BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d BB II LNDSN TEORI. Pengertan Belajar Konsep a. Belajar. Tnjauan Pustaka Dalam bukuna Pskolog Penddkan dengan Pendekatan Baru, Muhbbn Sah (995: -) menulskan pengertan belajar dar beberapa ahl, d antarana: ) Capln membatas belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbun:...acquston of an relatvel permanent change n behavor as a result of practce and eperence. Belajar adalah perolehan perubahan tngkah laku ang relatf menetap sebaga akbat lathan dan pengalaman. Rumusan keduana: process of acqurng responses as a result of specal practce, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebaga akbat dar lathan khusus. ) Hntzman berpendapat: Learnng s a change n organsm due to eperence whch can affect the organsm s behavor. rtna, belajar adalah suatu perubahan ang terjad dalam dr organsme (manusa atau hewan) dsebabkan oleh pengalaman ang dapat mempengaruh tngkah laku organsme tersebut. ) Pengertan belajar secara kualtatf (tnjauan mutu) ang ddefnskan oleh Bggs, atu proses memperoleh art-art dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsrkan duna d sekellng sswa. Burton (unurrahman, 009: 5) merumuskan pengertan belajar sebaga perubahan tngkah laku pada dr ndvdu berkat adana nteraks antara ndvdu dengan ndvdu dan ndvdu dengan lngkungana sehngga mereka mampu bernteraks dengan lngkunganna. Senada dengan pengertan belajar ang telah dsebutkan, HC. Wtherngton mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan d dalam keprbadan ang menertakan dr sebaga suatu pola baru dar reaks berupa kecakapan, skap, kebasaan, keprbadan atau pengertan (unurrahman, 009: 5) commt to user suatu 8

2 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Dar beberapa pandangan dan defns tentang belajar, penelt dapat menmpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tngkah laku pada ndvdu sebaga akbat dar aktvtas ang dlakukan secara sadar, dmana dalam aktvtas tersebut terjad pola nteraks antara ndvdu dengan ndvdu dan ndvdu dengan lngkunganna. ktvtas belajar n nantna akan membawa perubahan, bak dalam tngkah laku maupun kecakapan ndvdu. b. Konsep Setap objek dalam lngkungan manusa memlk banak bentuk, ukuran, dan cr-cr ang berbeda-beda. Msalna kurs, ada ang berbentuk perseg panjang, segtga ataupun bundar. Warna, bahan dan ukuranna pun bermacam-macam. Namun semuana dsebut kurs. Kata kurs adalah suatu abstraks ang menunjukkan kesamaan semua kurs. Kurs adalah smbol ang dpaka oleh manusa untuk berkomunkas mengena suatu jens benda dengan cr-cr tertentu. Konsep merupakan abstraks dar cr-cr sesuatu ang mempermudah komunkas antara manusa dan ang memungknkan manusa berfkr (Van den Berg, 99: 8). Suparno (005: 94) menulskan dalam bukuna bahwa Vgotsk membedakan konsep menjad konsep spontan dan konsep sanstfk. Konsep spontan adalah konsep ang dpuna sswa karena pergaulanna setap har dalam stuas tertentu tanpa struktur ang sstematk. Sedangkan konsep sanstfk merupakan konsep ang ddapat sswa d bangku sekolah secara sstematk struktural. Setap konsep tdak berdr sendr, melankan salng berhubungan dengan konsep-konsep ang lan. Maka setap konsep dapat dhubungkan dengan banak konsep lan dan memlk art dalam hubungan dengan konsep-konsep lan. Semua konsep bersama membentuk suatu jarngan pengetahuan d dalam kepala manusa. Semakn lengkap, terpadu, tepat dan kuat hubungan antara konsepkonsep dalam kepala seseorang, semakn panda orang tu. Keahlan seseorang dalam suatu bdang stud tergantung lengkapna jarngan konsep d dalam kepalana (Van den Berg, 99: 8). commt to user 9

3 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Dar penjelasan tentang konsep, penuls dapat menmpulkan bahwa konsep adalah suatu abstraks dar cr-cr sesuatu hal ang dpuna dar pengalaman hdup, untuk mempermudah manusa dalam berkomunkas dan berfkr. Konsep tdak dapat berdr sendr, melankan memlk hubungan dengan konsep-konsep ang lan. c. Belajar Konsep Sswa serngkal hana menghafalkan defns konsep tanpa memperhatkan hubungan antara konsep dengan konsep-konsep lanna (Van den Berg, 99: 9). Dengan demkan konsep baru tdak masuk jarngan konsep ang telah ada dalam kepala sswa, tetap konsepna berdr sendr tanpa hubungan dengan konsep lanna. Padahal sebenarna art konsep berasal dar hubungan dengan konsep-konsep lan. sswa dapat: Menurut Van den Berg (99: ), tujuan mengajar konsep agar. Mendefnskan konsep ang bersangkutan.. Menjelaskan perbedaan antara konsep ang bersangkutan dengan konsep-konsep ang lan.. Menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep ang lan. 4. Menjelaskan art konsep dalam kehdupan sehar-har dan menerapkanna dalam memecahkan masalah dalam kehdupan sehar-har. Dar pendapat Van den Berg tentang tujuan dar mengajar konsep dapat dsmpulkan bahwa belajar konsep bukanlah menghafal konsep tetap memperhatkan konsep-konsep awal (pengetahuan awal) ang dhubungkan dengan konsep baru atau konsep-konsep lan sehngga dperoleh konsep akhr ang dharapkan. Dengan demkan konsep baru ang masuk dalam struktur kogntf tdak berdr sendr melankan satu kesatuan dan memlk art atau bermakna. 0. Mskonseps a. Konseps Van den Berg (99: 0) mengartkan bahwa konseps commt to user merupakan tafsran perorangan dar suatu konsep. Setap sswa

4 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d membangun konseps tersendr, sehngga tafsran dar suatu konsep dapat berbeda untuk sswa satu dengan sswa ang lan. Msal, ada dua balok ang ukuranna sama tetap jensna berbeda. Balok terbuat dar alumunum dan balok terbuat dar bes. Jka dua balok tersebut djatuhkan ke tanah secara bersamaan dan dar ketnggan ang sama, maka kedua balok akan tba d tanah dalam waktu ang sama jka gaa gesekan udara dabakan. Namun, beberapa sswa ada ang berpendapat bahwa balok bes akan tba d tanah lebh awal karena balok bes lebh berat darpada balok alumunum. b. Prakonsep Dalam bukuna Pengantar Mskonseps dan Remdas, Van den Berg (99: 0) menulskan (drangkum dar Osborne, 98; Mnstrell, 98) bahwa ternata sswa sudah mempuna konseps mengena konsepkonsep Fska sebelum mereka mengkut pelajaran Fska. Konseps tersebut mereka dapatkan dar pengalaman dan perstwa-perstwa tertentu. Msalna perstwa mekanka (benda ang jatuh, benda ang bergerak, gaa, kecepatan), mereka sudah banak berpengalaman dan karena tu mereka mengembangkan banak konseps ang belum tentu sama dengan konseps Fskawan. Konseps awal ang dmlk sswa sebelum mengkut pelajaran Fska dsebut prakonseps. c. Mskonseps ) Pengertan Mskonseps Konseps merupakan tafsran perorangan dar suatu konsep (Van den Berg, 99). Konseps dar suatu konsep untuk tap sswa tentuna dapat berbeda-beda, umumna konseps sswa berbeda dengan konseps Fskawan, bahkan dapat bertentangan. Konseps ang bertentangan n dsebut mskonseps. Berkut merupakan beberapa pengertan tentang mskonseps: commt to user

5 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Tabel. Pengertan Mskonseps dar Beberapa hl (Suparno, 005: 4-5) No Oleh Pengertan Mskonseps Sebab Mskonseps. Suparno (005: 4). Novak (984). Brown (989; 99) 4. Feldsne (987) 5. Fowler (987) Mskonseps atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep ang tdak sesua dengan pengertan lmah atau pengertan ang dterma para pakar dalam bdang tu. Bentuk mskonseps dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan ang tdak benar antar konsep-konsep, gagasan ntutf atau pandangan ang naf. Mskonseps sebaga suatu nterpretas konsep-konsep dalam suatu pernataan ang tdak dapat dterma. Mskonseps sebaga suatu pandangan ang naf dan ddefnskan sebaga suatu gagasan ang tdak sesua dengan pengertan lmah ang sekarang dterma. Mskonseps sebaga suatu kesalahan dan hubungan ang tdak benar antara konsepkonsep. Mskonseps merupakan pengertan ang tdak akurat akan konsep, penggunaan konsep ang salah, klasfkas contoh-contoh ang salah, kekacauan konsep-konsep ang berbeda dan hubungan hrarks konsep-konsep ang tdak benar. bahwa mskonseps adalah commt suatu to user penafsran konsep ang tdak sesua a. Sswa (Prakonseps sswa, Pemkran asosatf, Pemkran humanstk, Reasonng ang tdak lengkap/salah, Intus ang salah, Tahap perkembangan kogntf sswa, Kemampuan sswa, Mnat belajar sswa) b. Guru c. Buku teks d. Konteks e. Metode Mengajar Dar beberapa pengertan mskonseps, penuls menmpulkan

6 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d dengan konsep lmah ang dterma dan dakn pada masa sekarang. Penafsran konsep n melput pengertan, hubungan antar konsep, penggunaan konsep, dan contoh-contoh. Bentuk penafsran konsep ang mengalam mskonseps dapat dlhat pada Tabel.. Tabel. Bentuk Mskonseps dan Indkator Mskonseps No Bentuk Mskonseps Indkator Mskonseps. Mskonseps Pengertan ) Sswa salah dalam memaham nformas dar suatu konsep. ) Sswa tdak memaham smbol-smbol ang dgunakan pada soal. Mskonseps Hubungan ntar Konsep ) Sswa tdak tahu hubungan antara satu konsep dengan konsep lan. 4) Sswa tdak memaham stlah sebandng dan berbandng terbalk. Mskonseps Penggunaan Konsep 5) Konsep ang dmlk sswa tdak lengkap. 6) Sswa tdak menggunakan perumusan ang benar dalam melakukan perhtungan. 4. Mskonseps 7) Sswa salah/tdak tahu dalam Contoh-contoh Konsep mengaplkaskan konsep pada kehdupan sehar-har. Bentuk mskonseps ang dsajkan dalam Tabel. dapat djelaskan melalu contoh-contoh pada beberapa soal berkut: ) Mskonseps Pengertan dan Mskonseps Penggunaan Konsep Soal nomor (Soal Tpe III) Plhan jawaban: () jka pernataan, dan benar (B) jka pernataan dan benar (C) jka pernataan dan 4 benar (D) jka pernataan commt 4 saja ang to user benar

7 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 4 (E) jka semua pernataan benar Jka momen gaa suatu benda ang dputar dengan sumbu tetap dperbesar, manakah pernataan ang benar? () Percepatan tangensal tetap () Percepatan sudut semakn besar () Momen nersa semakn besar (4) Momen nersa tetap Jawab : C a) Jka sswa memlh jawaban (menganggap benar plhan jawaban (), () dan ()) maka sswa mengalam mskonseps pengertan. Pada jawaban n sswa menganggap bahwa semakn besar momen gaa maka momen nersanna juga semakn besar, percepatan sudut semakn besar dan percepatan tangensalna tetap. Sswa mengartkan bahwa momen gaa dan momen nersa adalah besaran ang sama. b) Jka sswa memlh jawaban B (menganggap benar plhan jawaban () dan ()) maka sswa mengalam mskonseps pengertan. Pada jawaban n sswa menganggap bahwa semakn besar momen gaa maka momen nersanna juga semakn besar dan percepatan tangensalna tetap. Sswa mengartkan bahwa momen gaa dan momen nersa adalah besaran ang sama. Sswa juga menganggap bahwa momen gaa tdak mempengaruh besar percepatan sudut. c) Jka sswa memlh jawaban D (menganggap benar plhan jawaban (4) saja) maka sswa mengalam mskonseps penggunaan konsep. Pada plhan jawaban n konsep ang dmlk sswa tdak lengkap. Sswa mengetahu bahwa momen nersa tetap karena benda drotaskan pada sumbu ang tetap sehngga tdak terpengeruh oleh besarna momen gaa, tetap sswa tdak mengetahu hubungan antara momen gaa dengan commt to user

8 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 5 percepatan sudut sehngga menganggap plhan jawaban () salah. d) Jka sswa memlh jawaban E (semua plhan jawaban benar) maka sswa danggap tdak paham karena sswa hana asal menjawab. ) Mskonseps Hubungan ntar Konsep dan Mskonseps Contohcontoh Konsep Soal nomor 0 (Soal Tpe II) Plhan jawaban: () jka pernataan benar, alasan benar dan keduana menunjukkan hubungan sebab akbat. (B) jka pernataan benar, alasan benar tetap keduana tdak menunjukkan hubungan sebab akbat. (C) jka pernataan benar dan alasan salah. (D) jka pernataan salah dan alasan benar. (E) jka bak pernataan maupun alasan kedua-duana salah. Penar balet ang berputar dengan tangan ddekapkan pada kedua bahu akan bergerak lebh cepat. SEBB Momen nersa penar balet semakn besar, sehngga kecepatan sudut juga semakn besar. Jawab : C a) Sswa mengalam mskonseps hubungan antar konsep jka sswa memlh jawaban atau B. Pernataan dan sebab danggap benar oleh sswa. Sswa menganggap bahwa besar momen nersa sebandng dengan kecepatan sudut. b) Jka sswa memlh jawaban D atau E (pernataan salah) maka sswa mengalam mskonseps contoh konsep karena sswa tdak tahu tentang contoh konsep hukum kekekalan momentum. commt to user

9 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 6 ) Sebab-sebab Mskonseps Suparno (005: 4-5) dalam bukuna Mskonseps dan Perubahan konsep Penddkan Fska merngkas penebab mskonseps menjad lma kelompok, atu sswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. dapun penjelasan rncna sebaga berkut: a) Sswa Mskonseps dalam bdang Fska umumna berasal dar dr sswa sendr. Mskonseps dar sswa dapat dkelompokkan dalam beberapa hal, antara lan: () Prakonseps sswa Prakonseps merupakan konsep awal ang dmlk sswa sebelum a mengkut pelajaran formal d bawah bmbngan guru. Mskonseps akan terus terbawa saat mengkut pelajaran Fska sampa kesalahan konsep awal dperbak. Menurut Paget: pkran anak terus menesuakan dr dengan stuas ang dalam sehngga dapat mengert apa ang dalam dalam hdup. Mskonseps sswa akan lebh banak lag jka ang mempengaruh pembentukan konsep pada sswa tersebut banak mempuna mskonseps, sepert orang tua, tetangga atau teman. () Pemkran asosatf sosas merupakan suatu hubungan antara dua hal atau lebh. Sswa mengasosaskan stlah-stlah sehar-har ang kadang menmbulkan mskonseps. Msalna, sswa mengasosaskan antara gerak dan gaa. Banak sswa menganggap bahwa benda ang tdak bergerak atau dam tdak memlk gaa. nggapan tersebut tentu salah, karena benda tersebut tetap mengalam gaa, tetap gaana tdak cukup kuat untuk menggerakkan benda tersebut. Marshall dan Glmour (990) dalam Suparno (005: 6), melaporkan commt bahwa to pengertan user ang berbeda dar kata-kata

10 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 7 sswa dan guru dapat menebabkan mskonseps. Msalna, guru menjelaskan tentang atom sebagan dar molekul. Kata atom n, dasosaskan oleh sswa dengan plastk, karena dalam kehdupan mereka atom dgunakan untuk menebut plastk. () Pemkran humanstk Sswa kerap kal memandang semua benda dar pandangan manusaw (Glbert, Watts, Osborne dalam Suparno (005: 6)). Benda-benda dan stuas dpkrkan dalam term pengalaman orang dan secara manusaw. Tngkah laku benda dpaham sepert tngkah laku manusa ang hdup, sehngga tdak cocok. Msalna mskonseps pada hukum kekekalan energ. Dalam melakukan suatu kegatan, jka dlakukan terus menerus orang akan merasa lelah dan lapar. Perasaan lapar dpandang oleh sswa bahwa orang tersebut energna berkurang dan hlang, sehngga tdak mungkn bahwa kekekalan energ terjad, dan sult bag sswa keluar dar pemkran ang manusaw. (4) Reasonng ang tdak lengkap/salah Informas ang tdak lengkap menebabkan sswa menark kesmpulan secara salah dan menmbulkan terjadna mskonseps. Msalna, sswa tahu bahwa Kesetmbangan stats terjad saat benda dam, sehngga mereka menmpulkan bahwa benda sembang past dalam keadaan dam. (5) Intus ang salah Intus adalah suatu perasaan dalam dr seseorang. Intus ang salah dapat menebabkan mskonseps, ang muncul dar pengamatan benda atau kejadan ang terusmenerus ang menmbulkan persoalan Fska. Msalna, sswa mempuna ntus bahwa benda ang besar jka djatuhkan akan sampa d commt tanah lebh to user cepat darpada benda ang kecl.

11 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 8 (6) Tahap perkembangan kogntf sswa Perkembangan kogntf sswa dapat menebabkan adana mskonseps apabla bahan ang dberkan tdak sesua dengan bahan ang dgelut oleh sswa. Sswa ang mash dalam tahap opertaonal concrete, baru dapat berpkr berdasarkan hal-hal ang konkret, ang nata dapat dlhat dengan ndra, sehngga sswa tersebut akan sult menerma pelajaran ang bersfat abstrak, sepert Fska modern. (7) Kemampuan sswa Kemampuan sswa juga mempuna pengaruh pada mskonseps sswa. Sswa ang kurang berbakat atau kurang mampu mempelajar Fska, serng mengalam kesultan menangkap konsep ang benar dalam proses belajar. Meskpun guru telah mengkomunkaskan bahan secara benar dan pelanpelan, meskpun buku teks dtuls dengan benar sesua dengan pengertan para ahl, pengertan ang mereka tangkap dapat tdak lengkap dan bahkan salah. Sepert sswa ang mempuna IQ rendah, juga mudah melakukan mskonseps, karena mereka dalam mengkonstruks pengetahuan Fska, tdak dapat mengkonstruks secara lengkap dan utuh. (8) Mnat belajar sswa Berbaga stud menunjukkan bahwa mnat sswa terhadap Fska juga berpengaruh pada mskonseps. Secara umum dapat dkatakan, sswa ang bermnat Fska cenderung mempuna mskonseps lebh rendah darpada sswa ang tdak bermnat pada Fska. Sswa ang tdak tertark atau benc pada Fska akan kurang member perhatan pada pelajaran Fska ang dberkan. Mereka juga tdak mau mempelajar bahan-bahan Fska dengan sungguh-sungguh, sehngga mereka akan lebh mudah menangkap dan membentuk mskonseps. commt to user Mereka basana juga tdak bermnat

12 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 9 untuk mengubah konsep ang salah dan mencar konsep ang benar, sehngga kesalahan mereka akan semakn menumpuk. b) Guru Mskonseps sswa dapat terjad karena guru. Guru ang tdak menguasa bahan, tdak berkompeten, bukan lulusan dar bdang Fska serng membawa mskonseps ang bsa dtularkan pada sswana. Guru menerapkan metode ang salah dalam proses pembelajaran, tdak membarkan sswa mengungkap de/gagasan, juga serng menmbulkan mskonseps. Mskonseps sswa juga bsa dsebabkan karena relas antara guru dan sswa tdak bak, ang dapat mempengaruh mnat belajar sswa pada pelajaran ang dampuna. c) Buku Teks Mskonseps sswa dar faktor buku teks dapat dsebabkan oleh penjelasan ang kelru, salah tuls (terutama dalam rumus), tngkat kesultan penulsan buku terlalu tngg bag sswa, sswa tdak tahu membaca buku teks, konsep ang menmpang dar buku fks sans guna menark pembaca, dan kartun ang serng memuat mskonseps. d) Konteks Pengalaman sswa, bahasa sehar-har ang berbeda, teman dskus ang salah, keaknan dan agama, penjelasan orangtua/oranglan ang kelru, konteks hdup sswa (TV, rado, flm ang kelru), perasaan senang/tdak senang, bebas dan tertekan merupakan konteks ang dapat menmbulkan mskonseps sswa. e) Metode Mengajar Cara mengajar guru pada sswana ang salah/tdak sesua dengan mater ang dajarkan juga berpengaruh pada mskonseps sswa. Sepert, metode mengajar ang hana bers ceramah dan menuls; dalam menjelaskan langsung ke dalam bentuk matematka, tanpa commt menjelaskan to user konsepna; tdak mengungkapkan

13 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d mskonseps sswa; tdak mengoreks PR ang salah; model analog, model praktkum, dan model dskus ang kurang jelas; model demonstras ang sempt dan non-multple ntellgences. ) Beberapa Fakta Mengena Mskonseps Dalam bukuna Pengantar Mskonseps dan Remdas, Van den Berg (99: 7) merngkas dar beberapa lteratur, cr-cr mskonseps sebaga berkut: a) Mskonseps sult sekal dperbak b) Serngkal ssa mskonseps terus menerus mengganggu. Soal ang sedehana dapat dkerjakan, tetap dengan soal ang sedkt lebh sult, mskonseps muncul lag c) Serngkal terjad regres, atu mahasswa ang sudah pernah mengatas mskonseps, beberapa bulan kemudan salah lag d) Dengan ceramah ang bagus, mskonseps tdak dapat dhlangkan atau dhndar e) Sswa, mahasswa, guru, dosen maupun penelt dapat kena mskonseps f) Guru dan dosen pada umumna tdak mengetahu mskonseps ang lazm antara (maha)sswana dan tdak menesuakan proses belajar mengajar dengan mskonseps (maha)sswana g) (Maha)sswa ang panda dan ang lemah dua-duana puna mskonseps. Msalna, seorang mahasswa ang termasuk ang terpanda dar angkatanna, dapat skor d tengah pada tes mskonseps h) Kebanakan cara remdas ang dcoba, belum berhasl 4) Saran untuk Mengatas Mskonseps Berkut merupakan saran untuk mengatas mskonseps ang drangkum dar Van den Berg (99: ) dan Suparno (005: 55): a) Mencar dan mengungkap mskonseps ang terjad (dar lteratur dan pekerjaan sswa) b) Mencoba menemukan penebab mskonseps tersebut c) Menadar mskonseps dalam drna (guru dan dosen) d) Menentukan prortas dan menapkan pelajaran remdal dan demonstras khusus untuk bagan mater ang danggap sangat dasar dan prasarat untuk ang lan (msalna gaa pada benda dam) commt to user 0

14 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d e) Mencoba menggunakan demonstras dengan hasl ang tak cocok dengan ntus f) Menggunakan banak nteraks agar dapat menemukan apa ang ada dalam kepala sswa dan agar mereka terpaksa berfkr g) Mencoba merangsang sswa mengemukakan konsep dar drna sendr menggunakan metode dskus h) Mencar soal-soal konsep tanpa mengabakan perhtungan. Profl Mskonseps Profl menurut Sr Mulan (98: ) adalah pandangan ss, gars besar, atau bograf dar dr seseorang atau kelompok ang memlk usa ang sama. Vctora Neufeld (996) menebutkan profl merupakan grafk, dagram atau tulsan ang menjelaskan suatu keadaan ang mengacu pada data seseorang atau sesuatu. Menurut Hasan lw (005: 40) profl adalah pandangan mengena seseorang (nonm, 0: 7). Sedangkan dalam Makalah Pengantar Penddkan Peran, Profl dan Kode Etk Guru (0) profl adalah sekumpulan data ang menjelaskan sesuatu dalam bentuk grafk atau tabel. Dar beberapa pengertan tentang profl, penuls menmpulkan bahwa profl adalah gambaran dar seseorang atau sesuatu hal, tergantung dar segmana memandangna. Dalam peneltan ang dlakukan, profl mskonseps dmaksudkan untuk mengetahu persentase mskonseps ang dalam oleh sswa kelas XI dan untuk mengetahu konsep Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar; apa saja ang serng terjad mskonseps pada sswa. Untuk mengungkap adana mskonseps pada sswa dperlukan alat dentfkas mskonseps. 4. Identfkas Mskonseps Identfkas mskonseps adalah suatu cara ang dlakukan untuk mengdentfkas belajar sswa ang mengalam kesalahan dalam memaham konsep, ang merupakan konsep sswa ang berbeda dengan konsep para commt to user ahl. Suparno (005: -9) menebutkan beberapa alat untuk

15 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d mengdentfkas mskonseps ang serng dgunakan para penelt dan guru, antara lan sepert tampak pada Tabel.. Tabel. Beberapa lat untuk Mengdentfkas Mskonseps (Suparno, 005: -9) No. lat Identfkas Penjelasan a. Peta konsep (Concept Maps) b. Tes Multple Choce dengan Reasonng terbuka Mengungkapkan hubungan berart antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, ang dsusun hrarks, dengan jelas dapat mengungkap mskonseps sswa ang dgambarkan dalam peta konsep. Tes plhan ganda dengan pernataan terbuka d mana pada bagan alasan sswa harus menulskan alasan dar jawaban ang a plh c. Tes esa tertuls Dapat dgunakan untuk mendeteks mskonseps dan mengetahu sejauh mana pemahaman sswa terhadap mater ang sudah dajarkan oleh guru d. Wawancara dagnoss e. Dskus dalam kelas f. Praktkum dengan tana jawab Sswa dajak untuk mengekspreskan gagasan mereka mengena konsep-konsep Fska ang dperkrakan sult dmengert sswa, atau beberapa konsep Fska ang pokok dar bahan ang hendak dajarkan Gagasan tentang konsep Fska ang dungkapkan oleh sswa dapat dgunakan untuk mendeteks mskonseps sswa, hal ang perlu dperhatkan adalah membantu agar semua sswa beran mengungkapkan pkran mereka tentang persoalan ang dbahas Selama praktkum guru selalu bertana bagamana konsep sswa dan bagamana sswa menjelaskan persoalan dalam praktkum ang sedang berlangsung Beberapa penelt menggunakan beberapa alat untuk mengdentfkas mskonseps secara bersama-sama untuk melengkap, sepert tes esa dengan wawancara, ang krana perlu dtekankan adalah bahwa sswa dber kesempatan mengungkapkan gagasan mereka sehngga dapat dmengert mskonseps ang dpuna. Bentuk Tes ang Dgunakan Dalam Peneltan Dalam peneltan dgunakan tes dagnoss berbentuk soal plhan ganda tpe II (analss hubungan antar hal) dan soal tpe III (tes assosas plhan ganda) untuk mengdentfkas beberapa mskonseps pada mater commt to user Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar.

16 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Bentuk soal hubungan antar hal, terdr dar pernataan pertama (pernataan akbat) dan pernataan kedua (pernataan sebab) ang dhubungkan dengan kata sebab. Sswa dtuntut untuk mengdentfkas kedua pernataan tersebut ang mana dapat benar, salah, atau dapat juga pernataan ang satu benar, ang lan salah. Jka kedua pernataan benar harus dperhatkan apakah kedua pernataan tersebut mempuna hubungan sebab-akbat (anonm, 0: ). Bentuk soal assosas plhan ganda terdr dar empat plhan jawaban, dmana tap alternatf plhan jawaban dapat dkombnaskan satu dengan ang lan. Kombnas plhan jawaban tersebut dapat membentuk satu pengertan/jawaban, dan apabla salah mengkombnaskanna akan dapat mengubah pengertan dan jawaban sswa menjad salah. Jens soal assosas memerlukan ngatan fakta dar para sswa dengan cara ang tepat, jens tes assosas sangat cocok untuk mengungkap kemampuan sswa dalam menentukan konsep ang memlk hubungan sebab dan akbat (Slamet & Samsul M., 04: 98). Pemlhan bentuk tes plhan ganda tpe II dan tpe III ddasarkan pada berbaga pertmbangan penelt, d antana: a. Memudahkan penelt dalam menganalss data ang dperoleh. b. Dapat mengdentfkas pemahaman konsep sswa dengan mudah. c. Memlk 4 ndkator ang salng berhubungan. d. Tdak membutuhkan banak waktu. commt to user

17 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 4 5. Mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar Peta Konsep Gerak Rotas Momentum Sudut Kecepatan Sudut Persamaan Rotas Kekekalan Momentum Sudut Gerak Menggelndng Energ Knetk Translas Energ Knetk Rotas Percepatan Sudut Momen Kopel* Jens-jens Kesetmbanga Momen Gaa Momen Inersa Ttk Berat nalog Besaran Lner dan Besaran Sudut Komponen Vektor Kesetmbangan Sarat Kesetmbanga *tdak masuk dalam pembahasan Gambar. Peta Konsep Mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar a. Gerak Rotas ) Kecepatan Sudut Kecepatan sudut (ω) adalah laju perubahan sudut terhadap waktu ( d dt ). Secara matemats dtuls: d dt commt to user (-)

18 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Kecepatan sudut bernla postf untuk rotas ang berlawanan dengan arah jarum jam, sehngga θ bertambah, dan negatf untuk rotas ang searah dengan perputaran jarum jam, sehngga θ berkurang. Satuan kecepatan sudut adalah radan per sekon. Karena radan adalah satuan tak berdmens, dmens kecepatan sudut adalah satuan kebalkan waktu. Besarna kecepatan sudut dnamakan kelajuan sudut. Gerakan sudut sebuah benda ang berotas serngkal dgambarkan dengan menggunakan satuan lan, sepert putaran per ment. Tetap kebanakan persamaan ang dgunakan ang mengandung kecepatan sudut hana berlaku jka sudut dnatakan dalam radan dan kecepatan sudut dalam radan per sekon. Untuk mengubah dar putaran ke radan, dgunakan: putaran = π rad ds r d v dt dt v r Hubungan kecepatan tangensal dengan kecepatan sudut: (Paul Tpler, 998: 6-6) ) Percepatan Sudut terhadap waktu. d d dt dt (Paul Tpler, 998: 6) commt to user (-) Percepatan sudut (α) adalah laju perubahan kecepatan sudut (-) Satuan percepatan sudut adalah radan per sekon per sekon (rad/s ). Percepatan sudut dsebut postf jka kecepatan sudut ω bertambah, dan negatf bla 5 ω berkurang. Hubungan percepatan tangensal dengan kecepatan sudut dtulskan dengan: dv d a r dt dt a r (-4)

19 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d r r F F Gambar. Dberkan Gaa ang Sama Besar dengan Lengan Gaa ang Berbeda, Maka Efek Gaa Bebeda. Gambar. Kunc Inggrs ang Berpusat pada Sumbu O. Gaa F ang Dberkan Berada pada Sudut φ Terhadap Horsontal. commt to user

20 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 7 nggrs ang berpusat pada sumbu O, dberkan gaa F ang berada pada sudut ϕ terhadap horsontal. Komponen gaa ang dapat menebabkan rotas adalah gaa ang tegak lurus dengan lengan gaa, sehngga dalam kasus kunc baut, satu-satuna komponen F ang menebabkan rotas adalah F sn ϕ, atu komponen ang tegak lurus dengan gars ang dtark dar sumbu rotas ke gars aks dar gaa F. Sedangkan F cos ϕ tdak menghaslkan rotas. Sehngga besar tors dapat dtulskan: τ = r F sn ϕ = F d (-6) (Serwa & Jewett, 009: 465) 4) Momen Inersa Dar hukum kedua Newton menatakan bahwa: F = m a (-7) d mana telah dgunakan hubungan a = rα antara percepatan tangensal dan percepatan anguler benda. Jka tap ruas dkalkan dengan r, ddapatkan: r F = m r α (-8) Ruas kr persamaan (-8) adalah tors τ = r F ang dlakukan gaa F tehadap sumbu O. Sehngga dperoleh: τ = m r α (-9) Besaran mr adalah sfat benda dan sumbu rotas ang dnamakan momen nersa (I). Momen nersa adalah ukuran resstans/kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotas. Momen nersa n tergantung pada dstrbus massa benda relatf terhadap sumbu rotas benda. Momen nersa adalah sfat benda (dan sumbu rutas), sepert massa (m) ang merupakan sfat benda ang mengukur kelembamanna terhadap perubahan dalam gerak translas. (Paul. Tpler, 998: 67) Momen nersa dar sebuah benda tegar ang besar dapat dhtung dengan membaangkan commt to bahwa user benda tersebut terbag ke dalam

21 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d I r m m 0 I lm m 0 r m r dm m V dm dv commt to user

22 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 9 I r dv (-) Jka benda tersebut homogen, maka ρ konstan dan ntegralna dapat dhtung untuk suatu bentuk geometr tertentu. Jka ρ tdak konstan, maka varasna terhadap possna harus dketahu untuk menelesakan perhtungan tersebut. (Serwa & Jewett, 009: ) Teorema Sumbu Sejajar Teorema sumbu sejajar menghubungkan momen nersa terhadap sumbu ang melalu pusat massa benda dengan momen nersa terhadap sumbu kedua ang sejajar. Msalkan momen nersa terhadap sebuah sumbu ang lewat pusat massa benda (I cm ) dan momen nersa (I) terhadap sumbu ang sejajar pada jarak h. Teorema sumbu sejajar menatakan bahwa: I = I cm + Mh (-) dengan M adalah massa total benda. (Paul. Tpler, 998: 76) Teorema Sumbu Tegak Lurus Teorema sumbu tegak lurus hana berlaku untuk gambargambar bdang datar. Teorema n menghubungkan momen nersa terhadap dua sumbu tegak lurus z dalam bdang gambar terhadap momen nersa terhadap sumbu ketga ang tegak lurus pada dm bdang gambar. Jka, dan z r adalah sumbu-sumbu ang tegak lurus untuk gambar ang terletak pada bdang (Gambar.4), Gambar.4 Sebuah Gambar Bdang dengan teorema sumbu tegak lurus Sumbu z Tegak menatakan bahwa momen nersa Lurus Bdang terhadap sumbu z sama dengan Tersebut. jumlah momen nersa terhadap sumbu dan sumbu. commt to user

23 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 0 Jarak suatu elemen massa dm dar sumbu adalah. Jad momen nersa terhadap sumbu : I dm Dengan cara sama, momen nersa terhadap sumbu : I dm Momen nersa terhadap sumbu z ang tegak lurus gambar: I z r dm kan tetap, untuk tap elemen, r = +. Jad, I I z r dm dm dm dm I I (-) 5) Momentum Sudut Momentum sudut sebuah partkel ddefnskan sebaga berkut. Untuk sebuah partkel ang bergerak dalam lngkaran ang berjar-jar r dengan kecepatan sudut ω (Gambar.5), momentum sudut L relatf terhadap pusat lngkaran ddefnskan sebaga hasl kal besarna momentum lner (mv) dan jar-jar (r): L = m v r = m (r ω) r = m r ω = I ω (-5) m v r ω Gambar.5 Momentum Sudut Sebuah Partkel ang Bergerak dalam Sebuah Lngkaran dalah L = mvr = mr ω dengan I = mr adalah momen nersa partkel terhadap sumbu ang melalu pusat lngkaran dan tegak lurus bdang gerakan. rah L sama dengan arah ω. Untuk gerakan ang berlawanan dengan arah jarum jam, ω dan L basana dambl commt nla to postf; user sehngga untuk gerakan searah

24 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d jarum jam, nla besaran tu adalah negatf. (Paul. Tpler, 998: 78-79) Momentum sudut pada sstem partkel Pada Hukum II Newton, untuk sebuah partkel dapat dperluas untuk sstem banak partkel. Sepert halna pada gerak lner, momentum sudut total dalam sstem partkel pada beberepa ttk ddefnskan sebaga jumlah vektor momentum-momentum sudut dar masng-masng partkel: L tot = L + L +... L n = L d mana jumlah vektor d atas semua partkel berjumlah n sstem. (Serwa & Jewett, 009: 57) Hukum kedua Newton untuk rotas dapat dnatakan dalam sebuah bentuk ang analog dengan persamaan momentum lner dp F neto, sehngga dt neto dl dt d I dt ang kekal. Dar persamaan commt -6 to user jka (-6) Tors eksternal neto ( neto) ang bekerja pada sebuah sstem sama dengan laju perubahan momentum sudut sstem. Untuk benda tegar, momen nersa adalah konstan dan persamaan (-6) menjad: d I d neto I I (-7) dt dt Namun untuk sstem partkel ang umum, momen nersa tdak perlu tetap konstan. Persamaan (-7) berlaku bak momen nersana konstan maupun tdak. (Tpler, 998: 80) Kekekalan Momentum Sudut Momentum sudut merupakan konsep ang pentng dalam Fska karena, pada konds tertentu, momentum n merupakan besaran neto pada benda bernla nol,

25 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d maka dl dt sama dengan nol. Yatu, tda ada perubahan momentum sudut (L). Dengan demkan, hal n merupakan hukum kekekalan momentum sudut untuk benda ang berotas: Momentum sudut total pada benda ang berotas tetap konstan jka tors total ang bekerja padana sama dengan nol. (Gancol, 00: 69) b. Gerak Menggelndng Sebuah bola ang menggelndng, maka bola tersebut mengalam gerak rotas dan gerak translas. Bla bola menggelndng tanpa selp, gerakan rotas dan translasna dapat dhubungkan dengan mudah. Bla bola berputar membentuk sudut ϕ sepert ang dtunjukkan d Gambar.6, ttk kontak antara bola dan bdang bergerak sejauh s ang dhubungkan dengan ϕ oleh S = R ϕ (-) Karena pusat bola berada tepat d atas ttk kontak, pusat massa bola juga bergerak sejauh s. Karena tu kecepatan pusat massa dan kecepatan sudut rotas dhubungkan oleh V cm ds d R atau V cm R (-8) dt dt Persamaan -8 dnamakan konds menggelndng. Konds menggelndng juga dapat dnatakan dalam percepatan lner dan sudut: dv cm dt d R atau cm R (-9) dt Ketka sebuah bola berputar dengan kelajuan sudut ω, sebuah ttk d tep bola mempuna kelajuan Rω relatf terhadap pusat bola. Karena pusat bola bergerak dengan kelajuan Rω relatf terhadap permukaan, dan karena ttk bola ang kontak dengan permukaan bergerak mundur dengan kelajuan ang sama n relatf terhadap pusat bola, ttk snggung tu dam sesaat relatf terhadap permukaan. Jka pada permukaan bekerja gaa gesekan, maka gesekan tu adalah gesekan stats, karena ttk kontak benda commt to user

26 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d ang menggelndng dengan lanta berada dalam keadaan dam pada setap saat, dan tdak ada energ ang hlang. (Paul. Tpler, 998: 87) c. Energ dan Usaha dalam Gerak Menggelndng Bla sebuah benda ang berotas menempuh suatu perpndahan sudut ang kecl dθ, partkel ke- bergerak menempuh jarak ds = r dθ. Jka sebuah gaa F bekerja pada partkel ke-, gaa melakukan kerja dw = F t ds = F t r dθ = τ dθ Secara umum, kerja ang dlakukan oleh tors τ ketka sebuah benda menempuh suatu sudut kecl dθ adalah dw = τ dθ (-0) Persamaan (-0) analog dengan hasl ang serupa untuk gerak lner dalam satu dmens, dw = F s ds. Laju kerja ang dlakukan tors adalah daa masukan tors tu: dw d P atau P (-) dt dt Usaha total ang dlakukan pada sstem sama dengan perubahan energ knetk sstem (jka sstem tdak mengalam perubahan energ potensal dan tdak ada energ ang hlang). Untuk benda ang berputar terhadap sumbu ang melalu pusat massana, energ knetk benda adalah energ knetk relatf terhadap pusat massa, K rel. Energ knetk n adalah jumlah energ knetk masng-masng partkel dalam benda: K atau K I m v m r commt to user m r φ R Gambar.6 Bola Menggelndng Tanpa Selp, Berputar Melalu Sudut ϕ s s (-)

27 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d K adalah energ knetk rotas. Persamaan (-) adalah analog rotasonal dar K m v untuk gerak lner. (Paul. Tpler, 998: 7-7) Sebuah benda ang berotas sementara pusat massana (pm) mengalam translas akan memlk bak K translas maupun rotas. Persamaan (-) memberkan K rotas pada sumbu tetap. Jka benda tersebut bergerak (msalna roda ang menggelndng menurun bukt), persamaan n tetap vald selama sumbu rotas tetap arahna. Dengan demkan energ knetk total adalah K tot M Vpm I pm (-) dmana v pm adalah kecepatan lner dar pusat massa., I pm Ʃτ = 0 (-5) commt to user 4 adalah momen nersa d sektar sumbu ang melalu pusat massa, ω adalah kecepatan sudut d sektar sumbu n, dan M adalah massa total benda. (Gancol, 00: 66) d. Kesetmbangan Benda Tegar Suatu benda tegar berada dalam Kesetmbangan stats bla mulamula benda dalam keadaan dam dan resultan gaa pada benda sama dengan nol, serta tors terhadap ttk sembarang ang dplh sebaga poros sama dengan nol. ) Sarat Kesetmbangan Benda Tegar Secara matemats, sarat Kesetmbangan benda tegar ang terletak pada suatu bdang datar (msal bdang ) dnatakan sebaga berkut : a) Resultan gaa harus nol ƩF = 0 ; ƩF = 0 ƩF = 0 (-4) b) Resultan tors harus nol

28 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 5 ) Ttk Berat Setap partkel dalam suatu benda tegar memlk berat. Berat keseluruhan benda adalah resultan dar semua gaa gravtas berarah vertkal ke bawah dar semua partkel n, dan resultan n bekerja melalu suatu ttk tunggal, ang dsebut ttk berat (atau pusat gravtas). Perhatkan Gambar.7 tentang konsep ttk berat. Gambar.7 Konsep Ttk Berat Ttk berat merupakan suatu ttk dmana resultan gaa gravtas partkel-partkel terkonsentras pada ttk n. Karena tu, resultan tors dar gravtas partkel-partkel pada ttk beratna haruslah nol. Saat menumpu benda tegar pada ttk beratna, maka benda ada dalam konds Kesetmbangan stats dan tdak akan mudah jatuh. Menentukan letak ttk berat benda homogen ang memlk sumbu smetrs msalna sepert mstar kau sangatlah mudah. Sumbu smetr dar mstar kau dapat melalu ttk tengah mstar. In berart ttk berat mstar kau ada d ttk tengah mstar. Karena tulah mstar sembang ketka dtumpu oleh jar telunjuk tepat d ttk tengah mstar. Ttk berat dar berbaga benda dtunjukkan Gambar.8. Gambar.8 Letak Ttk Berat Berbaga Benda. Sedangkan cara menentukan letak ttk berat secara kuanttatf melalu perhtungan sebaga commt berkut. to user Pertmbangan suatu benda tegar

29 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d dengan bentuk tak beraturan terletak pada bdang XY, sepert pada Gambar.9. Benda dapat kta bag atas sejumlah besar partkel-partkel kecl, dengan berat masng-masng partkel adalah w, w, w,... memlk koordnat (, ) (, ) (, ),... Tap partkel menumbang tors terhadap ttk pusat koordnat O sebaga poros, atu hasl kal antara gaa gravtas dengan panjang lengan torsna. Msalna tors dar gaa gravtas w adalah w, w adalah w dan seterusna. 6, w G (ttk berat) G, O w w Gambar.9 Berat w dalah Resultan Gaa Berat Partkel-Partkelna. Untuk menentukan satu poss dar gaa tunggal w, atu berat total benda, ang efek rotasna sama dengan efek rotas dar masngmasng gaa gravtas partkel. Ttk tunggal n dsebut ttk berat benda. Msalkan abss dar gaa tunggal w adalah G, maka torsna adalah w G. Tentu saja tors n sama dengan jumlah tors dar masngmasng partkel. Dengan demkan w w w w... G G w w w w... G w w w... w w w wcommt... to user (-6) w

30 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 7 Dengan cara ang sama, koordnat dar ttk berat sstem bsa d dapatkan atu: w w w... w G (-7) w w w... w Mengapa ttk berat serng ddentkkan dengan pusat massa? Benda tegar ang umum kta jumpa dalam keseharan ukaranna tdaklah terlalu besar, sehngga percepatan gravtas g ang dalam oleh setap partkel dalam benda dapat danggap sama. Dalam persamaan (-6) dan (-7) percepatan gravtas dapat dtadakan. Muncullah notas massa pada persamaan untuk menentukan koordnat g dan g. Ttk koordnat ( g, g ) dalam kasus n kta sebut sebaga pusat massa. Jad secara umum ttk berat sama dengan pusat massa. Rumus pusat massa dapat dturunkan dar persamaan (-6) dan (-7). Dan subttuskan w = m g, w = m g, w = m g, ke dalam persamaan (-6), sehngga dperoleh G mg m g m g... m g m g m g... G G g m m g m m m m m (-8) m m m m m m m Dengan cara ang sama koordnat dar pusat massa sstem bsa ddapatkan atu: G m (-9) m m m m m m m Untuk benda homogen berbentuk luasan (dua dmens), massa tap partkel dalam benda dapat dnatakan dalam luas partkel sebaga berkut : m = V t commt to user

31 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d commt to user 8 sehngga persamaan (-8) dapat dtuls G t t t t m m G (-0) G (-) Untuk benda homogen berbentuk kurva (suatu dmens), luas tap partkel ( ) dapat dgant dengan panjang tap partkel ( ), sehngga persamaan -0 dan - dapat dtuls, G (-) G (-) Untuk benda homogen mempuna volume ( dmens), maka :... V V V... V V V V V G (-4)... V V V... V V V V V G (-5) Penerapan Konsep Ttk Berat dalam Kehdupan Sehar-har Salah satu penerapan konsep ttk berat adalah pada desan kendaraan. Sepeda memlk ttk berat ang tngg dan dasar tumpuan ang tps (dasar tumpuan adalah lebar ban). Desan sepert n tdak stabl, sehngga sepeda sangat mudah jatuh. Bagamana dengan desan truk dan mobl balap, mobl balap lebh stabl darpada truk. Mengapa? Hal n karena mobl balap memlk ttk berat ang lebh rendah dan alas ang lebh lebar. Desan sepert n menebabkan mobl balap

32 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 9 sukar tergulng sewaktu menempuh belokan dengan kelajuan tngg (sesua dengan spesfkasna). ) Jens-jens Kesetmbangan da tga jens Kesetmbangan, atu : a) Kesetmbangan stabl Kesetmbangan stabl adalah Kesetmbangan ang dalam benda d mana sesaat setelah gangguan kecl dhlangkan, benda akan kembal ke kedudukan Kesetmbangan semula. b) Kesetmbangan labl Kesetmbangan labl adalah Kesetmbangan ang dalam benda d mana sesaat setelah gangguan kecl dhlangkan, benda tdak akan kembal ke kedudukan Kesetmbangan semula, bahkan gangguan tersebut makn menngkat. c) Kesetmbangan netral (ndferen) Kesetmbangan netral adalah Kesetmbangan d mana gangguan kecl ang dberkan tdak akan mempengaruh Kesetmbangan benda. B. Peneltan ang Relevan Sebelum peneltan mskonseps sswa dlakukan, sudah ada beberapa peneltan lan ang dlakukan mengena mskonseps sswa dalam Fska. Peneltan-peneltan tentang mskonseps sebelumna djadkan referens dalam peneltan mengena mskonseps sswa tentang mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar pada sswa SM kelas XI. Setap peneltan ang dcantumkan salng melengkap dan memperbanak pengetahuan tentang mskonseps ang mungkn terjad pada mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar. Serngkal salah satu hasl peneltan mengungkapkan mskonseps ang tdak dungkapkan oleh penelt lan. Suparno (005: 9-8) dalam bukuna ang berjudul Mskonseps dan Perubahan Konsep Penddkan Fska, menebutkan beberapa mskonseps dalam commt to user Fska ang serng terjad pada sswa ang melput semua subbdang ang ada,

33 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 40 sepert Mekanka; Optka dan Gelombang; Panas dan Termodnamka; Lstrk dan Magnet; Fska Modern; dan Tata Sura. Dar beberapa mskonseps pada subbdang tersebut, mskonseps dalam bdang mekanka adalah ang terbanak. Mskonseps sswa tentang mater knematka, khususna pada konsep Gerak dlakukan oleh Ika Pratw (0). Dalam Skrpsna, Ika menmpulkan bahwa mskonseps terjad pada beberap sub mater dengan tngkatan ang berbeda-beda, atu antara 4,55 % sampa dengan 90,9 %. Untuk ang persentasena lebh dar 0 %, mskonseps sswa, antara lan: kelajuan sama dengan besarna kecepatan; graden ang bernla postf dar grafk kecepatan selalu menunjukkan benda dpercepat; kecepatan dan percepatan selalu memlk arah ang sama; jka kecepatan sesaat benda nol, maka percepatan benda tersebut juga nol; jka kelajuan sebuah benda adalah tetap (konstan) maka percepatan tersebut adalah nol; arah percepatan dan arah gerak selalu sama; massa lebh besar akan jatuh lebh cepat dbandng massa ang lebh rngan; kelajuan sama besarna dengan percepatan. Sedangkan mskonseps pada mater Dnamka Partkel, ang dtelt oleh Fta Maftuhah (0) pada sswa SM. Dalam Skrpsna, Fta mempersentasekan mskonseps sswa pada tap kategor mskonseps ang dujkan, dantarana: gaa selalu menebabkan benda bergerak (0,97 %); gerak benda akan mengkut arah gaa terbesar ang bekerja pada benda (9,8 %); harus ada gaa ang bekerja searah gerak benda (7,57 %); tdak ada gaa ang bekerja pada benda dam (9,0 %); sebuah benda akan melambat jka tdak ada gaa total ang bekerja pada benda (78,76 %); resultan gaa sebandng dengan kecepatan (5, %); gaa konstan akan mempercepat benda, sampa benda menggunakan semua kekuatan dar gaa tersebut (47,79 %); percepatan sebandng dengan perubahan gaa (5, %); besarna gaa normal sama dengan gaa berat (5,84 %); persamaan gaa gesek (9,5 %); gaa berat dan gaa normal adalah pasangan gaa aks dan reaks (7, %). Halmatus pada jurnalna tentang remdas kesultan belajar sswa SM pada mater Dnamka Rotas menebutkan bahwa 94,7 % dar 6 sswa kelas XI IP SM Neger Pontanak mengalam mskonseps sswa tentang mater Dnamka Rotas. Hasl tersebut Halmatus commt to kutp user dar Skrps Junard pada tahun

34 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d Sedangkan pada mater Kesetmbangan Benda Tegar, dalam Skrps Nova Dah (0) tentang analss kesalahan dalam menelesakan soal Fska, dsebutkan bahwa ada kesalahan konsep ang dalam sswa dalam menelesakan soal Kesetmbangan Benda Tegar. Kesalahan konsep ang dcatat sebesar 78, %. dana kesalahan konsep ang dalam sswa dalam menelesakan soal Kesetmbangan Benda Tegar, memungknkan adana mskonseps sswa pada mater tersebut. C. Kerangka Pemkran Dalam penddkan Fska, sswa akan banak belajar tentang kejadan alam. Bernteraks dengan lngkungan untuk menguasa sesuatu sehngga menmbulkan perubahan tngkah laku atau keprbadan. Pengetahuan awal ang dmlk sswa mengena Fska bersfat ndvdu. Pemahaman sswa mengena suatu mater atau pokok bahasan berbedabeda. Sswa dapat memaham mater tersebut atau mengalam mskonseps, dan bsa juga sswa tdak memaham sama sekal. Mskonseps pada sswa dapat dpengaruh oleh beberapa faktor, bak ang berasal dar guru, buku teks, maupun dar sswa sendr. Jka sswa mengalam mskonseps pada suatu mater, maka hal tersebut dapat mempengaruh pemahaman sswa mengena mater ang lan karena konsep-konsep ang dpelajar salng berhubungan. Berdasarkan pemkran tentang pemahaman sswa dapat dmungknkan setap sswa kelas XI d SM memlk mskonseps tentang konsep Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar. Oleh karena tu drancanglah sebuah peneltan mengena mskonseps sswa tentang konsep Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar. Kerangka pemkran dalam peneltan n dapat dtunjukkan dalam Gambar.. commt to user

35 perpustakaan.uns.ac.d dglb.uns.ac.d 4 Pemahaman sswa mengena suatu mater berbedabeda. Sswa dapat memaham mater tersebut atau mengalam mskonseps, dan bsa juga sswa tdak memaham sama sekal Memaham Mskonseps Tdak Memaham Mskonseps pada sswa dapat mempengaruh pemahaman sswa mengena mater ang lan karena konsep-konsep ang dpelajar salng berhubungan Dapat dmungknkan setap sswa kelas XI d SM memlk mskonseps pada konsep Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar da profl mskonseps sswa kelas XI SM pada konsep Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar Gambar.0 Skema Kerangka Pemkran D. Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran d atas, maka dapat dtulskan rumusan hpotess peneltan, sebaga berkut:. da mskonseps sswa SM kelas XI Tahun jaran 0/04 tentang mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar.. da profl mskonseps sswa SM kelas XI Tahun jaran 0/04 tentang mater Dnamka Rotas dan Kesetmbangan Benda Tegar. commt to user

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mater Pokok : Dnamka Rotas dan Kesembangan Benda Tegar : Pertama dan kedua / 4 x 45 ment : Cermah dan mengerjakan soal A. Kompetens Dasar 2.1 Memformulaskan hubungan antara konsep tors, momentum sudut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-321) Topk har n Kesetmbangan Statk Syarat Kesetmbangan Pusat Gravtas Kesetmbangan Stabl, Labl dan Netral Kesetmbangan Benda Tegar Kesetmbangan Mekank Benda dkatakan berada dalam kesetmbangan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Dasar-dasar Aliran Fluida

Dasar-dasar Aliran Fluida Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

Energiada adadi disekitar sekitarkita

Energiada adadi disekitar sekitarkita Kerja dan Energ APA ITU ENERGI? Energada adad dsektar sektarkta Kerja dan Energ Energd dalam Dapat dperbaharu Tdak dapat dperbaharu Radas Panas Kerja dan Energ BentukEnerg Lstrk Kma Mekank Nuklr Suara

Lebih terperinci

Kekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci