BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data berat (gram) LSL jumlah sub group Grafik 4.1 Sebaran berat oli dalam subgroup Dari Grafik 4.1 dapat kita lihat bahwa rata-rata dari subgroup untuk data variable dari berat oli berada diatas 750 gram, semua pengamatan tersebut berada diatas batas spesifikasi minimum yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Batas spesifikasi bawah yang diberikan oleh perusahaan yaitu 1% dari nilai standardnya.

2 52 Jadi dapat dikatakan bahwa resiko yang harus diterima oleh konsumen sangatlah kecil karena berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa semua data berada diatas batas spesifikasi akan tetapi yang menjadi masalah yaitu apakah data-data tersebut telah masuk kedalam batas kontrol atau tidak. ring patah 31% botol basah 3% tutup rusak 7% tutup reject 59% Diagram 4.1 Persentase Kecacatan Dari Gambar 4.1 tersebut dapat kita lihat bahwa kecacatan yang paling sering terjadi yaitu tutup yang reject yaitu sebesar 59% dan tutup basah sebesar 31 %. Sedangkan jenis cacat yang paling jarang terjadi yaitu pada botol basah hal ini terjadi karena pada proses demuanya dilakuakn secara otomatis atau sepenuhnya dilakukan oleh mesin sehingga kecacaan yang timbul menjadi sedikit karena human error dapat

3 53 dianaikan, akan tetapi yang menjadi masalah yaitu pada setup mesin yaing tidak mempunyai standard sehingga kecacatn masih saja terjadi walaupun dalam jmlah yag sedikit. Data tersebut didapat dengan mengumpulkan data kecacatan sebanyak 50 buah dari tiap jenis kecacatan yang ditemukan pada bulan desember. 4.2 Analisis Data Dari data-data yang di kumpulkan diatas maka dapat dibuat analisa-analisa yang akan menjelaskan apa saja yang menjadi sumber permasalahan yang ada pada perusahaan ini. Permasalahan tersebut akan dapat didefenisikan oleh data-data yang telah dikumpulkan tersebut Analisa jenis-jenis cacat Jenis- jenis kesalahan yang sering terjadi pada proses pengepakan oli antara lain: 1. Berat oli yang tidak memenuhi standar. Berat oli kadang-kadamg tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan standar yang ada, kesalahan ini yaitu terjadi pada proses filling atau pada proses pengisian oli. Kesalahan yang terjadi biasanya akan menyebabkan kesalahan pada proses yang selanjutnya. Selain itu cacat yang terjadi pada proses ini akan sangat vital karena akan berpengaruh secara langsung pada kepuasan dari konsumen karena apabila konsumen menemukan adanya oli yang tidak terisi penuh maka mereka tentu kan merasa kecewa atas produk tersebut. Sedangkan dampak terhadap perusahaan yaitu akan menyebabkan kerugian secara material karena produk yang diisi tidak penuh akan

4 54 dikembalikan oleh konsumen dan barang-barang tersebut mesti dilakukan rework atau pengerjaan ulang, sedangkan pengisian yang terlalu penuh akan sangat merugikan perusahaan terutama dalam hal bahan baku dan biaya yang akan terbuang secara percuma. Biaya tersebut tidak akan kelihatan besar akan tetapi jika dihitung akumulasinya maka biaya yang dikeluarkan tersebut tentu saja akan menjadi semakin besar. 2. Cacat pada tutup. Cacat pada tutup botol sangat beragam, antara lain : tutup botol tidak memiliki alumunium foil, alumunium foil yang terletak pada tutup botol berfungsi untuk melindungi oli dari kebocoran atau untuk menjaga oli tumpah pada waktu waktu pengiriman. Jenis cacat yang lain yang terjadi pada waktu proses sedang berlangsung yaitu tutupnya penyok, terjadi pada waktu pengencangan tutup, karena letak dari tutup yang kerang epat pada botol maka tutup tersebut akan retak, sehingga perlu dilakukan rework pada barang tersebut, karena alumunium foil yang menempel pada tutup tersebut mesti dilepaskan dan dilakukan proses pemasangan tutup yang baru lagi. Cacat yang lain yaitu tutup botol tidak memiliki warna yang sama dengan warna standar dari jenis oli yan sedang diproduksi. Biasanya cacat ini sangat jarang ditemukan karena semua tutup yang ada sudah melewati pengecekan oleh pihak suplier akan tetapi kadang-kadang masih terjadi bebrapa kasus seperti ini walaupun dalam frekuensi yang sangat sedikit.

5 55 Kerusakan pada ring sangatlah vital karena kesalahan ini sangatlah susah diidentifikasi kecuali oleh operator yang berpengalaman, jenis cacat ini terjadi pada proses pengencangan tutup botol dimana ring yang ada tutup botol retak atau lepas dari tutup botol, ring tersebut berfungsi sebagai alat identifikasi bahwa botol tersebut masih tersegel dengan baik atau belum pernah dibuka oleh orang lain sebelumya, denga kata lain untuk mencegah pemalsuan oli maka kecacatan ini menjadi sangat vital karena akan menentukan iamge dari produk ini. Ring dapat dijadikan keaslian oli karena jika oli tersebut dibuka tutupnya maka ring yang terpasang pada botol akan turut lepas sehingga pemalsuan dapat dikurangi dengan adanya langkah pencegahan ini. 3. Cacat pada botol Cacat pada botol terutama pada proses capping diamana botol akan mangalami penyok ketika dilakukan proses pemasangan tutup, tekanan dari mesin akan membuat botol tersebut terpuntir dan rusak, hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya ketepatan dalam memasangkan tutupnya hal ini akan menyebabkan suatu line produksi mengalami botle neck karena oli akan tertahan oleh produk yang cacat tersebut, karena cacat ini akan menyebabkan oli tumpah ke konveyor sehingga operator perlu manghentikan line ini untuk sementara waktu sementara itu operator yang lain membereskan tumpahan oli pada konveyor, cacat lain yang sering terjadi pada notol yaitu botol yang berada pada proses filling basah oleh tumpahan oli sehingga stiker

6 56 yang ada pada botol menjadi rusak sehingga botol tersebut tidak dapat dipakai lagi sama sekali, hal ini akan sangat merepotkan terutama harus dilakukan rework Analisa frekuensi kecacatan Dengan menggunakan histogram maka kita dapat mengetahui kecacatan mana saja yang paling sering terjadi selam proses pengepakan dilakukan botol basah tutup reject tutup penyok ring patah Grafik 4.2 Frekuensi Kecacatan Dari grafik 4.2 dapat diketahui bahwa kecacatab yang palin sering terjadi yaitu pada tutup reject. Sehingga fokusnya akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah banyaknya tutup yang reject, langkah awal yang akan dilakukan yaitu dengan menentukan apa yang menjadi faktor pemyebab dari kecacatan yang paling sering terjadi tersebut.

7 Analisa penyebab kecacatan Penyebab kecacatan dari produk dapat dilihat pada fishbone berikut : 1. Ring Patah Persentase dari ring yang patah dapat dilihat pada diagram dibawah ini : 30.99% Ring patah 69.01% Diagram 4.2 Persentase Ring Patah Pesentase dari Ring yang patah dari hasil pengamatan adalah sebesar 30% dari total jumlah produksi, jenis kecacan dapat dikatakan mempunyai proporsi yang cukup besar apabila dibandingkan dengan jenis kecacatan yang lain, jenis kecacatan ini memerlukan perhatian yang lebih dalam penanganan karena persentase yang ditunjukkan cukup signifikan. Penyebab dari kecacatan dapat diliaht pada gambar 4.1.

8 58 MESIN METODE Putaran terlalu tinggi Set up salah Kurang perawatan Mesin berhenti Handling kurang tepat RING PATAH Kurang konsentrasi Panas Lelah Bising Cara penyimpanan Tidak tepat menaruh tutup Kurang inspeksi Tidak sesuai standar MANUSIA MATERIAL Gambar 4.1 Fishbone Ring Patah Dari gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa kecacatannya di sebabkan oleh empat faktor yaitu : 1. Manusia 2. Mesin 3. Metode 4. Material. Cacat yang terjadi akibat dari kesalahan manusia terutama terjadi karena keterbatasan dari fisik manusia yang mudah mengalami kelelahan, kelelahan tersebut dapat diakibatkan dari kondisi pabrik yang panas serta mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi sehingga operator akan sulit untuk dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. Faktor lain yaitu kurangnya ketelitian dari operator yang menaruh tutup pada botolnya sehingga akan menyebabkan

9 59 kerusakan botol pada proses filling, pengalaman serta kemampuan seorang operator akan sangat menentukan apakah pekerjaan ini dapat diakukan dengan baik atau tidak. Pekerjaan yang terlihat mudah kadang-kadang tidaklah semudah seperti yang kita perkirakan, sehingga pelatihan atau training perlu bagi operator unutuk meningkatkan kemampuan mereka dalam hal ketelitian maupun rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Material atau bahan baku sendiri juga akan menentukan apakah kerusakan akan sering terjadi atau tidak, bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang kita harapkan, dimana ring-ringnya terlalu lemah sehingga tidak dapat menerima beban putaran yang terlalu berat, ring kan menjadi mudah patah hal tersebut tentu saja akan menyebabkan produk menjadi cacat dan akan menganggu proses produksi, sehingga perlu suatu pengontrolan dari pihak perusahaan terhadap bahan baku yang diterima, dimana perusahaan bisa memberikan usulan pada suplier apabila sering menerima produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Faktor dari mesin juga sangat menentukan kecacatan yang terjadi, terutama setting terhadap mesin oleh operator apakah putaran dari mesin terlalu cepat atau terlalu lambat, pengalaman dan pengetahuan dari operator sangat diperlukan umtuk menanggani masalah seperti ini.

10 60 2. Tutup Rusak Persentase dari kecacatan dapat dilihat pada diagram dibawah ini : 7.38% 92.62% Diagram 4.3 Persentase tutup rusak Total dari kecacatan adalah sebesar 7.38 % dari total jumlah cacat yang terjadi berdasarkan atas hasil pengumpulan data yag dilkukan pada bulan Desember diamana data yag dikumpulakan adalah sebanyak 50 data yang terdiri atas 5 jenis kecacatan, dapat dikatakan jenis kecacatan seperti ini sangat kecil, akam tetapi tetap merupakan masalah yang harus diidentifikasi penyebab dari kecacatan tersebut dengan tujuan untuk meminimasi barangbarang cacat. Penyebab dari kerusakan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2

11 61 METODE MATERIAL Kesalahan peletakan Kurang konsentrasi Handling kurang tepat Tidak memenuhi standar Tidak ada pengendalian kualitas Lelah Kurang konsentrasi Panas MANUSIA Gaji kecil Tanggung jawab kurang Kurang pemeliharaan MESIN TUTUP RUSAK Putaran terlalu tinngi Tidak ada SOP Set up slah Gambar 4.2 Fishbone Tutup Rusak Seperti pada bahasan yang dilakukan sebelumnya penyebab dari kecacatan pada tutup yang rusak tidak jauh berbeda dengan faktor penyebab rusaknya ring. Yang menjadi perbedaannya yaitu pada faktor material dimana kerusakan dari ring sangat enrpengaruh dari material ring tersebut dan jumlah putaran serta tekan yang dienrikan oleh mesin, sedangkan pada rusaknya tutup sering kali terjadi karena kelalaian operator yang tidak tepat dalam menaruh tutup botol tersebut sebelum memasuki proses capping. Kerusakan pada tutup sering terjadi ketika melakukan proses filling dimana operator yang kurang teliti tidak tepat dalam menempatkan tutup botolnya maka pada proses capping, tutup akan menjadi rusak karena diputar pada tekanan yang tinggi.

12 62 3. Botol Basah 2.85% 97.15% Diagram 4.4 Persentase Botol Basah Total dari kecacatan adalah sebesar 2.85% dari total jumlah cacat yang dihasilkan dalam jangka waktu satu bulan, dapat dikatakan jenis kecacatan seperti ini sangat kecil, hal ini dikarenakan pada proses ini lebih banyak melibatkan mesin dari pada manusia sehingga faktor human error yang ada menjadi kecil, akan tetapi tetap merupakan masalah yang harus diidentifikasi penyebab dari kecacatan tersebut dengan tujuan untuk meminimasi barangbarang cacat. Penyebab dari kerusakan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.

13 63 Gambar 4.3 Fishbone Botol Basah Botol yang tertumpah oleh oli pada proses filling akan menjadi rusak dan tidak dapat dipakai lagi karena stiker yang yang tertempel pada botol tersebut akan menjadi rusak, sehingga operator harus dengan cepat menyingkirkan botol tersebut sebelum memasuki proses yang selanjutnya, faktor penyebab utamanya yaitu setting pada mesin yang kurang tepat sehingga tekanan udara yang telalu besar akan menyebabkan kelebihan dalam mengisi oli sehingga akan menyebabkan tumpahnya oli. Setting dari mesin haruslah sangat akurat dan tepat sehingga kesalahan dapat diminimalkan atau ditiadakan. Faktor lain yang menyebabkan yaitu suhu dari lingkungan maupun material dari bahan baku juga turut menetukan kecacatan dari produk yang diproses, suhu dari lingkungan berpengaruh pada kestabilan dari oli dimana semakin tinggi suhu dari

14 64 mesin atau suhu ruangan maka oli akan menjadi semakin tidak stabil dan menjadi mudah untuk tumpah. Cacat jenis ini sangatlah jarang terjadi karena kurangnya campur tangan manusia selama proses filling berlangsung, sehingga faktor human errornya menjadi sedikit. Faktor yang mempengaruhinya yaitu pada setting mesin sebelum proses prosuksi berlangsung, diamana cara setting mesin yang tidak standar akan menjadi penentu dari banyakya kecacatan yang timbul. Maka langkah yang perlu dilakukan untuk menanggani masalah ini tentu saja adalah segera menyusun SOP setting mesin untuk para operator yang ada di lini produksi. SOP tersebut akan berisi langkah-langkah salam menyetel mesin dengan baik dan benar selain itu juga perlu disusun instruksi kerja yang baik dan benar. Dengan adanya SOP dan pelatihan yang secara berkala dilakukan maka dapat diharapkan jenis kecacatan ini dapat dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan atas pertimbangan selama ini jenis kecacatan yang dihasilakan dari proses ini sangat kecil sehingga akan dapat diminimasi menajdi sekecil mungkin.

15 65 4. Tutup Reject 41.22% 58.78% Diagram 4.5 Persentase Tutup Reject Jenis kecacatan ini mempunyai proporsi yang cukup besar yakni sebesar 58 %, dimana tutup yang reject tersebut berasal dari supplier yang memberikan bahan baku tersebut, dengan adanya pengendalian kulaitas yang ketat maka jenis kecacatan ini dapat diminimasi. Perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan secara cepat karena hal ini akan menggangu proses produksi secara keseluruhan apabila kecacatan terus terjadi dan tidak ada langkah pencegahan yang dilakukan oleh pihak pengendalian kualitas. Penyebab dari kecacatan ini dapat dilihat pada gambar 4.4

16 66 MANUSIA LINGKUNGAN Kesalahan handling Tempat penyimapanan sempit Kurang teliti Tinggi penumpukan Tidak sesuai spesifikasi Kurangnya pengendalian Tempat penyimpanan Keterbatasan tempat Kurang pelatihan Metode penyimpanan TUTUP REJECT MATERIAL METODE Gambar 4.4 Fishbone Tutup Reject Reject pada tutup sebelum dimulainya proses packing biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam transportasi, bongkar muat dan penyimpanan tutup tersebut, cara penangganan yang salah akan menyebabkan tutup menjadi retak tau alumunium foil yang terpasang pada tutup tersebut menjadi lepas. Akibat yang lain yaitu tutupnya menjadi retak karena pada proses bongkar muat maupun pada pengangkutan mengalami benturan yang keras sehingga ada sebagian dari tutup menjadi cacat.

17 Analisa Perhitungan X dan R Peta kontrolnya adalah sebagai berikut : Berat (gram) X bka Bkb USL LSL Sample Grafik 4.3 Batas kontrol X & Spesifikasi Data yang keluar dari test ini yaitu pada subgroup : Data-data tersebut tidak langsung dibuang karena akan diakukan analisa apa yang menjadi penyebab dari keluarnya data-data tersebut dari batas kontrol, sehingga kita bisa menentukan langkah apa saja yang mesti dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut atau mengurangi variasi yang terjadi pada berat oli.

18 68 Ri Sub group R bar LCL UCL Ri Grafik 4.4 Batas kontrol R Perhitungan dari X dan R adalah sebagai berikut : Bagan kendali X untuk perhitungan Xi dapat dilihat pada lampiran 3, perhitugan X adalah sebgai berikut : X = n X i = = gram

19 69 R = n R i 32 = 20 = 1.6 Perhitungan UCL dan LCL nya adalah sebagai berikut : UCL x = X + A 2 R = x 1.6 = gram UCL x = X A 2 R = x 1.6 = gram Bagan kendali R Perhitungan untuk Ri dapat dilihat pada lampiran 4, perhitungan untuk R bar adalah sebagai berikut : R = n R i 32 = 20 = 1.6

20 70 UCL x = R.D 4 = 1.6 x 2 = 3.2 LCL x = R.D 4 = 1.6 x 0 = 0 Dari data yang diplot tersebut dapat kita lihat bahwa sebanyak tiga belas sub group keluar dari batas kontrol, dimana subgroup yang keluar dari batas kontrol tersebut ada pada sub group : 2,3, 4, 5,6,9,10,11, 14,15,16,19,20. Data-data yang keluar tersebut tidak akan dibuang akan tetapi akandilakukan analisa terlebih dahulu untuk menemukan apa yang menjadi penyebab dari variasi tersebut. Dimana adanya variasi tersebut menunjukkan bahwa perlu untuk dilakukan suatu standarisasi terhadap proses-proses yang ada, baik itu setting mesin, maupun pada prosesprosesnya Berdasarkan atas observasi lapangan yang dilakukan selama sebulan di PT. Federal Karyatama, maka dapat diketahui bahwa proses setting mesin tidak menggunakan SOP( Standard Operational Prosedure) yang jelas, dimana mereka melakukan pengisian atau filling oli berdasarkan atas trial & error yang dilakukan setiap hari sebelum memulai proses produksi. Tidak dapat diragukan lagi bahwa hal inilah yang menjadi penyebab dari variasi yang timbul pada produk ini. SOP perlu untuk diadakan karena akan menjamin bahwa produk yang dihasilkan tidak akan menyalahi standar yang ada.

21 71 Setelah menganalisa dengan menggunakan batas kontrol sekarang akan dilakukan analisa dengan batas spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri, dimana batasan ini yang akan menentukan apakah suatu produk akan dibuang atau tidak. Batas spesifikasi yang diberikan oleh perusahaan ditentukan berdasarkan atas pengalaman perusahaan itu sendiri dalam proses pengepakan selama beberapa tahun, maka ditetapkan batas spesifikasi yaitu sebesar 1% dan standar berat oli yang diberikan yaitu sebesar 757 gram. Maka dapat diketahui Upper Spesification Limit nya yaitu : USL = 757+(757*0.01) = 764 gram LSL = 757-(757*0.01) = 750 gram Dari grafik 4.2 dapat kita lihat data-data yang ada masih berada dalam batas spesifikasi yag telah ditentukan oleh perusahaan, jadi produk-produk yang dihasilkan tersebut tidak perlu dibuang, langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan mengejakan ulang produk tersebut atau dilakukan rework, seperti yang telah disebutkan pada penjelasan diatas bahwa tidak terdapat SOP dalam proses setting mesin sehingga menyebabkan keragaman ini, akan tetapi produk-produk ini masih berada dalam tahap sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan akan tetapi perlu dilakukan

22 72 perbaikan terhadap proses yang ada untuk mencegah prosuk yang dihasilkan keluar dari batas kontrolnya. Perhitungan dilakukan kembali uantuk menetukan upper dan lower Control Limit yang baru yang baru dimana subgroup-subgroup yang berada diluar batas kendali dibuang dan dilakukan perhitungan lagi. Contoh perhitungannya adalah secagai berikut : X = n X i = = gram X = n R i 12 = 7 = 1.71 Perhitungan UCL dan LCL nya adalah sebagai berikut : UCL x = X + A 2 R = x 1.71 = gram

23 73 UCL x = X A 2 R = x 1.71 = gram Dari perhitungan tersebut dapat diplot peta kontrol yang baru seperti yang terlihat pada Grafik 4.3 dibawah ini : berat (gram) X UCL LCL sample Grafik 4.5 Peta X revisi

24 Analisa Proporsi Proporsi dari kecacatan total adalah sebagai berikut : p = ΣCacat Σ Inspeksi 5301 = = 9.72% Untuk perhitungan selanjutnya dapat diliahat pada lampiran 6 Proporsi cacat pada sample pertama adalah sebagai berikut : p = ΣCacat Σ Inspeksi 104 = 1100 = Rumus UCL dan LCL untuk sample pertama satu adalah sebagai berikut : UCL = p + 3 p(1 p) Σn = ( ) 1100 =

25 75 LCL = p 3 p(1 p) Σn = ( ) 1100 = Untuk sample yang lain dapat dilihat contoh perhitungannya pada lampiran % kecacatan P UCL LCL jumlah sample Grafik 4.6 Peta P Dari grafik tersebut dapat kita lihat denga jelas bahwa tidak ada data yang keluar dari batas kendali atau tidak terdapat proporsi kecacatan yang ekstrim, sehingga dapat

26 76 dikatakan bahwa kecacatan untuk botol dan tutup botol masih berada dalam batas kendali, akan tetapi hal ini tidaklah cukup karena tujuan kita tidak hanya mengusahakan barang produksi berada dalam batas kontrol akan tetapi juga berusaha unutk menghilangkan barang cacat atau sedapat munkin meminimasi cacat yag ada, langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan menetapkan batas spesifikasi yang baru, secara terus menerus memantau dan memperbaiki proses yang ada, meningkatkan kulaitas denga mengadakan perubahan pada sistem dan operasi-operasi yang ada Prioritas Perbaikan Kecacatan Diagram pareto dibawah ini akan menjelaskan secara visual persentase dari kecacatan dan masalah yang akan menjadi fokus untuk perbaikan lebih lanjut. Pareto kecacatan botol dan tutup botol Count Percent 0 0 Def ect tutup reject ring patah tutup rusak Others Count Percent Cum % Diagram 4.6 Pareto Kecacatan

27 77 Dari diagram tersebut dapat kita ketahui bahwa kecacatan pada tutup akan menjadi perhatian utama dalam menyelesaikan masalah yang ada karena persenntase kecacatan yang paling tinggi yaitu pada tutup yang reject. Penyebabnya sudah dianalisa pada fishbone dimana penyebabnya antara lain : pada manusia dan metode, dimana secara spesifik terjadi pada kesalahan dalam metode handling dan kurangnya ketelitian dalam menanggani material tersebut. 4.3 Evaluasi Kinerja Setelah dilakukan analisa dengan menggunakan peta X dan R pada data berat oli dan analisa dengan menggunakan peta P untuk data atribut pada data kecacatan matrial produk maka dapat kita ketahui bahwa pada berat oli terjadi penyimpangan dari batas kontrol dalam jumlah yang lumayan besar akan tetapi penyimpangan tersebut masih berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga produk tersebut tidak mengalami reject akan tetapi hanya akan dilakukan perbaikan terhadap proses yang ada untuk meningkatkan kualitas dari produk tersebut. Sedangkan pada proporsi kecacatan tidak ditemukan adanya data yang keluar dari batas kontrol, dapat disimpulkan bahwa kecacatanberada dalam batas kontrol. Total dari kecacatan selama bulan desember berdasarkan dari hasil perhitungan yaitu sebesar : 9.72%. Evaluasi terhadap kinerja dari penerapan SPC yaitu dapat ketahui dengan langkah awal penerapannya yaitu melakukan observasi terhadap proses yang ada pada

28 78 perusahaan ini dan dilkukan pengumpulan data untuk melakukan analisa tehadap data-data yang telah dikumpulkan tersebut. Hasil yang didapat telah mempresentasikan bagaimana kinerja dari pengendalian kulaitas pada perushaan ini yang menunjukkan hasil yang lumayan memuaskan terutama pada pengendalian kecacatan, dimana kecacatan yang terjadi sangat minim sekali akan tetapi perlu dilakukan perbaikan pada proses filling dimana masih banyak data yang keluar dari batas spesifikasi akan tetapi sata tersebut masih berada dalam batas spesifikasi 4.4 Rencana Implementasi Rencana implementasi dari SPC dapat segera dilakukan pada perusahaan ini karena tersedia tenaga kerja yang cukup untuk menanggani masalah-masalah kualitas yang terjadi pada lini produksi. Langkah implementasi pertama yang harus dilakukan yaitu mulai mengkoleksi data kecacatan serta data penimbangan berat oli yang dilakukan oleh pihak QC, dimana data-data tersebut dapat disimpan dengan baik yang kelak akan berguna untuk memperbaiki sistem yang ada dengan data-data historis tersebut. Data tersebut dapat disimpan dalam bentuk file komputer maupun ditulis pada kertas dan lebih baik lagi jika file-file tersebut disusun dengan rapi dan diurutkan berdasarkan tanggal, dengan tujuan untuk memudahkan pengecekan terhadap kulaitas pada periode waktu yang tertentu. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu mulai menganalisa data-data yang telah dikumpulkan tersebut dengan menggunakan peta P maupun Peta X untuk

29 79 data variable, dengan adanya peta kontrol tersebut maka perusahaan dapat memantau pergerakan kualitas dari barang-barang yang diproduksi dari waktu-kewaktu secara detail tanpa harus melihat laporan kecacatan dalam bentuk file-fle yang sangat banyak, dengan kata lain peta kontrol tersebut akan menjadi suatu summary atau rangkuman dari keseluruhan proses yang terjadi pada lini produksi. Dengan adanya langkah ini maka pihak manajer akan tahu dengan pasti kapan kualitas dari produk berada dalam keadaan menurun sehingga dapat dilakukan langkah pencegahan atau melakukan perbaikan-perbaikam terhadap masalah yang ada. Penerpan dari SPC ini tidak hanya dilakukan oleh staff-staff QC nya saja, dimana para operator dapat diajak untuk berpartisipasi dalam meningktkan kulaitas dari produk yang akan mereka produksi, contoh yang dapat kita ambil misalnya secara bersama antara pihak manajer dengan pihak operator dapat menyusun suatu SOP dalam melakukan proses packing sehingga para operator juga akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah mereka usulkan sendiri, hal ini lebih baik daripada membuat serangkain SOP yang mutlak harus ditaati oleh operator. 4.5 Langkah Peningkatan Kualitas dan Pencegahan Kecacatan Kualitas barang yang diprosuksi sangatlah berkaitan dengan proses pembuatan barang tersebut, walaupun bahan baku yang digunakan sudah memenuhi standard sedangkan proses yang dilakukan tidak memenuhi standard yang seharusnya maka baran yang dihasilkan tidak akan dapat mencapai kualitas optimalnya.

30 80 Langkah peningkatan kualitas perlu dilakukan untuk mengecilkan resiko konsumen menerima barang-barang yang sudah cacat, yang akhirnya akan mempengaruhi loyalitas mereka terhadap produk yang kita produksi. Langkah perbaikan sebaiknya mencakup semua hal yang berhubungan dengan produk yang bersangkutan akan tetapi pada pembahasan ini hanya ditekankan pada perbaikan kualitas dilini produksi atau proses packing saja, hal untuk membatasi ruang lingkup dari observasi supaya tidak terlalu luas yang akhirnya akan melenceng dari pokok permasalahan yang ada. Perbaikan kualitas akan dimulai dari bahan baku itu sendiri, proses, operator dan karyawan yang terlibat maupun barang jadinya, dengan adanya peningkatan dari setiap aspek dapat diharapkan kecacataa atau reject terhadap produk akan semakin berkutrang yang akhirnya akan mengurangi biaya yang dilakukan untuk melakukan rework atau pengerjaan ulang. Dimana sumber dari masalah tersebut sudah teridentifikasi terlebih dahulu yang disajikan dalam bentuk fishbone. Usulan yang diebrikan tidak hanya pada cara menanggani faktor yang menyebabkan kecacatan saja, akan tetapi juga memastikan bahwa kecacatab yang sama tidak akan berulang-ulang lagi pada proses produksi yang akan datang, karena sesuai dengan usulan yang diberikan perusahaan harus membuat SOP yang akan menjadi standar dari setiap proses yang ada. Langkah-langkah perbaikan serta siapa saja yang terlibat dalam usaha tersebut disajikan pada tabel-tabel dibawah ini :

31 81 1. Usulan perbaikan pada jenis kerusakan ring patah Table 4.1 Usulan Perbaikan Ring Patah Area Perbaikan : 1. manusia 2. mesin 3. material 4. metode No. masalah yang penyebab dari diamana masalah kapan dilakukan siapa yang metode terjadi masalah terjadi perbaikan menanggani penanggulangan manusia kurang panas, bising, pada operator saat produksi HRD melakukan perbaikan konsentrasi lelah produksi berlangsung pada sistem ventilasi 1 penaruhan tutup kurang teliti tidak ada pada saat produksi pihak produksi melakukan training yang kurang tepat insentif, kurangnya berlangsung terhadap karyawan training yang ada 2 usulan perbaikan jenis kerusakan ring patah mesin putaran terlalu set up salah operator saat produksi pihak membuat SOP tinggi produksi berlangsung produksi set-up mesin tekana terlalu set up salah operator saat produksi pihak membuat SOP tinggi produksi berlangsung produksi set-up mesin 3 metode handling bahan tidak ada operator handling setiap hari pihak produksi melakukan training baku tidak prosedur tepat 4 material tidak sesuai kurang nya lantai produksi pada saat penerimaan pihak QC SQC, SPC standard inspeksi bahan baku Usulan perbaikan untuk jenis kerusakan ring patah terutama ditujukan pada faktor mesin dan manusianya, karena kesalahan setting mesin merupakan penyebab utama

32 82 dari permasalahan tersebut, karena putaran mesin yang terlalu cepat aau kesalahan setting jumlah putaran akan menyebabkan ring musah patah. Sedangkan faktor dari manusia atau operator itu sendiri juga menjadi sumber permasalahan yang harus ditinjau kembali, karena pada saat meletakkan tutup botol ketelitian seorang operator sangatlah diperlukan apabila tutup tersebut salah atau kurang tepat penempatannya maka, ring akan mudah sekali patah. Usulan perbaikan yang dapat diberikan untuk menaggulangi masalah ini dalam rangka meningkatkan mutu produk yaitu : a. Membuat Standard Operational Prosedure (SOP) dari setting mesin maupun cara pengoperasiannya dengan tujuan untuk menstandarkan settingan mesin pada tiap lini prosuksi. b. Menberikan training serta pengarahan pada operator mengenai cara penagganan mesin yang baik dan benar terutama untuk operator yang kurang berpengalaman. c. Meningkatkan motivasi dari operator dengan memberikan sejumlah insentif atau penghargaan ats kerja mereka.

33 83 2. Usulan perbaikan pada jenis kerusakan tutup rusak Table 4.2 Usulan Perbaikan Tutup Rusak

34 84 Pada dasarnya kerusakan pada tutup botol mempunyai penyebab yang sama dengan patahnya ring, hanya terdapat sedikit perbedaan dalam faktor metode dimana kesalahan dalam peletakan tutup akan menyebabkan tutup tersebut rusak atau penyok ketika melalui proses capping. Langkah perbaikan yang perlu dilakukan antara lain : a. Melakukan training terhadap operator tentang cara kerja standard. b. Melakukan maintenance secara berkala terhadap mesin-mesin. c. Mengurangi kelelahan operator dengan memasang beberapa penyalur udara yang baru, dimana diharapkan akan meningkatkan konsentrasi dari pekerja dan akan mengurangi kesalahan-kesalahan ketika sedang bekerja. d. Membuat SOP set up mesin e. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap operator f. Melakukan kontrol kualitas dengan lebih ketat lagi, terutama dengan kecacatan selama proses pengepakan berlangsung, dimana dapat menggunakan peta P untuk mengontrol kesalahan yang terjadi, dengan mengumpulkan sample-sample dari lini produksi.

35 85 3. Usulan perbaikan pada jenis kerusakan botol basah Table 4.3 Usulan Perbaikan Botol Basah Untuk jenis kecacatn ini sangat jarang terjadi atau frekuensinya sangatlah sedikit, walaupun begitu perlu dilakukan langkah pencegahan supaya produk yang ada menjadi zero defect terhadap kecacatan botol basah, langkah yangdapat dilkukan

36 86 yaitu dengan melakukan training terhadap operator tentang cara setup dan pengoperasian mesin secara baik dan benar. 4. Usulan perbaikan pada jenis kerusakan botol basah Table 4.4 Usulan Perbaikan Tutup Reject

37 87 Kecacatan ini merupakan kecacatan yang paling sering dijumpai pada lini produksi, dimana kecacatan pada tutup sangatlah sulit untuk diidentifikasi, dan membutuhkan operator yang berpengalaman untuk malakukan hal tersebut. Kecacatan pada tutup atau tutup akan direject apabila : 1. Tidak terdapat alumunium foil 2. Ring lepas dari tutup 3. Warna tidak sesuai dengan spesifikasi 4. dll Cacat yang terjadi biasanya dari suplier yang kurang teliti dalam melakukan inspeksi terhadap tutup-tutup yang mereka produksi sehingga banyak tutup yang reject, hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan berhubungan dengan masalah ini yaitu melakukan proses pengendalian kualitas dengan lebih ketat lagi, dimana batasbatas dari kecacatan yang diperbolehkan dalam suatu sample dapat diperkecil lagi, standar-standar yang baru ditetapkan lagi. Setelah menetapkan standar-standar tersebut maka dapat dibuat usulan pada suplier tersebut untuk memperbaiki serta mengetatkan kontrol kualias mereka terhadap tutup pelumas, walaupun tutup yang rusak tersebut dapat diklaim pada suplier, proses produksi akan terganggu oleh adanya rework atau pengerjaan ulang yang akhirnya akan menambah biaya produksi.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : 43 Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Skripsi Sarjana Jurusan Teknik Industri Semester Ganjil 2005/2006 ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PELUMAS ULTRATEC 0.8 DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PT.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya di peroleh hasil bahwa data yang telah di kumpulkan layak untuk di olah dalam proses pengolahan data, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 69 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data-data yang telah terkumpul merupakan data hasil produksi selama 50 hari, dan dilakukan dengan teknik observasi lapangan langsung. Data produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Jenis Cacat PT. Duta Abadi Primantara adalah perusahan yang memproduksi jenis kasur spring bed dengan type King Koil. Pada tipe

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pengolahan data telah diperoleh bahwa data yang telah dikumpulkan layak untuk diolah. Untuk itu hasil akhir dara data yang telah diproses

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 80 N < N, (25.69 < 30 ) maka jumlah data dianggap cukup karena jumlah data atau pengamatan yang teoritis sudah dilampaui oleh jumlah data yang sebenarnya atau aktual. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil bahwa data yang telah dikumpulkan layak untuk diolah. Dalam proses pengolahan data terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum Perusahaan Pada bab ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian, baik yang berkaitan dengan data kuantitatif maupun data yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : - Data Produksi Pembuatan Diagram Alir Produksi Hitung Proporsi Cacat proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa dan Pembahasan Produksi dan Defect Produk Dari data yang diambil, diketahui bahwa defect yang terjadi pada proses filling liquid produk obat sirup penurun panas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan CV. Multi Karya Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri yang memproduksi pagar beton (panel). Ukuran panel yang diproduksi adalah

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data terbagi menjadi dua proses yakni: proses produksi/ekstrusi dan proses anodizing, data-data yang telah terkumpul merupakan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana implementasi yang telah diperoleh dari analisis solusi bisnis dan kebutuhan mengenai sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah diproses

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah diproses BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan pengaolahan data menggunakan metode peta kendali P di atas, maka diperoleh hasil dari data yang telah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data di perusahaan PT. Jasa Putra Plastik dilakukan dari bulan Juli 004 sampai bulan Desember 004. Data yang diperoleh dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh adalah jumlah dan jenis-jenis cacat pada proses welding hasil audit dari periode akhir September Oktober 2004. Tabel 4.1

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Ukuran Kinerja Di bawah ini akan digambarkan mengenai bagaimana teknik maupun urut-urutan pemecahan masalah yang dipergunakan. Pada gambar flowchart di bawah ini

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pengendalian kualitas yang dilakukan pada CV. X bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan menjaga agar kepuasan konsumen telah tercapai. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data jenis cacat yang terjadi pada proses produksi di CV. Abadi Jaya diambil. Tabel 4.1 Pengumpulan Data BULAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data jenis cacat yang terjadi pada proses produksi di CV. Abadi Jaya diambil. Tabel 4.1 Pengumpulan Data BULAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data jenis cacat yang terjadi pada proses produksi di CV. Abadi Jaya diambil dari hasil audit proses produksi periode Januari 2005-September 2005 adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018 PETA KENDALI ATRIBUT 9 Pengendalian Kualitas Semester Genap 2017/2018 2 Outline Peta Kendali Variabel 3 PETA KENDALI (CONTROL CHART) Metode Statistik untuk menggambarkan adanya variasi atau penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Produksi di PT. IGLAS (Persero) Gresik dengan Menggunakan Peta Kendali c

Pengendalian Kualitas Produksi di PT. IGLAS (Persero) Gresik dengan Menggunakan Peta Kendali c Pengendalian Kualitas Produksi di PT. IGLAS (Persero) Gresik dengan Menggunakan Peta Kendali c Oleh : Kristel Herdyana 309 030 00 Dosen Pembimbing : Wibawati, S. Si, M. Si 97423 99802 2 00 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339028X PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Much. Djunaidi *), Dilla Rahma Yunita 2) 1,2) Teknik

Lebih terperinci

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS CONTROL CHART suatu metode penyajian grafik keadaan produksi secara kronologis dengan batas-batas yang menggambarkan kemampuan produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dalam bidang pembuatan benang menjadi kain. Untuk mempertahankan citranya di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat maka PT. X selalu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci