PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT"

Transkripsi

1 PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk flow chart proses produksi seperti tampak pada gambar 3.1 berikut ini. Proses produksi dimulai dari proses pengeringan udara, dilanjutkan dengan pencairan, pembakaran belerang. Pada proses pencairan dan pembakaran belerang parameter utama yang harus dikendalikan adalah suhu pencairan dan suhu pada saat pembakaran, jika suhunya masih rendah maka belerang tidak akan terbakar. Pada proses pembentukan steam, tujuan yang diinginkan dari proses ini adalah menurunkan suhu hasil pembakaran belerang yang bersifat eksotermis sehingga suhunya bisa menjadi turun dan dapat masuk pada proses berikutnya yaitu reaksi di konverter. Karena sifatnya hanya membuang panas, maka boiler yang digunakan dalam pembentukan steam adalah tipe waste heat boiler. Inti dari proses selanjutnya adalah proses pengambilan panas dan proses penyerapan gas. Produk dikontakkan gas sehingga kuantitas produk akan meningkat. Terakhir dari proses ini adalah pengendalian mutu produk yang dilakukan secara internal oleh operator produksi dan secara eksternal yang dilakukan oleh bagian QA. Jika dalam proses pengendalian mutu tidak memenuhi spesifikasi maka produk akan balik kembali ke proses absoprsi sehingga mutunya menjadi sesuai dengan persyaratan. Hal 16

2 Mulai Pengeringan Udara Pencairan Belerang Pembakaran Belerang Pembentukan Steam Reaksi di Konverter Absorbsi Gas SO 3 Pendinginan Produk Pengelolaan Gas Buang Pertukaran Panas pada HE Pengendalian Mutu Produk Sesuai Spec TIDAK OK Selesai Gambar 3. 1 Flow chart proses produksi Asam Sulfat Sumber : SOP proses produksi PT Timuraya Tunggal Hal 17

3 3.2 Pengeringan Udara Pengeringan udara terjadi di menara pengering (DT) dengan menggunakan asam sulfat berkonsentrasi 98% sebagai penyerap uap air dari udara yang ditiup oleh blower. Kandungan air perlu dikurangi agar tidak terjadi korosi pada sistem perpipaan dan dapat merusak katalis V 2 O 5. Udara bebas yang terdapat di sekitar PT Timuraya Tunggal Tangerang diperoleh dengan menggunakan blower 200 HP, atau blower cadangan 100 HP jika blower utama bermasalah. Kemudian, udara masuk dari bagian bawah menara dan disemprotkan asam sulfat dengan konsentrasi 98% yang berasal dari tangki asam 1 (AT1). Uap air yang terkandung dalam udara akan terserap oleh larutan asam tersebut. Udara yang telah dikeringkan kemudian masuk ke burner untuk digunakan dalam reaksi pembakaran belerang cair. Batas maksimum kadar air yang yang masih diperbolehkan masuk burner adalah 1 gr/m 3. Proses absorbsi dalam DT berlangsung pada tekanan 1 atm dan temperatur 44 C. Variabel utama dari proses absorbsi pada menara pengering (DT) adalah luas permukaan kontak antara asam sulfat dan udara. Proses absorbsi akan berlangsung dengan baik jika luas permukaan kontak semakin meningkat. Oleh karena itu, di dalam DT dipasang suatu isian atau disebut juga dengan packing untuk meningkatkan luas permukaan kontak. Jenis packing yang digunakan adalah tipe Berl Saddle dan Raschig Ring berbahan keramik. Bahan keramik digunakan karena sifatnya yang tahan terhadap panas dan asam. 3.3 Pencairan Belerang Belerang padat biasanya hanya digunakan saat terjadi kendala dalam transportasi belerang cair. Proses pencairan belerang padat berlangsung di dua buah bak besi (BBS) yang masing-masing dilengkapi dengan koil yang di dalamnya dilalui steam. Kedua bak besi tersebut diisi dengan belerang padat. Proses ini diawali dengan pengisian belerang padat ke dalam bak besi hingga penuh dengan menggunakan loader. Hal 18

4 Gambar 3. 2 Flow Sheet Proses Produksi Asam Sulfat Sumber : Arsip pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal Hal 19

5 Selanjutnya steam yang berasal dari waste heat boiler dialirkan ke dalam koil sehingga terjadi pemanasan belerang padat hingga mencair. Kemudian belerang yang telah mencair dialirkan ke bak beton (BBT) yang berjumlah enam buah. Gambar 3. 3 Bak beton (BBT) tempat belerang cair Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal Setiap BBT dilengkapi dengan koil yang berfungsi untuk menjaga suhu belerang cair pada kisaran 130 C sehingga sulfur selalu berada dalam keadaan cairan. Oleh karena itu, penginjeksian steam tetap dilakukan ke dalam koil. Jumlah sulfur juga harus dijaga tetap. Jika jumlah steam yang dimasukan ke dalam koil kurang, maka sebagian sulfur akan membeku. Hal tersebut menyebabkan kerusakan pompa yang digunakan untuk memompa sulfur cair ke dalam burner. Jika jumlah steam yang dimasukan ke dalam koil berlebih, maka terjadi reaksi pembakaran sulfur cair dengan udara yang kontak langsung dengan sulfur. Indikator adanya sulfur yang terbakar adalah adanya api biru pada permukaan sulfur cair. Jika hal ini terjadi, maka dilakukan pemadaman dengan menyiramkan air. Air yang tercampur dengan sulfur cair akan menguap dengan sendirinya. Hal 20

6 3.4 Pembakaran Belerang Pembakaran belerang dilangsungkan untuk menghasilkan gas SO 2 yang selanjutnya akan dikonversi menjadi gas SO 3 di konverter. Berikut merupakan reaksi pembakaran sulfur yang terjadi di dalam burner : S + O2 SO2 = -293 kj/mol Sumber oksigen yang digunakan dalam reaksi pembakaran berasal dari udara yang telah dikeringkan di DT. Jumlah udara yang masuk ke dalam burner diatur berlebih agar reaksi pembakaran berlangsung secara sempurna dan perbandingan SO 2 : O 2 gas hasil pembakaran sesuai dengan spesifikasi konverter yang digunakan. Belerang cair dari BBT disemburkan dengan menggunakan nozzle gun sehingga terbentuk kabut dan belerang mudah terbakar. Di dalam nozzle gun, terdapat sumbu yang berfungsi untuk mengatur laju alir udara dan belerang cair yang masuk. 3.5 Pembentukan Steam Steam dihasilkan di waste heat boiler (WHB) dengan menggunakan panas hasil reaksi pembakaran belerang menjadi gas SO 2. Pada WHB gas hasil pembakaran didinginkan dari temperatur 830 C menjadi 400 C. Panas tersebut diserap oleh air boiler sehingga menjadi uap atau steam. Selanjutnya steam yang dihasilkan disalurkan ke sebuah header, kemudian sebagian didistribusikan ke unit produksi asam sulfamat dan sebagian lainnya didistribusikan ke BBT untuk mencairkan belerang dan menjaga suhu belerang yang sudah cair agar tetap berada pada suhu 130 o C, karena pada suhu tersebut kekentalannya sudah cukup baik untuk sistem pemompaan. 3.6 Reaksi di Konverter Konversi SO 2 menjadi SO 3 berlangsung di dalam converter. Berikut merupakan persamaan reaksinya : SO2 + ½O2 SO3 = kal/mol Reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan dan bersifat menghasilkan panas atau eksotermik. Pada reaksi yang bersifat eksoterm, Hal 21

7 kenaikan temperatur akan menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke arah reaktan. Oleh karena itu, reaksi konversi tersebut dilangsungkan secara bertahap dan aliran gas dari tiap tahap didinginkan terlebih dahulu agar diperoleh produk dengan jumlah yang diinginkan. Pendinginan aliran gas tersebut berlangsung di heat exchanger. Pada unit produksi asam sulfat di PT Timuraya Tunggal, terdapat empat tahap konversi SO 2 menjadi SO 3. Masing-masing tahap berlangsung di konverter yang berbeda. Dalam setiap konverter terdapat katalis V 2 O 5 yang berasal dari MECS, USA. Katalis yang terdapat pada konverter-1 (CV-1) berperan untuk mengkonversi gas SO 2 dari HE-1A menjadi SO 3 sekitar 80%. Gas yang telah dipanaskan di HE-1A masuk ke CV-1 dengan temperatur sekitar C dan keluar dari CV-1 dengan kenaikan suhu menjadi 590 C. Gambar 3. 4 Konverter Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal Hal 22

8 Katalis yang terdapat pada konverter-2 (CV-2) berperan untuk menaikkan konversi gas SO 2 dari CV-1 menjadi 90%. Sebelum masuk CV-2, aliran gas yang berasal dari CV-1 didinginkan terlebih dahulu pada HE-1A dan 1B hingga mencapai temperatur sekitar C. Pada saat keluar dari CV-2 suhunya juga akan naik menjadi 535 C. Pada konverter 3 (CV-3), konversi gas akan dinaikkan lagi menjadi 95%. Sebelum masuk CV-3, temperatur gas yang masuk harus mencapai C sehingga gas dari CV-2 perlu didinginkan terlebih dulu pada IMC. Gas yang keluar dari CV-3 dengan temperatur 475 C dialirkan menuju Absorption Tower 1 (ABT-1) dan Oleum Tower harus didinginkan dahulu melalui melalui HE-2A dan HE-2B hingga mencapai suhu 150 C. Pada ABT-1 dan OT, berlangsung absorpsi intermediat yang merupakan karakteristik dari proses produksi asam sulfat kontak ganda. Tahap absorbsi intermediat ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi gas SO3 pada aliran gas, sehingga reaksi kesetimbangan pada converter-4 (CV-4) dapat bergeser lebih jauh lagi sehingga semua gas akan terkonversi menjadi SO 3 sebanyak mungkin. Pada CV-4, konversi dilanjutkan hingga mencapai konversi total sebesar 99%. Temperatur gas yang masuk ke CV-4 harus sekitar C sehingga perlu dilakukan pemanasan di HE-1B. Temperatur gas keluaran CV-4 adalah 458 C. Selanjutnya, gas yang telah dikonversi dialirkan menuju Absorption Tower-2 (ABT-2) melalui HE-3 hingga suhunya turun menjadi 150 C. Pada ABT-2, terjadi proses absorbsi gas SO 3 dengan menggunakan asam sulfat 99% untuk menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Gas keluaran dari ABT2 kemudian dialirkan ke cerobong gas. Berikut merupakan ringkasan data operasional unit produksi asam sulfat. Hal 23

9 Tabel 3. 1 Konversi total dan kondisi operasi unit converter Konverter Suhu Masuk ( C) Suhu Keluar ( C) Konversi CV % CV % CV % CV % Sumber: Jurnal Proses Unit Produksi Asam Sulfat, Nopember Absorbsi Gas SO 3 Absorbsi gas SO 3 berlangsung di menara Absorbsi (ABT-1 dan ABT-2) dan menara Oleum (OTW). Pada OTW, gas keluaran CV-3 akan masuk ke dalam OTW melalui bagian bawah menara. Dari bagian atas menara, semprotkan oleum berkonsentrasi 106% dari oleum tank yang telah didinginkan di Cooler OL terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 50 C. Selanjutnya gas SO 3 yang terkandung akan diserap diabsorb oleh oleum (H 2 S 2 O 7 ) sehingga terjadi penurunan konsentrasi SO 3 pada aliran gas dan peningkatan konsentrasi SO 3 yang terkandung di aliran oleum. Di dalam OTW, digunakan packing dengan jenis raschig ring berbahan keramik dan berdiameter 50 mm agar proses absorbsi berlangsung dengan optimal. Sementara itu, oleum yang berasal dari OTW akan dialirkan menuju oleum tank. Untuk menjaga konsentrasi oleum pada oleum tank berada pada rentang minimum sebesar 106,5%, dialirkan asam sulfat 98% yang berasal dari acid tank 2 secara terusmenerus dengan pengaturan bukaan kran. Pada ABT-1 dan ABT-2, absorbsi gas SO3 dilakukan dengan menggunakan asam sulfat 98% yang berasal dari acid tank 3. Sebelum memasuki ABT-1 dan ABT-2, asam sulfat yang berasal dari acid tank 3 didinginkan terlebih dahulu di Sheel & Tube Anodic Protection Acid Cooler. Suhu asam yang masuk ke ABT-1 dan ABT-2 dikendalikan sekitar 50 C. Sedangkan saat keluar dari ABT-1 dan ABT-2 sehunya naik menjadi 70 C. Hal 24

10 Aliran gas yang masuk ke ABT-1 dan ABT-2 berasal dari OTW dan CV-4. Aliran gas masuk dari bagian dasar menara, sedangkan aliran asam sulfat 98% masuk melalui bagian atas menara. Di dalam ABT-1 dan ABT-2, dipasang juga isian berupa packing dengan jenis berl saddle dan raschig ring berbahan keramik. Asam sulfat yang berasal dari ABT-1 dan ABT-2 kemudian masuk ke dalam acid tank 3 dengan konsentrasinya naik lebih dari 99%. Agar konsentrasi asam sulfat yang terdapat di acid tank berada pada kisaran 99%, dilakukan pengenceran dengan menggunakan air sebagai make up yang berasal dari unit utilitas. Gambar 3. 5 Menara Pengering dan Menara Absorbsi Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal 3.8 Pendinginan Produk Setelah produk melewati menara absorbsi dan kontak dengan gas SO3 yang panas, kemudian masuk dalam tangki make up membuat Asam Sulfat yang tadinya bersuhu 50 o C naik menjadi 70 o C. Untuk mengambil panas dari proses tersebut maka produk Asam Sulfat dilewatkan ke alat penukar pasa berupa Sheel & Tube Anodic Protection Acid Cooler. Panas yang dibawa oleh Asam Sulfat di dalam alat penukar panastersebut diserap oleh air pada sisi tube-nya. Hal 25

11 Gambar 3. 6 Sheel & Tube Anodic Protection Acid Cooler Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal 3.9 Pengolahan Gas Buang Komponen pencemar utama yang masuk dalam cerobong adalah gas SO 2 yang berasal dari konversi yang tidak sempurna dan gas SO 3 yang berasal dari proses absorbsi. Kedua gas ini merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan hujan asam. Oleh karena itu, sebelum dibuang ke atmosfer, konsentrasi SO 2 dan SO 3 yang terkandung dalam cerobong gas diserap hingga mencapai nilai ambang batas (NAB) yang telah ditentukan oleh pemerintah. Penurunan konsentrasi kedua gas tersebut dilakukan dengan menyerap gas SO 2 dan SO 3 dengan menggunakan larutan kostik soda (NaOH). Gas SO 2 dan SO 3 akan larut di dalam larutan dan bereaksi dengan NaOH menghasilkan larutan yang bersifat netral (garam) Pertukaran Panas pada Heat Exchanger (HE) HE-1A berfungsi untuk memanaskan gas keluaran dari filter gas hingga mencapai temperatur 448 C untuk diumpankan ke dalam CV-1. Fluida panas pada HE-1A adalah aliran gas keluaran CV-1 yang telah didinginkan terlebih dahulu di HE-1B. Fluida panas tersebut mengalir pada tube HE-1A. Fluida dingin HE-1A Hal 26

12 adalah aliran gas keluaran filter gas yang akan diumpankan ke dalam CV-1. Fluida dingin mengalir pada shell HE-1A. HE-1B berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas keluaran CV-1 dan aliran gas keluaran HE-2A. Fluida panas pada HE-1B adalah aliran gas keluaran CV-1. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-1B. Fluida dingin HE-1B adalah aliran gas keluaran dari tube HE-2A. Fluida dingin mengalir pada tube HE-1B. HE-2A berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas keluaran CV-4 dan aliran gas keluaran AT1 yang telah dipanaskan terlebih dahulu di HE- 2B. Fluida panas pada HE-2A adalah aliran gas keluaran CV-4. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-2A. Fluida dingin HE-2A adalah aliran gas dari tube HE-2B. Fluida dingin mengalir pada tube HE-2A. HE-2B berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas dari shell HE-2A dan aliran gas keluaran AT1. Fluida panas pada HE-2B adalah aliran gas keluaran CV-4 yang telah didinginkan terlebih dahulu di HE-2A. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-2B. Fluida dingin HE-2B adalah aliran gas keluaran AT1. Fluida dingin mengalir pada tube HE-2B. HE-N1 berfungsi untuk mendinginkan aliran gas keluaran CV-2 yang selanjutnya akan diumpakan ke dalam CV-3. Fluida panas pada HE-2B adalah aliran gas keluaran CV-2. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-N1. Fluida dingin HE-N1 adalah aliran udara bebas yang terdapat di sekitar unit produksi asam sulfat. Fluida dingin mengalir pada tube HE-N1. Hal 27

13 Gambar 3. 7 Alat Penukar Panas (Heat Exchanger) Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal HE-3 untuk mendinginkan aliran gas keluaran CV-4 yang selanjutnya akan diumpakan ke dalam AT2. Fluida panas pada HE-3 adalah aliran gas keluaran CV-4. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-N1. Fluida dingin HE-3 adalah aliran udara bebas yang terdapat di sekitar unit produksi asam sulfat. Fluida dingin mengalir pada tube HE Pengendalian Mutu Produk Pengendalian proses di unit produksi asam sulfat PT Timuraya Tunggal berlangsung secara manual. Pada beberapa titik-titik penting di unit produksi tersebut, dilakukan pengukuran tekanan dan temperatur. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termokopel dan pengukuran tekanan dilakukan dengan menggunakan manometer terbuka. Fluida yang digunakan pada manometer terbuka adalah air. Hal 28

14 Tabel 3. 2 Hasil Pengendalian Asam Drying a. Asam Drying (uji lab Vs conductivity) Tgl Drying pagi Drying Sore (%) selisih (%) selisih Lab Alat lab-alat Lab Alat lab-alat 17 98,17 97,70 0,47 98,46 98,00 0, ,21 97,90 0,31 98,64 99,00-0, ,07 98,30-0,23 98,82 99,30-0, ,64 98,60 0,04 98,95 99,10-0, ,78 98,80-0,02 98,60 98,70-0, ,41 99,40 0,01 98,66 98,80-0, ,89 99,60-0,71 98,65 98,60 0, ,60 98,40 0,20 98,27 98,20 0, ,39 98,00 0,39 98,11 97,70 0, ,86 98,40 0,46 97,96 97,90 0, ,54 98,50 0,04 98,31 98,20 0, ,30 98,30 0,00 98,45 98,60-0,15 30 x 98,51 98,45 98,38 98,36 s 0,31 0,45 0,35 0,29 0,46 0,24 Maks 99,41 99,60 0,80 98,95 99,30 0,47 Min 98,07 97,70-0,73 97,67 97,50-0,48 Sumber : Data Uji Lab QA Timuraya Nopember 2013 Pada setiap rentang waktu tertentu, dilakukan pencatatan hasil pengukuran temperatur dan tekanan. Hasil pengukuran temperatur dapat dilihat di ruang kontrol. Di dalam ruangan tersebut, dilakukan juga pengendalian semua motor listrik yang digunakan untuk menggerakan blower dan pompa. Untuk hasil pengukuran tekanan, dilakukan pengamatan langsung dilapangan. Hal 29

15 Tabel 3. 3 Hasil Pengendalian Asam Absorbsi b. Asam Absorbtion (uji lab Vs conductivity) Tgl Absorbtion pagi Absorbtion sore (%) selisih (%) selisih Lab Alat lab-alat Lab Alat lab-alat 17 99,44 99,14 0,30 99,60 99,23 0, ,51 99,24 0,27 99,58 99,36 0, ,53 99,52 0,01 99,76 99,74 0, ,70 99,43 0,27 99,79 99,55 0, ,76 99,39 0,37 99,40 99,26 0, ,74 99,39 0,35 99, , ,96 99,78 0,18 99,72 99,34 0, ,75 99,23 0,52 99,43 99,09 0, ,57 99,03 0,54 99,03 99, ,71 99,23 0, ,74 99,21 0,53 99,67 99,02 0, ,70 99,25 0,45 99,71 99,24 0,47 30 x 99,67 99,28 0,39 99,58 99,33 0,29 s 0,14 0,20 0,16 0,20 0,23 0,17 Maks 99,96 99,78 0,72 99,79 99,97 0,65 Min 99,33 98,85 0,01 99,03 99,02 0,02 Sumber : Data Uji Lab QA Timuraya Nopember 2013 Apabila temperatur yang tercatat berada di luar batas minimum atau maksimum, maka operator harus turun ke lapangan untuk melakukan tindakan pengendalian agar temperatur di titik tersebut kembali ke dalam batas. Pengendalian temperatur dilakukan dengan merubah laju alir aliran 5, 20, dan 23 (aliran dapat dilihat pada gambar 3.1). Perubahan laju alir dilakukan dengan pembukaan dan penutupan valve yang terdapat di pipa. Pengaturan kerja motor listrik dilakukan melalui panel listrik yang terdapat di ruang kontrol. Hal 30

16 Gambar 3. 8 Produk Asam Sulfat dalam kemasan jerigen Sumber : Dokumen pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Gambar 3. 9 Visual Asam Sulfat, sampel utuk uji di laboratorium Sumber : Dokumen lab QA PT Timuraya Tunggal Hal 31

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses produksi Asam Sulfat banyak menimbulkan panas. Untuk mengambil panas yang ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NERACA PANAS

PERHITUNGAN NERACA PANAS PERHITUNGAN NERACA PANAS Data-data yang dibutuhkan: 1. Kapasitas panas masing-masing komponen gas Cp = A + BT + CT 2 + DT 3 Sehingga Cp dt = Keterangan: Cp B AT T 2 2 C T 3 = kapasitas panas (kj/kmol.k)

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES DOUBLE CONTACT ABSORBER

PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES DOUBLE CONTACT ABSORBER PRA RENCANA PABRIK PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES DOUBLE CONTACT ABSORBER Disusun Oleh : WINDA MEI DARWATI (0831010050) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM. 23014038 MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 PENDAHULUAN Proses penghilangan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA 1 EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DENGAN PROSES DBWESTERN KAPASITAS 16.000 TON/TAHUN Oleh : FAHRIYA PUSPITA SARI SHOFI MUKTIANA SARI NIM. L2C007042

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.1.1 Waktu Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan judul usulan tugas akhir dan berkas seminar proposal oleh pihak jurusan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 70.000 TON / TAHUN JESSICA DIMA F. M. Oleh: RISA DEVINA MANAO L2C008066 L2C008095 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 URA1AN PROSES Methane, 99,85% dari tangki penyimpan bahan baicu (T-01) yang mempunyai kondisi suhu 30»C dan teka,ata, dipompa menuju vap0ri2er (VP), untuk diuapkan. Selanjutnya

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES A. Peralatan Proses 1. Reaktor ( R-201 ) : Mereaksikan 8964,13 kg/jam Asam adipat dengan 10446,49 kg/jam Amoniak menjadi 6303,2584 kg/jam Adiponitril. : Reaktor fixed bed

Lebih terperinci

Neraca Panas Heater II

Neraca Panas Heater II Neraca Panas Heater II aliran 15 t 1 = 50 C Heater II T 2 = 130 C steam T 1 = 130 C aliran 16 t 2 = 60 C 29 Komponen masuk H (kcal) Komponen keluar H (kcal) Aliran 16: Aliran 18: FFA: Metil ester asam

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk melakukan pengujian dan pengambilan data serta penulisan laporan akhir dari Juli

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya di bidang industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT 42 BAB III SPESIFIKASI ALAT 3.1. Reaktor Tugas 1. Tekanan 2. Suhu umpan 3. Suhu produk Waktu tinggal Shell - Tinggi - Diameter - Tebal Shell Head - Tebal head - Tinggi head Tabel 3.1 Reaktor R Mereaksikan

Lebih terperinci

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya? TES TERTULIS KODE UNIT : KTL.PO.20.111.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Air Condensate (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN : Tes tertulis ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman

Lebih terperinci

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA Disusun Oleh : Rezeki Dewantari Y 121080057 Dian Geta 121080078 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan berkembangnya teknologi saat ini dalam berbagai bidang, Indonesia dituntut agar dapat bersaing dengan negara-negara dalam bidang industri. Diperlukan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES KONTAK ABSORPSI GANDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES KONTAK ABSORPSI GANDA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES KONTAK ABSORPSI GANDA KAPASITAS 1. TON/TAHUN Disusun Oleh : 1. Yesi Novitasari ( I 5715 ) 2. Nur Halimah Murdiyati ( I 5749 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER Oleh : Mohammad Choirul Anam 4213 105 021 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 BOILER 1. Dasar Teori

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton. BAB I. PENGANTAR Perkembangan industri di Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan di segala bidang, terutama industri yang bersifat padat modal dan teknologi Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm) ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine 600-1200 rpm) Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 6308030042 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHYDE DENGAN PROSES METAL OXIDE

PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHYDE DENGAN PROSES METAL OXIDE EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHYDE DENGAN PROSES METAL OXIDE Oleh: Burhanudin Ardiansyah 21030110151046 Bima Bayu Ananta 21030110151096 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org DAFTAR PERIKSA OPSI NO. 8 : BOILER & PEMANAS FLUIDA TERMIS Tugas dan pemeriksaan berkala pada bagian luar boiler Seluruh pintu akses dan bidang kerja harus dirawat kedap udara dengan menggunakan paking

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Pupuk Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu 1. Pupuk organik yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci