PEMODELAN JUMLAH PENUMPANG KERETA API DI SUMATERA MENGGUNAKAN FIRST-ORDER DAN HIGHER-ORDER MARKOV CHAIN RUDY HARIONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN JUMLAH PENUMPANG KERETA API DI SUMATERA MENGGUNAKAN FIRST-ORDER DAN HIGHER-ORDER MARKOV CHAIN RUDY HARIONO"

Transkripsi

1 PEMODELAN JUMLAH PENUMPANG KERETA API DI SUMATERA MENGGUNAKAN FIRST-ORDER DAN HIGHER-ORDER MARKOV CHAIN RUDY HARIONO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api di Sumatera Menggunakan First-order dan Higher-order Markov Chain adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Rudy Hariono NIM G

4 ABSTRAK RUDY HARIONO. Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api di Sumatera Menggunakan First-order dan Higher-order Markov Chain. Dibimbing oleh BERLIAN SETIAWATY dan RUHIYAT. First-order Markov chain model adalah rantai Markov yang hanya bergantung pada satu waktu sebelumnya, sedangkan higher-order Markov chain model adalah rantai Markov yang bergantung pada beberapa waktu sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji first-order dan higher-order Markov chain models beserta pendugaan parameter kedua model dan mengaplikasikannya untuk memodelkan jumlah penumpang kereta api di Sumatera. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penumpang kereta api yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik mulai dari Januari 2007 sampai Desember Perhitungan numerik dilakukan menggunakan perangkat lunak Mathematica 9.0 dan Microsoft Excel Untuk model 4-state dan 5-state diperoleh nilai keakuratan model sebesar 51.81%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan first-order dan higher-order Markov chain model bukan model yang cocok untuk jumlah penumpang kereta api di Sumatera. Kata kunci: first-order Markov chain model, higher-order Markov chain model, pemodelan jumlah penumpang kereta api ABSTRACT RUDY HARIONO. Modeling the Number of Train Passengers in Sumatra Using First-order and Higher-order Markov Chain. Supervised by BERLIAN SETIAWATY and RUHIYAT. First-order Markov chain model is a Markov chain model that depends only on the last state, while higher-order Markov chain model is a Markov chain model that relies on past some states. The purposes of this research are to study the firstorder and higher-order Markov chain models and their parameter estimation and to apply these models for modeling the number of train passengers in Sumatera. The data used in this research are data of the number of train passengers issued by Statistics Indonesia starting from January 2007 until December Numerical calculation is performed using the softwares Mathematica 9.0 and Microsoft Excel For 4-state and 5-state models, we obtain the accuracy of model of 51.81%. Based on these results, we can conclude that first-order and higher-order Markov chain models are not suitable models for the number of train passengers in Sumatra. Keywords: first-order Markov chain model, higher-order Markov chain model, modeling the number of train passengers

5 PEMODELAN JUMLAH PENUMPANG KERETA API DI SUMATERA MENGGUNAKAN FIRST-ORDER DAN HIGHER-ORDER MARKOV CHAIN RUDY HARIONO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api di Sumatera Menggunakan First-order dan Higher-order Markov Chain Nama : Rudy Hariono NIM : G Disetujui oleh Dr Berlian Setiawaty, MS Pembimbing I Ruhiyat, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah rantai Markov, dengan judul Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api di Sumatera Menggunakan First-order dan Higher-order Markov Chain. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Berlian Setiawaty, MS dan Ruhiyat, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan dan menyediakan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini serta Dr Ir Endar H Nugrahani, MS yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis, kakakku yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun semangat, dan adik-adikku yang selalu menjadi motivasi bagi penulis, serta keluarga besarku khususnya keluarga Bude Ice yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menempuh pendidikan sarjana. Di samping itu, terima kasih kepada Faris, Reni, Putri, Andri, Steven, Rangga, Hendra, Rochmat, Qowi, Syukrio, Bari, Syahrul, Syaepul, Anita, dan semua temanku di Departemen Matematika IPB maupun di luar Departemen Matematika IPB yang telah menemani penulis dari awal hingga selesainya karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Matematika IPB, serta alumni Departemen Matematika IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Rudy Hariono

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 LANDASAN TEORI 2 Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 Peubah Acak dan Fungsi Sebaran 2 Rantai Markov 3 Nilai Eigen, Vektor, Ortogonalitas, dan Matriks Taktereduksi 5 MODEL RANTAI MARKOV 7 Pengertian Model Rantai Markov dan Karakteristiknya 7 First-order Markov Chain Model 7 Higher-order Markov Chain Model 9 Keakuratan Model 13 APLIKASI MODEL RANTAI MARKOV PADA JUMLAH PENUMPANG KERETA API 13 Deskripsi Data 13 Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api 14 Hasil Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api 16 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 26 viii viii

10 DAFTAR TABEL 1 Rentang jumlah penumpang kereta api di Sumatera untuk 14 2 Rentang jumlah penumpang kereta api di Sumatera untuk 15 3 Barisan data jumlah penumpang kereta api * Matriks peluang transisi untuk orde d n 15 5 Nilai dugaan vektor peluang stasioner 16 6 Nilai untuk orde d n 16 7 Nilai keakuratan model rantai Markov yang digunakan 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Contoh program komputasi menggunakan Mathematica Nilai dugaan vektor peluang state model rantai Markov, 20 3 Nilai dugaan vektor peluang state model rantai Markov, 23

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Rantai Markov adalah suatu model stokastik yang diperkenalkan oleh seorang matematikawan Rusia yang bernama A. A. Markov pada awal abad ke- 20. Kelebihan model rantai Markov adalah dapat menduga nilai yang akan datang cukup dengan memperhatikan nilai saat ini. Dengan kata lain, nilai pada waktuwaktu sebelumnya tidak akan mempengaruhi nilai yang akan datang, sesuai dengan sifat Markov (Markovian property). Rantai Markov berguna dalam memodelkan sistem-sistem praktis seperti sistem antrian (Ching 2001; Sharma 1995), sistem pembangunan (Buzacott dan Shanthikumar 1993), dan sistem penyimpanan (Nahmias 1997). Selain itu, rantai Markov juga efektif dalam memodelkan deret waktu. Deret waktu dapat diartikan sebagai serangkaian data yang diambil dari pengamatan suatu peristiwa yang dilakukan secara berkala dalam waktu yang tidak berujung. Deret waktu sering terjadi di dunia nyata. Salah satu contoh adalah data jumlah penumpang kereta api di Sumatera yang diamati setiap bulannya dari Januari 2007 sampai Desember 2013 berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Tercatat jumlah penumpang kereta api mengalami penurunan dan kenaikan secara bergantian dari awal periode (Januari 2007) sampai akhir periode (Desember 2013). Naik-turunnya jumlah penumpang kereta api tidak dapat diketahui pasti kapan terjadinya menjadi alasan utama pentingnya memprediksi jumlah penumpang kereta api di masa yang akan datang. Dalam karya ilmiah ini, akan dibahas model rantai Markov untuk menganalisis dan memprediksi deret waktu yang diambil dari artikel yang berjudul Application of Markov Chains to Analyze and Predict the Time Series yang ditulis oleh Tie Liu pada tahun Terdapat dua model rantai Markov yang digunakan dalam karya ilmiah ini, yang pertama adalah first-order Markov chain model, yaitu rantai Markov yang hanya bergantung pada satu waktu sebelumnya dan yang kedua adalah higherorder Markov chain model, yaitu rantai Markov yang bergantung pada beberapa (lebih dari satu) waktu sebelumnya. Menggunakan dua model di atas, diharapkan dapat diprediksi jumlah penumpang kereta api yang akan datang. Tujuan Penelitian Tujuan dari karya ilmiah ini adalah: 1. Mengkaji dua model rantai Markov, yaitu first-order Markov chain model dan higher-order Markov chain model. 2. Memodelkan jumlah penumpang kereta api dengan dua model rantai Markov di atas.

12 2 LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang Percobaan Acak Dalam suatu percobaan seringkali dilakukan pengulangan dengan kondisi yang sama. Semua kemungkinan hasil yang akan muncul dapat diketahui, akan tetapi hasil pada percobaan berikutnya tidak dapat diduga dengan tepat. Percobaan semacam ini, yang dapat diulang dalam kondisi sama, disebut percobaan acak (Hogg et al. 2005). Ruang Contoh dan Kejadian Himpunan semua kemungkinan hasil dari suatu percobaan acak disebut ruang contoh, dinotasikan deng n Ω. Su tu kej di n adalah himpunan bagian dari Ω (Grimmet dan Stirzaker 2001). Medan-σ Koleksi d ri himpun n b gi n Ω disebut medan-σ jika memenuhi syarat: 1. ; 2. Jika maka ; 3. Jika maka (Grimmet dan Stirzaker 2001). Ukuran Peluang Misalkan adalah medan-σ d ri ru ng contoh Ω. Ukur n pelu ng d l h su tu fungsi, - yang memenuhi: Jika adalah himpunan yang saling lepas yaitu untuk setiap pasangan maka ( ). Pasangan disebut ruang peluang (Grimmet dan Stirzaker 2001). Peluang Bersyarat Jika maka peluang bersyarat dari kejadian setelah diketahui kejadian ialah ( ) (Grimmet dan Stirzaker 2001). Peubah Acak dan Fungsi Sebaran Peubah Acak Misalkan adalah medan- dari ruang contoh. Peubah acak merupakan fungsi di mana * + untuk setiap (Grimmet dan Stirzaker 2001).

13 Peubah acak dinotasikan dengan huruf kapital, sedangkan nilai dari peubah acak tersebut dinotasikan dengan huruf kecil. Fungsi Sebaran Fungsi sebaran dari peubah acak adalah suatu fungsi, - di mana (Grimmet dan Stirzaker 2001). Peubah Acak Diskret Peubah acak disebut sebagai peubah acak diskret jika nilainya hanya berada pada himpunan bagian yang terhitung atau berhingga dari (Grimmet dan Stirzaker 2001). Fungsi Kerapatan Peluang Misalkan adalah ruang peluang dan adalah himpunan berhingga. Fungsi kerapatan peluang dari peubah acak diskret adalah fungsi, - yang didefinisikan oleh (Grimmet dan Stirzaker 2001). Fungsi Kerapatan Peluang Bersama Dua Peubah Acak Diskret Misalkan adalah ruang peluang dan adalah himpunan berhingga. Fungsi kerapatan peluang bersama dari peubah acak diskret dan adalah suatu fungsi, - yang didefinisikan oleh ( ) (Grimmet dan Stirzaker 2001). Fungsi Kerapatan Peluang Bersyarat Jika dan merupakan peubah acak diskret, maka fungsi kerapatan peluang bersyarat dari jika diberikan, terdefinisi untuk setiap sedemikian sehingga adalah ( ) (Ross 1996). Fungsi Kerapatan Marginal Misalkan adalah fungsi kerapatan peluang bersama dari peubah acak diskret dan. Misal adalah himpunan nilai yang mungkin dari dan adalah himpunan nilai yang mungkin dari. Selanjutnya fungsi dan masing-masing disebut fungsi kerapatan marginal dari dan (Ghahramani 2005). Rantai Markov Ruang State Misalkan merupakan himpunan nilai dari barisan peubah acak, maka disebut ruang state (Grimmet dan Stirzaker 2001). 3

14 4 Proses Stokastik Proses stokastik * + adalah suatu koleksi dari peubah acak yang memetakan suatu ruang contoh ke suatu ruang state. Jadi, untuk setiap * +, adalah suatu peubah acak (Ross 1996). Dalam hal ini anggap sebagai waktu dan nilai dari peubah acak state (keadaan) dari proses pada waktu. sebagai Rantai Markov dengan Waktu Diskret Misalkan suatu peubah acak. Proses stokastik * + dengan ruang state * + adalah rantai Markov dengan waktu diskret jika untuk setiap * + berlaku ( ) ( ) untuk semua kemungkinan nilai dari * + (Ross 1996). Jadi untuk suatu Rantai Markov, sebaran bersyarat dari sebarang state saat ini dengan syarat state yang lalu dan state sebelumnya adalah bebas terhadap semua state yang lalu, dan hanya bergantung pada state sebelumnya. Proses di atas dapat digambarkan sebagai state rantai Markov dengan peluang transisi dengan. Nilai dari peluang transisi menyatakan peluang bahwa jika proses tersebut berada pada state maka berikutnya akan beralih ke state. Karena nilai peluang adalah tak negatif dan karena proses tersebut harus mengalami transisi ke suatu state, maka 1., untuk semua * untuk semua * +. Peluang transisi dapat dituliskan dalam bentuk matriks yang disebut juga sebagai matriks peluang transisi, yaitu Matriks Transisi Misalkan * + adalah rantai Markov dengan ruang state * +. Matriks transisi adalah matriks dari peluang transisi ( ) untuk * + dan * + (Grimmet dan Stirzaker 2001). Peluang Transisi langkah Peluang transisi langkah ( ) dari rantai Markov * + adalah peluang proses berpindah dari state ke state dengan langkah yang didefinisikan sebagai berikut: ( ) * + untuk * + (Ross 1996).

15 Terakses Suatu state disebut terakses dari state (notasi: ) jika minimal ada sebuah ( bilangan bulat sehingga di mana ) adalah peluang bahwa pada waktu ke-, proses berada pada state dengan syarat state awal adalah (Ross 1996). 5 Berkomunikasi Dua state dan dikatakan berkomunikasi (notasi: state dan state terakses dari state (Ross 1996). ) jika state terakses dari Kelas State Suatu kelas state adalah suatu himpunan takkosong sehingga semua pasangan state yang merupakan anggota dari berkomunikasi satu dengan yang lainnya, serta tidak ada state yang merupakan anggota yang berkomunikasi dengan suatu state yang bukan anggota dari (Ross 1996). Taktereduksi Rantai Markov disebut taktereduksi jika hanya terdapat satu kelas state, yaitu jika semua state berkomunikasi satu dengan yang lainnya (Ross 1996). Nilai Eigen, Vektor, Ortogonalitas, dan Matriks Taktereduksi Nilai Eigen dan Vektor Eigen Misalkan adalah suatu matriks berukuran. Skalar disebut sebagai suatu nilai eigen dari jika terdapat suatu vektor taknol sehingga. Vektor disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan (Leon 2001). Untuk mencari nilai eigen dari matriks yang berukuran maka persamaan dapat dituliskan dalam bentuk (1) dengan adalah matriks identitas. Persamaan (1) akan memiliki solusi taknol jika dan hanya jika singular atau secara ekivalen (2) Persamaan (2) disebut persamaan karakteristik dari matriks. Vektor Peluang Stasioner Misalkan ( ) adalah distribusi peluang state dari rantai Markov pada waktu ke-, maka ( ) disebut vektor peluang stasioner dari rantai Markov jika memenuhi syarat: 1. 2., yaitu (Grimmet dan Stirzaker 2001).

16 6 Hasil Kali Skalar di Misalkan dengan maka hasil skalar dari dan adalah (Leon 2001). Norm dari Suatu Vektor di Misalkan dengan maka norm dari vektor (Leon 2001). adalah Norm dari Suatu Matriks di Norm dari suatu matriks yang berukuran dapat didefinisikan sebagai { } (Leon 2001). Norm Uniform atau Norm Takterbatas di Misalkan, maka norm uniform dari vektor didefinisikan dengan, -, - menyatakan elemen vektor dengan indeks ke- (Leon 2001). Matriks Taknegatif dan Positif Suatu matriks berorde dengan entri bilangan real disebut taknegatif jika untuk setiap, dan disebut positif jika untuk setiap (Leon 2001). Matriks Taktereduksi Matriks taknegatif berordo dikatakan sebagai matriks yang tereduksi jika terdapat suatu partisi dari himpunan indeks * + ke dalam himpunanhimpunan takkosong yang saling lepas dan sehingga apabila dan. Jika tidak demikian, disebut sebagai matriks yang taktereduksi (Leon 2001).

17 Proposisi 1 Matriks peluang transisi dari rantai Markov * + memiliki sebuah nilai eigen yang bernilai satu dan semua nilai eigen dari memiliki modulus kurang dari atau sama dengan satu (Horn dan Johnson 1985). Proposisi 2 (Teorema Perron-Frobenius) Misalkan adalah matriks segi taknegatif dan taktereduksi berorde, maka 1. memiliki satu nilai eigen real yang bernilai positif yang sama dengan spectral radius-nya di mana menyatakan nilai eigen ke- dari ; 2. Untuk pada poin 1, terdapat sebuah vektor eigen yang bersesuaian yang elemen-elemennya bernilai real dan positif sehingga 3. pada poin 1 adalah nilai eigen dari (Liu 2010). 7 MODEL RANTAI MARKOV Pengertian Model Rantai Markov dan Karakteristiknya Secara umum, rantai Markov adalah proses stokastik * + yang dicirikan oleh banyaknya state dengan ruang state * +, matriks peluang transisi, dan vektor peluang awal. Terdapat dua model rantai Markov yang digunakan dalam karya ilmiah ini, yang pertama adalah first-order Markov chain model, yaitu rantai Markov yang hanya bergantung pada satu waktu sebelumnya dan yang kedua adalah higherorder Markov chain model, yaitu rantai Markov yang bergantung pada beberapa (lebih dari satu) waktu sebelumnya. Notasikan * + sebagai proses vektor peluang berukuran yang menentukan peluang terjadinya rantai Markov * +, di mana d n First-order Markov Chain Model First-order Markov chain model adalah rantai Markov yang hanya bergantung pada satu nilai sebelumnya, yaitu nilai suatu state hanya bergantung pada nilai state sebelumnya dan dimodelkan oleh proses vektor peluangnya sebagai berikut:

18 8 dengan adalah vektor peluang state pada waktu, dan adalah matriks peluang transisi. Dalam hal ini definisikan sebagai vektor peluang awal yang nilainya mengikuti aturan ( unsur ke ) jik * + Pendugaan Matriks Peluang Transisi Dalam subbab ini akan dibahas langkah-langkah untuk menduga matriks peluang transisi menggunakan metode maksimum likelihood. Definisikan fungsi likelihood untuk rantai Markov orde pertama sebagai berikut: ( ) ( ) sumsi * + di mana adalah banyaknya transisi dari state ke state, adalah peluang transisi dari state ke state, dan adalah banyaknya state. Definisikan fungsi log likelihood dengan kendala: ( ) Maksimumkan fungsi log likelihood dengan menggunakan metode pengali Lagrange. Misalkan pengali Lagrange maka fungsi objektif yang baru adalah ( ) di mana adalah pengali Lagrange. Karena * + maka fungsi adalah konkaf di. Selanjutnya dengan menyelesaikan * +

19 9 diperoleh * + * + * + Artinya, untuk mendapatkan nilai, terlebih dahulu harus mencari nilai dan setelah itu matriks peluang transisi dapat diduga. Higher-order Markov Chain Model Higher-order Markov chain model adalah model rantai Markov yang bergantung pada waktu sebelumnya dan dimodelkan dengan proses vektor peluang * + sebagai berikut: dengan merupakan vektor peluang state pada waktu. Untuk setiap, adalah matriks peluang transisi dengan langkah, dengan ( ) d n Bobot dan memenuhi Dalam hal ini, definisikan * vektor peluang awal yang nilainya mengikuti aturan + sebagai himpunan ( unsur ke ) jik * + Pendugaan parameter Metode yang digunakan untuk menduga parameter adalah metode maksimum likelihood. Metode pendugaan dalam model ini adalah bentuk perluasan dari metode pendugaan pada first-order Markov chain model. Misalkan diberikan barisan data * +, langkah pertama hitung frekuensi transisi dari state ke state dengan langkah. Kemudian buat matriks transisi langkah sebagai berikut:

20 10 ( ) Dari didapatkan estimasi untuk, - sebagai berikut: di mana ( ) ( Penduga ) diperoleh dengan memaksimumkan fungsi likelihood berikut: ( ) ( ) ( ) sumsi ( ) (. / ) (. / ). / * + di mana adalah banyaknya transisi dari state ke state dengan langkah, adalah peluang transisi dari state ke state dengan langkah, adalah orde, dan adalah banyaknya state. Definisikan fungsi log likelihood (. / ) dengan kendala:

21 Maksimumkan fungsi log likelihood dengan menggunakan metode pengali Lagrange, maka fungsi objektif yang baru adalah di mana ( ) adalah pengali Lagrange. Karena ( ) ( ) * + d n * + maka fungsi adalah konkaf di. Selanjutnya dengan menyelesaikan persamaan * + d n * + diperoleh t u * + d n * + 11 * + d n * + * + d n * + Pendugaan Parameter Pada bagian ini akan dibahas cara untuk menduga parameter menggunakan formulasi pemrograman linear. Sebagai akibat dari Proposisi 1 dan 2, rantai Markov orde (higher-order Markov chain) memiliki sebuah vektor positif yang merupakan vektor peluang stasioner. Vektor tersebut dinotasikan ( ), dapat diduga dengan menghitung proporsi kejadian setiap state dari rantai Markov. Akibat Proposisi 1 dan 2, di mana Persamaan (4) dapat ditulis kembali menjadi (3) (4) (5) Selanjutnya dengan menghampiri persamaan (5), dapat diduga nilai parameter * +. Diawali dengan menyelesaikan masalah peminimuman berikut:

22 12 Masalah 1: dengan kendala: d n Kemudian dari berbagai macam norm vektor, diambil norm takhingga, sehingga masalah 1 menjadi sebagai berikut: Masalah 2: dengan kendala: d n [ ] Selanjutnya untuk menyelesaikan masalah 2, dimisalkan variabel merepresentasikan nilai dari fungsi objektif sebagai berikut: yang dan dari persamaan (6) dapat dituliskan bahwa [ ] (6) [ ] (7) Kemudian dengan menghilangkan nilai mutlak dalam pertidaksamaan (7) diperoleh pertidaksamaan berikut: [ ] [ ] (8) Sehingga masalah 2 dapat diformulasikan sebagai masalah pemrograman linear berikut: Masalah 3: dengan kendala: ( )

23 13 ( ) d n Selanjutnya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 masalah 3 dapat diselesaikan Keakuratan Model Dalam subbab ini, akan dibahas cara menentukan nilai keakuratan model rantai Markov yang digunakan dalam memodelkan suatu permasalahan. Tingkat keakuratan model merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan seberapa baik model rantai Markov yang diaplikasikan pada suatu permasalahan. Nilai keakuratan model, yaitu mengikuti aturan berikut (Liu 2010). di mana adalah banyaknya data, adalah orde, dan jik { l inn APLIKASI MODEL RANTAI MARKOV PADA JUMLAH PENUMPANG KERETA API Pada bab ini dibahas aplikasi first-order Markov chain model dan higherorder Markov chain model dengan orde d n pada data jumlah penumpang kereta api di Sumatera. Berikut ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai data input yang digunakan sebagai data observasi pada model. Kemudian dilanjutkan dengan pemodelan masalah dan terakhir dipaparkan nilai keakuratan model-model rantai Markov yang digunakan. Deskripsi Data Dalam karya ilmiah ini, data input yang digunakan merupakan data jumlah penumpang kereta api di Sumatera yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan berkisar antara Januari 2007 hingga Desember Periode observasi yang digunakan adalah bulan. Artinya, terdapat 84 data observasi yang digunakan dalam pemodelan ini. Grafik data dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat data mengalami penurunan dan kenaikan secara bergantian dari awal periode (Januari 2007) hingga akhir periode (Desember 2013). Berdasarkan Gambar 1, jumlah penumpang kereta api paling sedikit terjadi

24 14 pada Februari 2007 sebanyak 210 ribu orang dan jumlah penumpang kereta api paling banyak terjadi pada April 2010 sebanyak 676 ribu orang. 800 Jumlah Penumpang (Ribu orang) Jan- Des 2007 Jan- Des 2008 Jan- Des 2009 Jan- Des 2010 Jan- Des 2011 Gambar 1 Grafik jumlah penumpang kereta api di Sumatera dari Januari 2007 sampai Desember 2013 Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api Jan- Des 2012 Jumlah penumpang kereta api dapat dinyatakan sebagai kejadian yang dapat berubah setiap waktu. Jumlah penumpang kereta api dapat mengalami kenaikan maupun penurunan secara tiba-tiba. Banyak hal yang menyebabkan kenaikan dan penurunan itu terjadi, seperti perubahan kebijakan harga tiket kereta api, tingkat kemacetan lalu lintas, dan faktor-faktor lainnya seperti kecelakaan ataupun cuaca. Perubahan jumlah penumpang kereta api tersebut dapat membentuk pola tertentu. Misalnya, kondisi setelah terjadinya kecelakaan kereta api, masyarakat akan berpikir dua kali untuk menggunakan jasa kereta api kembali, akibatnya jumlah penumpang kereta api cenderung akan mengalami penurunan. Kejadian seperti ini dapat terjadi kembali sewaktu-waktu tetapi tidak dapat diketahui kapan terjadinya. Dalam memodelkan jumlah penumpang kereta api, perlu ditentukan banyaknya state. Banyaknya state yang dipilih adalah. Setiap state di sini menyatakan kelompok jumlah penumpang yang memiliki rentang yang berbeda. Rentang yang dihasilkan dari dan terbilang masih besar, sehingga banyaknya state tersebut tidak digunakan dalam pemodelan ini. Besarnya selisih rentang jumlah penumpang untuk masing-masing state dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Rentang jumlah penumpang kereta api di Sumatera untuk State Rentang jumlah penumpang kereta api Jan- Des 2013

25 15 Tabel 2 Rentang jumlah penumpang kereta api di Sumatera untuk State Rentang jumlah penumpang kereta api Dari 84 data observasi jumlah penumpang kereta api, kemudian dikelompokkan menjadi state berdasarkan Tabel 1 dan 2. Barisan data dari state pada setiap periodenya inilah yang membentuk suatu rantai Markov * + dan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Barisan data jumlah penumpang kereta api * + Jumlah penumpang kereta api dalam karya ilmiah ini dimodelkan menggunakan first-order Markov chain model dan higher-order Markov chain model orde d n dengan matriks peluang transisi seperti pada Tabel 4. Kemudian dengan menghitung proporsi kejadian setiap state dari rantai Markov diperoleh nilai dugaan vektor peluang stasioner seperti pada Tabel 5. Pemodelan menggunakan higher-order Markov chain model orde d n membutuhkan parameter lainnya, yaitu. Nilai untuk setiap orde diperoleh dengan menyelesaikan masalah pemrograman linear pada masalah 3 dan nilainya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 4 Matriks peluang transisi untuk orde d n

26 Tabel 5 Nilai dugaan vektor peluang stasioner Tabel 6 Nilai untuk orde d n Orde Hasil Pemodelan Jumlah Penumpang Kereta Api Dalam pemodelan jumlah penumpang kereta api ini, hasil yang diperoleh berupa nilai dugaan vektor peluang state berikutnya, nilai dugaan state, dan nilai keakuratan model. Perhitungan yang dilakukan untuk memperoleh hasil tersebut menggunakan program komputasi yang dibuat dengan perangkat lunak Mathematica 9.0 seperti pada Lampiran 1. Nilai dugaan vektor peluang state berikutnya dapat diperoleh dengan memasukkan parameter-parameter yang telah diduga pada setiap model rantai Markov dan nilainya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Berdasarkan nilai dugaan vektor peluang berikutnya ini, dibangkitkan nilai dugaan state Kemudian dengan mencocokan nilai dugaan state dengan nilai state sebenarnya diperoleh nilai keakuratan dari setiap model rantai Markov yang digunakan seperti pada Tabel 7.

27 17 Tabel 7 Nilai keakuratan model rantai Markov yang digunakan Banyaknya state Model rantai Markov orde Maksimum matching Pengulangan ke- Nilai keakuratan % % % % % % % % Dari Tabel 7, terlihat untuk banyaknya state, nilai keakuratan model yang paling tinggi dihasilkan oleh pemodelan menggunakan first-order Markov chain model, yaitu sebesar 51.81% dan nilai keakuratan model yang paling rendah dihasilkan oleh pemodelan menggunakan higher-order Markov chain model, yaitu sebesar 47.50%. Berdasarkan hasil tersebut, first-order Markov chain model adalah model yang paling baik digunakan dalam pemodelan jumlah penumpang kereta api dengan. Sementara untuk banyaknya state, nilai keakuratan model yang paling tinggi dihasilkan oleh pemodelan menggunakan higher-order Markov chain model, yaitu sebesar 45.68% dan nilai keakuratan model yang paling rendah dihasilkan oleh pemodelan menggunakan first-order Markov chain model, yaitu sebesar 42.17%. Berdasarkan hasil tersebut, higher-order Markov chain model adalah model yang paling baik digunakan dalam pemodelan jumlah penumpang kereta api dengan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan First-order Markov chain model dan higher-order Markov chain model dapat digunakan untuk menduga suatu nilai yang akan datang dengan syarat nilainilai sebelumnya diketahui. Dalam pengaplikasian kedua model tersebut pada suatu data, terdapat syarat tambahan yang harus terpenuhi, yaitu matriks peluang transisi yang dihasilkan dari data yang digunakan harus memiliki sifat taknegatif dan taktereduksi. Matriks peluang transisi yang dihasilkan juga bergantung oleh banyaknya state yang digunakan. Tidak semua data dapat digunakan untuk kedua model rantai Markov ini. Karakteristik data yang cocok untuk digunakan dalam kedua model rantai Markov ini adalah data yang memiliki trend rataan atau menyebar merata ke setiap state yang ada. Jadi, pemilihan data dan penentuan banyaknya state yang digunakan mempengaruhi hasil yang didapat. Berdasarkan hasil perbandingan model rantai Markov yang digunakan untuk, first-order Markov chain model adalah model yang paling baik digunakan dalam pemodelan jumlah penumpang kereta api di Sumatera dengan nilai keakuratan model sebesar 51.81%, sedangkan untuk, higher-order Markov

28 18 chain model adalah model yang paling baik digunakan dalam pemodelan jumlah penumpang kereta api di Sumatera dengan nilai keakuratan model sebesar 45.68%. Berdasarkan hasil nilai keakuratan model, dapat disimpulkan bahwa firstorder dan higher-order Markov chain model tidak cukup baik untuk memodelkan jumlah penumpang kereta api di Sumatera. Saran Hasil yang diperoleh dalam karya ilmiah ini belum memuaskan, karena data yang digunakan kurang memiliki kecenderungan yang merata, sehingga untuk penelitian berikutnya mengenai first-order dan higher-order Markov chain model disarankan menggunakan data yang lebih sesuai dan penggunaan yang lebih tepat. Penggunaan data untuk pemodelan sebaiknya juga lebih banyak sehingga tingkat keakuratan pemodelan akan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Jumlah Penumpang Kereta Api, (Ribu Orang). [Internet]. [diunduh 2014 Feb 14]. Tersedia pada: =17&notab=16. Buzacott J, Shanthikumar J Stochastic Models of Manufacturing Systems. International ed. New Jersey (US): Prentice Hall. Ching W Iterative Methods for Queuing and Manufacturing Systems. London (UK): Springer. Ghahramani S Fundamentals of Probability. Ed ke-2. New Jersey (US): Prentice Hall. Grimmet GR, Stirzaker DR Probability and Random Processes. Ed ke-3. Oxford (GB): Clarendon Press. Hogg RV, Craig AT, McKean JW Introduction to Mathematical Statistics. Ed ke-6. New Jersey (US): Prentice Hall. Horn R, Johnson C Matrix Analysis. Cambridge (UK): Cambridge University Press. Leon SJ Aljabar Linear dan Aplikasinya. Bondan A, penerjemah; Hardani HW, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Linear Algebra with Applications. Ed ke-5. Liu T Application of Markov chains to analyze and predict the time series. Modern Applied Science 4(5): Nahmias S Production and Operation Analysis. Chicago (US): McGraw Hill International. Ross SM Stochastic Process. Ed ke-2. New York (US): John Wiley & Sons. Sharma O Markovian Queues. New York (US): Ellis Horwood.

29 19 Lampiran 1 Contoh program komputasi menggunakan Mathematica 9.0 First-order Markov Chain Model, ( * Data Input Jumlah Penumpang Kereta Api di Sumatera * ) X = {2, 1, 1, 1, 1, 1, 3, 1, 1, 4, 1, 2, 2, 1, 2, 1, 2, 3, 4, 2, 1, 4, 1, 2, 1, 1, 2, 2, 3, 3, 4, 2, 4, 2, 2, 3, 3, 2, 3, 4, 4, 4, 4, 2, 4, 3, 3, 4, 4, 3, 3, 4, 4, 4, 4, 3, 4, 3, 4, 4, 4, 3, 3, 3, 3, 3, 3, 3, 2, 1, 2, 3, 2, 1, 2, 1, 2, 3, 2, 3, 1, 2, 2, 4}; ( * Program Mencari Nilai * ) For[ j = 1, j 4, j++, For[ i = 1, i 4, i++, For[ F[i,j] = 0; t = 1, t 83, t++, If[ X[[t]] == j, If[ X[[t+1]] == i, F[i,j]++, F[i,j] = F[i,j]], F[i,j] = F[i,j]]]]]; F1 = Array[F, {i-1,j-1}] ( * Mendefinisikan F1 sebagai Matriks Frekuensi Transisi * ) ( * Program Menghitung Jumlah Setiap Kolom * ) For[ j = 1, j 4, j++, jumlahkolom[j] = Sum[F[i,j], {i, 1, 4}]] ( * Program Mencari Nilai * ) For[ j = 1, j 4, j++, For[ i = 1, i 4, i++, P[i,j] = F[i,j] jumlahkolom[j] //N]] P1 = Array[P, {i-1,j-1}] ( * Mendefinisikan P1 sebagai Matriks Peluang Transisi * ) Y[1]={0, 1, 0, 0}; ( * Mendefinisikan Y[1] sebagai vektor peluang awal * ) S = 84; ( * Banyaknya data observasi yang digunakan * ) n = 1; ( * menyatakan orde pertama * ) ( * Program untuk Menduga Nilai Vektor Peluang State * ) For[t = 1, t 83, t++, Y[t+1] = P1.Y[t]]; Print[Xtebal[t+1] == Y[t+1]]] Z = Range[4]; ( * Mendefinisikan Z sebagai ruang state * ) ( * Program Membangkitkan Nilai Dugaan State * ) ( * Nilai dugaan state dibangkitkan secara acak dan dicatat dengan SeedRandom * ) ( * Batas SeedRandom = [1, ] * ) For[c = 1, c , c++, For[SeedRandom[c]; t = 2, t 84, t++, xbar[t] = RandomChoice [Y[t] Z]]; H[c] = Array[xbar, 83, 2]] ( * H[c] adalah nilai dugaan state * + pada SeedRandom ke-c * ) ( * Program Matching Antara Nilai Dugaan State dengan Nilai Sebenarnya * ) For[c = 1, c , c++, For[t = 1, t 83, t++, B[t] = If[(H[c])[[t]] == X[[t+1]], 1, 0]]; L[c] = Array[B, 83, 1]] ( * L[c] adalah hasil matching pada SeedRandom ke-c * ) ( * Program Menghitung Total Matching Antara dengan * ) For[c = 1, c , c++, M14[c] = Sum[(L[c])[[t]], {t, 1, 83}]]( * M14[c] adalah total matching pada SeedRandom ke-c * ) ( * Program Mencari Total Matching Maksimum Antara dengan * ) MaksimumMatching14 = Max[Array[M14, , 1]] ( * Program Menghitung Nilai Keakuratan Model * ) r14 = (MaksimumMatching14/(S-n))*//N ( * Program Mencari Pengulangan yang Paling Maksimum * ) For[c=1, c , c++, If[M14[c] == MaksimumMatching14, max = c]]; Print[max]

30 20 Lampiran 2 Nilai dugaan vektor peluang state model rantai Markov, Model rantai Markov First-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[2] = { , , , } Xtebal[3] = { , , , } Xtebal[4] = { , , , } Xtebal[5] = { , , , } Xtebal[6] = { , , , } Xtebal[7] = { , , , } Xtebal[8] = { , , , } Xtebal[9] = { , , , } Xtebal[10] = { , , , } Xtebal[11] = { , , , } Xtebal[12] = { , , , } Xtebal[13] = { , , , } Xtebal[14] = { , , , } Xtebal[15] = { , , , } Xtebal[16] = { , , , } Xtebal[17] = { , , , } Xtebal[84] = { , , , } Xtebal[3] = { , , , } Xtebal[4] = { , , , } Xtebal[5] = { , , , } Xtebal[6] = { , , , } Xtebal[7] = { , , , } Xtebal[8] = { , , , } Xtebal[9] = { , , , } Xtebal[10] = { , , , } Xtebal[11] = { , , , } Xtebal[12] = { , , , } Xtebal[13] = { , , , } Xtebal[14] = { , , , } Xtebal[15] = { , , , } Xtebal[16] = { , , , } Xtebal[17] = { , , , } Xtebal[18] = { , , , } Xtebal[19] = { , , , } Xtebal[20] = { , , , } Xtebal[21] = { , , , } Xtebal[22] = { , , , } Xtebal[23] = { , , , } Xtebal[24] = { , , , } Xtebal[25] = { , , , } Xtebal[26] = { , , , } Xtebal[27] = { , , , } Xtebal[28] = { , , , } Xtebal[84] = { , , , } Xtebal[4] = { , , , } Xtebal[5] = { , , , } Xtebal[6] = { , , , } Xtebal[7] = { , , , } Xtebal[8] = { , , , } Xtebal[9] = { , , , } Xtebal[10] = { , , , } Xtebal[11] = { , , , }

31 21 Model rantai Markov Higher-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[12] = { , , , } Xtebal[13] = { , , , } Xtebal[14] = { , , , } Xtebal[15] = { , , , } Xtebal[16] = { , , , } Xtebal[17] = { , , , } Xtebal[18] = { , , , } Xtebal[19] = { , , , } Xtebal[20] = { , , , } Xtebal[21] = { , , , } Xtebal[22] = { , , , } Xtebal[23] = { , , , } Xtebal[24] = { , , , } Xtebal[25] = { , , , } Xtebal[26] = { , , , } Xtebal[27] = { , , , } Xtebal[28] = { , , , } Xtebal[29] = { , , , } Xtebal[30] = { , , , } Xtebal[31] = { , , , } Xtebal[32] = { , , , } Xtebal[33] = { , , , } Xtebal[34] = { , , , } Xtebal[35] = { , , , } Xtebal[36] = { , , , } Xtebal[84] = { , , , } Xtebal[5] = { , , , } Xtebal[6] = { , , , } Xtebal[7] = { , , , } Xtebal[8] = { , , , } Xtebal[9] = { , , , } Xtebal[10] = { , , , } Xtebal[11] = { , , , } Xtebal[12] = { , , , } Xtebal[13] = { , , , } Xtebal[14] = { , , , } Xtebal[15] = { , , , } Xtebal[16] = { , , , } Xtebal[17] = { , , , } Xtebal[18] = { , , , } Xtebal[19] = { , , , } Xtebal[20] = { , , , } Xtebal[21] = { , , , } Xtebal[22] = { , , , } Xtebal[23] = { , , , } Xtebal[24] = { , , , } Xtebal[25] = { , , , } Xtebal[26] = { , , , } Xtebal[27] = { , , , } Xtebal[28] = { , , , } Xtebal[29] = { , , , } Xtebal[30] = { , , , } Xtebal[31] = { , , , } Xtebal[32] = { , , , } Xtebal[33] = { , , , }

32 22 Model rantai Markov Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[34] = { , , , } Xtebal[35] = { , , , } Xtebal[36] = { , , , } Xtebal[37] = { , , , } Xtebal[84] = { , , , }

33 23 Lampiran 3 Nilai dugaan vektor peluang state model rantai Markov, Model rantai Markov First-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[2] = { , , , , } Xtebal[3] = { , , , , } Xtebal[4] = { , , , , } Xtebal[5] = { , , , , } Xtebal[6] = { , , , , } Xtebal[7] = { , , , , } Xtebal[8] = { , , , , } Xtebal[9] = { , , , , } Xtebal[10] = { , , , , } Xtebal[11] = { , , , , } Xtebal[12] = { , , , , } Xtebal[13] = { , , , , } Xtebal[14] = { , , , , } Xtebal[15] = { , , , , } Xtebal[16] = { , , , , } Xtebal[17] = { , , , , } Xtebal[18] = { , , , , } Xtebal[19] = { , , , , } Xtebal[84] = { , , , , } Xtebal[3] = { , , , , } Xtebal[4] = { , , , , } Xtebal[5] = { , , , , } Xtebal[6] = { , , , , } Xtebal[7] = { , , , , } Xtebal[8] = { , , , , } Xtebal[9] = { , , , , } Xtebal[10] = { , , , , } Xtebal[11] = { , , , , } Xtebal[12] = { , , , , } Xtebal[13] = { , , , , } Xtebal[14] = { , , , , } Xtebal[15] = { , , , , } Xtebal[16] = { , , , , } Xtebal[17] = { , , , , } Xtebal[18] = { , , , , } Xtebal[19] = { , , , , } Xtebal[20] = { , , , , } Xtebal[21] = { , , , , } Xtebal[22] = { , , , , } Xtebal[23] = { , , , , } Xtebal[24] = { , , , , } Xtebal[25] = { , , , , } Xtebal[26] = { , , , , } Xtebal[27] = { , , , , } Xtebal[28] = { , , , , } Xtebal[29] = { , , , , } Xtebal[30] = { , , , , } Xtebal[31] = { , , , , } Xtebal[32] = { , , , , } Xtebal[33] = { , , , , } Xtebal[34] = { , , , , } Xtebal[35] = { , , , , } Xtebal[36] = { , , , , }

34 24 Model rantai Markov Higher-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[37] = { , , , , } Xtebal[84] = { , , , , } Xtebal[4] = { , , , , } Xtebal[5] = { , , , , } Xtebal[6] = { , , , , } Xtebal[7] = { , , , , } Xtebal[8] = { , , , , } Xtebal[9] = { , , , , } Xtebal[10] = { , , , , } Xtebal[11] = { , , , , } Xtebal[12] = { , , , , } Xtebal[13] = { , , , , } Xtebal[14] = { , , , , } Xtebal[15] = { , , , , } Xtebal[16] = { , , , , } Xtebal[17] = { , , , , } Xtebal[18] = { , , , , } Xtebal[19] = { , , , , } Xtebal[20] = { , , , , } Xtebal[21] = { , , , , } Xtebal[22] = { , , , , } Xtebal[23] = { , , , , } Xtebal[24] = { , , , , } Xtebal[25] = { , , , , } Xtebal[26] = { , , , , } Xtebal[27] = { , , , , } Xtebal[28] = { , , , , } Xtebal[29] = { , , , , } Xtebal[30] = { , , , , } Xtebal[31] = { , , , , } Xtebal[32] = { , , , , } Xtebal[33] = { , , , , } Xtebal[34] = { , , , , } Xtebal[35] = { , , , , } Xtebal[36] = { , , , , } Xtebal[37] = { , , , , } Xtebal[84] = { , , , , } Xtebal[5] = { , , , , } Xtebal[6] = { , , , , } Xtebal[7] = { , , , , } Xtebal[8] = { , , , , } Xtebal[9] = { , , , , } Xtebal[10] = { , , , , } Xtebal[11] = { , , , , } Xtebal[12] = { , , , , } Xtebal[13] = { , , , , } Xtebal[14] = { , , , , } Xtebal[15] = { , , , , } Xtebal[16] = { , , , , } Xtebal[17] = { , , , , } Xtebal[18] = { , , , , } Xtebal[19] = { , , , , }

35 25 Model rantai Markov Higher-order Markov chain model Nilai dugaan vektor peluang state Xtebal[20] = { , , , , } Xtebal[21] = { , , , , } Xtebal[22] = { , , , , } Xtebal[23] = { , , , , } Xtebal[24] = { , , , , } Xtebal[25] = { , , , , } Xtebal[26] = { , , , , } Xtebal[27] = { , , , , } Xtebal[28] = { , , , , } Xtebal[29] = { , , , , } Xtebal[30] = { , , , , } Xtebal[31] = { , , , , } Xtebal[32] = { , , , , } Xtebal[33] = { , , , , } Xtebal[34] = { , , , , } Xtebal[35] = { , , , , } Xtebal[36] = { , , , , } Xtebal[37] = { , , , , } Xtebal[38] = { , , , , } Xtebal[39] = { , , , , } Xtebal[84] = { , , , , }

PEMODELAN HUBUNGAN PELANGGAN DAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV ADITYA PRAYUDANTO

PEMODELAN HUBUNGAN PELANGGAN DAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV ADITYA PRAYUDANTO PEMODELAN HUBUNGAN PELANGGAN DAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV ADITYA PRAYUDANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI

PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI PENENTUAN KLASIFIKASI STATE PADA RANTAI MARKOV DENGAN MENGGUNAKAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS PELUANG TRANSISI Yohanes A.R. Langi 1) 1) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DALAM MODEL NONPARAMETRIK RONI WIJAYA

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DALAM MODEL NONPARAMETRIK RONI WIJAYA PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DALAM MODEL NONPARAMETRIK RONI WIJAYA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 Percobaan Acak (Ross 2000) Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama dan semua kemungkinan hasil yang muncul dapat diketahui tetapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Dalam suatu percobaan seringkali dilakukan pengulangan yang biasanya dilakukan dalam kondisi yang sama. Semua kemungkinan hasil yang akan muncul

Lebih terperinci

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY 3.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang Ω,,. Misalkan ; adalah rantai Markov dengan state berhingga

Lebih terperinci

PEMODELAN KLAIM ASURANSI KERUGIAN MENGGUNAKAN POISSON HIDDEN MARKOV UNTUK DATA OVERDISPERSI HENDRA GUSTRA

PEMODELAN KLAIM ASURANSI KERUGIAN MENGGUNAKAN POISSON HIDDEN MARKOV UNTUK DATA OVERDISPERSI HENDRA GUSTRA PEMODELAN KLAIM ASURANSI KERUGIAN MENGGUNAKAN POISSON HIDDEN MARKOV UNTUK DATA OVERDISPERSI HENDRA GUSTRA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peluang Peluang mempunyai banyak persamaan arti, seperti kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan. Peluang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang bersifat acak.

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH LULUSAN DAN PREDIKAT KELULUSAN MAHASISWA FMIPA UNTAN TAHUN ANGKATAN 2013/2014 DENGAN METODE RANTAI MARKOV

PREDIKSI JUMLAH LULUSAN DAN PREDIKAT KELULUSAN MAHASISWA FMIPA UNTAN TAHUN ANGKATAN 2013/2014 DENGAN METODE RANTAI MARKOV Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3(2015), hal 347-352. PREDIKSI JUMLAH LULUSAN DAN PREDIKAT KELULUSAN MAHASISWA FMIPA UNTAN TAHUN ANGKATAN 2013/2014 DENGAN METODE RANTAI

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Oleh: Desi Nur Faizah 1209 1000 17 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

PEMODELAN POISSON HIDDEN MARKOV PADA INFEKSI NOSOKOMIAL JUNIAWAN PRASETYO

PEMODELAN POISSON HIDDEN MARKOV PADA INFEKSI NOSOKOMIAL JUNIAWAN PRASETYO PEMODELAN POISSON HIDDEN MARKOV PADA INFEKSI NOSOKOMIAL JUNIAWAN PRASETYO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berikut ini adalah beberapa definisi dan teorema yang menjadi landasan dalam penentuan harga premi, fungsi permintaan, dan kesetimbangannya pada portfolio heterogen. 2.1 Percobaan

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-65X Vol. 8, No. 2, November 2, 8 PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER Subiono Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL Ro fah Nur Rachmawati Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Binus University Jl.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Stokastik proses = { ( ), } adalah kumpulan dari variabel acak yang didefinisikan pada ruang peluang (Ω, ς, P) yang nilai-nilainya pada bilangan real. T dinamakan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik Bab 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai pengantar proses stokastik dan rantai Markov, yang akan digunakan untuk analisis pada bab-bab selanjutnya. 2.1 Pengantar Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini. Uraian ini terdiri dari beberapa bagian yang akan dipaparkan secara terperinci

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DAN APLIKASINYA PADA HARGA BERAS MUSAFA

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DAN APLIKASINYA PADA HARGA BERAS MUSAFA KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DAN APLIKASINYA PADA HARGA BERAS MUSAFA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV 4.1 State dan Proses Observasi Semua proses didefinisikan pada ruang peluang (Ω, F, P). Misalnya X = {X : k N} adalah rantai Markov dengan state berhingga yang bersifat homogen

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS CIRCULANT, CIRCULANT SIMETRIK, DAN BLOCK CIRCULANT HARYONO HERMANA

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS CIRCULANT, CIRCULANT SIMETRIK, DAN BLOCK CIRCULANT HARYONO HERMANA PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS CIRCULANT, CIRCULANT SIMETRIK, DAN BLOCK CIRCULANT HARYONO HERMANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Kompresi Citra Menggunakan Truncated Singular Value Decomposition (TSVD), Sebuah Eksplorasi Numerik

Kompresi Citra Menggunakan Truncated Singular Value Decomposition (TSVD), Sebuah Eksplorasi Numerik Kompresi Citra Menggunakan Truncated Singular Value Decomposition (TSVD), Sebuah Eksplorasi Numerik Grace Reni Agustina, AD. Garnadi, Sri Nurdiati Abstrak Citra atau image memiliki representasi sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP MAKSIMUM PONTRYAGIN PADA SISTEM INVENTORI-PRODUKSI. Nurus Sa adah, Toni Bakhtiar, Farida Hanum

PENERAPAN PRINSIP MAKSIMUM PONTRYAGIN PADA SISTEM INVENTORI-PRODUKSI. Nurus Sa adah, Toni Bakhtiar, Farida Hanum PENERAPAN PRINSIP MAKSIMUM PONTRYAGIN PADA SISTEM INVENTORI-PRODUKSI Nurus Sa adah, Toni Bakhtiar, Farida Hanum Departemen Matematika FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Distribusi Eksponensial Distribusi eksponensial adalah distribusi yang paling penting dan paling sederhana kegagalan mesin penghitung otomatis dan kegagalan komponen

Lebih terperinci

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian Edi Abdurachman * Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian Pendahuluan Konsep dasar Markov Chain baru diperkenalkan sekitar tahun 1907, oleh seorang Matematisi Rusia

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS TRIDIAGONAL 2-TOEPLITZ DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL CHEBYSHEV MELIZA DITA UTAMI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Desi Nur Faizah, Laksmi Prita Wardhani. Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU

SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU Muhafzan Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Pag 25163 email:

Lebih terperinci

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain)

Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) #10 Rantai Markov Diskrit (Discrete Markov Chain) 10.1. Pendahuluan Berbagai teknik analitis untuk mengevaluasi reliability dari suatu sistem telah diuraikan pada bab terdahulu. Teknik analitis ini mengasumsikan

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Analisis Rantai Markov Untuk Memprediksi Perpindahan Merek Shampoo Di Hypermart Swalayan Manado Town Square

Analisis Rantai Markov Untuk Memprediksi Perpindahan Merek Shampoo Di Hypermart Swalayan Manado Town Square Analisis Rantai Markov Untuk Memprediksi Perpindahan Merek Shampoo Di Hypermart Swalayan Manado Town Square 1 Djini Tamudia, 2 Johanes Langi, 3 Julia Titaley 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan penduga parameter distribusi GB2

II. LANDASAN TEORI. beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan penduga parameter distribusi GB2 5 II. LANDASAN TEORI Dalam proses penelitian penduga parameter dari suatu distribusi diperlukan beberapa konsep dan teori yang mendukung dari ilmu statistika. Berikut ini akan dijelaskan beberapa konsep

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan berikutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan

Lebih terperinci

ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION. Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION. Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Abstract. On solving the optimal control for the linear discrete-time

Lebih terperinci

Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis LAMPIRAN 33 Lampiran A. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Definisi A.1 (Ruang contoh dan kejadian) Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya

Lebih terperinci

Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Universitas Di Indonesia

Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Universitas Di Indonesia Penerapan Rantai Markov Dalam Pemilihan Minat Masuk Siswa SMA Ke Di Indonesia Sitty Nurjana 1, Marline S. Paendong 2, Yohanes A. R. Langi 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, sitty.nurjana@gmail.com

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA

PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA PENYELESAIAN MODEL TAHAP TERHINGGA DAN TAKHINGGA PADA PROSES KEPUTUSAN MARKOV DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERTANIAN BILYAN USTAZILA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang dapat dimodelkan dengan proses stokastik. Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses stokastik dengan waktu

Lebih terperinci

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS Arif Prodi Matematika, FST- UINAM Wahyuni Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisah Prodi Matematika, FST-UINAM

Lebih terperinci

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain Dennis Frisca Ayudya, Dewi Retno Sari Saputro Program Studi Matematika Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS oleh GALIH GUSTI SURYANING AKBAR M0111039 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV oleh ERIKHA AJENG CHISWARI NIM. M0111028 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI

PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI PENENTUAN PROBABILITAS ABSORPSI DAN EKSPEKTASI DURASI PADA MASALAH KEBANGKRUTAN PENJUDI Aditya Candra Laksmana, Respatiwulan, dan Ririn Setiyowati Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT Ro fah Nur Rachmawati Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN RUNTUN WAKTU FUZZY DENGAN PARTISI INTERVAL BERDASARKAN FREKUENSI DENSITAS

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN RUNTUN WAKTU FUZZY DENGAN PARTISI INTERVAL BERDASARKAN FREKUENSI DENSITAS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN RUNTUN WAKTU FUZZY DENGAN PARTISI INTERVAL BERDASARKAN FREKUENSI DENSITAS Oleh SYLVIA SWIDANING PUTRI M0111079 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 168 176 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN PENDUGA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) DAN GENERALIZED LEAST SQUARES (GLS) PADA MODEL REGRESI

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

KAJIAN BANDWIDTH OPTIMAL PADA PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK SURASNO

KAJIAN BANDWIDTH OPTIMAL PADA PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK SURASNO KAJIAN BANDWIDTH OPTIMAL PADA PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL PROSES POISSON PERIODIK SURASNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu Yulian Sari FKIP Pendidikan Matematika Universitas Riau Kepulauan e-mail: yuliansari17@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (Discrete-Event System) merupakan suatu sistem yang state space nya berbentuk diskret, sistem yang keadaannya berubah hanya pada waktu

Lebih terperinci

ISSN (Media Cetak) ISSN (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab

ISSN (Media Cetak) ISSN (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab JITEKH, Vol, No, Tahun 27, -5 ISSN 28-577(Media Cetak) ISSN 2549-4 (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab Silmi, Rina Anugrahwaty 2 Staff Pengajar

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan metode-metode yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Metode-metode pada bab ini yaitu metode Value at Risk dengan pendekatan distribusi normal

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Anita Nur Muslimah 1, Siswanto 2, Purnami Widyaningsih 3 A-1 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 anitanurmuslimah@yahoo.co.id, 2 sis.mipauns@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Antrian Satu Server Dengan Vacation Queueing Model Pada Pola Kedatangan Berkelompok

Pemodelan Sistem Antrian Satu Server Dengan Vacation Queueing Model Pada Pola Kedatangan Berkelompok SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pemodelan Sistem Antrian Satu Server Dengan Vacation Queueing Model Pada Pola Kedatangan Berkelompok Sucia Mentari, Retno Subekti, Nikenasih

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni 206 00 03 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Apriliani, M.Si Hendra Cordova, ST,

Lebih terperinci

METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAN LINEAR DENGAN M-MATRIKS ABSTRACT

METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAN LINEAR DENGAN M-MATRIKS ABSTRACT METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAN LINEAR DENGAN M-MATRIKS Efriani Widya 1, Syamsudhuha 2, Bustami 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

SIMULASI TOTAL KERUGIAN ASURANSI MENGGUNAKAN DEDUCTIBLE DAN LIMITED COVERAGE SYAMSUL

SIMULASI TOTAL KERUGIAN ASURANSI MENGGUNAKAN DEDUCTIBLE DAN LIMITED COVERAGE SYAMSUL SIMULASI TOTAL KERUGIA ASURASI MEGGUAKA DEDUCTIBLE DA LIMITED COVERAGE SYAMSUL DEPARTEME MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM ISTITUT PERTAIA BOGOR BOGOR 2016 PERYATAA MEGEAI SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Beberapa Pengertian Definisi 1 [Ruang Contoh] Ruang contoh adalah himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan acak, dan dinotasikan dengan (Grimmet dan Stirzaker,1992)

Lebih terperinci

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT QUEUES ANALYSIS M/M/ TYPE WITH SLOW AND FAST PHASE SERVICE SYSTEM Oleh: Erida Fahma Nurrahmi NRP. 1208 100 009 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

TEORI PERRON-FROBENIUS UNTUK MATRIKS STOKASTIK

TEORI PERRON-FROBENIUS UNTUK MATRIKS STOKASTIK TEORI PERRON-FROBENIUS UNTUK MATRIKS STOKASTIK Diajukan sebagai syarat mengikuti sidang Sarjana Matematika Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung disusun oleh: Madona Yunita Wijaya 10103035

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR I. P. Edwar, M. Imran, L. Deswita Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN BENTUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKAN DERET TAYLOR

PEMBUKTIAN BENTUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKAN DERET TAYLOR Jurnal Matematika UAD Vol. 5 o. 4 Hal. 8 ISS : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UAD PEMBUKTIA BETUK TUTUP RUMUS BEDA MAJU BERDASARKA DERET TAYLOR ADE PUTRI, RADHIATUL HUSA Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI NILAI HARAPAN PADA PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR BONNO ANDRI WIBOWO

PENDUGAAN FUNGSI NILAI HARAPAN PADA PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR BONNO ANDRI WIBOWO PENDUGAAN FUNGSI NILAI HARAPAN PADA PROSES POISSON PERIODIK MAJEMUK DENGAN TREN LINEAR BONNO ANDRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Tata Guna/Tutupan Lahan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Tata Guna/Tutupan Lahan BAB II DASAR TEORI Prediksi perubahan lahan merupakan salah satu informasi penting untuk mendukung perencanaan penggunaan lahan. Untuk itu perlu dibuat suatu model yang mampu mewakili prediksi perubahan

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE OSTROWSKI UNTUK MENCARI AKAR PERSAMAAN NONLINEAR. Rin Riani ABSTRACT

PERBAIKAN METODE OSTROWSKI UNTUK MENCARI AKAR PERSAMAAN NONLINEAR. Rin Riani ABSTRACT PERBAIKAN METODE OSTROWSKI UNTUK MENCARI AKAR PERSAMAAN NONLINEAR Rin Riani Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG oleh MIRA AMALIA M0113030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT HASIL KALI KRONECKER RANTAI MARKOV BERDIMENSI HINGGA

BEBERAPA SIFAT HASIL KALI KRONECKER RANTAI MARKOV BERDIMENSI HINGGA BEBERAPA SIFAT HASIL KALI KRONECKER RANTAI MARKOV BERDIMENSI HINGGA ANDI KRESNA JAYA 1 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin, andikresna@yahoo.com Abstrak Pada paper ini akan dibahas tentang

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. Hal. 68 76 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR WIDIA ASTUTI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya ANALISIS KESTABILAN DAN MEAN DISTRIBUSI MODEL EPIDEMIK SIR PADA WAKTU DISKRIT Arisma Yuni Hardiningsih 1206 100 050 Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Institut Teknologi

Lebih terperinci

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya Abstract. Matrix is diagonalizable (similar with matrix

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkitan Data Hipotetik Data dibangkitkan dengan bantuan software Mathematica yaitu dengan cara mencari solusi numerik dari model dinamik dengan memberikan nilai parameter

Lebih terperinci

Konsep Dasar Perhitungan Numerik

Konsep Dasar Perhitungan Numerik Modul Konsep Dasar Perhitungan Numerik Drs. Mulyatno, M.Si. D PENDAHULUAN alam mata kuliah Kalkulus, Aljabar Linear, Persamaan Diferensial Biasa, dan mata kuliah lainnya, dapat Anda pelajari berbagai metode

Lebih terperinci

Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi

Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi Penentuan Probabilitas Absorpsi dan Ekspektasi Durasi pada Masalah Kebangkrutan Penjudi Aditya Candra Laksmana 1*, Respatiwulan 2, dan Ririn Setiyowati 3 1, 3 Program Studi Matematika Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA

PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA oleh ARIF MUNTOHAR M0111012 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DALAM RANTAI MARKOV DAN PENERAPANNYA DI BIDANG PERTANIAN SKRIPSI RUDY ASWIN

PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DALAM RANTAI MARKOV DAN PENERAPANNYA DI BIDANG PERTANIAN SKRIPSI RUDY ASWIN PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DALAM RANTAI MARKOV DAN PENERAPANNYA DI BIDANG PERTANIAN SKRIPSI RUDY ASWIN 060823038 DEPARTEMEN MATEMATIKA FALULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci