VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut dari aspek finansial digunakan kriteria kelayakan investasi. Kriteria kelayakan investasi yang dapat digunakan diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback period (PP). Analisis kriteria kelayakan investasi tersebut menggunakan arus kas (cash flow) untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis. Selain menyusun cash flow, dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis laba rugi. Dari hasil analisis laba rugi dapat diketahui jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan yang akan mempengaruhi cash flow perusahaan yaitu sebagai pengurang atas manfaat bersih (net benefit) yang diterima perusahaan. Selain itu, melalui laporan laba rugi dapat dihitung Break Even Point (BEP) dan Harga Pokok Produksi (HPP) yang berguna dalam pengelolaan bisnis. Peternakan Maju Bersama dihadapkan pada adanya kemungkinan perubahan variabel yang mempengaruhi cash flow. Perusahaan perlu mengetahui sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi aliran kas yang pada akhirnya mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan pada variabel input dan output hingga saat ini memang belum terjadi karena usaha masih relatif baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan terhadap variabel yang berpotensi mempengaruhi kelayakan usaha apabila terjadi perubahan dalam jumlah tertentu misalnya adanya peningkatan harga pakan broiler, peningkatan harga bibit, penurunan harga jual karkas, dan penurunan volume produksi Proyeksi Arus Kas (Cash flow) Aktivitas dalam bisnis diantaranya dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Aliran penerimaan dan pengeluaran tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow). Suatu aliran kas (cash flow) terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan 88

2 bisnis. Unsur-unsur dalam cash flow diantaranya, inflow (arus kas mauk), outflow (arus kas keluar), dan manfaat bersih Arus Kas Masuk Arus kas masuk adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan proyek. Pada Peternakan Maju Bersama penerimaan berasal dari produk utama, produk sampingan, limbah produksi, dan nilai sisa. Produk utama perusahaan berupa karkas itik pedaging lengkap dengan kepala dan ceker sedangkan produk sampingan berupa ati ampela dan limbah produksi berupa pupuk kandang. Nilai sisa berasal dari peralatan investasi atau reinvestasi yang tidak habis dipakai selama umur bisnis Penerimaan Penjualan Karkas Pada Peternakan Maju Bersama karkas dijual dalam satuan ekor dengan ukuran satu kilogram per ekor. Harga jual karkas yaitu sebesar Rp ,00 per ekor. Pada tahun ke-2 sampai ke-5 produksi itik diproyeksikan sebanyak lima siklus produksi per tahun. Dalam satu siklus produksi, itik yang dibudidayakan sesuai dengan kapasitas kandang yaitu ekor. Tingkat kelangsungan hidup itik diperkirakan sebesar 75 persen sehingga besarnya itik yang dipanen ekor dikalikan 75 persen yaitu ekor per siklus produksi. Dalam satu tahun dilakukan lima siklus produksi sehingga itik yang dipanen sebanyak ekor per tahun. Harga satuan itik sebesar Rp ,00 sehingga penerimaan pada tahun ke-2 sampai ke-5 sebesar Rp ,00 per ekor dikalikan ekor hasilnya yaitu Rp ,00 per tahun. Proyeksi Jumlah Produksi dan Panen Itik Peternakan Maju Bersama per siklus produksi per tahun dari tahun ke-2 hingga ke-5 dapat dilihat pada Tabel

3 Tabel 12. Proyeksi Produksi dan Panen Itik Tahun ke-2 hingga ke-5 Produksi ke- Jumlah Produksi (Ekor) SR (%) Jumlah Panen Tahun ke Total Panen (Ekor) Harga karkas per ekor (Rp) Nilai Penerimaan (Rp) Pada tahun ke-1 produksi yang dapat dilakukan sebanyak empat siklus produksi. Sama seperti pada tahun ke-2 sampai ke-5 jumlah itik yang dibudidayakan dalam satu siklus produksi yaitu ekor sehingga dalam satu tahun diproyeksikan dapat membudidayakan itik sebanyak ekor. Dengan tingkat kelangsungan hidup itik sebesar 75 persen, maka itik yang berhasil dipanen dan dijual sebesar ekor. Harga jual sebesar Rp persatuan sehingga penerimaan pada tahun ke-1 yaitu ekor dikalikan Rp ,00 per ekor hasilnya yaitu Rp ,00. Proyeksi Jumlah Produksi dan Panen Itik Peternakan Maju Bersama per siklus produksi pada tahun ke-1 dapat dilihat dalam Tabel 13. Tabel 13. Proyeksi Produksi dan Panen Itik Tahun ke-1 Produksi ke- Jumlah Produksi (Ekor) SR (%) Jumlah Panen (ekor) Total Panen (Ekor) Harga karkas per ekor (Rp) Nilai (Rp) Penerimaan Penjualan Ati Ampela Jumlah penjualan ati ampela disesuaikan dengan jumlah itik yang berhasil dipanen. Pada tahun ke-0 tidak terdapat penerimaan dari ati ampela karena itik dijual dalam bentuk hidup. 90

4 Pada tahun ke-2 sampai ke-5 jumlah ati ampela yang dihasilkan sebanyak jumlah itik yang dipenen yaitu pasang. Harga ati ampela yaitu Rp 1.000,00 per pasang sehingga penerimaan dari ati ampela sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah itik yang dipanen sebanyak ekor sehingga jumlah ati ampela yang dihasilkan sebanyak pasang. Penerimaan dari penjualan ati ampela sebesar Rp 1.000,00 per pasang dikalikan pasang hasilnya adalah Rp , Penerimaan Penjualan Pupuk Kandang Pupuk kandang yang dihasilkan dari Peternakan Maju Bersama berupa kotoran itik yang bercampur dengan sekam yang sebelumnya digunakan sebagai alas lantai. Harga satu karung pupuk kandang yaitu Rp 3.000,00. Pada tahun ke-0 jumlah pupuk kandang yang dihasilkan sebanyak 50 karung. Penerimaan dari pupuk kandang sebesar Rp 3.000,00 per karung dikalikan 50 karung sehingga nilai penerimaannya adalah Rp ,00. Pada tahun ke-2 jumlah kotoran yang dihasilkan sebanyak 10 karung per dua minggu sesuai dengan penggantian sekam setiap dua minggu sekali. Lama pemeliharaan sebanyak 10 minggu sehingga selama satu kali produksi menghasilkan pupuk kandang sebanyak 50 karung. Pupuk kandang yang dihasilkan dari tahun ke-2 sebanyak 50 karung per produksi dikalikan lima kali produksi yang hasilnya 250 karung. Harga jual pupuk kandang yaitu Rp 3.000,00 per karung sehingga penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar Rp ,00. Penerimaan dari pupuk kandang pada tahun ke-3 hingga ke-5 sama dengan penerimaan pada tahun ke-2 yaitu Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi. Jumlah pupuk dalam satu siklus produksi sebanyak 50 karung. Jumlah produksi pada tahun ke-1 sebanyak empat siklus sehingga pupuk kandang yang dihasilkan sebanyak 200 karung. Dengan harga Rp 3.000,00 per karung maka penerimaan dari penjualan pupuk kandang pada tahun ke-1 yaitu Rp 3.000,00 per karung dikalikan 200 karung hasilnya adalah Rp ,00. 91

5 Penerimaan Penjualan Itik Hidup Penerimaan penjualan itik hidup terjadi pada tahun ke-0 yaitu pada produksi percobaan. Pada produksi percobaan tersebut peternakan mencoba membudidayakan itik dengan jumlah 900 ekor. Itik yang berhasil dijual hanya sekitar 135 ekor. Harga jual juga jauh di bawah harga pasar yaitu Rp ,00 per ekor yang dijual hidup. Total penerimaan dari penjualan itik hidup sebesar Rp ,00 dikalikan 135 ekor yang hasilnya adalah Rp ,00. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen peternakan, pada produksi percobaan dapat dikatakan mengelami kegagalan panen. Kegagalan panen diakibatkan terlalu sedikitnya pakan broiler yang diberikan Penerimaan Nilai Sisa Nilai sisa berasal dari nilai investasi yang tidak habis nilai ekonomisnya pada akhir umur bisnis yaitu tahun ke-5. Peralatan itu diantaranya pisau besar, pisau kecil, panci, baskom, dan gayung. Pada Peternakan Maju Bersama, jumlah nilai sisa sebesar Rp ,33. Perincian nilai sisa dapat dilihat dalam Lampiran Arus Kas Keluar (Outflow) Arus kas keluar adalah komponen biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang dikeluarkan dibedakan menjadi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar usaha bisa berlangsung Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 bisnis. Biaya ini digunakan untuk membangun kandang dan mengadakan mesin dan peralatan yang diperlukan dalam usaha pembesaran itik pedaging. Rincian biaya investasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 92

6 1) Kandang Kandang merupakan komponen investasi terbesar pada Peternakan Maju Bersama. Peternakan memiliki satu buah kandang dengan kapasitas ekor itik. Kandang pada Peternakan Maju Bersama merupakan kandang permanen dan tertutup. Kandang ini dilengkapi dengan fasilitas penghangat dari lampu yang dinamakan induk buatan. Fasilitas ini berfungsi sebagai induk bagi itik. Hal ini dilakukan karena pada anak itik masih tidak tahan dengan cuaca dingin. Pembangunan kandang menghabiskan biaya yang cukup besar yakni mencapai Rp ,00. Umur ekonomis kandang diperkirakan sekitar lima tahun operasional atau enam tahun sejak kandang dibangun. 2) Instalasi Listrik Instalasi listrik dibangun untuk menjamin ketersediaan listrik untuk keperluan peternakan. Listrik diperlukan terutama untuk membuat induk buatan dan untuk penerangan kandang. Pembangunan instalasi listrik menghabiskan biaya sebesar Rp ,00. Umur ekonomis instalasi listrik selama enam tahun. 3) Instalasi Air Instalasi air dibangun untuk menjamin ketersediaan pasokan air untuk keperluan peternakan. Umur ekonomis instalasi air selama enam tahun. Pembangunan instalasi air menghabiskan biaya sekitar Rp ,00. Biaya tersebut digunakan dalam pembuatan sumur galian, pembelian selang, paralon, mesin pompa air, lem paralon, keran air dan biaya pemasangan. Perincian biaya instalasi air dapat dilihat dalam Tabel

7 Table 14. Perincian Biaya Instalasi Air No Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) 1. Selang 30 Meter 2.500, ,00 2. Paralon 3 Buah , ,00 3. Mesin pompa air 1 Buah , ,00 4. Biaya pemasangan Paket dan gali sumur , ,00 5. Keran, lem paralon, Paket dsb , ,00 Jumlah ,00 4) Mesin Rucah Pakan Mesin pakan digunakan untuk menghancurkan ubi yang merupakan campuran pada ransum itik. Itik yang berumur lebih dari satu bulan diberikan pakan buatan berupa limbah sayuran dari pasar, dedak, ampas tempe, pakan broiler, pakan pur, dan ubi. Ubi perlu dihancurkan terlebih dahulu agar lebih halus sehingga mudah dimakan itik. Proses penghancuran menggunakan mesin penghancur atau mesin rucah pakan. Harga beli mesin rucah pakan yaitu Rp ,00 dengan umur ekonomis sekitar enam tahun. 5) Freezer Freezer berfungsi sebagai tempat penyimpanan karkas sebelum didistribusikan ke pelanggan. Karkas dapat disimpan dalam freezer hingga satu bulan. Kapasitas freezer dapat menampung karkas lebih dari 100 ekor. Biaya untuk membeli freezer sebesar Rp ,00. Umur ekonomis freezer sekitar lima tahun. 6) Tempat Pakan dan Minum Tempat pakan (nampan) dan minum merupakan peralatan yang penting dalam pembesaran itik pedaging. Tempat pakan dan minum berfungsi untuk tempat makan dan minum itik yang disediakan di kandang. Tempat pakan yang terdapat di Peternakan Maju Bersama berjumlah 30 buah dengan ukuran yang sama. Harga setiap tempat pakan sekitar Rp 3.350,00. Sedangkan untuk tempat minum terdapat dua ukuran yaitu tempat minum kecil dan tempat 94

8 minum besar. Perbedaan ukuran tempat minum menyebabkan perbedaan harga beli dimana tempat minum kecil harganya Rp 2.000,00 per buah sedangkan tempat minum besar harganya Rp ,00 per buah. Umur ekonomis tempat pakan dan minum dapat diperkirakan selama dua tahun. 7) Bola Lampu Fungsi utama lampu adalah untuk digunakan dalam induk buatan. Induk buatan diperuntukan bagi bibit yang baru didatangkan hingga umur tiga minggu. Induk buatan sangat penting untuk menjadikan ruangan tetap hangat sehingga seolah itik berada dengan induknya. Jumlah bola lampu yang dimiliki sebanyak 150 buah. Harga setiap bola lampu yaitu Rp 6.000,00. Umur ekonomis bola lampu diperkirakan selama dua tahun. 8) Serokan Serokan digunakan sebagai peralatan pembersihan kandang. Peternakan memiliki dua buah serokan. Harga beli serokan yaitu Rp 5.000,00 per buah. Umur ekonomis serokan yaitu selama tiga tahun. 9) Cangkul Cangkul berfungsi untuk membuat parit dan keperluan sanitasi kandang. Selain itu, cangkul dapat digunakan untuk membersihkan kotoran dan sisa pakan dan sekam. Peternakan memiliki dua buah cangkul dengan harga cangkul per buahnya yaitu Rp ,00. Umur ekonomis cangkul diperkirakan mencapai dua tahun. 10) Ember Ember digunakan untuk diantaranya mencuci peralatan, tempat menuangkan pakan dari karung, dan penggunaan lainnya. Peternakan memiliki lima buah ember dengan ukuran besar. Ember diperoleh dari toko perkakas setempat dengan harga Rp ,00 per buah. Umur ekonomis ember diperkirakan mencapai dua tahun. 95

9 11) Pisau Besar Pisau besar merupakan peralatan kerja untuk proses penanganan pasca panen. Pisau besar digunakan untuk penanganan pasca panen yaitu pembersihan. Peternakan memiliki dua buah pisau besar. Harga per satuan pisau besar yaitu Rp ,00. Pisau memiliki umur ekonomis sekitar dua tahun. 12) Pisau Kecil Pisau kecil digunakan untuk pemotongan itik atau menyembelih itik. Peternakan memiliki dua buah pisau kecil. Harga per satuan pisau kecil sebesar Rp 3.000,00. Umur ekonomis pisau kecil selama dua tahun. 13) Panci Panci digunakan untuk merebus air yang akan digunakan untuk menyeduh itik. Hal ini akan membuat bulu itik mudah untuk dicabuti. Peternakan memiliki dua buah panci. Harga satuan panci yaitu Rp ,00. Umur ekonomis panci sekitar dua tahun. 14) Gayung Gayung digunakan untuk mengambil air. Perusahaan memiliki dua buah gayung. Harga beli gayung yaitu Rp 5.000,00 per buah. Umur ekonomis gayung selama tiga tahun. 15) Timbangan Duduk Timbangan duduk digunakan untuk menimbang bobot karkas ataupun itik hidup. Jumlah timbangan sekitar tiga buah. Harga timbangan yaitu Rp ,00 per buah. Umur ekonomis timbangan selama enam tahun. 96

10 16) Baskom Baskom digunakan dalam proses produksi ataupun pasca panen. Perusahaan memiliki baskom sebanyak empat buah. Harga beli baskom Rp ,00 per buah. Umur ekonomis baskom yaitu tiga tahun. 17) Sepatu Boot Sepatu boot digunakan untuk kerja para karyawan. Hal ini supaya kebersihan badan karyawan dapat terjaga mengingat kandang banyak kotoran ternak itik, sisa pakan, dan sekam. Peternakan memiliki inventaris sepatu boot sebanyak lima buah. Harga setiap sepatu yaitu Rp ,00. Umur ekonomis sepatu boot selama dua tahun. 18) Timbangan Digital 5 Kg Timbangan digital 5 kg digunakan untuk menimbang bobot karkas. Timbangan digital digunakan untuk ketelitian dalam penimbangan. Harga beli timbangan digital yaitu Rp ,00. Umur ekonomis timbangan digital selama lima tahun. 19) Mesin Sealer Plastik Mesin sealer plastik digunakan untuk merekatkan plastik kemasan karkas. Peternakan memiliki satu buah mesin sealer. Mesin sealer dibeli seharga Rp ,00. Umur ekonomis mesin sealer plastik selama lima tahun. 20) Buku Panduan Beternak Itik Buku panduan beternak itik digunakan untuk menambah informasi menganai usaha ternak itik terutama aspek teknis produksi. Peternakan memiliki dua buah buku panduan dengan harga masing-masing sekitar Rp ,00. Umur ekonomis buku panduan yaitu enam tahun. Selain melakukan investasi, perusahaan juga melakukan reinvestasi. Reinvestasi dilakukan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis umur 97

11 ekonomisnya. Pada tahun ke-2 peternakan melakukan reinvestasi untuk peralatan investasi seperti tempat pakan, tempat minum, cangkul, ember besar, dan bola lampu dengan jumlah biaya reinvestasi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-3, ke-4, dan ke-5 jumlah biaya reinvestasi yang dikeluarkan masing-masing sebesar Rp ,00; Rp ,00; dan Rp ,00. Total biaya reinvestasi selama umur bisnis mencapai Rp ,00. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat dalam Lampiran Biaya Operasional Biaya operasional dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. 1) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Biaya tetap pada Peternakan Maju Bersama meliputi biaya sewa lahan, biaya gaji PJ kandang, biaya gaji anak kandang, biaya gaji manajer, biaya listrik, biaya komunikasi, biaya administrasi kantor, biaya pemeliharaan kandang, biaya sekam, biaya promosi atau pemasaran, biaya tenaga kerja pengiriman, biaya listrik tetap, karung, dan sapu lidi. Pada tahun ke-0 perusahaan telah melakukan produksi yaitu produksi percobaan sehingga telah mengeluarkan biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 biaya tetap yang dikeluarkan berbeda dari tahun ke-2 sampai ke-5 yaitu sebesar Rp ,00. Adanya perbedaan biaya tetap tersebut dikarenakan jumlah siklus produksi yang berbeda. Perincian biaya tetap dapat dijelaskan sebagai berikut: 98

12 a) Biaya Sewa Lahan Besarnya biaya sewa lahan yaitu Rp ,00 per tahun. Biaya sewa lahan sudah harus dibayarkan sejak tahun ke-0 hingga ke-5 dengan jumlah yang sama setiap tahunnya. b) Gaji PJ Kandang Gaji PJ kandang terdiri dari gaji harian dan gaji bulanan tetap. Gaji harian dibayarkan setiap hari pada setiap siklus produksi. Produksi yang dilakukan Peternakan Maju Bersama dalam satu tahun dari tahun ke-2 sampai ke-5 sebanyak lima siklus produksi. Satu siklus produksi selama 10 minggu. Satu minggu dihitung selama 7 hari. Gaji harian PJ kandang sebesar Rp ,00 per hari sehingga biaya gaji harian yang dibayarkan untuk PJ kandang sebesar Rp ,00. Gaji tetap bulanan yang didapatkan PJ kandang yaitu sebesar Rp per bulan. Sehingga gaji tetap yang diterima dalam satu tahun sebesar Rp ,00. Dengan demikian, gaji total yang harus dibayarkan untuk PJ kandang dalam satu tahun adalah sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 produksi hanya dilakukan sebanyak satu siklus produksi yaitu produksi percobaan. Sehingga gaji yang dibayarkan untuk PJ kandang yaitu gaji tetap bulanan sebesar Rp ,00 per bulan dikalikan 12 bulan hasilnya yaitu Rp ,00. Kemudian mendapat gaji harian sebesar Rp ,00 per hari. Setiap siklus produksi terdapat 10 minggu atau 70 hari sehingga biaya harian PJ harian sebesar Rp ,00. Total biaya gaji PJ kandang pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00 ditambah Rp ,00 hasilnya adalah Rp ,00. Pada tahun ke-1 jumlah produksi sebanyak empat siklus produksi. Biaya harian sebesar Rp ,00 per satu siklus produksi dikalikan empat siklus produksi yang hasilnya adalah Rp ,00. Gaji tetap bulanan Rp ,00 per bulan sehingga dalam satu tahun mendapatkan gaji tetap sebesar Rp ,00. Total gaji pada tahun ke-1 sebesar Rp ,00. 99

13 c) Gaji Anak Kandang Besarnya gaji anak kandang yaitu Rp per hari. Dalam satu siklus produksi terdapat 10 minggu dan dalam satu minggu terdapat 7 hari. Sedangkan dalam satu tahun dari tahun ke-2 hingga ke-5 terdapat lima siklus produksi. Gaji anak kandang Dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00 per hari dikalikan 10 minggu dikalikan tujuh hari per minggu hasilnya adalah Rp ,00 per orang. Dengan demikian jumlah gaji anak kandang sebesar Rp ,00 per tahun per orang. Peternakan Maju Bersama memiliki dua orang anak kandang sehingga gaji yang dibayarkan untuk anak kandang sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi. Gaji anak kandang dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00 per orang. Gaji dalam empat siklus produksi sebesar Rp ,00 per orang. Peternakan memiliki dua orang anak kandang sehingga gaji yang diperlukan pada tahun ke-1 sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 produksi dilakukan sebanyak satu siklus produksi. Biaya untuk gaji anak kandang sebesar Rp ,00. d) Gaji Manajer Biaya ini merupakan biaya pemilik pengelola (manajer). Berdasarkan pengakuan pemilik pengelola bahwa pemilik pengelola tidak mendapatkan gaji. Akan tetapi pemilik pengelola juga terlibat langsung dalam kegiatan usaha Peternakan Maju Bersama. Peran pemilik pengelola hampir sama dengan PJ kandang sehingga gaji yang diperhitungkan untuk pemilik pengelola sama dengan gaji PJ kandang yaitu sebesar Rp ,00 pada tahun ke-2 hingga ke-5, Rp ,00 pada tahun ke-1, dan Rp ,00 pada tahun ke-0. e) Biaya Listrik Biaya listrik tetap yang dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp ,00. Biaya tetap listrik per bulan diantaranya berupa biaya beban 100

14 listrik dan pemakaian penerangan kandang. Jumlah bulan dalam satu tahun yaitu 12 bulan. Dengan demikian biaya listrik tetap per tahun sebesar Rp ,00. f) Biaya Komunikasi Biaya komunikasi adalah biaya untuk pembelian pulsa. Pembelian pulsa dilakukan setiap minggu sebesar Rp 6.000,00 per minggu. Dalam satu siklus produksi terdapat 10 minggu. Biaya komunikasi dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 jumlah produksi sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya komunikasi yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi sebanyak empat siklus sehingga biaya yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 jumlah produksi yang dilakukan yaitu satu siklus produksi sehingga biaya komunikasi yang diperlukan sebesar Rp ,00. g) Biaya Administrasi Kantor Biaya administrasi kantor diantaranya adalah biaya kwitansi, biaya alat tulis, dan biaya pencatatan keuangan. Besarnya biaya administrasi kantor yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya administrasi yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya administrasi kantor yang dibutuhkan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus sehingga biaya administrasi kantor yang diperlukan sebesar Rp ,00. h) Biaya Pemeliharaan Kandang Pada setiap awal siklus produksi, peternakan menyiapkan kesiapan produksi misalnya pembelian plastik penutup kandang, membersihkan halaman kandang dan sekitarnya, dan melakukan perbaikan kandang yang terlihat rusak. Biaya tersebut dirangkum ke dalam biaya pemeliharaan 101

15 kandang. Besarnya biaya pemeliharaan kandang yaitu Rp ,00 per siklus produksi. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya pemeliharaan kandang yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya pemeliharaan kandang yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya pemeliharaan kandang yang diperlukan sebesar Rp ,00. i) Biaya Sekam Sekam digunakan sebagai alas untuk itik supaya lantai tidak terlalu lembab dan kandang tidak terlalu bau. Sekam yang dibutuhkan pada awal kegiatan produksi sekitar 50 karung. Harga setiap karung sekam sebesar Rp 5.000,00. Dengan demikian biaya sekam pada setiap produksi sebesar 50 karung dikalikan Rp 5.000,00 per karung hasilnya adalah Rp ,00 per siklus produksi. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya sekam yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya sekam yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-5 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya sekam yang diperlukan sebesar Rp ,00. j) Biaya Sapu Lidi Sapu lidi menjadi biaya tetap karena umur ekonomisnya tidak lebih dari satu tahun. Sapu lidi yang dibutuhkan sebanyak dua buah per tahun. Harga sapu lidi yaitu Rp 3.000,00 per buah. Dengan demikian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian sapu lidi sebesar Rp 6.000,00 per tahun. 102

16 k) Biaya Promosi Biaya promosi merupakan biaya yang digunakan untuk mempromosikan itik ke pasar-pasar potensial misalnya ke restoranrestoran. Biaya promosi juga sebagian besar dikeluarkan untuk transportasi promosi tersebut. Pada setiap siklus produksi peternakan menganggarkan biaya promosi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya promosi yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya promosi yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya promosi yang diperlukan sebesar Rp ,00. l) Biaya Tenaga Kerja Pengiriman Biaya tenaga kerja pengiriman merupakan biaya untuk tenaga kerja dalam proses pendistribusian atau pengiriman produk ke pelanggan. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak dua orang dengan upah yang mengacu pada upah harian di Peternakan Maju Bersama yaitu Rp ,00 per orang per hari. Pengiriman yang menggunakan tenaga kerja pengiriman dilakukan dalam satu hari sehingga biaya tenaga kerja pengiriman sebesar Rp ,00 per produksi. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya tenaga kerja pengiriman yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya tenaga kerja pengiriman yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya tenaga kerja pengiriman yang diperlukan sebesar Rp ,00. m) Biaya Karung Karung digunakan untuk mengemas pupuk kandang. Jumlah karung yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebanyak 50 buah. Harga 103

17 karung yaitu Rp 1.000,00 per buah sehingga biaya yang diperlukan untuk karung sebesar Rp ,00 per satu siklus produksi. Pada tahun ke-0 dilakukan satu siklus produksi sehingga biaya karung yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya karung yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya karung yang diperlukan sebesar Rp ,00. 2) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung dengan jumlah produk yang akan dihasilkan. Pada Peternakan Maju Bersama biaya variabel berupa biaya bibit (DOD), biaya pakan broiler, pakan pur, dedak, ubi, limbah sayuran pasar, ampas tempe/tahu, obat-obatan, vaksin dan vitamin, transportasi, lilin, plastik kemasan, karung, biaya pasca penen, box pengiriman, kayu bakar, dan bensin. Pada tahun ke-0 jumlah biaya variabel yang digunakan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 besarnya biaya variabel yang dikeluarkan yaitu Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 biaya variabel yang keluarkan sebesar Rp ,00. Rincian penggunaan biaya variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Biaya Bibit Bibit yang berupa DOD didatangkan dari peternakan penghasil DOD. Hal ini dikarenakan Peternakan Maju Bersama tidak memproduksi DOD. Bibit yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebesar ekor. Harga bibit yaitu Rp 4.500,00. Biaya yang diperlukan untuk pembelian bibit dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00. Khusus pada tahun ke-0 bibit yang dibeli sebanyak 900 ekor. Biaya untuk bibit yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

18 Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian bibit yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya bibit yang diperlukan sebesar Rp ,00. b) Biaya Pakan Broiler Pakan broiler (pakan broiler) diberikan sebagai pakan pokok untuk itik umur 0 4 minggu dan pakan tambahan untuk itik umur 4-10 minggu. Kebutuhan pakan broiler yang ideal yaitu sekitar 34 gr per ekor per hari sampai umur 4 minggu. Kebutuhan pakan broiler pada umur tersebut selama umur panen sebanyak 952 gram atau 0,952 kg per ekor. Pemeliharaan ekor membutuhkan pakan broiler sebanyak kg sampai umur empat minggu. Pada umur 4 10 minggu (selama 6 minggu atau 42 hari) idealnya itik diberikan pakan broiler sebanyak 2 kg untuk pemeliharaan ekor setiap harinya. Pemeliharaan ekor itik memerlukan pakan broiler sebanyak 168 kg. total kebutuhan pakan broiler dalam satu siklus produksi sebanyak 272 kg. Dalam satu karung pakan broiler memiliki netto 50 kg sehingga pakan broiler yang diperlukan sebanyak 41,44 karung per siklus produksi. Harga pakan broiler yaitu Rp ,00 per karung sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian pakan broiler dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian pakan broiler yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya pakan broiler yang diperlukan sebesar Rp ,00. Khusus pada tahun ke-0 pakan broiler yang digunakan sebanyak 6,5 karung. Dengan demikian, biaya untuk pembelian pakan broiler yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

19 c) Biaya Pakan Pur Pakan Pur diberikan untuk itik umur 4-10 minggu (selama 6 minggu = 42 hari). Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 2,5 kg per hari per ekor itik. Kebutuhan pakan pur untuk pemeliharaan ekor itik yaitu 210 kg. dalam satu karung memiliki netto 50 kg sehingga pakan pur yang diperlukan sebanyak 4,2 karung. Harga pakan pur yaitu Rp ,00 per karung sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian pakan pur dalam satu siklus produksi sebanyak Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian pakan pur yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya pakan pur yang diperlukan sebesar Rp ,00. Khusus pada tahun ke-0 pakan pur yang digunakan sebanyak 10 karung. Dengan demikian biaya untuk pembelian pakan pur yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. d) Biaya Dedak Dedak diberikan untuk itik umur 4-10 minggu (selama 6 minggu = 42 hari). Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 3,5 kg per hari per ekor itik. Kebutuhan dedak untuk pemeliharaan ekor itik yaitu 294 kg. Harga dedak yaitu Rp 2.000,00 per kg sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian dedak dalam satu siklus produksi sebanyak ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian dedak yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya dedak yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 dedak yang digunakan sebanyak 132,3 kg. Dengan demikian biaya untuk pembelian dedak yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

20 e) Biaya Ubi Ubi diberikan untuk itik umur 4-10 minggu (selama 6 minggu = 42 hari). Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 25 kg per hari per ekor itik. Kebutuhan ubi untuk pemeliharaan ekor itik dalam satu siklus produksi yaitu kg. Harga ubi yaitu Rp 1.500,00 per kg sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian ubi dalam satu siklus produksi sebanyak ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian ubi yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya ubi yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 ubi yang digunakan sebanyak 945 kg. Dengan demikian biaya untuk pembelian ubi yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. f) Biaya Limbah Sayuran Pasar Limbah sayuran pasar diberikan untuk itik umur 4-10 minggu (selama 6 minggu = 42 hari). Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 50 kg per hari per ekor itik. Kebutuhan limbah sayuran pasar untuk pemeliharaan ekor itik dalam satu siklus produksi yaitu kg. Satu karung memiliki netto sebesar 25 kg sehingga sayuran pasar yang diperlukan yaitu 168 karung. Harga limbah sayuran pasar yaitu Rp 750,00 per karung sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian limbah sayuran pasar dalam satu siklus produksi sebanyak Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian limbah sayuran pasar yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya limbah sayuran pasar yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 limbah sayuran pasar yang digunakan sebanyak 75,6 karung. Dengan demikian biaya untuk pembelian limbah sayuran pasar yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

21 g) Biaya Ampas Tempe Ampas tempe diberikan untuk itik umur 4-10 minggu (selama 6 minggu = 42 hari). Jumlah yang diberikan yaitu sebanyak 25 kg per hari per ekor itik. Kebutuhan ampas tempe untuk pemeliharaan ekor itik dalam satu siklus produksi yaitu kg. Satu karung memiliki netto sebesar 50 kg sehingga ampas tempe yang diperlukan yaitu 42 karung. Harga ampas tempe yaitu Rp ,00 per karung sehingga biaya yang diperlukan untuk pembelian ampas tempe dalam satu siklus produksi sebanyak Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian ampas tempe yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya ampas tempe yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 ampas tempe yang digunakan sebanyak 18,9 karung. Dengan demikian biaya untuk pembelian ampas tempe yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. h) Biaya Obat-Obatan Biaya obat-obatan dikeluarkan untuk membeli obat-obatan herbal ataupun kimia. Pada Peternakan Maju Bersama penggunaan obat herbal lebih besar dibandingkan kimia. Biaya obat-obatan yaitu sebesar Rp ,00 untuk pemeliharaan sebanyak ekor sehingga biaya obatobatan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ekor itik yaitu Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian obat-obatan yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya obat-obatan yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 obat-obatan yang digunakan sebanyak 0,9 paket. Dengan demikian biaya untuk pembelian obat-obatan yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

22 i) Biaya Vitamin dan Vaksin Penggunaan vitamin dan vaksin sebanyak satu paket untuk itik sebanyak ekor. Harga satu paket vitamin dan vaksin yaitu Rp ,00. Pada pemeliharaan itik sebanyak ekor diperlukan dua paket vaksin sehingga biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk pembelian vitamin dan vaksin yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya vitamin dan vaksin yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 vitamin dan vaksin yang digunakan sebanyak 0,9 paket. Dengan demikian biaya untuk pembelian vitamin dan vaksin yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. j) Biaya Transportasi Pembelian Ampas Tempe Biaya transportasi pembelian ampas tempe dihitung berdasarkan jumlah ampas tempe yang diperlukan dalam satuan karung. Harga transportasi untuk setiap karung yaitu Rp 5.000,00. Ampas tempe yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebanyak 42 karung sehingga biaya transportasi ampas tempe yang diperlukan sebesar Rp ,00 per siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk transportasi pembelian ampas tempe yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya transportasi pembelian ampas tempe yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 ampas tempe yang digunakan sebanyak 18,9 karung. Dengan demikian biaya untuk transportasi pembelian ampas tempe yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

23 k) Biaya Transportasi Pembelian Pakan Broiler Biaya transportasi pembelian pakan broiler dihitung berdasarkan jumlah pakan broiler yang diperlukan dalam satuan karung. Harga transportasi untuk setiap karung yaitu Rp 5.000,00. Pakan broiler yang diperlukan dalam satu kali produksi sebanyak 41,44 karung sehingga biaya transportasi pakan broiler yang diperlukan sebesar Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk transportasi pembelian pakan broiler yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya transportasi pembelian pakan broiler yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 pakan broiler yang digunakan sebanyak 6,5 karung. Dengan demikian biaya untuk transportasi pembelian pakan broiler yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. l) Biaya Transportasi Pembelian Pakan Pur Biaya transportasi pembelian pakan pur dihitung berdasarkan jumlah pakan pur yang diperlukan dalam satuan karung. Harga transportasi untuk setiap karung yaitu Rp 5.000,00. Pakan pur yang diperlukan dalam satu kali produksi sebanyak 4,2 karung sehingga biaya transportasi pakan pur yang diperlukan sebesar Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk transportasi pembelian pakan pur yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya transportasi pembelian pakan pur yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 pakan pur yang digunakan sebanyak 10 karung. Dengan demikian biaya untuk transportasi pembelian pakan pur yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

24 m) Biaya Transportasi Pembelian Dedak Biaya transportasi pembelian dedak dihitung berdasarkan jumlah dedak yang diperlukan dalam satuan karung. Harga transportasi untuk setiap karung yaitu Rp 5.000,00. Dedak yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebanyak 5,88 karung sehingga biaya transportasi dedak yang diperlukan sebesar Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk transportasi pembelian dedak yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya transportasi pembelian dedak yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 dedak yang digunakan sebanyak 2,65 karung. Dengan demikian biaya untuk transportasi pembelian dedak yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,00. n) Biaya Transportasi Pembelian Sayuran Pasar Biaya transportasi pembelian limbah sayuran pasar dihitung berdasarkan jumlah limbah sayuran pasar yang diperlukan dalam satuan karung. Harga transportasi untuk setiap karung yaitu Rp 2.500,00. Limbah sayuran pasar yang diperlukan dalam satu siklus produksi sebanyak 168 karung sehingga biaya transportasi limbah sayuran pasar yang diperlukan sebesar Rp ,00 dalam satu siklus produksi. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk transportasi pembelian limbah sayuran pasar yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya transportasi pembelian limbah sayuran pasar yang diperlukan sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 limbah sayuran pasar yang digunakan sebanyak 75,6 karung. Dengan demikian biaya untuk transportasi pembelian limbah sayuran pasar yang dikeluarkan pada tahun ke-0 sebesar Rp ,

25 o) Biaya Lilin Lilin digunakan untuk membantu pengelupasan bulu halus pada itik pada saat pengolahan pasca panen. Kebutuhan lilin untuk ekor itik yaitu 2 kilogram. Itik yang dipanen dalam satu siklus produksi sebanyak ekor sehingga lilin yang diperlukan sebanyak tiga kilogram. harga lilin yaitu Rp ,00 per kg. Dengan demikian biaya lilin sebesar Rp ,00 per siklus produksi. Pada tahun ke-0 itik dijual dalam bentuk hidup sehingga tidak memerlukan biaya lilin. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk lilin yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya lilin yang diperlukan sebesar Rp ,00. p) Biaya Plastik Kemasan Karkas Plastik kemasan karkas digunakan untuk mengemas karkas. Kebutuhan plastik disesuaikan dengan jumlah itik yang dipanen. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 itik yang dipanen yaitu ekor per tahun. Dengan demikian jumlah plastik yang dibutuhkan yaitu buah. Harga plastik yaitu Rp 200,00 per buah sehingga biaya yang diperlukan untuk plastik kemasan karkas sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah itik yang dipanen sebanyak ekor sehingga plastik kemasan karkas yang diperlukan sebanyak buah. Biaya yang diperlukan untuk plastik kemasan karkas sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 perusahaan tidak menjual karkas akan tetapi menjual itik hidup. Dengan demikian pada tahun ke-0 tidak mengeluarkan biaya untuk plastik kemasan karkas. 112

26 q) Biaya Plastik Kemasan Ati Ampela Satu buah plastic kemasan ati ampela dapat digunakan untuk mengemas 20 pasang ati ampela. Harga plastik sekitar Rp 200,00 per buah sehingga biaya kemasan untuk satu pasang ati ampela yaitu Rp 10,00. Jumlah ati ampela yang dihasilkan pada tahun ke-2 hingga ke-5 sebanyak pasang per tahun. Dengan demikian biaya untuk plastik kemasan ati ampela sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah itik yang dipanen sebanyak ekor sehingga ati ampela yang dihasilkan sebanyak jumlah tersebut yaitu ekor. Biaya yang diperlukan untuk plastik kemasan ati ampela yaitu Rp ,00. Pada tahun ke-0 tidak menghasilkan ati ampela. Dengan demikian tidak dikeluarkan biaya untuk plastik kemasan ati ampela. r) Biaya Pasca Panen Biaya pasca panen yaitu biaya yang dikeluarkan untuk proses penanganan pasca panen yang meliputi pemotongan, pencabutan bulu, pembersihan, penimbangan, dan pengemasan. Pada tahun ke-0 tidak memerlukan biaya pasca panen dikarenakan itik dijual hidup. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 jumlah itik yang dipanen dan diproses atau diberikan perlakuaan pasca panen sebanyak ekor per tahun. Biaya penangan pasca panen yaitu Rp 1.000,00 per ekor sehingga biaya yang diperlukan untuk pasca panen sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-5 jumlah itik yang di panen sebanyak ekor. Biaya yang diperlukan untuk tenaga kerja pasca panen sebesar Rp ,00. s) Biaya Box Pengiriman Box pengiriman digunakan untuk pengiriman itik. Box pengiriman dapat berupa kardus atau bahan-bahan lainnya misalnya karung, plastik, 113

27 keranjang buah, atau box styryofoam. Satu buah box dapat menampung sekitar 25 ekor karkas. Harga box pengiriman disama ratakan yaitu Rp 3.000,00 per buah. Itik yang dipanen dalam satu siklus produksi sebanyak ekor sehingga diperlukan box pengiriman sebanyak 60 buah. Biaya yang diperlukan dalam satu kali panen yaitu Rp ,00. Pada tahun ke-0 itik dijual dalam bentuk hidup sehingga tidak memerlukan box pengiriman. Hal ini dikarenakan pembeli yang datang ke kandang. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk box pengiriman yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya box pengiriman yang diperlukan sebesar Rp ,00. t) Biaya Kayu Bakar Kayu bakar digunakan untuk membuat air panas yang akan digunakan untuk menyeduh itik atau proses pencelupan itik pada air panas tersebut. Satu ikat kayu bakar dapat digunakan untuk mendidihkan air sekitar 10 panci. Satu panci air dapat digunakan untuk proses pencelupan itik sekitar 10 ekor. Harga satu ikat kayu bakar yaitu Rp 3.000,00. Dalam satu kali produksi itik yang dipanen sebanyak ekor sehingga dibutuhkan kayu bakar sebanyak 15 ikat. Dengan demikian biaya yang diperlukan untuk kayu bakar yaitu Rp ,00 per satu siklus produksi. Pada tahun ke-0 itik dijual dalam bentuk hidup sehingga tidak memerlukan biaya untuk kayu bakar. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk kayu bakar yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya kayu bakar yang diperlukan sebesar Rp ,

28 u) Biaya Bensin Bensin digunakan sebagai bahan bakar pada mesin rucah pakan. Dalam satu minggu dibutuhkan sekitar dua liter bensin untuk pemeliharaan itik sebesar ekor. Bensin digunakan pada umur pemeliharaan itik 4-10 minggu sehingga kebutuhan bensin dimulai dari umur enam minggu juga atau selama enam minggu. Untuk pemeliharaan itik ekor diperlukan bensin sebanyak 24 liter. Harga bensin yaitu Rp 4.500,00. Biaya untuk bensin dalam satu siklus produksi sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 bensin yang digunakan sebanyak 10,8 liter sehingga biaya untuk bensin sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk bensin yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke-1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya bensin yang diperlukan sebesar Rp ,00. v) Biaya Variabel Listrik Biaya variabel listrik yaitu biaya listrik yang digunakan dalam induk buatan. Biaya ini disesuaikan dengan jumlah induk buatan yang digunakan dan induk buatan yang digunakan disesuaikan dengan jumlah itik yang diproduksi. Oleh karena itu biaya biaya listrik dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Untuk pemeliharaan ekor itik diperlukan biaya listrik sebesar Rp ,00 per siklus produksi. Pada tahun ke-0 biaya listrik sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-5 dilakukan sebanyak lima siklus produksi sehingga biaya untuk listrik yang diperlukan sebesar Rp ,00 per tahun. Pada tahun ke- 1 jumlah produksi yang dilakukan sebanyak empat siklus produksi sehingga biaya listrik yang diperlukan sebesar Rp , Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembangan laba usaha setiap tahunnya. Laba bersih merupakan hasil dari penerimaan dikurangi biaya 115

29 tetap dan biaya variabel. Selain itu, terdapat komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya penyusutan dan pajak penghasilan. Biaya penyusutan merupakan biaya atas barang-barang investasi yang nilainya disusutkan setiap tahunnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode perhitungan garis lurus. Formulasi penghitungan penyusutan dilakukan seperti di bawah ini: Penyusutan per Tahun Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai Nilai beli merupakan harga beli suatu peralatan atau barang investasi. Umur pakai merupakan umur ekonomis dari peralatan investasi tersebut. Nilai sisa merupakan nilai suatu barang investasi apabila telah habis umur pakainya. Peralatan investasi pada Peternakan Maju Bersama dianggap tidak memiliki nilai sisa (nilai sisa = 0) karena peralatan investasi tersebut tidak memiliki nilai jual ketika sudah habis umur ekonomisnya. Pada Peternakan Maju Bersama besarnya penyusutan per tahun dari tahun ke-1 hingga ke-5 sebesar Rp ,00. Pada tahun ke-0 biaya penyusutan sebesar Rp ,67. Perbedaan ini dikarenakan pada tahun ke-0 hanya dilakukan produksi percobaan dimana pada produksi percobaan tidak menggunakan peralatan pasca panen karena itik yang dipenen dijual dalam bentuk itik hidup. Oleh karena itu, pada tahun ke-0 tidak terdapat penyusutan atas peralatan pasca panen. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat dalam Lampiran 8. Besarnya tarif pajak penghasilan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008 tentang pajak yang ditetapkan tarif pajak penghasilan sebesar 25 persen. Besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan dimulai pada tahun ke-1 karena pada tahun ke-0 laba perusahaan bernilai negatif. Total pajak penghasilan yang harus dibayarkan selama umur proyek yaitu Rp ,83. Berdasarkan proyeksi laba rugi pada Peternakan Maju Bersama menunjukan bahwa pada tahun ke-0 terjadi rugi sebesar Rp ,67. Pada tahun ke-2 hingga ke-4 laba perusahaan sama setiap tahunnya yaitu Rp ,50. Pada tahun ke-1 laba perusahana sebesar Rp ,50. Pada tahun ke-5 laba perusahaan sebesar Rp ,50. Selama umur proyek, total 116

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Permintaan

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Permintaan VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar 6.1.1. Analisis Peluang Pasar 6.1.1.1. Permintaan Data mengenai permintaan daging itik di tingkat industri secara pasti belum diketahui. Akan

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra produksi ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dengan jumlah peternakan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar MORT (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) 3 1.012 27 1.15 3.8 1.656 36 1.76 4.7 1.843 3 1.062 27 1.16 3.8 1.659

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik

Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik Energi Energi fosil Energi terbarukan Baru Jenis Energi Bio massa Batu bara Panas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi L A M P I R A N 17 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi I. IDENTITAS RESPONDEN No. Pertanyaan Jawaban 1 Nama 2 Usia tahun 3 Jenis Kelamin (1) Laki-laki (2) Perempuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Imah Gede. Alun-alun

Imah Gede. Alun-alun LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang Imah Gede Girang Serat Saung Talu Alun-alun Bale Pangriungan Mus holla Sawah Belajar Menanam Padi Kolam Ikan Belajar Menangkap Ikan Keterangan Warna

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG OLEH YANSHEN M SITANGGANG 200110080081 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : NIMAS SHYNTIA NPM : 15209386 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA. SE.MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum UMKM Pupuk PAZ s Bio Fertilizer merupakan salah satu UMKM yang dikenal di Bondowoso Jawa Timur sebagai salah satu industri yang berdiri

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito (jangka waktu 12 bulan) per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO I G.M. BUDIARSANA Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Analisis feasibilitas merupakan metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelayakan investasi perluasan usaha melalui pembukaan cabang Toko X dengan menggunakan metode Capital Budgeting. Untuk mengevaluasi kelayakan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci