BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 45 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang pengolahan data yang dilakukan. Data yang digunakan adalah data jumlah cacat untuk setiap karakteristik kualitas kunci (CTQ) produk SOFAR. Data CTQ tersebut diambil pada bagian pengemasan (Striping) yang memiliki jumlah cacat paling banyak dari keseluruhan proses yang dilakukan. Terdapat 3 jenis cacat yang ada pada proses striping. Dari 3 jenis cacat tersebut tidak semua jenis yang selalu terjadi. Untuk cacat jenis test dan massa frekuensi terjadinya hanya sesekali saja, dan secara kebetulan tidak terjadi pada data produk SOFAR yang menjadi diambil sebagai data penelitian. Data yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

2 46 Tabel 4. Jumlah Cacat pada Produk SOFAR Batch Jenis Defect Total ke Test Tab Massa Produksi Sumber : PT. SOHO Industri Pharmasi

3 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari 5 fase berdasarkan metode DMAIC untuk memperoleh usaha perbaikan yang dapat dilakukan. Dalam fase DMAIC tersebut digunakan beberapa alat statistik yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisa data yang ada Fase Define Fase ini bertujuan untuk mendefinisikan masalah yang ada dengan penjabaran dalam project statement, pembuatan diagram SIPOC dan peta proses dari produk. Project Statement Definisi dari pernyataan proyek penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :. Latar Belakang (Bussiness Case) PT. SOHO Industri Pharmasi yang bergerak dibidang farmasi, secara tidak langsung ikut memegang peranan penting dibidang kesehatan masyarakat. Oleh karena itu kualitas produk yang dihasilkan harus dijaga dengan sebaik mungkin untuk menghindari bahaya kesehatan bagi pelanggan yang menggunakan produk yang dihasilkan. Namun dalam kegiatan produksi yang berlangsung masih terdapat sejumlah produk cacat yang dihasilkan. Untuk itu masih perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi cacat yang dihasilkan.

4 48 2. Pernyataan Masalah (Problem Statement) Dari keseluruhan proses, cacat yang paling banyak terjadi pada proses pengemasan (Striping). Dimana cacat yang selalu terjadi adalah cacat pada tablet obat yang dihasilkan, sehingga perlu diketahui faktor yang paling dominan menyebabkan cacat tersebut terjadi untuk dapat dilakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. 3. Pernyataan Tujuan (Goal Statement) Tujuan yang ingin dicapai adalah dapat memperbaiki proses yang berlangsung sehingga dapat mengurangi jumlah cacat yang dihasilkan. Selain itu juga meningkatkan kinerja dari proses yang berlangsung agar terkendali dengan baik. Dengan sendirinya jika tujuan tersebut tercapai maka akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. 4. Ruang Lingkup Proyek (Project Scope) Penelitian yang dilakukan difokuskan pada proses Striping yang berfrekuensi cacat paling tinggi, untuk produk SOFAR yang memiliki tingkat produksi tinggi. 5. Milestone Batas waktu dilakukannya penelitian adalah antara Maret 2007 sampai Juni Dimana pengamatan dilakukan secara berkala dalam rentang waktu tersebut.

5 49 Pembuatan Diagram SIPOC Diagram SIPOC merupakan salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk perbaikan proses. Digunakan untuk menyajikan tampilan dari aliran kerja yang terdiri dari lima elemen yaitu : Supplier, Input, Process, Output dan Customer. Berikut adalah diagram SIPOC dari proses striping yang diamati. Supplier Input Proses Output Customer PT. Avesta (Alufoil) PT. Arts Indonesia (Box & Leafleat) Tablet Produk SOFAR Alufoil Box Leafleat Striping Boxing Produk SOFAR Produk Defect Alufoil Defect PT. Parit Padang (Distributor) Pengguna Akhir Warehouse Gambar 4. Diagram SIPOC Proses striping adalah salah satu proses pengemasan primer (kontak langsung dengan obat) yang merupakan proses akhir produksi. 5 elemen yang termasuk didalam proses pengemasan adalah : Supplier : PT Avesta yang menyuplai alufoil untuk produk di PT. SOHO Industri Pharmasi. Alufoil yang disuplai terdiri dari 2 jenis yaitu lapisan alufoil yang tercetak merk dari obat untuk lapisan depan strip, dan lapisan

6 50 alufoil polos untuk lapisan belakang strip. PT. Arts Indonesia yang menyuplai kemasan box (karton) dan leafleat yang berupa lembaran kertas tentang informasi penggunaan dari produk. Input : Untuk proses striping, input yang dibutuhkan adalah tablet hasil proses tableting sebelumnya dan alufoil. Sementara untuk proses boxing dibutuhkan hasil strip dari proses striping, box dan leafleat dari produk. Process : Dalam proses pengemasan terdapat 2 tahap pengemasan yaitu primer (striping) yang dilanjutkan dengan sekunder (boxing). Setelah pengemasan selesai produk jadi tersebut dipindahkan ke gudang warehouse untuk proses distribusi. Output : Hasil utama yang didapat adalah produk jadi. Selain itu terdapat produk dan alufoil yang cacat selama proses. Customer : Barang jadi tersebut selanjutnya dikirim ke PT. Parit Padang selaku distributor PT. SOHO, yang kemudian akan didistribusikan sampai ke pengguna akhir. Diagram SIPOC sebelumnya hanya merupakan garis besar dari proses pengemasan dan elemen yang terkait didalamnya sebagai fokus penelitian. Untuk melihat secara keseluruhan dari proses produk SOFAR, berikut ini adalah peta prosesnya.

7 5 Pembuatan Peta Proses (OPC) OPERATION PROCESS CHART Nama Produk : SOFAR (per box) Dipetakan oleh : Iemel Faranila Tanggal Dipetakan : 27 Mei 2007 Usulan Sekarang Leafleat Box Bahan Baku Campuran Utama 2" O-7 Leafleating Ms. Pelipat 4" O-6 I-4 Printing Ms. Cetak 90' O- Granulasi Granulator 60' O-2 Dry Mixing Mixer 5" O-3 I- Tableting Ms. Tableting 5" O-4 I-2 Coating Ms. Coating Alufoil 5" O-5 I-3 Striping Ms. Striping 2" O-8 I-5 Boxing Manual Kegiatan : Operasi Pemeriksaan Penyimpan Total Jumlah Waktu 50'53" - 50'53" Gambar 4.2 OPC Produk SOFAR

8 52 Melalui peta proses dapat diketahui tahapan proses yang dilakukan pada produk secara lebih detail. Untuk membuat produk SOFAR dibutuhkan bahan baku utama produk berupa bahan-bahan kimia sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Selain itu dibutuhkan bahan lainnya seperti leafleat yang merupakan keterangan aturan penggunaan obat, dan bahan pengemas yaitu alufoil dan box. Untuk kebutuhan pengemasan, Leafleat yang telah diterima dan diperiksa sebelumnya, melalui proses leafleating yaitu pelipatan menggunakan mesin. Sementara itu box pengemas harus dicetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa obat terlebih dahulu. Proses dari pembuatan produk SOFAR sendiri dimulai dengan kegiatan granulasi (pengayakan) semua bahan baku campuran utama yang telah ditimbang sebelumnya sesuai dengan ketentuan formula produk. Proses ini bertujuan untuk menyamakan ukuran partikel bahan baku. Selanjutnya bahan-bahan yang telah digranulasi tersebut dicampur menggunakan mixer sampai semua bahan tersebut menjadi rata. Proses berikutnya adalah tableting yaitu proses pembentukan bahan campuran menjadi bentuk tablet sesuai standar yang ditentukan. Bersamaan dengan proses yang sedang berjalan, dilakukan pemeriksaan berat dari tablet yang telah terbentuk. Jika tablet yang terbentuk sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, selanjutnya tablet tersebut diberikan lapisan pada proses coating. Pemberian lapisan ini dilakukan untuk menjaga agar tablet tidak mudah hancur

9 53 serta mengurangi rasa pahit dan bau dari obat. Pemeriksaan juga dilakukan pada proses ini untuk menguji waktu larut dari obat. Setelah proses coating, tablet-tablet obat tersebut dipindahkan erea pengemasan. Jika tidak memungkinkan untuk langsung dilakukan dikemas, tablet-tablet tersebut disimpan ketempat penyimpan sementara untuk menunggu proses striping. Proses striping ditujukan untuk memberi lapisan pembungkus (strip) obat dengan menggunakan alufoil. Satu strip obat terdiri dari 0 tablet. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan kondisi strip pembungkus dan tablet obat didalam strip. Kemudian setelah dipastikan dalam kondisi yang baik, strip obat tersebut dikemas dalam kemasan box kecil. Setiap box berisi 0 strip serta lembar leafleat, dan pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apabila terjadi kelebihan atau kekurangan setiap boxnya. Box-box kecil tersebut lalu dikemas kedalam kardus. Barang jadi tersebut kemudian dipindahkan ke warehouse sebagai tempat penyimpan sementara, sebelum dikirim ke distributor Fase Measure Dalam fase ini dilakukan pengukuran terhadap kinerja yang berlangsung saat ini. Hal pertama yang dilakukan adalah penentuan karakteristik kualitas kunci (CTQ). Lalu pengukuran dilakukan melalui pembuatan peta kendali, perhitungan (Defect Per Million Opportunities) DPMO dan Level Sigma yang telah dicapai dari proses yang berlangsung sampai saat ini.

10 54 Identifikasi Karakteristik Kualitas Kunci (CTQ) Pada proses striping terdapat 3 jenis cacat yang berkaitan langsung dengan tablet obat. Tidak semua jenis cacat itu selalu terjadi selama proses berlangsung. Ketiga jenis cacat tersebut merupakan karakteritik kualitas kunci (CTQ), yaitu : Test : merupakan cacat pada produk jika terdapat kekurangan jumlah tablet per strip obat (terdapat kekosongan pada area-area yang seharusnya terisi tablet obat). Tab : jika terjadi kerusakan pada tablet obat, seperti patah, hancur. Massa : jika terdapat ketidaksesuaian berat dari tablet-tablet obat yang telah distriping. Pembuatan Peta kendali Pembuatan peta kendali dijutukan untuk mengetahui apakah proses yang berlangsung berada dalam kendali staistik atau tidak. Hal ini dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya data yang berada diluar batas kendali atau tidak. Berikut merupakan rumus dan hasil yang diperoleh. p( p) Di 3888 σ = ; p = = n n Peta Kendali p : UCL = p + 3σ CL = p LCL = p 3σ = i

11 55 Batch ke Total Defect Total Produksi Tabel 4.2 Perhitungan Peta Kendali p Standar Deviasi Proporsi Defect (p) LSL USL Total

12 56 Contoh Perhitungan batch ke- : σ = ( ) CL = = UCL = = LCL = = P Chart of Defect Proportion UCL= _ P= LCL= Sample Tests performed with unequal sample sizes Gambar 4.3 Peta Kendali P Hasil peta kendali menunjukan bahwa data yang ada tidak dalam kendali statistik yang baik. Hal tersebut terlihat dari hanya ada 2 data saja yang berada dalam batas kendali, sementara 2 data yang lain berada diluar batas kendali. Variasi data terbilang tinggi, terlihat dari grafik yang sangat berfluktuatif.

13 57 Perhitungan DPMO & Level Sigma DPMO merupakan ukuran peluang kegagalan (defect) yang diidentifikasi dengan berapa banyaknya defect yang akan muncul dalam satu juta kesempatan. Selanjutnya dengan perhitungan DPMO dapat dilakukan perhitungan dari nilai sigma yang telah dicapai saat ini. Berikut kangkah perhitungannya. D (Jumlah keseluruhan produk cacat) = 3888 tablet U (Total produk yang diproduksi) = tablet OP (Karakteristik Kualitas Kunci / CTQ) = 3 TOP (Total Opportunities) = U OP = = D 3888 DOP (Defect per Opportunities) = = = TOP DPMO (Defect Per Million Opportunities) = DOP D 3888 DPU (Defect Per Unit) = = = U Y (Yield) = ( DPU) 00% = 99.98% Level Sigma (Hasil interpolasi dari Yield) = = Fase Analyze Dalam fase ini dilakukan penjabaran dari faktor-faktor penyebab timbulnya cacat yang dilakukan dengan pembuatan diagram sebab akibat (fishbone). Dikarenakan hanya cacat jenis tab saja yang terjadi pada produk yang diteliti, maka

14 58 analisa dilakukan untuk jenis cacat tab saja. Berikut hasil pembuatan diagram yang dilakukan. Penyimpanan WIP Tidak mengikuti prosedur Rapuh Metode Material Cetakan kurang Bagus Kurang Teliti Manusia Salah Setting Kurang Pengawasan Macet Kesalahan dlm mesin Terjepit Setting tdk sesuai Suhu tdk Optimal Mesin Kurang Pengalaman Lelah Rusak Kotor Kurang Perawatan Ketajaman Gunting tidak sesuai Defect Tab Produk SOFAR Gambar 4.4 Diagram Sebab Akibat Defect Tab Jika ditinjau dari faktor manusia kemungkinan cacat jenis tab diakibatkan kurang pengalamannya operator yang mengopersikan mesin tersebut, yang bisa disebabkan operator tersebut merupakan operator baru atau operator tersebut belum terbiasa dengan mesin yang digunakan, karena faktor dilakukannya perputaran tugas secara berkala. Penyebab lainnya adalah kelelahan yang dialami sehingga dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi, kurangnya pengawasan yang diberikan baik

15 59 oleh operator maupun petugas lain yang bertugas membantu serta kurangnya ketelitian dari operator sehingga terjadi kesalahan dalam menyeting mesin yang digunakan. Mesin yang digunakan juga ikut mempengaruhi timbulnya defect. Yang paling dominan adalah setting mesin yang tidak sesuai sehingga dapat merusak tablet yang diproses. Faktor dominan lainnya adalah kesalahan tidak terduga yang terjadi dalam mesin, yaitu jika tablet yang ada terjepit sehingga selain tablet tersebut akan rusak, proses yang berlangsung juga menjadi terhambat dan menambah kerusakan pada tablet yang lain. Kemungkinan lainnya adalah jika mesin yang digunakan rusak atau kurang perawatan sehingga menjadi kotor yang dapat menyebabkan kemacetan mesin, dan jika gunting yang terdapat pada mesin kurang tajam. Kondisi material (tablet) yang telah diproses sebelumnya juga berpengaruh. Jika tablet itu rapuh dan cetakan dari tablet yang kurang baik juga dapat mengakibat kerusakan. Dikarenakan penggunaan sistem job shop pada lantai produksinya, Work in Process yang ada tidak jarang harus disimpan sementara waktu untuk menunggu proses selanjutnya. Penyimpanan tersebut merupakan faktor penyebab yang cukup dominan rusaknya tablet akibat banyaknya penumpukan yang terjadi. Faktor metode mempengaruhi jika dalam metode yang digunakan saat pengoperasian mesin dan kegiatan lainnya tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

16 Fase Improve Dalam fase ini ditentukan modus kegagalan potensial dengan FMEA. Sebelumnya perlu diketahui yang paling memegang peranan dalam proses yang bersangkutan untuk menentukan modus kegagalan tersebut, sehingga dilakukan perhitungan AHP untuk menentukannya. Setelah hasil dari FMEA diperoleh maka dicari tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses yang ada. Perhitungan dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP digunakan untuk mengetahui peringkat pemegang peranan dalam proses striping yang dilakukan. Saat proses striping berlangsung pemegang peranan terhadap penentuan produk cacat yang dihasilkan adalah operator, petugas pembantu dan controller. Peringkat dihitung berdasarkan 4 faktor tinjauan seperti yang terdapat pada diagram sebab akibat yang telah dibuat sebelumnya, yaitu manusia, mesin, material dan metode. Berikut merupakan matriks perbandingan antar semua faktor yang bersangkutan. Tabel 4.3 Matriks Kriteria Manusia Mesin Material Metode Manusia /2 2 4 Mesin Material /2 /4 2 Metode /4 /8 /2

17 6 Tabel 4.4 Matriks Kriteria Manusia Operator Petugas Pembantu Controller Operator 3 9 Petugas Pembantu /3 3 Controller /9 /3 Tabel 4.5 Matriks Kriteria Mesin Operator Petugas Pembantu Controller Operator 2 6 Petugas Pembantu /2 3 Controller /6 /3 Tabel 4.6 Matriks Kriteria Material Operator Petugas Pembantu Controller Operator /2 Petugas Pembantu 2 2 Controller ½ Tabel 4.7 Matriks Kriteria Metode Operator Petugas Pembantu Controller Operator 2 4 Petugas Pembantu /2 2 Controller /4 /2 Selanjutnya pembobotan peringkat yang telah dilakukan, digunakan untuk perhitungan yang akan menghasilkan peringkat nilai akhir dari setiap faktor yang bersangkutan. Perhitungan dilakukan menggunakan software Expert Choice Berikut merupakan diagram hasil perhitungan yang diperoleh.

18 62 Gambar 4.5 Diagram Hasil Perhitungan AHP menggunakan Expert Choice Hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa yang paling memegang peranan dalam proses striping adalah operator. Disamping itu faktor mesin adalah faktor yang paling mempengaruhi dibanding faktor lainnya.

19 63 Pembuatan FMEA Penggunaan metode FMEA digunakan untuk mengetahui peringkat prioritas dari faktor penyebab terjadinya cacat (modus kegagalan potensial). Berikut hasil yang didapat. Tabel 4.8 FMEA Cacat Jenis Tab Modus Kegagalan Potensial Efek Potensial Nilai Modus Kegagalan O S D RPN Sebab Potensial Modus Kegagalan Pengendalian Operator kurang pengalaman (teliti) Hasil striping tidak sesuai ketentuan Operator tidak terbiasa dengan mesin yang digunakan (Job Rotation) Traning Setting suhu tidak sesuai - Tablet Rusak - Strip Bocor Perubahan suhu melebihi batas ketentuan Cari setting yang optimal Kesalahan tidak terduga dalam mesin - Tablet Rusak - Proses striping terhambat Tablet terjepit dalam mesin Pengawasan saat proses berlangsung Material Buruk Tablet mudah patah (rapuh) Tablet tidak sesuai standar Pengawasan yang lebih ketat Penyimpanan Work in Process Tablet rusak Menunggu proses selanjutnya Minimasi penyimpanan & banyaknya tumpukan WIP

20 64 Prioritas modus kegagalan potensial dapat dilihat dari nilai RPN (Risk Priority Number) yang diperoleh dari hasil pengalian bobot terhadap nilai O (Occurrence), D (Detection), dan S (Severity) dari masing-masing modus kegagalan potensial yang dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan manajer produksi yang bersangkutan. Berikut ini diagram pareto yang menunjukan nilai RPN yang telah diperoleh. Gambar 4.6 Pareto Nilai RPN Modus Kegagalan Potensial Berdasarkan hasil diskusi terdapat 5 faktor penyebab dominan yang memungkinkan terjadinya defect seperti yang terlihat pada tabel FMEA. Hasil perhitungan menunjukan nilai RPN paling tinggi ada pada modus kegagalan

21 65 penyimpanan WIP saat menunggu proses selanjutnya yang mengakibatkan banyaknya penumpukan tablet yang dilakukan pada tempat penyimpanan sementara. Nilai RPN tertinggi kedua dimiliki modus kegagalan setting suhu yang diakibatkan perubahan suhu pada saat mesin beroperasi melebihi batas setting awal yang dilakukan (95±5 C), sehingga menyebabkan kerusakan pada tablet dan juga kebocoran pada strip (alufoil) kemasan. Modus kegagalan kesalahan tak terduga pada mesin memilki nilai RPN tertinggi ketiga. Kesalahan yang dimaksud apabila dalam pipa jalur lewatnya tablet, terdapat tablet yang terjepit yang dapat diakibatkan desakan dari banyaknya tablet yang diproses. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tablet dan terhambatnya proses striping yang berlangsung. Peringkat prioritas selanjutnya adalah modus kegagalan dari operator yang bertugas dan terakhir adalah buruknya material (tablet) dari proses tableting sebelumnya. Berdasarkan peringkat prioritas tersebut dapat dilakukan bebarapa tindakan perbaikan yang diperlukan. Penggunaan Metode Fuzzy Metode Fuzzy (Logika Fuzzy) merupakan suatu cara untuk memetakan suatu ruangan input ke dalam suatu ruang output, dimana dalam penelitian ini inputnya berupa suhu yang mempengaruhi jumlah defect produk sebagai outputnya. Dikarenakan hasil FMEA sebelumnya menunjukan bahwa setting suhu merupakan modus kegagalan prioritas kedua, maka digunakan metode fuzzy sebagai solusinya.

22 66 Pada mesin striping, setting suhu hanya dilakukan pada pengatur suhu saat awal mesin diaktifkan. Pengatur suhu tersebut mengatur suhu dengan kelipatan 5. Terdapat 2 pengatur suhu, sehingga setting suhu dilakukan pada kedua pengatur sebagai pemanas kedua lapisan alufoil yang terpisah (masing-masing lapisan memiliki pemanas). Pemanasan ini bertujuan untuk merekatkan kedua lapisan alufoil. Setelah mesin diaktifkan, mesin dibiarkan menyala untuk beberapa saat tanpa melakukan kegiatan apapun sebagai tindakan pemanasan. Dalam pemanasan mesin tersebut terjadi perubahan (kenaikan) suhu secara otomatis dari setting awal yang dilakukan. Pemanasan ini dilakukan sampai perubahan suhu tersebut stabil. Setelah stabil mesin mulai beroperasi untuk kegiatan striping. Selama mesin beroperasi akan terjadi perubahan suhu lagi dari suhu stabil proses pemanasan (kebanyakan berupa kenaikan suhu). Kenaikan suhu pada saat mesin beroperasi tersebutlah yang mempengaruhi defect pada tablet obat ataupun kebocoran pada alufoil yang digunakan. Untuk itu kenaikan suhu pada saat mesin beroperasilah yang perlu diperhatikan untuk mengurangi defect. Sehingga dalam perhitungan metode fuzzy berikut digunakan data setting suhu dari mesin striping saat beroperasi, untuk mencari setting suhu yang paling baik agar defect yang dihasilkan semimimum mungkin. Data setting suhu mesin striping dapat dilihat pada bagian lampiran, dengan batas toleransi setting awal suhu yang digunakan perusahaan adalah 95±5 C (80-0 C).

23 67 Berdasarkan data yang ada, setting suhu saat mesin beroperasi berada dalam range C, dimana dalam pembentukan aturan fuzzy yang digunakan dibedakan menjadi 2 kondisi yaitu normal dan tinggi. Sementara data jumlah defect yang ada maksimum berjumlah 300 tablet, yang merupakan defect total dari keseluruhan penyebab cacat. Dikarenakan tidak adanya pembedaan defect berdasarkan penyebabnya, maka diamsusikan total defect tersebut akibat setting suhu. Kemudian jumlah defect tersebut dibedakan dalam 3 kondisi yaitu sedikit, sedang dan banyak. Berikut merupakan penggunaan metode fuzzy yang dilakukan. Aturan Fuzzy yang digunakan :. IF Suhu Normal AND Suhu 2 Normal, THEN Defect Sedikit 2. IF (Suhu Normal AND Suhu 2 Tinggi) OR (Suhu Tinggi AND Suhu 2 Normal), THEN Defect Sedang 3. IF Suhu Tinggi AND Suhu 2 Tinggi, THEN Defect Banyak Himpunan Fuzzy : Variabel Suhu Gambar 4.7 Fungsi Keanggotaan Variabel Suhu

24 68 Fungsi Keanggotaan: [ T & T ] μsuhu Normal 2 20 T ; = 5 0; 05 T 20 T 20 [ T & T ] μsuhu Tinggi 2 = 0; T -0 5 ; T 0 0 T 25 Variabel Defect Gambar 4.8 Fungsi Keanggotaan Variabel Defect Fungsi Keanggotaan : μ Defect Sedikit [ D] ; 25 D = ; 00 0; D D 25 D 25

25 69 μ μ Defect Sedang Defect Banyak [ D] [ D] 0; 50 - D = ; 75 D -50 ; 75 0; D -75 = ; 75 ; D 75atau D D D 225 D D 250 D 250 Berdasarkan aturan dan himpunan yang terbentuk selajutnya dilakukan perhitungan untuk setiap kemungkinan kombinasi suhu dari kedua pengatur suhu. Berikut contoh perhitungan dan hasil yang diperoleh. Kombinasi suhu 05 & 0 Nilai Keanggotaan Suhu : μ μ μ μ Suhu Normal Suhu Tinggi Suhu Normal Suhu Tinggi [ 05] = [ 05] = 0 [ 0] [ 0] = = = = 5 5 = = 2 3

26 70 Nilai Defect setiap aturan Aturan : IF Suhu Normal AND Suhu 2 Normal, THEN Defect Sedikit α predikat μ Defect Sedikit [ D] 2 3 D = μ Suhu Normal = min μ [ 05] μsuhu Normal[ 0] [ 05 ],μ [ 0] ( ) Suhu Normal 2 = min, = 3 25 D = D = 75 = Suhu Normal Aturan 2 : IF (Suhu Normal AND Suhu 2 Tinggi) OR (Suhu Tinggi AND Suhu 2 Normal), THEN Defect Sedang α predikat 2 = μ Suhu Normal = min μ [ 05] μsuhu Tinggi [ 0] [ 05 ],μ [ 0] ( ) ( ) = 0 = min,0 Suhu Normal [ D] = 0 D 75atau D 225 μ Defect Sedang 2 Suhu Tinggi Aturan 3 : IF Suhu Tinggi AND Suhu 2 Tinggi, THEN Defect Banyak α predikat 3 = μ = min μ = min Suhu Tinggi [ 05] μsuhu Tinggi [ 0] [ 05 ],μ [ 0] ( ) Suhu Tinggi ( 0,0) = 0 [ D] = 0 D 75 μ Defect Tinggi 3 Suhu Tinggi

27 7 Nilai Defect (D) αpred D = D D = 3 D + αpred2 D2 + αpred αpred + αpred + αpred D 3 2 = D 3 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Kombinasi Suhu No Kombinasi Suhu Jumlah Defect Pengatur Pengatur 2 Maksimum Hasil perhitungan menunjukan untuk mendapatkan hasil defect yang seminimum mungkin akibat faktor setting suhu adalah dengan menggunakan kombinasi suhu saat mesin beroperasi yang masih berada dalam batas ketentuan

28 72 setting awal yang digunakan (80-0 C). Untuk itu operator perlu memperkirakan kemungkinan perubahan suhu yang umumya terjadi, sehingga setting awal dari mesin dapat disesuaikan untuk menjaga agar kenaikan suhu yang dialami mesin saat beroperasi tidak melebihi batas setting awal. Dikarenakan tidak adanya pembedaan fungsi keanggotaan antar pengatur suhu, maka jika terjadi kebalikan kombinasi suhu antar pengatur suhu, hasil yang didapat akan tetap sama. Usulan Perbaikan Untuk lebih meningkatkan kinerja dari proses dan menjaga agar proses tetap berada dalam kendali, perlu dilakukan beberapa tindakan perbaikan. Berdasarkan hasil FMEA yang didapat, secara garis besar tindakan perbaikan yang diperlukan adalah :. Meminimasi penyimpanan WIP yang ada sehingga dapat mengurangi penumpukan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada WIP (tablet). Dengan melakukan kegiatan penjadwalan proses sebaik mungkin yang dapat meminimasi penyimpanan WIP. 2. Mencari setting suhu yang terbaik untuk mengurangi rusaknya tablet akibat pemanasan yang dilakukan. Untuk itu digunakan metode Fuzzy untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 3. Melakukan pengawasan yang lebih baik saat proses berlangsung, sehingga penuangan tablet dilakukan secara berkala dengan jumlah yang disesuaikan

29 73 dengan kondisi mesin, untuk menghindari desakan berlebihan yang dapat mengakibatkan terjepitnya tablet dalam mesin. 4. Dilakukan traning untuk semua operator terutama bagi operator yang belum memiliki cukup pengalaman. Sebaiknya traning dilakukan secara berkala untuk lebih meningkatkan kinerja dari operator. 5. Dilakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian dengan lebih baik. Perbaikan tersebut dilakukan pada semua faktor yang dapat memungkinkan timbulnya defect seperti yang terlihat pada diagram sebab akibat yang telah dibuat. Usulan secara lebih detail yang dapat dilakukan adalah : Faktor Manusia :. Memberikan traning untuk meningkatkan ketrampilan pekerja, terutama yang belum berpengalaman secara berkala dan kontinu. 2. Lakukan penjadwalan proses dengan seoptimal mungkin untuk meminimasi penyimpanan dan penumpukan work in process yang berlebihan. 3. Operator dapat mengetahui dengan baik kondisi mesin dengan baik, sehingga dapat melakukan setting awal mesin dengan baik untuk mengantisipasi perubahan suhu yang melebihi batas ketentuan dari setting awal mesin (80-0 C) saat mesin beroperasi.

30 74 4. Melakukan koordinasi yang baik antar semua pihak yang terlibat secara langsung dalam proses, sehigga dapat bekerjasama dengan baik dan saling mengingatkan satu sama lain sehingga tidak terjadi kelengahan. 5. Memperketat kegiatan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan, dan melakukan pengawasan secara berkala oleh kepala bagian sehingga jika terjadi permasalahan dapat segera ditanggulangi. 6. Mengadakan briefing sebelum kegiatan berjalan dan review diakhir kegiatan untuk pemantauan secara berkelanjutan dan terus menerus. 7. Mendokumentasikan setiap kegiatan dengan lebih baik, terutama jika terdapat produk cacat dilakukan pemisahan secara lebih detail dan diberi penjelasan penyebabnya, sehingga dapat diketahui secara pasti faktor penyebab utama untuk penangan selanjutnya. 8. Pekerja yang lebih berpengalaman memberikan masukan dan bimbingan kepada pekerja yang belum memiliki cukup pengalam. 9. Dilakukan pengaturan kerja dengan baik, jangan sampai pekerja bertugas non-stop atau kurang mendapatkan waktu istirahat yang cukup untuk menghindari kelelahan yang dapat menurunkan kinerja. Faktor Mesin. Dilakukan pemeriksaan mesin sebelum dan sesudah proses untuk memastikan mesin dalam keadaan baik.

31 75 2. Secara rutin dilakukan kegiatan mantainance, dan jangan sampai ada penundaan untuk memenuhi target sehingga dapat menjaga peforma mesin selalu dalam keadaan baik. 3. Dilakukan pemanasan sebelum mesin digunakan. 4. Segera dilakukan penggantian komponen mesin yang tidak dalam kondisi baik. 5. Penuangan tablet kedalam mesin sebaiknya dilakukan secara berkala dan pastikan dalam jumlah yang sesuai agar tidak terjadi kemacetan dalam mesin akibat terlalu banyaknya tablet didalam mesin. 6. Selalu disediakan peralatan yang dibutuhkan untuk menangani jika terjadi permasalahan secara tiba-tiba. Faktor Material. Pastikan material dalam kondisi yang baik dan telah melewati pengujian sebelum material tersebut diproses. 2. Sebisa mungkin hindari penyimpaan work in process, karena semakin banyak dan lama penyimpanan yang dilakukan dapat merusak WIP itu sendiri. 3. Jika terjadi penyimpanan work in process, atur peletakan dengan baik agar tidak terjadi penyusunan yang berlebihan yang dapat merusak.

32 76 Faktor Metode. Melakukan perbaikan dan penambahan SOP (Standart Operating Procedure) yang dianggap perlu. 2. Menempatkan SOP disetiap lokasi yang dianggap perlu dan mudah dibaca sebagai acuan kegiatan yang dilakukan. 3. Melakukan sosialisasi dan penjelasan SOP sehingga dapat dimengerti dan dijalankan dengan baik Fase Control Fase ini bertujuan untuk mengedalikan tindakan perbaikan yang dilakukan, dimana fese ini merupakan awal dari perbaikan yang terus-menerus. Dengan dilakukan simulasi perhitungan untuk peningkatan kinerja proses dapat menjadi gambaran seberapa besar hasil yang dapat diperoleh. Selanjutnya dilakukan dokumentasi dan sosialisasi usaha perbaikan yang dilakukan. Simulasi Perhitungan Peningkatan Kinerja Proses Simulasi perhitungan ini dilakukan untuk menunjukan peningkatan kinerja proses yang berlangsung yang dapat dilihat dari nilai DPMO dan Level Sigma yang dicapai. Perhitungan dilakukan dengan mensimulasikan pengurangan jumlah defect yang dapat meningkatkan kinerja proses. Jika jumlah defect semakin berkurang, maka nilai DPMO yang diperoleh akan semakin kecil sehingga Level

33 77 Sigma yang dicapai akan semakin besar. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Total Defect Tabel 4.0 Hasil Simulasi Pengurangan Jumlah Defect Pengurangan Defect 0% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% DPMO Level Sigma Dokumentasi dan Sosialisasi Kegiatan dokumentasi bertujuan membuat suatu rangkuman dari proyek DMAIC yang dilakukan. Kegiatan ini dapat mempermudah sosialisasi keseluruh bagian perusahaan untuk mendukung perbaikan secara teru-menerus. Kegiatankegiatan yang dapat dilakukan diantaranya : Merevisi prosedur lama yang telah disesuaikan dengan perbaikan yang telah dicapai. Membuat dokumentasi aktivitas dan hasil yang diperoleh secara sederhana, jelas, mudah dimengerti dan digunakan. Pastikan dokumen tersebut tetap upto-date. Membuat laporan pengukuran yang dapat memberikan informasi dengan cepat dan sederhana, misalnya dengan pembuatan grafik.

34 78 Menetapkan standar kualitas yang lebih baik. Sosialisasi secara menyeluruh tentang perbaikan-perbaikan yang telah dicapai. 4.3 Analisa Data Berdasarkan hasil pengolahan data jumlah defect pada proses striping dalam kegiatan produksi PT. SOHO Industri Pharmasi, dapat disimpulkan bahwa proses striping memiliki kinerja yang cukup baik. Dapat dilihat dari nilai sigma yang didapat yaitu 5.05 dimana nilai tersebut telah mendekati nilai maksimumnya yaitu 6 sigma. Tetapi melalui pembuatan peta kendali hanya terdapat 2 data saja yang berada dalam batas kendali (hanya 36%), dikarenakan variasi data jumlah defect yang sangat signifikan satu dengan yang lainnya. Sehingga walaupun sudah memiliki kinerja yang terbilang baik, proses ini masih memerlukan perbaikan dengan mengurangi variasi jumlah defect yang dihasilkan, agar lebih seragam dalam jumlah yang kecil. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka akan meningkatkan kinerja proses itu dan juga lebih terkendali. Defect yang paling dominan dan selalu terjadi pada proses striping adalah defect tab (kerusakan tablet). Melalui pembuatan FMEA dapat diketahui terdapat 3 modus kegagalan dominan yang mempengaruhi terjadinya kerusakan tablet yang diproses, yaitu penyimpanan WIP, setting suhu dan kesalahan yang terjadi dalam mesin. Untuk itu tindakan perbaikan perlu dilakukan terutama untuk mengatasi 3 permasalahan tersebut.

35 79 Minimasi penyimpanan WIP dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan penjadwalan proses yang optimum sehingga WIP yang dihasilkan dapat langsung diproses. Sedangkan untuk mendapatkan setting suhu yang optimum digunakan metode Fuzzy. Hasil yang diperoleh menunjukan setting suhu yang optimum saat mesin berjalan adalah pada suhu yang berada pada ketentuan setting awal mesin, yaitu 80-0 C. Dikarenakan adanya perubahan suhu pada mesin saat beroperasi, maka setting awal dari mesin harus disesuaikan dengan perubahan suhu yang terjadi untuk menjaga suhu pada mesin saat beroperasi agar tidak melebihi batas ketentuan setting awal mesin. Faktor kesalahan dalam mesin terjadi apabila dalam pipa jalur lewatnya tablet, terdapat tablet yang terjepit yang dapat diakibatkan desakan dari banyaknya tablet yang diproses. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tablet dan terhambatnya proses striping yang berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan yang lebih baik saat proses berlangsung. Dimana penuangan tablet dilakukan secara berkala dengan memperhatikan jumlah tablet yang berada dalam mesin, untuk menghindari desakan berlebihan yang dapat mengakibatkan terjepitnya tablet dalam mesin. Berdasarkan hasil simulasi perhitungan pengurangan jumlah defect terlihat bahwa jika jumlah defect semakin berkurang, maka nilai DPMO yang diperoleh akan semakin kecil sehingga Level Sigma yang dicapai akan semakin besar. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan kinerja proses dengan berkurangnya jumlah defect yang dihasilkan.

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP Iemel Faranila Staf Quality Departemen, Manufacture Industry, Jakarta iemelfaranila@yahoo.com ABSTRACT Production quality is a very critical element

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 03 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, akan disampaikan informasi-informasi mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan selama kegiatan proses pengemasan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Hasil Pengumpulan Data Untuk dapat menganalisa kualitas yang ada di PT. UNITED Kingland, peneliti memerlukan data-data yang akurat dari pihak perusahaan. Berikut datadata

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PERCETAKAN BUKU YASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Andi Putra Pratama NPM : 30411742 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sudaryanto, MSc. Pembimbing 2 :

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH 411110023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2013 JOURNAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 70 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data 1.1.1 Profil Perusahaan PT KGI merupakan salah satu perusahaan manufaktur nasional yang memproduksi berbagai produk makanan dan minuman. PT

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

deduktif. Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga

deduktif. Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Langkah-langkah penelitian perlu disusun secara baik untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian dapat dipresentasikan seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Cacat di PT X Hanky Fransiscus 1, Cynthia Prithadevi Juwono 2, Isabelle Sarah Astari 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products. 40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data. Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening)

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening) PROFISIENSI, Vol.4 No.2 : 68-78 Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening) The Improvement of AMDK Bottle Packaging Production Process with DMAIC

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006. BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data 4.1.1. Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI R. Phenter S. P. 1 ; Faisal Safa 2 ABSTRACT The purpose of quality control

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Pada proses metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan diagram alir seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1 Gambar 3.1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA PART CRANK CASE L TIPE KVL PROSES

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci