BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR"

Transkripsi

1 BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses ekstraksi pada beberapa variabel percobaan. II. DASAR TEORI Ekstraksi adalah salah satu metode memisahkan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute akan berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent (disebut ekstraksi) dan sebagian lagi akan tetap tinggal di dalam fasa diluent (disebut rafinat). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang. Pelarut ekstraksi yang meninggalkan kontaktor cari cair disebut ekstrak. Rafinat adalah fase cair yang tersisa dari umpan setelah proses ekstraksi pada kedua fase. Pelarut pencuci adalah cairan yang ditambahkan proses fraksinasi cari cair untuk mencuci atau memperkaya kemurnian zat terlarut dalam fase ekstrak. Pemisahan antara ekstrak dan rafinat terjadi apabila kedua fase tersebut dalam keadaan keseimbangan sehingga, secara fisik pemisahan kedua fase dalam lapisan yang jelas. (Perry, 1997) Jenis aliran pada proses ekstraksi yaitu : 1. Crosscurrent ekstraksi Adalah serangkaian proses ekstraksi di mana rafinat R dari satu tahap ekstraksi dikontakkan langsung dengan tambahan solven S pelarut dalam tahap berikutnya. 2. Countercurrent Ekstraksi Adalah skema ekstraksi dimana pelarut memasuki tahap atau akhir ekstraksi dan umpan F masuk dan dua fase berkontak berlawanan satu sama lain. Tujuannya

2 adalah untuk mentransfer satu atau lebih komponen dari larutan umpan F ke ekstrak E. (Perry, 1997) Gambar II.1 Aliran Proses Ekstraksi Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi kesetimbangan komponen komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini dugunakan untuk memilih rasio pelarut ekstraksi untuk umpan yang masuk proses ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju perpindahan massa atau efisiensi teoritis pada peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur digunakan, kesetimbangan termodinamika melibatkan larutan non-ideal. Dalam kasus yang paling sederhana feed pelarut F mengandung zat terlarut yang akan ditransfer ke dalam pelarut ekstraksi S. (Perry, 1997) Pertimbangan pertimbangan dalam dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah : 1. Yield (Ye) Dari komponen senyawa yang berpindah ke fase ekstrak selama ekstraksi dapat dihitung dengan persamaan : yield = 2. Selektifitas (faktor pemisahan = β). Mkresol di ekstrak Mkresol di umpan x 100% B = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam ekstraksi. Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam rafinat pada keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan. 3. Koefisien distribusi, yaitu :

3 konsentrasi solute dalam fasa ekstrak, Y konsentrasi solute dalam fasa rafinat, X (2) Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent yang dibutuhkan lebih sedikit. 4. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan) Pemisahan solute dari sovent biasanya dilakukan dengan cara destilasi, sehingga diharapkan harga relative volatility dari campuran tersebut cukup tinggi. 5. Densitas Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan massa. 6. Tegangan antar muka (interphase tention) Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan (coalescense) lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian. 7. Chemical Reactivity Pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kornponen bahan ekstraksi. Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. 8. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk azeotrop. 9. Viskositas Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan penyimpanan. 10. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). 11. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar. 12. Memiliki kemampuan tidak saling bercampur

4 III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat 1. Shaker 2. Pipet ukur 5 ml, 25 ml 3. Erlenmeyer 250 ml 4. Statif 5. Corong pemisah 6. Beaker gelass 100 ml 7. Labu takar 25 ml 8. Gelas ukur 10 ml, 25 ml 9. Ball filler 10. Spektrofotometer 11. Kuvet 3.2 Bahan 1. Kresol 2. Kerosen 3. Methanol 4. Aquades

5 3.3 Sekema Kerja 98% kerosen + 2% kresol = 25 96% kerosen + 4% kresol = 25 94% kerosen + 6% kresol = 25 80% methanol + 20% aquades = 50 ml Larutan kresol & kerosen (umpan) Larutan methanol & aquades (solven) Dicampur dilabu takar Solven dan umpan Dicampur didalam elemeyer Larutan campuran Selama 15 menit dishaker dengan kecepatan 200 rpm Larutan homogen Dimasukan kecorong, selama 90 menit terbentuk dua lapisan Larutan ekstrasi & rafinat Diambil larutan ekstrasi dan dimasukkan ke Spektrofotometer UV-Vis Larutan ekstraksi Mandapatkan absorbansi ekstrak dari masing-masing variabel Gambar 3.3 SkemaKerja Ekstraksi Cair-Cair

6 IV. DATA PENGAMATAN Tabel 4.1 Hasil ekstrasi dengan tiga variabel yang berbeda Sampel Massa gelas ukur + ekstrak Volume Absorbansi Densitas Massa kresol 0.5 ml gram 51 ml A g/ml M 1.0 ml gram 51 ml A g/ml M 1.5 ml gram 51 ml A g/ml M V. PEMBAHASAN (Nur Indah) Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan proses pemisahan fase cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent). Pada eksperimen ini, pengadukan campurannya menggunakan shaker. Shaker dilakukan selama 15 menit. Variabel yang membedakan dieksperimen ini terletak pada feed yang dibuat dengan kosentrasi kresol yang berbeda yaitu 2%, 4%, dan 6%. Larutan umpan yang dibuat untuk 3 sampel sebanyak 25 ml. Sampel yang pertama terdiri dari 2% kresol dan 98 % kerosin. Sehingga kresol yang dibutuhkan sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam labu ukur. Kemudian penambahan kerosin menyesuaikan sampai volume 25 ml. Untuk sampel yang kedua dibutuhkan 4% kresol dan 96% kerosin, sehingga 1 ml kresol dimasukan ke dalam labu ukur dan dicampur dengan kerosin samapai volume umpan 25 ml. Dan sampel terahir dibutuhkan 6% kresol dan 94% kerosin untuk dicampur didalam labu ukur sampai didapat volume 25 ml. Untuk membuat larutan solven, membutuhkan 50 ml yang akan digunakan untuk 3 sampel. Larutan solven terdiri dari 80 % methanol dan 20 % aquades. Sehingga methanol yang dibutuhkan sebanyak 40 ml. Berdasarkan kebutuhan volume kerosin dan aquades yang ditambahkan pada labu ukur tidak sesuai dengan perhitungan teoretisnya, disebabkan oleh perbedaan partikel antara larutan umpan yaitu kresol dan kerosin, dan larutan solven yaitu methanol dan aquades. Methanol dipilih sebagai solven karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya. Pada

7 eksperimen ini, solven dan diluen bersifat immiscible yaitu tidak saling larut dan mempunyai fase yang berbeda. Dikondisikan untuk proses shaker selama waktu yang sudah ditentukan dan frekuensi pengadukan 200 rpm. Setelah selesai di shaker kemudian masukkan campuran ke dalam corong pisah, diamkan selama 90 menit agar memisah antara fase ekstrak dan rafinat. Setelah 90 menit, sampel hasil ekstraksi terdiri dari fase ekstrak yang merupakan lapisan pelarut (metanol dan air) dengan lapisan solut (kresol) berada di lapisan bawah dan fase rafinat yang merupakan lapisan diluen (kerosin) dengan sisa lapisan solut (kresol) yang berada di lapisan atas. Pemisahan fase ekstrak dan rafinat dilakukan dengan membuka kran pada corong pisah. Pemisahan yang pertama yaitu mengeluarkan ekstraknya karena terdapat pada lapisan terbawah. Kemudian ditimbang untuk memperoleh massa ekstrak dan diukur volume yang diperoleh. Hasil volume, massa dan densitas di fase ekstrak pada variable waktu ekstraksi 15 menit, dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan untuk lapisan atas atau fase rafinat dipisahkan setelah lapisan ekstrak dikeluarkan dari corong pemisah. Pada fase rafinat mengandung diluen (kerosin) dan sedikit kresol yang belum terlarut dalam solven. Untuk mengetahui absorbansi fase ekstrak menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Dalam ekperimen ini, tidak membuat kurva standar untuk memperoleh λmax. Data λmax diperoleh dari eksperimen sebelumnya yaitu 321 nm. Persamaan yang diperoleh adalah y = 0,008x + 0,011 dengan R 2 = 0,993. Persamaan kurva kalibrasi tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai konsentrasi kresol di fase ekstrak yang dihasilkan. Setelah mengetahui nilai λmax maka dapat diperoleh absorbansi masing-masing fase, yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Setelah memperoleh nilai absorbansi masing-masing fase, gunakan persamaan tersebut untuk mencari konsentrasi. Besar kecilnya konsentrasi masing-masing fase dipengaruhi oleh feed sampel, semakin banyak volume kresol yang digunakan maka konsentrasi akan semakin naik. Karena pada eksperimen kemarin tidak mengukur absorbansi pada rafitan, sehingga massa pada rafinat dapat diketahui dari massa umpan dikurangi massa ekstrak. Pada sampel pertama didapat Ki sebesar Sampel kedua didapat Ki sebanyak 2,125. Sampel ketiga didapat Ki sebesar Penentuan koefisien distribusi merupakan salah satu parameter yang dijadikan ukuran dalam pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair. Jika nilai Ki besar maka jumlah solven yang dibutuhkan lebih sedikit.

8 Yield yang dihasilkan pada eksperimen ini bervariasi sesuai dengan variabel kresol yang digunakan dalam proses ekstraksi. Berdasarkan eksperimen, variabel yang pertama dengan waktu ekstraksi 15 menit yield yang dihasilkan sebesar 32,85%, variabel kedua dihasilkan yield sebesar 38,62% dan variabel ketiga dihasilkan yield sebesar 56,94%. Yield yang dihasilkan tidak sesuai target yang diinginkan yaitu sebesar 65 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu waktu pengadukan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi dalam pelarut, yield yang diperoleh semakin tinggi. Tetapi, penambahan waktu ekstraksi tidak sebanding dengan yield yang diperoleh. Oleh karena itu, ekstraksi dilakukan pada waktu optimum. Yield yang diperoleh juga dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan. Hal ini dikarenakan semakin cepat pengadukan maka solut (kresol) yang berpindah dari permukaan partikel (campuran kresol-kerosin) ke cairan pelarut semakin banyak. Hal ini dikarenakan pengadukan dapat meningkatkan difusi dan perpindahan solut dari permukaan campuran (kresol-keresin) ke larutan solven. Pada eksperimen ini, frekuensi pengadukan yang digunakan yaitu 200 rpm dengan shaker dan ternyata kecepatan tersebut mengurangi yield yang diperoleh. Kecepatan pengadukan yang lambat akan menyebabkan campuran yang diaduk tidak merata dan perpindahan partikel kresol yang ada dalam campuran (kresolkerosin) ke solven sangat sedikit sehingga yield yang dihasilkan juga sedikit dan tidak dapat mencapai target. Selain waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan, solven yang digunakan juga mempengaruhi perolehan yield. Hal ini karena semakin banyak pelarut yang digunakan, maka semakin banyak kresol yang dapat terambil dari campuran kresol-kerosin. Pada ekperimen ini menggunakan solven methanol sehingga dalam penggunaannya juga dibatasi. Yield paling besar pada eksperimen ini sebesar 56,94% dengan variabel kresol sebesar 6% dengan waktu ekstraksi 15 menit. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan yield ekstraksi adalah dengan memperkecil rasio umpan terhadap solven yakni memperkecil massa umpan.

9 (Aji Setiawan) Ekstraksi pelarut cair-cair (liquid liquid extraction) merupakan proses pemisahan fase cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak. Pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Namun pada eksperimen ini, mengocok/pengadukan campurannya menggunakan shaker. Variable yang digunakan pada praktikum ekstraksi caircair ini yaitu waktu ekstraksi shaker 15 menit. Larutan umpan yang dibuat untuk 3 sampel sebanyak 25 ml, yang terdiri dari 2% kresol dan 98 % kerosin. Sehingga kresol yang dibutuhkan sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam labu ukur. Sedangkan kerosin membutuhkan 24,5 ml, namun pada kenyataannya tidak sama dengan jumlah kerosin yang ditambahkan ke dalam labu ukur. Untuk mendapatkan volume umpan sebesar 25 ml, perlu ditambahkan kerosin sebanyak 24,6 ml. Untuk sampel yang kedua dibutuhkan 4% kresol dan 96% kerosin, sehingga 1 ml kresol dimasukan ke dalam labu ukur dan dicampur dengan kerosin samapai volume umpan 25 ml. Dan sampel terahir dibutuhkan 6% kresol dan 94% kerosin untuk dicampur didalam labu ukur sampai didapat volume 25 ml. Untuk membuat larutan solven, membutuhkan 50 ml yang akan digunakan untuk 3 sampel. Larutan solven terdiri dari 80 % methanol dan 20 % aquades. Sehingga methanol yang dibutuhkan sebanyak 40 ml, dan berdasarkan teoretisnya aquades yang ditambahkan untuk membuat solven 50 ml yaitu 10 ml. Namun, sama seperti pada pembuatan larutan umpan, kebutuhan aquades yang dibutuhkan tidak sesuai dengan teorinya. Pada kenyataannya, aquades yang dibutuhkan sebanyak 11,6 ml. Methanol dipilih sebagai solven karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya. Pada eksperimen ini, solven dan diluen bersifat immiscible yaitu tidak saling larut dan mempunyai fase yang berbeda. Dikondisikan untuk proses shaker selama waktu yang sudah ditentukan dan frekuensi pengadukan 100 rpm. Setelah selesai di shaker kemudian masukkan campuran ke dalam corong pisah, diamkan selama 1 jam agar memisah antara fase ekstrak dan rafinat. Berdasarkan ketiga corong pisah yang diamati setelah beberapa waktu, Pemisahan fase ekstrak dan rafinat dilakukan dengan membuka kran pada corong pisah. Pemisahan yang pertama yaitu mengeluarkan ekstraknya karena terdapat pada lapisan terbawah. Kemudian

10 ditimbang untuk memperoleh massa ekstrak dan diukur volume yang diperoleh. Setelah memperoleh nilai absorbansi masing-masing fase, gunakan persamaan tersebut untuk mencari konsentrasi. Setelah mengetahui konsentrasi masing-masing fase (rafinat dan ekstrak), menentukan koefisien distribusi. Penentuan koefisien distribusi merupakan salah satu parameter yang dijadikan ukuran dalam pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair. Jika nilai Ki besar maka jumlah solven yang dibutuhkan lebih sedikit. Pada eksperimen ini koefisien distribusi dari masing-masing variabel dapat dihitung untuk mengetahui seberapa banyak solut (kresol) yang terdistribusi diantara 2 larutan campuran yang bersifat immiscible. Untuk mengetahui absorbansi fase ekstrak menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Dalam ekperimen ini, tidak membuat kurva standar untuk memperoleh λmax. Data λmax diperoleh dari eksperimen sebelumnya yaitu 321 nm. Persamaan yang diperoleh adalah y = 0,008x + 0,011 dengan R 2 = 0,993. Persamaan kurva kalibrasi tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai konsentrasi kresol di fase ekstrak yang dihasilkan. Pada sampel pertama didapat Ki sebesar Sampel kedua didapat Ki sebanyak 2,125. Sampel ketiga didapat Ki sebesar Penentuan koefisien distribusi merupakan salah satu parameter yang dijadikan ukuran dalam pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair. Jika nilai Ki besar maka jumlah solven yang dibutuhkan lebih sedikit. Pada praktikum ini Yield yang dihasilkan bervariasi sesuai dengan variabel kresol yang digunakan dalam proses ekstraksi. Berdasarkan eksperimen, variabel yang pertama dengan waktu ekstraksi 15 menit yield yang dihasilkan sebesar 32,85%, variabel kedua dihasilkan yield sebesar 38,62% dan variabel ketiga dihasilkan yield sebesar 56,94%. Yield yang dihasilkan tidak sesuai target yang diinginkan yaitu sebesar 65 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu waktu pengadukan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi dalam pelarut, yield yang diperoleh semakin tinggi. Tetapi, penambahan waktu ekstraksi tidak sebanding dengan yield yang diperoleh. Oleh karena itu, ekstraksi dilakukan pada waktu optimum. Yield yang didapat juga dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan. Hal ini dikarenakan semakin cepat pengadukan maka solut (kresol) yang berpindah dari permukaan partikel (campuran kresol-kerosin) ke cairan pelarut semakin banyak. Hal ini dikarenakan pengadukan dapat meningkatkan difusi dan perpindahan solut dari permukaan campuran (kresol-keresin)

11 ke larutan solven. Pada eksperimen ini, frekuensi pengadukan yang digunakan yaitu 200 rpm dengan shaker dan ternyata kecepatan tersebut mengurangi yield yang diperoleh. Kecepatan pengadukan yang lambat akan menyebabkan campuran yang diaduk tidak merata dan perpindahan partikel kresol yang ada dalam campuran (kresol-kerosin) ke solven sangat sedikit sehingga yield yang dihasilkan juga sedikit dan tidak dapat mencapai target. Selain waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan, solven yang digunakan juga mempengaruhi perolehan yield. Hal ini karena semakin banyak pelarut yang digunakan, maka semakin banyak kresol yang dapat terambil dari campuran kresol-kerosin. Pada ekperimen ini menggunakan solven methanol sehingga dalam penggunaannya juga dibatasi. Yield paling besar pada eksperimen ini sebesar 56,94% dengan variabel kresol sebesar 6% dengan waktu ekstraksi 15 menit. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan yield ekstraksi adalah dengan memperkecil rasio umpan terhadap solven yakni memperkecil massa umpan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memperbesar rasio solven terhadap umpan, karena pada kondisi tersebut akan menyebabkan gaya dorong semakin besar untuk memisahkan kresol dari campuran. Waktu yang digunakan juga harus lebih lama dan kecepatan pengaduk lebih dipercepat. Untuk meningkatkan yield juga diperlukan pada saat pemilihan campuran diluen dan solven, yaitu dipilih jenis campuran diluen dan solven yang immiscible, yang jika dipisahkan terdapat 2 fase ekstrak dan rafinat.

12 PEMBAHASAN (AGUS) Pada percobaan digunakan larutan umpan sebesar 2%, 4%,dan 6% dari masing masing 25 ml. Dan larutan solven sebanyak 50 ml. Sampel yang pertama terdiri dari 2% kresol dan 98 % kerosin. Sehingga kresol yang dibutuhkan sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam labu ukur. Sedangkan kerosin membutuhkan 24,5 ml. Untuk sampel yang kedua dibutuhkan 4% kresol dan 96% kerosin, sehingga 1 ml kresol dimasukan ke dalam labu ukur dan dicampur dengan kerosin sampai volume umpan 25 ml. Dan sampel terahir dibutuhkan 6% kresol dan 94% kerosin untuk dicampur didalam labu ukur sampai didapat volume 25 ml. Untuk membuat larutan solven, membutuhkan 50 ml yang akan digunakan untuk 3 sampel. Larutan solven terdiri dari 80 % methanol dan 20 % aquades. Sehingga methanol yang dibutuhkan sebanyak 40 ml, dan berdasarkan teoretisnya aquades yang ditambahkan untuk membuat solven 50 ml yaitu 10 ml. kenaikan jumlah pelarut yang digunakan akan meningkatkan hasil ekstraksi tetapi harus ditentukan perbandingan perbandingan pelarutumpan yang minimum agar proses ekstraksi lebih ekonomis. Pada percobaan digunakan perbandingan pelarut-umpan 1 : 2. Berdasarkan kebutuhan volume kerosin dan aquades yang ditambahkan pada labu ukur tidak sesuai dengan perhitungan teoretisnya, disebabkan oleh perbedaan partikel antara larutan umpan yaitu kresol dan kerosin, dan larutan solven yaitu methanol dan aquades. Selain itu kemungkinan masih terdapat larutan yang menempel pada dinding-dinding pipet sehingga mengurangi volume yang ditambahkan. Methanol dipilih sebagai solven karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lainnya. Proses shaker dilakukan selama 15 menit. Dengan frekuensi pengadukan 200 rpm. Proses shaker dilakukan agar terjadi homogenisasi antara solute dengan solven dan agar terjadi pengikatan komponen solute yang lebih sempurna. Kecepatan pengadukan mempengaruhi hasil dalam ekstraksi. Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum, sehingga konsumsi energi menjadi minimum Kemudian masukkan campuran ke dalam corong pisah, diamkan selama 90 menit agar memisah antara fase ekstrak dan rafinat. Setelah 90 menit, sampel hasil ekstraksi terdiri dari fase ekstrak yang merupakan larutan pelarut (metanol dan air) dengan larutan solut (kresol) berada di lapisan bawah dan fase rafinat yang merupakan lapisan diluen (kerosin) dengan sisa lapisan solut (kresol) yang

13 berada di lapisan atas. Pemisahan yang pertama yaitu mengeluarkan ekstraknya karena terdapat pada lapisan terbawah. Kemudian ditimbang untuk memperoleh massa ekstrak dan diukur volume yang diperoleh. Hasil volume, massa dan densitas di fase ekstrak pada variable waktu ekstraksi 15 menit, dapat dilihat pada tabel 4.1. Pada tabel 4.1 terlihat bahwa hasil ekstraksi yang dihasilkan dari ketiga sampel sama yaitu 51 ml. hal ini dipengaruhi oleh perbandingan pelarut yang sama,waktu ekstraksi yang sama dan kecepatan pengadukan yang sama. Untuk mengetahui absorbansi fase ekstrak menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Dalam ekperimen ini, tidak membuat kurva standar untuk memperoleh λmax. Data λmax diperoleh dari eksperimen sebelumnya yaitu 321 nm. Persamaan yang diperoleh adalah y = 0,008x + 0,011 dengan R 2 = 0,993. Persamaan kurva kalibrasi tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai konsentrasi kresol di fase ekstrak yang dihasilkan. Setelah mengetahui nilai λmax maka dapat diperoleh absorbansi masing-masing fase, yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Setelah memperoleh nilai absorbansi masing-masing fase, gunakan persamaan tersebut untuk mencari konsentrasi. Besar kecilnya konsentrasi masing-masing fase dipengaruhi oleh feed sampel, semakin banyak volume kresol yang digunakan maka konsentrasi akan semakin naik. Pada eksperimen kita bisa menentukan besaran ki yang dihitung dari besar mol pada fase ekstrak dibagi dengan besar mol pada fase rafinat. Pada percobaan didapat Koefisien distribusi(ki) sama pada setiap variable yaitu Penentuan koefisien distribusi merupakan salah satu parameter yang dijadikan ukuran dalam pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair. Jika nilai Ki besar maka jumlah solven yang dibutuhkan lebih sedikit. Jika nilai Ki besar maka jumlah solven yang dibutuhkan lebih sedikit. Yield yang dihasilkan pada eksperimen ini beragam sesuai dengan variabel kresol yang digunakan dalam ekstraksi. Berdasarkan eksperimen, dengan waktu ekstraksi 15 menit yield yang dihasilkan sebesar 32,85%, variabel kedua dihasilkan yield sebesar 38,62% dan variabel ketiga dihasilkan yield sebesar 56,94%. Yield yang dihasilkan tidak sesuai target yang diinginkan yaitu sebesar 65 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu lama separasi separasi yang baik yaitu semakin cepat waktu separasi dan hasil ekstrak yang banyak. Kurangnya waktu separasi dapat menyebabkan solute yang masih mencampur di dalam diluen masih ada sehingga tidak terjadi separasi secara sempurna akibatnya Yield

14 yang dihasilkan tidak memenuhi target. Pengadukan yang kurang sempurna juga bisa menghasilkan ekstrak yang sedikit. Sebab solute yang di homogenkan dengan solven tidak bisa mencampur secara sempurna juga akibatnya ekstrak yang dihasilkan sedikit maka hal ini bisa mempengaruhi hasil yield Pada eksperimen ini, frekuensi pengadukan yang digunakan yaitu 200 rpm dengan shaker dan ternyata kecepatan tersebut mengurangi yield yang diperoleh. Kecepatan pengadukan yang lambat akan menyebabkan campuran yang diaduk tidak merata dan perpindahan partikel kresol yang ada dalam campuran (kresol-kerosin) ke solven sangat sedikit sehingga yield yang dihasilkan juga sedikit dan tidak dapat mencapai target. Selain waktu separasi dan kurang sempurnanya pengadukan, solven yang digunakan juga mempengaruhi perolehan yield. Hal ini karena semakin banyak pelarut yang digunakan, maka semakin banyak kresol yang dapat terambil dari campuran kresol-kerosin. Pada ekperimen ini menggunakan solven methanol sehingga dalam penggunaannya juga dibatasi. Yield paling besar pada eksperimen ini sebesar 56,94% dengan variabel kresol sebesar 6% dengan waktu ekstraksi 15 menit.

15 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa: 1. Ekstraksi cair-cair dengan campuran diluen (kresol-kerosin) dan solven (methanol-air) memisahkan kresol dari kerosin dengan solven, sehingga membentuk 2 fase yaitu fase ekstrak (di lapisan bawah) dan fase rafinat (di lapisan atas). 2. Yield yang diperoleh paling besar pada variabel 1,5 ml larutan kresol yaitu sebesar 56,94%. B. SARAN 1. Hati hati dalam mengambil larutan kresol, karena larutan kresol sangat berbahaya. 2. Perhatikan pada saat membuka valve, apakah ekstrak sudah terpisah semua atau belum karena akan mempengaruhi yield yang diperoleh. 3. Pada saat membuang limbah kresol harus diperhatikan tempat untuk membuang limbahnya tersebut.

16 VII. DAFTAR PUSTAKA Ariyani, Fransiska. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Tanaman Sereh dengan Menggunakan Pelarut Metanol, Aseton, dan n-heksana.fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya. Zulyana, dkk Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Dedak dan Metanol dengan Proses Esterifikasi dan transesterifikasi. Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro: Semarang. Perry, Robert H Perry s Chemical Engineers Handbook Seventh Edition. McGraw-Hill, a division of the McGraw-Hill Companies.

17 LAMPIRAN PERHITUNGAN 1. Penentuan Konsentrasi, Densitas Kresol pada Fase Ekstrak a. Waktu Ekstraksi 15 menit, Rasio solven-umpan = 1 : 2 1. Variabel 0,5 ml Absorbansi ekstrak = 0,505 A Diketahui : y = 0,008x + 0,011 (diperoleh dari kurva kalibrasi) Jawab : x = y 0,011 0,008 y = absorbansi ekstrak x = Mkresol di ekstrak M kresol di ekstrak = 0,505 0,011 0,008 = 0,6175 M 2. Variabel 1,0 ml Absorbansi ekstrak = 0,592 A x = y 0,011 0,008 M kresol di ekstrak = 0,592 0,011 0,008 = 0,7262 M 3. Variabel 1,5 ml Absorbansi ekstrak = 0,868 A x = y 0,011 0,008

18 M kresol di ekstrak = b. Densitas pada ekstrak 0,868 0,011 0,008 Diketahu massa gelas ukur kosong = 82,35 gram 1. Variabel 0,5 ml = massa isi massa kosong volume gelas ukur = = 1,0712 M 293,53 82,35 51 = 4,14 g/ml 2. Variabel 1 ml = massa isi massa kosong volume gelas ukur = 293,59 82,35 51 = 4,141 g/ml 3. Variabel 1,5 ml = 2. Perhitungan Ki 1. Variabel 0,5 ml 2. Variabel 1 ml 3. variable 1.5 ml massa isi massa kosong volume gelas ukur Ki = n ekstrak n rafinat = Ki = n ekstrak n rafinat = Ki = n ekstrak n rafinat = = 293,77 82,35 51 = 4,145 g/m = = = Perhitungan yield a. Variabel 0,5 ml Massa kresol di umpan: ρ = m v 4,14 = m 2,5

19 m kresol di umpan = 10,35 gram Massa kresol di fase ekstrak: M = gr Mr 0,6175 = gr 108 Maka : x 1000 vol x m kresol di fase ekstrak = 3,401 gram yield = m kresol di ekstrak m kresol di umpan 100% = 3,401 gram 10,35 gram = 32,85 % x 100% b. Variabel 1 ml Massa kresol di umpan: ρ = m v 4,141 = m 2,5 Massa kresol di fase ekstrak: M = gr Mr m kresol di umpan = 10,35 gram x 1000 vol 0,7262 = gr 108 x m kresol di fase ekstrak = 3,998 gram Maka : yield = m kresol di ekstrak m kresol di umpan 100% = 3,998gram 10,35 gram x 100%

20 = 38,62 % c. Variabel 1,5 ml Massa kresol di umpan: ρ = m v 4,145 = m 2,5 Massa kresol di fase ekstrak: M = gr Mr m kresol di umpan = 10,36 gram x 1000 vol 1,0712 = gr 108 x m kresol di fase ekstrak = 5,9 gram Maka : yield = m kresol di ekstrak m kresol di umpan 100% = 5,9gram 10,36 gram = 56,94 % x 100%

21 4. Kurva kalibrasi dari eksperimen sebelumnya Tabel 3.1 konsentrasi terhadap absorbansi konsentrasi Absorbansi

22 absorbansi kurva kalibrasi y = x R² = konsentrasi Gambar 3.2 kurva kalibrasi

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil. Absorbansi 28 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Kandungan Total Fenol pada Limbah Cair Industri Tekstil Hasil analisis kandungan total fenol pada limbah cair industri tekstil dengan menggunakan uji

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan Yoga Saputro, Sigit Girindra W Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi _Indra Wibawa Dwi Sukma_0715041046_ EKSTRAKSI CAIR-CAIR 1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Disusun oleh: Indah Desi Permana Sari 1112016200002 Kelompok 1: Ahmad Ainul Yakin (1112016200001) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode stabilisasi dedak padi terhadap kualitas minyak dedak padi sebagai minyak pangan. Dengan demikian dapat

Lebih terperinci

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) Disusun oleh: Inasha Vaseany Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) atau menggunakan pelarut lain (biasanya organik) Tidak memerlukan alat khusus atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod Laporan Praktikum Kimia Analitik II Koefisien Distribusi Iod Oleh : 1. Fitri Aprilia 093194205 2. Wilda Ulin Nuha 093194211 3. Endah Rohmawati 093194216 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN 181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN y BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini, adalah : heksana (Ceih), aquades, Katalis Abu Tandan Sawit (K2CO3) pijar, CH3OH, Na2S203, KMn04/H20,

Lebih terperinci

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si.

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si. MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 KATA PENGANTAR Pujisyukur kami panjatkankehadirattuhan Yang MahaEsaataslimpahanrahmatdankarunia-NyasehinggabukuModulPraktikum

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

DISTILASI SEDERHANA (DIS)

DISTILASI SEDERHANA (DIS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TILASI SEDERHANA () Disusun oleh: Fardhila Rochman Alexander Armyn Dr. Danu Ariono Dr. Dianika Lestari Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan pengujiannya di laksanakan di Labaoratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia

Laporan Praktikum Kimia Laporan Praktikum Kimia Membuat Larutan Na2S2O3( Natriumthiosulfat) disusun oleh: Natasya Octavia Indrawan ( 20 ) Kelas: XI IPA 1 SMA MARDI YUANA BOGOR Jl Siliwangi No. 50 Sukasari 2012-2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI

MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI SEMINAR SKRIPSI MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI Oleh: Arsita Permatasari 2308 100 539 Indah Marita 2308 100 540 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir.H.M.Rachimoellah,Dipl.EST

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilakukan di divisi Research and Development PT Frisian Flag Indonesia, yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 5, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo,

Lebih terperinci

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR Candra Tri Kurnianingsih Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang,

Lebih terperinci

Sistem tiga komponen

Sistem tiga komponen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI. Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI. Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc MODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010. LAMPIRAN A Transesterifikasi Transesterifikasi ini merupakan tahap awal pembuatan pelumas bio dengan mereaksikan minyak kelapa sawit dengan metanol dengan bantuan katalis NaOH. Transesterifikasi ini bertujuan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1 Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap Kiftiyah Yuni Fatmawardi*, Teguh Andy A.M, Vera Nurchabibah, Nadhira Izzatur Silmi, Yuliatin, Pretty Septiana, Ilham Al Bustomi Kelompok 5, Kelas AB, Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina IMMISCIBLE EXTRACTION Pustaka: Wankat, chap. 16. Dalam sistem immiscible extraction, hanya solut yang terdistribusi di kedua fase. Keseimbangan solute dinyatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam dua analisa, yakni secara kuantitatif dan kualitatif. Data analisa kuantitatif diperoleh dari analisa kandungan gliserol total, gliserol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris PM 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL Yanuar

Lebih terperinci

Optimasi Proses Ekstraksi P-Kresol Dari Tir Batu Bara Artifisial Dalam Tangki Berpengaduk Dengan Pelarut Aseton-Air

Optimasi Proses Ekstraksi P-Kresol Dari Tir Batu Bara Artifisial Dalam Tangki Berpengaduk Dengan Pelarut Aseton-Air Optimasi Proses Ekstraksi P-Kresol Dari Tir Batu Bara Artifisial Dalam Tangki Berpengaduk Dengan Pelarut Aseton-Air Dewi Selvia Fardhyanti Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, dewiselvia@mail.unnes.ac.id

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221 LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221 Percobaan 5 EKSTRAKSI PELARUT Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 20 Maret 2012 Tanggal Laporan : 27 Maret 2012 Asisten Praktikum : Ka Elsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN i IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Variasi Putaran Pengaduk Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Konsentrasi Awal Tetap Nilai konsentrasi terlarut dari disolusi TCP dalam air

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

ENERGI KESETIMBANGAN FASA ENERGI KESETIMBANGAN FASA NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Ipa Ida Rosita 2. Putri Dewi M.F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010 PEMBUATAN BIODIESEL Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu 109096000004 Kelompok : 7 (tujuh) Anggota kelompok : Dita Apriliana Fathonah Nur Anggraini M. Rafi Hudzaifah Tita Lia Purnamasari Tanggal : 27

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi sederhana, neraca analitik, labu maserasi, rotary evaporator vacuum Sibata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci