VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian mengenai usaha budidaya jambu biji ini, arus kas diproyeksikan selama delapan tahun sesuai dengan umur ekonomis variabel dalam usaha ini yang memiliki jangka waktu paling lama, yaitu pohon jambu biji. Sebenarnya, pohon jambu biji yang berasal dari bibit memiliki umur teknis sekitar tahun dan untuk pohon jambu biji yang berasal dari cangkokan atau okulasi memiliki umur teknis 15 tahun (Rismunandar 1989). Namun, karena para petani jambu biji di Desa Babakan Sadeng hanya memanfaatkan jambu biji hingga umur delapan tahun dan setelah itu kegiatan budidaya dimulai kembali, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah delapan tahun (umur ekonomis) Arus Masuk (Inflow) Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Komponen inflow pada usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini adalah penerimaan hasil penjualan buah jambu biji pada setiap tahunnya oleh para petani dan penerimaan lain berupa penjualan kayu jambu biji pada akhir usaha. Selain itu, nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di akhir umur usaha. Dalam kegiatan budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng, hasil produksi yang berupa buah jambu biji ini memiliki waktu-waktu panen tertentu. Panen jambu biji oleh para petani akan terjadi pada setiap empat bulan, kemudian akan terjadi masa non-panen selama sekitar dua bulan. Pada musim panen selama empat bulan tersebut, para petani dapat melakukan pemanenan dua kali dalam satu minggu. Sementara itu, pada masa non-panen jambu biji, pohon jambu biji masih akan tetap berbuah, namun dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan musim panen. Pada musim panen, para petani menghasilkan jambu biji dengan jumlah yang bervariasi, yang berkisar antara kg. Dalam perhitungan ini, 82

2 digunakan nilai rata-rata hasil produksi para petani, sehingga jumlah produksi jambu biji yang digunakan adalah sebesar 223 kg pada setiap kali panen. Pada tahun 1, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak 223 kg. Pada tahun 2, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak ,8 kg. Pada tahun 3 hingga tahun 6 yang merupakan kondisi optimal budidaya, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak ,8 kg per tahun. Pada tahun 7, rata-rata hasil panen jambu biji mengalami penurunan menjadi sebanyak ,84 kg. Pada tahun 8, rata-rata hasil panen jambu biji adalah sebanyak ,12 kg. Rincian mengenai hasil produksi setiap petani beserta rata-rata hasil produksi yang digunakan dalam analisis ini dan hasil produksi rata-rata per tahun dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada akhir umur usaha, kayu yang berasal dari batang jambu biji akan dijual oleh para petani ke beberapa pemborong yang akan dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan. Harga jual untuk 30 pohon jambu biji adalah Rp ,00. Karena dalam analisis ini terdapat 90 pohon jambu biji, maka pada akhir umur usaha, petani akan mendapatkan penerimaan dari penjualan kayu pohon ini sebesar Rp ,00. Seluruh komponen inflow dalam analisis ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Komponen Inflow pada Analisis Finansial Usaha Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng (dalam Ribu Rupiah) Uraian Tahun Penjualan Buah Jambu Biji Penerimaan Lain (Penjualan 300 Kayu) Nilai Sisa TOTAL INFLOW

3 Arus Keluar (Outflow) Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun maupun saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. 1) Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berakhir, harus dibeli kembali atau mengalami reinvestasi. Biaya investasi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu: lahan, cangkul, golok, garpu, arit, gunting, plastik sebagai pembungkus buah jambu biji, dan bibit pohon jambu biji. Masing-masing komponen tersebut memiliki nilai umur ekonomis dalam kegiatan budidaya jambu biji ini. Umur ekonomis terbesar terdapat pada bibit jambu biji yaitu selama delapan tahun, dimana komponen ini merupakan komponen dengan umur ekonomis paling lama, sehingga digunakan sebagai dasar dari penentuan umur usaha budidaya jambu biji, yang menjadi dasar dari umur usaha dari perhitungan dalam analisis ini. Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha atau umur teknisnya belum habis, maka komponen tersebut masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat pada komponen investasi yang telah direinvestasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha. Rincian mengenai berbagai komponen investasi, biaya perolehannya, beserta umur ekonomis komponen-komponen investasi ini dapat diamati pada Tabel 14. Selain itu, juga dapat dilihat rincian mengenai nilai sisa dari masingmasing komponen biaya investasi diakhir umur usaha dan jadwal reinvestasi pada usaha budidaya jambu biji ini. Pada komponen biaya investasi yang memiliki umur teknis kurang dari delapan tahun, akan dilakukan reinvestasi. 84

4 Tabel 14. Rincian Biaya Investasi dalam Budidaya Jambu Biji di Desa Babakan Sadeng yang Digunakan dalam Perhitungan No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Fisik Harga per Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Nilai Penyusutan per Tahun (Rp) Nilai Sisa di Akhir Umur Proyek (Rp) Reinvestasi di tahun ke- 1. Lahan m Cangkul Unit Golok Unit Garpu Unit Arit Unit Gunting Unit Plastik Pak dan 7 8. Bibit Pohon Unit TOTAL ) Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya ouput, semakin banyak ouput maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan. a) Biaya Tetap Biaya tetap dalam usaha budidaya jambu biji ini terdiri dari dua komponen, yaitu biaya gaji petani pemilik dan biaya tenaga kerja. Pada lahan seluas ha, gaji petani pemilik diperkirakan adalah sekitar Rp ,00 per bulan, sehingga dalam setahun jumlah biaya gaji petani pemilik ini adalah sebesar Rp ,00. Dalam usaha budidaya jambu biji ini, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja variabel dan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja luar keluarga yang dibayar oleh para petani untuk melakukan kegiatankegiatan yang tidak mempengaruhi output budidaya jambu biji. Tenaga kerja tetap ini bukan merupakan tenaga kerja harian yang dibayar tetap, namun merupakan tenaga kerja yang dibayar tetap pada setiap hari kerja dimana mereka dibutuhkan oleh petani. Setiap hari kerja, tenaga kerja laki-laki dibayar Rp ,00 dan tenaga kerja perempuan dibayar Rp ,00. 85

5 Tenaga kerja tetap ini dibagi menjadi tenaga kerja tetap tahun pertama dan tenaga kerja tetap tahun 2-8. Pada tahun pertama, tenaga kerja tetap ini dibayar petani untuk melakukan kegiatan persiapan lahan dan penanaman, yang mencakup kegiatan: pencangkulan, penggemburan tanah, pemupukan, penanaman bibit jambu biji, dan pemeliharaan tanaman jambu biji. Sementara itu, pada tahun ke-2 hingga ke-8, tenaga kerja tetap ini dibayar untuk kegiatan: pemeliharaan (menyiangi rumput), pemupukan, pemberian obat, dan berbagai kegiatan perawatan lainnya. Rincian dari biaya tetap dalam analisis usaha ini dapat dilihat pada Tabel 15. Sementara itu, rincian mengenai penggunaan tenaga kerja variabel dan tenaga kerja tetap dari setiap petani responden dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Tabel 15. Rincian Biaya Tetap dalam Budidaya Jambu Biji di Desa Babak Sadeng (dalam Ribu Rupiah) No. Biaya Tetap Harga Satuan Tahun Gaji Petani Pemilik Tenaga Kerja Luar Keluarga: a. Laki-laki b. Perempuan 12,5 37,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 Total 6.887, , , , , , , ,5 b) Biaya Variabel Biaya variabel dalam usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng terdiri dari beberapa komponen, yaitu: i) Pupuk Dalam usaha budidaya jambu biji ini, para petani menggunakan beberapa jenis pupuk, yang memiliki manfaat masing-masing, seperti yang telah dijelaskan pada aspek teknis (Tabel 12). Dalam perhitungan ini, hanya digunakan jenis pupuk kandang, NPK, urea, dan KCl, karena jenisjenis pupuk tersebut merupakan jenis pupuk yang paling banyan digunakan oleh para petani. Sementara itu, pupuk yang lainnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan jenis pupuk yang digunakan dalam perhitungan, sehingga dapat disetarakan dan dianggap sebagai pengganti. 86

6 Rincian mengenai jenis pupuk, harga pembelian, dan keterangan lainnya yang digunakan dalam perhitungan dapat diamati pada Lampiran 10. ii) Obat Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan oleh para petani dalam kegiatan budidayanya, untuk meningkatkan fungsi tanaman dan menjaga dari serangan berbagai hama dan penyakit, seperti yang telah diuraikan pada aspek teknis (Tabel 13). Dalam analisis ini, jenis-jenis obat yang digunakan dalam perhitungan dibatasi pada jenis-jenis obat: PPC Organik, KNO (pestisida), Gandasil-B, Gandasil-D, Dosdet, Curakon, dan Dushban. Hal ini dikarenakan jenis-jenis obat tersebut tidak seluruhnya digunakan oleh para petani, dan terdapat beberapa jenis obat yang memiliki fungsi yang sama, dimana petani yang satu dapat menggunakan jenis obat A sementara petani yang lain menggunakan jenis obat B. Oleh karenanya, dalam perhitungan ini hanya digunakan beberapa jenis obat yang dapat mewakili jenis obat yang lainnya karena memiliki fungsi yang sama dan merupakan jenis-jenis obat yang paling banyak digunakan oleh para petani. Rincian mengenai jenis-jenis obat, harga pembeliannya, beserta berbagai keterangan lainnya yang digunakan dalam perhitungan dapat diamati pada Lampiran 11. iii) Tenaga Kerja Dalam kegiatan budidaya jambu biji ini, tenaga kerja variabel merupakan tenaga kerja yang melakukan kegiatan yang saling berpengaruh terhadap output. Hal ini dikarenakan para petani hanya menggunakan jasa para tenaga kerja pada waktu tertentu saja, yaitu pada kegiatan pemanenan buah jambu biji. Jika hasil panen jambu biji banyak, maka jumlah hari kerja para tenaga kerja akan bertambah, karena panen akan semakin sering dilakukan. Jika hasil panen sedikit, maka jumlah hari kerja para tenaga kerja akan berkurang, bahkan tenaga kerja variabel ini akan tidak dipergunakan oleh petani, karena petani dapat melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Rincian mengenai seluruh biaya variabel dari kegiatan usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng dapat dilihat pada Tabel

7 Tabel 16. Rincian Penggunaan Biaya Variabel dalam Budidaya Jambu Biji di Desa Babak Sadeng Biaya Variabel 1. Pupuk: Tahun a. Pupuk Kandang b. Pupuk NPK c. Pupuk Urea d. Pupuk KCl Obat: a. PPC Organik b. KNO (Pestisida) c. Gandasil-B d. Gandasil- D e. Dosdet f. Curakon g. Dushban T. K. Luar Keluarga: a. Laki-laki b. Wanita Total Biaya Variabel Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Proyeksi laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar nilai pajak yang harus dibayarkan oleh para petani dari usaha ini. Proyeksi laba rugi dari usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah pajak selama umur usaha budidaya jambu biji, yaitu selama 8 tahun, adalah sebesar Rp ,33. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh selama 8 tahun adalah Rp ,33 selama umur usaha budidaya jambu biji. 88

8 7.3. Analisis Kelayakan Investasi Dalam menganalisis kelayakan investasi usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini, digunakan kriteria investasi yang berupa: Net present value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Rincian dari hasil perhitungan analisis cashflow usaha budidaya jambu biji pada lahan seluas m 2 dapat dilihat pada Lampiran 13. Tabel 17 menunjukkan nilai hasil kelayakan investasi yang didapatkan dari hasil perhitungan cashflow. Tabel 17. Hasil Kelayakan Investasi dari Perhitungan Cashflow Kriteria Investasi Nilai Indikator Kelayakan Hasil Kelayakan NPV (Rp) ,53 > 0 Layak IRR (%) 29,00 > 6 Layak Net B/C 2,18 > 1 Layak PP (tahun) 2,46 < 8 Layak Net Present Value (NPV) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha budidaya jambu biji ini. Nilai NPV dapat dilihat pada cahflow (Lampiran 13). Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai NPV usaha budidaya jambu biji ini adalah sebesar Rp ,53. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini akan menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar Rp ,53. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini layak untuk dilaksanakan, karena NPV yang dihasilkan dari perhitungan usaha budidaya jambu biji ini lebih besar dari nol (NPV > 0) Internal Rate of Return (IRR) Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR harus dibandingkan dengan nilai opportunity cost of capital (OCC). Nilai OCC yang digunakan sebagai pembanding dan indikator kelayakan berdasarkan kriteria IRR dalam analisa ini adalah sebesar 6,0 persen. Nilai tersebut merupakan nilai 89

9 suku bunga bank seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan asumsi perhitungan. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 13), didapatkan nilai IRR dari usaha budidaya jambu biji ini adalah sebesar 29 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengembalian usaha budidaya jambu biji terhadap investasi yang ditanamkan adalah sebesar 29 persen. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan ini lebih besar dibandingkan dengan nilai OCC yang telah ditentukan, yaitu sebesar 6 persen (IRR=29% > 6%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini layak untuk dilaksanakan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Lampiran 13, dapat dilihat bahwa nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha budidaya jambu biji ini adalah sebesar 2,18. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 2,18 pada usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng ini. Nilai Net B/C yang dihasilkan dari analisis usaha ini lebih besar dari 1 (Net B/C=2,18 > 1). Berdasarkan indikator kelayakan kriteria Net B/C, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jambu biji ini layak untuk dilaksanakan Payback Period (PP) PP digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal dari usaha yang dilaksanakan. PP pada usaha budidaya jambu biji ini adalah selama 2 tahun, 5 bulan, 13 hari. Informasi ini menyatakan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 2 tahun, 5 bulan, 17 hari. Bila dibandingkan dengan umur usaha yakni selama 8 tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha ini lebih cepat daripada umur usaha, sehingga usaha budidaya jambu biji ini layak untuk dilaksanakan. 90

10 7.4. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak perubahanperubahan yang terjadi pada berbagai komponen biaya dan manfaat, seperti naikturunnya harga output atau input, volume produksi, dan keterlambatan dimulainya proyek terhadap kelayakan. Analisis sensitivitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel (peubah), yaitu penurunan harga jual produk jambu biji dan penurunan jumlah produksi jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Penentuan kedua variabel tersebut adalah berdasarkan fakta (data historis) mengenai penurunan jumlah produksi buah jambu biji yang terjadi di Desa Babakan Sadeng dan adanya variasi harga jual jambu biji yang dialami oleh para petani selama ini Penurunan Jumlah Produksi Selama beberapa tahun terakhir, jambu biji yang dihasilkan di Desa Babakan Sadeng mengalami penurunan jumlah produksi, seperti yang terjadi pada tahun Pada tahun 2009, jumlah produksi jambu biji yang dihasilkan di Desa Babakan Sadeng mengalami penurunan sebesar 42,86 persen dari tahun Besar nilai penurunan ini dijadikan sebagai nilai untuk analisis sensitivitas dengan jumlah produksi sebagai variabel perubahannya. Perbandingan jumlah produksi jambu biji dalam kondisi normal dan kondisi ketika terjadi penurunan jumlah produksi ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Jumlah Produksi Jambu Biji dalam Kondisi Normal dan Kondisi Terjadi Penurunan Jumlah Produksi (Kg) Jumlah Produksi Jambu Biji (Kg) pada Tahun ke- Kondisi Normal , , , ,12 Penurunan jumlah 127, , , , ,76 produksi sebesar 42,86% Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi laba-rugi dan cashflow yang ditunjukkan pada Lampiran 14 dan Lampiran 15, produksi sebesar 42,86 persen, yang dihitung sejak mulai tahun keempat hingga tahun ke-8 sebagai tahun optimal produksi jambu biji, dihasilkan nilai NPV sebesar Rp ,58, IRR sebesar 10 persen, Net B/C sebesar 1,19, dan nilai PP selama 6 tahun, 3 bulan, dan 8 hari. 91

11 Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jambu biji ini masih layak untuk tetap dilaksanakan oleh para petani, walaupun terjadi penurunan jumlah produksi jambu biji di Desa Babakan Sadeng sebesar 42,86 persen. Perbandingan hasil perhitungan kriteria investasi dengan perubahan jumlah produksi jambu biji pada kondisi normal dan ketika terjadi penurunan kuantitas sebesar 42,86 persen ini dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas pada Perubahan Jumlah Produksi Jambu Biji dalam Kondisi Normal dan Terjadi Penurunan Kondisi Nilai Kriteria Investasi NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PP (tahun) Normal , ,18 2,46 Penurunan jumlah produksi sebesar 42,86% , ,19 6, Penurunan Harga Jual Usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng sering dihadapkan pada permasalahan harga jual jambu biji yang senantiasa berfluktuasi, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat sejauh mana perubahan harga jual jambu biji ini dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng. Perubahan harga yang terjadi dihitung pada tingkat harga jual Rp 800,00 per kg yang merupakan nilai harga jual terendah yang paling sering terjadi dan dialami oleh para petani di Desa Babakan Sadeng. Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat ditunjukkan pada Lampiran 16 dan Lampiran17, dihasilkan nilai perubahan kriteria kelayakan investasi yang cukup signifikan. Pada tingkat harga jual jambu biji sebesar Rp 800,00 per kg dihasilkan nilai NPV sebesar Rp ,64, IRR sebesar 0 persen, Net B/C sebesar 0,69, dan nilai PP tidak terhitung. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jambu biji ini tidak layak untuk dilaksanakan oleh para petani, jika terjadi penurunan harga jual jambu biji di tingkat petani Desa Babakan Sadeng sebesar 60 persen menjadi sebesar Rp 800,00 per kg dari harga normal Rp 2.000,00 per kg. Perbandingan hasil perhitungan 92

12 kriteria investasi dengan perubahan harga jual jambu biji pada kondisi normal dan ketika terjadi penurunan harga dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas pada Perubahan Harga Jual Jambu Biji dalam Kondisi Normal dan Terjadi Penurunan Harga Kondisi Nilai Kriteria Investasi NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PP (tahun) Normal , ,18 2,46 Penurunan harga jual sebesar 60% ,64 0 0, Analisis Switching Value Analisis switching value merupakan bagian dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk melihat perubahan maksimal yang masih dapat ditoleransi, agar usaha jambu biji di Desa Babakan Sadeng masih layak untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini, analisis switching value dilakukan pada variabel penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual. Analisis switching value terhadap variabel penurunan jumlah produksi jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usaha jambu biji masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 51 persen. Pada kondisi tersebut, didapatkan nilai NPV sebesar Rp 47,866.83, IRR sebesar 6,02 persen, Net B/C sebesar 1 persen, dan payback period selama 7 tahun, 2 bulan, dan 33 hari. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan jumlah produksi jambu biji sebesar 51 persen, usaha budidaya jambu biji ini tetap layak untuk dilaksanakan. Namun, jika terjadi penurunan jumlah produksi jambu biji lebih besar dari 51 persen, maka usaha budidaya jambu biji ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value terhadap variabel penurunan harga jual jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usaha jambu biji masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan harga jual sebesar 45,5 persen atau menjadi Rp 1.090,00 per kg. Pada harga jual tersebut, didapatkan nilai NPV sebesar Rp ,61, IRR sebesar 6,02 persen, Net B/C sebesar 1 persen, dan payback period selama 7 tahun, 2 bulan, dan 2 hari. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan 93

13 harga jual jambu biji sebesar 45,5 persen, usaha budidaya jambu biji ini tetap layak untuk dilaksanakan. Namun, jika terjadi penurunan harga jual jambu biji menjadi lebih tinggi dari 45,5 persen atau lebih rendah dari harga jual Rp 1.090,00 per kg, maka usaha budidaya jambu biji ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat diamati berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada harga jual jambu biji sebesar Rp 800,00 per kg atau yang menurun sebesar 60 persen, yang sering terjadi di Desa Babakan Sadeng. Pada kondisi tersebut, usaha budidaya jambu biji di Desa Babakan Sadeng menjadi tidak layak untuk diusahakan. Hasil dari analisis switching value dalam perhitungan analisis kelayakan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value pada Penurunan Jumlah Produksi dan Penurunan Harga Jual dengan Kondisi Normal Kondisi Kriteria Kelayakan NPV (Rp) IRR (%) Net B/C PP (tahun) Normal , ,18 2,46 Penurunan Jumlah ,83 6,02 1 7,18 Produksi 51% Penurunan Harga Jual 40% ,61 6,02 1 7,17 94

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENGAJUAN KREDIT USAHA RAKYAT PETANI SUTERA ALAM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOGOR (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV)

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV) 5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang 5.3.1 Net Present Value (NPV) Usaha penangkapan udang, yang dilakukan oleh nelayan pesisir Delta Mahakam dan sekitarnya yang diproyeksikan dalam lima tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kelayakan investasi perluasan usaha melalui pembukaan cabang Toko X dengan menggunakan metode Capital Budgeting. Untuk mengevaluasi kelayakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dan tipe data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sehingga penelitian ini bersifat deskriptif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M TIME VALUE OF MONEY Nilai uang saat ini lebih berharga dari pada nanti. Individu akan memilih menerima uang yang sama sekarang daripada nanti, dan lebih

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci