BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data. Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan ini dilakukan), data biaya kualitas dari perusahaan, data karakteristik kualitas produk yang di dapat dari dokumen standar QC perusahaan, sementara data sekunder seperti data proses produksi, waktu baku operasi, kapasitas produksi, omset perusahaan dan lain-lain yang di dapat dari hasil wawancara atau diskusi dengan supervisor dan manajer yang bersangkutan. A. Data Primer Data Rekap hasil produksi dan jumlah cacat dari produk kontainer aki type N-70 yang dihasilkan selama dua bulan, yakni bulan April 2007 dan Mei Data-data karakteristik kualitas kunci produk (CTQ) yang di dapat dari hasil wawancara dan diskusi dengan bagian Quality Control di perusahaan.

2 55 B. Data Sekunder Data proses pada pembuatan kontainer aki type N-70 berupa peta proses operasi. Hasil pengumpulan data ini akan diperlihatkan langsung pada bagian selanjutnya dari bab ini pada analisa data. 4.2 Analisa Data dan Pembahasan. Untuk memecahkan masalah yang ada pada perusahaan, maka diperlukan pengolahan terhadap data-data yang telah dikumpulkan di atas. Data-data tersebut diolah dengan menggunakan metode Define-Measure-Analize-Improve-Control (DMAIC), yang merupakan inti dari metodologi Six Sigma. Adalpun penjelasan tahap-tahap / fase-fase tersebut adalah sebagai berikut : Fase Define (Pendefinisian). Fase Define merupakan fase atau tahap pertama dalam model DMAIC dalam peningkatan secara terus menerus menuju Six Sigma. Pada tahap ini penulis mendefinisikan masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan melalui project statement dimana pemilihan produk dan pendefinisian proses yang akan diperbaiki. Pendefinisian dilakukan dengan membuat diagram SIPOC (supplier-input-process-output-customers) dan membuat peta proses operasi yang menggambarkan proses.

3 56 Langkah-langkah yang terdapat dalam fase Define adalah sebagai berikut : 1. Menentukan atau mendefinisikan tujuan dari proyek Six Sigma. 2. Membuat gambaran secara keseluruhan dari perusahaan baik SIPOC Diagram dan Proses Operation Process Chart Project Statement Ada beberapa komponen dalam suatu pernyataan proyek yang terdiri dari: 1. Bussines Case (Latar Belakang Umum). Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat pada saat ini dan untuk dapat bertahan dalam persaingan tersebut, PT. Nipress tbk. ingin agar produk yang dihasilkan adalah produk yang berkualitas dan sesuai dengan keiniginan para konsumen untuk itu PT. Nipress tbk. berusaha untuk menghasilkan produk tanpa defect dan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Tetapi untuk mencapai produk yang berkualitas, saat ini PT. Nipress tbk. masih menghasilkan banyak produk yang cacat. Dari seluruh produk yang diproduksi, penulis mengambil jenis produk kontainer aki type N Problem Statement (Pernyataan Masalah).

4 57 Karena produksi kontainer aki type N-70 dilaksanakan pada bagian pembuatan, maka Problem Statement yang tepat adalah: Masih tingginya tingkat kecacatan pada produk kontainer aki type N-70 yang dihasilkan pada bagian pembuatan container. 3. Project Scope (Ruang Lingkup Proyek). Ruang Lingkup masalah dibataskan hanya untuk produk kontainer aki type N Goal Statement (Pernyataan Tujuan). Tujuan dari penelitian ini adalah agar aplikasi metode Six Sigma di harapkan dapat meningkatkan kualitas produk dan juga proses dengan cara mengurangi dan meminimalisasi jumlah produk cacat dan dapat meningkatkan kapabilitas proses yang ada. 5. Milestone (Batas Waktu Proyek). Batas waktu proyek ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan mei 2007.

5 Determine Process Setiap proses pasti memiliki unsur-unsur utama yakni pemasok, input, output, pelanggan dan proses itu sendiri. Dalam metode Six Sigma proses seringkali dapat digambarkan dalam format SIPOC Diagram. Adapun SIPOC Diagram di PT. Nipress tbk. adalah seperti dibawah ini: Supplier Input Proses Output Customer PT. Dongsun, timah, General motor Pengguna PT. Nikomas, separator, Cahaya perkasa Akhir PT. Spotek. Bij plastic, H2 So 4 Air demin Air zuur, Proses Produksi kontainer aki type N-70 Diagram 4.2 Diagram SIPOC Berikut adalah proses dari pembuatan kontainer aki type N-70 : 1. Untuk membentuk panel timah, dibutuhkan timah batangan (Hard Lead 2.3%). Timah batangan ini dilebur dalam tungku pemanas yang kemudian akan diinjeksi menjadi panel-panel timah ( 1 panel timah bisa terbagi menjadi beberapa pelat timah tergantung tipe aki yang akan dibuat).

6 59 2. Untuk membentuk pasta (yang kemudian digunakan untuk melumuri permukaan panel timah) digunakan batangan Soft Lead. Timah ini dimasukkan ke mesin oxide untuk menghasilkan tepung oxide. Tepung oxide ini kemudian akan diolah untuk membentuk pasta. 3. Setelah tepung oxide terbentuk dari hasil proses no 2 diatas, tepung tersebut dimasukkan ke silo dengan dicampurkan air denim dan air zuur. Proses penggabungan ini memakan waktu 24 jam. Output yang keluar dari proses ini adalah pasta. 4. Kontainer aki terbuat dari bijih plastik Trilene. Sama seperti proses injeksi biasanya, bijih plastik dilebur di tungku pemanas atau dapur mesin injeksi kemudian diinjeksi dengan menggunakan mesin injeksi untuk menghasilkan cetakan kontainer. Kontainer ini yang akan digunakan sebagai tempat penggabungan pelat-pelat aki. 5. Proses ini adalah pembuatan small part casting. Small part casting ini mencakup terminal, konektor dan busi. Terminal adalah ujung aki (berjumlah 2) yang berfungsi sebagai penghubung antara aki dengan motor atau mobil. Konektor adalah bagian yang akan menghubungkan kumpulan pelat pada tiap partisi dengan partisi lain dengan cara dilas. Pembuatan SPC ini menggunakan bahan baku timah SPC dan dihasilkan dari mesin injeksi. 6. Cover digunakan untuk menutup kontainer. Cover ini di buat melalui mesin injeksi dengan bahan baku berupa bijih plastik poly propylen.

7 60 Untuk proses ini, SPC yang berupa terminal sebelumnya diletakkan terlebih dahulu di mould (cetakan) setelah itu proses injeksi cover dilakukan. Sehingga keluaran dari proses ini berupa cover yang sudah memiliki ujung terminal. 7. Pada proses ini dilakukan pelumuran pasta pada permukaan panel timah, proses ini dinamakan dengan pasting. 8. Setelah panel timah dilumuri pasta, kemudian panel didiamkan dalam suatu ruangan selama 24 jam. Proses ini dinamakan dengan curing. Hal ini diperlukan agar lumuran pasta benar-benar menempel dipermukaan panel. 9. Proses selanjutnya adalah memberikan tegangan positif atau negatif ke panel-panel timah. Panel-panel timah yang sebelumnya telah didiamkan 24 jam dimasukkan ke dalam bak dengan diberi cairan H 2 SO 4. Proses ini dinamakan formation dan memakan waktu 24 jam. Keluaran dari proses ini adalah panel yang berkutub negatif dan berkutub positif. 10. Setelah dari formation, proses selanjutnya adalah pemanasan. Proses ini dinamakan Heating. 11. Untuk memisahkan panel menjadi pelat dilakukan pemotongan panel. Proses ini manual dengan mesin sebagai alat bantunya. 12. Brashing adalah proses pembersihan ujung pelat timah. Ujung pelat timah ini yang akan mengalirkan energi yang timbul. Ujung pelat timah ini berhubungan dengan terminal pada cover. Sehingga bila ujung pelat ini kotor maka pengaliran energi tidak akan baik.

8 Proses selanjutnya adalah Enveloping. Proses ini adalah proses membungkus pelat timah dengan separator. Biasanya pelat yang berkutub positif yang dibungkus dengan separator. Fungsi dari pembungkusan separator ini adalah supaya antara pelat tidak saling menempel ketika aliran energi mulai mengalir. (Karena penyusunan kutub pelat pada aki adalah (-) (+) (-), maka bila tidak ada pembatas pelat tersebut akan menempel dikarenakan kutub tersebut tarik menarik). 14. Pada proses ini, perakitan dilakukan dengan mengikutsertakan kontainer dan cover. Tiap partisi terdapat pelat-pelat timah yang telah disusun kutubnya, dan tiap partisi dihubungkan dengan partisi lain melalui ujung pelat yang dilas dengan timah solder. 15. Setelah itu proses selanjutnya adalah proses pengujian, seperti Short test, Polarity test, weld test, heat test dan Air leak test. 16. Proses terakhir adalah pengepakan ke dalam box Fase Measure (Pengukuran). Measure merupakan langkah operasional kedua dalam rangka peningkatan kualitas dalam metode DMAIC. Pada tahap ini dilakukan pengukuran dan mengenali dan menginventarisasi karakteristik kualitas kunci kualitas (CTQ). Tahap pengukuran ini sangat penting peranannya dalam meningkatkan kualitas, karena dapat diketahui keadaan perusahaan dari data yang ada

9 62 sehingga menjadi patokan atau dasar untuk melakukan analisa dan perbaikan. dalam Six Sigma ada dua basis pengukuran yaitu konsep pengukuran kinerja produk dan konsep pengukuran kinerja proses. Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan pengukuran kinerja proses : 1. Menghitung batas-batas kendali pada proses yang memproduksi produk kontainer aki type N-70 dengan data-data produksi yang telah dikumpulkan pada bulan April sampai dengan Mei Menghitung Kapabilitas Proses saat ini. Sehingga dapat diketahui apakah saat ini proses sudah cukup capable. Selanjutnya berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan pengukuran kinerja produk : 1. Menghitung DPU (Defect per Unit ), yaitu rata-rata cacat pada setiap unit. 2. Menghitung DPO (Defect per Opportunities), DPMO (Defet per Million Opportunities) dan Level Sigma dari produk yang di ukur. 3. Menghitung COPQ (Cost Of Poor Quality), yaitu biaya akibat rendahnya kualitas produk, namun pada penelitian ini peneliti tidak dapat menghitung COPQ dikarenakan terbatasnya data yang didapat dari perusahaan.

10 Penentuan Karakteristik Critical to Quality (CTQ). Tujuan menentukan atau menetapkan karakteristik kualitas atau Critical to Quality adalah untuk mengetahuio karakteristik-karajteristik yang mempunyai kemungkinan atau berpotensi menjadi defect atau cacat pada hasil akhir. Jenis-jenis cacat yang ditemukan pada proses produksi kontainer aki type N-70 ada enam, yaitu : Tabel 4.2 Karakteristik Jenis cacat No Jenis Cacat Defenisi Operasional 1 Container yang bolong Pada sisi samping kontainer aki type N-70 (vamp) dikarenakan terlalu rapat, meyebabkan komponen melengkung atau kendor berlubang 2 Adanya gelembung udara Pada bagian sambungan antara outsole kontainer aki type N-70 dengan bagian upper kontainer aki type N-70 akibat proses pemanasan yang kurang dari ketentuan yang ditetapkan. 3 Adanya Goresan Pada beberapa bagian kontainer aki type N-70 adanya goresan goresan yang terjadi di bagian kontainer aki type N-70 4 Pembatas Partisi tidak lurus Pada bagian bagian partisi yang terdapat di kontainer terdapat pembatas yang tidak lurus dikarenakan ketika proses injection terjadi error. 5 Warna yang buyar Berupa kesalahan dalam proses peracikan antara biji plastik dan zat pewarna yang tidak mixing. 6 Kotor Pada sisi outsole kontainer aki type N-70 yang diakibatkan penggunaan material yang salah secara berlebih

11 Pengukuran Kinerja Proses Perhitungan batas kendali dan peta kendali p untuk cell 1. Cacat p = = Pr oduksi CL = p = 0, = UCL = p + 3 p(1 ni p) = 0, ,0541(1 0,0541) ni LCL = p 3 p(1 ni p) = 0, ,0541(1 0,0541) ni Tabel 4.3 Hasil Perhitungan UCL dan LCL untuk peta kendali p cell 1 Pengamatan ke- Produksi (ni) Cacat P Persentase cacat UCL LCL

12 Total P Chart of cacat UCL= Proportion _ P= LCL= Sample Tests performed with unequal sample sizes Diagram 4.3 Peta kendali p pada cell 1

13 66 Dari grafik peta p di atas dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut dalam keadaan tidak terkendali. Karena dari ke-29 data tersebut terdapat satu buah data yang berada di luar batas kontrol (out control), yaitu pada data pengamatan ke-12. Data tersebut berada diluar batas kontrol atas atau upper control limit (UCL) yaitu sebesar 0,07 dari batas atas sebesar 0,0541 Pada data batas kontrol bawah atau lower control limit (LCL) diatas, terdapat beberapa yang menghasilkan nilai negative, tetapi berdasarkan ketentuan untuk batas kontrol bawah (LCL) untuk peta kontrol p, baik yang dinyatakan dalam nilai proporsi maupun persentase harus selalu positif, tidak boleh negative (LCL 0). Apabila ditemukan nilai negative dalam perhitungan LCL, maka ditetapkan sama dengan nol (0); jadi apabila LCL < 0, maka ditetapkan LCL = Indeks Kapabilitas Proses. Langkah selanjutnya adalah menghitung kapabilitas proses (Cp). Perhitungan kapabilitas proses ini berguna untuk melihat berapa kemampuan proses dalam menghasilkan defect atau produk cacat. Dari perhitungan sebelumnya sudah didapat p = 0,0541, maka : Cp = 1 - p =

14 67 = 0,9469 atau 94,69 % Dari perhitungan didapatkan Cp sebesar 0,9469 atau 94,69 %, ini berarti kemampuan proses dalam menghasilkan defect atau produk cacat sebesar 5,41 %. Keadaan ini sudah cukup baik, tetapi dengan tingkat kapabilitas ini proses masih belum dapat untuk menghasilkan kualitas produk yang bebas cacat atau zero defect, karena masih ada 5,41 % dari produk yang mengalami kegagalan dalam proses dan setidaknya perusahaan ingin mencapai target sampai dengan 1 % dalam menghasilkan produk cacat Pengukuran Kinerja Produk Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunities). DPMO merupakan suatu perhitungan yang digunakan untuk meluhat berapa banyak defect atau produk cacat yang dihasilkan dalam satu juta kemungkinan. Adapun langkah-langkah untuk menghitung DPMO adalah sebagai berikut : Unit (U). Merupakan jumlah kontainer aki type N-70 yang diproduksi pada cell 1 selama bulan April sampai dengan Mei 2007, yaitu sebanyak buah. Opportunities (OP).

15 68 Merupakan karakteristik kualitas yang berpotensi untuk menurunkan kualitas karena terdapat cacat pada produk kontainer aki type N-70, atau disebut CTQ (Critical to Quality). Dalam penelitian ini CTQ berjumlah 6 karakteristik. Defect (D). Merupakan cacat yang timbul pada produk kontainer aki type N- 70 berdasarkan CTQ selama bulan April sampai dengan Mei Jumlah kontainer aki type N-70 yang cacat sebesar 1691 buah. Defect per Unit (DPU). DPU = D U = = 0,0541 Total Opportunities (TOP). TOP = U * OP = * 6 = Defect per Opportunities (DPO). DOP D = TOP = = 0, Defect per Million Opportunities (DPMO). DPMO = DPO * DPMO = 0, * = 9012 Level Sigma. Dari tabel konversi Six Sigma yang tercantum dalam lampiran, nolai DPMO sebesar 9012 berada antara 8800 DPMO (3,875σ)

16 69 dan DPMO (3,75σ). Maka dengan menggunakan interpolasi didapatkan nilai level sigma sebagai berikut : x 3,75 = ,875 x 12353, x = 212 x x = 13148,5 x = 3,86 Dari hasil perhitungan konversi diatas dengan nilai DPMO sebesar 9012 maka nilai sigma berada pada level 3,86σ. Apabila dilihat dari pencapaian level sigma tersebut, maka dapat di katakan bahwa tingkat pencapaian kualitas produk kontainer aki type N-70 sudah cukup baik. Tetapi untuk perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk menjadikan produk tersebut lebih berkualitas maka angka level diatas masih harus ditingkatkan hingga mendekati level kesempurnaan 6σ Fase Analyze (Analisa). Fase analyze merupakan fase / tahap ketiga dari metode DMAIC. Langkahlangkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : 1. Menentukan faktor-faktor apa saja yang manjadi penyebab variasi pada proses pembuatan kontainer aki type N-70 pada bulan April sampai dengan Mei 2007, dan menentukan mana yang menjadi prioritas utama yang harus segera ditanggulangi.

17 70 2. Menganalisa apa saja yang menjadi penyebab terjadinya cacat tersebut ditinjau dari segi man, machine, enviroment, methode dan material dengan menggunakan diagram sebab akibat (fishbone) Penentuan Jenis Cacat yang Dominan. Untuk menentukan jenis caca yang dominan dalam proses pembuatan kontainer aki type N-70 dilakukan dengan menggunakan diagram pareto. Hal pertama yang harus dilakukan untuk membuat diagram pareto adalah dengan membuat data rekapitulasi dari cacat dan juga jumlah frekuensi dari cacat tersebut. Berikut ini adalah rekapitulasi data cacat tersebut : Tabel 4.4 Data Rekapitulasi Jumlah Cacat No Jenis cacat Jumlah Cacat F Fk 1 Container yang bolong Adanya gelembung udara Adanya Goresan Pembatas Partisi tidak lurus Warna yang buyar Kotor Total 1691

18 Analisa Sebab Akibat Menggunakan Diagram Fishbone. Diagram fishbone dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk mengidentifikasikan sebab akibat terjadinya variasi dalam proses. Pembuatan diagram fishbone ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya jenis cacat jahitan yang rusak / salah, pengeleman yang rusak dan kotor. Karena ketiga jenis cacat ini perlu penanganan terlebih dahulu. Pembuatan fishbone untuk cacat container yang rusak / salah. Gambar 4.5 fishbone untuk cacat container yang rusak / salah

19 72 Analisa fishbone untuk container yang rusak / salah. Faktor Manusia. Dari segi manusia atau human factor, operator kurang teliti dalam melakukan pekerjaannya, hal ini dikarenakan operator melakukan pekerjaannya dengan posisi berdiri sehingga pekerja cepat mengalami kelelahan yang mengakibatkan kurangnya konsentrasi dalam bekerja. Faktor Material. Dalam pembuatan sebuah produk, faktor material sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan. Cacat pada material ini terjadi karena pada saat penyimpanan, material tersebut tidak diletakan dengan baik sehingga ketika akan dilakukan proses sewing material tersebut banyak yang tidak sesuai dengan standar. Faktor Mesin. Faktor mesin disini terjadi karena penyetingan mesin yang salah sehingga produk yang dihasilka menjadi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

20 73 Dari ketiga faktor penyebab diatas, berikut pie chart yang menunjukkan faktor yang paling dominan penyebab cacat cacat jahitan yang rusak / salah yang didapat dari hasil responden di lingkungan pabrik : Pie Chart untuk Container yang bolong 29% 20% 51% Manusia Mesin Material Bahan Diagram 4.6 Pie Chart untuk Cacat kontainer yang Salah / Rusak

21 74 Pembuatan fishbone untuk cacat karena adanya gelembung udara. Gambar 4.7 fishbone untuk cacat karena adanya gelembung udara Analisa fishbone untuk cacat karena adanya gelembung udara.. Faktor Manusia. Dari segi manusia, cacat yang terjadi pada proses ini disebabkan oleh kekurang hati-hatian operator dalam memberikan takaran dalam proses injection untuk mengepress kontainer aki type N- 70 pada saat melakukan pengepressan. Hal ini disebabkan waktu kerja operator yang mengakibatkan kelelahan pada operator.

22 75 Faktor Material. Dari segi meterial, kesalahan pengeleman disebabkan karena komposisi bahan yang digunakan untuk melakukan pengeleman tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga mengakibatkan lem yang digunakan menjadi kurang lengket. Faktor Mesin. Faktor mesin disini terjadi karena penyesingan mesin yang salah sehingga produk yang dihasilka menjadi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dari ketiga faktor penyebab diatas, berikut pie chart yang menunjukkan faktor yang paling dominan penyebab cacat cacat pengeleman yang rusak yang didapat dari hasil responden di lingkungan pabrik : Pie Chart untuk Cacat karena adanya gelembung udara 40% 16% 44% Manusia Mesin Material Bahan Diagram 4.8 Pie Chart untuk Cacat Pengeleman yang Rusak

23 76 Pembuatan fishbone untuk cacat kotor. Gambar 4.9 fishbone untuk cacat kotor Analisa fishbone untuk cacat kotor. Faktor Manusia. Dari segi manusia, cacat yang terjadi pada proses ini disebabkan oleh kekurang hati-hatian operator dalam melakukan pengeleman Faktor Material. Dari segi material kesalahan terjadi dikarenakan material yang salah dan juga material yang kurang memenuhi syarat sehingga berdampak pada penampilan produk yang kotor.

24 77 Dari kedua faktor penyebab diatas, berikut pie chart yang menunjukkan faktor yang paling dominan penyebab cacat kotor yang didapat dari hasil responden di lingkungan pabrik : Pie Chart untuk Cacat Kotor 38% 62% Manusia Material Bahan Diagram 4.10 Pie Chart untuk Cacat Kotor

25 Fase Improve (Perbaikan). Fase improve merupakan fase keempat dalam metode DMAIC. Pada fase ini seluruh usaha-usaha perbaikan diterapkan ke dalam proses, oleh karena itu untuk mencapai peningkatan hasil-hasil maka solusi-solusi potensial yang telah di hasilkan harus di terapkan secara tepat dan tindakan pencegahan harus di rencanakan dengan baik. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : Melakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN) yang merupakan perkalian dari Tingkat Keparahan atau Severity Rate (S), Tingkat Kejadian atau Occurrence Rate (O) serta Kemampuan Deteksi atau Detectability (D) dengan memberikan nilai secara subjektif antara Membuat Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Cacat dalam Proses Pembuatan FMEA untuk Jenis-jenis Cacat. Berikut ini adalah FMEA untuk jenis cacat container yang rusak / salah, pengeleman yang rusak dan kotor.

26 79 Jenis Cacat container yang Rusak / Bolong Tabel 4.5 FMEA Untuk Jenis Cacat container yang Rusak / Bolong Modus kegagalan Potensial Efek Potensial Modus Kegagalan Nilai O S D RPN Sebab Potensial Modus Kegagalan Pengendalian Kurangnya Meningkatkan Operator kurang konsentrasi Proses injection tidak rata/ tidak mengikuti pengawasan Sistem kerja yang pengawasan melakukan rotasi pola monoton pekerjaan Membuat standar Material yang buruk Bahan terlalu tipis/tebal Kurang telitinya pihak QC dalam melakukan inspeksi inspeksi dan menempatkan pegawai yang bertanggung jawab tinggi Mesin Injection yang kurang maintenance Partikel container tidak rapat atau mudah berubah Suhu Mesin Injection yang blom Stabil. Meningkatkan tingkat pengawasan Kesalahan dalam melakukan mixing material Pola mixing yang salah Pemeriksaan mixing tidak dilakukan tiap hari Pemeriksaan dilakukan tiap hari Berdasarkan tabel FMEA untuk cacat container yang salah / rusak diatas, dapat kita lihat bahwa angka RPN terbesar adalah 210, angka ini terdapat pada mesin injection yang kurang maintenance. Dan angka RPN terendah terdapat pada kesalahan dalam melakukan mixing material adalah 18.

27 80 Usulan perbaikan untuk jenis cacat jahitan yang rusak / salah adalah dengan melakukan perbaikan dengan cara meningkatkan keterampilan dan ketelitian operator, hal ini dapat dikakukan dengan cara memberikan pelatiha kembali / training kepada operator setiap bulannya. Sehingga kesalahan yang dilakukan operator dapat diminimalisasikan. Jenis Cacat Gelembung udara Tabel 4.6 FMEA Untuk Jenis Cacat Gelembung udara Modus kegagalan Potensial Efek Potensial Modus Kegagalan Nilai O S D RPN Sebab Potensial Modus Kegagalan Pengendalian Lakukan Kesalahan setting penyetingan tiah Pemanasan yang kurang Adannya udara yang mengakibat proses waktu dan kurangnya pengecekan hari membuat standar waktu tidak sempurna pemanasan yang tepat Operator kurang teliti Proses premirisasi tidak merata Kurang pengawasan Sistem kerja yang monoton Meningkatkan tingkat ketelitian, adakan rotasi pekerjaan Komposisi bahan perekat yang kurang Pori-pori kulit kontainer aki type N- 70 tidak merekat Tidak ada standar komposisi alat ukur Membuat spesifikasi komposisi yang tepat Bahan material atau biji plastik dibawah standar Outsole dan upper tidak merekat Tidak melalui tahap pengujian terlebih dahulu Melakukan tes pengujian

28 81 Berdasarkan tabel FMEA untuk cacat karena adanya gelembung udara diatas, dapat kita lihat bahwa angka RPN terbesar adalah 240, angka ini terdapat pada operator kurang teliti. Dan angka RPN terendah terdapat pada pemanasan yang kuran sebesar 24. Usulan perbaikan untuk jenis cacat karena adanya gelembung udara adalah dengan melakukan pengawasan dalam melakukan penakaran pada saat akan menggunakan injection. Sehingga komposisi material yang digunakan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jenis Cacat Kotor Tabel 4.7 FMEA Untuk Jenis Cacat Kotor Modus kegagalan Potensial Efek Potensial Modus Kegagalan Nilai O S D RPN Sebab Potensial Modus Kegagalan Pengendalian Indikasi dari debu atau serpihan kotoran ketika Proses mixing atau injection dilakukan, terjadi error Kurang pengawasan dan operator yang terlatih Meningkatkan tingkat ketelitian Membuat Material mixing yang sudah kotor Proses filterisasi yang kurang sempurna Tidak ada standar komposisi alat ukur spesifikasi komposisi yang tepat Operator kurang disiplin Kurangnya kepedulian kebersihan Kurangnya pengawasan Sistem kerja yang monoton dan mengejar target Meningkatkan pengawasan Dilakukan rotasi pekerjaan

29 82 Berdasarkan tabel FMEA untuk cacat kotor diatas, dapat kita lihat bahwa angka RPN terbesar adalah 168, angka ini terdapat pada pemakaian bahan pelekat secara berlebihan. Dan angka RPN terendah terdapat pada penggunaan hol melt spray sebesar 24. Usulan perbaikan untuk jenis cacat kotor adalah dengan melakukan pengawasan terhadap operator pada saat melakukan pengeleman, apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan tau belum Analisa Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Cacat. Agar lebih maksimal dalam pengurangan jumlah cacat pada produk hingga ke taraf zero defect, secara kontinu dapat dilakukan beberapa usulan sebagai berikut : Faktor Manusia : 1. Melakukan pengarahan kepada operator katika akan melakukan pekerjaannya. 2. Melakukan pengawasan kapda operator selama proses berlangsung. 3. Teknikal harus selalu siap melakukan perbaikan kecil apabila dibutuhkan olrh operator. 4. Tiap bagian harus memiliki SOP agar produksi dapat berjalan sesuai standar yang yelah ditetapkan. 5. Memberikan pelathan kepada para operator bagian produksi, agar dapat menghasilkantenaga kerja yang terampil.

30 83 Faktor Mesin. 1. Maintenance harus dilakukan sebulan sekali. 2. Semua mesin yang digunakan harus diseting sesuai denganstandar yang telah ditentukan dalam pembuatan produk. 3. Segera mengganti mesin yang tusak bila terjadi kerusakan dan segera melakyukan perbaikan pada mesin tersebut. 4. membuat laporan tentang kondisi mesin-mesin yang ada, baik yang sedang digunakan maupun yang sedang diperbaiki. Faktor Material. 1. Untuk bahan baku kulit harus diletakan pada tempat yang baik, karena bila tidak akan terjadi penurunan kualitas pada bahan baku kulit yang akan digunakan. 2. Melakukan pengukuran terhadap kulit yang akan digunakan sesuai dengan pola dan ukuran yang telah ditentukan Fase Control (Kontrol). Fase Control ini merupakan fase terakhir dalam pemecahan masalah menggunakan metodologi Six Sigma. Dalam fase ini seluruh usaha-usaha peningkatan yang ada di kendalikan (simulasi) atau dicapai secara teknis dan seluruh usaha tersebut kemudian didokumentasikan dan disebarluaskan atau disosialisasikan ke segenap karyawan perusahaan. Pada fase ini haris dilakukan langkah-langkah perbaikan secara terus menerus, oleh karena itu babarapa hal perlu dilakukan pada fase ini seperti

31 84 mendokumentasikan semua usaha-usaha dalam melakukan perbaikan, pelaksanaan produksi harus sesuai dengan SOP dan pelaksanaan maitenance yang berkelanjutan Simulasi Peningkatan Secara Teknis. Setelah semua usulan-usulan tersebut dilaksanakan maka akan terlihat hasil yang akan dicapai pada penerapan Six Sigma ini. Hasil tersebut dapat terlihal dari menigkatnya nilai DPMO dan Level Sigma apabila disimulasikan secara teknis dari 10 % reduksi cacat sampai dengan 90 % reduksi cacat untuk tiap kategori CTQ, yang mana hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Tabel Simulasi Peningkatan No Jenis cacat Jumlah Cacat 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 1 Container yang bolong Adanya gelembung udara Adanya Goresan Pembatas Partisi tidak lurus Warna yang buyar Kotor Total DPMO LEVEL SIGMA ,

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Hasil Pengumpulan Data Untuk dapat menganalisa kualitas yang ada di PT. UNITED Kingland, peneliti memerlukan data-data yang akurat dari pihak perusahaan. Berikut datadata

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini dunia industri berkembang semakin pesat dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini dunia industri berkembang semakin pesat dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia industri berkembang semakin pesat dengan munculnya berbagai jenis industri maupun bertambahnya jumlah perusahaan. Kondisi inilah yang memicu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA CONTAINER AKI MOBIL TYPE N-70 PADA PT.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 62 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan masalah Metodologi pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 69 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang didapat selama masa observasi pada PT.Isopanel Dunia. yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 45 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang pengolahan data yang dilakukan. Data yang digunakan adalah data jumlah cacat untuk setiap karakteristik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 70 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 03 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, akan disampaikan informasi-informasi mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan selama kegiatan proses pengemasan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI R. Phenter S. P. 1 ; Faisal Safa 2 ABSTRACT The purpose of quality control

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP

PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP PERBAIKAN PROSES STRIPING DENGAN METODE DMAIC PADA PT SIP Iemel Faranila Staf Quality Departemen, Manufacture Industry, Jakarta iemelfaranila@yahoo.com ABSTRACT Production quality is a very critical element

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Seperti dituliskan oleh Syukron dan Kholil (2012), ada beberapa definisi kualitas dari para ahli kualitas. Definisi tersebut antara lain : Montgomery mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1- semester genap 2006/2007 USULAN PERBAIKAN SISTEM PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI WALL PANEL STANDART (118X315)

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE INTEGER PROGRAMMING DI PT NP TBK

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE INTEGER PROGRAMMING DI PT NP TBK OPTIMLISSI PRODUKSI MENGGUNKN METODE INTEGER PROGRMMING DI PT NP TBK Donny Kosidin 1 ; Edi Santoso 2 ; Zahedi 3 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara, Jln.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Six Sigma. Ada banyak pengertian Six Sigma. Six Sigma diartikan sebagai teknologi canggih yang digunakan oleh para statiskawan dalam memperbaiki atau mengembangkan proses

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773 PENERAPAN METODE PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MEMINIMASI CACAT BAGIAN ATAS BERLUBANG PADA PROSES PRODUKSI TUTUP

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kami menggunakan lima tahap utama dalam menerapkan konsep Six Sigma pada PT. Jaticy Jayasuba (JJ) yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Tahap - tahap utama

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ Alfian Huda 1 ; Sri Widiyanesti 2 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom alfianhuda79@gmail.com

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah diproses

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah diproses BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan pengaolahan data menggunakan metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma F289 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Perencanaan Perbaikan Kualitas Produk Shuttlecock Merk Supermen Dengan Metode Six Sigma Pada MIDO Shuttlecock Industry Tegal SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Strata Satu ( S1) Pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA PART CRANK CASE L TIPE KVL PROSES

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci