BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY"

Transkripsi

1 BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi membran bernama Havival yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara yang terjadi di SPBU akibat penguapan bensin yang tidak terkendali. Untuk itu perlu dilakukan pengujian performansi membran pada skala laboratorium. Hasil dari pengujian tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk memilih material membran yang paling ideal digunakan pada sistem vapor recovery yang akan dikembangkan tersebut. Telah dijelaskan pada subbab.4.1 bahwa fungsi yang diharapkan dari sistem vapor recovery dengan teknologi membran adalah memisahkan campuran uap bensin dengan udara. Oleh karena itu perlu dipilih membran yang dapat memisahkan uap bensin berupa VOC dengan udara. 3.1 Metodologi Pemilihan dan Pengujian Metodologi yang akan dilakukan untuk melakukan pemilihan dan pengujian membran yang sesuai dapat dilihat pada diagram alir berikut: Gambar 3.1 Diagram alir pelaksanaan pengujian dan pemilihan membran 30

2 3. Pemisahan VOC dengan Teknologi Membran Hingga saat ini, telah banyak terdapat penelitian dan percobaan untuk memisahkan VOC dari berbagai macam komponen dengan menggunakan teknologi membran. Salah satu dari penelitian tersebut merupakan thesis dengan judul Separasi VOC dari Nitrogen oleh Membran Komposit Hollow Fiber. Thesis tersebut disusun oleh Yujing Liu dari Universitas Waterloo di Kanada pada tahun 003 [18]. Mengingat sistem vapor recovery yang hendak dikembangkan bertujuan untuk memisahkan VOC dari udara (78% nitrogen, 1% oksigen, 1% lain-lain), maka thesis tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memilih membran yang sesuai. Selanjutnya akan dibahas sedikit mengenai isi dari thesis tersebut. Tujuan utama dari thesis tersebut adalah untuk mengembangkan sebuah membran komposit dari material PEBA (polyether block amide) / PVDF (polyvinylidene fluoride) dengan bentuk modul hollow fiber untuk seperasi uap bensin dari nitrogen. Membran komposit tersebut diujikan untuk seperasi VOC dari uap bensin berupa hexane, cyclohexane, heptane, DMC, MTB, methanol dan ethanol dari nitrogen. Berikut gambar skema dari membran komposit: Gambar 3. Gambar skema membran komposit [18] PEBA digunakan sebagai top layer untuk menentukan selektivitas pada membran komposit. Sedangkan PVDF digunakan sebagai porous support untuk memberikan ketahanan mekanik yang baik serta ketahanan minimum yang diperlukan terhadap aliran permeate sehingga memberikan permeabilitas yang baik pada membran komposit. Kelebihan dari PEBA maupun PVDF adalah keduanya memiliki ketahanan kimia yang baik. Berikut beberapa kesimpulan dari thesis tersebut: Komponen VOC dari uap bensin berupa hexane, cyclohexane, heptane, DMC, MTB, methanol dan ethanol dapat diseparasi dari nitrogen dengan efektif 31

3 menggunakan membran komposit dari PEBA/PVDF dengan modul berupa hollow fiber. Permeabilitas dan selektivitas dari membran bertambah sesuai dengan peningkatan konsentrasi VOC umpan dan/atau pengurangan temperatur operasi. Membran yang diujikan cukup stabil selama periode 10 bulan percobaan pada kondisi operasi yang bervariasi (temperatur, komposisi dan konsentrasi). 3.3 Pemilihan Membran yang Hendak Diuji Setelah dilakukan studi literatur mengenai separasi VOC menggunakan teknologi membran, maka ditentukan dua jenis membran yang hendak diuji, yaitu material membran PVDF serta material membran PVA Membran PVDF (polyvinylidene fluoride) Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh Yujing Liu dalam thesisnya maka dapat disimpulkan bahwa membran komposit dari PEBA/PVDF dengan modul hollow fiber efektif untuk memisahkan VOC dari uap bensin dengan udara [18]. Namun pengujian dengan menggunakan membran jenis tersebut belum dapat dilakukan karena mengalami kendala sebagai berikut: Pembuatan membran komposit dari PEBA/PVDF memerlukan pembuatan dengan metode khusus sehingga tidak terdapat di pasaran. Pembuatan modul membran jenis hollow fiber memerlukan biaya yang sangat tinggi. Karena itu pengujian akan dilakukan hanya dengan menggunakan membran PVDF dengan modul flat and frame dengan pertimbangan sebagai berikut: Dari studi literatur menunjukkan bahwa membran PVDF memiliki permeabilitas yang baik untuk memisahkan VOC dari uap bensin dengan nitrogen. Penyediaannya mudah karena banyak terdapat di pasaran. Penggunaan modul flat and frame cukup memadai karena dalam proses pengujian debit umpan kecil dan tidak sebesar yang terjadi pada kondisi lapangan. 3

4 Berikut akan dibahas sedikit mengenai membran PVDF. PVDF memiliki kekuatan mekanik yang tinggi serta stabilitas termal dan kimia yang baik. Karena sifat-sifatnya, PVDF menjadi salah satu jenis polymer yang banyak digunakan pada berbagai aplikasi industri antara lain industri manufaktur elektrik, proses kimia, kertas dan transportasi. PVDF menggabungkan sifat dari material karet dan plastik sehingga memiliki ketahanan kimia yang baik. Struktur umum polymer PVDF ditunjukan pada gambar berikut: Gambar 3.3 Struktur umum polimer PVDF [3] 3.3. Membran PVA (polyvinyl alcohol) Pengujian kedua akan dilakukan menggunakan membran PVA dengan modul yang sama, yaitu flat and frame. Membran jenis ini dipilih berdasarkan pada skripsi berjudul Perancangan Sistem Vapor Recovery di SPBU dengan Menggunakan Membran.Skripsi tersebut disusun oleh Dyah Bakti Persada dari Teknik Mesin ITB pada tahun 006 [1]. Dalam skripsi tersebut disebutkan bahwa membran PVA dengan modul flat and frame telah diuji untuk memisahkan VOC dari uap bensin dengan udara. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan membran PVA kurang efektif. Namun disebutkan bahwa pada proses pengujian tersebut terdapat beberapa kekurangan, yaitu: Media pendingin yang digunakan tidak mencukupi sehingga uap hasil pengujian tidak tertangkap dengan baik. Wadah umpan yang digunakan tidak kedap udara sehingga terlalu banyak komposisi udara pada campuran uap bensin-udara. Debit umpan terlalu kecil karena hanya menggunakan pompa tangan. Karena itu membran PVA akan kembali diuji dengan memperbaiki kekurangankekurangan tersebut. Berikut akan dibahas sedikit mengenai membran PVA. Polymer polyvinyl alkohol sudah banyak digunakan sejak tahun 194 dan pertama kali dikembangkan oleh Herman dan Haehenel. Pada awal-awal tahun 33

5 pengembangannya, aplikasi PVA ialah untuk kepentingan tekstil. Namun sekarang ini penggunaan PVA sudah sangat luas antara lain untuk olahraga memancing, sebagai bahan adhesive dan pengental untuk cat lateks, pelapis kertas, hairspray, shampo, dan lem, sebagai bahan penguat semen, sebagai pelumas contact lens, dan lain-lain. Gambar 3.4 Struktur umum polimer PVA [1] PVA memiliki kekuatan tarik, fleksibilitas, dan juga kemampuan sebagai pembatas oksigen yang tinggi. Sifat-sifat ini tergantung pada kelembaban, dengan kata lain semakin tinggi kelembaban semakin banyak air yang diserap sehingga menurunkan kekuatan tarik dan menarikan elongasinya. PVA tidak berbau, tidak beracun, dan juga bersifat tahan terhadap oli, gemuk dan pelarut lainnya. 3.4 Persiapan Peralatan Pengujian Berikut gambar skema dari model pengujian membran: Katup 1 Wadah Pengumpan Retentat Kondensator Katup 3 Modul Membran Permeat Kondensator Pompa Vakum Katup P-3 Wadah Umpan Gambar 3.5 Skema model pengujian membran 34

6 Skema pengujian tersebut merupakan model dari proses unloading pada SPBU. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab.3., proses unloading merupakan proses penyaluran bensin dari truk penyalur ke tangki timbun. Pada skema pengujian, wadah pengumpan dimodelkan sebagai truk penyalur dan wadah umpan dimodelkan sebagai tangki timbun. Karena perbedaan ketinggian, maka secara otomatis bensin akan mengalir dari wadah pengumpan ke wadah umpan. Penambahan bensin cair pada wadah umpan akan mendorong campuran uap bensin dan udara keluar menuju modul membran. Selanjutnya, diharapkan modul membran akan memisahkan uap bensin menuju tabung permeat dan udara menuju tabung retentat. Pada setiap tabung permeat dan retentat diberikan kondensator berupa es kering untuk mencairkan uap yang ditangkap agar lebih mudah dilakukan analisis lebih lanjut. Pompa vakum dipasang pada tabung permeat untuk menghasilkan driving force yang diperlukan agar terjadi proses separasi pada modul membran. Berikut peralatan-peralatan yang digunakan pada proses pengujian: Wadah pengumpan Untuk wadah pengumpan digunakan tabung kaca dengan kapasitas 5 liter serta diameter 15 cm. Tabung kaca ini dilengkapi saluran pada bagian bawah sebagai tempat bensin mengalir keluar dengan katup pada bagian bawah. Saluran tersebut dilengkapi katup untuk mengatur aliran bensin yang diinginkan. Gambar 3.6 Foto wadah pengumpan 35

7 Wadah umpan Untuk wadah umpan digunakan tabung kaca dengan kapasitas 10 liter serta diameter 19 cm. Tabung kaca ini dilengkapi dengan penutup dari karet agar kedap udara. Penutup tersebut dilengkapi dengan dua saluran. Satu saluran sebagai saluran masuk tersambung dengan wadah pengumpan. Saluran lainnya sebagai saluran keluar tersambung dengan modul membran. Gambar 3.7 Foto wadah umpan Modul membran Seperti yang telah disebutkan di atas, jenis modul yang digunakan adalah jenis flat and frame dengan luas permukaan 100 cm. Sedangkan material membran yang digunakan berupa PVDF dan PVA. Gambar 3.8 Material membran PVDF 36

8 Gambar 3.9 Proses pemasangan membran pada modul Membran dipasang secara seri di dalam modul untuk meningkatkan selektivitas. Karena itu terdapat satu saluran umpan dan satu saluran permeat dengan dua saluran retentat. Permeate Retentat Umpan Gambar 3.10 Foto modul membran Tabung kondensator Pada tabung kondensator digunakan es kering sebagai media pendingin untuk mencairkan uap yang ditangkap. Es kering dipilih karena memiliki titik sublimasi hingga ± C dan dapat mempertahankan temperatur tersebut dalam waktu yang cukup lama. Gambar 3.11 Foto tabung kondensator beserta es kering 37

9 Pompa vakum Pompa vakum yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : o Model : TW-1C ( Taiwan) o Daya : 50 W o Tekanan Vakum : 10 Pa o Kapasitas : cfm o Berat : 13 kg o Dimensi : 337,5 x 13 x 55 mm Gambar 3.1 Foto pompa vakum Pressure gauge Pressure gauge digunakan untuk memeriksa apakah sistem model pengujian sudah berada dalam keadaan vakum atau belum. Pressure gauge yang digunakan berupa jenis digital dan dipasang di antara saluran permeat menuju pompa vakum. Gambar 3.13 Foto pressure gauge digital 38

10 berikut: Set-up pengujian dengan peralatan-peralatannya dapat dilihat pada gambar Tabung Kondensator Permeat Pressure Gauge Wadah Bensin Modul Membran Pompa Vakum Tabung Kondensator Retentat Gambar 3.14 Set-up pengujian membran Wadah Pengumpan Modul Membran Wadah Umpan Gambar 3.15 Foto wadah bensin 3.5 Prosedur Pengujian Berikut prosedur yang perlu dilakukan dalam melakukan pengujian performansi membran: a. Memastikan seluruh sistem pengujian berada dalam keadaan tertutup agar dapat dicapai keadaan vakum yang diperlukan sebagai driving force untuk 39

11 proses separasi pada membran. Keadaan tertutup tersebut dicapai dengan cara menyegel semua sambungan yang ada menggunakan selotip silikon. b. Membuka katup pada wadah pengumpan agar bensin dapat mengalir menuju wadah umpan. Lalu membuka katup pada wadah umpan agar uap bensin dapat mengalir menuju modul membran. c. Menyalakan pompa vakum untuk menghasilkan keadaan vakum dan memeriksanya menggunakan pressure gauge digital. Apabila keadaan vakum yang didapat dirasa belum cukup maka langkah (a) dapat diulang. d. Mencatat data pengujian berupa lamanya waktu pengujian, perbedaan tekanan serta massa umpan, permeat dan retentat yang didapat dari hasil pengujian. e. Menganalisis kandungan pada permeat dan retentat menggunakan gas chromatography (GC). Sebelum dilakukan pengujian performansi membran, perlu dilakukan analisis gas chromatography pada sampel bensin cair dan uap bensin sebagai dasar untuk menganalisis performansi selektivitas pada membran. Hasil analisis gas chromatography tersebut dapat dilihat pada lampiran A. Berikut foto dari sampel bensin cair dan uap bensin serta hasil analisis dari gas chromatography. Gambar 3.16 Foto sampel bensin cair dan uap bensin 40

12 Gambar 3.17 Grafik hasil GC bensin cair Gambar 3.18 Grafik hasil GC uap bensin Tujuan dari analisis gas chromatography adalah untuk mengetahui kandungan komponen yang terdapat pada sampel. Seperti yang dapat dilihat dari kedua grafik di atas, hasil dari gas chromatography berupa persen area terhadap waktu retensi. Setiap komponen akan memiliki waktu retensi masing-masing, berbeda satu dengan yang lain. Waktu retensi untuk sebuah komponen akan tetap 41

13 sama apabila analisis gas chromatography dilakukan pada kondisi yang identik. Sedangkan persen area menunjukkan konsentrasi komponen tersebut di dalam sampel. Dapat dilihat bahwa hasil GC dari uap bensin tidak memiliki semua komponen yang terdapat pada hasil GC dari bensin cair. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua komponen pada bensin cair akan menguap. Pada foto dapat terlihat bahwa sampel bensin cair berwarna kuning cerah, sedangkan sampel uap bensin tidak berwarna atau bening. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa komponen pada bensin yang menguap berwarna bening, sedangkan komponen yang tidak menguap berwarna kuning. Analisis gas chromatography hanya memberikan hasil persen area serta waktu retensi. Karena itu, untuk mengetahui jenis dari suatu komponen perlu dilakukan analisis gas chromatography terhadap komponen murni tersebut untuk mendapatkan waktu retensinya. Pada pengujian ini terdapat dua komponen yang perlu diketahui, yaitu bensin serta udara. Seperti yang telah dijelaskan pada BAB II yaitu bensin merupakan campuran kompleks yang terdiri dari banyak hidrokarbon yang bervariasi sehingga sangat sulit untuk menentukan kandungan bensin yang terdapat pada sampel. Oleh karena itu diasumsikan bahwa pada sampel hanya terdapat kandungan bensin berupa hidrokarbon dan sisanya merupakan air yang berasal dari komponen udara berupa uap air. Maka selanjutnya dilakukan analisis gas chromatography untuk mengetahui waktu retensi dari air sebagai dasar melakukan analisis performansi selektivitas membran. Gambar 3.19 Grafik hasil GC air 4

14 Tabel 3.1 Konsentrasi Komponen Hasil GC dari Air Waktu Retensi % Area Dapat dilihat dari grafik hasil GC air bahwa terdapat dua komponen pada air. Karena itu diasumsikan bahwa komponen yang memiliki waktu retensi merupakan pengotor karena memiliki persen area yang kecil. Untuk analisis selanjutnya ditentukan bahwa merupakan waktu retensi air. 3.6 Pengolahan Hasil Pengujian Membran PVDF membran PVDF. Berikut foto sampel permeat dan retentat serta hasil pengujian dari Gambar 3.0 Foto sampel hasil pengujian membran PVDF Tabel 3. Hasil Pengujian Membran PVDF ΔP = 785. mbar Massa (gram) Waktu (menit) umpan permeat retentat Analisis Permeabilitas Membran PVDF Dari data hasil pengujian, dapat ditentukan laju aliran massa pada umpan, permeat dan retentat: m 19.8 & = = gr s umpan 1 x 60s / (3.1) m 8,1 & = = gr s permeate 0 x 60s / (3.) 43

15 m 0.53 & = = gr s retentate 0 x 60s / (3.3) Dapat dilihat pada hasil perhitungan bahwa laju aliran massa pada sistem pengujian tidak memenuhi hukum kesetimbangan massa (laju aliran massa masuk tidak sama dengan laju aliran massa keluar). Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal seperti terdapat kebocoran pada sistem, pengkondensasian hasil pengujian yang tidak sempurna, ataupun kesalahan penimbangan massa hasil pengujian. Besarnya aliran massa yang hilang pada sistem yaitu sebesar: ( ) % massa hilang = x = 13.3% 100% (3.4) Besarnya fluks membran PVDF dari hasil pengujian dapat dihitung menggunakan persamaan: m permeate Q = & A gr 1kg 3600s 10000cm = 100 s. cm 1000gr jam m kg = 8.44 m jam (3.5) Selanjutnya permeabilitas membran PVDF dari hasil pengujian dapat dihitung menggunakan persamaan: J = = Q Δp = m m kg jam bar kg jam bar (3.6) 3.6. Analisis Selektivitas Membran PVDF Hasil analisis gas chromatography dari pengujian membran PVDF dapat dilihat pada lampiran A. Grafik hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: 44

16 Gambar 3.1 Grafik hasil GC permeat membran PVDF Gambar 3. Grafik hasil GC retentat membran PVDF uap bensin: Selanjutnya kedua grafik tersebut dibandingkan dengan grafik hasil GC 45

17 Gambar 3.3 Perbandingan hasil pengujian membran PVDF dengan uap bensin Seperti yang telah dijelaskan pada bagian 3.5 bahwa diasumsikan kandungan pada sampel hasil pengujian terdiri dari air dan sisanya merupakan hidrokarbon. Karena itu, setelah didapatkan waktu retensi dari air yaitu sebesar 3.811; maka selanjutnya dapat ditentukan persentase kandungan hidrokarbon pada sampel. Tabel 3.3 Kandungan Air dan Hidrokarbon pada Sampel Membran PVDF Sampel Kandungan air Kandungan Hidrokarbon (% Area pada waktu retensi 3,811) (100% - %Kandungan air) Uap bensin 3.8 % 96. % Permeate 3. % 96.8 % Retentate 3.7% 96.3 % persamaan : Selanjutnya, selektivitas membran dapat dihitung menggunakan α = X i X Yi Y j j dimana : Xi = kandungan hidrokarbon pada permeat Xj = kandungan air pada permeat Yi = kandungan hidrokarbon pada umpan Yj = kandungan hidrokarbon pada umpan (3.7) 46

18 Maka didapat nilai selektivitas dari membran PVDF sebesar: α = = 1. (3.8) 3.7 Pengolahan Hasil Pengujian Membran PVA membran PVDF. Berikut foto sampel permeat dan retentat serta hasil pengujian dari Gambar 3.4 Sampel hasil pengujian membran PVA Tabel 3.4 Hasil Pengujian Membran PVDF ΔP = 809 mbar Massa (gram) Waktu (menit) umpan permeat retentat Analisis Permeabilitas Membran PVA Dari data hasil pengujian, dapat ditentukan laju aliran massa pada umpan, permeat dan retentat: m 19.8 & = = gr s umpan 1 x 60s / (3.9) m 6.8 & = = gr s permeate 3 x 60s / (3.10) m 0 & = = 0 gr s retentate 3 x 60s / (3.11) 47

19 Dapat dilihat pada hasil perhitungan bahwa laju aliran massa pada sistem pengujian kembali tidak memenuhi hukum kesetimbangan massa. Bahkan pada pengujian kali ini tidak tidak ada yang didapat pada bagian retentat. Selain karena beberapa hal yang telah disebutkan pada bagian 3.6.1, hal tersebut dapat terjadi karena media pendingin yang kurang baik. Es kering yang digunakan sebagai media pendingin memiliki titik beku pada C. Sedangkan udara, yang diasumsikan terdapat pada bagian retentat, dengan komponen terbesarnya berupa nitrogen dan uap air memiliki titik beku sebesar C dan C. Karena itu es kering sebagai media pendingin tidak dapat mengkondensasikan udara yang terdapat pada retentat. Besarnya aliran massa yang hilang pada sistem yaitu sebesar: (0.0149) % massa hilang = x 100% = 48,81% (3.1) Besarnya fluks membran PVA dari hasil pengujian dapat dihitung menggunakan persamaan: m permeate Q = & A gr 1kg 3600s 10000cm = 100 s. cm 1000gr jam m kg = m jam (3.13) Selanjutnya permeabilitas membran PVA dari hasil pengujian dapat dihitung menggunakan persamaan: Q J = Δp kg = m jam bar kg = 6.63 m jam bar (3.1) 3.7. Analisis Selektivitas Membran PVDF Hasil analisis gas chromatography dari pengujian membran PVA dapat dilihat pada lampiran A. Grafik hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: 48

20 . Gambar 3.5 Grafik hasil GC permeat membran PVA Seperti pada analisis membran PVDF, grafik tersebut dibandingkan dengan grafik hasil GC uap bensin: Gambar 3.6 Perbandingan hasil pengujian membran PVA dengan uap bensin Selanjutnya ditentukan persentase kandungan hidrokarbon pada sampel dengan dasar sebagai waktu retensi air. 49

21 Tabel 3.5 Kandungan Air dan Hidrokarbon pada Sampel Membran PVA Sampel Kandungan air (% Area pada waktu retensi 3,811) Kandungan Hidrokarbon (100% - %Kandungan air) Uap bensin.8 % 97. % Permeate 0.06 % % Maka selektivitas membran dapat dihitung menggunakan persamaan : α = X i X Yi Y j j dimana : Xi = kandungan hidrokarbon pada permeat Xj = kandungan air pada permeat Yi = kandungan hidrokarbon pada umpan Yj = kandungan hidrokarbon pada umpan Sehingga didapat nilai selektivitas dari membran PVA sebesar: α = = 48 (3.13) (3.14) 3.8 Pemilihan Material Membran Setelah dilakukan analisis dari hasil pengujian kedua material membran, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 3.6 Hasil Analisis Pengujian Membran PVDF dan PVA membran membran PVDF PVA permeabilitas (J) kg / m.jam.bar 6.63 kg / m.jam.bar Selektivitas (α) Dari hasil analisis pengujian kedua membran tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Membran PVDF memiliki permeabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan membran PVA. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan 50

22 membran PVDF menghasilkan produk (permeat) lebih baik dari membran PVA. Membran PVA memiliki selektivitas yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengna membran PVDF. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membran PVA untuk memisahkan hidrokarbon dan udara jauh lebih baik dari membran PVDF. Seperti yang telah disebutkan pada BAB I bahwa tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengurangi polusi udara yang terjadi di SPBU sehingga mencegah terjadinya bahaya kebakaran dan kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya serta kerugian ekonomi yang ditimbulkan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara memisahkan campuran uap bensin dan udara menggunakan membran. Dengan begitu diharapkan pada bagian permeat hanya terdapat uap bensin dan pada bagian retentat terdapat udara yang sudah bersih dari uap bensin. Karena itu untuk memilih material membran yang paling sesuai dengan aplikasi sistem vapor recovery perlu dibuat sebuah tabel keputusan. Tabel keputusan tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu permeabilitas, selektivitas, keamanan terhadap lingkungan, serta ketersediaan material di pasar. Ketersediaan material di pasar dijadikan dasar sebagai pengambilan keputusan karena teknologi membran sendiri belum banyak digunakan di Indonesia dan harganya yang relatif mahal. Tabel 3.7 Tabel Keputusan Pemilihan Material Membran Faktor Bobot Membran PVDF Membran PVA (n) P P * n P P * n Permeabilitas Selektivitas Ketersediaan membran di pasar 1 1 Keamanan terhadap lingkungan Jumlah 3 5 Dari tabel keputusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa material membran PVA yang lebih sesuai untuk digunakan pada aplikasi sistem vapor recovery. Material membran PVA diputuskan lebih sesuai karena memiliki selektivitas yang lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya polusi udara akibat penguapan bensin yang tidak terkendali. 51

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY 4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional Berikut merupakan skema peralatan peralatan yang terdapat di SPBU pada umumnya: Gambar 4.1 Skema

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

19. Wenten, I Gede, Recent Development in Membrane Science and Its Industrial Application, Departement of Chemical Engineering, Institut Teknologi

19. Wenten, I Gede, Recent Development in Membrane Science and Its Industrial Application, Departement of Chemical Engineering, Institut Teknologi DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.trotoar.org/forum 2. http://www.republika.co.id/suplemen 3. Hutahean, Anton Yunius. Studi Kajian dan Pemanfaatan Teknologi Membran untuk Perancangan Sistem Vent pada Tangki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Bensin Secara umum, yang dimaksud dengan bensin adalah cairan campuran dengan bahan dasar minyak bumi yang kebanyakan mengandung aliphatic hydrocarbons dengan bahan tambahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN 4.1 ANALISA SIMULASI 1 Turbin Boiler 2 Kondensor Air laut masuk Pompa 4 3 Throttling Process T 1 Air Uap Q in 4 W Turbin W Pompa 3 Q out 2 S Tangki Air Destilasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat, 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap sintetis, karakterisasi serta uji kinerja. Tahap sintesis dan uji kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Industri memiliki potensi sebagai sumber terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : a. Laboratorium Bioenergi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Tahap desain proses dan teknologi b. Tahap perancangan teknologi ( pirolisator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN 4. Pipa saluran dari Kondensor menuju Hand expansion valve Bagian ini dirancang sebagai saluran yang mengalirkan metanol dari Kondensor ke hand expansion valve pada saat proses kondensasi berlangsung.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan di bahas alur proses pencucian membran mesin pengolahan air minum osmosis terbalik (Reverse Osmosis, R.O). Bahan yang gunakan dalam pencucian

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV HASIL PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV HASIL PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT 41 Proses Perancangan Alat 411 Massa Biogas (ṁbiogas) Berdasarkan koefisien kelarutan CO 2 dalam air (k) pada Gambar 27 bahwa pada suhu atmosfer

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah pak Katno di desa Karang Endah Kecamatan Terbanggi Besar lampung Tengah.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( ) LAPORAN PENELITIAN Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI (0731010045) BAGUS ARIE NUGROHO (0731010054) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENGUJIAN Sistem cascade yang digunakan dalam pengujian ini terdapat di gedung P2M (Salemba). Sebelumnya sistem ini dimanfaatkan untuk mendinginkan komponen pesawat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah melakukan pengujian maka diperoleh beberapa data, diantaranya adalah data pengujian penghembusan udara bertekanan, pengujian kekerasan Micro Vickers dan pengujian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG Oleh : Hari Budianto 2105 030 057 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi setiap tahun terus bertambah, selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU

IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung yang merupakan varietas jagung Hawaii dan memiliki umur tanam 9 hari. Varietas jagung ini

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan BAB III METODOLOGI 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan April Juni 2011 di laboratorium Pindah Panas dan Massa dan laboratorium Surya, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara ISOLATOR Pada sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, perlu digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran. Pada saluran transmisi dan distribusi,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

Bab III Metodelogi Penelitian

Bab III Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Dalam pengujian analisa kinerja AC split merk TCL 3/4 PK mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 dengan variasi tekanan tanpa pembebanan terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber air tawar dan kebutuhan akan pasokan air yang lebih besar merupakan persoalan mendesak di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Sumber air yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI Selama percobaan dilakukan beberapa modifikasi atau perbaikan dalam rangka usaha mendapatkan air kondensasi. Semenjak dari memperbaiki kebocoran sampai penggantian

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 Deskripsi Peralatan Pengujian Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Yamaha Crypton secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci