BAB V. CONTINUOUS CONTACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. CONTINUOUS CONTACT"

Transkripsi

1 BAB V. CONTINUOUS CONTACT Operasi pemisahan continuous contact secara prinsip berbeda dengan stage wise contact. Pada operasi pemisahan ini, kecepatan perpindahan massa berlangsung saat kedua fasa tersebut berkontak atau ada perubahan konsentrasi sebagai fungsi posisi. Oleh karena itu pada operasi pemisahan ini, konsep rate processes memegang peran penting. Proses continous contact dapat digunakan pada: 1. Proses dua fluida yang saling berkontak. Bahan isian berupa inert yang merupakan media kontak antara dua fluida tersebut, misalnya pada proses: 1. Absorbsi 2. Distilasi 3. Ekstraksi 4. Stripping 2. Proses perpindahan massa antara fasa padatan dengan fluida yang mengalir di antaranya, misalnya pada fasa adsorpsi atau ion exchange. Pada cara kontak ini biasanya padatan disusun dalam kolom (fixed bed) dan fluida dialirkan melewati tumpukan padatan dalam kolom tersebut. Universitas Gadjah Mada 1

2 Keuntungan dan kerugian proses kontak dengan stage wise dan kontinyu, adalah sebagai berikut: Stage wise Continous P besar P kecil L>>> tidak flooding Mudah terjadi flooding untuk L tertentu Mudah dibersihkan Tergantung bahan platenya (biasanya dari logam) Untuk D yang kecil lebih mahal Relatif sulit Tidak korosif karena biasanya bahan isiannya terbuat dari plastik atau keramik. Untuk D yang kecil Iebih murah Bahan isian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: o Luas permukaan bidang transfer per unit volum harus besar (luas permukaan yang dapat terbasahi oleh cairan besar untuk per satuan volum) o Tumpukan bahan isian porositasnya harus besar ( P lebih kecil) o Tidak korosif o Bulk density rendah o Murah Jenis bahan isiannya adalah: o Raschig ring o Intalog saddle o Pall ring o Cyclohelix spiral ring o Berl saddle o Lessing ring o Cross-partition ring Gambar dari sebagian jenis bahan isian dapat dilihat pada gambar berikut ini (Foust, et.al., 1980): Universitas Gadjah Mada 2

3 Universitas Gadjah Mada 3

4 Karakteristik fisis bahan isian dapat dilihat pada tabel berikut ini (Foust, et.al; 1980): Tabel V.1. Karakteristik Fisis Bahan Isian: Packing Percent Voids ( ) Specific Surface (a v ) ft 2 /ft 3 Packing factor Dumped weight lb/ft 3 Raschig rings keramik (inci) Raschig rings metal (1/16 in. wall) Ben saddles (inci) Pall rings (inci) Cyclohelix dan single spiral (inci) Universitas Gadjah Mada 4

5 Bahasan Kuantitatif di Tumpukan Bahan Isian Neraca massa komponen pada ketinggian Z (dari posisi 0 sampai dengan posisi Z) Persamaan ini merupakan garis operasi yang berlaku untuk x dari x 1 sampai dengan x 2 dan untuk y dari y 1 sampal dengan y 2. Persamaan garis operasi ini bukan merupakan kurva (garis tidak lurus) karena V dari L selalu berubah terhadap perubahan konsentrasi atau posisi. Pada kasus tertentu yaitu untuk larutan yang sangat encer, besarnya L dan V dapat dianggap tetap, sehingga garis operasi merupakan garis lurus. Kecepatan perubahan konsentrasi komponen pada masing-masing fasa sama dengan kecepatan perpindahan massa komponen ke atau dari fasa tersebut. Review Konsep Kecepatan Perpindahan Massa dengan: A = luas permukaan bidang transfer Untuk permukaan-permukaan yang sulit diukur (tumpukan bahan isian) nilai A sulit ditentukan, untuk itu diajukan konsep perpindahan massa volumetris seperti berikut: Universitas Gadjah Mada 5

6 Two Film Theory Persamaan kecepatan perpindahan massa: Nilai x i dan y i sulit ditentukan (y i = H, x i ), oleh karena itu diajukan model 1 film gabungan (di fasa cair saja atau dari fasa gas saja). Persamaan kecepatan perpindahan massa dapat dituliskan sebagai berikut: Cair: Universitas Gadjah Mada 6

7 Gas : Hubungan antara koefisien perpindahan massa total dan individual: Penyederhanaan untuk proses-proses kecepatan yang berlangsung secara paralel seperti kasus di atas, kecepatan yang cepat dapat diabaikan pengaruhnya. Oleh karena itu dapat diambil cara penyederhanaan seperti berikut ini: 1. Untuk nilai k' x yang jauh lebih besar daripada k' y, maka nilai 2. Untuk nilai k' y yang jauh lebih besar daripada k' x, maka nilai 3. Gas yang mudah larut dalam air mempunyai nilai H yang sangat kecil, maka nilai 4. Gas yang sukar larut dalam air mempunyai nilai yang sangat besar, maka nilai Neraca massa A pada fasa gas pada elemen volume (lihat Gambar V.3) Dengan : Universitas Gadjah Mada 7

8 Atau Dengan cara yang sama untuk fasa cair: Atau Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian untuk derajat pemisahan tertentu, jika diketahui: 1. Nilai k' x a, k' y a, K' x a, atau K' y a, yang merupakan fungsi V dan L dan sifat fisis bahan pada kedua fasa, yang sering dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: 2. Nilai (x x i ), (x x*), (y i y) atau (y* - y). NiIai ini dapat ditentukan bila hubungan keseimbangan di antara kedua fasa diketahui. Komposisi bulk dapat ditentukan dari persamaan neraca massa komponen (persamaan garis operasi berikut): Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa penyelesaian persamaan integrasi (1) dan (2) yang merupakan persamaan-persamaan simultan dengan keseimbangan persamaan nilai koefisien perpindahan massa dan keseimbangan. Tetapi persamaan-persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan bantuan komputer pada era sekarang ini. Bila tidak tersedia komputer maka dapat dilakukan penyederhanaan sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 8

9 I. Equimolar Counter Diffusion (E.C.D) E.C.D. terjadi dalam proses distilasi, yaitu keadaan dimana kecepatan perpindahan untuk konstituen yang volatil dan tidak volatil di antara fasa-fasanya sama, sehingga dapat dianggap sebagai nilai V dan L tetap. Jika V dan L tetap, maka persamaan (1) dan (2) dapat ditulis menjadi: Dengan : Atau Pada kondisi tertentu sifat fisis dapat dianggap tetap, sehingga k' y a = f (V) saja, jika V = tetap, maka nilai k' y a juga tetap. Oleh sebab itu persamaan (1) dan (2) dapat dituliskan sebagai berikut : Jika memenuhi asumsi yang diambil, maka: Universitas Gadjah Mada 9

10 Dengan : N = number of transfer unit = perubahan komposisi dibagi driving forces = ukuran mudah-sukarnya derajat pemisahan tersebut. H = Height of transfer unit 2. Diffusion Through a Stationary Component (D.T.S.C.) D.T.S.C. terjadi dalam proses absorpsi gas dan ekstraksi. Pada proses-proses ini anggapan nilai bahwa nilai L dan V tetap tidak sesuai, karena terdapat suatu komponen yang berpindah dari V ke L. Dalam keadaan seperti ini, dapat digunakan dasar perhitungan solvent bebas solute, karena biasanya nilai-nilai komponen yang tidak melarut besarnya tetap. Analog dengan penjabaran di atas (N.M. pada fasa tertentu) dengan k y a dan K y a = koefisien perpindahan massa pada DTSC Untuk fasa cair analog: Persamaan (3) dan (4) merupakan persamaan untuk menentukan tinggi tumpukan bahan isian pada proses DTSC untuk derajat permisahan tertentu. Persamaan tersebut dulu merupakan persamaan yang rumit tetapi sekarang bersamaan dengan berkembangnya komputer, merupakan persamaan yang dapat diselesaikan dengan mudah. Pada pemakaian persamaan-persamaan tersebut terdapat kemungkinan dilakukan penyederhanaan, sama dengan yang dilakukan pada ECD. Untuk kondisi sistem tertentu, Universitas Gadjah Mada 10

11 geometri, sifat-sifat fisis yang tertentu nilai k' x a, k' y a, K' x a, atau K' y a tetap. Korelasi koefisien pada ECD dan DTSC dinyatakan sebagai berikut: Persamaan (3) dan (4) dapat diubah menjadi: Secara kasar dianggap nilai ( ) dan ( ) = konstan atau tidak begitu terpengaruh oleh perubahan konsentrasi, atau merupakan harga rata-rata di dasar (bottom) dan di atas (top) kolom, maka persamaan (3) dan (4) dapat dituliskan sebagai berikut: Dengan cara yang sama dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian atas dasar nilai koefisien perpindahan massa yang berbeda, yang kemudian disajikan dalam tabel berikut ini: Universitas Gadjah Mada 11

12 Dengan : Z N H = N H = number of transfer unit = mengukur derajat kesulitan pemisahan = Height of transfer unit = efektivitas pemisahan suatu jenis bahan isian tertentu Arti fisis single transfer unit: Universitas Gadjah Mada 12

13 Perhitungan Number of Transfer Units (N) Penyelesaian integrasi pada tabel (Foust, et.al., 1980) sebagai contohnya adalah sebagai berikut: Terdapat beberapa cara penyelesaian, yaitu: Cara integrasi grafis Cara penyederhanaan integrasi Cara grafts dari Baker Cara Integrasi Grafis Langkah pertama yaitu menggambar dulu dalam grafik garis/kurva operasi dan kurva seimbang. Jika menggunakan persamaan (A) maka dibutuhkan nilai y*, sebaliknya jika menggunakan persamaan (B) membutuhkan nilai y i. Universitas Gadjah Mada 13

14 Langkah selanjutnya adalah: Menentukan y* pada x,y tertentu, menarik garis tegak lurus dari x,y di garis operasi untuk dipotongkan dengan garis seimbang, sehingga didapatkan x,y*. Menentukan x i,y i pada x,y tertentu Penyelesaian integrasi: Numeris (Simpson Rule s, dll) digunakan bila korelasi seimbang diketahui dalam bentuk persamaan. Cara trapedoidal (grafis) Universitas Gadjah Mada 14

15 Dengan cara sama dapat ditentukan N G, N L, N OL. Evaluasi Height of A Transfer Unit (H) Contoh data korelasi koefisien perpindahan massa untuk air dan zat organik, adalah sebagai berikut: Fasa cair: Fasa gas: Correlation of Liquid Phase Coefficients Data ini didapatkan dari absorpsi dan desorpsi CO 2, O 2, dan H 2 dalam sistem udara - air. Kecepatan massa gas dari 30 sampai dengan Kecepatan cairan dari 200 hingga pada suhu 5 ºC sampai dengan 40 ºC, dengan menggunakan berbagai jenis bahan isian. Gas-gas ini sukar larut dalam air, sehingga tahanan di fasa gas diabaikan pengaruhnya, oleh karena itu nilai Universitas Gadjah Mada 15

16 Persamaan Umum Perpindahan Massa dengan: k L a = liquid phase mass transfer coefficient [ ( )( )( ) ] G I = mass velocity of liquid * + ( ) S = biasanya konstanta sebesar 0,5 Nilai konstanta untuk, n dan S dapat dilihat pada tabel 56 untuk berbagai tipe packing yang telah diteliti. Correlation of Gas Phase Coefficients Data untuk absorpsi ammonia dari udara dengan menggunakan air untuk berbagai jenis packing disajikan dengan persamaan berikut: dengan: G g dan G e = masing-masing adalah kecepatan massa dari gas dan cairan * + B,n dan m = konstanta spesifik empirik pada sistem ammonia, udara dan air serta fungsi packing yang dipakai pada tabel 57. Untuk gas lain dapat diperkirakan dengan persamaan berikut: Pressure Drop in Packed Coloumns Dalam bahan isian umumnya aliran cairan masuk dari puncak kolom, mengalir ke bawah karena gaya gravitasi, dan aliran gas dari dasar kolom ke puncak. Gas dapat mengalir karena terdapat blower/fan (absorbsi). Uap panas yang mempunyai tekanan tertentu yang dihasilkan oleh reboiler (distilasi). Pada perancangan kolom bahan isian P sangat berperan sehingga perlu diperhatikan, karena P dipengaruhi oleh kedua aliran baik gas maupun cairan. Universitas Gadjah Mada 16

17 Kondisi operasi kolom bahan isian sebaiknya di bawah kondisi loading. Dalam hal ini Colburn menyatakan bahwa kecepatan gas sebaiknya sebesar 50 sampai dengan 75% kecepatan gas pada kondisi flooding untuk kecepatan aliran yang tertentu. Contoh soal (Foust, et.al., 1980) Universitas Gadjah Mada 17

18 Gas yang mengandung hidrokarbon (HC) yang akan diserap dengan non-volatile oil. Diketahui BM HC = 44 dan BM oil =300. Basis hitungan Ibmol gas masuk Gas keluar Cairan keluar Universitas Gadjah Mada 18

19 Neraca massa pada posisi tertentu: Dengan persamaan tersebut di atas, dapat ditentukan hubungan antara y dan x, dan garis tersebut selanjutnya disebut sebagai garis operasi. Data keseimbangan untuk keadaan ini dituliskan dalam kurva berikut: Untuk kasus ini, Universitas Gadjah Mada 19

20 Dengan : Algoritma perhitungannya sebagai berikut: y Y* 1 y 1 y* (1 y) lm y* y (Foust, et.ai., 1980) ( ) ( )( ) Penerapan Stage Wise Contact pada Menara Penyerap (Absorpsi) Absorpsi dapat berarti cara pemisahan komponen dalam gas dengan menggunakan solven penyerap (absorben). Atau suatu operasi yang berdasarkan daya serap/daya larut gas dalam cairan pada suhu dan tekanan tetap. Daya serap tergantung pada jenis dan jumlah solven serta jumlah plate. Universitas Gadjah Mada 20

21 Dari neraca bahan total didapatkan persamaan: Persamaan tersebut diatas merupakan persamaan garis operasi, yaitu hubungan komposisi dua arus yang berkontak bila pada stage wise contact merupakan komposisi antara 2 stages secara berurutan. Persamaan ini berlaku secara umum untuk seluruh menara. Universitas Gadjah Mada 21

22 Garis operasi dinyatakan dengan mol ratio bebas solute (X,Y) yang berupa garis lurus dalam diagram X,Y. Garis lurus menunjukkan sistem campuran encer (sedikit zat yang terlarut). Bila garis operasi dinyatakan dalam mol fraksi atau fraksi massa atas dasar massa total, maka garis operasinya akan berupa garis lengkung: Untuk sistem campuran pekat (banyak zat terlarut), akan seperti berikut: Absorpsi garis operasi lurus garis operasi di atas kurva seimbang LS/GS tetap Universitas Gadjah Mada 22

23 Stripper Untuk stripper dalam keadaan berlainan dengan absorber pada stripper komponen dalam cairan dikeluarkan ke gas dengan uap. Antara garis operasi dan kurva setimbang dengan batas terminal (1) dan (2) akan didapatkan jumlah stage atau dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian: Stage Wise Contact: Kemungkinan-kemungkinan letak garis operasi Universitas Gadjah Mada 23

24 Garis AC adalah garis operasi untuk suatu keadaan absorpsi normal: ( ) ( ) Jika jumlah solven penyerap ditambah, maka L S akan bertambah sehingga L S /G S juga bertambah Untuk terminal (2) tetap, maka garis AC akan condong ke kiri Jika L S banyak, maka garis AC garis vertikal Jika solven dikurangi, maka 2 X 1 Solven masuk = solven ke luar Garis AC akan condong ke kanan dan menyinggung kurva seimbang, sehingga garis AD akan mengakibatkan ( ) minimum Pemakaian solven sebenarnya sebesar 1,5 2 (L s /V), dengan pertimbangan: Sifat fisik dan kimia solven Harga solven Biaya operasi A = L/mG ekonomis 1,5 2 Jumlah plate secara teoritis ditunjukkan dengan grafik 5.16 Treyball atau dengan persamaan: Absorption: Stripping: dengan: A = L/mG ; S = mg/l Universitas Gadjah Mada 24

25 Notasi lain untuk absorber yang menggunakan tray adalah: L 1 menjadi L Np G 1 menjadi G Np+1 L 2 menjadi L 0 G 2 menjadi G 1 x 1 menjadi x Np y 1 menjadi y Np+1 x 2 menjadi x 0 y 2 menjadi y 1 x 1 menjadi x Np x 2 menjadi x 0 y 1 menjadi y Np+1 y 2 menjadi y 1 Universitas Gadjah Mada 25

26 Universitas Gadjah Mada 26

27 Menara Penyerap dengan Bahan Isian Continuous Contact Universitas Gadjah Mada 27

28 1. HETP (Height of Packing Equivalent to A Theoritical Plate) HETP bervariasi terhadap: Tipe dan ukuran packing Flow rate 2. Transfer Unit Terdapat di dalam diferensial volum dz. Permukaan interfacenya dinyatakan dengan: ds = a dz Dengan Universitas Gadjah Mada 28

29 Jika ditinjau dari fasa cair: Universitas Gadjah Mada 29

30 Overall coefficient and transfer unit Atau Untuk larutan encer Dengan Garis operasi : Driving force: Universitas Gadjah Mada 30

31 Dengan : Larutan encer, Henry s Law dengan: A = L/mG Atau: Overall Heights of Transfer Unit Bila tahanan transfer massa semuanya ada di fasa gas y y*, maka: Untuk larutan encer: Universitas Gadjah Mada 31

32 Bila tahanan transfer massa semuanya ada di fasa cair: Contoh soal: Hitunglah tinggi packing yang dibutuhkan untuk soal sebelumnya! Penyelesaian: Gas : y 1 = 0,02 ; Y 1 = 0,0204 y 2 = 0,00102 ; Y 2 = 0,00102 G S = 0,01051 kmol/dt Cairan : x 1 = 0,1063 ; X 1 = 0,1140 x 2 = 0,005 ; X 2 = 0,00503 L S = 1,787 x 10-3 kmol/dt G S (Y 1 Y) = L S (X 1 X) 0,01051(0,0204 Y) = 1,787 x 10-3 (0,119 X) X x Y y 0,0053 0, , , ,02 0, , , ,04 0,0385 0, , ,06 0,0566 0, , ,08 0,0741 0, , ,10 0,0909 0, , ,119 0,1063 0,0204 0,020 Diketahul: = 0,0719 kmol/m 3 dt = 0,01377 kmol/m 3 dt Universitas Gadjah Mada 32

33 y yi Log y 0, , ,32-2, , , ,02-2,4486 0, , ,39-2,1599 0, ,0083 5,26-1,9893 0, ,0109 5,10-1,8687 0, ,0134 4,84-1,7734 0,020 0,0158 4,76-1,699 Universitas Gadjah Mada 33

34 Ulangi perhitungan di atas untuk overall coefficient Universitas Gadjah Mada 34

35 Menggunakan grafik 8.20 Dari grafik didapatkan nilai N t0g = 9,16 x y y 0, , , ,02 0, , ,04 0, , ,06 0, , ,08 0, , ,10 0, , ,119 0,0204 0, Universitas Gadjah Mada 35

36 Bila gas dan cairan dialirkan searah maka slope garis operasinya akan negatif Universitas Gadjah Mada 36

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009 PACKED BED ABSORBER Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro Edisi : Juni 009 Packed Bed Absorber. Pendahuluan Bagian packed bed absorber Problem Umum. Menghitung Tinggi Penurunan

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG Konsep stage seimbang dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil pemisahan suatu campuran. Konsep ini menggunakan dasar bahwa arus yang keluar stage dalam keadaan

Lebih terperinci

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Kuliah #3: Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. DTK-FTUI, 27 Oktober 2015 Beberapa Model Kolom Absorpsi A. Kolom Talam (Tray-type Plate Columns)

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17 PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER Oleh : KELOMPOK 17 M Riska Juliansyah P (03121403010) Abraham Otkapian (03121403044) Christian King Halim (03121403054) TERMINOLOGI Absorber adalah suatu alat yang digunakan

Lebih terperinci

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

KOLOM BERPACKING ( H E T P ) PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 1 KOLOM BERPACKING ( H E T P ) LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris PM 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI Nopember, 2014

Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI Nopember, 2014 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI opember, 2014 Skematisasi Operasi Absorpsi V, 1 L, 0 V, +1 L, Suatu menara sieve-tra dirancang untuk proses absorpsi gas. as umpan memasuki kolom di bagian bawah

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT Disusun oleh: Garry Sinawang Lutfia 2309100030 2309100136 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN Klasifikasi Cooling Tower Ada banyak klasifikasi cooling tower, namun pada umumnya pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat

Lebih terperinci

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing TINGGI PACKED COUMN EFISIENSI PACKING Konsep HETP Konsep HETP (Height Equivaent of a Theoritical Plate) diperkenalkan untuk memungkinkan perbandingan efisiensi antara kolom packing dan kolom plate. HETP

Lebih terperinci

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN Pada bab ini akan dibahas secara ringkas prinsip pemisahan multi komponen. Pembahasan pemisahan campuran multi komponen bersifat singkat karena secara prinsip atau konsep

Lebih terperinci

Kolom pemisahan. stripper. absorber. distilasi

Kolom pemisahan. stripper. absorber. distilasi Perancangan Kolom Tinggi Tahapan Perancangan Kolom pemisahan distilasi absorber stripper Distilasi multiple feed Distilasi batch Pertimbangan Pemilihan jenis Kolom (Plat or Isian) (1) 1. Kolom tray dpt

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA 1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI Definisi Teknik Kimia: Pemakaian prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip-prinsip ekonomi dan human relations ke bidang yang menyangkut

Lebih terperinci

Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation)

Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation) Bahan Ajar Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation) IR. MOH. FAHRURROZI, M.SC, PH.D. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UINVERSITAS GADJAH MADA 2003 REVIEW CHEMICAL ENGINEERING TOOLS

Lebih terperinci

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina

PMD D3 Sperisa Distantina PMD D3 Sperisa Distantina Materi sebelumnya adalah neraca eksternal, untuk menghitung jumlah stage harus dianalisis neraca internal. Materi Neraca internal adalah materi optional, diberikan jika Neraca

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Cooling Tower Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang berfungsi mendinginkan air melalui kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian

Lebih terperinci

REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA

REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA Oleh: Ahmed Tessario (2306100088) Aditya Rahman (2305100084) Dosen Pembimbing : Ir.Farid Efendi, M.Eng

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi. MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER PMD D3 Sperisa Distantina Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara

Lebih terperinci

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015 DISTILASI Distilasi Proses pemisahan dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya atau volatilitas Pemisahan tepat terjadi pasa saat kondisi setimbang atau equilibrium Feed Distillate Residue/

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Distilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSFER MASSA

PENGANTAR TRANSFER MASSA MD D3 Sperisa Distantina ENGNTR TRNSFER MSS Transfer massa merupakan salah satu hemical Engineering Tools, yang merupakan konsep-konsep atau prinsip-prinsip seorang TK dalam menyelesaikan tugasnya. hemical

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada Minggu 8 6. Filtrasi Filtrasi dapat dibedakan berdasar ukuran dari partikel yang dipisahkan ataupun tekanan yang digunakan. Gambar 6. 1 adalah pembagian jenis filtrasi berdasarkan tekanan yang digunakan.

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina IMMISCIBLE EXTRACTION Pustaka: Wankat, chap. 16. Dalam sistem immiscible extraction, hanya solut yang terdistribusi di kedua fase. Keseimbangan solute dinyatakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Destilasi adalah proses pemisahan secara fisik yang berdasarkan atas perbedaan titik didih dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen proses pemisahan tidak dapat dilakukan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

Hukum Kesetimbangan Distribusi

Hukum Kesetimbangan Distribusi Hukum Kesetimbangan Distribusi Gambar penampang lintang dari kolom kromatografi cair-cair sebelum fasa gerak dialirkan dan pada saat fasa gerak dialirkan. 1 Di dalam kolom, aliran fasa gerak akan membawa

Lebih terperinci

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN TRAY TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower Penentuan Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Pencemar Udara

Teknologi Pengolahan Pencemar Udara Teknologi Pengolahan Pencemar Udara TEKNOLOGI PENGOLAHAN PENCEMARAN UDARA Bentuk Pencemar Udara : PARTIKULAT dan GAS Partikulat terdiri bentuk padat dan cairan Gas pencemar : 1. Hidrokarbon : alifatik

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari \ Menentukan koefisien transfer massa optimum aweiica BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Proses pengeringan adalah perpindahan masa dari suatu bahan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi.

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Kesetimbangan Fasa Bab 17 14.49 Pada diagram fase dibawah ini kesetimbangan cair uap digambarkan sebagai T terhadap xa pada tekanan konstan, tentukan fase-fase dan hitunglah derajat kebebasan dari daerah yang ditandai. Jawab: Daerah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) TUGAS AKHIR PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) (The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation

Lebih terperinci

PEMILIHAN TIPE KOLOM PEMISAH. Asep Muhamad Samsudin

PEMILIHAN TIPE KOLOM PEMISAH. Asep Muhamad Samsudin PEMILIHAN TIPE KOLOM PEMISAH PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Menara Menara adalah alat proses, umumnya berupa bejana (silinder) tegak yang digunakan pada proses pemisahan secara Distilasi,

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h = /3/3 Pendahuluan SIFAT SIFAT TERMIS Aplikasi panas sering digunakan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian. Untuk dapat menganalisis proses-proses tersebut secara akurat maka diperlukan informasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

TL 2104 PTL TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

TL 2104 PTL TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Tugas seorang Environmental Engineer: Desain unit-unit pengolahan

Lebih terperinci

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED

PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED INFO TEKNIK Volume 6 No.2, Desember 2005 (79-83) PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED Isna Syauqiah 1 Abstract - Chlorine elimination from aqueous

Lebih terperinci

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION 3 S Sperisa Distantina Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. LASH DISILAION Alat kontak uap-cair yg paling sederhana, biasanya digunakan untuk kapasitas kecil.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE) Kondisi Kesetimbangan Untuk suatu sistem dalam kesetimbangan, potensial kimia setiap komponen pada setiap titik dlam system harus sama. Jika ada

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN SAPI MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED SECARA KONTINYU

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN SAPI MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED SECARA KONTINYU E K U I L I B R I U M ISSN : 1412-9124 Vol. 11. No. 2. Halaman : 67 72 Juli 2012 PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN SAPI MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED SECARA KONTINYU Paryanto *, Fawaidzdurahman,

Lebih terperinci

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN Hukum Newton - Viskositas RYN 1 ALIRAN BAHAN Fluid Model Moveable Plate A=Area cm 2 F = Force V=Velocity A=Area cm 2 Y = Distance Stationary

Lebih terperinci

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Latar Belakang CO 2 mengurangi nilai kalor menimbulkan pembekuan pada

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL PRKTIKUM OPERSI TEKNIK KIMI II MODUL 2 EQUILIRIUM STILL LORTORIUM RISET DN OPERSI TEKNIK KIMI PROGRM STUDI TEKNIK KIM FKULTS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERN JW TIMUR SURY EQUILIRIUM STILL TUJUN Percobaan

Lebih terperinci

Kata Kunci : COSORB, synthesis gas, secondary reformer, CO Absorber (T201), CO Stripper (T202), delta pressure, unscheduled shutdown

Kata Kunci : COSORB, synthesis gas, secondary reformer, CO Absorber (T201), CO Stripper (T202), delta pressure, unscheduled shutdown ANALISA DAN TROUBLE SHOOT KENAIKAN DELTA PRESSURE PADA CO ABSORBER DI PABRIK PEMURNIAN CO Sebuah analisa tinjauan pemecahan masalah melalui sudut pandang process engineer dan operation engineer. Iswahyudi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. Winarsih Oleh : Maeka Dita Puspa S. 2306 100 030 Pritta Aprilia M. 2306

Lebih terperinci

Jaringan Pertukaran Massa dengan 2-Rich Stream dan 2-Lean Stream pada Kolom Absorber Terintegrasi Sweetening COG

Jaringan Pertukaran Massa dengan 2-Rich Stream dan 2-Lean Stream pada Kolom Absorber Terintegrasi Sweetening COG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Jaringan Pertukaran Massa dengan 2-Rich Stream dan 2-Lean Stream pada Kolom Absorber Terintegrasi Sweetening COG Frestia Utami,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Terjadinya proses absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan absorbat, suhu absorbat, dan interaksi potensial antara absorbat dan absorban (Nishio Ambarita, 2008).

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi bahan bakar alternatif (biofuel) saat ini mendapat perhatian lebih dari beberapa pemerintahan di seluruh dunia. Beberapa pemerintahan telah mengumumkan komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci