FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI"

Transkripsi

1 BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain dari suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan perbandingan mol H 2 O/CO 2 pencapaian konversi juga dibatasi oleh ukuran dan tipe reaktor. Pada kondisi operasi di reaktor urea Kaltim-1, dengan reaktor yang terdiri dari 10 sieve tray dan volume 270 m 3, konversi yang mungkin diperoleh adalah sekitar 90-95% dari konversi maksimum pada kesetimbangannya. Sejalan dengan tuntutan agar proses produksi urea dapat lebih efisien baik dalam konsumsi bahan baku maupun pemakaian energi, maka studi pengembangan teknologi proses urea terus dilakukan. Salah satu upaya adalah meningkatkan efisiensi reaktor agar konversi yang dicapai makin mendekati batas konversi kesetimbangan. Pencapaian konversi yang tinggi dapat didekati dari pemilihan variabel proses yang optimal seperti yang telah diuraikan sebelumnya atau dari pengembangan konstruksi reaktor urea. Simulasi CFD dapat digunakan untuk mendapatkan penjelasan tentang karakteristik aliran fluida pada alat proses, yang akan menjadi basis data alat tersebut. Pada bab ini dibahas kajian pola aliran fluida dalam reaktor urea dengan metode simulasi CFD berdasarkan pengaruh geometri tray reaktor yang sekarang dengan model geometri tray yang berpotensi meningkatkan konversi urea. VI.2. Model Geometri Tray Reaktor Urea Sebagai langkah awal dalam melakukan simulasi CFD (computational fluid dynamics) aliran fluida di dalam reaktor urea adalah membuat model geometri reaktor yang berupa kolom dengan pelat berlubang. Untuk pembuatan model geometri digunakan perangkat lunak grid generator. Untuk memudahkan dan 62

2 menyederhanakan pekerjaan, perhitungan model geometri tidak dibuat untuk keseluruhan reaktor yang terdiri dari 10 sieve-tray untuk reaktor urea Kaltim-1, melainkan dibuat model untuk satu kompartemen yang ada di antara dua tray yang berurutan. Diharapkan dari model yang dibuat dapat menggambarkan pola aliran fluida yang bisa mewakili tray reaktor lainnya. Pada model geometri tray untuk simulasi diameter dan jumlah lubang per tray tidak sama persis seperti tray sesungguhnya pada reaktor di pabrik untuk memudahkan membuat model geometri. Ukuran diameter dalam reaktor dan jarak antar tray pada model mengikuti ukuran sebenarnya pada reaktor urea pabrik Kaltim-1. Dua model tray yang akan dibandingkan dalam simulasi CFD adalah tray tipe konvensional yang umum digunakan hingga saat ini (Gambar VI.1 tray- A) dan tipe tray baru dengan silinder draft tube [Mennen, 2001] seperti terlihat pada Gambar VI.1 tray-b. C B A A E B C D Tray-A Tray-B A. Dinding reaktor B. Sieve tray C. Downward flange D. Upright rim E. Draft tube Gambar VI.1. Sketsa model tray dengan spesifikasi dimensi Gambar VI.1 dan VI.2 menunjukkan model geometri tray yang dibuat masingmasing untuk tray konvensional dan tray yang baru. Pada tray konvensional 63

3 terlihat konstruksi tray berlubang dengan anulus yang memberi jarak antara tray dan dinding reaktor, sedangkan pada model tray yang kedua selain tray berlubang dan anulus terdapat silinder di atas tray dan upright rim serta downward flange pada tray. Rentang dimensi tray yang umum digunakan berdasarkan referensi [Mennen, 2001] serta dimensi tray yang dipilih untuk model simulasi ditunjukkan pada Tabel VI.1. (a) Tray-A (b) Tray-B Gambar VI.2. Model mesh geometri tray reaktor urea untuk simulasi CFD Tabel VI.1. Dimensi model tray reaktor urea (dalam meter) Spesifikasi Referensi Tray-A Tray-B Diameter dalam reaktor Aktual 2, Jarak antar tray Aktual 2,300 2,300 Diameter tray v-liquid = m/det 2,750 2,750 Jarak tray - dinding reaktor 0,028 0,028 Downward flange - tinggi 5-50% jarak antar tray 0,230 0,230 - diameter = diameter tray 2,750 Upright rim - tinggi 5-50% jarak antar tray - 0,230 - diameter (perforated area) 50-70% diameter tray 1,750 1,750 - jumlah lubang v-gas = m/det diameter lubang (mm) v-gas, 0,003 0,010 m 0,100 0,100 Draft tube - tinggi 40-80% jarak antar tray - 2,000 - diameter 50-70% diameter tray ( > dia. Upright rim) - 1, jarak silinder - dinding min. 0.5 m - 0,530 64

4 VI.3 Definisi Model Dan Penyelesaian Dengan CFD solver Komponen-komponen pada sistem reaksi sintesis urea di dalam reaktor terdiri dari ammonia, karbonsioksida, air dan urea. Selain itu terdapat pula gas nitrogen dan oksigen (yang berasal dari aliran udara untuk pasivasi reaktor, masuk bersama aliran gas karbondioksida), serta sejumlah kecil biuret produk hasil samping reaksi. Campuran komponen-komponen tersebut merupakan campuran dari aliran fasa cair dan fasa gas. Fluida-fluida umpan reaktor terdiri dari aliran fasa cair yaitu ammonia dan larutan karbamat, serta aliran gas karbonsioksida. Demikian pula aliran keluar reaktor merupakan campuran aliran fasa cair (larutan urea hasil reaksi) dan aliran fasa gas (campuran ammonia dan karbondioksida yang tidak terkonversi, serta gas-gas inert). Model untuk perhitungan persamaan neraca massa, energi dan momentum didefinisikan dan diselesaikan dengan Fluent untuk model geometri tray reaktor yang telah dibuat sebelumnya. Model campuran fasa cair dan fasa gas yang digunakan dalam simulasi ini adalah model multifasa Eulerian yang sesuai untuk sistem seperti di reaktor urea, campuran larutan fasa cair sebagai fasa primer dan campuran dari komponen gas sebagai fasa sekunder. Untuk menyederhanakan permasalahan dan memudahkan perhitungan model multifasa, pada simulasi ini belum dilibatkan persamaan neraca energi dan reaksi kimia. Sifat-sifat fisika larutan dan campuran gas yang diperlukan yaitu densitas dan viksositas dianggap harganya tetap. Data-data komposisi komponen pada reaktor urea Kaltim-1 yang terdiri dari campuran fasa cair dan fasa gas seperti terlihat pada Tabel B.1 Lampiran-B, pada simulasi ini disederhanakan dan dikelompokkan menjadi campuran komponen fasa cair dan fasa gas. Fasa cair yang terdiri dari ammonia dan larutan karbamat, memiliki laju alir masa sebesar 78,10 kg/det. Data sifat fisik untuk campuran fasa cair yaitu densitas dan viskositas masing-masing adalah 858,25 kg/m 3 dan 0, kg/m.s. Sedangkan untuk fasa gas memiliki laju alir massa sebesar 13,26 kg/det, dengan data densitasnya adalah 187,55 kg/m 3 dan viskositas 3,35x10-5 kg/m.s. 65

5 Model solver yang digunakan adalah segregated dengan formulasi implisit, tiga dimensi dan untuk keadaan tunak. Sedangkan model turbulen yang dipilih adalah k-epsilon standar dengan konstanta standar dari CFD solver. Reaktor urea dengan konstruksi vertikal dengan aliran umpan seluruhnya masuk dari bawah reaktor, maka pada Fluent ditetapkan pada sumbu vertikal percepatan gravitasinya negatif. Untuk kondisi batas pada inlet ditetapkan kecepatan fasa cair dan gas, serta fraksi volume gas. Sedangkan kondisi batas outlet dipilih jenis outflow. Langkahlangkah penyelesaian simulasi CFD secara rinci ditunjukkan pada Lampiran D. VI.4 Hasil Simulasi CFD VI.4.1 Profil Arah Aliran Fluida Reaksi sintesis urea melibatkan campuran fasa cair dan gas dari komponenkomponen yang bereaksi. Reaksi terjadi di sepanjang reaktor yang disekat-sekat oleh tray. Sebuah kompartemen yang dibatasi oleh dua tray berurutan dapat dibandingkan seperti sebuah unit reaktor tangki berpengaduk. Pencampuran dan kontak yang baik dari campuran fasa cair dan fasa gas sangat menentukan bagi berlangsungnya reaksi. Model rancangan tray di dalam reaktor akan menentukan terbentuknya pola aliran fluida, yang berpengaruh terhadap intensitas kontak dan pencampuran yang akan terjadi. Pada Gambar VI.3 diperlihatkan hasil simulasi CFD untuk pathline aliran fluida untuk kedua tipe tray. Gambar VI.3.(i) menunjukkan aliran untuk tray-a (konvensional), sedangkan tray-b adalah model tray yang baru. Hasil yang sangat berbeda dari kedua tray ditunjukkan dari gambar tersebut. Pada tray-b terlihat cukup jelas terjadinya aliran resirkulasi fluida di dalam kompartemen, sedangkan pada tray-a aliran resirkulasi tidak terlihat. Kedua tray sama-sama memiliki sejumlah lubang yang dimaksudkan sebagai tempat lewatnya aliran fasa gas dan annulus sebagai tempat lewatnya aliran fluida fasa cair. Namun pada tray-b lubang-lubang lebih terpusat dibandingkan pada 66

6 tray-a yang relatif merata pada luasan tray. Dengan pengaturan lubang yang lebih terpusat dan adanya silinder pada tray-b menyebabkan aliran gas yang lebih terpusat pula, sehingga memberi efek yang menguntungkan terhadap aliran fluida gas sebagai gaya penggerak sirkulasi fluida di dalam kompartemen. Dengan kondisi yang demikian maka untuk tray-b terbentuk aliran ke atas di bagian tengah kompartemen di dalam silinder, aliran dari bagian atas silinder sebagian mengalir ke arah bawah di sisi luar silinder dan kemudian dari bagian bawah kompartemen terjadi aliran masuk ke arah pusat di bagian dalam silinder (draft tube) termasuk sebagian aliran dari annulus. (i) Tray-A (ii) Tray-B Gambar VI.3. Perbandingan profil arah aliran fluida dalam reaktor dari kedua tipe tray VI.4.2 Profil Kecepatan Hasil simulasi CFD yang menunjukkan profil kecepatan aliran fluida di dalam sebuah kompartemen untuk kedua tipe tray reaktor terlihat pada Gambar VI.4 dan kontur kecepatan fluida ditampilkan pada gambar VI.5. Pada Gambar VI.4 terlihat bahwa dengan tray-b dihasilkan kecepatan aliran fluida yang lebih tinggi dan terpusat dibandingkan pada tray-a. Terlihat pula arah kecepatan aliran yang membentuk aliran resirkulasi di dalam kompartemen reaktor seperti dijelaskan sebelumnya. Aliran ke atas dari annulus tray bawah nampak bergabung dengan aliran balik dari bagian atas silinder menuju ke arah 67

7 tengah. Dengan pola resirkulasi yang demikian dan kecepatan aliran yang tinggi memungkinkan terjadinya intensitas kontak antara fluida fasa cair dan fasa gas di dalam kompartemen reaktor pada tray-b yang lebih baik dibandingkan dengan tray-a. Hal ini berarti terjadinya efek pengadukan dan pencampuran antar fasa yang lebih baik sehingga memungkinkan berlangsungnya reaksi yang melibatkan fasa cair dan gas di dalam reaktor urea dengan lebih sempurna. Dengan demikian akan dapat diperoleh peningkatan efisiensi reaktor sehingga lebih mendekati batas konversi pada kesetimbangan. (i) Tray-A (ii) Tray-B Gambar VI.4. Perbandingan profil kecepatan fluida untuk kedua tipe tray reaktor Kontur kecepatan aliran fluida ditunjukkan pada Gambar VI.5. Terlihat bahwa pada tray-a kecepatan fasa gas yang tinggi lebih merata di sepanjang tray sesuai disribusi lubang pada tray, sedangkan pada tray-b kecepatan yang tinggi lebih terkonsentrasi di tengah. Pada tray-b diperoleh kecepatan fluida maskimum hingga sekitar 1,7 m/detik, sedangkan pada tray-a kecepatan tertinggi hanya sekitar 0,4 m/detik. Berdasarkan referensi, kecepatan ideal untuk aliran fasa cair dan fasa gas agar dihasilkan kontak yang intensif antara fasa cair dan gas adalah sekitar 0,1-0,6 m/detik untuk fasa cair, sedangkan untuk fasa gas kecepatannya diharapkan berada dalam kisaran 2,5-10 m/detik [Mennen, 2001]. Kecepatan fluida fasa cair 68

8 dan gas yang dikehendaki tersebut menjadi acuan dalam menentukan dimensi luas penampang untuk aliran fasa cair serta jumlah dan diameter lubang pada tray untuk fasa gas. (i) Tray-A (ii) Tray-B Gambar VI.5. Perbandingan kontur kecepatan fluida dalam tray reaktor VI.4.3 Distribusi Fasa Cair Dan Fasa Gas Profil distribusi aliran fasa cair dan gas dari hasil simulasi CFD untuk kedua tray ditunjukkan oleh kontur fraksi volume fasa gas pada bidang yang melalui sumbu vertikal di Gambar VI.6, serta fraksi volume fasa gas pada tray di Gambar VI.7. (i) Tray-A (ii) Tray-B Gambar VI.6. Perbandingan kontur fraksi volume gas 69

9 (i) Tray-A (ii) Tray-B Gambar VI.7. Perbandingan kontur kecepatan fluida pada penampang tray reaktor Dari Gambar VI.6 dan VI.7 terlihat kemiripan pola distribusi fasa cair dan fasa gas dari kedua tipe tray, yaitu aliran fasa gas terutama berada di area tengah di mana lubang-lubang pada tray terdistribusi dan aliran fasa cair melalui daerah annulus. Area yang berwarna merah dengan fraksi volume fasa gas tertinggi menunjukkan lapisan gas yang terbentuk di bagian bawah area tray yang tidak berlubang. Konstruksi tray-b dengan lubang yang lebih terpusat, serta dilengkapi komponen tray seperti pada Gambar VI.1, mengakibatkan aliran gas yang kecepatannya lebih tinggi, ternyata memberikan efek sirkulasi fluida yang befungsi sebagai pengadukan seperti halnya pengaduk pada reaktor tangki alir berpengaduk. Rancangan reaktor urea yang melibatkan fasa cair dan fasa gas dengan fasa cair sebagai fasa kontinyu, ditujukan agar memungkinkan terjadinya kontak antara fasa cair dan fasa gas yang maksimal. Untuk tujuan tersebut umumnya reaktor urea dirancang dalam bentuk kolom vertikal yang dibagi-bagi dalam beberapa kompartemen yang dipisahkan oleh tray reaktor. Tray dirancang agar menghasilkan pola distribusi aliran fasa cair dan gas yang akan menghasilkan kontak antar fasa yang intensif. Rancangan tray generasi awal berupa tray berlubang dengan luas tray sama dengan luas penampang dalam reaktor, sehingga tidak ada fungsi pemisahan aliran fasa cair dan fasa gas. Selanjutnya reaktor 70

10 dengan rancangan tray seperti tipe tray-a pada simulasi ini adalah yang umum dipakai di pabrik urea, terdapat area lubang-lubang pada tray sebagai jalan aliran gas dan area annulus sebagai jalan aliran fasa cair. Luas area berlubang untuk aliran gas maupun luas area bukaan untuk aliran fasa cair dibuat untuk mendapatkan menentukan kecepatan aliran fasa gas dan cairan di dalam kompartemen reaktor urea yang tertentu, dengan kisaran kecepatan seperti dibahas pada bagian VI.3.2. Untuk fasa cair, luas bukaan dibuat dalam kisaran 1-10% dari luas penampang reaktor, sedangkan untuk fasa gas lubanglubang pada tray dibuat dengan diameter dalam kisaran 3-10 mm. VI.5 Potensi Implementasi Konfigurasi Tray Baru Untuk Reaktor Urea Simulasi CFD yang dilakukan telah memberikan gambaran pola aliran fluida campuran fasa cair dan fasa gas pada tray di dalam reaktor urea yang dihasilkan dari konfigurasi tray yang berbeda. Dengan pola tersebut dapat diketahui bagaimana dapat terjadi kontak antar aliran komponen-komponen terutama ammonia dan karbondioksida yang akan melangsungkan reaksi. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa dengan model tray-b diperoleh pola aliran sirkulasi fluida yang menghasilkan efek pengadukan dan pencampuran fasa cair dan fasa gas yang lebih sempurna dibandingkan dengan model konvensional tray-a yang diaplikasikan di pabrik hingga saat ini. Model tray pada simulasi CFD yang telah dikerjakan baru hanya untuk dimensi dan posisi tray yang tertentu dengan data aliran umpan masuk reaktor. Pada kondisi reaktor sesungguhnya terjadi perubahan komposisi di sepanjang reaktor. Reaksi antara ammonia yang berfasa cair dan gas karbondioksida terjadi di fasa cair dengan terkondensasinya gas menjadi larutan karbamat, yang kemudian dilanjutkan dengan dehidrasi karbamat menjadi urea. Di samping itu terjadi pula perubahan suhu di sepanjang reaktor akibat efek panas reaksi yang terjadi. Oleh karena itu penelitian dengan simulasi CFD ini sangat perlu terus dikembangkan 71

11 untuk menentukan spesifikasi tray yang optimal. Kondisi simulasi yang menjadi perhatian adalah posisi tray di dekat inlet, di tengah atau di dekat outlet reaktor yang mewakili komposisi fasa cair dan gas yang berbeda. Pada tray sendiri perlu divariasikan dimensi dari komponen-komponen tray seperti pada Tabel VI.1 untuk menemukan konfigurasi yang akan menghasilkan pola sirkulasi dan kontak fasa cair-gas yang terbaik. Selain model tray-b yang disebut siphon jet pump yang dikembangkan oleh Stamicarbon, model tray lain dikembangkan oleh Urea Casale S.A. [Zardi, 2002] dengan tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan effisiensi reaktor urea. Data dari beberapa pabrik yang telah mengaplikasikan model tray baru baik untuk pabrik baru maupun modifikasi pabrik, dapat diperoleh peningkatan kapasitas produksi hingga 10-15% dan penurunan konsumsi kukus kg/ton produk urea dibandingkan pada saat masih menggunakan tray konvensional [Bruns, 2004] [Zardi, 1996]. Hal yang menarik bahwa untuk penggunaan tray baru yang dapat menaikkan efisiensi reaktor tidak harus mengganti keseluruhan reaktor, melainkan memungkinkan modifikasi tray pada reaktor yang ada. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk melakukan modifikasi tray reaktor adalah : peningkatan efisiensi reaktor yang akan diperoleh, penurunan konsumsi steam dan evaluasi kelayakan ekonomi. VI.6 Peran Simulasi CFD Dalam Membangun Pengetahuan Proses di Pabrik Karakteristik pola aliran yang dihasilkan dari konfigurasi tray di dalam kompartemen reaktor urea dapat diperoleh dari simulasi CFD seperti yang telah dilakukan. Pemahaman akan hal tersebut menjadi bagian pengetahuan mengenai peralatan proses yaitu reaktor urea, yang sangat diperlukan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya proses kimia dalam hal ini reaksi sintesis urea dipengaruhi oleh konstruksi dari reaktor. Pengetahuan tersebut akan memperkaya dan 72

12 memperluas pengetahuan proses yang telah dikuasai dalam bidang pengoperasian reaktor urea di pabrik dan membuka wawasan pengetahuan dalam bidang perancangan reaktor urea. Selain apa yang telah dibahas di atas potensi aplikasi pemanfaatan CFD di pabrik sangatlah luas. Di antaranya adalah untuk melakukan evaluasi dan menganalisis unjuk kerja peralatan proses yang ada secara lebih rinci dan alat analisis dalam menemukan penyebab masalah yang terjadi pada peralatan proses. Sebuah contoh kasus di mana CFD dapat dimanfaatkan di pabrik urea Kaltim-1 adalah masalah pembentukan deposit urea di evaporator tingkat pertama, simulasi dengan CFD dapat dilakukan untuk mengetahui profil aliran fluida yang terdiri dari larutan urea dan udara serta profil suhu di dalam evaporator. Dengan demikian akan diketahui kemungkinan penyebab terjadinya pembentukan dan penumpukan deposit urea. Setelah penyebab diketahui dan alternatif-alternatif modifikasi peralatan diusulkan CFD kembali dapat dimanfaatkan untuk simulasi dan analisis modifikasi yang mungkin dilakukan. Selanjutnya berdasarkan hasil simulasi dapat dipilih alternatif modifikasi terbaik untuk mengatasi masalah, tanpa harus bereksperimen dahulu di lapangan. Pemanfaatan lainnya dalam hal perancangan atau pembelian alat proses dari pihak luar, CFD dapat gunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada dengan lebih baik dan menentukan pilihan yang paling tepat untuk proses di pabrik. Dengan demikian potensi kerugian baik dari sisi teknik maupun ekonomi yang mungkin terjadi jika salah dalam memilih peralatan proses dapat terhindarkan. 73

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS BAB VII MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS VII.1 Pendahuluan Tujuan pada bab ini adalah membuat suatu contoh aplikasi sistem berbasis pengetahuan untuk membantu dalam troubleshooting

Lebih terperinci

FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1

FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1 FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1 TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Umum Penelitian untuk merumuskan sistem berbasis pada penanganan permasalahan di pabrik urea Kaltim-1 ini secara garis besar dilakukan dalam tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pupuk Sriwijaya merupakan salah satu produsen pupuk urea di Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB (pengganti Pusri I),

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Tony Suryo Utomo*, Sri Nugroho, Eflita

Lebih terperinci

SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R. ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R. ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R BAB 1. PENDAHULUAN ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Aliran osilasi di dalam kolom bersekat merupakan satu metoda yang

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT 6.2.16 Ridwan Arief Subekti, Anjar Susatyo, Jon Kanidi Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Fluidisasi adalah proses dimana benda padat halus (partikel) dirubah menjadi fase dengan perilaku menyerupai fluida. Fluidisasi dilakukan dengan cara menghembuskan fluida

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

Tabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006]

Tabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006] BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tersedianya sumber daya migas yang potensial sebagai bahan baku merupakan faktor penting untuk tumbuh dan berkembangnya industri petrokimia yang produknya selain memenuhi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Abstrak Adjie Ridhonmas, Estiyanti Ekawati, dan Agus Samsi Program

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah Oleh : Ir. M. Syahril Gultom, MT. Staf pengajar Fak.teknik Departmen teknik mesin USU. Abstrak Simulasi dan modelling aliran fluida udara

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan dalam EFD Tools Pemodelan komputasi menggunakan paket simulasi EFD Lab.8 yang terintegrasi pada tools CAD Solid Works, di mana proses modelling

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi yang akan dibuat dalam penelitian ini didukung oleh beberapa komponen lain sehinga membentuk suatu

Lebih terperinci

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Perancangan reaktor didasarkan pada rancangan reaktor gasifikasi sekam padi milik Willy Adriansyah. Asumsi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 Brian Deril Kemur 1), Frans Sappu 2), Hengky Luntungan 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Steam ejector tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES Penyusun : Any Mas ulah 2307 030 077 Vera Laily Rahmah 2307 030 087 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT 19510403 198503 2 001 SEJARAH

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MIKROALGA CHORELLA SP DENGAN PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI KAPASITAS PRODUKSI 100.000 TON/TAHUN Oleh

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari simulasi penelitian fluktuasi tekanan pada kondensasi Steam pada pipa konsentrik dengan pendinginan searah pada ruang anulus dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metodologi penelitian yang digunakan disertasi ini dapat dibagi menjadi empat yaitu metodologi penelitian untuk pembangunan model kinetika DAF, kinerja unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir tipe TRIGA Mark II (Training Research and Isotop Production by General Atomic) yang mempunyai daya maksimum 250 kw dan beroperasi

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWABAN. Ujian Praktikum. Bidang Kimia. 13 September 2011.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWABAN. Ujian Praktikum. Bidang Kimia. 13 September 2011. OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2011 Manado 11-16 September 2011 LEMBAR JAWABAN Ujian Praktikum Bidang Kimia 13 September 2011 Waktu 270 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Kuliah #3: Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. DTK-FTUI, 27 Oktober 2015 Beberapa Model Kolom Absorpsi A. Kolom Talam (Tray-type Plate Columns)

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 B-38 Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Heat Recovery Steam Generator di PT Gresik Gases and Power Indonesia (Linde

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER C.3 ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER Tommy Hendarto *, Syaiful, MSK. Tony Suryo Utomo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Fisika

Antiremed Kelas 11 Fisika Antiremed Kelas Fisika Fluida Dinamis - Latihan Soal Halaman 0. Perhatikan gambar penampang pipa berikut! Air mengalir dari pipa A ke B terus ke C. Perbandingan luas penampang A dengan penampang C adalah

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAMPURAN BALIK PADA KOLOM BERPENGADUK MULTIPERINGKAT

KAJIAN PENCAMPURAN BALIK PADA KOLOM BERPENGADUK MULTIPERINGKAT PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 KAJIAN PENCAMPURAN BALIK PADA KOLOM BERPENGADUK MULTIPERINGKAT Zuhrina Masyithah Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD Imron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun yang akan dibahas dalam perancangan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi, penelitian mengenai pemisahan minyak dan air pun juga semakin berkembang, salah satunya adalah Liquid- Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci