KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)"

Transkripsi

1 KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

2 Kondisi Kesetimbangan Untuk suatu sistem dalam kesetimbangan, potensial kimia setiap komponen pada setiap titik dlam system harus sama. Jika ada beberapa fase, potensial kimia setiap zat harus memiliki harga sama dalam setiap fase di mana zat itu muncul Untuk suatu sistem satu komponen, = G/n; pembagian persamaan fundamental dengan n didapat d = SdT + Vdp (3.1) dimana S dan V adalah entropi dan volume molar. Kemudian: μ μ = S dan = V (3.2a dan b) T p p T derivatif dalam persamaan (3.2a,b) adalah slope kurva terhadap T dan terhadap p

3 Kestabilan Fase Zat Murni Dengan hukum ketiga termodinamika, entropi suatu zat selalu positif. Fakta ini dikombinasikan dengan persamaan (3.2a) menunjukkan bahwa ( / T) p selalu negatif. Konsekuensinya, plot terhadap T pada tekanan konstan adalah suatu kurva dengan slope negatif. Untuk zat tunggal, diperoleh μ solid T = S solid p μ liquid T = S liquid p (3.3) μ gas T = S gas p pada temperatur yang sama, S gas >> S liq >> S solid.

4 Entropi padatan kecil sehingga gambar 3.1 (kurva terhadap T) untuk padatan (kurva S) memiliki slope negatif. Kurva terhadap T untuk cairan memiliki slope yang lebih negatif daripada untuk padatan (lihat kurva L). Entropi gas jauh lebih besar daripada entropi cairan, sehingga slope kurva G sangat negative (lurus ke bawah). Gambar 3.1 versus T pada tekanan tetap Kondisi termodinamika untuk kesetimbangan antarfase pada tekanan konstan muncul dalam gambar 3.1. Padat dan cair koeksis dalam kesetimbangan ketika solid = liquid ; yaitu pada titik interseksi kurva S dan L. Temperatur yang sesuai adalah T m, titik leleh. Begitu pula liquid dan gas koeksis dalam kesetimbangan pada temperatur T b, titik interseksi kurva L dan G di mana liquid = gas Sumbu temperatur dibagi menjadi 3 interval, di bawah T m padatan memiliki potensial kimia terendah. Antara T m dan T b zat cair memiliki potensial kimia terendah. Di atas T b gas memiliki potensial kimia terendah. Fase dengan harga potensial kimia terendah adalah fase stabil.

5 Gambar 3.2 versus T pada tekanan tetap Jika liquid ada dalam sistem pada temperatur di bawah T m (lihat Gambar 3.2), potensial kimia zat cair memiliki harga a sedangkan zat padat memiliki harga b, jadi zat cair dapat membeku secara spontan pada temperatur ini, karena membeku mengurangi energi Gibbs. Pada temperatur di atas T m situasi akan berbalik. Harga zat padat lebih besar daripada zat cair dan zat padat meleleh secara spontan untuk mengurangi energi Gibbs sistem. Pada T m potensial kimia zat padat dan zat cair sama, keduanya koeksis dalam kesetimbangan. Situasi sama mendekati T b. Hanya di bawah T b zat cair stabil, sedangkan di atas T b gas stabil. Gambar 3.1 dan 3.2 mengilustrasikan sekuen fase yang teramati jika zat padat dipanaskan di bawah tekanan konstan. Pada temperatur rendah sistem sepenuhnya zat padat. Pada temperatur definit T m zat cair terbentuk; zat cair stabil sampai menguap pada temperatur T b. Sekuen fase ini adalah sesuai dengan sekuen harga entropi, dan juga konsekuensi atas diserapnya panas dalam transformasi dari zat padat ke zat cair dan zat cair ke gas.

6 Kebergantungan Kurva terhadap T pada Tekanan μ Dari persamaan 3.2b = V dalam bentuk d = V dp, jika tekanan p T berkurang, dp negatif, V positif, karena itu d negatif, dan potensial kimia berkurang dalam proporsi volume fase. Karena volume molar zat cair dan zat padat sangat kecil, harga berkurang secara linier. Untuk zat padat dari a ke a, untuk zat cair dari b ke b (gambar 3.3a). Volume gas secara kasar adalah 1000 kali lebih besar daripada zat padat atau zat cair, sehingga gas berkurang sangat banyak, dari c ke c. Gambar 3.3 Efek tekanan pada titik didih dan leleh

7 Kebergantungan Kurva terhadap T pada Tekanan Kurva pada tekanan lebih rendah ditunjukkan sebagai garis putus-putus paralel ke garis asal dalam gambar 3.3(b) untuk kasus V liquid > Vsolid). Gambar 3.3(b) menunjukkan bahwa kedua temperatur kesetimbangan (kedua titik interseksi) telah bergeser; pergeseran dalam titik leleh lebih kecil dibandingkan pergeseran dalam titik didih. Gambar 3.3 Efek tekanan pada titik didih dan leleh

8 Gambar 3.4 versus T zat yang menyublim Pada tekanan lebih rendah, range kestabilan zat cair berkurang. Jika tekanan berkurang cukup rendah, titik didih zat cair dapat terletak di bawah titik leleh zat padat. (Gambar 3.4). Kemudian tidak ada temperatur bagi zat cair untuk stabil; zat padat menyublim. Pada Temperatur T s, zat padat dan uap koeksis dalam kesetimbangan. Temperatur T s adalah temperatur sublimasi zat padat, yang sangat bergantung pada tekanan.

9 Jelas bahwa akan ada beberapa tekanan yang mana 3 kurva saling berpotongan pada temperatur yang sama. Temperatur dan tekanan ini mendefinisikan titik tripel; Tiga fase ini koeksis dalam kesetimbangan di titik tripel. Ya atau tidaknya materi tertentu akan menyublim di bawah tekanan tertentu tergantung pada sifat individual zat. Air, sebagai contoh, menyublim pada tekanan di bawah 611 Pa. semakin tinggi titik leleh, dan semakin kecil perbedaan antara titik leleh dan titik didih pada tekanan 1 atm, maka tekanan yg teramati pada saat proses sublimasi terjadi akan semakin tinggi. Tekanan (dalam atm) di bawah sublimasi teramati dapat diestimasikan untuk zat dengan mengikuti aturan Trouton dengan persamaan: ln p = 10.8 Tb Tm Tm (3.4)

10 Persamaan Clapeyron Kondisi untuk kesetimbangan antara dua fase, zat murni dan β adalah (T, p) = (T, p) (3.5) jika bentuk analitik fungsi, dan diketahui, mungkin persamaan (3.5) dapat diselesaikan T = f (p) atau p = g (T ) (3.6) persamaan (3. 6a) mengungkapkan fakta, digambarkan dalam gambar 3.3(b), bahwa temperatur kesetimbangan bergantung pada tekanan.

11 Perhatikan kesetimbangan antara dua fase dan di bawah tekanan p, temperatur kesetimbangan adalah T. Maka pada T dan p didapat (T, p) = (T, p) (3.7) Jika tekanan diubah menjadi harga p + dp, T kesetimbangan akan berubah menjadi T + dt, harga setiap akan berubah menjadi + d. Karena itu pada T + dt, p + dp kondisi kesetimbangan adalah (T, p) + d = (T, p) + d (3.8) sehingga d = d (3.9) Dari persamaan dasar (3.1) d = S dt + V dp d = S dt + V dp (3.10) dengan menggunakan persamaan (3. 10) dalam persamaan (3.9) didapat S dt + V dp = S dt + V dp (S S ) dt = (V V ) dp (3.11) Jika transformasi ditulis, maka S = S S dan V = V V dan persamaan (3. 11) menjadi dt = V dp S atau dp = S dt V Persamaan (3.12) disebut persamaan Clapeyron (3.12)

12 Kesetimbangan padat-cair Penerapan persamaan Clapeyron untuk transformasi zat padat zat cair didapat S = S liq S solid = S fus V = V liq V solid = V fus Pada temperatur kesetimbangan, transformasi adalah reversibel; karena S fus = H fus /T, transformasi dari zat padat ke zat cair selalu mengakibatkan absorpsi panas, ( H fus adalah +), karena itu S fus adalah + (semua zat) Besarnya V fus mungkin positif atau negatif, tergantung pada densitas zat padat apakah lebih besar atau lebih kecil daripada untuk zat cair, karena itu V fus adalah + (kebanyakan zat) V fus adalah (beberapa zat, seperti H 2 O )

13 Harga umum adalah S fus = 8-25 J/(K mol) V fus = (1-10) cm 3 /mol Untuk ilustrasi, jika dipilih S fus = 16 J/K mol dan V fus = 40 atm/k, maka untuk garis kesetimbangan zat padat zat cair adalah dp / dt = 16 J/(K mol)/ 4(10-6 ) m 3 /mol = 4 (10 6 ) Pa/K = 40 atm/k jika dibalik dt/dp = 0,02 K/atm. Harga ini menunjukkan bahwa perubahan dalam tekanan 1 atm akan meningkatkan titik leleh beberapa ratus kali (Kelvin). Dalam plot grafik tekanan sebagai fungsi temperatur, slope diberikan dengan persamaan (3. 12b) ; (40 atm/k sebagai contoh), slope-nya besar dan kurva hampir vertikal. Kasus dp/dt adalah + ditunjukkan gambar 3.5(a), dalam range tekanan tengah, kurva adalah linier.

14 Gambar 3.5 Garis kesetimbangan (a) padat cair, (b) cair uap Garis dalam gambar 3.5(a) adalah lokus semua titik (T, p) di mana zat padat dan zat cair dapat koeksis dalam kesetimbangan. Titik yang terletak sebelah kiri garis bersesuaian dengan temperatur di bawah titik leleh; titik titik ini adalah kondisi (T, p) dimana hanya zat padat yang stabil. Titik sebelah kanan garis bersesuaian dengan temperatur di atas titik leleh; karena itu titik ini adalah kondisi (T, p) di mana zat cair stabil.

15 Kesetimbangan zat cair gas Aplikasi persamaan Clapeyron dalam transformasi zat cair gas menghasilkan S = S gas S liq = H /T adalah + (semua zat) V = V gas V liq adalah + (semua zat) akibatnya dp / dt = S / V adalah + (semua zat) grs kesetimbangan zat cair gas selalu memiliki slope positif. Pada harga T dan p biasa besarnya adalah S + 90 J/K mol V cm 3 = 0,02 m 3 tetapi V dangat tergantung pada T dan p sebab V gas sangat tergantung pada T dan p. Slope kurva zat cair gas adalah kecil dibanding dengan kurva zat padat zat cair. (dp /dt ) liq,gas 90 J/K mol/0,02 m 3 /mol = 4000 Pa/K = 0,04 atm/k

16 Gambar 3.5(b) menunjukkan kurva l-g dan kurva s-l. Dalam gambar 3.5(b), kurva l-g adalah lokus semua titik (T, p) dimana zat cair dan gas koeksis dalam kesetimbangan. Hanya titik sebelah kiri kurva l-g di bawah titik didih dan merupakan kondisi dimana zat cair stabil. Titik sebelah kanan l-g adalah kondisi dimana gas stabil. Interseksi kurva s-l dan l-g bersesuaian dengan temperatur dan tekanan dimana zat padat, zat cair, dan gas seluruhnya koeksis dalam kesetimbangan. Harga T dan p pada titik ditentukan dengan kondisi solid (T, p) = liq (T, p) dan liq (T, p) = gas (T, p) (3.13) persamaan (3.13 ) dapat dipecahkan untuk harga numerik T dan p definit, yaitu T = T t p = p t (3.14) Di mana T t dan p t adalah temperatur dan tekanan titik tripel. Hanya ada satu titik tripel untuk satu set spesifik tiga fase ( contoh zat padat zat cair gas) dapat koeksis dalam kesetimbangan.

17 Kesetimbangan zat padat gas Aplikasi persamaan Clapeyron dalam transformasi zat cair gas menghasilkan S = S gas S solid = H sub /T adalah + (semua zat) V = V gas V solid adalah + (semua zat) akibatnya (dp/dt) solid,gas = S / V adalah + (semua zat) slope kurva s-g adalah steeper pada titik tripel daripada slope kurva l-g. Karena H sub = H fus + H vap maka V ) (dp/dt) liq,gas = H vap /(T V ) dan (dp/dt) solid,gas = H sub /(T harga V dalam kedua persamaan sangat mendekati sama. Karena H sub lebih besar daripada H vap, slope kurva s-g dalam gambar 3.6 lebih curam daripada kurva l-g. Titik pada kurva s-g adalah set temperatur dan tekanan dimana zat padat koeksis dalam kesetimbangan dengan uap. Titik sebelah kiri garis terletak di bawah temperatur sublimasi, dan bersesuai dengan kondisi zat padat stabil. Titik sebelah kanan kurva s-g adalah titik di atas temperatur sublimasi, sehingga merupakan kondisi dimanas fase gas stabil. Kurva s-g harus interseksi satu saka lain pada titik tripel sebab kondisi yang diekspresikan dalam persamaan (3. 13).

18 Diagram Fase Gambar 3.6 Diagram fase untuk zat sederhana. Amati gambar 3.6 pada tekanan konstan, ditandai dengan garis datar putus, menunjukkan titik leleh dan titik didih zat sebagai interseksi garis datar dengan kurva s-l dan l-g. Titik interseksi ini bersesuaian dengan interseksi kurva T dalam gambar 3.1. Pada temperatur di bawah T m, zat padat stabil; pada titik diantara T m dan T b zat cair stabil, sedangkan di atas T b gas stabil. Gambar 3.6 disebut diagram fase atau diagram kesetimbangan. Diagram fase menunjukkan secara sepintas sifat zat ; titik leleh, titik didih, titik transisi, titik tripel. Setiap titik pada diagram fase menggambarkan keadaan sistem menggambrkan harga T dan p. Garis pada diagram fase membaginya menjadi daerah berlabel solid, liquid dan gas. Jika titik yang menggambarkan sistem berada dalam daerah padatan, zat eksis sebagai padatan. Jika titik berada dalam daerah liquid, maka zt eksis sebagai zat cair. Jika titik berada pada garis l-g, zat eksis sebagai zat cair dan uap dalam kesetimbangan.

19 1. Diagram fase untuk Karbondioksida Gambar 3.7 Diagram Fase Karbondioksida Diagram fase untuk karbondioksida ditunjukkan secara skematik dalam gambar 3.7. Slope garis solid-liquid lurus ke kanan, karena V liq > V solid. Cairan CO 2 tidak stabil pada tekanan di bawah 5 atm. Untuk alasan ini dry ice kering di bawah tekanan atmosfir biasa. Ketika karbondioskida dimasukkan ke dalam silinder di bawah tekanan pada 25 o C, diagram menunjukkan bahwa jika tekanan mencapai 67 atm, CO 2 cair akan terbentuk. Silinder CO 2 komersial umumnya mengandung cairan dan gas dalam kesetimbangan; tekanan dalam silinder adalah sekitar 67 atm pada 25 o C.

20 2. Diagram fase untuk air. Gambar 3.8 adalah diagram fase untuk air di bawah tekanan moderat. Garis padat-cair naik lurus ke kiri, karena V liq < V solid. Titik tripel ada pada 0,01 o C dan 611 Pa. Titik beku normal air ada pada 0,0002 o C. Suatu kenaikan tekanan akan menurunkan titik leleh air. Jika air diamati di bawah tekanan tinggi, beberapa kristal modifikasi teramati. Diagram kesetimbangan ditunjukkan dalam gambar 3.9. Es I adalah Es biasa, Es II, III, V,VI,VII adalah modifikasi yang stabil pada tekanan lebih tinggi. Rentang tekanan begitu besar dalam gambar 3.9 dimana kurva s-g dan l-g terletak lurus hanya di atas sb datar, tidak ditunjukkan dalam gambar. Hal yang luar biasa bahwa di bawah tekanan tingggi, es meleleh adalah sangat panas. Es VII meleleh pada sekitar 100 o C di bawah tekanan atm.

21 2. Diagram fase untuk air. Gambar 3.8 Diagram Fase Air Gambar 3.9 Diagram Fase Air pada Tekanan Tinggi

22 Integrasi Persamaan Clapeyron 1. Kesetimbangan padat cair Persamaan Clapeyron adalah dp = S fus p2 T kemudian dt V fus p1 dp = m H fus dt Tm V fus T Jika H fus dan V fus hampir bebas dari T dan p, integrasi persamaan menjadi p 2 p 1 = H fus ln T m V fus Tm dimana T m adalah titik leleh di bawah tekanan p 2 ; T m adalah titik leleh di bawah tekanan p 1

23 karena selisihnya biasanya sangat kecil, maka logaritma dapat diekspansi menjadi ln T m Tm = ln Tm+T m Tm Tm = ln 1 +

24 2. Kesetimbangan Fase Terkondensasi Gas Untuk kesetimbangan fase terkondensasi, baik padat atau cair, dengan uap dp = S = H dt V T V g V c dimana H adalah panas penguapan molar zat cair atau panas sublimasi molar padatan, dan V c adalah volume molar zat padat atau zat cair. Kebanyakan V g V c V g, dan diasumsikan sebagai gas ideal, sama dengan RT/p. Maka persamaan menjadi d ln p = H (3.17) dt RT 2 yang merupakan persamaan Clausius Clapeyron, menghubungkan tekanan uap zat cair (zat padat) dengan panas penguapan (sublimasi) dan temperatur.

25 Integrasi di bawah asumsi bahwa H tidak tergantung temperatur menghasilkan p T H d ln p = T0 p 0 dt RT 2 1 ln p = H 1 = H + H (3.18) p 0 R T T 0 RT RT 0 dimana p o adalah tekanan uap pada To, dan p adalah tekanan uap pada T. Jika p o = 1 atm, maka To adalah titik didih normal zat cair (titik sublimasi normal zat padat). Maka ln p = H H RT 0 RT log p = H H x RT x RT (3.19) menurut persamaan ini jika ln p atau log p dialurkan terhadap 1/T, diperoleh kurva linier dengan slope = H/2,303R. Intersep pada 1/T = 0 menghasilkan harga H/RT o. Jadi dari slope dan intersep H dan T o dapat dihitung.

26 Panas penguapan dan sublimasi sering ditentukan melalui pengukuran tekanan uap zat sebagai suatu fungsi temperatur. Gambar 3.11 menunjukkan suatu aluran log p terhadap 1/T untuk air. Gambar 3.11 sama juga untuk padatan CO 2 (es kering). Gambar 3.11 log p /mmhg versus 1/T untuk air

27 Efek Tekanan pada Tekanan Uap Gambar 3.12 Keseimbangan zat cair uap air secara implisit diasumsikan bahwa kedua fase adalah di bawah tekanan yang sama p. Jika oleh beberapa alat dimungkinkan untuk menyimpan cairan itu di bawah suatu tekanan P dan uap di bawah tekanan uap p, kemudian tekanan uap tergantung pada P. Andaikan cairan itu terkurung kontainer yang ditunjukkan Gambar Dalam ruang di atas cairan, uap air terkurung bersama-sama dengan suatu gas lain yang tidak dapat larut dalam cairan. Tekanan uap p plus tekanan gas yang lain adalah P. Seperti biasanya, kondisi kesetimbangan adalah vap (T, p) = liq (T, p) (3.20) Pada temperatur tetap persamaan ini menyatakan bahwa p = f(p).

28 Secara fungsional, persamaan ini didiferensiasi terhadap P dengan menjaga T tetap μ vap p = μ liquid p T P T P dengan menggunakan persamaan fundamental didapat p T V vap = V P liquid atau T P Persamaan Gibbs ini menunjukkan bahwa tekanan uap meningkat terhadap tekanan total pada zat cair; laju kenaikan sangat kecil karena V liq sangat kurang dibanding V vap. Jika uap bersifat gas ideal, maka persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut RT p T = V liquid V vap (3.21) p dp dp = V p liqdp dan RT = V P p0 p liq P0 dp dimana p adalah tekanan uap pada tekanan P, po adalah tekanan uap ketika zat cair dan uap di bawah tekanan yang sama, po, tekanan ortobarik. Jadi RT ln p p 0 = V liq P P 0 (3.22)

29 Aturan Fase Keberadaan dua fase dalam kesetimbangan menyatakan kondisi (T, p) = (T, p) (3.23) yang berarti dua variabel intensif yang biasanya dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan suatu sistem tidak lagi terpisah, tetapi berkaitan. Karena hubungan ini, maka hanya satu variabel, baik temperatur atau tekanan, dibutuhkan untuk emnggambarkan keadaan sistem. Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan atau univarian, jika hanya ada satu fase, maka dua variabel dibutuhkan untuk menggambarkan keadaan, dan sistem memiliki dua derajat kebebasan atau bivarian.

30 Jika ada 3 fase, maka ada 2 hubungan antara T dan p (T, p) = (T, p) (T, p) = (T, p) (3.24) Dua hubungan ini menentukan T dan p secara lengkap. Tidak ada informasi lain yang diperlukan untuk mendeskripsi keadaan sistem. Untuk suatu sistem univarian, maka tidak memiliki derajat kebebasan. Tabel 3.1 menunjukkan hubungan antara jumlah derajat kebebasan dan jumlah fase yang ada untuk sistem satu komponen. Tabel ini menyarankan suatu aturan yang menghubungkan jumlah derajat kebebasan, F, dengan jumlah fase, P, yang ada. F = 3 P (3.25) yang merupakan aturan fase untuk sistem satu komponen.

31 Aturan fase yang sederhana sangat berguna untuk memutuskan berapa banyak variabel bebas yang diperlukan untuk mendeskripsi sistem. Dirangkum dalam tabel (3.1), (3.2) dan (3.3). Tabel 3.1 Jumlah fase Derajat kebebasan Tabel 3.2 Jenis Variabel Jumlah total variabel Temperatur dan Tekanan 2 Variabel Komponen (dalam setiap fase, fraksi mol setiap komponen harus PC dispesifikasi; jadi, C fraksi mol dibutuhkan untuk menggambarkan satu fase; PC dibutuhkan untuk menggambarkan P fase) Jumlah total variabel PC + 2

32 Jumlah variabel bebas, F, diperoleh dengan mengurangkan jumlah total persamaan dari jumlah total variabel: F = PC + 2 P C (P 1), F = C P + 2 Jika sistem satu komponen, C = 1, sehingga F = 3 P. Persamaan ini adalah aturan fase J. Willard Gibbs.

33 SOAL SOAL: 1. Ilustrasikan dengan grafik versus T kenyataan bahwa S fus dan S sub dijamin selalu positif di mana fase padat paling stabil pada temperatur rendah 2. Tekanan uap bromium cair pada 9,3 o C adalah 100 atm. Jika panas penguapan adalah J/mol, hitung titik didih bromium 3. Naftalena, C10H8, meleleh pada 80 o C. Jika tekanan uap zat cair adalah 10 atm pada 85,8 o C dan 40 atm pada 119,3 o C, dan untuk zat padat adalah 1 atm, hitung a. H uap zat cair, titik didih, dan S uap pada T b b. tekanan uap pada titik leleh 4. Untuk ammonia t/ o C 4,7 25,7 50,1 78,9 p/atm Plot data ln p versus 1/T untuk menentukan Huap, dan titik didih normal

34 Soal-soal 5. Iodium mendidih pada 183 o C; tekanan uap zat cair pada 116,5 o C adalah 100 atm. Jika H o fus = 15,65 kj/mol dan tekanan uap zat padat adalah 1 atm pada 38,7 o C, hitung a. H o uap, dan S o uap b. temperatur dan tekanan titik tripel

Kesetimbangan fase. Pak imam

Kesetimbangan fase. Pak imam Kesetimbangan fase Pak imam Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerahdaerah tekanan dan temperatur di mana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas daerah adalah batas fase dimana dua

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan Hukum III termodinamika Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan

Lebih terperinci

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE) Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa mampu 1. menjelaskan karakteristik zat murni dan proses perubahan fasa 2. menggunakan dan menginterpretasikan data dari diagram-diagram

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs KESETIMBANGAN FASA Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang

Lebih terperinci

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Pendahuluan Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS 2 Kesetimbangan Fasa Satu Komponen Perubahan fasa yang terjadi ketika cairan yang dipanaskan dalam wadah

Lebih terperinci

BAB 10 SPONTANITAS DAN KESETIMBANGAN Kondisi Umum untuk Kesetimbangan dan untuk Spontanitas

BAB 10 SPONTANITAS DAN KESETIMBANGAN Kondisi Umum untuk Kesetimbangan dan untuk Spontanitas BAB 10 SPONTANITAS DAN KESETIMBANGAN 10.1 Kondisi Umum untuk Kesetimbangan dan untuk Spontanitas Fokus kita sekarang adalah untuk mencari tahu karakteristik apa yang dapat membedakan transformasi irreversibel

Lebih terperinci

BAB 6. (lihat diktat kuliah KIMIA : Bab 6 dan 7)

BAB 6. (lihat diktat kuliah KIMIA : Bab 6 dan 7) BAB 6 (lihat diktat kuliah KIMIA : Bab 6 dan 7) KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA 1. HUKUM KEKEKALAN ENERGI 2. PENGERTIAN KERJA DAN KALOR 3. PENGERTIAN SISTEM, LINGKUNGAN, DAN FUNGSI KEADAAN 4. HUKUM PERTAMA

Lebih terperinci

Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari

Lebih terperinci

Bab 4 Termodinamika Kimia

Bab 4 Termodinamika Kimia Bab 4 Termodinamika Kimia Kimia Dasar II, Dept. Kimia, FMIPA-UI, 2009 Keseimbangan Pada keseimbangan Tidak stabil Stabil secara lokal Lebih stabil 2 2 Hukum Termodinamika Pertama Energi tidak dapat diciptakan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 13-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) A 13 Sistem Multifasa Pengertian tentang fasa telah kita singgung dalam

Lebih terperinci

Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain

Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain Hubungan entalpi dengan energi yang dipindahkan sebagai kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja lain Jika sistem mengalami perubahan, maka : ΔH = H 2 H 1 ΔH = ( U 2 + p

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari PV Work Irreversible (Pressure External Constant) Kompresi ireversibel: Kerja = Gaya x Jarak perpindahan W = F x l dimana F = P ex x A W = P ex x A x l W = - P ex x

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V SIFAT-SIFAT ZAT MURNI

BAB V SIFAT-SIFAT ZAT MURNI BAB V SIFA-SIFA ZA MURNI ubungan antara volume spesifik atau volume molar terhadap temperature dan tekanan untuk zat murni dalam keadaan kesetimbangan ditunjukkan dengan permukaan tiga dimensi seperti

Lebih terperinci

KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA 1. 2. 3. HUKUM KEKEKALAN ENERGI PENGERTIAN KERJA DAN KALOR PENGERTIAN SISTEM, LINGKUNGAN, DAN FUNGSI KEADAAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA 4. 5. 6. ENERGI

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK A. Sifat Bahan Baku dan Produk Bahan Baku 1. Acetylene a. Rumus Kimia : C 2 H 2 b. Rumus Bangun : c. Berat Molekul : 26 kg/kmol d. Fase : Gas e. Titik Didih, pada

Lebih terperinci

I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep

I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep BAB II ENERGETIKA I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep Sistem : Bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian kita dengan batasbatas yang jelas Lingkungan : Bagian di luar sistem Antara sistem

Lebih terperinci

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya 1. Diagram Fasa dalam Sistem Logam - Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. - Diagram fasa

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi)

Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi) Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi) Ini sangat mudah untuk menginterpresikan data ketika ditampilkan dalam bentuk diagram. Potensial reduksi standar untuk set sepsis yang berhubungan dapat ditampilkan

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI BAB IV TERMOKIMIA A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 1 Kristalisasi adalah proses dimana kristal padat dari suatu zat terlarut terbentuk pada suatu larutan. Komponen terlarut dipisahkan dari larutan dengan membuat

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Kesetimbangan Fasa Bab 17 14.49 Pada diagram fase dibawah ini kesetimbangan cair uap digambarkan sebagai T terhadap xa pada tekanan konstan, tentukan fase-fase dan hitunglah derajat kebebasan dari daerah yang ditandai. Jawab: Daerah

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan Xpedia Fisika Kapita Selekta Set 07 Doc. Name: XPFIS0107 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan... (A) Panas (B) Suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat

Lebih terperinci

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai

W = p V= p(v2 V1) Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai Termodinamika Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 9. KINETIKA KIMIA BAB 9 BAB 9. KINETIKA KIMIA 9.1 TEORI TUMBUKAN DARI LAJU REAKSI 9.2 TEORI KEADAAN TRANSISI DARI LAJU REAKSI 9.3 HUKUM LAJU REAKSI 9.4 FAKTOR-FAKTOR LAJU REAKSI 9.5 MEKANISME REAKSI 9.6 ENZIM SEBAGAI KATALIS

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN - 9 STRUKTUR DAN SIFAT TERMODINAMIKA AIR : SIMULASI MONTE CARLO

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN - 9 STRUKTUR DAN SIFAT TERMODINAMIKA AIR : SIMULASI MONTE CARLO LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN - 9 STRUKTUR DAN SIFAT TERMODINAMIKA AIR : SIMULASI MONTE CARLO Nama Anggota : 1. Anisa Pramudia Harini (125090206111001) 2. Dwi Sapri Ramadhan (125090201111005)

Lebih terperinci

HUKUM TERMODINAMIKA I

HUKUM TERMODINAMIKA I HUKUM TERMODINAMIKA I Pertemuan 3 Sistem Isotermal: Suhu-nya tetap Adiabatik: Tidak terjadi perpindahan panas antara sistem dan lingkungan Tertutup: Tidak terjadi pertukaran materi dengan lingkungan Terisolasi:

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 PENGERTIAN Termokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi dengan panas. HAL-HAL YANG DIPELAJARI Perubahan energi yang menyertai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

DEPARTEMEN KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 1 TUGAS KIMIA DASAR II TERMODINAMIKA Disusun Oleh NAMA : NIM : JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN DEPARTEMEN KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Lebih terperinci

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair Kelompok 3 Nahida Rani (1106013555) Nuri Liswanti Pertiwi (1106015421) Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Sony Ikhwanuddin (1106052902) Sulaeman

Lebih terperinci

Film adalah lapisan suatu zat yang menyebar melalui permukaan dengan ketebalan sangat kecil, dan pengaruh gravitasi dapat diabaikan.

Film adalah lapisan suatu zat yang menyebar melalui permukaan dengan ketebalan sangat kecil, dan pengaruh gravitasi dapat diabaikan. Jika suatu zat yang memiliki kelarutan dalam zat cair sangat rendah ditempatkan pada antarmuka cairan-udara, maka bolehjadi akan menyebar (spread out) membentuk suatu selaput (film) sangat tipis atau umumnya

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 01. Pertanyaan berhubungan dengan grafik perpindahan s terhadap waktu t dan grafik kecepatan v terhadap waktu t

Xpedia Fisika DP SNMPTN 01. Pertanyaan berhubungan dengan grafik perpindahan s terhadap waktu t dan grafik kecepatan v terhadap waktu t Xpedia Fisika DP SNMPTN 01 Doc. Name: XPFIS9906 Version: 2012-06 halaman 1 Pertanyaan 01-03 berhubungan dengan grafik perpindahan s terhadap waktu t dan grafik kecepatan v terhadap waktu t 01. Apa grafik

Lebih terperinci

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA PEMICU I : SIFAT PVT Kelompok 3 Nahida Rani (1106013555) Nuri Liswanti Pertiwi (1106015421) Rizqi Pandu Sudarmawan (0906557045) Sulaeman A S (0906557051) Sony Ikhwanuddin

Lebih terperinci

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut.

Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Oleh : Rully Afis Hardiani Kelas : 1 D GAS IDEAL dan GAS NYATA Semua zat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu padat, cair, dan gas. Berikut adalah sifat-sifat dari ketiga kelompok zat tersebut. Berikut adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN OLEH: NAMA : MUH. YAMIN A. STAMBUK : F1C1 08 049 KELOMPOK ASISTEN PEMBIMBING : III : IMA ISMAIL JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Termokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi dengan panas. Cakupan Perubahan energi yang menyertai reaksi kimia Reaksi kimia yang

Lebih terperinci

Contoh soal dan pembahasan

Contoh soal dan pembahasan Contoh soal dan pembahasan Soal No. 1 Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m 3 dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m 3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha luar

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN A. Tujuan Percobaan. Menentukan aktivitas pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data penurunan titik beku. B. Dasar Teori. Secara termodinamika pembekuan dan penguapan merupakan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor Xpedia Fisika Soal Zat dan Kalor Doc. Name: XPPHY0399 Version: 2013-04 halaman 1 01. Jika 400 g air pada suhu 40 C dicampur dengan 100 g air pada 30 C, suhu akhir adalah... (A) 13 C (B) 26 C (C) 36 C (D)

Lebih terperinci

BAB TERMODINAMIKA V(L)

BAB TERMODINAMIKA V(L) 1 BAB TERMODINAMIKA Contoh 14.1 P (kpa) 300 A B Suatu gas dalam wadah silinder tertutup mengalami proses seperti pada gambar. Tentukan usaha yang dilakukan oleh gas untuk (a) proses AB, (b) proses BC,

Lebih terperinci

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu EFEK P&T, TITIK KRITIS, DAN ANALISI TRANSIEN Oleh Rizqi Pandu Sudarmawan [0906557045], Kelompok 3 I. Efek P dan T terhadap Nilai Besaran Termodinamika Dalam topik ini, saya akan meninjau bagaimana efek

Lebih terperinci

Termodinamika Usaha Luar Energi Dalam

Termodinamika Usaha Luar Energi Dalam Termodinamika Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA

MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA DISUSUN OLEH KELOMPOK III SYAFRIAN AZMI LUCIANA SIHOTANG (F1C114042) (F1C114046) PATRICIA THEODORA S (F1C114050) SYUHADA FRATIWI PUTRI CYNTHIA D. (F1C114054) (F1C114060)

Lebih terperinci

BAB TERMODINAMIKA. dw = F dx = P A dx = P dv. Untuk proses dari V1 ke V2, kerja (usaha) yang dilakukan oleh gas adalah W =

BAB TERMODINAMIKA. dw = F dx = P A dx = P dv. Untuk proses dari V1 ke V2, kerja (usaha) yang dilakukan oleh gas adalah W = 1 BAB TERMODINAMIKA 14.1 Usaha dan Proses dalam Termodinamika 14.1.1 Usaha Sistem pada Lingkungannya Dalam termodinamika, kumpulan benda-benda yang kita tinjau disebut sistem, sedangkan semua yang ada

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

Bab VIII Teori Kinetik Gas

Bab VIII Teori Kinetik Gas Bab VIII Teori Kinetik Gas Sumber : Internet : www.nonemigas.com. Balon udara yang diisi dengan gas massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara mengakibatkan balon udara mengapung. 249 Peta Konsep

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika 1. Adhi Harmoko S,M.Kom

Hukum Termodinamika 1. Adhi Harmoko S,M.Kom Hukum Termodinamika 1 Adhi Harmoko S,M.Kom Apa yang dapat anda banyangkan dengan peristiwa ini Balon dicelupkan ke dalam nitrogen cair Sistem & Lingkungan Sistem: sebuah atau sekumpulan obyek yang ditinjau

Lebih terperinci

Daftar Isi. x II

Daftar Isi. x II Daftar Isi Prakata 1 Pendugaan Sifat-sifat Fisik 1.1 Pendahuluan 1.2 Pendugaan Sifat-sifat 1.3 Macam-macam Metode Pendugaan 1.4 Pengorganisasian Buku 2 Tetapan-tetapan Kornponen" Murni 2.1 Cakupan 2.2

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pendinginan

Konsep Dasar Pendinginan PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai

Lebih terperinci

HUKUM TERMODINAMIKA II Thermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition by Yunus A. Çengel and Michael A. Boles

HUKUM TERMODINAMIKA II Thermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition by Yunus A. Çengel and Michael A. Boles HUKUM ERMODINAMIKA II hermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition by Yunus A. Çengel and Michael A. Boles Hukum ermodinamika II Sistem a. Suatu benda pada temperatur tinggi, yang mengalami sentuhan

Lebih terperinci

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, adsorpsi, dan penguapan (4 1) : Selama periode ini, sorber yang terus melepaskan panas ketika sedang terhubung ke evaporator,

Lebih terperinci

V. Potensial Termodinamika

V. Potensial Termodinamika V. otensial ermodinamika 5.1. Fungsi Helmholtz dan Gibbs Selain energi dalam (U) dan entropi (S) cukup banyak besaran yang dapat didefinisikan berdasarkan kombinasi U, S serta variabel keadaan lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

VI. Teori Kinetika Gas

VI. Teori Kinetika Gas VI. Teori Kinetika Gas 6.1. Pendahuluan dan Asumsi Dasar Subyek termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

4. Hukum-hukum Termodinamika dan Proses

4. Hukum-hukum Termodinamika dan Proses 4. Hukum-hukum Termodinamika dan Proses - Kesetimbangan termal -Kerja - Hukum Termodinamika I -- Kapasitas Panas Gas Ideal - Hukum Termodinamika II dan konsep Entropi - Relasi Termodinamika 4.1. Kesetimbangan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL PENGENALAN ENTROPI DAN HUKUM KE DUA TERMODINAMIKA

FISIKA TERMAL PENGENALAN ENTROPI DAN HUKUM KE DUA TERMODINAMIKA FISIKA TERMAL PENGENALAN ENTROPI DAN HUKUM KE DUA TERMODINAMIKA TERMODINAMIKA Istilah ini berarti aliran panas yang selalu mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah. Aliran

Lebih terperinci

PHYSICAL CHEMISTRY I

PHYSICAL CHEMISTRY I PHYSICAL CHEMISTRY I NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 Law of 1. The Zero Law of 2. The First Law of 3. The Second Law of

Lebih terperinci

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan.

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN PANAS SUHU DAN PANAS Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN KESETIMBANGAN TERMAL Konsep suhu berakar pada ide-ide kualitatif

Lebih terperinci

MENGUAP DAN MENDIDIH

MENGUAP DAN MENDIDIH MENGUAP DAN MENDIDIH Catatan: - Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan terhadap thread Mekanisme Penguapan Air pada RTP di Milis Fisika Indonesia. Tulisan ini bukan makalah resmi. Penambahan/pengurangan/revisi

Lebih terperinci

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Syarat sifat koligatis: 1. Larutan harus encer (larutan dianggap ideal) tidak

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

WUJUD ZAT DAN KESETIMBANGAN FASE. Reference : Martin, et all., Physical Pharmacy

WUJUD ZAT DAN KESETIMBANGAN FASE. Reference : Martin, et all., Physical Pharmacy WUJUD ZAT DAN KESETIMBANGAN FASE Reference : Martin, et all., Physical Pharmacy Wujud Zat GAS MENGEMBUN MENGUAP CAIR PADAT PADAT MESOFASE CAIR GAS HUKUM BOYLE P I PV=K V GAY-LUSSAC AND CHARLES V T V=kT

Lebih terperinci

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari BAB II SISTEM VAKUM II.1 Pengertian Sistem Vakum Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari kata vacuum tersebut merupakan Vakum yang ideal atau Vakum yang sempurna (Vacuum

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA (I) Dr. Ifa Puspasari

TERMODINAMIKA (I) Dr. Ifa Puspasari TERMODINAMIKA (I) Dr. Ifa Puspasari Kenapa Mempelajari Termodinamika? Konversi Energi Reaksi-reaksi kimia dikaitkan dengan perubahan energi. Perubahan energi bisa dalam bentuk energi kalor, energi cahaya,

Lebih terperinci

Diktat Kimia Fisika SIFAT-SIFAT GAS

Diktat Kimia Fisika SIFAT-SIFAT GAS SIFA-SIFA GAS Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Uraian Materi Laut mati yang memiliki kadar garam tinggi, menyebabkan seseorang tidak akan tenggelam. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan tekanan uap

Lebih terperinci