Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013"

Transkripsi

1 i

2 ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai Saya menyambut gembira atas penerbitan publikasi ini. Publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai berisi analisis deskriptif terkait perkembangan pendapatan regional Kabupaten Pulau Morotai selama periode baik dari sisi produksi atau lapangan usaha maupun dari sisi penggunaan. Disamping itu disajikan pula perbandingan pendapatan regional Kabupaten Pulau Morotai dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku Utara. Ucapkan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi kita semua. Morotai, Agustus 2014 Kepala BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai Ir. Welhelmus Sahuleka, M.Si iii

4 DAFTAR ISI halaman Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... Iv Daftar Gambar... iv Bab I Bab II Bab III Bab IV Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup dan Batasan Sistematika Penulisan... 4 Konsep dan Definisi 2.1 Metode Penghitungan PDRB Struktur PDRB Metode Penghitungan PDRB ADHK Klassen Typology Pendapatan Regional 3.1 Sisi Penyediaan (Supply Side) Sisi Permintaan (Demand Side) Perbandingan 4.1 Tingkat Perekonomian Struktur Ekonomi Wilayah Perbandingan Laju pertumbuhan Ekonomi dan 38 PDRB Perkapita... Daftar Pustaka Lampiran Tabel iv

5 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 hal Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Pulau Morotai Tahun (Persen) Komponen konsumsi Rumahtangga Kabupaten Pulau Morotai Tahun Komponen Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Kabupaten Pulau morotai Tahun Tabel 3.4 Komponen Konsumsi Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai Tahun Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 4.1 Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto Kabupaten Pulau Morotai Tahun Komponen Ekspor Barang dan Jasa Kabupaten Pulau Morotai Tahun Komponen Impor Barang dan Jasa Kabupaten Pulau Morotai Tahun Kontribusi PDRB ADHB di Kabupaten/Kota Tahun Tabel 4.2 PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Menurut Kelompok Laju Pertumbuhan Tahun Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara v

6 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Tahun (Persen) Tabel 4.7 Peranan Sektor Perdagangan/Hotel/Restoran Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tabel 4.8 Peranan Sektor Perdagangan/Hotel/Restoran Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Tabel 4.9 Peranan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun Tabel 4.10 Peranan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun Tabel 4.11 Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Terhadap Sektor pertanian provinsi Tahun (Persen) Tabel 4.12 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Kabupaten/Kota Terhadap Sektor PHR Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Tabel 4.13 Peranan Sektor Industri pengolahan Kabupaten/Kota Terhadap Sektor Industri Pengolahan Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Tabel 4.14 Laju Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tabel 4.15 Kedudukan Kabupaten/Kota Menurut Kriteria Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Per Kapita Tahun vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Menurut Sektor Tahun 2011 (Persen) Gambar 3.2. Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Menurut Sektor Tahun 2013 (Persen) Gambar 3.3. PDRB Perkapita Kabupaten Pulau Morotai Tahun (Rupiah) Gambar 4.1 Pengelompokan Daerah Kabupaten/Kota Menurut Klassen Typologi hal vii

8 BAB I PENDAHULUAN 1

9 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang mencakup berbagai aspek kehidupan secara berkesinambungan dimana hasilnya harus bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses dari pemikiran yang dilandasi keinginan untuk mencapai kemajuan bangsa. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat. Berbagai indikator diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Hal ini diperlukan sebagai bahan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Perencanaan makro perlu dilakukan dengan melihat dan memperhitungkan secara cermat keterkaitannya dengan perencanaan sektoral dan regional. Manajemen pembangunan daerah dapat memberikan pengaruh yang baik guna mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan dengan mempertahankan keberlanjutan pembangunan ekonomi daerah agar membawa dampak yang menguntungkan bagi penduduknya. Terkait dengan telah ditetapkannya Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), tentunya diperlukan data berbagai indikator ekonomi agar kebijakan yang diambil dapat tepat sasaran. Penggunaan indikator ekonomi makro di dalam perencanaan pembangunan memerlukan suatu kajian agar dapat merumuskan strategi dan kebijakan yang tepat di Kabupaten Pulau Morotai. Salah 2

10 satu indikator ekonomi makro yang biasa digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi adalah Pendapatan Regional atau yang biasa disebut PDRB. Dengan memperhatikan dan menganalisis PDRB, pemerintah daerah dapat memulai, melanjutkan dan mengakselerasi pertumbuhan dengan kebijakan pembangunan yang tepat, sehinggga terjadi pembangunan yang berkelanjutan Tujuan Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan analisis adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya publikasi yang memuat analisis data dan informasi perkembangan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai yang meliputi PDRB menurut Lapangan Usaha, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Share dan pertumbuhan masing-masing Lapangan Usaha, PDRB perkapita, serta keterbandingan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku Utara. 2. Tersedianya analisis data dan informasi perkembangan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan atau perumusan perencanaan oleh Pemerintah Daerah dan swasta dalam berbagai bidang pembangunan Ruang Lingkup dan Batasan Ruang lingkup dan batasan dalam Penyusunan Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 adalah : 1. Pendapatan Regional yang dimaksud dalam publikasi ini adalah PDRB baik menurut pendekatan produksi maupun menurut pendekatan pendapatan. 2. Cakupan waktu yang dianalisis dari tahun

11 1.4. Sistematika Penulisan Bab I berisi pendahuluan yang memaparkan latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan batasan penulisan, serta sistematika penulisan. Bab II berisi konsep dan definisi yang digunakan dalam penulisan publikasi ini. Bab III berisi gambaran pendapatan regional Kabupaten Pulau Morotai, baik dari sisi produksi maupun dari sisi penggunaan. Disamping itu dijelaskan pula perkembangan laju perekonomian, struktur ekonomi, serta PDRB perkapita. Bab IV berisi gambaran perbandingan ekonomi kabupaten/kota. Pada bab ini dijelaskan kontribusi ekonomi kabupaten Pulau Morotai terhadap perekonomian Provinsi Maluku Utara serta keterbandingan spasial dengan kabupaten/kota lainnya. Dengan analisis Klassen Typology dijelaskan posisi Kabupaten Pulau Morotai terhadap perekonomian Maluku Utara. 4

12 BAB II KONSEP DAN DEFINISI 5

13 II. KONSEP & DEFINISI 2.1 Metode Penghitungan PDRB Penghitungan PDRB diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu: Pendekatan Produksi, Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan Pengeluaran, yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: a. Menurut Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dalam PDRB, penyajian unit-unit produksi tersebut dikelompokkan kedalam sembilan sektor ekonomi atau lapangan usaha, yaitu: (1) Pertanian, (2) Pertambangan & Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas & Air Minum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel & Restoran, (7) Pengangkutan & Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, serta (9) Jasa- Jasa. b. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Ukuran-ukuran tersebut dimasukkan dalam PDRB sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. c. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah penjumlahan seluruh komponen permintaan akhir, yaitu: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba 6

14 2. Konsumsi pemerintah 3. Pembentukkan modal tetap domestik bruto 4. Perubahan stok 5. Ekspor neto dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor. 2.2 Struktur Produk Domestik Regional Bruto Struktur PDRB dapat berbeda-beda tergantung dari sudut mana suatu perekonomian ditinjau. Struktur dapat menurut : i Lapangan Usaha ii Andilnya Faktor Produksi iii Penggunaan Produk Akhir Jika suatu perekonomian dipandang sebagai : a. Suatu kumpulan dari unit-unit yang memproduksi barang dan jasa yang berasal dari berbagai lapangan usaha seperti Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan dan sebagainya, maka struktur PDRBnya menurut lapangan usaha, berupa nilai tambah bruto yang tercipta oleh setiap unit produksi pada setiap lapangan usaha. b. Suatu kesatuan atau kombinasi dari orang-orang yang melakukan usaha dari segala macam bentuk usaha seperti pekerja, pemilik modal, golongan orang yang berusaha sendiri dan sejenisnya, maka struktur PDRBnya adalah menurut andilnya faktor produksi, dimana nilainya berupa jumlah pendapatan/balas jasa yang diterima oleh setiap individu yang berproduksi seperti pemilik modal, buruh dan sebagainya. c. Suatu kumpulan dari unit-unit yang mengkonsumsi dan melakukan investasi, maka struktur PDRBnya adalah menurut penggunaan produk akhir. 7

15 2.2.1 PDRB menurut lapangan usaha Penyajian PDRB menurut lapangan usaha akan memberikan gambaran mengenai peranan masing-masing sektor ekonomi yang berproduksi di suatu daerah. Untuk itu, unit-unit produksi di kelompokan menurut sembilan sektor ekonomi/lapangan usaha kemudian disajikan nilai tambah bruto atas dasar harga pasar dari masing-masing sektor tersebut. PDRB menurut lapangan usaha di bagi dalam sembilan sektor yaitu : i pertanian ii pertambangan dan penggalian iii industri pengolahan iv listrik, gas dan air minum v bangunan vi perdagangan, hotel dan restoran vii pengangkutan dan komunikasi viii keuangan,persewaan dan jasa perusahaan ix jasa-jasa PDRB menurut andilnya faktor produksi PDRB menurut andil faktor produksi ini disajikan menurut besarnya balas jasa yang di terima oleh masing-masing faktor produksi tersebut : a. balas jasa yang di terima oleh pekerja berupa upah dan gaji b. pendapatan dari sewa tanah dan royalti c. pendapatan dari bunga modal d. keuntungan 8

16 2.2.3 PDRB menurut penggunaan produk akhir Penyajian dalam bentuk ini menggambarkan bagaimana penggunaan oleh berbagai golongan dalam masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi. Penggunaan disini terdiri dari penggunaan untuk keperluan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah dan penggunaan sebagai modal tetap bruto. Yang belum di gunakan pada tahun laporan akan disimpan sebagai stok, disamping itu ada juga yang digunakan sebagai barang-barang ekspor. Secara terperinci penyajian akan berbentuk: a. pengeluaran konsumsi rumah tangga b. pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba c. pengeluaran konsumsi pemerintah d. pembentukan modal tetap bruto e. perubahan stok f. ekspor neto (ekspor impor) 2.3 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Untuk dapat menyajikan PDRB atas dasar harga konstan dengan tahun dasar tahun 2000, maka ada beberapa cara perhitungan yang digunakan antara lain sebagai berikut : R e v a l u a s i Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000 dan hasilnya merupakan nilai produksi bruto dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dari selisih nilai produksi bruto dengan biaya antara hasil perhitungan di atas. 9

17 Dalam praktek sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara, karena mencakup komponen biaya antara yang terlalu banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara nilai produksi bruto atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap nilai produksi bruto pada tahun dasar E k t r a p o l a s i Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Sebagai ekstrapolator dapat memakai indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti ; tenaga kerja, jumlah perusahan, dan lainnya yang dianggap relevan dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan nilai produksi bruto D e f l a s i Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga yang dipakai sebagai deflator. Indeks harga sebagai deflator misalnya Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Perdagangan Besar sesuai cakupan komoditinya. Deflasi juga dapat dilakukan dengan cara mendeflate secara terpisah nilai biaya antara atas dasar harga berlaku dengan deflatornya masing-masing. Deflasi semacam ini disebut deflasi berganda. Indeks harga yang dipakai sebagai deflator untuk menghitung nilai produksi bruto atas dasar harga konstan biasanya merupakan 10

18 indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan deflasi terhadap biaya antara sangat sulit dilakukan, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia dengan baik. 2.4 Klassen Typology Analisis pendapatan regional ini juga akan melihat keterbandingan kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita kabupaten/kota, dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita provinsi. Analisis keterbandingan ini dilakukan dengan menggunakan metoda analisis Klassen Typology. Klassen membagi menjadi empat kuadran yaitu daerah : a. Mengalami pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih tinggi dari provinsi (kuadran I) b. Mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, namun PDRB per kapitanya lebih rendah dari provinsi (kuadran II) c. Mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, namun PDRB per kapitanya lebih tinggi dari provinsi (kuadran III) d. Mengalami pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari provinsi (kuadran IV) 11

19 BAB III PENDAPATAN REGIONAL 12

20 III. PENDAPATAN REGIONAL Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan secara optimal potensi dan sumber-sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan maksud tersebut berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai khususnya untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian maka secara otomatis akan merangsang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berikut diuraikan kondisi perekonomian Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013, serta perkembangannya dalam kurun SISI PENYEDIAAN (Supply Side) Pertumbuhan Ekonomi Dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi kita harus hati-hati karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan merupakan jaminan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misalkan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan, dimungkinkan terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi namun penyerapan tenaga kerja rendah. Hal ini mungkin terjadi apabila pola pembangunan ekonomi difokuskan pada peningkatan nilai tambah semata namun kurang memperhatikan penyerapan tenaga kerja, misalnya pilihan untuk meningkatkan kinerja pada usaha bermodal besar namun sedikit menyerap tenaga kerja (pro capital) dibandingkan dengan berinvestasi dan meningkatkan kinerja pada usaha yang bermodal kecil namun lebih menyerap tenaga kerja (padat karya/pro labour). Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi diharapkan produktifitas dan pendapatan 13

21 masyarakat akan meningkat melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai tahun 2013 sebesar 6,33 persen, mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 7,83 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,33 persen ini didukung oleh pertumbuhan positif disemua sektor, laju pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,31 persen. Sektor lain yang juga tumbuh cukup tinggi adalah sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sebesar 8,14 persen. Selengkapnya pertumbuhan sektoral ekonomi Kabupaten Pulau Morotai dalam kurun waktu dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini: Tabel 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Pulau Morotai Tahun (Persen) T A H U N Sektor **) Pertanian 6,02 6,10 5,54 Pertambangan & Penggalian 8,91 9,03 7,35 Industri 4,34 5,13 4,80 Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,45 13,13 7,05 Konstruksi 17,02 22,47 6,55 Perdagangan, Hotel & Restoran 8,20 13,02 9,31 Transportasi & Komunikasi 6,44 7,66 4,13 Keuangan & Jasa Perusahaan 7,41 7,67 8,14 Jasa-Jasa 3,86 4,18 4,63 PDRB 6,28 7,83 6,33 Ket : **) Angka sementara Kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai dalam kurun waktu tiga tahun terakhir berfluktuasi pada kisaran 6,28 14

22 hingga 7,83 persen. Sampai dengan tahun 2012 perekonomian Kabupaten Pulau Morotai terus mengalami peningkatan hingga mencapai 7,83 persen, hal ini disebabkan adanya event internasional Sail Morotai. Namun di tahun 2013 perekonomian Kabupaten Pulau Morotai mengalami perlambatan yang disebabkan antara lain melambatnya laju produksi hasil pertanian dan perikanan Struktur Ekonomi Besarnya peran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB mencerminkan struktur perekonomian wilayah yang bersangkutan. Pengamatan terhadap struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu akan memberikan gambaran kepada kita apakah perubahan struktur ekonomi yang terjadi mengakibatkan pergeseran struktur ekonomi dari primer ke sekunder ataukah dari sekunder ke tersier. Pergeseran strukutur ekonomi mendorong peningkatan produktivitas secara makro ekonomi, yang sudah barang tentu dibarengi dengan peningkatan pendapatan wilayah tersebut. Dengan demikian pergeseran struktur ekonomi sesuai dengan potensi wilayah dan struktur ekonomi ideal yang dicita-citakan masyarakat. Gambar 3.1. Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Menurut Sektor Tahun 2011 (Persen) 15

23 Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai didominasi oleh 3 (tiga) sektor ekonomi yang utama, yakni sektor Pertanian, sektor Perdagangan/Hotel/Restoran, serta Industri Pengolahan. Kontribusi ketiga sektor ini dalam perekonomian Kabupaten Pulau Morotai mencapai 84 persen. Sektor Pertanian dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tetap memberikan kontribusi terbesar. Melalui Gambar 3.1 dan 3.2 terlihat kontribusi sektor pertanian turun dari 44,54 persen di tahun 2011 menjadi 43,49 persen di tahun Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai kontributor terbesar kedua, sumbangannya relatif meningkat yakni dari 21,29 persen di tahun 2011 menjadi 23,46 persen di tahun Sektor industri yang menempati posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 18,32 persen di tahun 2011, turun menjadi 17,28 persen di tahun Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor Jasa-Jasa. Kedua Sektor ini memberikan kontribusi masing-masing sebesar 6,28 persen dan 4,17 persen. Sektor kegiatan ekonomi yang memberikan kontribusi paling rendah adalah sektor pertambangan & penggalian yakni sebesar 0,33 persen. Gambar 3.2. Distribusi PDRB Kabupaten Pulau Morotai Menurut Sektor Tahun 2013 (Persen) 16

24 PDRB Per Kapita Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum bisa ditunjukkan oleh meningkatnya tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat perolehan pendapatan per kapita menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Sebaliknya penurunan pada tingkat pendapatan per kapita menunjukkan tingkat kesejahteraan yang semakin menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor dan transfer yang mengalir ke luar (transfer out) sama dengan yang masuk (transfer in), maka pendapatan per kapita dapat ditunjukkan melalui tingkat PDRB per kapita. PDRB per kapita penduduk Kabupaten Pulau Morotai dalam kurun naik dari Rp 4,24 juta menjadi Rp 5,22 juta berdasarkan atas harga berlaku atau rata-rata meningkat sebesar 10,91 persen per tahun. Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, kenaikan itu bukan nilai riil. Kenaikan yang terjadi lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan tingkat harga barang dan jasa atau inflasi. Kenyataan tersebut tercermin dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan, di mana dalam kurun waktu yang sama perolehannya hanya naik dari Rp 2,04 juta menjadi Rp 2,21 juta atau naik rata-rata sebesar 4,10 persen. Perlu diketahui bahwa indikator PDRB per kapita tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat pendapatan per kapita penduduk. Indikator ini lebih tepat digunakan untuk menilai apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan capaian nilai tambah bagi masyarakat melalui hasil kreativitas usaha dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Namun dengan segala keterbatasannya, indikator PDRB per kapita dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat. 17

25 Gambar 3.3. PDRB Perkapita Kabupaten Pulau Morotai Tahun (Rupiah) 3.2. SISI PERMINTAAN (Demand Side) Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga PDRB atau pendapatan Kabupaten Pulau Morotai di tahun 2013 sebagian besar digunakan untuk Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga yaitu sebesar 71,77 persen. Sungguhpun tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi dapat menggerakan berbagai sektor ekonomi, namun dari sisi permintaan, perkembangan ekonomi yang baik harus berasal dari peningkatan kegiatan investasi dan ekspor. Selama periode rata-rata porsi pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 72,50 persen per tahun. Dari tabel 3.2 terlihat bahwa komponen konsumsi rumahtangga di tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,77 persen. Dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi di tahun 2012 (8,56 persen). Permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat akan direspon oleh sektor produksi dengan cara meningkatkan produksi. Jika sektor produksi domestik tidak dapat memenuhi, maka permintaan tersebut akan dipenuhi oleh barang dan 18

26 jasa dari luar wilayah Morotai. Perkembangan komponen konsumsi rumahtangga selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2. Komponen Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Pulau Morotai Tahun Rincian Nilai (Juta Rp) TAHUN **) a. Adh berlaku , , ,01 b. Adh konstan , , Laju pertumbuhan (%) 8,48 8,56 5,77 Kontribusi thd PDRB (%) 73,04 72,67 71,77 **) Angka sementara Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Bila pengeluaran konsumsi rumahtangga merupakan komponen terbesar, maka konsumsi lembaga swasta nirlaba merupakan komponen terkecil. Dalam kurun kontribusi pengeluaran ini tidak pernah mencapai satu persen. Rendahnya perhatian masyarakat terhadap keberadaannya merupakan salah satu faktor penyebab belum berkembangnya lembaga ini di Kabupaten Pulau Morotai. Pada tahun 2011 pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba sebesar Rp 1.780,71 juta, dan di tahun 2013 naik menjadi Rp 2.186,24 juta. Jika didasarkan atas dasar harga (adh) konstan 2000, maka pengeluaran ini tercatat sebesar Rp 1.030, 30 juta di tahun 2011, naik menjadi Rp 1.155,29 juta di tahun Dalam kurun pertumbuhan komponen konsumsi lembaga nirlaba rata-rata sebesar 7,87 persen per tahun. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2011 (11,81 persen), sedangkan terendah terjadi di tahun 2012 (5,24 persen). 19

27 Tabel 3.3. Komponen Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Kabupaten Pulau Morotai Tahun Rincian Nilai (Juta Rp) TAHUN **) a. Adh berlaku 1.780, , ,24 b. Adh konstan 1.030, , ,29 Laju pertumbuhan 11,81 5,24 6,55 Kontribusi thd PDRB 0,77 0,74 0,73 **) Angka sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Suatu perekonomian yang belum berkembang, kemajuan ekonomi sangat dipengaruhi oleh besarnya komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Pengeluaran pemerintah ini utamanya akan menggerakan sektor Konstruksi dan sektor Jasa. Idealnya pengeluaran pemerintah diarahkan pada kegiatan yang dapat merangsang kegiatan investasi dan ekspor. Jika pengeluaran lebih banyak digunakan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif, maka sasaran pengembangan ekonomi akan sulit dicapai. Pada tahun 2013 pengeluaran konsumsi pemerintah mencapai Rp ,48 juta. Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah mencapai 36,50 persen dari total PDRB Kabupaten Pulau Morotai, dan merupakan komponen terbesar kedua setelah konsumsi rumahtangga. Dalam kurun laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah rata-rata sebesar 7,76 persen per tahun. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan; tahun 2011 pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 8,19 persen, dan melambat di tahun 2013 menjadi 5,41 persen. 20

28 Rincian Nilai (Juta Rp) Tabel 3.4. Komponen Konsumsi Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai Tahun TAHUN **) a. Adh berlaku , , ,48 b. Adh konstan , , ,25 Laju pertumbuhan 8,19 9,67 5,41 Kontribusi thd PDRB 36,95 36,48 36,50 **) Angka sementara Pembentukan Modal Tetap Bruto Salah satu variabel penting dalam upaya mengembangkan ekonomi wilayah adalah investasi. Besarnya kegiatan investasi tercermin dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Jika komponen PMTB dihubungkan dengan output perekonomian secara keseluruhan, akan diperoleh ukuran yang disebut dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Dalam kurun PMTB Pulau Morotai naik dari Rp ,99 juta di tahun 2011 menjadi Rp ,78 juta di tahun Jika didasarkan atas dasar harga konstan 2000 besaran ini naik dari Rp 5.274,06 juta di tahun 2011 menjadi Rp 6.397,48 juta di tahun Dengan demikian rata-rata laju pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir sebesar 10,66 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2012 (14,59 persen), dan terendah di tahun 2013 (5,85 persen). Rata-rata kontribusi PMTB terhadap PDRB selama periode adalah 5,61 persen. 21

29 Tabel 3.5. Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto Kabupaten Pulau Morotai Tahun Rincian Nilai (Juta Rp) TAHUN **) a. Adh berlaku , , ,78 b. Adh konstan 5.274, , ,48 Laju pertumbuhan 11,52 14,59 5,85 Kontribusi thd PDRB 5,49 5,70 5,63 **) Angka sementara Ekspor dan Impor Nilai ekspor Kabupaten Pulau Morotai tahun 2011 sebesar Rp ,79 juta, naik menjadi Rp ,26 juta di tahun Demikian juga dengan nilai impornya; naik dari Rp ,09 juta di tahun 2011 menjadi Rp ,81 juta di tahun Dalam kurun rata-rata kontribusi komponen ekspor terhadap PDRB sebesar 31,56 persen per tahun, sedangkan impor 27,71 persen per tahun. Kontribusi ekspor terhadap pembentukan PDRB Pulau Morotai dari tahun ke tahun mengalami penurunan, begitu juga dengan kontribusi impor. Tabel 3.6. Komponen Ekspor Barang dan Jasa Kabupaten Pulau Morotai Tahun Rincian Nilai (Juta Rp) TAHUN **) a. Adh berlaku , , ,26 b. Adh konstan , , ,38 Laju pertumbuhan (%) 3,68 8,46 3,36 Kontribusi thd PDRB (%) 32,38 31,61 30,70 **) Angka sementara 22

30 Dalam kurun pola pertumbuhan ekspor cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,17 persen, sedangkan impor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,55 persen per tahun. Laju pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi di tahun 2012 (8,46 persen); dan laju pertumbuhan impor tertinggi terjadi di tahun 2013 (6,86 persen). Rincian Nilai (Juta Rp) Tabel 3.7. Komponen Impor Barang dan Jasa Kabupaten Pulau Morotai Tahun TAHUN **) a. Adh berlaku , , ,81 b. Adh konstan , , ,49 Laju pertumbuhan 4,83 4,98 6,86 Kontribusi thd PDRB 28,43 27,43 27,28 **) Angka sementara 23

31 BAB IV PERBANDINGAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 24

32 IV. PERBANDINGAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi ekonomi di Kabupaten Pulau Morotai dan keterbandingannya dengan kabupaten/kota lainnya, serta kaitannya dengan kondisi ekonomi Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Kondisi perekonomian yang dimaksud utamanya berkaitan dengan tingkat perekonomian, pertumbuhan ekonomi, dan struktur ekonomi wilayah. Gambaran tentang kondisi ekonomi tersebut berdasarkan hasil kajian atas indikator makro ekonomi yang diturunkan dari data PDRB. Pada bab ini juga akan dilihat keterbandingan kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kabupaten Pulau Morotai, dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara serta kabupaten/kota lainnya. Analisis keterbandingan ini dilakukan dengan menggunakan metoda analisis Klassen Typology. Klassen membagi menjadi empat kuadran yaitu daerah : e. Mengalami pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih tinggi dari provinsi (kuadran I) f. Mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, namun PDRB per kapitanya lebih rendah dari provinsi (kuadran II) g. Mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, namun PDRB per kapitanya lebih tinggi dari provinsi (kuadran III) h. Mengalami pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari provinsi (kuadran IV) 4.1 Tingkat Perekonomian Tingkat perekonomian suatu wilayah akan mengalami perubahan sejalan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan faktor 25

33 produksi oleh unit usaha atau unit kegiatan ekonomi. Tingkat perekonomian tersebut tercermin dari besaran nilai PDRB atau Nilai Tambah Bruto yang diciptakan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang berada di wilayah yang bersangkutan selama periode waktu tertentu. Berdasarkan kesamaan karakteristik dari barang dan jasa atau komoditas yang dihasilkan, masing-masing komoditas atau unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) lapangan usaha atau sektor ekonomi Peranan Daerah Otonom (Kabupaten/Kota) Peranan daerah otonom terhadap perekonomian Provinsi Maluku Utara akan terlihat dari kontribusi PDRB masing-masing daerah otonom terhadap pembentukan PDRB Provinsi Maluku Utara. Selama kurun waktu , kontribusi ekonomi Kabupaten Pulau Morotai terhadap perekonomian Maluku Utara ratarata sebesar 3,97 persen, terendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Kabupaten Pulau Morotai merupakan kabupaten yang baru terbentuk. Namun bila dilihat perkembangan dari tahun ke tahun, nampak bahwa setiap tahunnya ada peningkatan share perekonomian Kabupaten Pulau Morotai terhadap perekonomian Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Adanya effort pemerintah daerah untuk mendatangkan investasi dan menciptakan iklim usaha yang kondusif mulai menunjukkan hasilnya walaupun masih relatif kecil. Kota Ternate sebagai pusat perdagangan dan jasa di Provinsi Maluku Utara menempati urutan pertama dalam penciptaan nilai tambah. Kontribusinya terus naik dari 19,50 persen tahun 2011 menjadi 19,98 persen tahun Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Halmahera Selatan yaitu 17,11 persen di tahun 2011 dan 17,00 persen tahun Sedangkan Kabupaten Halmahera Utara 26

34 dan Kabupaten Kepulauan Sula menempati urutan tiga dan empat dalam penciptaan nilai tambah di Provinsi Maluku Utara. Menarik untuk dicermati adalah pada Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, daerah yang dikenal memiliki pertambangan. Selama tiga tahun terakhir kontribusi kedua Kabupaten ini terus mengalami penurunan, diduga karena adanya pengurangan ekspor bahan mentah hasil pertambangan sehingga mengurangi produksi hasil pertambangan di kedua kabupaten ini. Selengkapnya peranan masing-masing kabupaten/kota dalam periode terlihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten/Kota Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun Halmahera Barat 6,58 6,48 6,34 Halmahera Tengah 8,50 8,40 8,25 Kepulauan Sula 11,30 11,14 11,00 Halmahera Selatan 17,11 17,09 17,00 Halmahera Utara 15,34 15,48 15,73 Halmahera Timur 9,22 9,20 9,20 Pulau Morotai 3,93 3,98 3,99 Ternate 19,50 19,69 19,98 Tidore 8,52 8,54 8,50 Sumber : BPS, data diolah Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita penduduk diperoleh dengan membagi besaran PDRB masing-masing wilayah dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di wilayah bersangkutan. Indikator ini dengan 27

35 segala kelemahannya lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Tabel 4.2 PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota Tahun (Juta Rupiah) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 3,76 4,12 4,47 Halmahera Tengah 11,28 12,25 13,19 Kepulauan Sula 7,59 8,31 9,07 Halmahera Selatan 4,93 5,48 6,05 Halmahera Utara 5,43 6,09 6,84 Halmahera Timur 7,14 7,85 8,60 Pulau Morotai 4,24 4,74 5,22 Ternate 5,96 6,64 7,42 Tidore 5,45 6,10 6,78 Maluku Utara 5,66 6,34 6,93 Sumber : BPS, data diolah. Walaupun tingkat perekonomian yang tidak terlalu tinggi namun jumlah penduduk yang relatif kecil menyebabkan Kabupaten Halmahera Tengah dalam periode tercatat sebagai penerima pendapatan per kapita terbesar, bahkan lebih tinggi dari pendapatan per kapita Provinsi Maluku Utara. Rata-rata PDRB per kapita Maluku Utara selama periode sebesar Rp 6,31 juta, sedangkan dalam periode yang sama rata-rata PDRB per kapita Halmahera Tengah sebesar Rp 12,24 juta. Rata-rata PDRB perkapita Kabupaten Pulau Morotai selama tiga tahun terakhir tercatat sebesar 4,73 juta, masih dibawah rata-rata PDRB perkapita Provinsi Maluku Utara. Selengkapnya PDRB per kapita masing-masing kabupaten/kota terlihat pada Tabel

36 4.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tercermin dari besarnya persentase kenaikan/penurunan PDRB atas dasar harga (adh) konstan terhadap PDRB adh konstan tahun sebelumnya. Penggunaan PDRB adh konstan dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh perubahan tingkat harga barang dan jasa. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi wilayah menggambarkan tingkat perkembangan riil atau perkembangan volume produksi barang dan jasa di wilayah bersangkutan. Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Menurut Kelompok Laju Pertumbuhan Tahun 2013 Laju Pertumbuhan Kabupaten/Kota Banyaknya (1) (2) (3) >6,0 Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halmahera 3 Timur 6,0 6,9 Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Pulau 4 Morotai, Tidore Kepulauan <7,0 Halmahera Utara, Ternate 2 Sumber : BPS, data diolah Jika seluruh daerah otonom diklasifikasikan menurut kelompok laju pertumbuhannya, maka pertumbuhan ekonomi tahun 2013 terlihat pada Tabel 4.3. Dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, maka tahun 2013 tercatat 5 (lima) kabupaten/kota memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari Provinsi Maluku Utara (6,12 persen) yaitu Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Pulau Morotai, serta Kota Ternate. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan dibawah Provinsi Maluku Utara adalah Kabupaten Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halamahera Timur, serta Kota Tidore Kepulauan. 29

37 Sedangkan perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota selama periode dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (3) (4) (5) Halmahera Barat 5,62 5,60 5,49 Halmahera Tengah 6,88 7,05 6,45 Kepulauan Sula 6,39 6,42 5,84 Halmahera Selatan 5,66 6,64 6,41 Halmahera Utara 7,72 7,81 7,01 Halmahera Timur 7,01 6,74 5,99 Pulau Morotai 6,28 7,83 6,33 Ternate 8,07 8,09 7,56 Tidore 6,07 6,25 6,08 Maluku Utara 6,40 6,67 6,12 Sumber : BPS, data diolah 4.2 Struktur Ekonomi Wilayah Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing-masing sektor ekonomi terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka panjang. 30

38 4.2.1 Sektor-Sektor Utama Seperti penjelasan pada bab sebelumnya, struktur ekonomi Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2013 didominasi 3 (sektor) utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran, serta sektor industri pengolahan. Demikian pula halnya dengan perekonomian Maluku Utara tahun 2013 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor kegiatan ekonomi yakni sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran, serta sektor Industri Pengolahan. Kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB Provinsi Maluku Utara tercatat sebesar 33,77 persen, 26,92 persen, dan 12,46 persen. Tabel 4.5 Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 Peranan (%) Kabupaten/Kota Banyaknya (1) (2) (3) >20,0 Ternate 1 20,0 39,9 Halmahera Tengah, Halmahera Selatan 2 < 40,0 Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halmahera Utara, Halmahera Timur, Pulau Morotai, Tidore Kepulauan 6 Sumber : BPS, data diolah Dominasi sektor Pertanian bukan hanya terjadi di Pulau Morotai, tetapi juga terjadi di semua kabupaten/kota kecuali di Kota Ternate. Dominasi sektor Pertanian tersebut secara rata rata masih berkisar persen. Jika seluruh kabupaten/kota diklasifikasikan menurut kelompok peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB di masing-masing daerah, maka di tahun 2013 akan terlihat seperti pada Tabel

39 Tabel 4.6. Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 41,53 42,43 41,38 Halmahera Tengah 37,53 37,73 37,34 Kepulauan Sula 43,45 43,82 43,26 Halmahera Selatan 38,87 38,59 37,61 Halmahera Utara 41,10 41,53 41,19 Halmahera Timur 41,35 40,90 40,48 Pulau Morotai 44,54 43,78 43,49 Ternate 13,25 12,91 12,54 Tidore 49,92 49,24 48,48 Maluku Utara 35,83 34,91 33,77 Sumber : BPS, data diolah Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa selama periode kontribusi sektor Pertanian hampir di seluruh kabupaten/ kota secara rata-rata cenderung mengalami penurunan. Penurunan peranan sektor Pertanian tersebut merupakan pergeseran pada struktur perekonomian secara alamiah, dan hal tersebut terjadi karena ada sektor lain mulai meningkat produktivitasnya, disamping mulai beralihnya lahan pertanian menjadi pemukiman. Sektor Perdagangan/Hotel/Restoran sebagai kontributor terbesar kedua dalam perekonomian Maluku Utara, juga mewarnai kegiatan ekonomi di masing-masing kabupaten/kota. Pada sektor Perdagangan/Restoran/Hotel periode tahun , kontribusi sektor ini sebagian besar kabupaten/kota mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di masing-masing daerah. Capaian kontribusi sektor tersebut untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2011 sebesar 24,27 persen dan terjadi peningkatan pada 32

40 tahun 2013 menjadi sebesar 26,92 persen. Begitu pula peranan sektor ini terhadap perekonomian Kabupaten Pulau Morotai nampak menunjukkan peningkatan dari 21,29 persen di tahun 2011 menjadi 23,46 persen di tahun Geliat ekonomi menuju diterapkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) nampaknya mulai terlihat di Pulau Morotai. Jika seluruh daerah otonom diklasifikasikan menurut kelompok peran sektor Perdagangan/Hotel/Restoran terhadap perekonomian masing-masing wilayah, maka tahun 2013 akan terlihat gambaran seperti pada Tabel 4.7. berikut: Tabel 4.7. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 Peranan (%) Kabupaten/Kota Banyaknya (1) (2) (3) >20,0 Halmahera Tengah, Halmahera Utara, Halmahera 3 Timur 20,0 29,9 Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halmahera Selatan, Pulau Morotai, Tidore 5 Kepulauan < 30,0 Kota Ternate 1 Sumber : BPS, data diolah 33

41 Peranan sektor Perdagangan/Hotel/Restoran selama periode waktu terlihat pada Tabel 4.8. berikut: Tabel 4.8. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 27,43 27,61 28,85 Halmahera Tengah 18,59 18,75 19,92 Kepulauan Sula 23,89 24,22 25,22 Halmahera Selatan 23,68 23,97 25,40 Halmahera Utara 18,37 18,37 19,50 Halmahera Timur 14,41 15,29 16,82 Pulau Morotai 21,29 22,62 23,46 Ternate 29,71 30,17 31,17 Tidore 27,78 28,61 29,48 Maluku Utara 24,27 25,57 26,92 Sumber : BPS, data diolah Sektor Industri Pengolahan adalah sektor terbesar ke tiga terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pulau Morotai, begitu juga terhadap PDRB Provinsi Maluku Utara. Periode tahun sektor ini kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan dari 12,76 persen di tahun 2011 menjadi 12,46 persen di tahun Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan, yaitu dari 12,76 persen di tahun 2011 menjadi 12,46 persen di tahun Kabupaten Halmahera Selatan tercatat sebagai daerah otonom yang sektor Industri Pengolahannya cukup dominan, sedangkan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Kabupaten Pulau Morotai tahun

42 sebesar 17,28. Jika seluruh kabupaten/kota diklasifikasikan menurut kelompok peran sektor Industri Pengolahan, maka akan terlihat gambaran seperti pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Peranan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 Peranan (%) Kabupaten/Kota Banyaknya (1) (2) (3) >10,0 Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Ternate, Tidore Kepulauan 4 10,0 19,9 Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halmahera Utara, Pulau Morotai < 20,0 Halmahera Selatan 1 Sumber : BPS, data diolah Selengkapnya peranan sektor Industri Pengolahan dan perubahannya di masing-masing kabupaten/kota dalam periode terlihat pada Tabel berikut: Tabel Peranan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (4) (5) (6) Halmahera Barat 18,85 18,09 17,91 Halmahera Tengah 7,58 7,22 7,08 Kepulauan Sula 15,64 14,74 14,13 Halmahera Selatan 21,13 20,88 20,40 Halmahera Utara 14,96 14,30 14,25 Halmahera Timur 7,27 7,39 7,80 Pulau Morotai 18,32 17,63 17,28 Ternate 5,10 4,75 4,64 Tidore 4,85 4,87 4,83 Maluku Utara 12,76 12,50 12,46 Sumber : BPS, data diolah 4 35

43 4.2.2 Peranan Sektor Dominan Terhadap PDRB Provinsi Maluku Utara Berikut diuraikan peranan sektor pertanian, sektor perdagangan, serta sektor industri masing-masing kabupaten/kota dalam pembentukan PDRB di Provinsi Maluku Utara periode Tabel Peranan Sektor Pertanian Kabupaten/Kota Terhadap Sektor Pertanian Provinsi Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 7,55 7,62 7,41 Halmahera Tengah 8,82 8,79 8,69 Kepulauan Sula 13,57 13,53 13,44 Halmahera Selatan 18,38 18,28 18,05 Halmahera Utara 17,42 17,82 18,29 Halmahera Timur 10,53 10,43 10,51 Pulau Morotai 4,84 4,83 4,90 Ternate 7,14 7,05 7,07 Tidore 11,75 11,65 11,64 Sumber : BPS, data diolah Lima Kabupaten/kota yang menjadi penyumbang terbesar Sektor Pertanian di Provinsi Maluku Utara adalah Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Kota Tidore Kepulauan, serta Kabupaten Halmahera Timur. Peran sektor pertanian pada lima kabupaten/kota tersebut mencapai 70 (tujuh puluh) persen. Sedangkan kontribusi sektor pertanian Pulau Morotai terhadap pertanian Provinsi Maluku Utara hanya sebesar 4,90 persen saja. Sektor Perdagangan/Hotel/Restoran sebagai kontributor terbesar ke dua di Provinsi Maluku Utara pada 2013 banyak 36

44 disumbangkan oleh Kota Ternate, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, serta Kepulauan Sula masing-masing sebesar 25,05 persen; 17,37 persen; 12,34 persen; dan 11,16 persen. Sedangkan sumbangan sektor perdagangan Kabupaten Pulau Morotai hanya sebesar 3,77 persen. Selengkapnya sumbangan sektor Perdagangan/Hotel/Restoran dari masing-masing kabupaten/kota terlihat pada Tabel berikut: Tabel Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Kabupaten/Kota Terhadap sektor PHR Provinsi Maluku Utara Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 7,76 7,55 7,39 Halmahera Tengah 6,79 6,65 6,61 Kepulauan Sula 11,60 11,39 11,16 Halmahera Selatan 17,40 17,29 17,37 Halmahera Utara 12,11 12,00 12,34 Halmahera Timur 5,70 5,94 6,22 Pulau Morotai 3,59 3,80 3,77 Ternate 24,88 25,07 25,05 Tidore 10,17 10,31 10,09 Sumber : BPS, data diolah Sektor Industri Pengolahan sampai dengan tahun 2013 sebagai penyumbang terbesar ke tiga dalam perekonomian Maluku Utara. Sekitar 60 persen disumbangkan oleh tiga kabupaten, yakni Halmahera Selatan, Halmahera Utara, serta Kabupaten Kepulauan Sula. Sedangkan sektor industri Kabupaten Pulau Morotai menyumbang sekitar 5,88 persen terhadap sektor industri Provinsi Maluku Utara. 37

45 Selengkapnya sumbangan sektor Industri Pengolahan dari masing-masing kabupaten/kota terlihat pada Tabel 4.13 berikut: Tabel Peranan Sektor Industri Pengolahan Kabupaten/Kota terhadap Sektor Industri Pengolahan Provinsi Maluku Utara, Tahun (Persen) Kabupaten/Kota Tahun (1) (4) (5) (6) Halmahera Barat 10,04 9,82 9,69 Halmahera Tengah 5,21 5,08 4,98 Kepulauan Sula 14,30 13,75 13,25 Halmahera Selatan 29,23 29,86 29,57 Halmahera Utara 18,57 18,55 19,11 Halmahera Timur 5,42 5,69 6,12 Pulau Morotai 5,82 5,88 5,88 Ternate 8,04 7,90 7,91 Tidore 3,37 3,48 3,50 Sumber : BPS, data diolah 4.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Per Kapita Upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi perlu dibarengi dengan upaya peningkatan pendapatan atau PDRB per kapita penduduk. Kedua strategi pembangunan ekonomi ini perlu dilakukan secara bersamaan agar pembangunan ekonomi yang dilaksanakan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi hanya dapat terwujud bila aktivitas produksi dan investasi meningkat, bersamaan dengan itu pendapatan penduduk dapat ditingkatkan melalui keterlibatannya di dalam dua proses tersebut. Bila melihat capaian laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2013, laju perekonomian Kabupaten Pulau Morotai 38

46 masih diatas Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara, sedangkan PDRB perkapita Kabupaten Pulau Morotai masih berada dibawah PDRB perkapita Provinsi Maluku Utara. Berikut disajikan capaian laju pertumbuhan dan PDRB per kapita kabupaten/kota maupun provinsi tahun 2013 : Tabel 4.14 Laju Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2013 Kabupaten/Kota Pertumbuhan (Persen) PDRB Perkapita (Juta Rupiah) (1) (2) (3) Halmahera Barat 5,49 4,47 Halmahera Tengah 6,45 13,19 Kepulauan Sula 5,84 9,07 Halmahera Selatan 6,41 6,05 Halmahera Utara 7,01 6,84 Halmahera Timur 5,99 8,60 Pulau Morotai 6,33 5,22 Ternate 7,56 7,42 Tidore 6,08 6,78 Maluku Utara 6,12 6,93 Sumber : BPS, data diolah Melalui analisis kuadran, pencapaian laju dan pendapatan per kapita di masing-masing daerah otonom dan pencapaian indikator yang sama di tingkat provinsi tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut: 39

47 Tabel Kedudukan Kabupaten/Kota Menurut Kriteria Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Per Kapita Tahun 2013 Uraian PDRB Perkapita Lebih Rendah Lebih Tinggi Laju pertumbuhan Lebih Tinggi Halsel, Halut, Morotai Ternate, Halteng Lebih Rendah Halbar, Tikep Kepsul, Haltim Melalui analisis kuadran, pencapaian laju dan pendapatan per kapita di masing-masing kabupaten/kota dan pencapaian indikator yang sama di tingkat Provinsi tahun 2013 dapat dijelaskan posisi dari masing-masing daerah otonom. Dari Diagram tersebut dapat diketahui bahwa : a. Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah, tercatat sebagai daerah yang laju pertumbuhan dan PDRB per kapitanya lebih tinggi dari provinsi b. Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan dan Kabupaten Pulau Morotai tercatat sebagai daerah yang laju pertumbuhannya lebih tinggi dari Provinsi, tetapi PDRB per kapitanya lebih rendah. c. Kabupaten Kepulauan Sula, serta Kabupaten Halmahera Timur tercatat sebagai daerah yang laju pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari provinsi, namun PDRB perkapitanya lebih tinggi. d. Kabupaten Halmahera Barat, serta Kota Tidore Kepulauan tercatat sebagai daerah yang laju pertumbuhan dan PDRB per kapitanya lebih rendah dari provinsi. 40

48 Namun demikian perlu dicatat bahwa pengelompokkan ini adalah bersifat dinamis karena sangat tergantung pada perkembangan kegiatan pembangunan pada kabupaten dan kota yang bersangkutan. Ini berarti bahwa dalam beberapa tahun kedepan, pengelompokkan akan dapat berubah sesuai dengan perkembangan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita daerah yang bersangkutan. Perubahan tersebut akan mudah terjadi pada daerahdaerah yang kondisinya telah berada dekat dengan batas rata-rata tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita. Gambar 4.1 Pengelompokan Daerah Kabupaten/Kota Menurut Klassen Tipology 41

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI Ketersediaan data yang tepat dan akurat serta pada Time leg yang tidak terlalu jauh sangat dibutuhkan dalam penyusunan pembangunan daerah dan ini sesuai dengan amanat

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.177/05/21/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2010 TUMBUH 1,16 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 30/05/21/Th.VI, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2011 TUMBUH 0,23 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 214/11/21/Th.V, 5 Nopember 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2010 TUMBUH 1,23 PERSEN PDRB Kepri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2013 MENCAPAI 5,8 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2009 PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN I TH 2009 TUMBUH 5,5 PERSEN PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III TAHUN 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 68/11/76/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN III TAHUN 2014 Capaian PDRB Sulawesi Barat tahun 2014 atas dasar harga berlaku sebesar 4.662,95

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci