potassium Hydroxide Extraction Recycle Water Washng

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN - 2 Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak

KEWIRAUSAHAAN - 2 Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: LAPORAN KEUANGAN Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS

PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS Mayang Hadi Ratnawati ABSTRAKSI ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Studi Kasus Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Kl Kelayakan, Johar Aifi Arifin & Akhmad Fauzi Studi Kasus: Penilaian Kelayakan Investasi di bidang usaha transportasi Berdasarkan data data yang

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perkebunan kelapa sawit yang membentang luas dengan produktivitasnya yang tinggi secara otomatis menghasilkan limbah kayu yang tinggi ketika masa panen

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN 94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI LIQUID AIR SEPARATION DI BATAM

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI LIQUID AIR SEPARATION DI BATAM ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI LIQUID AIR SEPARATION DI BATAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri DISUSUN OLEH: Yogi Kuswandi 07 06 05162

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci