ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE LEARNING CURVE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE LEARNING CURVE"

Transkripsi

1 ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE LEARNING CURVE Kelvn Dosen Teknk Industr Sekolah Tngg Teknk Surabaya e-mal: ABSTRAK Sebuah perusahaan manufaktur yang memproduks speaker memlk permasalahan pada lne produks nya. Permasalahan yang dalam adalah terjad bottle neck dbeberapa bagan lne produks, sehngga proses produks tdak berjalan optmal. Pada perusahaan n proses produks dkerjakan secara manual oleh operator dan mesn. Berdasarkan permasalahan tersebut dlakukan analsa untuk menentukan konds lntasan produks yang sembang dengan melakukan pengoptmalan faktor-faktor produks yang ada sehngga dapat mengurang atau menghlangkan bottle neck yang terjad pada lntasan produks dan proses menjad lebh optmal serta dapat menngkatkan kapastas output produks. Dar analsa n dketahu bahwa penyebab munculnya bottle neck dsebabkan oleh masalah produktvtas dan keterbatasan kapastas produks mesn. Untuk mengatas hal n, maka dlakukan pengoptmalan jumlah operator agar lntasan mencapa kesembangan, penngkatan produktvtas knerja operator, dan berbaga hal lannya. Khusus untuk analsa proses yang dlakukan secara manual danalsa berdasarkan metode learnng curve karena knerja manusa yang dlakukan secara berulang-ulang akan mengalam pembelajaran dengan sendrnya. Hasl dar perbakan d salah satu lne produks dapat menngkatkan output produks sebesar 9,503%. Kata kunc: Tme Study, Kesembangan Lntasan, Kurva Belajar ABSTRACT A manufacturng company that produces speakers have problems at the producton lne. Problems experenced s the bottle neck occurs n some parts of the producton lne. So, the producton process s not runnng optmally. At the company's producton process s done manually by the operator and machne. Based on these problems analyzed to determne the condton of a balanced producton lne by performng the optmzaton of producton factors that exst that can reduce or elmnate the bottle neck that occurs n the path of producton and the process becomes more optmal and can ncrease the output capacty of producton. From ths analyss, that the causal bottle neck caused by a problem wth productvty and the lmtatons of machne producton capacty. To overcome ths, t s optmzaton of the track operator to acheve a balance, ncreasng the productvty performance of the operators, and varous other thngs. Especally for the analyss process s done manually analyzed based on the learnng curve method because human performance conducted repeatedly learnng experence by tself. Results of repar n one producton lne can ncrease the producton output amounted to 9.503%. Keywords: Tme Study, Lne Balancng, Learnng Curve PENDAHULUAN Produktvtas secara sederhana ddefnskan sebaga perbandngan antara output per nputnya. Agar produktvtas menngkat, perlu dupayakan proses produks yang efektf dan memberkan kontrbus sepenuhnya terhadap kegatan-kegatan produktf yang berkatan dengan nla tambah. Salah satu caranya adalah dengan berusaha menghndar atau memnmalkan langkah-langkah kegatan yang tdak produktf sepert banyaknya dle/delay, set up, loadng-unloadng, materals handlng dan sebaganya. Perusahaan serngkal menghadap permasalahan dengan terjadnya bottle neck pada lntasan produksnya, oleh karena tu akan dlakukan analss lne balancng pada lntasan produksnya. Lne balancng pada suatu lntasan produks adalah bertujuan untuk memberkan beban yang sama atau bermbang pada semua faktor proses produks yang ada pada lntasan produks tersebut. Faktor proses 64

2 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: produks yang dmaksud d sn adalah sumber daya yang dgunakan dalam proses produks (msalnya operator, mesn dan atau peralatan kerja). Untuk ketdaksembangan lntasan pada proses produks ada beberapa hal yang dapat dlakukan yatu pengaturan terhadap penempatan faktorfaktor, yang berart pengalhan faktor-faktor pada tempat yang lebh dperlukan. TINJAUAN PUSTAKA Suatu pekerjaan dkatakan dselesakan secara efsen apabla waktu penyelesaannya berlangsung palng sngkat (Wgnjosoebroto, 1995). Untuk mendapatkan waktu penyelesaan palng sngkat dperlukan adanya peneltan kerja dan analsa metode kerja. Tujuan dar peneltan dan analsa metode kerja n adalah mengaplkaskan prnsp dan teknk pengaturan cara kerja yang optmal dalam sstem kerja tersebut, sehngga dperoleh alternatf metode pelaksanaan kerja yang danggap memberkan hasl yang palng efektf dan efsen. Pengukuran waktu kerja n akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dbutuhkan guna menyelesakan suatu pekerjaan. Secara sngkat pengukuran kerja adalah metode penetapan kesembangan antara kegatan manusa yang dkontrbuskan dengan unt output yang dhaslkan. Pengukuran dlakukan pada waktu yang dbutuhkan (secara wajar) oleh seorang pekerja yang memlk tngkat kemampuan rata-rata (normal) untuk menyelesakan pekerjaan atau dsebut dengan waktu baku. Dalam pengukuran waktu kerja ada dua cara yang dapat dlakukan, yatu secara langsung (stopwatch atau work samplng) dan secara tdak langsung (standart data atau predetermned tme study). Pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jam hent atau stopwatch sebaga alat bantu dperkenalkan pertama kal oleh Frederck W. Taylor pada abad ke-19. Metode n sangat sesua daplkaskan terutama untuk pekerjaan yang sngkat dan berulang-ulang (repettve). Dar hasl pengukuran akan dperoleh waktu baku untuk menyelesakan satu sklus pekerjaan bag semua pekerja. Untuk mengetahu kemampuan pekerja dperlukan penentuan performance ratng. Performance ratng adalah aktvtas untuk menla dan mengevaluas kecepatan kerja operator. Salah satu metode yang dgunakan untuk menganalsa performance ratng adalah metode westnghouse yang mempertmbangkan 4 faktor dalam mengevaluas performance operator, yatu skll, effort, condton, dan consstency. Dalam proses perhtungan untuk memperoleh waktu baku, juga dperlukan waktu longgar atau allowance. Tdak ada operator yang dapat bekerja terus menerus tanpa mengalam gangguan sama sekal. Karena tulah, dalam perhtungan waktu baku perlu memperhatkan kelonggaran pada operator. Pada umumnya kelonggaran (allowance) melput tga hal, yatu kelonggaran untuk kebutuhan personal, kelonggaran untuk melepas lelah, kelonggaran karena keterlambatan. Salah satu aplkas atau pemanfaatan dar dketemukannya waktu baku adalah guna menyembangkan lntasan produks. Proses kesembangan lntasan pada dasarnya merupakan satu hal yang tdak pernah mencapa kesempurnaan. Dengan adanya kesembangan lntasan, maka dharapkan tdak terjad bottle neck (macet atau penyemptan) yang dapat menghambat kelancaran produks. Dalam pengamblan data juga ddasarkan pada konsep kurva belajar. Kosep dar kurva belajar menyatakan bahwa pada pekerjaan yang berulang secara terus-menerus, operator yang melakukan secara otomats akan melakukan pembelajaran pada pekerjaannya pada saat melakukan pekerjaan tersebut. Tngkat pembelajaran tersebut dapat dlhat dar tngkat waktu yang dbutuhkan untuk menyelesakan satu sklus pekerjaan. Semakn lama, waktu penyelesaan yang dperlukan semakn cepat hngga mencapa satu ttk tertentu. Bla mencapa ttk maksmum tersebut, maka pekerjaan yang dlakukan operator sudah mencapa tngkat terefsen. METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dlakukan dalam peneltan n adalah sebaga berkut: 1. Tahap pengamatan awal dan perumusan masalah Sebaga langkah awal penelt melakukan pengamatan terhadap lntasan produks yang terdapat pada proses produks d perusahaan dan mengamat permasalahanpermasalahan yang terjad dalam proses produks d perusahaan. Pengamatan 65

3 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: dlakukan dengan melhat secara langsung setap aktvtas dar elemen kerja yang ada pada lntasan produks, mula dar mengamat metode kerja yang dlakukan operator, peralatan dan mesn yang dgunakan sampa hasl akhr dar sebuah proses pada lntasan tersebut. Selama pengamatan, penelt mendapatkan nformas mengena gambaran proses produks secara keseluruhan untuk menghaslkan sebuah produk. Dar hasl pengamatan dan konsultas dengan supervsor yang ada maka dtemukan beberapa permasalahan yang mengganggu kelancaran dalam proses produks pada lntasan. Permasalahan utama yang serng terjad adalah bootle neck yang menyebabkan menurunnya produktvtas lntasan produks. Setelah melakukan pengamatan awal terhadap lntasan produks d pabrk speaker dan melakukan konsultas dengan phak perusahaan khususnya bagan produks, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perumusan masalah. Dar hasl pengamatan maka dapat dsmpulkan bahwa permasalahan utama yang terjad pada lntasan produks adalah tdak sembangnya lntasan produks sehngga menyebabkan munculnya bootle neck pada lntasan produks. Bagamana penanganan terhadap ketdakesmbangan lntasan produks akan menjad fokus utama penelt dalam tugas akhr n.. Tahap pengumpulan dan pengolahan data Setelah permasalahan dan tujuan dtetapkan, dlakukan stud pustaka dengan membaca dan mempelajar teor-teor yang sesua dengan permasalahan yang dhadap. Teor-teor dperoleh dar bukubuku, jurnal-jurnal, dan sumber ndormas lannya. Teor yang dgunakan dalam peneltan n, antara lan pengukuran waktu kerja, kesembangan lntasan, dan kurva belajar. Selanjutnya dlakukan pengamblan data, data yang dambl terbag menjad dua jens, data prmer (data alran sstem nformas d perusahaan, data urutan proses produks, data waktu masngmasng proses, dan lan sebaganya) dan data sekunder (gambaran umum perusahaan, kapastas produks perusahaan, proses produks, berat produk, dan data lannya) Setelah data-data terkumpul, kemudan dolah sesua dengan dasar yang sudah dperoleh pada stud pustaka. Pengolahan yang dlakukan adalah menghtung waktu standar, output standar, perhtungan kapastas produks dengan teor tme study dan perhtungan kapastas dengan teor kurva belajar. Hasl dar pengolahan data n akan danalss secara seksama untuk djadkan dasar dalam memberkan solus perbakan bag perusahaan. 3. Tahap pengamblan kesmpulan dan saran Setelah dlakukan pengolahan data dan danalsa, maka dapat dtark kesmpulan dar peneltan n. Kesmpulan tersebut berguna untuk menjawab semua tujuan dar peneltan yang sudah dtetapkan d awal. Kesmpulan n nantnya akan dgunakan perusahaan sebaga acuan untuk menentukan langkah-langkah perbakan pada proses produks agar berjalan lebh bak. Setelah dlakukan pengolahan data dan danalsa, maka dlakukan penarkan kesmpulan dar peneltan n. Penarkan kesmpulan berguna untuk menjawab semua tujuan dar peneltan yang sudah dtetapkan d awal, yang mana nantnya juga dapat dgunakan perusahaan sebaga acuan untuk menentukan langkah-langkah perbakan pada proses produks agar dapat berjalan dengan lebh bak lag. Selan kesmpulan, penelt juga dberkan saran yang dtujukan bag penelt yang akan melakukan peneltan lanjutan agar penelt selanjutnya akan memperoleh hasl yang lebh bak dar hasl peneltan yang ada saat n PENGUMPULAN DATA Dalam proses pembuatan sebuah speaker menggunakan dua lntasan (lne produks) yatu lne A dan lne B, yang mana antar lne terdapat rentang waktu mnmal adalah lma jam untuk proses pengerngan (dryng) speaker. Pemndahan antar lne menggunakan forklft manual. Pada umumnya terdapat rangkaan elemen kerja yang hampr sama untuk tap tpe speaker, perbedaannya terdapat hanya pada urutan elemen kerja yang berubah sesua kebutuhan speaker dan perbedaan ukuran dan model komponen yang dsesuakan dengan tpe speaker yang saat tu sedang 66

4 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: dproduks. Pada lntasan produks nlah serng terjad bottle neck yang menyebabkan proses produks tdak dapat berjalan dengan lancar. Dalam peneltan, akan dtentukan konds lntasan produks yang sembang, dengan melakukan pengoptmalan terhadap faktor-faktor produks yang ada pada perusahaan, terutama dfokuskan pada penggunaan operator pada lntasan produks. Dalam tahap awal, dperlukan data mengena proses produks yang dlalu pada produk-produk tersebut. Ada lma macam produk yang danalss, yatu speaker tpe A, speaker tpe B, speaker tpe C, speaker tpe D dan speaker tpe E. Untuk speaker tpe C pada lntasan A, terdapat proses pembershan magnet, proses pembershan yoke, proses pengeleman magnet dan yoke, pengelngan washer dan frame, pengelngan termnal pada frame, pembershan ssa hasl kelngan, pengeleman pada bagan washer, penggabungan magnet dan yoke, pencabutan center yoke dcabut dengan vacuum, pembershan dengan absorber, pengeleman damper dan pecahan kelng, pengeleman damper, pengeleman conepaper pada tep atas frame, pengeleman voce col, pemasangan conepaper, pengeleman tep conepaper dan gasket, dan terakhr adalah proses pemasangan gasket. Speaker kemudan dletakkan pada multplex untuk proses pengerngan selama mnmal 5 jam sebelum lanjut pada proses d lntasan B. Pada awal proses dlakukan pencabutan VCG dan pelepasan gasket penekan, sebelum dletakkan pada conveyor d lntasan B. Proses pertama adalah pemasangan protector pada tep frame, pemasangan kabel lead wre dan pelltan kawat col, penyolderan pada bagan termnal, pemasangan protector bagan kedua, pembentukan sudut pada lead wre, penyolderan untuk termnal, pemotongan ssa kabel mula dar kabel lead wre, kawat col, yang mana untuk pemotongan col selalu dkut dengan proses drop speaker karena kemungknan potongan col yang tersangkut pada speaker. Selanjutnya adalah proses pengeleman dust cap, pengeleman mata ayam, lalu kemudan dlakukan pemasangan dust cap. Speaker lalu dalhkan pada conveyor untuk mengalam proses pengerngan sesaat sebelum masuk pada proses charge magnet. Speaker dber beban untuk merekatkan dust cap yang dpasang. Setelah melalu proses charge magnet, dlanjutkan dengan proses pengecekan suara dar speaker. Speaker yang danggap gagal dalam proses pengecekan suara dber tanda, dan dalam proses selanjutnya yatu penempelan stampel, speaker n akan dambl dar conveyor untuk dlakukan perbakan lag. Sampalah speaker pada proses packagng, pemasukan speaker pada kemasan OB (out box) dan packng serta proses pemberan stampel. Untuk masng-masng proses dambl 30 data pengamatan. Untuk proses pembershan magne, data waktu proses yang dperoleh yatu:.4,.,.3,.4,.,.1,.8,.8,.,,.1,.6,.5,.,.7,.1,.0, 1.9,.0,.7,.,.3,.,.4,.1,.7,.,.4,.5,., dan.1. (dalam satuan detk). PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Dar data waktu proses tersebut dlakukan pengujan kecukupan data dan keseragaman data, agar data tersebut vald untuk dtelt. Berkut n adalah pengujan kecukupan dan keseragaman data pada proses pembershan magnet (pada lntasan A): Uj kecukupan data Uj kecukupan data menunjukkan bahwa jumlah data pengamatan yang dambl telah mencukup. N = 30 k = (derajat kepercayaan 95%) s = 5% X = X = 70.5 k s N ( X ) ( X ) N' = ( X ) N' = N '= ( ) ( 70.5) ( 70.5) Uj keseragaman data BKA = x + kσ =.3 + (0.493) =.815 BKB = x kσ =.3 (0.493) =

5 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: Setelah data tersebut dnyatakan vald, dlakukan perhtungan untuk memperoleh waktu baku dengan menentukan juga performance ratng dan allowance operator. Berkut sebaga contoh perhtungan pada proses cuc raw materal proses pembershan magnet: Performance Ratng (P) Skll : good (C1) = Effort : average (D) = 0.00 Condton : average (D) = 0.00 Consstency : average (D) = 0.00 Total = Total Allowance Pekerjaan yang dapat dabakan = 3%, dlakukan sambl duduk kak = 0,5%, gerakan kerja normal = 0%, pandangan hampr terus menerus dengan pencahayaan bak = 6,75%, temperatur normal =,5%, atmosfer cukup =,5%, kelonggaran untuk kebutuhan prbad =,5%. Total allowance = 17,75% Waktu proses X Wp = N 95.3 Wp = 30 Wp = 3.18 detk Dar waktu proses tersebut, dlakukan perhtungan untuk memperoleh waktu standar dan output standar produks Waktu normal Wn = Ws p Wn = Wn = detk Waktu baku 100% Wb = Wn 100% % allowance 100% Ws = % 17.75% Ws = detk Output baku 1 Os = detk Os = unt/jam Dar output standar tersebut dapat dketahu kapastas produks perusahaan. Dengan asums bahwa kapastas output adalah per satu jam kerja, maka kapastas produks untuk proses n adalah 1098,6486 unt speaker/jam. Perhtungan kapastas d atas adalah perhtungan kapastas dengan teor tme study, sedangkan untuk perhtungan kapastas dengan teor kurva belajar dlakukan hanya pada proses pemasangan kabel leadwre dan pelltan kawat col yang terdapat pada setap lntasan B. Hal n dkarenakan perhtungan kurva belajar hanya dapat dlakukan pada proses yang danggap cukup rumt, mengngat dalam keseluruhan data proses dan pengamatan, proses pemasangan kabel leadwre dan pelltan kawat col n adalah proses yang memlk waktu proses palng tngg dan komplekstas kerja yang palng rumt, serta dengan jumlah operator yang terbanyak. Berkut adalah contoh perhtungan kapastas produks proses pemasangan kabel leadwre dan pelltan kawat col pada speaker tpe C. Dengan asums kapastas output per jam, dan menggunakan data waktu proses rata-rata hasl pengukuran yang sama juga dgunakan pada perhtungan kapastas dengan teor tme study. Proses pemasangan kabel leadwre dan pelltan kawat col untuk speaker tpe C (proses C3B) Dketahu : k = b = maka waktu yang dbutuhkan untuk menghaslkan produk ke (=): b Y = k + Y = Y = dan waktu yang dbutuhkan untuk menghaslkan produk ke 3 (=3): b Y = k + Y = Y 3 = dan demkan seterusnya untuk unt keempat, unt kelma dan unt ke X. Data yang sudah dolah, selanjutnya danalsa untuk mendapatkan kesmpulan dan solus yang akan dberkan kepada perusahaan. Analsa data yang dlakukan adalah analsa terhadap perhtungan kapastas produks dengan menggunakan teor tme study dan dengan menggunakan teor kurva belajar.analss pertama 68

6 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: yang dlakukan adalah menganalsa terjadnya bottle neck pada lntasan dengan menggunakan perhtungan kapastas produks () dengan teor tme study. Pada tabel 1 berkut adalah hasl analss bottle neck (BN) untuk lntasan A speaker tpe C dan pada tabel adalah hasl analss bottle neck lntasan B. Tabel 1. Analss Bottle Neck Lne A-Tpe C Pro (unt/ jam) Op Unt dproduks BN C1A CA C3A C4A C5A C6A C7A C8A C9A C10A C11A C1A C13A C14A C15A C16A C17A C18A C19A Pada lntasan A d atas tampak banyak muncul bottle neck yatu pada proses C3A (proses pengeleman magnet dan yoke), proses C7A (proses pemasangan megnet dan yoke dengan absorber), proses C11A (proses pembershan dengan absorber), dan C15A (proses pengeleman conepaper, voce col dan damper). Pada proses C3A terjad bottle neck sebesar 09 unt/jam dar proses CA dan 64 unt/jam dar proses C1A, dsebabkan karena keterbatasan kapastas mesn yang hanya mampu menghaslkan 81 unt/jam. Pada proses C7A tejad keterbatasan kapastas mesn yang hanya mampu menghaslkan 594 unt/jam, sehngga menyebabkan bottle neck sebesar 7 unt/jam dar proses C3A. Pada proses C11A terjad bottle neck sebesar 6 unt/jam dar proses sebelumnya karena keterbatasan kapastas mesn yang menghaslkan 53 unt/jam. Pada proses C15A juga terjad bottle neck sebesar 13 unt/jam dar proses sebelumnya karena keterbatasan kapastas mesn. Sehngga pada akhr lntasan A menghaslkan 508 unt/jam. Tabel. Analss Bottle Neck Lne B-Tpe C Pro (unt/ jam) Op Unt dproduks C1B CB C3B C4B C5B C6B C7B C8B C9B C10B C11B C1B C13B C14B C15B C16B BN Pada lntasan B tdak terjad bottle neck karena kapastas produks pada semua proses mampu memenuh nput produk yang masuk dar lntasan A yatu sebesar 508 unt produk/jam. Sehngga lntasan B menghaslkan 508 unt/jam. Sedangkan pada tabel 3, dapat dlhat bahwa dengan menggunakan acuan kapastas produks 508 unt/jam, maka dapat dlhat bahwa tdak ada proses yang mengalam kekurangan kapastas produks. Tabel 3. Analss Lne Balancng-Tpe C Pro Op Actual (unt/jam) ASSEMBLY LINE A C1A CA C3A C4A C5A C6A Tabel 3. Lanjutan Pro Op Actual (unt/jam) C7A C8A Acuan (unt/jam) Acuan (unt/jam) 69

7 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: C9A C10A C11A C1A ASSEMBLY LINE A C13A C14A *C15A C16A C17A C18A C19A ASSEMBLY LINE B C1B CB C3B C4B C5B C6B C7B C8B C9B C10B C11B Pada proses C14A dan proses C16A yang merupakan dua proses sejens, maka dapat dlakukan pengurangan proses menjad cukup satu proses saja. Karena hanya dengan satu proses saja yang memlk kapastas produks yang mampu memenuh kapastas produks acuan sebesar 508 unt/jam. Untuk proses C19A juga dapat dlakukan pengurangan dua operator, karena satu operator saja dengan kapastas produks sebesar 537 unt/jam seudah mampu memenuh kapastas produks acuan sebesar 508 unt/jam. Demkan juga halnya untuk proses C15B, dapat dlakukan pengurangan satu operator. Dengan satu operator yang memlk kapastas produks sebesar 703 unt/jam sudah mampu memenuh kapastas produks acuan. Menurut hasl perhtungan dengan teor kurva belajar, pada proses C4B seharusnya kapastas output produks yang dhaslkan oleh seorang operator jauh lebh nlanya dbandng dengan kapastas produks yang ada saat n (kapastas produks actual), yatu sebesar 584 unt/jam (dapat dlhat pada tabel 3). Sehngga menurut teor kurva belajar seharusnya hanya dperlukan 1 operator untuk proses C4B dengan kapastas produks yang memenuh kapastas produks aktual. Dengan demkan melalu analss lne balancng jumlah operator yang awalnya adalah sejumlah 40 operator dapat doptmalkan menjad sejumlah 33 operator. Apabla perusahaan mengngnkan penngkatan output produks yang lebh besar, maka dsarankan untuk melakukan perbakan dengan penngkatan kapastas produks dengan penggantan mesn atau penambahan mesn yang memlk kapastas yang lebh besar pada proses-proses yang menggunakan mesn, sepert msalnya pada proses C3A, C4A, C6A, C7A, C11A, C1A, C15A, C18A, C10B, dan proses C14B. Tentunya juga melakukan beberapa penngkatan produktvtas pada proses produks yang dlakukan secara manual. Usulan n dberkan dengan harapan output produks dapat memperoleh penngkatan yang lebh bak lag. PENUTUP Dar hasl analsa terhadap data-data yang sudah dlakukan, maka dapat dtark beberapa kesmpulan sebaga berkut: 1. Penyebab munculnya bottle neck adalah karena keterbatasan kapastas mesn. Pada speaker tpe A keterbatasan mesn terjad pada 1 proses, pada speaker tpe B terjad pada 3 proses, pada speaker tpe C terjad pada 4 proses, pada speaker tpe D terjad 3 proses dan pada speaker tpe E terjad 3 proses.. Penyebab munculnya bottle neck karena masalah produktvtas terjad pada speaker tpe A, yatu d proses pengeleman washer dan proses pemasangan kabel leadwre. 3. Banyak proses yang memlk kapastas produks jauh melebh dar kapastas produks mesn mnmum yang djadkan acuan, khususnya pada proses-proses yang doperaskan secara manual oleh operator. Dar hasl analss dengan lne balancng, maka untuk menyembangkan kapastas produks dar tap proses khususnya proses secara manual, dapat dlakukan beberapa langkah perbakan, satu d antaranya adalah pengaturan jumlah operator. Dar hasl analss tersebut dperoleh komposs operator yang baru yatu: pada speaker tpe A dengan 45 operator (berkurang 4 operator), pada speaker tpe B dengan 33 operator (berkurang 4 operator), pada speaker tpe C dengan 33 operator (berkurang 7 operator), pada speaker tpe D dengan 35 operator (berkurang 5 70

8 DINAMIKA TEKNOLOGI Vol. 4, No. ; Aprl 01: operator), dan pada speaker tpe E dengan 33 operator (berkurang 7 operator). 4. Lntasan produks yang sudah balance akan berdampak pada lebh optmalnya output produks. Sepert pada speaker tpe A penngkatan output produks yang terjad yatu sebesar 9,503% dar jumlah kapastas output awal dalam satuan unt/jam. Sedangkan pada produk speaker tpe lannya, tdak terjad penngkatan output produks karena semua proses yang dkerjakan secara manual sudah memlk kapastas produks d atas kapastas mesn mnmum, sehngga pengoptmalan yang terjad hanya pada penggunaan operator proses produks. Wgnjosoebroto, Srtomo, Ergonom Stud Gerak dan Waktu, PT. Guna Wdya, Jakarta, Wgnjosoebroto, Srtomo, Pengantar Teknk Industr, PT. Guna Wdya, Jakarta, Adapun saran yang dtujukan kepada penelt yang akan melakukan peneltan lanjutan dar hasl peneltan n atau melakukan peneltan yang sejens, yatu: 1. Melakukan peneltan untuk melakukan pengelompokan kerja yang mungkn dlakukan sehngga dapat mengurang penggunaan tenaga kerja.. Melakukan peneltan untuk penggantan mesn atau penambahan mesn yang akan menguntungkan perusahaan. 3. Menelt lebh jauh mengena keterbatasan produktvtas operator pada lntasan produks. 4. Melakukan perbakan knerja operator pada tap proses dengan menggunakan metode peta kerja agar knerja operator semakn menngkat. REFERENSI Nebel, Benjamn W, Moton and Tme Study, Rchard D. Irwn, Illnos, Nurmanto, Eko, Ergonom Konsep Dasar dan Aplkasnya, PT. Guna Wdya, Jakarta, Perencanaan dan Pengendalan Produks, Departemen Teknk Industr FTI ITB, Bandung, 003 Sutalaksana, Anggawsastra, Tjakaatmadja., Teknk Tata Cara Kerja, Jurusan Teknk Industr Insttut Teknolog Bandung,

ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE TIME STUDY PADA PERUSAHAAN PERAKITAN SPEAKER ABSTRAK

ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE TIME STUDY PADA PERUSAHAAN PERAKITAN SPEAKER ABSTRAK ANALISIS LINE BALANCING DENGAN METODE TIME STUDY PADA PERUSAHAAN PERAKITAN SPEAKER Kelvin Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING AGRITECH, Vol. 35, No. 2, Me 2015 REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Waste Reducton to Improve Value Stream of M Lethek Producton

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Line Balancing dengan Menggunakan Proses Stitching Speed Pada PT. Chingluh Indonesia

TUGAS AKHIR. Analisa Line Balancing dengan Menggunakan Proses Stitching Speed Pada PT. Chingluh Indonesia TUGAS AKHIR Analsa Lne Balancng dengan Menggunakan Proses Sttchng Speed Pada PT. Chngluh Indonesa Dajukan guna melengkap sebagan syarat dalam mencapa gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Dsusun oleh : Nama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN PETRI PADA PEMBUATAN HIDRANT PILAR DUA (TWO WAY HIDRANT) MODEL H-14 AP DI PT. KARYA PADUYASA LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL

APLIKASI JARINGAN PETRI PADA PEMBUATAN HIDRANT PILAR DUA (TWO WAY HIDRANT) MODEL H-14 AP DI PT. KARYA PADUYASA LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL APLIKASI JARINGAN PETRI PADA PEMBUATAN HIDRANT PILAR DUA (TWO WAY HIDRANT) MODEL H-14 AP DI PT. KARYA PADUYASA LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL Saufk Luthfanto Suwandono Sswyant Program Stud Teknk Industr Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci