BAB II ABSORPSI DAN STRIPPING II.1 ABSORPSI dan STRIPPING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ABSORPSI DAN STRIPPING II.1 ABSORPSI dan STRIPPING"

Transkripsi

1 BAB II ABSORPSI DAN STRIPPING II. ABSORPSI dan STRIPPING Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair ang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas ang akan diserap dapat disebabkan hana oleh gaa-gaa fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaa tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas ang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan ang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Stripping adalah proses pemisahan ang cara kerjana sama dengan proses absorbsi hana solute ang akan dipisahkan berupa fase liquid sedangkan pelarutna fase gas. II.2 Fungsi dari Proses Absorpsi dan Stripping dari Dilute Mitures Absorpsi dan stripping merupakan metode umum untuk : a) Menghilangkan impuritis dari gas (absorpsi) atau b) Menghilangkan impuritis dari liquid (stripping). Hal ini dilakukan dengan mengalirkan absorben liquid (pelarut) secara countercurrent terhadap campuran uap/gas (absorpsi) atau suatu vapor countercurrent terhadap campuran liquid (stripping).

2 N2 dan CO 2 II.3 Fungsi Absorbsi dalam industri Tujuan proses Absorpsi dalam dunia Industri adalah : Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasena Contoh : Formalin ang berfase cair berasal dari formaldehid ang berfase gas (Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 0%-40%) dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor, dimana di dalam air formaldehid akan mengalami proses polimerisasi.. Output dari reaktor ang berupa gas ang mempunai suhu 82 0 C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0 C, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar laiinna terdiri dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses. Scrubber untuk CO 2 Absorber HE Stripper GAS LIQUID Solven Solven dan CO 2 CO 2 GAS LIQUID N 2 dan CO 2 Steam GAS Solven Solven Absorpsi dan Stripping 7 Gambar. Contoh Penerapan CO 2 2

3 II.4 Kolom Absorpsi Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadina proses pengabsorbsi (penerapan/penggumpalan) dari zat ang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat ang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. II.4. Struktur dalam absorber (Kolom Absorpsi) Gambar 2, Bagan kolom Absorpsi Bagian a : Spra untuk megubah gas input menjadi fase cair. Bagian b : out put gas keluar Bagian c : in put pelarut masuk Bagian d : out put pelarut dan gas terserap keluar Bagian e : tempat pencampuran pelarut dan umpan Bagian f : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk diabsorbsi 3

4 II. 4.2 Prinsip Kerja Kolom Absorbsi. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat ang berbeda fase mengalir berlawanan arah ang dapat menebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainna, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan ang terjadi pada semua reaksi kimia. 2. Campuran gas ang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa aitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air spraer ang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom ang berisi packing atau plate dengan tingkat sesuai kebutuhan. II.5 Peralatan Absorpsi dan Stripping Gambar 3. Tpe-tipe Kolom Absorpsi 4

5 II.5. Tra Tower Gambar 4. Tra Tower II.5.2 Packed Tower Dalam tower (menara) ini berisi packing, liquida didistribusi diatas packing dan mengalir kebawah membentuk lapisan tipis di permukaan packing. Gas umuna mengalir keatas berlawanan arah terhadap jatuhna liquid. Kedua fasa (liquid & gas) akan teraduk sempurna. Tower/kolom berpacking ini digunakan bila perpindahan massa dikendalikan oleh kedua tahanan baik gas maupun liquid Gambar 5. Packed Tower 5

6 Ada beberapa bentuk packing aitu : a). Rasching Ring, b).berl saddle, c).pull ring, d).intalo metal, e).jaeger metal Tri-pack (lihat Geankoplis). Berikut adalah bentuk packing ang dibuat dari keramik : a b c d Gambar 6. a. ceramic support grid, b. ceramic ball, c.ceramic cascade ring, d.ceramic berls-saddles e f g h Gambar 7. e.ceramic dome, f.ceramic conjugate ring, g.ceramic saddle, h.ceramic rashing ring II.5.3 Spra Tower l Liquida masuk disprakan dan jatuh karena gravitasi, aliran gas naik berlawanan arah. Nozzle (lubang) spra berfungsi untuk memperkecil ukuran liquida. Jarak jatuhna liquid ditentukan berdasarkan waktu kontak dan pengaruh jumlah massa ang dipindahkan 6

7 l Spra Tower digunakan untuk perpindahan massa gas-gas ang sangat mudah larut dimana tahanan fasa gas ang menjadi kendali dalam fenomena ini Gambar 8. Spra Tower II.5.4 Bubble Tower Bubble Tower pada prinsipna merupakan kebalikan dari spra tower. Dalam tower ini gas terdispersi kedalam fasa liquid membentuk gelembung kecil. Gelembung ang kecil ini menjadikan kontak antar fasa ang besar Perpindahan massa ang terjadi selama gelembung naik melalui fasa liquid, gerakan gelembung tersebut mengurangi tahanan fasa liquidna Bubble Tower digunakan bila laju perpindahan massa dikendalikan oleh tahanan fasa gas. 7

8 Gambar 9. Bubble Tower II.6 Phase Kontak pada Contacting Tra Gambar 0. Phase Kontak pada Contacting Tra Aliran Vapor (warna merah) bubble naik melalui froth. Aliran Liquid melalui froth dan diatas weir. Kondisi froth bervariasi tergantung pada regim aliran vapor-liquid melibatkan : spra, froth, emulsion bubble, dan cellular foam. II.7 Spesifikasi. Laju alir gas dan liquid, komposisi, temperatur dan tekanan 2. Derajad pemisahan ang diharapkan (% recover) 3. Pemilihan jenis pelarut 4. Tekanan dan temperatur operasi serta pressure drop ang diijinkan 5. Laju pelarut minimum 6. Jumlah stage ideal 8

9 7. Efek panas dan kebutuhan pendingin 8. Tpe alat Absorber / Stripper 9. Tinggi kolom Absorber / Stripper 0. Diameter kolom Absorber / Stripper II.8 Absorben Absorben atau pelarut ; adalah cairan ang dapat melarutkan bahan ang akan diabsorpsi pada permukaanna, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. II.9 Sarat2 Absorben/pelarut.) Pelarut minimum) 2.) Volatilit ang rendah (meningkatkan recover eacto dan menurunkan loses pelarut) 3.) Stabil (mengurangi kebutuhan penggantian pelarut) 4.) Tidak korosif (mengurangi perawatan dan penggunaan alat anti korosi) 5.) Viscositas rendah (menurunkan pressure drop dan kebutuhan pompa, menaikkan aliran massa) 6.) Tidak berbusa bila berkontak dengan gas (mengurangi ukuran alat) 7.) Tidak beracun dan nonflammable (safet) 8.) Kelaakan proses (mengurangi cost, menurunkan kebutuhan untuk eternal source) II.0 Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber. Konfigurasi absorber akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari pelarut ang digunakan 9

10 2. Aspek Thermodnamic (suhu dekomposisi dari pelarut),volalitas pelarut,dan aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toisitas, juga termasuk biaa, semuana akan diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik sesuai dengan proses ang akan dilakukan. 3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohna pelarut tidak muncul pada aliran gas, proses untuk meregenerasina cukup sederhana akni dengan memanaskanna. II.0. Contoh pertama Cairan absorber ang akan didaur ulang masuk kedalam kolom pengolahan dari bagian atasna dan akan dicampur /dikontakan dengan stripping vapor.gas ini bisa uap atau gas mulia, dengan kondisi termodinamika ang telah disesuaikan.dengan pelarut ang terpolusi. Absorber ang bersih lalu digunakan kembali di absorpsi kolom. Gambar. Contoh pertama II.0.2 Contoh kedua Absorber ang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan stripping column. Uap pada stripping dibuat dari cairan pelarut 0

11 itu sendiri.bagian ang telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi absorber. Gambar 2. Contoh kedua II.0.3 Contoh ketiga Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang. Absorber ang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahna, pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber. Gambar 3 Contoh ketiga II. Hubungan Kesetimbangan diantara fase a. Hukum Fase (Tingkatan) dan Kesetimbangan

12 Untuk memprediksi konsentrasi dari sebuah solute dalam setiap dari dua fase dalam keadaan kesetimbangan, data kesetimbangan percobaan harus tersedia. Bila dua fase tidak berada pada kesetimbangan, laju perpindahan massa proposional terhadap driving force (gaa dorong), adalah bagian dari kesetimbangan. Dalam hal kesetimbangan, dua fase adalah, seperti : gas-liquid atau liquid-liquid. Variabel ang mempengaruhi kesetimbangan dari suatu solute adalah : temperatut, tekanan dan konsentrasi. Kesetimbangan diantara dua fase dalam suatu kondisi dibatasi oleh Hukum Fase : F = C - P + 2 () Dengan : P = jumlah fase pada kesetimbangan C = jumlah total komponen dalam dua fase bila tidak ada reaksi kimia, F = derajad kebebasan sstem (jumlah dari variant) Contoh : untuk sistem gas-liquid, dari C0 2 -udara-air, berarti ada 2 fase dan tiga komponen, dengan persamaan () : F = = 3 II.2. Kesetimbangan Gas Liquid. Dari data kesetimbangan gas-liquid dapat dilihat pada Appendi A (Geankoplis), dari A.3-9 s/d A Dari data kelarutan Contoh : Data Kelarutan NH3 terhadap H 2 O ang diukur pada temperatur 20 0 C, P = 760 mmhg lbm NH3 / 00 lbm H2O 7, Tekanan Parsial NH3, mmhg 50,0 69,

13 a. Pembuatan Kurva didasarkan mol fraksi = = MNH 2 3 / BMNH MH 0/ BMH 0 p = P 50, = 7,5/7 92,5/8 Tabelkan Vs, dan buat grafikna (2) (3) b. Pembuatan Kurva didasarkan mol Ratio = MNH 2 3 / BMNH MH 0/ BMH 0 p P p = 2 3 = 7,5/7 92,5/8 50 = (4) (5) Tabelkan Vs, dan buat grafikna 3. Pembuatan Kurva berdasarkan hubungan kesetimbangan,dengan menggunakan Hukum Henr Hukum Henr Hubungan kesetimbangan antara pa pada fase gas dan A dapat dinatakan dengan garis lurus persamaan Hukum Henr pada konsentrasi rendah ; pa = H A (6) Dengan : H = Konstanta Henr = atm/mole fraksi Bila persamaan diatas keduana dibagi dengan tekanan total maka menjadi : A = H A. (7) H = H/P = atm/mole fraksi/atm = /mole fraksi 3

14 Contoh soal ; Konsentrasi oksigen terlarut dalam air; Berapa konsentrasi oksigen terlarut dalam air pada K bila larutan berada dalam kesetimbangan dengan air pada tekanan total atm? Konstanta Henr = 4,38 04 atm/mole fraksi. Penelesaian : Tekanan Parsiil p A dari Oksigen (A) dalam udara = 0,2 atm. Dengan menggunakan pers. ; 0,2 = H A = 4, A A = 4, mol fraksi Artina 4, mol O 2 terlarut dalam,0 mol air + oksigen atau 0, bagian O 2 /00 bagian air. II.3 Kesetimbangan kontak satu. Kontak kesetimbangan satu stage Dalam beberapa operasi kimia dan proses2 industri lainna, perpindahan massa dari satu fase ke fase lainna akan terjadi, biasana diikuti dengan pemisahan dari komponen2 suatu campuran, satu komponen akan di transfer ke suatu tingkatan ang lebih besar dari component satuna. V V 2 L 0 L Gambar 4. Proses kesetimbangan Satu stage Kesetimbangan masa total : L 0 + V 2 = L + V = M (8) L = kg(lbm), V = kg dan M = total kg 4

15 Misal komponent A,B, dan C berada pada aliran dan membuat kesetimbangan A dan C, L 0 X A0 + V 2 Y A2 = L X A + V Y A = M X AM (9) L 0 X C0 + V 2 Y C2 = L X C + V Y C = M X CM (0) Persamaan untuk komponen B tdk diperlukan, karena : A + B + C = 2. Kontak kesetimbangan satu stage untuk sistem gasliquid Pada sistem gas-liquid: Gas masuk terdiri : A solute dan B inert Liquid masuk terdiri : A solute dan C inert Untuk komponent A diperoleh pers sbb: A0 ' A2 + V ' A = L' + A V ' L () A0 A2 A A Untuk menelesaikan persamaan diatas, A dan A berada pada kesetimbangan, ang diberikan oleh pers.; A = H A. Contoh Soal 2 : Suatu campuran gas pada atm abs mengandung udara dan CO 2 di kontakkan dalam suatu single stage pencampur secara kontinu dengan air sebagai solven pada K. Gas dan liquid keluar berada pada kesetimbangan. Laju alir gas masuk 00 kg.mol/jam, dengan fraksi mol CO 2 ;A 2 =0,20. Liquid masuk 300 kg/jam. Hitung jumlah dan komposisi dari kedua fase aliran ang keluar. Asumsi air tidak menguap ke fase gas. 5

16 Penelesaian : Diagram seperti gambar. aliran inert air adalah : L =Lo = 300 kg mol/j. Aliran udara V : V = V( A ) (2) Diperoleh : V = V 2 ( A2 ) = 00( 0,20) = 80 kg mol/j Substituís ke pers., untuk membuat kesetimbangan C0 2 (A), 0 0,20 A = ,20 + A 80 A A (3) Pada K, konstanta Hukum Henr s A.3, H = 0, atm/mol frak. H =H/P H = 0, mol frak gas/mol frak liquid. Substitusi ke pers.7, A = 0, A, substituís ke pers.. 3, diperoleh : A =,4 0-4 dan A = 0,20. Untuk kecepatan aliran ang meninggalkan absorber ; L = V = L' A V ' A 300,40 = 300kgmol / j = 800 0,20 = 4 = 00 kg mol/j Dalam soal diatas bila, larutan liquid terlalu encer, L 0 L II.4 Multiple Countercurrent-contact stages. Derivasi dari persamaan Umum : V V2 V3 Vn Vn+ V N V N+ 2 n N L 0 L L 2 Ln- Ln L N- L N Gambar 5.. Proses countercurrent stages 6

17 Kesetimbangan total untuk seluruh stage : L 0 + V N+ = L N + V = M (4) Dengan : V N+, L N, = mol/j bahan masuk dan keluar. Untuk kesetimbangan komponent A,B,C, L V N+ Y N+ = L N N + V Y = M M (5) dan dalam mole fraksi Kesetimbangan Total setelah stage pertama n; L 0 + V n+ = L n + V (6) Untuk suatu kesetimbangan komponent ; L 0 X 0 + V n+ Y n+ = L n X n + V Y (7) Penelesaian untuk Y n+ dari persamaan diatas: n+ = Ln V n n+ V L0 + V n+ 0 (8) Ini merupakan suatu persamaan garis operasi dengan slope = Ln/Vn+ 2. Kontak countercurrent dengan aliran tidak saling larut l Solute A berpindah terjadi bila aliran V mengandung komponent A dan B tanpa C, dan aliran L mengandung A dan C tanpa B. Kedua aliran L dan V tidak saling larut satu sama lain hana komponent A ang berpindah l Bila L dan V adalah aliran ang encer dengan komponent A, maka aliran cenderung mengalir konstan dan slope Ln/Vn+ mendekati konstan, sehingga diperoleh garis operasi merupakan garis lurus (gambar 6). 7

18 3. Skema Kontak countercurrent dengan aliran tidak saling larut 0 N+ stage 2 garis operasi Mole Fraksi garis kesetimbangan N+ N Gambar 6. Jumlah stages pada suatu proses kontak Multipel Stage Suatu persoalan penting dimana solute A akan terjadi perpindahan bila aliran V mengandung komponen A dan B tanpa ada C, dan aliran solven L mengandung A dan C tanpa ada B. Dua aliran L dan V adalah tidak saling larut, hana A ang akan berpindah. Bila pers.8 di plot pada,, maka terlihat seperti pada gambar.6. Pada gambar 6, dan 0 berada pada garis operasi dan dan berada pada garis kesetimbangan. Setiap stage diwakili oleh sebuah garis pada gambar 6, langkah dilanjutkan ingá titik N+, dicapai. Jika aliran L dan V encer dalam componen A, aliran mendekati keadaan constan dan slope L n /V n+ mendekati constan. Contoh Soal 3. Diinginkan mengabsorb 90% acetone dalam udara ang mengandung % aceton dlm suatu menara countercurrent. Aliran gas masuk 30 kg.mol/j, dan total air murni masuk sebagai absorbent 8

19 adalah 90 kg.mol H 2 0 /j. Proses di operasikan pada keadaan isothermal K dan tekanan total 0,3 kpa. Hubungan kesetimbangan aceton dalam gas dan liquid : A = 2,53 A. Tentukan jumlah stage ang dibutuhkan secara teori untuk proses operasi ini, Penelesaian : Diagram proses seperti gambar 6. AN+ = 0,0, A0 = 0, V N+ = 30,0 kg mol/j dan L 0 = 90,0 kg mol/j. Kesetimbangan material Aceton, Jumlah aceton masuk = AN+ V N+ = 0,0(30,0)= 0,30 kg mol/j Udara masuk udara/j Aceton sisa di V Aceton sisa di L N V A = L N AN = = ( AN+ )V N+ = ( 0,0)(30,0) = 29,7 kg mol = 0,0(0,30) = 0,030 kg mol/j = 0,90(0,30) = 0,27 kg mol/j = 29,7 + 0,03 = 29,73 kg mol udara + aceton/j 0,030 29,73 = 0,000 = 90,0 + 0,27 = 90,27 kg mol air + aceton/j 0,27 90,27 = 0,00300 Aliran liquid pada aliran masuk L 0 = 90,0 pada aliran keluar L N = 90,27 dan V dari 30,0 s/d 29,73, maka slope L n /V n+ pada garis operasi adalah konstan. Garis operasi bersama dengan garis kesetimbangan A = 2,53 A digambar sperti gambar 7. dimulai pada titik A, A0, maka diperoleh sekitar 5,2 stage. 9

20 0,02 Y AN+! 0,008 garis operasi 5 Mole fraksi, A 4 0,004 3 Garis kesetimbangan A ,00 0,002 0,003 0,004 A0 AN Mole fraksi acetone dalam air, A Gambar 7. Stage teoritikal untuk proses Absorpsi countercurrent II.5 Metode Analitik untuk Traed Towers Metode grafik untuk menentukan jumlah stage memang lebih mudah dan umum digunakan, namun kendalana adalah :.) Jumlah stage N menjadi besar 2.) N is specified rather than the desired purit, 3.) Lebih dari satu solut ang diabsorpsi 4.) Kondisi operasi bisa dioptimasi 5.) Untuk konsentrasi ang tinggi atau ang rendah memerlukan multiple diagrams 20

21 Persamaan Analitik untuk Countercurrent stage contact Pers.kesetimbangan komponen; L V N+ N+ = L N N + V atau, (9) L N N - V N+ N+ = L V (20) Pers.kesetimbangan untuk stage n pertama: L V n+ n+ = L n n + V atau, (2) L n n - V = L n n - V n+ n+ (22) Pers (22) ke pers (24) diperoleh : L n n - V n+ n+ = L N N - V N+ N+ (23) Selama aliran molar konstan, L n =L N =konstan=l dan V n+ =V N+ =konstan=v, sehingga diperoleh: L( n N ) = V( n+ N+ ) (24) Selama n+ dan n+ berada pada kesetimbangan dan dalam bentuk garis lurus, n+ = m n+ dan N+ = m N+. Substitusi m n+ untuk n+ dan A=L/mV, pers. (24) diatas menjadi ; A = A N + n+ n N (25) m Dengan : A = faktor absorbsi Dengan menggunakan kalkulus maka pers (25) diperoleh; Untuk proses Absorbsi ; Transfer solute A dari fase V ke L : N + N + m 0 = A A N + N + A (26) N + m0 log + m0 A N = log A A (27) 2

22 Bila A =, (28) N m N + = 0 Untuk proses Striping : 0 0 ( N + N + (/ A) = / m) (/ A) N N (/ A) + ) 0 ( / m) N + log ( A) + A N ( N / m) N + = log(/ A) 0 N BilaA =, N = ( / m) N N + (29) (30) (3) A = L/mV Komponen A = L/mV m-value Air,7 0,03 Aseton,38 2,0 Oksigen 0, Nitrogen 0, Argon 0, Contoh soal 4. (sama seperti soal.3) Penelesaian : Pada stage, V = 29,73 kg mol/j, A = 0,000, l 0 = 90,0 dan A0 = 0. Hubungan kesetimbangan A = 2,53 A, dimana m = 2,53 22

23 L L Kemudian : A 2 = = 0 90,0 = mv mv 2,5329, 73 =,20 Pada Stage N, V N+ = 30,0, AN+ = 0,0, L N = 90,27 dan AN = 0,00300 A N = L mv N N + = 90,27 2,5330,0 =,9 Rata2 geometrik A = A =,20, 9 =,95 AN Solut Aceton transfer dari V ke L (absorpsi) Substitusi ke pers. 30, : 0,0 2,53(0) ln 0,000 2,53(0) = ln(,95),95 +,95 N = 5,04 stage II.6 Disain dari Menara Absorpsi Plate. Operasi Garis Derivasi Sebuah Menara Absorpsi Plate mempunai diagram alir proses ang sama seperti proses multipel stage countercurrent aitu seperti Menara Tra vertikal ((gambar 5) dan seperti gambar 8 dibawah ini. 23

24 V, L 0, 0 2 n V n+, n+ L n, n n+ N- N V N+, N+ L N, N Gambar 8. Neraca Massa dalam Menara Absorpsi Tra Dalam persoalan ini, solut A berdiffusi melalui sebuah gas ang stagnant (B) dan kemudian masuk ke fluida ang stagnant. Jika V = kg mol inert udara/dt dan L =kg mol inert solvent air/dt m 2.units (lb mol inert/j.ft 2 ), maka Neraca Massa Over all adalah sbb: 0 L' N + V ' + 0 N + N = L' N + V ' (32) Sebuah Neraca Massa sekitar kotak ang diberi garis putusputus sbb : 24

25 0 L' n+ + V ' 0 n+ n = L' n + V ' (33) Dengan : =fraksi mole A dalam liquid, =fraksi mole A dalam gas, L 0 =total mole liquid/dt dan V N+ total mole gas/dt. Persamaan 33, adalah kesetimbangan material atau garis operasi untuk proses absorpsi dengan menara Plate (Tra). 2. Penentuan secara grafik jumlah plate dari Menara Tra (Menara Plate) Pem-plot an persamaan 33 dalam koordinat, akan memberikan suatu garis kurva. Jika dan sangat encer, - dan - mendekati nilai, dan garis operasi mendekati garis lurus, slopena adalah : L /V. Jumlah plate teoritis sama dengan gambar 6. Contoh Soal 5 ; Sebuah menara Tra akan didisain untuk mengabsorb SO 2 dari aliran udara dengan menggunakan air murni sebagai pelarutna pada K (68 0 F). Gas masuk mengandung 20 mol% SO 2 dan keluar Tower 2 mol % pada tekanan total 0,3 kpa. Laju aliran udara inert adalah 50 kg udara/j.m 2 dan aliran air masuk 6000 kg air/j.m 2. Misalkan effisiensi Menara Tra 25%, berapa banak tra teoritikal dan dan sesungguhna dibutuhkan pada proses tersebut diatas. Asumís bahwa proses berjalan pada K (20 0 C). Penelesaian : Dihitung dahulu aliran dalam molar : V = 50 2 = 5,8 kg mol inert udara/j.m 29 25

26 L = = 333 kg mol inert air/j.m 80 Menggunakan gambar.8, N+ = 0,20, = 0,02 dan 0 = 0. N+ 0,20 0,8 garis operasi 0,6 Mole fraksi, 0,08 0,06 2 0,02 0 0,002 0,004 0,006 0,008 Mole Fraksi, Gambar 9. Jumlah Plate teoritis proses absorpsi Contoh soal. Substitusi ke pers.32, diperoleh : 0 0,20 N 0, ,8 = ,8 0 0,20 N 0, 02 N = 0,00355 Substitusi ke pers. 33, n+ + 5,8 0 n+ n = 333 0,02 + 5,8 0,02 Untuk menggambarkan garis operasi dibutuhkan beberapa titik lagi. 26 n

27 27 Diambil n+ = 0,07 dan substitusi ke pers 33, diperoleh n =0,000855, n= = 0,3, n = 0,00020 dst. Data kesetimbangan dapat diperoleh dari App.A.3 ((Geankopls). Sehingga diperoleh Plate teoritis = 2,4 dan jumlah tra sesungguhna = 2,4/0,25 = 9,6 tra. II.6 Disain dari Menara Packed untuk proses Absorpsi. Derivasi garis operasi : Untuk solute A berdifusi melalui sebuah gas ang stagnan dan kemudian menuju ke fluida ang stagnan, sebuah kesetimbangan material over all komponen A pada gambar 20 untuk sebuah Menara Packing adalah : + = ' ' ' ' V L V L (34) Dimana : dan 2 = bahan masuk L = kg mol inert liquid/dt atau kg mol inert liquid/dt.m 2 V = kg mol inert gas/dt atau kg mol inert gas/dt.m 2 dan = molle fraksi A dalam gas dan liquid Aliran L dan V constan melalui Menara, tetapi aliran total L dan V tidak constan. Kesetimbangan sekitar daerah ang diberi garis titik-titik pada gambar 20. memberikan garis operasi sbb ; + = + V L V L ' ' ' ' (35) Persamaan diatas bila digambarkan akan memberikan garis lurus seperti pada gambar 20.

28 V 2, 2 L 2, 2 dz V, L, z V, L, Gambar 20. Kesetimbangan Material untuk proses Absorpsi pada menara Packing Bottom menara 2 Top Mole Fraksi, garis kesetimbangan Garis operasi Y 2 Top bottom Mole Fraksi, Mole Fraksi, (a) (b) Gambar 2. Garis Operasi untuk (a).proses absorpsi dari A dari aliran V ke L, (b).proses stripping dari A, dari aliran L ke V Persamaan (35), bila di plot pada koordinat, akan memberikan garis kurva seperti gambar 2.a. Persamaan (35) dapat dituliskan 28

29 juga dalam bentuk tekanan partial p dari A, dimana /(- ) = p /(P p ) dan seterusna. Jika dan sangat encer, (-) dan (-) =, dan persamaan (35) menjadi : L + V = L + V (36) Dan ini mempunai slope L /V dan garis operasi biasana garis lurus. 2. Ratio Limiting dan L /V/ optimum Pada proses absorpsi, aliran gas masuk V (gambar 2) dan komposisi biasana satu kesatuan. Konsentrasi 2 keluar biasana ang diatur, dan konsentrasi 2 dari aliran liquid masuk ang ditetapkan. Oleh karenana, jumlah aliran liquid masuk L 2 atau L terbuka untuk ditentukan. Pada gambar 22., aliran V dan konsentrasi 2, 2, dan adalah suatu kesatuan. Bila garis operasi mempunai slope minimum dan meninggung garis ekulibrium pada titik P, aliran liquid L adalah minimum pada L min. Nilai dari maksimum pada ma bila L minimum. Pada titik P driving force - *, - i, * -, dan i - semuana = 0. Penelesaian untuk L min, nilai dan ima disubstitusi ke persamaan garis operasi. Pada beberapa persoalan, jira garis kesetimbangan adalah kurva bersifat cekung menurun kebawah, nilai minimum dari L diperoleh melalui garis operasi menjadi tangent ke garis kesetimbangan menjadi memotongna. Pemilihan ratio L /V minimum untuk digunakan pada disain tergantung pada kesetimbangan ekonomi. Pada proses absorpsi, semakin tinggi nilai semakin besar aliran liquid dan karenana diameter menara menjadi besar. Biaa untuk me-recover solute dari liquid dengan distilasi akan menjadi tinggi. Suatu hasil aliran liquid 29

30 ang sederhana pada suatu menara ang tinggi, dimana juga sangat mahal. Suatu pendekatan, untuk proses absorpsi kecepatan aliran liquid ang optimum dapat diambil biasana sekitar,2-,5 kali L min. Untuk proses Stripping, seperti gambar 22.b, dimana garis operasi mempunai slope maksimum dan meninggung garis operasi pada titik P, selanjutna aliran gas pada keadaan minimum V min. Nilai 2 pada 2mak adalah keadaan maksimum. Sama seperti proses absorpsi, V=,5 V min. Garis operasi untuk aliran Liquid Sesungguhna P mak P 2 gariskesetimbangan 2 garis operasi untuk aliran liquid minimum 0 2 mak 2 (a) (b) Gambar 22. Garis Operasi untuk kondisi terbatas (a).absorpsi, (b).stripping 30

31 3. Persamaan Analitik untuk menghitung jumlah plate teoritis dari menara packing. Persamaan Analitik untuk menghitung jumlah plate teoritis N dalam suatu proses absorpsi dengan menggunakan menara packing sama dengan persamaan ang digunakan pada menara plate. Untuk perpindahan solote dari fase gas V ke fase liquid L (absorpsi), N ln 2 m2 m 2 ln A ( / A) + / A = (37) Untuk perpindahan solute dari fase liquid L ke fase gas V (stripping), N ln 2 / m / m ln(/ A) ( A) + A = (38) Dimana A = L/mV Bila garis kesetimbangan dan garis operasi merupakan garis lurus, m dan A = L/mV akan bermacam macam. -Untuk proses Absorpsi pada konsentrat bottom di tra terakhir, slope m pada titik ang digunakan. -Untuk larutan encer pada top tra, m 2 pada titik 2 pada garis keaetimbangan ang digunakan. Jadi, A = L /m V, A 2 = L 2 /m 2 V 2, dan A = A A 2 (39) Juga, untuk larutan encer m 2 digunakan dari persamaan -Untuk proses Stripping, pada bagian atas (top) atau konsentret stage, slope m 2 pada titik 2 pada garis kesetimbangan ang digunakan. 3

32 - Pada daerah bottom atau larutan encer, slope m pada titik pada garis kesetimbangan ang digunakan. Jadi A = L /m V, A 2 = L 2 /m 2 V 2, dan A = A A 2. Contoh Soal 6 ; Laju Alir minimum dan penentuan Jumlah Tra dengan cara Analitik. Sebuah Menara Tra mengabsorbsi ethl alkohol dari aliran gas inert menggunakan air murni pada K dan 0,3 kpa.. Laju aliran gas masuk 00 kg mol/j dan mengandung 2,2 mol % alkohol. Diinginkan untuk mengambil 90% alkohol. Hubungan garis kesetimbangan adalah ; = m = 0,68 untuk aliran cukup encer. Menggunakan,5 laju alir minimum, tentukan jumlah Tra ang dibutuhkan. Gunakan penelesaian secara grafik dan pers analitik. Penelesaian : Data ang diberikan : = 0,022, 2 = 0, V = 00 kg mol/j, m = 0,68. V = V (- ) =00(-0,022) = 97,8 kg mol inert/j. Mole alkohol/j V = 00 97,8 = 2,20. Menghilangkan 90%, mole/j pada gas keluar V 2 = 0,0(2,20) = 0,220. V 2 = V + 0,22 = 97,8 + 0,22 = 98,02. 2 = 0,22/98,02 = 0, Garis kesetimbangan di plot dalam grafik,, dengan 2, 2, dan. Garis operasi untuk aliran liquid minimum L min adalah di gambar dari 2, 2, ke titik P, meninggung garis kesetimbangan dimana mak = /m = 0,022/068 = 0,03235, substituís ke persamaan garis operasi (34) dan menelesaikan nilai L min. 2 L ' + V ' = L' + 2 V '

33 0 0,022 0, , L' min + 97,8 = L' min + 97,8 0 0,022 0, , L min = 59,24 kg mol/j. Gunakan,5 L min =,5(59,24) = 88,86. Dengan menggunakan pers. 34, untuk L min =88,68 dan menelesaikan konsentrasi keluar, = 0, Garis operasi di plot sebagai garis lurus ang meninggung titik 2, 2, dan, pada gambar 23. Suatu titik intermedit dihitung dengan mengatur = 0,02 pada pers. 34 dan diperoleh = 0,0078. Plot titik ini terlihat bahwa garis operasi cenderung berbentuk garis lurus. Ini terjadi karena larutan sangat encer. Jumlah Tra diperoleh = 4,0. Total laju alir ;V = 00, V 2 = V /(- 2 ) = 97,8(-0, = 98,02, L 2 = L = 88,68 dan L = L;/(- ) = 88,68/(-0,0280) = 90,84. Untuk menghitung jumlah tra secara Analitik, A = L /mv = 90,84/(0,68)(00) =,336, A 2 = L 2 /mv 2 = 88,68/((0,68)(98,02) =,33. Dengan menggunakan rata2 geometrik, A =,335. Dengan menggunakan pers.38, m2 N = ln / A ln A 2 m2 ( / A) + 0,022 0 N = ln ( 335 ln,335 0, ( /,335) + /, N = 4,04, hampir sama dengan ang diperoleh secara grafik 33

34 0,02 P Garis operasi utk,5 L min 0,0 garis operasi utk L min 2 Garis operasi kesetimbangan 0 0,0 0,02 0,03 2 maks Gambar 23. Garis Operasi untuk minimum dan aliran liquid aktual 34

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009 PACKED BED ABSORBER Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro Edisi : Juni 009 Packed Bed Absorber. Pendahuluan Bagian packed bed absorber Problem Umum. Menghitung Tinggi Penurunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Kuliah #3: Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. DTK-FTUI, 27 Oktober 2015 Beberapa Model Kolom Absorpsi A. Kolom Talam (Tray-type Plate Columns)

Lebih terperinci

BAB V. CONTINUOUS CONTACT

BAB V. CONTINUOUS CONTACT BAB V. CONTINUOUS CONTACT Operasi pemisahan continuous contact secara prinsip berbeda dengan stage wise contact. Pada operasi pemisahan ini, kecepatan perpindahan massa berlangsung saat kedua fasa tersebut

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI Nopember, 2014

Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI Nopember, 2014 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI opember, 2014 Skematisasi Operasi Absorpsi V, 1 L, 0 V, +1 L, Suatu menara sieve-tra dirancang untuk proses absorpsi gas. as umpan memasuki kolom di bagian bawah

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17 PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER Oleh : KELOMPOK 17 M Riska Juliansyah P (03121403010) Abraham Otkapian (03121403044) Christian King Halim (03121403054) TERMINOLOGI Absorber adalah suatu alat yang digunakan

Lebih terperinci

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG Konsep stage seimbang dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil pemisahan suatu campuran. Konsep ini menggunakan dasar bahwa arus yang keluar stage dalam keadaan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris PM 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

Lebih terperinci

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

KOLOM BERPACKING ( H E T P ) PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 1 KOLOM BERPACKING ( H E T P ) LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh: ROIKHATUS SOLIKHAH L2C 008 099 TRI NUGROHO L2C

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

Dasar Teori Fungsi Absorbsi dalam industri adalah

Dasar Teori Fungsi Absorbsi dalam industri adalah Dasar Teori Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Kesetimbangan Fasa Bab 17 14.49 Pada diagram fase dibawah ini kesetimbangan cair uap digambarkan sebagai T terhadap xa pada tekanan konstan, tentukan fase-fase dan hitunglah derajat kebebasan dari daerah yang ditandai. Jawab: Daerah

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Distilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI Definisi Teknik Kimia: Pemakaian prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip-prinsip ekonomi dan human relations ke bidang yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kiftiyah Yuni Fatmawardi*, Teguh Andy A.M, Vera Nurchabibah, Nadhira Izzatur Silmi, Yuliatin, Pretty Septiana, Ilham Al Bustomi Kelompok 5, Kelas AB, Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu 1. menjelaskan karakteristik zat murni dan proses perubahan fasa 2. menggunakan dan menginterpretasikan data dari diagram-diagram

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSFER MASSA

PENGANTAR TRANSFER MASSA MD D3 Sperisa Distantina ENGNTR TRNSFER MSS Transfer massa merupakan salah satu hemical Engineering Tools, yang merupakan konsep-konsep atau prinsip-prinsip seorang TK dalam menyelesaikan tugasnya. hemical

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NERACA PANAS

PERHITUNGAN NERACA PANAS PERHITUNGAN NERACA PANAS Data-data yang dibutuhkan: 1. Kapasitas panas masing-masing komponen gas Cp = A + BT + CT 2 + DT 3 Sehingga Cp dt = Keterangan: Cp B AT T 2 2 C T 3 = kapasitas panas (kj/kmol.k)

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

ANALISA PROSES ABSORBSI LARUTAN COSORB SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMURNIAN GAS CO. Fahriya P.S, Shofi M.S, Hadiyanto

ANALISA PROSES ABSORBSI LARUTAN COSORB SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMURNIAN GAS CO. Fahriya P.S, Shofi M.S, Hadiyanto ANALISA PROSES ABSORBSI LARUTAN COSORB SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMURNIAN GAS CO Fahriya P.S, Shofi M.S, Hadiyanto Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

LABORATORIUM PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER /O/G/O ORORIUM PERPINDHN PNS DN MSS JURUSN EKNIK KIMI FKUS EKNOOGI INDUSRI INSIU EKNOOGI SEPUUH NOPEMER SIMUSI SORPSI REKIF O 2 DENGN RUN ENFIED DM SK INDUSRI Oleh : Hendi Riesta Mulya 2309100093 Firsta

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT 42 BAB III SPESIFIKASI ALAT 3.1. Reaktor Tugas 1. Tekanan 2. Suhu umpan 3. Suhu produk Waktu tinggal Shell - Tinggi - Diameter - Tebal Shell Head - Tebal head - Tinggi head Tabel 3.1 Reaktor R Mereaksikan

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat Penukar Panas Alat penukar panas yang dirancang merupakan tipe pipa ganda dengan arah aliran fluida berlawanan. Alat penukar panas difungsikan sebagai pengganti peran

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus PENGARUH LARUTAN BENFIELD, LAJU ALIR GAS PROSES, DAN BEBAN REBOILER TERHADAP ANALISA KINERJA KOLOM CO 2 ABSORBER DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR ASPEN PLUS V. 8.6 Bagus Kurniadi 1)*, Dexa Rahmadan 1), Gusti

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK OLEH : NANDA DIAN PRATAMA 2412105013 DOSEN PEMBIMBING : TOTOK RUKI BIYANTO, PHD IR. RONNY DWI NORIYATI,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Destilasi adalah proses pemisahan secara fisik yang berdasarkan atas perbedaan titik didih dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen proses pemisahan tidak dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN TRAY TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower Penentuan Kondisi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA 1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Pendahuluan Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL PRKTIKUM OPERSI TEKNIK KIMI II MODUL 2 EQUILIRIUM STILL LORTORIUM RISET DN OPERSI TEKNIK KIMI PROGRM STUDI TEKNIK KIM FKULTS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERN JW TIMUR SURY EQUILIRIUM STILL TUJUN Percobaan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) Kondisi Kesetimbangan Untuk suatu sistem dalam kesetimbangan, potensial kimia setiap komponen pada setiap titik dlam system harus sama. Jika ada

Lebih terperinci

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Kelompok 3 Nahida Rani (1106013555) Nuri Liswanti Pertiwi (1106015421) Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Sony Ikhwanuddin (1106052902) Sulaeman

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT Disusun oleh: Garry Sinawang Lutfia 2309100030 2309100136 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) TUGAS AKHIR PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) (The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing TINGGI PACKED COUMN EFISIENSI PACKING Konsep HETP Konsep HETP (Height Equivaent of a Theoritical Plate) diperkenalkan untuk memungkinkan perbandingan efisiensi antara kolom packing dan kolom plate. HETP

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

Sumber : Karl Kolmetz, et al, 2007, Optimization Design Column

Sumber : Karl Kolmetz, et al, 2007, Optimization Design Column Sumber : Karl Kolmetz, et al, 2007, Optimization Design Column Sumber : Karl Kolmetz, et al, 2007, Optimization Design Column 2. SIEVE TRAY JENIS TRAY BUBBLE CUPS Beberapa jenis bubble cups Aliran uap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci