Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 1 Mei 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 1 Mei 2015"

Transkripsi

1 BIOEKOLOGI MANGROVE DAERAH PERLINDUNGAN LAUT BEBASIS MASYARAKAT DESA BLONGKO KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN PROVINSI SULAWESI UTARA Joshan N.W. Schaduw Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan,Unverstas Sam Ratulang. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawes Utara, Indonesa. E-mal: ABSTRAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu kods boekolog mangrove yang ada d Desa Blongko Kecamatan Snonsayang Kabupaten Mnahasa Selatan Provns Sulawes Utara, parameter yang dukur adalah struktur komuntas mangrove dan kualtas ar yang merepresentaskan lngkungan peraran ekosstem mangrove. Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah stratfy random samplng, sedangkan data yang dbutuhkan adalah data prmer dan sekunder dengan metode samplng pada ekosstem mangrove. Analss yang dgunakan dalam peneltan n adalah ndeks nla pentng, ndeks keanekaragaman, keseragaman, dan domnans. Hasl yang dperoleh adalah konds peraran ekosstem mangrove dalam keadaan yang bak, dan mendukung kelangsungan hdup organsme yang berasosas dengan mangrove. Vegetas mangrove d Desa Blongko terdr atas empat faml, dengan tujuh speses. Faml mangrove tersebut adalah Avcennaceae, Melaceae, Rhzophoraceae, dan Sonnerataceae. Sedangkan speses mangrove yang ada d desa n adalah Xylocarpus granatum, Avcenna lanata, Avcenna marna, Avcenna offcnals, Bruguera gymnorrhza, Rhzophora apculata, dan Sonnerata alba. Nla keseragaman yang danalss pada vegetas mangrove yang ada d Desa Blongko menunjukkan angka 0,72. Nla keseragaman n menunjukkan bahwa jumlah ndvdu setap jens tdak jauh berbeda. Hal n juga dgambarkan oleh nla domnas sebesar 0,42 yang mengndkaskan bahwa tdak ada jens yang mendomnas pada kawasan mangrove n. Kata Kunc: Boekolog; daerah perlndungan laut; Blongko, mangrove PENDAHULUAN Sumberdaya pessr dan lautan d Desa Blongko memlk potens yang besar untuk dkembangkan. Sumberdaya n mendukung kawasan yang ada dsektarnya dan mempunya peran yang besar terhadap kelangsungan hdup bota d kawasan pessr. Degradas kawasan mangrove desa n dsebabkan oleh kegatan antropogenk yang mengeksplotas ekosstem mangrove tanpa memperhtungkan daya dukung kawasan mangrove tu sendr. Sadar akan art penngkatan produks perkanan dan pentngnya melndung keanekaragaman sumberdaya bag generas mendatang, pemerntah dan masyarakat Desa Blongko bekerjasama dengan Proyek Pessr merancang pembuatan daerah perlndungan laut d 89

2 Desa Blongko. Berbaga dukungan dalam pembuatan aturan dan konsep daerah perlndungan datang mula dar pemerntah pusat dan daerah, juga perguruan tngg sehngga pada tanggal 26 Agustus 1998 d ruang pertemuan Bala Desa telah dsepakat aturan dan lokas daerah perlndungan laut. Lewat daerah perlndungan laut berbass masyarakat n masyarakat Desa Blongko dharapkan lebh berperan aktf untuk bertanggung jawab dalam melestarkan sumberdaya pessr yang secara langsung berpengaruh pada kehdupan mereka sehar-har. Tujuan peneltan n adalah mendeskrpskan konds dan potens yang ada pada ekosstem mangrove Desa Blongko berupa struktur komuntas mangrove. Pentngnya peneltan n adalah untuk memberkan masukan terhadap pemerntah selaku pembuat kebjakan dalam pelestaran ekosstem mangrove yang lestar dan berkelanjutan, sedangkan manfaat yang dharapkan dar peneltan n adalah transfer lmu dan pengetahuan terhadap khalayak luas mengena konds ekosstem mangrove yang ada d Desa Blongko. METODE PENELITIAN Pengamblan data struktur komuntas vegetas mangrove dlakukan pada tga stasun yang berbeda pada ekosstem mangrove yang ada d Desa Blongko. Setap stasun terdr atas tga gars transek yang dharapkan dapat mewakl semua struktur komuntas mangrove yang ada d lokas peneltan. Penetapan arah gars transek dlakukan sesudah melakukan surve komuntas mangrove terlebh dahulu. Pada stasun satu dgunakan tga lajur dengan semblan petak. Masng-masng lajur terdr atas tga petak contoh. Pada stasun dua yang kawasan mangrovenya lebh luas dbandngkan stasun satu, jumlah petak contoh yang dgunakan mencapa 15 petak yang tersebar pada tga lajur. Pada stasun tga yang konds kawasan mangrovenya terlebar dantara ketga stasun, maka jumlah petak contoh d stasun n sebanyak 18 petak yang tersebar pada tga lajur. Penetapan jumlah petak dsesuakan dengan dengan konds kawasan mangrove masng-masng stasun. Jumlah petak contoh keseluruhan adalah 42 petak, tersebar pada 9 lajur, dan tga stasun. Pengamblan data mangrove dlakukan dengan menggunakan metode gars berpetak. Transek tersebut dtark tegak lurus gars panta pada setap stasun. Pada setap transek, data dambl dengan menggunakan petak berukuran 10 x 10 m 2 untuk kelompok pohon berdameter >10 cm yang dtempatkan d sepanjang gars transek. Kelompok kedua yatu kelompok pancang adalah kelompok pohon dengan dameter 2-10 cm dambl pada petak berukuran 5 x 5 m 2 yang 90

3 dtempatkan pada petak kelompok pohon, dan kelompok yang ketga adalah kelompok sema berdameter <2 cm dambl pada petak berukuran 2 x 2 m 2 yang dtempatkan pada kelompok pancang (Gambar 1). Selanjutnya vegetas mangrove pada setap petak ddentfkas dan dukur dameternya. Alat dan bahan pentng yang dgunakan dalam pengamblan data n adalah GPS, meteran, dan tal. GPS dgunakan untuk menentukan poss geografs masng-masng stasun pengamatan, sedangkan meteran dan tal dgunakan untuk membuat gars berpetak pada masngmasng stasun. Analss Data C B A 10m A Arah rnts B C A: Petak pengukuran untuk sema dan tumbuhan bawah (2 x 2m 2 ) B: Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5m 2 ) C: Petak pengukuran untuk pohon (10 x 10m 2 ) Gambar 1. Skema penempatan petak contoh. Identfkas vegetas mangrove menggunakan buku Ktamura, et al 1997 dan Noor, et al Analss vegetas mangrove mempunya tujuan untuk mendapatkan Indeks Nla Pentng (INP) yang merupakan penjumlahan dar frekuens relatf, kerapatan relatf, dan domnans relatf. Nla pentng suatu jens berksar antara 0 sampa 300. Nla pentng n memberkan gambaran mengena pengaruh atau peranan suatu jens tumbuhan mangrove dalam komuntas mangrove, untuk ketga komponen INP tersebut dapat dhtung dengan rumus sebaga berkut : D n A D = kerapatan speses ke n = jumlah total ndvdu speses ke A = luas area total pengamblan contoh RD n n n

4 (RD ) = Kerapatan relatf speses ke (n ) = Jumlah ndvdu Speses ke F n p 1 p F P = Frekuens speses ke = Jumlah petak contoh dmana dtemukan speses ke RF F n F RF F C = Frekuens relatf speses ke = Frekuens speses ke n 1 BA A. BA = π DBH 2 : 4 (dalam Cm 2 ) π = konstanta (3,14) DBH = dameter pohon dar jens ke A = luas area total pengamblan contoh (luas total petak/plot/kuadrat) DBH = CBH/ π (dalam Cm), DBH adalah lngkaran pohon setngg dada RC C n C RC = Penutupan relatf speses dan luas total area C = Luas area penutupan speses ke Jumlah nla kerapatan relatf speses (RD ), frekuens relatf speses (RF ) dan penutupan relatf speses (RC ) menunjukkan Nla Pentng Speses (IV ) : IV RD RF RC Indeks Keanekaragaman H' s 1 P ln P H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wener N = Jumlah total ndvdu dalam komuntas ( n) n = Jumlah ndvdu speses atau jens ke- 92

5 P s = Propors ndvdu speses ke- (n/n) = 1,2,3,, s = Jumlah genera Keseragaman H' E H' Maks E = Indeks keseragaman H = Indeks keanekaragaman S = Jumlah genera D S 1 Dar perbandngan n ddapat suatu nla yang besarnya antara 0 dan 1, yang bermakna: (1) Semakn kecl nla ndeks keseragaman (E) akan semakn kecl pula keseragaman suatu populas, artnya penyebaran jumlah ndvdu setap speses mendomnas populas tersebut, dan (2) Semakn besar nla ndeks keseragaman (E) maka populas menunjukkan keseragaman, sehngga dapat dkatakan bahwa jumlah ndvdu setap speses dapat dkatakan sama atau tdak jauh berbeda (Odum, 1971). Domnas Untuk menghtung domnas jens mangrove dgunakan Indeks Smpson dalam Krebs (1989) yang dhtung dengan persamaan berkut : ( P) 2 D = Indeks Domnas P = n/n n = Jumlah ndvdu speses ke- N = Jumlah total ndvdu semua speses = 1,2,3,., s s = Jumlah genera Nla D berksar antara 0 1 (Odum, 1971). Jka nla D mendekat 0, berart hampr tdak ada ndvdu yang mendomnas, dan jka nla D mendekat 1, berart ada salah satu genus atau speses yang mendomnas. HASIL DAN PEMBAHASAN Vegetas mangrove d Desa Blongko terdr atas empat faml, dengan tujuh speses. Faml mangrove tersebut adalah Avcennaceae, Melaceae, Rhzophoraceae, dan 93

6 Sonnerataceae. Sedangkan speses mangrove yang ada d desa n adalah Xylocarpus granatum, Avcenna lanata, Avcenna marna, Avcenna offcnals, Bruguera gymnorrhza, Rhzophora apculata, dan Sonnerata alba. Hal n berbeda dengan DPL Desa Talse yang hanya memlk dua faml mangrove yatu Avcennaceae dan Rhzophoraceae. Selan tu dar jumlah speses Desa Talse hanya memlk enam speses dantaranya adalah Avcenna marna, Bruguera cylndrca, Bruguera gymnorrhza, Rhzhopora apculata, Rhzhopora mucronata, dan Rhzhopora stylosa (Wantasen, 2002). Dar hasl pengamatan pada tga stasun d ekosstem mangrove, total ndvdu yang masuk dalam gars berpetak sebanyak 560 ndvdu. Jumlah ndvdu terbanyak terlhat pada jens Avcenna offcnals sebanyak 211 ndvdu (37,68%) dan yang palng sedkt adalah jens Bruguera gymnorrhza 13 ndvdu (2,32%). Rendahnya jens Bruguera gymnorrhza pada ekosstem mangrove desa n lebh dakbatkan oleh adanya eksplotas yang berlebhan pada tahun Pembuatan jalan trans sulawes memaksa eksplotas terhadap jens n sangat tngg. Oleh masyarakat sektarnya jens n juga serng dgunakan dalam keperluan rumah tangga khususnya untuk kayu bakar. Jens n dbandngkan jens yang lannya lebh cepat kerng dan bak untuk djadkan kayu bakar. Jumlah jens Avcenna offcnals, Avcenna marna, dan Sonnerata alba pada masngmasng kelompok mengndkaskan bahwa jens n memlk jumlah populas yang bak dan dapat beregeneras dengan bak. Lan halnya dengan beberapa jens mangrove yang memlk jumlah ndvdu yang sedkt pada kelompok pancang dan sema. Jens Avcenna lanata, Rhzophora apculata, dan Xylocarpus granatum memlk jumlah ndvdu yang sangat sedkt pada kelompok sema. Hal n mengndkaskan bahwa jens n kurang mampu bertahan dan beradaptas dengan lngkungan. Eksplotas yang berlebhan mengakbatkan terjadnya penurunan jumlah masng-masng kelompok (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah ndvdu mangrove pada masng-masng jens Jens Faml Jumlah Indvdu Pohon Pancang Sema Σ % Avcenna lanata Avcennaceae ,29 Avcenna marna Avcennaceae * ,50 Avcenna offcnals Avcennaceae ,68 Bruguera gymnorrhza Rhzophoraceae 13 * * 13 2,32 Rhzophora apculata Rhzophoraceae * ,11 Sonnerata alba Sonnerataceae ,82 Xylocarpus granatum Melaceae ,29 Jumlah ,00 94

7 Faml Avcennaceae adalah faml yang memlk jumlah ndvdu terbanyak dalam struktur vegetas mangrove. Peneltan Kusen dkk. (1999) menjelaskan bahwa faml Avcennaceae adalah jens yang mendomnas pada ekosstem mangrove Desa Blongko. Pada laporan proyek pessr tahun 1999 dkatakan bahwa d Desa Blongko terdapat tga faml mangrove yatu Avcennaceae, Rhzophoraceae, dan Sonnerataceae, sedangkan peneltan n menunjukkan ada empat faml mangrove yang terdapat pada ekosstem mangrove d desa n. Kelompok pohon jens yang banyak dtemukan adalah Avcenna offcnals 80 ndvdu kemudan dkut oleh jens Sonnerata alba, Bruguera gymnorrhza, Avcenna lanata, dan yang palng sedkt adalah jens Xylocarpus granatum dengan jumlah ndvdu masng-masng jens secara berurutan adalah 69, 13, 11, dan 2 ndvdu. Pada kelompok pohon tdak ddapat adanya jens Avcenna marna dan Rhzhopora apculata. Melalu hasl wawancara dketahu bahwa dulu dtempat n banyak dtumbuh oleh Avcenna marna dan Rhzhopora apculata akan tetap pada tahun-tahun berkutnya jens n mula hlang dan dgantkan jens yang lan. Penyebab menurunnya jens n dkarenakan oleh adanya tekanan terhadap lngkungan yang menyebabkan jens n tdak bsa bertahan. Tekanan n dapat saja datang dar lngkungan tu sendr ataupun akbat dar pemanfaatan yang bersfat merusak. Tekanan yang datang dar alam sepert arus, gelombang, eros, ntrus, dan sedmentas sangat memengaruh ekosstem mangrove. Selan tu penebangan mangrove, pembuangan sampah dan hajat, serta pembukaan lahan yang dlakukan oleh manusa adalah faktor terjadnya degradas pada ekosstem mangrove. Faktor penyebab terjadnya degradas ekosstem mangrove n juga terjad pada beberapa DPL dan ekosstem lannya. Pada DPL Desa Talse, menurut Wantasen (2002), penurunan kualtas dan kuanttas ekosstem mangrove banyak dpengaruh oleh kegatan antropogenk dbandngkan oleh gejala alam. Selan tu penurunan jumlah hasl tangkapan kan demersal juga dakbatkan oleh menurunnya vegetas mangrove yang ada pada suatu daerah pessr (Manembu, 2004). Nazl (2004) dan Gunarto (2004) berpendapat bahwa konservas terhadap ekosstem mangrove akan sangat berpengaruh terhadap sumberdaya hayat perkanan panta dan semua ekosstem yang ada d pessr. Pada kelompok pancang jens yang banyak masuk dalam gars berpetak adalah jens Sonnerata alba yatu sebanyak 62 ndvdu dkut oleh Avcenna offcnals 58 ndvdu, Avcenna marna 25 ndvdu, Rhzophora apculata 16 ndvdu, Xylocarpus granatum 15 ndvdu, dan Avcenna lanata 8 ndvdu. Pengamatan pada kelompok pancang tdak mendapat 95

8 adanya jens Bruguera gymnorrhza. Jens n sudah jarang dtemukan. Pada stasun tga yang berlokas d zona nt DPL jens n mash dapat dlhat dengan jumlah yang sangat sedkt. Kelompok sema adalah kelompok yang palng banyak memlk jumlah ndvdu. Dar 201 jens ndvdu, jens Avcenna offcnals adalah jens yang palng banyak ddapat pada ke tga stasun d ekosstem mangrove Desa Blongko, jens n berjumlah 211 ndvdu, dkut oleh jens Sonnerata alba, Avcenna marna, Xylocarpus granatum, Rhzophora apculata, dan Avcenna lanata. Nla kerapatan relatf pada ekosstem mangrove Desa Blongko berksar antara 1,14% - 4,715% untuk tngkat pohon, 4,35% - 33,70% untuk tngkat pancang, dan 2,49-% - 36,32% untuk tngkat pancang (Tabel 2). Kerapatan relatf tertngg untuk tngkat pohon dan sema terdapat pada jens Avcenna offcnals dengan nla masng-masng tngkat adalah 45,71 dan 36,32%, sedangkan pada tngkat pancang Sonnerata alba memlk nla tertngg yatu 33,70%. Kerapatan relatf terendah untuk tngkat pohon terdapat pada jens Xylocarpus granatum (1,14%), dan untuk tngkat pancang dan sema jens Bruguera gymnorrhza tdak dtemukan, hal n membuat nla kerapatan relatf kedua tngkat n tdak ada. Hal serupa juga dapat dlhat pada jens Avcenna marna dan Rhzophora apculata yang tdak terdapat pada tngkat pohon., Avcenna lanata adalah jens yang memlk kerapatan relatf yang rendah untuk tngkat pancang dan sema yatu masng-masng sebesar 4,35% dan 2,49%. Nla kerapatan relatf pada jens Avcenna offcnals yang besar menunjukkan bahwa jens n adalah jens yang palng mendomnan pada kawasan mangrove Desa Blongko. Sedangkan jens Avcenna lanata, adalah jens yang jarang dtemukan hal yang sama untuk jens Bruguera gymnorrhza yang sudah sangat jarang dtemukan. Kerapatan pada suatu ekosstem mangrove berpengaruh pada bota yang berasosas ddalamnya. Dalam Sklleter and Warren (1999), ekosstem mangrove dgunakan sebaga tempat perlndungan bota yang hdup ddalamnya sepert, kan, moluska. Kerapatan vegetas mangrove dalam suatu ekosstem memberkan perlndungan terhadap bota yang menempat tempat n dar faktor alam dan hewan predator. Hal n membuat ekosstem mangrove serng dgunakan sebaga tempat memjah dan mengasuh bag berbaga organsme yang berasosas ddalamnya. Hal n dbuktkan oleh Crowder and Cooper (1979, 1982) dalam Sptzer et al. (1999) yang menyatakan bahwa kepadatan makropta memengaruh pertumbuhan kan. Pertumbuhan n dpengaruh oleh hewan predator dan pemanfaatan yang berlebhan. Melhat akan kedua stud 96

9 datas maka dapat dsmpulkan bahwa kerapatan mempunya manfaat tak langsung yang berart bag organsme yang ada ddalamnya Tabel 2. Kerapatan dan kerapatan relatf jens mangrove Jens Pohon Pancang Sema D RD D RD D RD Avcenna lanata 26,19 6,29 19,05 4,35 11,90 2,49 Avcenna marna * * 59,52 13,59 107,14 22,39 Avcenna offcnals 190,48 45,71 138,10 31,52 173,81 36,32 Bruguera gymnorrhza 30,95 7,43 * * * * Rhzophora apculata * * 38,10 8,70 16,67 3,48 Sonnerata alba 164,29 39,43 147,62 33,70 152,38 31,84 Xylocarpus granatum 4,76 1,14 35,71 8,15 16,67 3,48 Nla dar frekuens relatf dapat menggambarkan penyebaran suatu speses yang ada pada satu ekosstem. Hasl analss tertera pada Tabel 3. Nla frekuens tertngg pada tngkat pohon ada pada jens Avcenna offcnals (42,37%) sedangkan nla terendah berasal dar jens Xylocarpus granatum (1,69%). Lan halnya pada tngkat pancang nla tertngg ada pada jens Sonnerata alba (36,36%) dan yang terendah ada pada jens Avcenna lanata (5,45%), sedangkan untuk tngkat sema nla frekuens tertngg ada pada jens Avcenna offcnals dan Sonnerata alba sebesar (35,14%) dan nla terendah ada pada jens Avcenna lanata (5,14%). Tnggnya nla frekuens pada Avcenna offcnals dan Sonnerata alba mengndkaskan bahwa jens n melmpah pada ekosstem mangrove sedangkan jens Avcenna lanata dan Xylocarpus granatum jarang dtemukan d ekosstem mangrove Desa Blongko. Hal yang serupa dperlhatkan dengan tdak dtemukannya jens Bruguera gymnorrhza yang hanya terdapat pada tngkatan pohon. Tabel 3. Frekuens dan frekuens relatf jens mangrove Jens Pohon Pancang Sema F RF F RF F RF Avcenna lanata 0,10 6,78 0,07 5,45 0,05 5,41 Avcenna marna * * 0,14 10,91 0,14 16,22 Avcenna offcnals 0,60 42,37 0,33 25,45 0,31 35,14 Bruguera gymnorrhza 0,14 10,17 * * * * Rhzophora apculata * * 0,14 10,91 0,05 5,41 Sonnerata alba 0,55 38,98 0,48 36,36 0,31 35,14 Xylocarpus granatum 0,02 1,69 0,14 10,91 0,02 2,70 97

10 Penutupan relatf tertngg pada tngkat pohon terlhat pada jens Sonnerata alba (64,32%) dkut oleh jens Avcenna offcnals, Avcenna lanata, Bruguera gymnorrhza, dan Xylocarpus granatum yang nla dar masng-masng jens secara berurutan adalah 23,42%, 7,35%, 3,06%, dan nla yang terendah 1,85%. Sedangkan pada tngkat pancang nla tertngg terlhat pada jens Avcenna offcnals (45,48%) dkut oleh jens Sonnerata alba (28,39%), Avcenna marna (9,92%), Rhzophora apculata (7,22%), Xylocarpus granatum (6,60%) dan yang terkecl adalah Avcenna lanata (2,40%) (Tabel 4). Jens yang domnan memlk produktvtas yang besar dmana dalam menentukan suatu jens vegetas domnan yang perlu dketahu adalah dameter batang (Odum, 1994). Jens dan umur dar pohon sangat menentukan besarnya dameter batang yang memengaruh penutupan dan penutupan relatf, selan tu faktor alam dan ketersedan nutren d ekosstem mangrove juga merupakan salah satu faktor pendukungnya. Penutupan relatf yang kecl yang terlhat pada beberapa jens dakbatkan karena jens-jens tersebut oleh masyarakat serng dgunakan dalam keperluan sehar-har. Mangrove dengan dameter batang yang besar akan lebh mudah dkerngkan untuk keperluan rumah tangga dbandngkan mangrove yang dameter pohonnya kecl. Tabel 4. Penutupan dan penutupan relatf jens mangrove Jens Pohon Pancang C RC C RC Avcenna lanata Avcenna marna * * Avcenna offcnals Bruguera gymnorrhza * * Rhzophora apculata * * Sonnerata alba Xylocarpus granatum Indeks nla pentng (INP) yang ada pada suatu ekosstem mangrove akan menggambarkan pengaruh dan peranan suatu jens dalam suatu komuntas. Indeks nla pentng yang tertngg pada tngkatan pohon adalah jens Sonnerata alba (142,73%) dan yang terendah adalah Xylocarpus granatum (4,69%). Lan halnya dtngkat pancang, INP tertngg terlhat pada jens Avcenna offcnals (102,45%) dan yang terendah adalah jens Avcenna lanata (12,20%). Pada tngkatan sema INP tertngg terlhat pada jens Avcenna offcnals (71,45) dan yang terendah adalah jens Xylocarpus granatum (6,19%). Rendahnya INP pada jens tertentu 98

11 mengndkaskan bahwa jens n kurang mampu bersang dengan lngkungan yang ada dsektarnya serta jens lannya. Rendahnya ketahanan terhadap gejala alam serta besarnya eksplotas mengakbatkan jens-jens tersebut berkurang dar tahun ke tahun. Dalam Tokuyama dan Arakak (1988) penurunan jumlah vegetas pada beberpa jens mangrove sepanjang Sunga Nakama d Jepang dkarenakan beberapa jens mangrove tdak mampu bertahan akbat adanya pencemaran. Indeks nla pentng pada ekosstem mangrove Desa Blongko dpengaruh oleh jumlah ndvdu yang ada pada ekosstem n, hal n dapat dlhat pada Tabel 5 dmana angka tertngg dan terendah masng-masng kelompok juga speses terlhat sama. Tabel 5 akan memperlhatkan ndeks nla pentng dar masng-masng tngkatan dan jens mangrove Desa Blongko. Tabel 5. Indeks nla pentng masng-masng tngkatan dan jens Jens Nla Pentng Speses (IV ) Pohon Pancang Sema Avcenna lanata 20,41 12,20 7,89 Avcenna marna * 34,41 38,60 Avcenna offcnals 111,51 102,45 71,45 Bruguera gymnorrhza 20,66 * * Rhzophora apculata * 26,82 8,89 Sonnerata alba 142,73 98,45 66,98 Xylocarpus granatum 4,69 25,66 6,19 Jumlah 300,00 300,00 200,00 Keanekaragaman, Keseragaman, dan Domnas Gambaran mengena struktur organsme berupa persekutuan (assemblages) speses dalam komuntas dapat dlhat dar ndeks keanekaragaman. Pada peneltan n hasl analss terhadap vegetas mangrove d Desa Blongko menunjukkan ndeks keanekaragaman sebesar 1,01. Dar hasl yang dperoleh maka dapat dkatakan bahwa keanekaragaman jens mangrove d Desa Blongko mash rendah. Rendahnya keanekaragaman d desa n dkarenakan rentannya ekosstem n terhadap tekanan yang datang dar kegatan manusa dan gejala alam. Adanya jens mangrove yang djadkan target dalam pemanfaaatan membuat jens tertentu mengalam penurunan jumlah populas. Jens Bruguera sp adalah jens yang sudah jarang dtemukan. Menurut certa masyarakat jens n dulunya ada beberapa macam, akbat dar serngnya dtebang maka ada jens yang sudah tdak ddapat lag sekarang n. 99

12 Faktor-faktor pembatas sepert faktor fska dan kma serta kompets nterspeses sangat memengaruh nla keanekaragaman (Odum, 1994). Dengan memperhatkan keanekaragaman dalam komuntas maka dapat dperoleh gambaran tentang kedewasaan organsas suatu komuntas, makn tngg organsas d dalam suatu komuntas tersebut maka keadaannya lebh bak. Dengan ndeks keanekaragaman yang stabl maka masng-masng jens akan berkesempatan untuk dapat melangsungkan daur hdup yang lebh teratur, efsen, dan produktf (Soeratmadja, 1981 dan Kramadbrata, 1975 ) Keanekaragaman speses cenderung rendah dalam ekosstem-ekosstem yang secara fsk dan kma mendapat tekanan dan akan cenderung tngg apabla dalam ekosstem datur oleh alam dan kurang mendapat tekanan. Nla keanekaragaman yang kecl terdapat pada daerah dengan lngkungan yang ekstrem, sedangkan nla keanekaragaman yang sedang dan tngg akan memberkan kesempatan terhadap masng-masng jens untuk melangsungkan daur kehdupan yang lebh teratur, efssen, dan produktf (Resosoedarmo, et al. 1980). Dalam Tokuyama dan Arakak (1988) menurunnya keanekaragaman jens pada ekosstem mangrove dakbatkan oleh perubahan fsk dan kma ekosstem mangrove, akbatnya beberapa jens mangrove mat dan terjad domnas pada jens mangrove yang mampu bertahan pada stuas yang ekstrm n. Sukardjo (2002) menambahkan bahwa beberapa faktor yang mengakbatkan menurunnya keanekaragaman mangrove d Indonesa adalah pemanfaatan jens mangrove tertentu oleh masyarakat pessr dan akbat perubahan yang ekstrm terhadap ekosstem tu sendr. Nla keseragaman yang danalss pada vegetas mangrove yang ada d Desa Blongko menunjukkan angka 0,72. Nla keseragaman n menunjukkan bahwa jumlah ndvdu setap jens tdak jauh berbeda. Hal n juga dgambarkan oleh nla domnas sebesar 0,42 yang mengndkaskan bahwa tdak ada jens yang mendomnas pada kawasan mangrove n. Konds Fsk dan Kmaw Peraran Ekosstem Mangrove Data salntas, suhu, dan derajat keasaman dapat dlhat pada Lampran 1. Suhu lngkungan dan peraran pada ekosstem mangrove berksar antara 29 o C 31,5 o C, sedangkan untuk derajat keasaman berksar antara 6,5 7, dan untuk salntas berksar antara 27 PSU 35 PSU. Konds fsk n dpengaruh oleh beberapa alran sunga yang bermuara d Teluk Blongko. Mangrove merupakan tumbuhan yang memlk kemampuan tolerans terhadap ksaran salntas yang luas. Mereka juga dapat bertahan hdup pada lngkungan panta yang serng kal tdak dgenang oleh ar laut. Avcenna spp. merupakan jens yang palng memlk kemampuan 100

13 tolerans tngg terhadap ksaran salntas yang luas dbandngkan dengan jens lannya. Avcenna marna mampu tumbuh dengan bak pada salntas yang mendekat ar tawar sampa dengan salntas 90 PSU. Pada konds salntas yang ekstrm n, pohon tumbuh kerdl, kemampuan untuk menghaslkan buah menjad hlang (McNae dalam Noor et al.1999). Namun demkan, tumbuhan mangrove tdak dapat bertumbuh pada lngkungan yang benar-benar tawar. Konds n juga dapat dlhat pada ekosstem mangrove d Desa Blongko dmana jens Avcenna offcnals dan Avcenna marna memlk jumlah ndvdu yang banyak dbandngkan yang lan. Kemampuan jens n beradaptas dengan lngkungan membuat jens n memlk jumlah ndvdu yang stabl pada masng-masng kelompok. Konds fsk yang ada pada ekosstem mangrove d Desa Blongko dapat dkatakan dalam konds yang bak. Semua varabel yang dukur memberkan gambaran bahwa konds fsk peraran ekosstem mangrove belum banyak mendapatkan tekanan fsk, bak oleh alam ataupun pencemaran. KESIMPULAN Konds ekosstem mangrove Desa Blongko dalam keadaan yang bak, hal n dperlhatkan oleh parameter kualtas ar yang mash sesua dengan baku mutu lngkungan ekosstem mangrove. Vegetas mangrove d Desa Blongko terdr atas empat faml, dengan tujuh speses. Faml mangrove tersebut adalah Avcennaceae, Melaceae, Rhzophoraceae, dan Sonnerataceae. Sedangkan speses mangrove yang ada d desa n adalah Xylocarpus granatum, Avcenna lanata, Avcenna marna, Avcenna offcnals, Bruguera gymnorrhza, Rhzophora apculata, dan Sonnerata alba. Nla keseragaman yang danalss pada vegetas mangrove yang ada d Desa Blongko menunjukkan angka 0,72. Nla keseragaman n menunjukkan bahwa jumlah ndvdu setap jens tdak jauh berbeda. Hal n juga dgambarkan oleh nla domnas sebesar 0,42 yang mengndkaskan bahwa tdak ada jens yang mendomnas pada kawasan mangrove n. Saran untuk peneltan selanjutnya adalah perlu adanya kajan yang mendalam tentang strateg pengelolaan secara keseluruhan untuk mengoptmalkan fungs ekosstem mangrove bak untuk pemanfaatan maupun untuk tujuan konservas sumberdaya hayat. 101

14 DAFTAR PUSTAKA Gunarto Konservas Mangrove Sebaga Pendukung Sumber Hayat Perkanan Panta. Jurnal Ltbang Pertanan 23:1 6.Sulawes Selatan. Ktamura S., Anwar A., Chanago A. dan Baba S Handbook of mangroves n Indonesa, Bal. JICA dan ISME. Kramadbrata I Ekolog Hewan. Bolog. Fakultas MIPA. Insttut Teknolog Bandung. Bandung. Krebs, J.C Ecologcal Methodology. Harper and Row Publsher. New York. Kusen, J.D., Rotnsulu, C., Sahaena, A. dan Sukmara, A Laporan Data Dasar Sumberdaya Wlayah Pessr Dea Blongko, Kabupaten Mnahasa. Provns Sulawes Utara. Proyek Pessr. Techncal Report TE-99/24-1. Unversty of Rhode Island, Coastal Resources Center, Narragansett, Rhode Island, USA. pp.49. Manembu, I Partspas Masyarakat dalam Pengelolaan Derah Perlndungan Laut d Pulau Gangga, Bangka dan Talse. [Tess] : Program Pascasarjana, Insttut Pertanan Bogor. Nagelkerken, I. and Van Der Velde, G Are Carbbean Mangroves Important Feedng Grounds For Juvenle Reef Fsh From Adjacent Seagrass Beds. Mar. Ecol. Prog. Ser. 274: Nazl, M Strateg Pengelolaan Ekosstem Mangrove Berbass Partspas Masyarakat d Kawasan Teluk Pangpang-Banyuwang. [Tess]: Program Pascasarjana, Insttut Pertanan Bogor. Noor, Y.R., Khazal M. dan Suryadputra, I.N.N Panduan Pengenalan Mangrove Indonesa. PKA/WI-IP. Bogor. Odum, E Fundamentals of ecology. 3rd ed. W.B. Saunders. Phladelpha. Resosoedarmo, R.S., Kartawnata, K. dan Soegarto, A Pengantar Ekolog. C.V. Remadja Karya. Cetakan I. Bandung. Soeratmadja, R.E Ilmu Lngkungan. Bolog. Fakultas MIPA. Insttut Teknolog Bandung. Bandung. Schaduw, J Profl Desa Kelurahan Manado Tua Dua, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Provns Sulawes Utara. [Laporan praktek kerja lapang]: Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan. Unverstas Sam Ratulang. Sklleter, G.A. and Warren, S Effects of Habtat Modfcaton n Mangroves on the Structure of Mollusc and Crab Assemblages. Elsever. 244 : Sptzer, P.M., Mattla, J. and Heck. Jr. K.L The Effects of Vegetaton Densty on the Relatve Growth Rates of Juvenle Pnfsh, Lagodon rhombodes (Lnneaus), n Bg Lagoon, Florda. Elsever. 244 :67 86 Sukardjo, S Integrated Coastal Zone Management (ICZM) n Indonesa: A Vew from a Mangrove Ecologst. Southeast Asan Studes. 40: Tokuyama, A. and Arakak, T Physcal and Chemcal Study of The Causes of Mangrove Death Along The Nakama Rver. Iromote Island. Oknawa. Galaxea. 7: Wantasen, A Kajan Ekonom Ekolog Ekosstem Mangrove Daerah Perlndungan Laut Desa Talse, Kabupaten Mnahasa, Sulawes Utara [Tess]: Program Pascasarjana, Insttut Pertanan Bogor. 102

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d kawasan TNTN yang berbatasan dengan perkebunan kelapa sawt PT. Int Indosawt Subur Kecamatan Uku, Kabupaten Pelalawan, Propns

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d Peraran Karang Lebar, Kepulauan Serbu, Jakarta. Stasun pengamatan tersebar pada tga ttk d peraran karang lebar yang danggap mewakl konds

Lebih terperinci

3 METODE. Metode dan Desain Penelitian

3 METODE. Metode dan Desain Penelitian 10 3 METODE Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan dlaksanakan d kawasan hutan mangrove Cbako, Sancang terletak antara poss 7 42' 32.15" - 7 45' 32.15" LS dan 107 42'34.15"- 107 52'18.10" Bujur Tmur, dmana

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian . METODE PENELITIAN.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d peraran Pulau Pas, Kabupaten Kepulauan Selayar dar bulan Aprl sampa Me 1. Dar sudut pandang geograf, Kabupaten Kepulauan Selayar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d kawasan PT. Kencana Sawt Indonesa (KSI), Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat sebaga lokas pengamatan dan pengamblan data. Pengolahan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA PASAR BANGGI, KABUPATEN REMBANG

KAJIAN KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA PASAR BANGGI, KABUPATEN REMBANG KAJIAN KONSERVASI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA PASAR BANGGI, KABUPATEN REMBANG Nharul Annas*, Suryono, Rudh Prbad Program Stud Ilmu Kelautan, Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan, Unverstas Dpenogoro Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat IV. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Peneltan n dlaksanakan dar bulan Agustus 2008 sampa Agustus 2009, dawal dengan observas lapangan pada bulan Agustus 2008. Penyusunan rencana peneltan dlakukan dar bulan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menmbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pengumpulan Data Data Vegetasi

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pengumpulan Data Data Vegetasi 15 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlaksanakan d hutan rakyat kayu bawang yang terdapat d tga Desa, yatu Desa Pasar Pedat d Kabupaten Bengkulu Tengah, Desa Sawang Lebar dan Desa Dusun

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU PASI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR. Ralph Tuhumury 1 ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU PASI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR. Ralph Tuhumury 1 ABSTRACT STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU PASI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Ralph Tuhumury 1 1 Program Stud Buddaya Peraran, Fakultas Perkanan & Ilmu Kelautan Unyap ABSTRACT Seagrasses are marne

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 13 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan tempat Peneltan n dlaksanakan pada bulan Aprl sampa Jun 007 d ekosstem mangrove yang terdapat d pulau Lentea Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatob Sulawes

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pan(LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akbat kerja palng serng dtemukan.nyer juga bsa menjalar kedaerah lan sepert punggung bagan atas dan pangkal

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci