PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA"

Transkripsi

1 BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan dengan sebaikbaiknya. Perilaku proses menunjukkan hubungan dan interaksi antar variabel proses yang berpengaruh pada sebuah unit atau alat proses yang mempunyai fungsi tertentu. Hubungan dan interaksi antar variabel proses dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan yang diturunkan berdasarkan konsep-konsep hukum kimia dan fisika yang berlaku dan sesuai dengan proses tersebut. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengetahuan proses pada reaktor sintesis urea yang dapat memberi gambaran tentang variabel-variabel proses yang berpengaruh terhadap konversi reaksi sintesis urea. Pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar dalam mengoperasikan proses pada kondisi operasi yang optimal, mengendalikan variabel-variabel proses yang berpengaruh, serta menganalisis dan menyelesaikan permasalahan proses yang terjadi khususnya pada unit reaktor urea. V.2 Kesetimbangan dan Konversi Reaksi Sintesis Urea Sintesis urea merupakan proses kompleks yang melibatkan fasa gas dan cair dari komponen-komponen yang bereaksi. Pembentukan urea melalui dua tahap reaksi. Reaksi pertama adalah pembentukan karbamat dari ammonia dan karbondioksida yang eksotermik dan berlangsung cepat, kemudian dilanjutkan oleh reaksi pembentukan urea dari karbamat yang bersifat endotermik dan berlangsung lambat. Persamaan reaksi yang terjadi ditunjukkan pada Lampiran A. Parameter proses yang mempengaruhi konversi sintesis urea adalah suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan perbandingan mol H 2 O/CO 2. Pada keadaan kesetimbangan, konversi sintesis urea yang merupakan fungsi dari parameter proses tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan empiris [Piotrowski, 1998] 48

2 dengan a adalah perbandingan mol NH 3 /CO 2, b adalah perbandingan mol H 2 O/CO 2 dan T adalah suhu dalam derajat Kelvin : ε* = -3, ,2677x10-1 a 1,8998x10-2 a 2 2,3155x10-1 b 1,144x10-1 (T/100) + 2,9879x10-2 1,3294x10-1 a(t/100) + 4,5348x10-1 (T/100) 2 5,5339x10-2 (T/100) 3 (V-1) Sementara itu konversi sesungguhnya yang dicapai, seperti yang terjadi pada reaktor urea di pabrik, dapat dinyatakan dalam perbandingan antara konversi sesungguhnya terhadap konversi kesetimbangan : η = ε / ε* (V-2) Berdasarkan stoikiometris dari persamaan reaksi, persamaan konversi kesetimbangan di atas dan persamaan hubungan tetapan kesetimbangan terhadap suhu (persamaan C-3 pada Lampiran), maka konversi pada reaktor dapat dihitung untuk data kondisi suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan H 2 O/CO 2 di reaktor. V.3 Parameter Proses yang Berpengaruh Terhadap Konversi Kesetimbangan Reaksi Sintesis Urea Untuk memahami dengan lebih jelas mengenai pengaruh suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan H 2 O/CO 2 terhadap konversi kesetimbangan sintesis urea digunakan persamaan empirik dari hasil penelitian Piotrowksi [1998], pada rentang variabel di sekitar kondisi operasi reaktor urea pabrik Kaltim-1. V.3.1 Pengaruh Suhu Pengaruh suhu terhadap konversi urea pada keadaan kesetimbangan, dengan berbagai harga perbandingan mol H 2 O/CO 2 ditunjukkan pada Gambar V.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada harga b tertentu, kenaikan suhu berpengaruh pada kenaikan harga konversi kesetimbangan hingga mencapai maksimum pada suhu sekitar 190 o C dan setelah itu kenaikan suhu ternyata menyebabkan 49

3 pengaruh sebaliknya. Efek suhu ini berkaitan dengan kombinasi efek panas dari kedua reaksi utama dalam proses sintesis urea. Reaksi pertama yaitu pembentukan karbamat yang bersifat eksotermik dan reaksi kedua yaitu pembentukan urea yang endotermik. Gambar V.1 Pengaruh suhu terhadap konversi kesetimbangan pada reaksi sintesis urea V.3.2 Pengaruh Perbandingan Mol H 2 O/CO 2 Pengaruh perbandingan mol H 2 O/CO 2 terhadap konversi kesetimbangan reaksi sintesis urea dengan variasi harga a untuk suhu 190 o C ditunjukkan pada Gambar V.2. Dari gambar tersebut ditunjukkan bahwa makin besar harga perbandingan mol H 2 O/CO 2, maka harga konversi kesetimbangan sintesis urea makin rendah. Hal ini cukup jelas jika ditinjau dari persamaan reaksi, khususnya pada reaksi pengubahan karbamat menjadi urea dan air. Kehadiran air dalam campuran reaksi sintesis urea mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke arah kiri, artinya konversi kesetimbangan menjadi lebih rendah dengan makin besarnya konsentrasi air dalam campuran. 50

4 Gambar V.2 Pengaruh perbandingan mol H 2 O/CO 2 terhadap konversi kesetimbangan pada reaksi sintesis urea V.3.3 Pengaruh Perbandingan Mol NH 3 /CO 2 Pengaruh perbandingan mol NH 3 /CO 2 terhadap konversi kesetimbangan reaksi sintesis urea pada harga perbandingan mol H 2 O/CO 2 0,9 dan berbagai suhu ditunjukkan pada Gambar V.3. Terlihat bahwa pada suhu tertentu, makin besar harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 maka makin besar pula harga konversi kesetimbangan reaksi sintesis urea. Dapat dipahami bahwa pada perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang rendah berarti terdapat kelebihan karbondioksida sehingga konversi (basis CO 2 ) akan rendah, sedangkan sebaliknya terjadi kelebihan ammonia yang memungkinkan konversi tinggi pada perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang tinggi. Konversi kesetimbangan untuk garis kurva suhu yang lebih rendah adalah juga lebih rendah hingga pada angka perbandingan mol NH 3 /CO 2 sekitar 4,25-4,50 namun di atas itu terlihat kebalikannya yaitu konversi kesetimbangan lebih tinggi untuk suhu yang lebih rendah. 51

5 Gambar V.3 Pengaruh perbandingan mol NH 3 /CO 2 terhadap konversi kesetimbangan pada reaksi sintesis urea V.3.4 Pemilihan Harga Variabel Proses Yang Mempengaruhi Konversi Pada Reaktor Urea di Pabrik Uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga konversi kesetimbangan pada reaksi sintesis urea di atas dapat dijadikan dasar dalam memilih dan menentukan kondisi operasi reaktor di pabrik. Selain faktor suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan perbandingan mol H 2 O/CO 2 seperti uraian di atas, ada faktor-faktor lain baik dari teknik proses maupun ekonomi yang menjadi pertimbangan terhadap kondisi operasi yang dipilih. Pada sistem di reaktor urea yang melibatkan campuran fasa cair dan uap, suhu juga berhubungan dengan tekanan sistem. Makin tinggi tekanan sistem maka makin tinggi pula suhu yang dapat dicapai pada campuran uap-cair dalam sistem reaksi sintesis urea yang berada dalam kondisi kesetimbangan. Dengan demikian dipilih harga suhu yang optimal pada tekanan sistem yang masih dapat diterima (berhubungan dengan peralatan tekanan tinggi). Pada teknologi urea daur-ulang total konvensional seperti pabrik urea Kaltim-1, sesuai dengan Gambar V.3.1 maka suhu reaktor yang dipilih adalah sekitar 190 o C dengan tekanan sekitar 200 kg/cm 2. 52

6 Harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang dipilih adalah 4,0 sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Gambar V.3.3 bahwa untuk kurva suhu 190 o C pada harga tersebut akan diperoleh konversi kesetimbangan tertinggi. Seperti telah dibahas bahwa harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang tinggi akan menghasilkan konversi kesetimbangan yang tinggi pula, namun perlu diperhatikan bahwa kelebihan ammonia dari reaktor akan menjadi beban pada unit proses pemisahan dan pengambilan kembali ammonia, yang berakibat pada konsumsi energi yang lebih besar. Perbandingan mol H 2 O/CO 2 diharapkan rendah agar konversi kesetimbangan reaksi sintesis urea makin tinggi. Dari reaksi sintesis urea sendiri air dihasilkan sebagai hasil samping pada reaksi terbentuknya urea dari karbamat. Oleh karena itu untuk meminimalkan kandungan air adalah dengan cara mengusahakan agar kandungan air dalam campuran karbamat daur-ulang reaktor, yang berasal dari ammonia dan karbondioksida yang yang tidak bereaksi, serendah mungkin. Namun demikian air diperlukan sebagai pelarut ammonia dan karbondioksida menjadi larutan karbamat dan ada batasan kandungan air minimal yang diperbolehkan pada suhu tertentu, karena jika terlalu rendah dapat mengakibatkan karbamat berada dalam fasa padat (membeku). Berdasarkan pertimbangan seperti itu, pada umumnya kandungan air dalam reaktor urea di industri berada dalam rentang perbandingan mol H 2 O/CO 2 sebesar 0,1-1,0 dan untuk pabrik urea Kaltim-1 dengan kandungan air dalam larutan karbamat sekitar 20-22,5% berat, harga perbandingan mol H 2 O/CO 2 adalah 0,88. V.4 Perhitungan Konversi Reaksi Sintesis Urea di Pabrik Urea Kaltim-1 Konversi reaksi sintesis urea dihitung berdasarkan fraksi terhadap konversi pada kesetimbangan. Konversi kesetimbangan reaksi sintesis urea yang merupakan fungsi dari suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan perbandingan mol H 2 O/CO 2 dengan persamaan empiris dari Piotrowski [1998]. 53

7 Langkah-langkah dan persamaan yang digunakan dalam perhitungan konversi dapat dilihat pada Lampiran C. Hasil perhitungan dan perbandingannya terhadap data pabrik urea Kaltim-1 ditampilkan pada Tabel V-1. Tabel V.1 Perbandingan konversi reaktor urea K-1 dari hasil perhitungan dan data perancangan Parameter reaksi Nilai a (NH 3 / CO 2 ), mol/mol 4,01 b (H 2 O/ CO 2 ), mol/mol 0,88 Suhu, o C 463,15 Tekanan, kg/cm Komposisi, fraksi mol Data Perhitungan Urea 0,1107 0,1133 NH 3 0,5333 0,5312 CO 2 0,0765 0,0758 H 2 O 0,2746 0,2797 Biuret 0, Konversi kesetimbangan - 0,6629 Konversi aktual (CO 2 ) 0,60 0,5992 Fraksi konversi kesetimbangan 0,95 0,9039 Pada tabel tersebut terlihat bahwa hasil perhitungan untuk komposisi dan konversi sintesis cukup sesuai dengan data perancangan dari pabrik urea Kaltim-1, namun untuk fraksi konversi terhadap konversi pada kesetimbangan hasil perhitungan sekitar 5% lebih kecil daripada data perancangan. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh persamaan konversi kesetimbangan yang digunakan. Dari data perancangan tidak diperoleh informasi harga konversi kesetimbangan. Pada perhitungan di atas juga belum memperhitungkan pembentukan biuret yang merupakan hasil samping dengan persamaan reaksi A-6 pada Lampiran A. 54

8 Berbagai sebab memungkinkan kondisi operasi reaktor tidak sesuai lagi dengan desain awal proses, sehingga diperlukan alat bantu untuk memprediksi efek dari perubahan tersebut terhadap konversi reaksi sintesis urea. Contoh kasus adalah penurunan unjuk kerja kompresor CO 2 yang tidak mampu lagi memasok CO 2 dengan tekanan setinggi 200 kg/cm2, sehingga kondisi reaktor beroperasi dengan tekanan dan suhu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Cara perhitungan seperti di atas sangat berguna secara praktis dan cepat di pabrik untuk mengevaluasi konversi sintesis urea yang akan diperoleh jika terjadi perubahan kondisi proses. Perhitungan yang telah dilakukan dalam menentukan konversi reaksi pada reaktor urea pabrik Kaltim-1, baru menggunakan persamaan-persamaan kesetimbangan dan stoikiometri dari komponen-komponen dan belum melibatkan model kinetika reaksi serta kesetimbangan fasa uap-cair dari komponen-komponen yang bereaksi. Namun untuk ke depan, perlu dikembangkan model simulasi reaktor urea baik kondisi tunak maupun dinamik agar pengetahuan tentang proses sintesis urea yang lebih rinci dapat dikuasai. Pengembangan model simulasi urea cukup kompleks karena dibutuhkan pengetahuan mengenai model termodinamika dan kesetimbangan fasa campuran uap-cair, selain kesetimbangan kimia dan kinetika reaksi pada sistem sintesis urea. Berdasarkan data dan hasil perhitungan dari Tabel V-1 diketahui bahwa konversi aktual proses sintesis urea di reaktor pabrik Kaltim-1 sekitar 90-95% dari harga konversi pada kesetimbangan. Konversi reaksi sintesis urea aktual yang dapat dicapai, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor suhu, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan H 2 O/CO 2 seperti telah diuraikan sebelumnya, juga dipengaruhi oleh tipe dan ukuran reaktor. Reaktor yang digunakan saat ini adalah jenis reaktor kolom vertikal dengan 10 sieve tray dan volume reaktor sebesar 270 m 3. Ukuran reaktor menentukan waktu tinggal pereaksi. Dari kecepatan reaksi pembentukan urea yang lambat, maka akan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai kesetimbangan, artinya dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat besar pula 55

9 untuk laju alir pereaksi dengan kapasitas produksi urea pada skala pabrik. Upayaupaya studi untuk meningkatkan konversi reaksi banyak dilakukan dengan mengembangkan model-model tray reaktor sehingga diharapkan lebih mendekati konversi pada kesetimbangan. Dengan konversi yang lebih tinggi akan memungkinkan dicapai peningkatan produksi dan efisiensi konsumsi energi yang lebih baik. V.5 Pengendalian Proses Pada Pengoperasian Reaktor Urea Kaltim-1 Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan mengenai beberapa variabel proses yang menentukan konversi kesetimbangan, pemilihan kondisi operasi, serta fraksi pencapaian konversi aktual terhadap konversi kesetimbangan. Pemahaman akan hal tersebut menjadi pengetahuan proses mendasar yang diperlukan dalam mengoperasikan dan mengendalikan proses sintesis urea di pabrik. Dengan demikian jika terjadi penyimpangan pada proses dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya (troubleshooting), yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk prosedur atau instruksi yang baku pada pengoperasian pabrik urea. V.5.1 Pengendalian Suhu Untuk memperoleh konversi urea sesuai sasaran, sebagai acuan adalah suhu puncak reaktor yang sesuai data perancangan harus dijaga pada rentang o C. Suhu yang terlalu rendah akan mengakibatkan konversi reaksi yang lebih rendah. Suhu keluaran reaktor terutama dipengaruhi oleh tekanan, perbandingan mol NH 3 /CO 2 dan suhu aliran umpan. Suhu berkaitan dengan tekanan dalam reaktor, makin tinggi tekanan sistem sintesis urea makin tinggi pula suhunya. Tekanan dikendalikan oleh katup ekspansi pengendali tekanan di outlet reaktor, yang menjaga tekanan normal sesuai desain sekitar kg/cm 2. 56

10 Perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan tidak tercapainya sasaran suhu puncak reaktor karena akan lebih banyak ammonia yang tidak bereaksi teruapkan. Selain itu ammonia yang terlalu banyak akan meningkatkan beban di unit resirkulasi, efeknya konsumsi energi akan besar. Panas yang dibawa oleh aliran umpan terutama ammonia juga berpengaruh terhadap suplai panas yang dibutuhkan untuk reaksi sintesis urea. Panas yang dibawa aliran ammonia diperoleh dari preheater sehingga pada kondisi normal suhu aliran ammonia yang masuk reaktor adalah o C. Suhu reaktor dipantau oleh beberapa instrumen indikator suhu dari dasar hingga puncak reaktor. Apabila terjadi penyimpangan suhu reaktor di bawah batasan normal maka beberapa variabel proses di atas perlu diperiksa dan dikendalikan. V.5.2 Pengendalian Rasio Mol NH 3 / CO 2 Harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 dipengaruhi dari aliran umpan yang masuk ke dalam reaktor, yang terdiri dari umpan segar ammonia dan karbondioksida serta larutan karbamat daur-ulang. Untuk mencapai sasaran harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 di outlet reaktor adalah 4, maka perbandingan mol NH 3 /CO 2 pada umpan reaktor adalah sekitar 6. Beberapa cara untuk memastikan bahwa parameter tersebut dapat dicapai adalah dengan menghitung perbandingan indikasi laju alir ammonia (kontinyu) dan berdasarkan hasil analisis laboratorium atas contoh keluaran reaktor (setiap 4 jam). Adalah mudah dimengerti bahwa harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang rendah menunjukkan kekurangan aliran ammonia atau kelebihan karbondioksida yang masuk reaktor. Begitu pula sebaliknya, jika perbandingan mol NH 3 /CO 2 lebih besar dari 4,0 berarti terjadi kelebihan pasokan ammonia atau kekurangan karbondioksida di dalam reaktor. Dalam praktek di pabrik, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan tindakan yang akan dilakukan untuk 57

11 memperbaiki kondisi jika terjadi penyimpangan harga perbandingan mol NH 3 /CO 2. Dalam larutan karbamat daur-ulang yang terdiri dari ammonia, karbondioksida dan air, konsentrasi ammonia dan karbondiksida besarnya hampir sama yaitu sekitar 40% berat. Oleh karena itu untuk mengubah harga perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang adalah dengan mengubah laju alir umpan segar ammonia atau karbondioksida. Yang perlu diperhatikan adalah mengenai ketersediaan ammonia dan karbondioksida tersebut. Untuk ammonia dapat disuplai baik dari pabrik ammonia yang sedang berproduksi maupun dari tangki ammonia baik dari tangki penyimpanan produk ammonia dari seluruh pabrik maupun tangki ammonia penyangga yang ada di pabrik urea sendiri. Sedangkan untuk karbondioksida, suplai langsung dari pabrik ammonia yang sedang berproduksi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan alat proses untuk menyuplai ammonia dan karbondioksida dengan tekanan sesuai untuk kondisi reaktor. Untuk ammonia digunakan pompa torak yang dijalankan paralel tergantung tingkat kapasitas produksi, sedangkan untuk karbondioksida digunakan kompresor centrifugal. Pengoperasian kompresor lebih kritis karena sumber karbondioksida yang berhubungan langsung dengan pabrik ammonia yang aktif, sehingga perlu koordinasi yang baik antar kedua pabrik. Gangguan pada salah satu pabrik akan mempengaruhi operasi pabrik yang lainnya. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut, maka pengubahan aliran ammonia lebih mudah dilakukan daripada pengubahan aliran karbon dioksida. Begitu pula perlu diperhatikan prioritas yang harus diperhatikan saat menaikkan atau menurunkan kapasitas produksi. Pada saat menaikkan laju produksi, penambahan aliran ammonia dilakukan lebih dahulu daripada karbondioksida dan sebaliknya jika menurunkan laju produksi pengurangan karbondioksida dilakukan lebih dahulu. 58

12 V.5.3 Pengendalian Rasio Mol H 2 O/CO 2 Indikasi bahwa parameter perbandingan mol H 2 O/CO 2 di reaktor melebihi batasan operasi normal dapat diketahui berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap contoh keluaran reaktor. Gangguan terhadap sasaran perbandingan mol H 2 O/CO 2 di reaktor, terutama disebabkan oleh perubahan konsentrasi air di dalam larutan karbamat yang masuk ke reaktor. Larutan karbamat dihasilkan oleh unit proses MPCC (medium pressure carbamat condenser). Oleh karena itu perlu dipahami aliran-aliran proses yang berhubungan dengan MPCC serta pengendalian kandungan air pada larutan karbamat yang akan dikirim ke reaktor. Pada Gambar V.4 diperlihatkan skema aliran proses di MPCC. Ke Condenser NH3 NH3-water NH3 Air pendingin Washing column Separator Karbamat DKM MPCC Gas keluaran Reaktor Karbamat ke Reaktor Pompa karbamat Gambar V.4 Skema unit proses MPCC yang menyuplai larutan karbamat ke reaktor 59

13 Aliran-aliran proses yang berhubungan dengan MPCC adalah gas dari keluaran reaktor, gas dari resirkulasi tingkat pertama, larutan karbamat dari pabrik melamin, larutan karbamat encer dari unit pengolahan limbah, serta gas/larutan ke/dari kolom pencuci (washing column). Dengan demikian untuk mencegah agar tidak terlalu banyak air yang masuk ke reaktor adalah dengan menjaga kondisi operasi dan larutan karbamat dari MPCC, serta aliran-aliran proses yang terkait tetap berada dalam batas normal operasi. Sebaliknya jika terjadi penyimpangan sehingga perbandingan mol H 2 O/CO 2 di reaktor melebihi batas normal, maka harus dilakukan pengendalian di MPCC atau aliran proses terkait. V.6 Aplikasi Pengetahuan Proses Sintesis Urea Sebagai Basis Pengetahuan di Pabrik Urea Pengetahuan mengenai proses yang lengkap sangat diperlukan dalam pengembangan sistem berbasis pengetahuan yang akan diaplikasikan di pabrik. Pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konversi reaksi sintesis urea, menggambarkan perilaku proses yang terjadi pada reaktor urea sebagai hasil interaksi dari variabel-variabel proses yang berpengaruh. Perilaku proses menunjukkan hubungan sebab-akibat antar berbagai variabel proses, dalam hal ini sintesis urea di reaktor. Secara kuantitatif hubungan dan pengaruh antar variabel-variabel proses dapat diketahui dari perhitungan atau simulasi proses. Dalam representasi pengetahuan seringkali perilaku proses tersebut dinyatakan secara kualitatif. Pada proses sintesis urea beberapa contoh adalah : suhu yang rendah mengakibatkan konversi urea rendah, perbandingan mol NH 3 /CO 2 yang makin besar akan meghasilkan konversi urea yang makin tinggi atau perbandingan mol H 2 O/CO 2 yang makin tinggi akan mengakibatkan konversi urea rendah. Dalam pengembangan sistem berbasis pengetahuan, pengetahuan mengenai perilaku proses yang demikian akan dapat dinyatakan dalam aturan-aturan yang akan menyusun basis pengetahuan. 60

14 Model pengetahuan proses akan saling melengkapi dengan pengetahuan heuristis yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Model proses dapat menjelaskan bagaimana sebuah masalah dapat terjadi berdasarkan model-model hubungan antar variabel proses, sehingga penyebab masalah dapat ditentukan dan langkah solusi dapat diputuskan. Dengan model proses berbagai situasi masalah dapat disimulasikan sebagai bahan analisis agar diketahui tindakan penyelesaian yang tepat untuk meminimalkan tindakan coba-coba pada proses sesungguhnya sebagaimana proses terbentuknya pengetahuan heuristis. 61

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS BAB VII MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS VII.1 Pendahuluan Tujuan pada bab ini adalah membuat suatu contoh aplikasi sistem berbasis pengetahuan untuk membantu dalam troubleshooting

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Umum Penelitian untuk merumuskan sistem berbasis pada penanganan permasalahan di pabrik urea Kaltim-1 ini secara garis besar dilakukan dalam tahapan-tahapan

Lebih terperinci

FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1

FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1 FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1 TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES Penyusun : Any Mas ulah 2307 030 077 Vera Laily Rahmah 2307 030 087 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT 19510403 198503 2 001 SEJARAH

Lebih terperinci

Tabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006]

Tabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006] BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tersedianya sumber daya migas yang potensial sebagai bahan baku merupakan faktor penting untuk tumbuh dan berkembangnya industri petrokimia yang produknya selain memenuhi

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA Design 2 1. Conceptual design: develop a preliminary flowsheet using approximate methods. 2. Preliminary design: use rigorous simulators to evaluate steady- state and

Lebih terperinci

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Abstrak Adjie Ridhonmas, Estiyanti Ekawati, dan Agus Samsi Program

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Kimia

Pengantar Teknik Kimia OPERASI TEKNIK KIMIA Operasi dalam hal ini, diartikan sebagai perlakuan kepada bahan/campuran bahan, untuk mengupayakan perubahan tertentu (namun bukan perubahan kimia), dengan menggunakan bahan lain dan

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM KINETIKA ESTERIFIKASI (KIS) Disusun oleh: Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. Joanna Nadia, S.T., M.Sc. PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urea Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

KEBERADAAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SARJANA TEKNIK KIMIA PADA PERANCANGAN ALAT PROSES

KEBERADAAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SARJANA TEKNIK KIMIA PADA PERANCANGAN ALAT PROSES KEBERADAAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SARJANA TEKNIK KIMIA PADA PERANCANGAN ALAT PROSES Ruang Lingkup 1. Keberadaan Sarjana Teknik Kimia di Bidang Industri 2. Sarjana Teknik Kimia sebagai Perancang Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

Proses Produksi Amonia

Proses Produksi Amonia Proses Produksi Urea Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu: (1) Sintesa Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian.

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian. BAB II DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemrosesan yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Latar Belakang CO 2 mengurangi nilai kalor menimbulkan pembekuan pada

Lebih terperinci

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM:

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM: PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK UREA DENGAN BAHAN BAKU GAS SINTETIS DENGAN KAPASITAS 120.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia OLEH : ERIKA MONA

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Oleh. Dewi Candrawati

Oleh. Dewi Candrawati 126 Lampiran 4 Oleh Dewi Candrawati 2014 127 Petunjuk Pengerjaan: 1. Tes diagnostik ini terdiri dari delapan soal pilihan ganda dua tingkat. 2. Setiap soal memiliki 4 pilihan jawaban dan 5 pilihan alasan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel.

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel. II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Adiponitril dibuat dengan beberapa macam proses, antara lain (Kirk and Othmer,1952) : 1. Dari asam adipat dan amoniak HOOC-(CH 2 ) 4 -COOH + 2NH 3 NC-(CH 2 )

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys 4.1 HASIL OPTIMASI SUMUR GAS Optimasi sumur gas yang dilakukan dimulai dari pengumpulan data sumur gas

Lebih terperinci

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR Bagaimana Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat Padat dalam Zat Cair Oleh : Fitria Anjar Sari 124254074 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMPKN KELAS PPKn

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan Hukum III termodinamika Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Oleh : Annisa Shanti Rahmani I 0510004 Fitri Rista Riana I 0510016 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA Pada kuliah terdahulu telah diberikan contoh kasus neraca massa tanpa reaksi kimia. Berikut ini akan dibahas neraca massa dimana reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar energi dihasilkan dari bahan bakar

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir. Winarsih Oleh : Maeka Dita Puspa S. 2306 100 030 Pritta Aprilia M. 2306

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari PV Work Irreversible (Pressure External Constant) Kompresi ireversibel: Kerja = Gaya x Jarak perpindahan W = F x l dimana F = P ex x A W = P ex x A x l W = - P ex x

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK BAB IV PEMBAHASAN Dalam pemurnian anoda, unsur-unsur pengotor dihilangkan dengan cara memisahkan mereka ke dalam terak melalui proses pemurnian oksidasi. Untuk mengetahui seberapa baik proses pemisahan,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci