BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 70 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan ini dilakukan), data karakteristik kualitas produk yang di dapat dari dokumen standar QC perusahaan, sementara data sekunder seperti data proses produksi, waktu baku operasi, kapasitas produksi, omset perusahaan dan lain-lain yang di dapat dari hasil wawancara atau diskusi dengan supervisor dan manajer yang bersangkutan. A. Data Primer Data Rekap hasil produksi dan jumlah cacat dari yang dihasilkan yaitu produk hanger tipe TAC 6212, selama sebulan, yakni bulan Oktober dan November. Data-data karakteristik kualitas kunci produk (CTQ) yang di dapat dari hasil wawancara dan diskusi dengan bagian Quality Control di perusahaan.

2 71 B. Data Sekunder Data proses pada pembuatan hanger TAC 6212 dari mixing sampai dengan Storage berupa peta proses Hasil pengumpulan data ini akan diperlihatkan langsung pada bagian selanjutnya dari bab ini pada analisa data. 4.2 Analisis Data Dalam pembahasan data terdapat lima tahapan untuk mengumpulkan data, dan tahapan yang akan dilakukan sesuai dengan strategi penerapan Six Sigma, yaitu Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC). Tahapan-tahapan ini merupakan tahapan yang berulang atau membentuk siklus peningkatan kualitas dengan Six Sigma Tahap definisi (Define) Merupakan tahap pertama dalam model DMAIC menuju peningkatan secara terus menerus menuju target Six Sigma. Proses produksi merupakan suatu kegiatan utama dalam suatu industri. Pada tahap ini akan didefinisikan keseluruhan proses produksi yang terkait di PT. Biggy Cemerlang. Dari tahapan ini akan diketahui bagaimana aliran proses yang ada, input-input apa saja yang dibutuhkan dalam tahapan persiapan sehingga proses akan berjalan dengan baik, sehingga akan menghasilkan output-output yang sesuai dengan diharapkan oleh perusahaan. Alat-

3 72 alat yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah diagram alir proses dan diagram inputprocess-output Pembutan Diagram Alir Diagram alir menggambarkan aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam sebuah proses. Dalam pembuatan diagram alir tahapan proses ini, dibuat berdasarkan urutan-urutan kerja yang berlangsung. Dengan diagram alir ini diharapkan pemahaman terhadap sebuah proses akan lebih baik sehingga memudahkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Secara rinci diagram alir proses TAC 6212 dapat dilihat pada gambar lampiran Pembutan Diagram Input-process-Output Sama seprtinya diagram alir, diagram Input-Process-Output juga merupakan reprensentasi visual dari sebuah proses yang berlangsung. Perbedaanya adalah pada diagram Input-Process-Output lebih berfokus pada karakteristik input dan output dari sebuah proses. Hal ini harus ditentukan pertama kali adalah output-output yang diinginkan dari proses yang diamati. Karakteristik output-output tersebut diletakkan di sebelah kanan proses yang diamati. Selanjutnya menentukan faktor-faktor yang harus dijadikan input agar dapat menghasikan output-output yang telah ditentukan. Biasanya jumlah input akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah output. Diagrm Input-Process-Output dari tahapan proses Perakitan dapat dilihat pada gambar 4.1

4

5 TAHAPAN PENGUKURAN (MEASURE) Perusahaan-perusahaan yang mengukur kualitas dan efisiensi dari proses mereka akan mampu menghasilkan produk dan pelayanan berkualitas tinggi pada tingkat biaya (harga) yang lebih rendah. Dalam program penigkatan kualitas Six Sigma menggunakan model DMAIC terdapat tahapan Measure, yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap fakta-fakta yang akan menghasilkan data, dan akan berguna sebagai pengetahuan bagi pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas. Hal-hal yang harus dilakukan dalam tahapan pengukuran meliputi penentuan karakteristik-karakteristik kualitas dari tahapan proses produksi, perhitungan kapabilitas proses, dan defect per million opportunities (DPMO). Tingkat kapabilitas proses menentukan apakah suatu proses mampu atau tidak dalam memenuhi target yang ingin dicapai. Dalam studi kemampuan proses, akan dibuat peta kendali (control chart) untuk mengetahui apakah kondisi dari data yang diperoleh berada dalam kendali statistik atau tidak (in or out of control). Kemudian menghitung indeks kemampuan proses (Cp atau Cpk) berdasarkan data yang telah dikumpulkan Penentuan Karakteristik Critical to Quality (CTQ) Tujuan menetukan atau menetapkan karakteristik kualitas atau Critical to Quality adalah untuk mengatahui karakteristik-karakteristik yang menpunyai kemungkinan atau berpotensi menjadi defect atau cacat pada hasil akhir. Karakteristik

6 75 yang kritis adalah semua jenis cacat yang mungkin terjadi pada tahapan proses produksi TAC 6212 di PT. Biggy Cemerlang, yaitu : 1. Hazy (Berkabut) 2. Black dot (Kotoran) 3. Short shoot 4. Produk buram 5. Over Flashing 6. Bending produk 7. Kawat hook (berkarat) Dapat dilihat, jumlah CTQ untuk tahapan proses produksi berjumlah tujuh karakteristik dan jumlah CTQ inilah yang akan digunakan untuk menghitung nilai defect per million opportunities (DPMO) Pembuatan Peta Kendali (Control Chart) Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, peta kendali yang harus dibuat adalah peta kendali p, karena data-data tersebut merupakan data atribut yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Dalam pembuatan peta kendali p ini, data yang digunakan adalah jumlah produksi dan jumlah cacat yang terjadi selama bulan November Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

7 76 Tabel 4.1 Perhitungan Proporsi cacat tanggal Ukuran total.cacat P.cacat Inspeksi

8 77 Σcacat p = = ΣJumlah Pr oduksi CL = p = UCL = LCL = p + 3 p 3 p(1 p) ni p(1 p) ni = = = ( ) ni ( ) ni Tabel 4.2 Perhitungan UCL dan LCl tanggal Ukuran total.cacat UCL LCL Inspeksi

9 P Chart of C UCL= Proportion _ P= LCL= Sample Tests performed with unequal sample sizes Gambar 4.2 Peta kendali P Untuk Tahapan Produksi Hanger TAC 6212 Dengan Program Minitab

10 79 Dengan memperhatikan peta kendali p yang telah dibuat, tidak ada data-data yang berda di luar batas kontrol, baik UCL maupun LCL. Hal ini menunjukan bahwa kondisi produksi stabil dapat dikatakan proses berada dalam kendali statistik, serta, variasi yang terjadi dalam proses diakibatkan oleh penyebab umum (common cause) bukan oleh penyebab khusus (special cause) Perhitungan Indeks Kapabilitas Proses Indeks kapabilitas proses berguna untuk menentukan tingkat kemampuan suatu proses yang sedang berlangsung, apakah proses beroperasi sesuai dengan target yang telah ditetapkankan sebelumnya. Perhitungan adalah sebagai berikut : Nilai Center Line / p pada peta kendali p = 0,00808 Indeks kapabilitas proses = 1- p = = Dari perhitungan ternyata diperoleh indeks kapabilitas proses kurang dari 1. atau hal ini menunjukan bahwa proses hanger tip TAC 6212 cukup mampu untuk memenuhi target spesifikasi yang telah ditentukan. Sehingga hanya perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan agar kapabilitas dapat meningkat.

11 Perhitungan Defect per Million Opportunities (DPMO) Perhitungan DPMO ini akan menunjukan level sigma suatu perusahaan. Tahap-tahap perhitungan adalah sebagai berikut : Unit (U) Jumlah produk Hanger TAC 6212 selama bulan september 2005 adalah sebanyak unit Opportunities (OP) Karakterisrik yang kritis (Critical to Quality) yang terjadi dalam proses berjumlah 7 karakteristik. Defect (D) Defect yang terjadi selama proses produksi hanger TAC 6212 di bulan september 2005 sebanyak 2334 Defect. Defect Per Unit (DPU) DPU = D/U DPU = 2334 / = Total Opportunities (TOP) TOP = U x OP TOP = x 7 = Defect Per Opportunities (DPO) DPO = D / TOP DPO = 2334 / =

12 81 Defect per Million Opportunities (DPMO) DPMO = DPO x DPMO = x = 1154 Dari Tabel Konversi Six Sigma, yang tercantum dalam lampiran, nilai DPMO sebesar 1154 berada diantara 900 DPMO (4.625 sigma) dan 1300 DPMO (4.5 sigma). Dengan menggunakan Interpolasi, maka didapatkan : = x x x = 146x = 146x + 254x 400x = x = Perhitungan menunjukan bahwa level Sigma berada pada tingkat sigma dengan DPMO sebesar Apabila dilihat dari pencapaian level sigma tersebut, maka dapat di katakan bahwa tingkat pencapaian kualitas produk Hanger TAC 6212 sudah cukup baik. Tetapi untuk perusahaan yang lebih kompetitif dan

13 82 untuk menjadikan produk tersebut lebih berkualitas maka angka level diatas masih harus ditingkatkan hingga mendekati level kesempurnaan 6σ Tahap Analisa (Analyze) Setelah melakukan tahap Define serta meaasure, tahap selanjutnya adalah tahap analisa atau Analyze. Tahap ini merupkan langkah untuk menetukan faktorfaktor utama penyebab variasi yang terjadi dalam bulan November 2005 dan membuat prioritas cacat mana yang memiliki kontribusi dominan terhadap menurunnya kualitas produk secara keseluruhan. Dan menganalisa berbagai akar penyebab masalah dari cacat-cacat yang dominan tersebut, ditinjau dari segi man, machine, environment, dan material, sehingga dapat meningkatkan tahapan proses yang sedang berlangsung Pembuatan Diagram Pareto Langkah awal dalam membuat diagram pareto adalah mencoba untuk mengidentifikasi secara kuantitatif jenis-jenis cacat yang paling dominan atau paling sering terjadi dalam waktu bulan september, berikut adalah data rekap cacat beserta diagram pareto untuk menunjukkan cacat apa yang paling dominan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3

14 83 Tabel 4.3 Data Cacat (November 2005) untuk diagram Pareto Nama cacat Jumlah cacat Hazy (berkabut) 538 Black dot 479 Short Shoot 414 Produk Buram 349 Over Flashing 294 Bending Produk 165 Kawat Hook 95 Pengurutan serta perhitungan data pada tabel 4.3 ditunjukan pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Data perhitungan Diagram Pareto Urutan Jenis cacat Jumlah Persentase % Kumulatif 1 Hazy Short shot Produk Buram Black dot Over Flashing Bending Produk Kawat Hook

15 84 DIAGRAM PARETO Pareto Chart of C Count Percent C1 Count Percent Cum % Hasy Black dot Short Shoot Produk Buram Over Flashing Bending Produk Kawat Hook 20 0 Gambar 4.3 Diagram Pareto Jenis cacat (November 2005) menggunakan program Minitab Pada diagram pareto memperlihatkan jenis caat yang menempati urutan pertama serta paling banyak terjadi selama bulan November 2005 adalah tipe Hazy, dengan total mencapai 538 cacat. Tipe ini mencapai 23,1% dari keseluruhan total cacat yang terjadi. Sedangkan jenis cacat yang paling sedikit terjadi pada kurun waktu yang sama adalah tipe kawat hook, yang berjumlah 95 cacat (4.1% dari kerseluruhan

16 85 total cacat yang terjadi). Untuk lebih jelas, diagram tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3. Berdasarkan persentase kumulatif, jenis cacat yang akan menjadi prioritas dalam penanganan masalah adalah jenis cacat yang diakibatkan oleh : (1) Hazy, (2) balckdot, (3) Short shoot, (4) Produk buram, (5) Over Flashing, (6) Bending produk, karena persentase kumulatif dari ke enam jenis cacat ini mencapai 95,9%. Agar sumber-sumber pnyebab terjadinya ke enam cacat tersebut, maka akan digunakan diagram Fishbone Pembuatan Diagram Fishbone (Sebab-Akibat) Dr. Kaoru Ishikawa mengembangkan alat sederhana. Yang dinamakan diagram fishbone, untuk mengindentifikasi sebab-akibat terjadinya variasi dalam proses. Diagram ini menyusun sebab-akibat variasi atau sebab-sebab permasalahan kualitas ke dalam beberapa kategori. Hal ini membantu untuk menentukan fokus masalah yang diambil dan membantu dalam usaha-usaha pengembangan proses. Pembuatan diagram fishbone dilakukan untuk jenis Hazy, blackdot, short shoot, produk buram, over flashing, bending produk. Ke enam jenis cacat inilah yang paling dominan serta menjadi prioritas dalam penanganan masalah karena mencapai 90% dari total keseluruhan cacat yang terjadi dalam tahapan proses pembuatan hanger tipe TAC 6212 selama bulan November.

17 Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Cacat Hazy Jenis cacat ini merupakan jenis cacat yang paling banyak terjadi pada tahapan produksi hanger. Diagram fishbone untuk jenis cacat Hazy dapat di lihat pada gambar 4.4

18

19 88 Gambar 4.4 menunjukan sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya cacat Hazy. Penjelasan sebagai berikut: Manusia Kesalahan yang terjadi selama produksi hanger tipe TAC 6212 untuk cacat Hazy disebabkan tidak telitinya operator dalam menyeting mesin. Hal ini mengakibatkan mesin kurang bekerja dengan optimal atau pemanasan bahan material kurang sempurna. Kesalahan semacam ini disebabkan karena pekerja tergesa-gesa. Selain itu, yang menjadi faktor penyebab adalah pekerja yang kelelahan. Hal ini juga menyebabkan pekerja tidak dapat dapat melakukan pekerjaan semaksimal mungkin, yang berakibat timbulnya kesalah tersebut. Material Bahan material (plastik) adalah bahan utama dari hanger. Dimana bahan yang tercampur dengan debu atau kotoran dapat membuat produk menjadi tidak bening. Selain itu yang menjadi faktor lain penyebab Hazy adalah komposisi bahan material yang tidak tepat dapat mengakibabkan produk menjadi tidak bening. Mesin Di dalam proses injection mesin sangat berperan penting karena dalam mengeluarkan output atau hasil produk. Maka settingan mesin dapat

20 89 mempengaruhi suatu hasil jika mesin disetting terlalu cepat, pemanasn yang terjadi kurang sempurna. Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Salah satunya adalah kurangnya penerangan yang mempengaruhi penglihatan pekerja, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam menyeting mesin atau membersihankan kotoran atau debu Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Cacat Black dot Selanjutnya jenis cacat yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah jenis cacat Black dot. Diagram fishbone untuk jenis cacat ini dapat dilihat pada gambar 4.5.

21

22 91 Gambar 4.5 menunjukan sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya cacat Black dot. Penjelasan sebagai berikut Manusia Kesalahan yang terjadi selam produksi Hanger untuk cacat blackdot disebabkan tidak telitinya terhadap kotoran atau debu yang beada mesin mixing hal ini mengakibatkat tercampur ke dalam bahan material. Kesalahan semacam ini disebabkan karena pekerja tergesa-gesa melakukan tugasnya untuk memenuhi permintaan surat perintah kerja (SPK). Hal ini juga menyebabkan pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya semaksimal mungkin, yang berakibat timbulnya kesalahan tersebut. Metode Kerja dalam proses mixing dimana membutuhkan tenaga manusia untuk mengangkat bahan material ke dalam mesin mixing, sehingga kemungkinan jatuhnya kotoran atau debu ke dalam mesin mixing dapat terjadi. Mesin Dalam proses pembuatan hanger terdapat mesin yang membutuhkan pengawasan manusia, seperti mesin mixing karena dalam pengadukan bahan material kemungkinan terdapatnya kotoran dapat mengakibatkan produk menjadi tidak sempurna.

23 92 Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Salah satunya adalah kurangnya penerangan yang mempengaruhi penglihatan pekerja, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam membersihankan kotoran atau debu di dalam mesin mixing Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Short Shoot Selanjutnya jenis cacat yang menjadi proritas untuk ditanggulangi adalah jenis cacat Short shoot. Diagram fishbone untuk jenis cacat ini dilihat pada gambar 4.6.

24

25 94 Gambar 4.6 menunjukan sebab-sebab yang diakibatkan terjadinya short shoot penjelasannya adalah sebagai berikut. Manusia Kesalahan yang terjadi selama produksi hanger untuk cacat short shoot disebabkan tidak teliti dalam menyeting mesin injection. Hal ini mengakibatkan penyuntikan bahan material menjadi pendek atau terlalu cepat dari sebenarnya. Kesalahan ini disebabkan karena pekerja tergesagesa melakukan tugasnya untuk memenuhi permintaan surat perintah kerja (SPK). Selain itu, yang menjadi faktor penyebab adalah pekerja yang kelelahan. Hal ini juga menyebabkan pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan semaksimal mungkin. Mesin Dalam proses pembuatan produk dimana mesin tidak saja memproduksi hanger, jadi dimana setting mesin dapat berubah tergantung produk yang diproduksinya, dan kurang telitinya pekerja mengakibabtkan cacat short shoot. Metode kerja Dari segi metode kerja, belum adanya sosialisasi standarisasi kerja yang baik dan juga operator terburu-buru bekerja karena untuk memenuhi permintaan surat perintah kerja (SPK).

26 95 Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Salah satunya adalah kurangnya penerangan yang mempengaruhi penglihatan para pekerja, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada proses pembuatan hanger Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Produk Buram Selanjutnya jenis cacat yang menjadi proritas untuk ditanggulangi adalah jenis cacat produk buram. Diagram fishbone untuk jenis cacat ini dilihat pada gambar 4.7.

27

28 97 Gambar 4.7 menunjukan sebab-sebab yang diakibatkan terjadinya produk buram penjelasannya adalah sebagai berikut. Manusia Kesalahan yang terjadi selama produksi hanger untuk cacat produk buram disebabkan tidak telitinya terhadap komposisi material. Hal ini mengakibatkan bahan material (PS dan K resin) tidak tercampur dengan sempurna antara ke dua bahan material. Kesalahan semacam ini disebabkan karena pkerja tergesa-gesa melakukan tugasnya untuk memenuhi permintaan surat perintah kerja (SPK). Selain itu yang menjadi faktor penyebab lainya pekerja kurang pengalaman. Hal ini menyebabkan kurang terbiasanya terhadap bahan. Mesin Di dalam proses injection mesin sangat berperan penting karena dalam mengeluarkan output atau hasil produk. Maka settingan mesin dapat mempengaruhi suatu hasil jika mesin disetting terlalu cepat, pemanasn yang terjadi kurang sempurna. Material Bahan material (plastik) adalah bahan utama dari hanger. Dimana bahan yang tercampur dengan debu atau kotoran dapat membuat produk menjadi tidak bening. Selain itu yang menjadi faktor lain penyebab

29 98 produk buram adalah komposisi bahan material yang tidak tepat dapat mengakibabkan produk menjadi tidak bening. Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Salah satunya adalah kurangnya penerangan yang mempengaruhi penglihatan para pekerja, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada proses pembuatan hanger Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Over flashing Selanjutnya jenis cacat yang menjadi proritas untuk ditanggulangi adalah jenis cacat over flashing. Diagram fishbone untuk jenis cacat ini dilihat pada gambar 4.8.

30

31 100 Gambar 4.8 menunjukan sebab-sebab yang diakibatkan terjadinya over flashing penjelasannya adalah sebagai berikut. Manusia Kesalahan yang terjadi selama produksi hanger untuk cacat over flashing disebabkan pekerja tidak teliti terhadap mold yang telah presisi. Hal ini mengakibatkan bahan yang telah meleleh tidak pas terhadap mold. Kesalahan ini disebabkan karena kondisi pekerja yang kurang berpengalaman, yang berakibat timbulnya kesalahan tersebut. Mesin Dalam pembuatan hanger dimana mesin mempunyai kapasitas mesin yang berbeda-beda tergantung apa yang akan diproduksi. Kesalahan ini terjadi dimana produk yang seharusnya kapasitas mesin kecil di cetak di kapasitas mesin besar, hal ini karena untuk mememuhi pesanan konsumen. Material Material disini bukanlah bahan plastik, melainkan mold, dimana mold yang sering di gunakan kemungkinan akan over presisi. Hal ini mengakibatkan bahan material yang telah dicetak tidak pas terhadap mol. Ini mengakibatkan hasil yang tidak sempurna.

32 101 Metode kerja Dari segi metode kerja, belum adanya sosialisasi standarisasi kerja yang baik dan juga operator terburu-buru bekerja karena untuk memenuhi permintaan surat perintah kerja (SPK) Pembuatan Diagram Fishbone Untuk Bending produk Selanjutnya jenis cacat yang menjadi proritas untuk ditanggulangi adalah jenis cacat bending produk. Diagram fishbone untuk jenis cacat ini dilihat pada gambar 4.9.

33

34 103 Gambar 4.9 menunjukan sebab-sebab yang diakibatkan Bending produk penjelasannya adalah sebagai berikut. Manusia Kesalahan yang terjadi selama produksi hanger untuk cacat Bending Produk disebabkan kurang telitinya terhadap mesin cooler. Hal ini mengakibatkan produk yang masih panas, yang mana kurang pendingan langsung aja keluar dari mold (cetakan). Selain itu, yang menjadi faktor penyebab adalah pekerja yang kurang berpengalaman, hal ini juga menyebabkan pekerja melakukan pekerjaannya kurang efisien, yang berakibat timbulnya kesalahan tersebut. Mesin Dalam proses pembuatan hanger terdapat mesin cooler dimana gunanya untuk mendingankan produk yang telah dicetak di dalam mold. Dan jika cooler ini tidak bekerja dengan baik akan mengakibatkan produk menjadi cacat atau tidak sempurnya. Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Salah satunya adalah kurangnya penerangan yang mempengaruhi penglihatan para pekerja, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan penyetingan atau pemeriksaan mesin pada proses pembuatan hanger.

35 Tahap Perbaikan (Improve) Improve merupakan operasional keempat dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap ini akan membantu untuk memperbaiki atau meningkatkan pross. Alat Six sigma yang digunakan pada tahap ini Failure Mode Effect and Analysis (FMEA), untuk mengetahui penyebab-penyebab potensial dari masalah yang ada Pembuatan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) FMEA adalah suatu prosedur terstuktur untuk mengindentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure modes). Pembuatan FMEA bertujuan untuk mengindentifikasi dan menilai resiko-resiko yag berhubungan dengan potensi kegagalan. FMEA dapat diterapkan dalam semua bidang, baik manufaktur maupun jasa, juga pada semua jenis produk. Dalam FMEA akan dilakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN), yang merupakan perkalian dari Occurence (O), Severity (S), Detectability (D) dengan memberikan nilai secara subyektif anatara 1-10 sebagai kriterianya. Data yang dibutuhkan untuk membuat FMEA adalah faktor-faktor sebabakibat dari fishbone yang telah dibuat sebelumnya.

36 Pembuatan FMEA Untuk Jenis Cacat Hazy Jenis cacat hazy merupakan cacat pada proses produksi hanger. Cacat ini menyebabkan produk benjadi seperti kabut atau tidak bening. Pembuatan cause failure effect untuk cacat hazy dapat dlihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Cause Failure Mode Effect Jenis Cacat Hazy Efek kegagalan potensial Modus Kegagalan potensial Penyebab Potensial Kesalahan menyeting mesin Pekerja tidak berpengalaman Mixing tidak bersih Terdapat kotoran Pekerja tidak teliti Bahan terkena kotoran Kotoran dari bagian penyimpanan Kesalahan dalam penyimpanan bahan material Komposisi material Pekerja tidak berpengalaman Kelelahan Tidak konsentrasi Temperatur ruang terlalu panas Hasil pembuatan CFME yang berupa urutan akar penyebab masalah-modus kegagalan-efek dirankum dalam tabel FMEA sebagai berikut :

37 106 Tabel 4.6 Failure Mode and Effect Analysis Untuk Jenis Cacat Hazy Efek Kegagalan Potensial Modus Kegagalan Potensial Penyebab potensial O S D (RPN) Rekomendasi Kesalahan Pekerja tidak Diberikan pelatihan menyeting mesin berpengalaman dan didukumentasikan settingan yang sudah tepat Mixing tidak Terdapat kotoran Pekerja tidak teliti Pengawasan yang lebih bersih ketat dari kepala regu dan membuat standar inspeksi Bahan terkena Kotoran dari Kesalahan dalam Pengawasan yang lebih kotoran bagian penyimpanan penyimpanan bahan material ketat dari kepala regu dan membuat standar inspeksi Komposisi Pekerja tidak Pengawasan yang lebih material berpengalaman ketat dari kepala regu dan diberikan pelatihan Kelelahan Tidak konsentrasi Temperatur ruang terlalu panas Menambahkan jendela dan sirkulasi udara Dari pembuatan FMEA untuk jenis cacat Hazy, angka Risk Priority Number (RPN) tertinggi sebesar 120. angka ini berada pada kegiatan kesalahan dalam proses penyetingan mesin. Hal-hal yang harus dilakukan terhadap terhadap penanganan masalah tersebut, kepala regu mengawasi secara ketat dan memberikan pelatihan dan

38 107 mendukumentasikan segala sesuatu yang sudah sempurna. Diharapkan setelah melakukan perbaikanterhaap modus kegagalan yang mempunyai nilai RPN tertinggi, ketika dilakukan pembuatan FMEA kembali, nilai tersebut dapat berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus kegagalan lain Pembuatan FMEA Untuk Jenis Cacat Black Dot Jenis cacat Black dot merupakan cacat pada proses produksi hanger. Cacat ini menyebabkan produk terdapat bintik-bintik hitam yang disebabkan oleh kotoran. Pembuatan cause failure effect untuk cacat Black dot dapat dlihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Cause Failure Mode Effect Jenis Cacat Black dot Efek kegagalan potensial Modus Kegagalan potensial Penyebab Potensial Mesin mixing berdebu Pekerja tidak teliti Kesalahan proses kerja Mengacuhkan kebersihan Pekerja tidak memperhatikan pengarahan ketua regu Kelelahan Tidak konsentrasi Temperatur ruang terlalu panas Kurangnya lampu penerangan Ruangan tidak dilengkapi penerangan yang memadai

39 108 Hasil pembuatan CFME yang berupa urutan akar penyebab masalah-modus kegagalan-efek dirankum dalam tabel FMEA sebagai berikut : Tabel 4.8 Failure Mode and Effect Analysis Untuk Jenis Cacat Black dot Efek Kegagalan Potensial Modus Kegagalan Potensial Penyebab potensial O S D (RPN) Rekomendasi Mesin mixing Pekerja tidak teliti Pengawasan yang lebih berdebu atau ketat dari kepala regu terkena kotoran dan membuat standar inspeksi Kesalahan proses Mengacuhkan Pekerja tidak Pengawasan yang lebih kerja kebersihan memperhatikan ketat dari kepala regu pengarahan ketua dan memberikan regu pelatihan Kelelahan Tidak konsentrasi Temperatur ruang terlalu panas Menambahkan jendela dan sirkulasi udara Kurangnya lampu Ruangan tidak Di sediakan lampu penerang- an dilengkapi pe- penerangan atau nerangan yang diberikan kaca memadai pembaur sinar matahari Dari pembuatan FMEA untuk jenis cacat Black dot, angka Risk Priority Number (RPN) tertinggi sebesar 80. angka ini berasda pada kegiatan kesalahan pekerja ketikabehan materia di mixing. Untuk penanganan masalah tersebut,

40 109 rekomendasikan yang dianjurkan adalah, kepala regu mengawasi secara ketat terhadap proses yang dikerjakan dan memberikan standar inspeksi kepada pekerja. Diharapkan setelah melakukan perbaikanterhaap modus kegagalan yang mempunyai nilai RPN tertinggi, ketika dilakukan pembuatan FMEA kembali, nilai tersebut dapat berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus kegagalan lain Pembuatan FMEA Untuk Jenis Cacat Short Shoot Jenis cacat Short shoot merupakan cacat pada proses produksi hanger. Cacat ini menyebabkan produk menjadi tidak sempurna yang diakibatkan pendingan yang terlalu cepat terdapat bintik. Pembuatan cause failure effect untuk cacat Black dot dapat dlihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Cause Failure Mode Effect Jenis Cacat Short Shoot Efek kegagalan potensial Modus Kegagalan potensial Penyebab Potensial Parameter setting Tidak teliti Kurang berpengalaman Pemanasan kurang sempurna Kesalahan dalam standarisasi Kurang berpengalaman Kesalaha dalam proses kerja Kesalahan dalam penyetingan Kurang berpengalaman, dan temperatur pemanas tergesa-gesa Kelelahan Tidak konsentrasi Temperatur ruang terlalu panas

41 110 Hasil pembuatan CFME yang berupa urutan akar penyebab masalah-modus kegagalan-efek dirankum dalam tabel FMEA sebagai berikut : Tabel 4.10 Failure Mode and Effect Analysis Untuk Jenis Cacat Short Shoot Efek Kegagalan Potensial Modus Kegagalan Potensial Penyebab potensial O S D (RPN) Rekomendasi Parameter setting Tidak teliti Kurang berpengalaman Pengawasan yang lebih ketat dari kepala regu dan memberikan pelatihan Pemanasan Kesalahan dalam Kurang Pengawasan yang lebih kurang sempurna standarisasi berpengalaman ketat dari kepala regu dan memberikan pelatihan Kesalaha dalam Kesalahan dalam proses kerja penyetingan Kurangnya lampu penerangan Kurang berpengalaman, Pengawasan yang lebih ketat dari kepala regu tergesa-gesa dan memberikan pelatihan Ruangan tidak Di sediakan lampu dilengkapi pe- penerangan atau nerangan yang diberikan kaca memadai pembaur sinar matahari Dari pembuatan FMEA untuk jenis cacat Short shoot, angka Risk Priority Number (RPN) tertinggi sebesar 120. angka ini berada pada kegiatan kesalahan dalam

42 111 pemanasan bahan di dalam mesin injection. Hal-hal yang harus dilakukan terhadap penanganan masalah tersebut adalah, kepala regu mengawasi secara ketat terhadap poses yang dikerjakan serta memperbanyal latihan para pekerja. Diharapkan setelah melakukan perbaikanterhaap modus kegagalan yang mempunyai nilai RPN tertinggi, ketika dilakukan pembuatan FMEA kembali, nilai tersebut dapat berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus kegagalan lain Tahap Kontrol (Control) Setelah sumber-sumber dan akar penyebab dari masalah kualitas teridentifikasi dari pembuatan diagram pareto, diagram fishbone, dan FMEA, maka harus dilakukan usulan-usulan untuk menagani masalah, terutama masalah yang menjadi prioritas. Pada tahap kontrol, yang merupakan langkah operasional terakhir dalam program peningkatan kualitas Sig Sigma, usulan-usulan tersebut akan didukomentasikan dan dijadikan pedoman standar kerja perusahaan. Sehingga target peningkatan sigma yang diharapkan, dapat terwujud secaa bertahap. Usulan-usulan yang dibuat adalah berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan dari diagram fishbone serta usulan-usulan instruksi kerja untuk tahapan pembuatan Hanger tipe TAC 6212.

43 Usulan-Usulan Perbaikan Berdasarkan diagram fishbone yang telah dibuat sebelumnya, kesalahankesalahan yang terjadi selama tahapan proses, disebabkan oleh faktor manusia, material, metode kerja, lingkungan, dan mesin. Oleh karenaitu, usulan-usulan yang diberikan berdasarkan kelima faktor tersebut. Usulan-usulan ini merupakan bentuk usaha dalam mengurangi defect yang terjadi selam proses perakitan, agar menigkatkan tingkat sigma dan kapabilitas proses. Mesin 1. Semua mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi harus dilihat parameter settingannya dan dipelihara secara teratur. 2. Kepala seksi harus membuat dukumentasi parameter setting yang berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. 3. Untuk msin yang dinyatakan rusak, harus segera dipisahkan dan diganti dengan yang baru atau diperbaiki. 4. Kepala seksi harus segera melaporkan ke bagian Maintenance, jika ada mesin yang rusak. Lingkunagan 1. Kepala seksi harus selalu melakukan pengontrolan terhadap kebersihan lingkungan kerja, sebelum kegiatan produksi dimulai.

44 Menambah jendela dan sirkulasi udara pada lantai produksi agar pekerja tidak cepat merasa kepanasan dan lelah. 3. menutup rapat-rapat pintu gudan penyimpanan sehingga kotoran dari lingkunan pabrik tidak masuk kedalam. 4. Menambah lampu penerangan bagi operator yang pekerjaanya membutuhkan penerangan yang memadai. Manusia 1. Kepala Regu harus memberikan pengarahan kepada setiap pekerja atas pelaksanaan proses perakitan agar berjalan sebaik dan sefisien mungkin. 2. Kepala Seksi harus melakukan pengontrolan terhadap cara dan hasil kerja Kepala regu dan operator. 3. Kepala Seksi membuat laporan hasil kerja harian dan mingguan, yang harus diserahkan kepada subbagian Produktioon. 4. Memberikan pelatihan kepada seluruh operator agar tersedianya operator yang terampil untuk semua kegiatan yang mempengaruhi kualitas produk. Semua operator diberi pendidikan, pelatihan, dan pengalaman sesuai dengan dibutuhkan. 5. Kepala Regu harus melakukan pengaturan, pengontrolan kerja, dan hasil kerja operator secara teliti.

45 114 Material 1. Kepala Seksi harus melakukan pengontrolan terhadap bahan material selama dalam gudang penyimpanan. 2. Kepala Seksi harus mengontrol komposisi bahan material dalam mesin mixing 3. Setiap material atau produk yang setengah jadi, ditanggani dan disimpan sedimikian rupa sehingga dapat dipastikan keutuhannya, dan dapat dicegah dari kerusakan atau penurunan kualitas. 4. Material atau komponen yang dinyatakan tidak layak pakai, harus segera dipisahkan untuk mencegah material atau komponen tersebut dugunakan dalam kegiatan produksi. 5. Pemesanan material harus jelas memberikan informasi dan juga disertai instruksi, spesifikasi atau standar, atau gambar. Metode Kerja 1. Kepala Regu wajib memeberikan pengarahan kepada setiap pekerja atas pelaksanaan proses produksi agar berjalan sebaik dan seefisien mungkin. 2. Kepala Seksi harus melakukan pengontrolan terhadap cara pengerjaan proses produksi, agar proses berjalan sesuai dengan instruksi kerja dan pekerja mengoprasikan mesin-mesin secara benar.

46 Membuat dukumentasi mengenai instruksi-instruksi kerja pembuatan hanger yang harus dikuasai oleh setiap operator, untuk meminimasi kesalahan kerja Usulan Instruksi Kerja Proses Hanger TAC 6212 Usulan ini bertujuan untuk memperbaiki serta menyempurnakan petunjuk instruksi kerja tentang proses produksi Hanger TAC 6212, sehingga menghasilkan produk yang berkualitas bagus, sesuai dengan keinginan pelanggan, dan tepat waktu pengiriman. Proses Injection dan mixing 1. Kepala Seksi meninjau atas kelengkapan isi dari SPK dan jadwal produksi 2. Melakukan pengecekan terhadap alat atau mesin yang diperlukan untuk proses produksi 3. Menyiapkan material atau komponen yang dibutuhkan untuk jalannya produksi. 4. mengontrol Komposisi bahan material yang akan di mixing 5. Kepala Regu memeriksa kebersihan linkungan kerja 6. Kepala regu mengarahkan setiap pekerja atas pelaksaan proses injection dan mixing

47 Memastikan dengan teliti ukuran hanger TAC 6212 sesuai dengan ukuran sesunguhnya. 8. memeriksa keadaan mold terlebih dahulu sebelum proses injection sesuai dengan standar pengecekan Simulasi Untuk Peningkatan Secara teknis Setelah solusi-solusi potensial yang ada telah di terapkan, maka akan didapat hasil-hasil berupa peningkatan kinerja kualitas produk yang terukur melalui parameter DPMO dan Level Sigma dari produk tersebut. Apabila hasilhasil peningkatan tersebut di simulasikan secara teknis mulai dari 10 % reduksi cacat untuk tiap-tiap kategori CTQ hingga mencapai 90 % reduksi, hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.11 Tabel Simulasi Hasil Peningkatan Kinerja Kualitas Produk NO JENIS CACAT JUMLAH Defect 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 1 Hazy Short Shoot Produk Buram Black Dot Overflashing Bending produk Kawat Hook TOTAL CACAT DPMO LEVEL SIGMA

48 ANALISA DATA Pada tahapan produksi proses Hanger TAC 6212 di PT. Biggy Cemerlang terdapat tujuh karakteristik kualitas atau jenis cacat yang terjadi. Hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas produknya. Jenis-jenis cacat tersebut adalah : (1) Hazy, (2) balckdot, (3) Short shoot, (4) Produk buram, (5) Over Flashing, (6) Bending produk, (7) Kawat Hook. Berdasarkan pembuatan peta kendali p menunjukan bahwa kondisi proses sudah stabil atau dapat dikatakan proses berada dalam pengendalaian Statistik, karena tidak ada data-data yang berada di luar batas kontrol. Berarti, variasi yang terjadi daam proses disebabkan oleh penyebab umum (Common Cause). Indeks kapabilitas proses perusahaan mempunyai nilai atau kurang dari 1 berarti proses belum mampu untuk memenuhi target spesifikasi yang telah ditentukan atau kapabilitas proses rendah. Harus dilakukan tidakan-tindakan perbaikan agar kapabilitas meningkat. Perhitungan Defect per Milion Opportunutirs (DPMO) Perhitungan menunjukan bahwa level Sigma berada pada tingkat sigma dengan DPMO sebesar Apabila dilihat dari pencapaian level sigma tersebut, maka dapat di katakan bahwa tingkat pencapaian kualitas produk Hanger TAC 6212 sudah cukup baik. Peningkatan level sigma akan terjadi jika perusahaan segera melakukan perbaikan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Berdasarkan diagram pareto yang telah dibuat menunjukan caat Hazy merupakan jenis cacat yang paling sering pada proses produksi selama bulan

49 118 (Oktober November 2005). Jenis cacat ini mencapai 23.1% dari keseluruhan total cacat yang terjadi. Jenis cacat yang menjadi prioritas dalam penanganan masalah adalah jenis caat yang diakibatkan oleh : (1) Hazy, (2) balckdot, (3) Short shoot, (4) Produk buram, (5) Over Flashing, (6) Bending produk, karena persentase kumulatif dari ke enam jenis cacat ini mencapai 95.9%. Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat-cacat pada proses produksi Hanger TAC 6212 adalah : (1) Adaya kesalahan dalam proses kerja, (2) Tidak tepatnya komposisi bahan yang mengakibatkan poduk tidak sempurna, (3) Kesalahan dalam penyetingan mesin, (4) Sebagian pekerja yang belum terlatih dalam tahapan proses atau instruksi kerja. Usulan-usulan perbaikan diberikan berdasarkan faktor-faktor penyebab kesalahan pada tahapan proses, yaitu manusia, material, metode kerja, lingkungan, dan mesin. Usulan-usulan ini merupakan bentuk usaha dalam mengurangi defect yang terjadi selama proses produksi, adar meningkatkan tingkat sigma dan kapabilitas proses. Sedangkan dalam usulan intruksi kerja diberikan beberapa petunjuk tambahan agar menghasilkan Hanger yang berkualitas bagus, sesuai dengan keinginan pelanggan, dan tepat pada waktunya.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2005/2006 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT HANGER TIPE TAC 6212 PADA PROSES INJECTION

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA PART CRANK CASE L TIPE KVL PROSES

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Hasil Pengumpulan Data Untuk dapat menganalisa kualitas yang ada di PT. UNITED Kingland, peneliti memerlukan data-data yang akurat dari pihak perusahaan. Berikut datadata

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI R. Phenter S. P. 1 ; Faisal Safa 2 ABSTRACT The purpose of quality control

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 03 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, akan disampaikan informasi-informasi mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan selama kegiatan proses pengemasan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1- semester genap 2006/2007 USULAN PERBAIKAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI WALL PANEL STANDART (118X315)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA Sukma Prayisno qtink_uma_sukma@yahoo.co.id (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 PEMANFAATAN PENDEKATAN SIX SIGMA UNTUK MEREDUKSI CACAT DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI OUTER TUBE Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data. Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Sampel dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang Plant, dan difokuskan pada jumlah cacat produk yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 69 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang didapat selama masa observasi pada PT.Isopanel Dunia. yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 45 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang pengolahan data yang dilakukan. Data yang digunakan adalah data jumlah cacat untuk setiap karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) Oleh : CHANDRA SARIPUTTRA 0732015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PART BENING MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS: DEPARTMENT INJECTION DI PT. KG)

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PART BENING MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS: DEPARTMENT INJECTION DI PT. KG) STRATEGI PENINGKATAN MUTU PART BENING MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA (STUDI KASUS: DEPARTMENT INJECTION DI PT. KG) Lithrone Laricha Salomon, Ahmad dan Nickholaus Denata Limanjaya Program Studi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 PENERAPAN METODE PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MEMINIMASI CACAT BAGIAN ATAS BERLUBANG PADA PROSES PRODUKSI TUTUP

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Cacat di PT X Hanky Fransiscus 1, Cynthia Prithadevi Juwono 2, Isabelle Sarah Astari 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci