BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah. Melalui otonomi diharapkan penyelenggaraan pemerintahan lebih desentralis dan kehidupan masyarakat lebih demokratis dan partisipatif. Pemerataan pembangunan di seluruh daerah diharapkan dapat diwujudkan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan mengurangi dominasi pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan sehingga memenuhi prinsip-prinsip good governance. Dengan adanya otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut lebih kreatif dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan perekonomiannya. Pemerintah Daerah diperkenankan menggali potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa campur tangan Pemerintah Pusat terlalu jauh. Melalui otonomi ini diharapkan Pemerintah Daerah lebih dapat mengenali potensi ekonomi daerah tersebut dan lebih leluasa mengembangkan dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peningkatan pembangunan daerah. Peraturan Daerah Provinsi Riau No.3 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Provinsi Riau Tahun menyebutkan bahwa berdasarkan data yang terhimpun per-1 Januari 1999, cadangan minyak bumi di Provinsi Riau adalah sebesar 6.107,6 MMSTB (juta standar tank barel) 1

2 2 atau 69 persen cadangan nasional dan cadangan gas bumi sebesar 50 TCF (triliun kubik barel) atau 38 persen dari cadangan nasional. Oleh karena itu, Provinsi Riau disebut sebagai daerah yang mempunyai produksi terbesar di Indonesia. Sebagai pusat pertambangan minyak bumi terbesar, perekonomian Provinsi Riau sangat bergantung terhadap sektor Migas. Sektor Migas tersebut mempengaruhi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi maupun struktur perekonomian Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dilihat dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dengan migas menunjukkan peningkatan dari 413,71 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 469,07 triliun rupiah pada tahun Demikian pula dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan migas, telah terjadi peningkatan dari 102,67 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 106,31 triliun rupiah pada tahun Kontribusi sektor Migas dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau yang nilainya sangat signifikan pada periode tahun dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pada gambar tersebut, diketahui bahwa hampir 50 persen PDRB Provinsi Riau merupakan kontribusi dari sektor Migas yang terdiri dari sektor Pertambangan dan Penggalian. Meskipun sangat dominan, Gambar 1.1 menunjukkan tren penurunan kontribusi sektor tersebut. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pembangunan ekonomi yang terlalu bergantung pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui mungkin tidak akan menguntungkan dalam jangka panjang (Kuncoro, 2004: 106).

3 3 % sektor *) 2012**) Tahun Pertanian Pertambangan Industri Listrik dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Sumber: Lampiran 1 (diolah) Gambar 1.1 Persentase Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Termasuk Minyak Bumi dan Gas, Pemerintah Provinsi Riau harus cerdas dalam memanfaatkan otonomi daerah apalagi mengingat dua peristiwa penting yang berdampak pada perekonomian Provinsi Riau yaitu krisis ekonomi tahun 1998 dan pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun Terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara keseluruhan. PDRB Provinsi Riau sebelum dan pasca krisis moneter pada tahun 1998 dan pemekaran Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2002 ditunjukkan oleh Gambar 1.2 tentang PDRB Provinsi Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Termasuk Minyak Bumi dan Gas tahun

4 4 60,000,000 (Dalam Jutaan Rupiah) 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000, Tahun Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Sumber: Lampiran 2 (diolah) Gambar 1.2 PDRB Provinsi Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Termasuk Minyak Bumi dan Gas, Berdasarkan Gambar 1.2, PDRB Provinsi Riau didominasi oleh sektor Migas. Besarnya kontribusi dari sektor Migas terhadap pembentukan PDRB Provinsi Riau yang antara tahun mengalami fluktuasi dan terus mengalami penurunan semenjak tahun Namun, dapat dilihat bahwa krisis moneter pada tahun 1998 tidak berpengaruh terhadap kontribusi sektor Migas. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan migas pada gambar ini, telah terjadi peningkatan besarnya kontribusi sektor Migas dari 48,46 triliun rupiah pada tahun 1997 menjadi 49,96 triliun rupiah pada tahun 1998 dan kembali meningkat mencapai titik tertinggi pada tahun 1999 menjadi 50,86 triliun rupiah. Sementara, berdasarkan data pada PERDA Provinsi Riau No. 3 Tahun 2002, laju

5 5 pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau sebesar 9 persen pada tahun 1997 sempat turun secara drastis menjadi persen ketika krisis moneter pada tahun 1998 namun kembali mengalami kenaikan sebesar 4,16 persen pada tahun Krisis moneter tahun 1998 berdampak pada kontribusi PDRB dari sektorsektor perekonomian lainnya terutama berdampak pada sektor Industri Pengolahan. Sektor Industri Pengolahan ini mengalami penurunan drastis dari 15,98 triliun rupiah pada tahun 1997 menjadi 13,97 triliun rupiah pada tahun Hal ini disebabkan mayoritas sektor industri yang berpusat di Batam dan Pulau Bintan (sebelum terjadi pemekaran Provinsi Kepulauan Riau masih menjadi bagian dari wilayah Provinsi Riau) merupakan industri-industri berskala besar dan sangat bergantung pada impor yang sangat rentan terhadap naik turun nilai rupiah. Tidak seperti sektor-sektor perekonomian lainnya yang mengalami penurunan, sektor Pertanian tidak terpengaruh oleh dampak krisis moneter. Dapat dilihat pada gambar tersebut, bahwa dari tahun kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan yang positif. Salah satu pemicu fenomena ini adalah berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau jauh sebelum terjadi krisis moneter. Pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit memicu tumbuhnya industri pengelolaan minyak sawit menjadi bahan setengah jadi, Crude Palm Oil (CPO) dan merupakan salah satu komoditi ekspor non migas terbesar di Indonesia. Arifin et al. (1999) mengatakan bahwa krisis moneter berpotensi membawa keberuntungan pada perkebunan kelapa sawit Indonesia karena dengan adanya krisis moneter biaya produksi CPO Indonesia lebih murah

6 6 daripada CPO Malaysia sehingga mampu meningkatkan nilai ekspor khususnya CPO yang dihasilkan di Provinsi Riau. Sementara, dampak dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2002 menyebabkan terjadinya penurunan kontribusi pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Riau. Dampak terbesar dialami oleh sektor Industri Pengolahan yang sempat mengalami titik tertinggi pada tahun 2002 dengan kontribusi sebesar 23,27 triliun rupiah dan langsung terpuruk pada titik terendah menjadi 6,89 triliun rupiah pada tahun 2003 setelah Provinsi Kepulauan Riau tersebut dibentuk. Semenjak tahun 2004, sektor ini kembali meningkat namun tidak signifikan. Sebelum pemekaran, sektor ini sempat menjadi sektor dominan setelah sektor Migas. Namun, pasca pemekaran, kontribusi dari sektor ini berada di bawah kontribusi sektor Pertanian. Selain sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, sektor Jasa khususnya Hotel dan Restoran juga mengalami dampak terparah dari pemekaran Provinsi Kepulauan Riau yaitu mengalami penurunan sebesar 25 persen dari 6,24 triliun rupiah pada tahun 2002 menjadi 4,68 triliun rupiah pada tahun Turunnya kontribusi kedua sektor ini karena sebelum pemekaran, pusat industri dan pariwisata dipusatkan khususnya di Kota Batam dan sebagian di Pulau Bintan dan Pulau Karimun yang sekarang menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Secara demografis, daerah-daerah tersebut sangat strategis sebagai pintu gerbang ke luar negeri khususnya wilayah Malaysia dan Singapura, sehingga sangat mendukung sebagai daerah tujuan wisatawan mancanegara, pusat perdagangan dan pusat industri. Berdasarkan data pada PERDA Provinsi Riau No. 3 Tahun

7 7 2002, tercatat pada tahun 1998, 95,50 persen jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melakukan kunjungan ke daerah Riau Kepulauan (Provinsi Kepulauan Riau) dan hanya 3,50 persen melakukan kunjungan ke Riau Daratan (Provinsi Riau). Berdasarkan penjelasan ini, maka diperlukan penentuan dan pengembangan sektor kunci (key sector) dalam perencanaan pembangunan ekonomi Provinsi Riau yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan memperluas kesempatan kerja serta dapat menjamin terciptanya proses keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri. Kontribusi dari sumber daya migas sebaiknya digunakan sebagai modal dalam proses transformasi dari perekonomian berbasis pertambangan migas ke arah pengembangan perekonomian yang lebih berkelanjutan. Kebijakan pembangunan sebaiknya mampu memaksimalkan potensi daerah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja serta meningkatkan daya saing baik antarprovinsi maupun dalam skala nasional. Dengan perencanaan pembangunan daerah yang efektif diharapkan mampu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Perencanaan pembangunan daerah sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada sektor Migas karena pembangunan ekonomi yang berkesinambungan tidak akan tercapai apabila menitikberatkan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pemerintah harus cermat dalam menetapkan arah pembangunan. Pembangunan ekonomi daerah haruslah diletakkan pada sektor-sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif yang tinggi, tidak hanya tergantung pada kandungan

8 8 sumber daya tetapi juga memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh sektor yang bersangkutan. Dengan demikian, produkproduk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, karena produk-produk yang dihasilkan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan produksi dapat berkembang dengan baik (Sjafrizal, 2008: 235). Analisis perekonomian berdasarkan data PDRB tersebut hanya mampu melihat pertumbuhan sektoral dan memberikan gambar perekonomian Provinsi Riau secara umum namun tidak memadai untuk menentukan sektor kunci perekonomian Provinsi Riau. Alasannya karena data PDRB tidak dapat digunakan sebagai alat analisis hubungan keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Interaksi dan keterkaitan antarsektor harus menjadi perhatian dalam menentukan sektor kunci apabila Pemerintah Provinsi Riau mengharapkan proses transformasi dari perekonomian berbasis pertambangan migas ke arah pengembangan industri dan jasa berbasis pertanian serta sumber daya alam lainnya lebih optimal. Dengan demikian, menurut Kuncoro (2011: 313) metoda analisis mengidentifikasi sektor kunci menggunakan Tabel Input Output menjadi penting. Tabel Input Output ini juga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran perencanaan pembangunan ekonomi dan pengembangan sektoral karena data pada Tabel Input Output ini mencakup seluruh sektor perekonomian dan menggambarkan hubungan antara suatu kegiatan ekonomi pada periode tertentu.

9 Rumusan masalah Diketahui bahwa persediaan sumber daya minyak bumi tidak dapat diperbaharui dan tidak selamanya dapat menopang perekonomian Provinsi ini. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini akan mengkaji masalah yang dirumuskan dalam pernyataan berikut. 1. Bagaimana kontribusi sektoral perekonomian Provinsi Riau dilihat dari output, permintaan antara, permintaan akhir dan Nilai Tambah Bruto (NTB)? 2. Sektor ekonomi apa yang menjadi kunci dalam perekonomian Provinsi Riau berdasarkan: a. analisis angka pengganda peningkatan output, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja? b. analisis keterkaitan antarsektor Rasmussen/Hirschman Method, Pure Linkage Method dan Dietzenbacher Method? c. analisis kontribusi sektoral perekonomian, analisis angka pengganda dan analisis keterkaitan antarsektor? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdahulu, baik yang dilakukan di Indonesia maupun mancanegara. Pengembangan yang dilakukan terhadap penelitian terdahulu dilihat dari sisi metodologi tentang analisis Input Output dan yang berhubungan dengan transformasi struktur perekonomian khususnya identifikasi sektor kunci suatu perekonomian. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya baik yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri terkait dengan penelitian ini antara lain:

10 10 Hidayat (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis struktur perekonomian Riau dan peranan perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian Riau pada pembentukan output, permintaan antara dan permintaan akhir. Penelitian ini juga melihat pada keterkaitan perkebunan kelapa sawit dengan sektor lain pada perekonomian Riau serta meninjau dampak otonomi daerah terhadap kinerja perkebunan kelapa sawit dalam penciptaan output, pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan Metoda Analisis Input Output dengan menggunakan Tabel Input Output Model Leontief dan Tabel Input Output Model Miyazawa berdasarkan Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2001 yang diagregasi menjadi 45 x 45 sektor. Penelitian ini menggunakan analisis angka pengganda, keterkaitan antarsektor, dan analisis dampak. Dalam penelitian ini, hasil analisis keterkaitan dan efek penyebaran menunjukkan sektor perkebunan kelapa sawit mempunyai peran yang kecil dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi. Sementara, analisis pengganda sektor perkebunan menunjukkan perkebunan kelapa sawit memiliki peran yang besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, sektor ini bisa diprioritaskan untuk investasi walaupun elastisitasnya rendah. Berdasarkan analisis simulasi kebijakan menunjukkan pengembangan perkebunan memberikan efek yang lebih besar dalam meningkatkan kinerja sektor selain perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit berdampak pada sebagian besar sektor perekonomian Provinsi Riau.

11 11 Hapsari (2012) melakukan penelitian terhadap peran industri pulp dan kertas pada perekonomian Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan analisis Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2010 klasifikasi 112 sektor yang diagregasi menjadi 22x22 sektor. Analisis yang digunakan meliputi analisis keterkaitan antarsektor, analisis dispersi dan analisis angka pengganda. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini dinyatakan bahwa sektor industri pulp dan kertas termasuk ke dalam sektor unggulan Provinsi Riau. Rahmanto (2013) meneliti transformasi struktur perekonomian Provinsi Riau tahun Penelitian ini menggunakan pendekatan Input Output, yaitu mengagregasi Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 1990, 2001 dan 2010 ke dalam matriks 25x25 sektor. Besarnya angka pengganda pada tiap-tiap sektor dihitung menggunakan multiplier analysis. Sektor kunci (key sector) perekonomian diidentifikasikan menggunakan analisis keterkaitan antarsektor, yaitu dengan mengkombinasikan metoda Rasmussen/Hirschman dan Pure Linkage. Perubahan struktur ekonomi dianalisis menggunakan metoda yang disebut Multiplier Product Matrix (MPM) yang dapat menggambarkan perubahan economic landscape suatu perekonomian. Kemudian simulasi dampak ekstraksi sektor minyak bumi terhadap perekonomian dianalisis menggunakan metoda Hypothetical Extraction Method (HEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kontribusi sektoral yang cukup mendasar yang dilihat dari perubahan besarnya kontribusi output, permintaan akhir, nilai tambah bruto dan besarnya angka pengganda sepanjang periode Berdasarkan analisis sektor kunci dan MPM terlihat pergeseran sektoral yang ditandai oleh perubahan

12 12 sektor kunci maupun peranan sektoral dalam perekonomian Provinsi Riau. Sementara berdasarkan simulasi dampak ekstraksi minyak bumi memberikan dampak hilangnya total nilai keterkaitan sebesar 108,944 triliun rupiah. Berdasarkan analisis kebijakan sektoral, perekonomian Provinsi Riau sebaiknya diarahkan sebagai pusat agroindustri, sebagai pusat agribisnis, dan sebagai pusat perdagangan dan distribusi. Sonis et al. (1995) meneliti perubahan struktur perekonomian Brazil dengan menggunakan analisis Input Output. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan beberapa pendekatan keterkaitan antarsektor untuk menentukan sektor kunci perekonomian Brazil. Metoda yang digunakan antara lain metoda Rasmussen/Hirschman, Cella/Clement, Pure Linkage, dan Field of Influence. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiap-tiap metoda menghasilkan sektor kunci yang berbeda. Dietzenbacher dan Linden (1997) melakukan penelitian mengenai keterkaitan sektoral dan spasial pada Komunitas Eropa (EC) dengan menggunakan analisis Tabel Input Output antarnegara dari tujuh negara EC. Penelitian menggunakan variasi baru dari Hypothetical Extraction Method yang diperkenalkan oleh Strassert (1968). Hasil penelitian menunjukkan variasi keterkaitan (kebelakang dan ke depan) antarindustri yang besar pada seluruh sektor. Bagian penting dari dependensi masing-masing sektor adalah berhubungan dengan hanya dua atau tiga sektor (kontributor utama). Keterkaitan antarsektor juga menunjukkan struktur produksi yang hampir sama pada seluruh negara EC.

13 13 O'Callaghan dan Yue (2000) menganalisis keterkaitan antarsektor dan sektor kunci yang menguji perubahan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian Cina selama periode waktu Ada dua katagori utama dalam menganalisis keterkaitan antarsektor, yaitu analisis tradisional berdasarkan koefisien input atau output dan Hypothesis Extraction Method. Dengan menggunakan empat metoda keterkaitan, yaitu: Chenery-Watanabe Method, Cella s Method, Pure Linkage Method dan Dietzenbacher and van der Linden Method, analisis keterkaitan Input Output menunjukkan beberapa perbedaan dan persamaan antara hasil analisis masing-masing metoda yang digunakan. Metodametoda yang berbeda menggambarkan dampak dari setiap sektor dalam proses produksi dan keterkaitan antarsektor di bawah aspek berbeda. Temurshoev (2004) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi sektor kunci dari perekonomian Kyrgyztan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati struktur produksi ekonomi Kyrgyzstan menggunakan Tabel Input Output 1998 dengan menerapkan metoda tradisional Chenery-Watanabe (1958) dan Rasmussen (1956) dan Hypothetical Extraction Method oleh Dietzenbacher dan van der Linden (1997) untuk menentukan sektor kunci. Penelitian ini juga menghitung angka pengganda output tipe I dan tipe II. Penelitian ini menunjukkan inkonsistensi indikator keterkaitan dari tiga metoda yang digunakan. Terdapat beberapa sektor perekonomian yang berdasarkan tiga metoda tersebut tidak dapat didefinisikan ke dalam katagori sektor kunci atau lainnya. Namun, sektor-sektor tersebut dapat dianggap sektor penting apabila memiliki kontribusi yang cukup besar dalam total output bruto dan total nilai tambah dari keseluruhan ekonomi.

14 14 Sektor-sektor tersebut kemudian dapat digunakan oleh Pemerintah Kyrgyztan dalam membuat kebijakan ekonomi. Namun, harus disebutkan bahwa analisis didasarkan pada asumsi koefisien input dan output tetap, yaitu tetap tidak berubah sejak tahun The Chenery-Watanabe indeks dan indeks Rasmussen digunakan untuk menguji perilaku struktur internal perekonomian dan perubahannya, tanpa memperhitungkan tingkat dan struktur produksi di masing-masing sektor. Di sisi lain, indeks Dietzenbacher dan indeks Pure Linkage digunakan untuk mengetahui struktur produksi ketika tingkat produksi dan struktur permintaan akhir dan input primer (PDB) ikut dipertimbangkan. Analisis Chenery-Watanabe dan Rasmussen mengenai perilaku dan perubahan koefisien penting untuk mendefinisikan sektor kunci ekonomi dalam struktur internal perekonomian. Sementara, analisis Dietzenbacher dan Pure Linkage juga penting untuk menentukan sektor-sektor mana yang memicu pertumbuhan output dan PDB dalam perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, metoda-metoda ini perlu dikombinasikan untuk menguji perubahan struktural perekonomian Cina dalam hal analisis interdependensi antarsektoral yang bersifat complementary. Dalam hal ini, yang membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini mengkombinasikan tiga metoda analisis keterkaitan antarsektor. Khususnya, menggunakan metoda analisis keterkaitan antarsektor yang dikenalkan oleh Dietzenbacher dan van der Linden (1997). Metoda analisis keterkaitan antarsektor untuk menentukan sektor kunci ini belum pernah dilakukan dalam penelitian analisis perekonomian Provinsi Riau sebelumnya.

15 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisis kontribusi sektoral perekonomian Provinsi Riau dilihat dari output permintaan antara, permintaan akhir dan Nilai Tambah Bruto; 2. menganalisis sektor kunci dalam perekonomian Provinsi Riau berdasarkan: a. analisis angka pengganda peningkatan output, pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja; b. analisis keterkaitan antarsektor Rasmussen/Hirschman Method, Pure Linkage Method dan Dietzenbacher Method; dan c. analisis kontribusi sektoral perekonomian, analisis angka pengganda dan analisis keterkaitan antarsektor Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan ekonomi khususnya di Provinsi Riau; 2. sebagai referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah; 3. memberikan kontribusi pemikiran dan motivasi bagi masyarakat khususnya di Provinsi Riau untuk lebih bijaksana dalam menggali dan memanfaatkan potensi daerah selain sektor Migas.

16 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan tesis ini secara garis besar disusun sebagai berikut: Bab I Pengantar, yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II, mencakup tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III, merupakan pembahasan hasil analisis data, yang meliputi cara penelitian data, metoda analisis, hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis. Bab IV adalah kesimpulan dan saran yang berupa rangkuman atas hasil analisis data serta saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2010 diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengetahui dinamika pembangunan suatu negara, dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengetahui dinamika pembangunan suatu negara, dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengetahui dinamika pembangunan suatu negara, dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektoral terhadap pendapatan nasional dari tahun ke tahun, perubahan kontribusi

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres No.2811992 wilayah Otorita Batam diperluas meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem sumber daya alam hayati beserta lingkungannya yang tidak terpisahkan. Hutan merupakan

Lebih terperinci

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008 No. 05/05/51/Th. II, 15 Mei PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I dibanding triwulan IV

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerimaan devisa, sektor ini juga

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 214/11/21/Th.V, 5 Nopember 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2010 TUMBUH 1,23 PERSEN PDRB Kepri

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 30/05/21/Th.VI, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2011 TUMBUH 0,23 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci