BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh adalah jumlah dan jenis-jenis cacat pada proses welding hasil audit dari periode akhir September Oktober Tabel 4.1 Data inspeksi pengelasan/hari Pengamatan Jumlah Inspeksi Pengamatan Jumlah Inspeksi Total 4852

2 67 Tabel 4.2 Data Proses Welding Produk Furnace Bed Boiler Dengan Kriteria CTQ Jenis Cacat Produk (CTQ) Pengamatan Pinhole Porosity Slag Incomplete Incomplete Retak Retak Under Bea Hot Spatter Burn Root Inclusion fusion Penetration Panas Dingin Crack Short Though Crack

3 Total

4 67 Jumlah Jumlah Produk Inspeksi Cacat

5

6 Uji Kecukupan Data : Tabel 4.3 Uji Kecukupan Data 2 (np) (N) np Asumsi bahwa : Tingkat kepercayaan : k = 95 % Derajat ketelitian : s = 10 % Total ' k s N = N ' N 0,95 = ' 9,5 N = N ' = 14,833 2 ( Σnp ) ( Σnp) Σnp 0,1 2 2 ( ) ( 941 ) I Kesimpulan N < N, Maka data cukup

7 4.2 Analisis Data (Seven Tools) Check Sheet Check Sheet yang digunakan adalah untuk data atribut, karena data yang diperoleh merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis kecacatan proses welding. Check Sheet tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. dengan dibuatnya Check Sheet proses welding untuk produksi Furnace Bed Boiler, dapat diketahui karakteristik kualitas (CTQ) yang menjadi atribut-atribut sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Gambar jenis-jenis cacat proses welding dapat dilihat pada lampiran 4. Karakteristik kualitas yang ditetapkan oleh PT. Basuki Pratama Engineering dalam penentuan proses welding ialah: 1. Pinhole, adalah cacat las yang berupa lubang kecil di permukaan namun menembus dalam-dalam ke weldmetal sehingga hampir mencapai akar las. Cacat ini cukup berbahaya karena jika terlewatkan akan menyebabkan kebocoran. 2. Porosity, adalah jenis cacat yang terjadi karena kecepatan las terlalu tinggi dan kondisipengelasan yang kurang mendukung (basah, lembab, kotor, berminyak),akibatnya bahan menjadi keropos. 3. Slag Inclusion, adalah bentuk cacat las yang disebabkan kurang pembersihan slag/kerak pada daerah las. 4. Incomplete Fusion, adalah cacat las yang disebabkan posisi saat pengelasan salah, permukaan kampuh kotor dan kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi. 69

8 5. Incomplete Penetration, adalah bentuk cacat las yang disebabkan kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi, geometri sambungan yang kurang tepat dan teknik pengelasan yang kurang tepat. 6. Retak panas, adalah jenis kerusakan pada pengelasan yang disebabkan oleh peristiwa pembekuan logam las, kecepatan las yang terlalu tinggi dan penyambungan yang buruk. 7. Retak Dingin, adalah jenis retak yang terjadi karena desain dan penyambungan yang buruk, melakukan pengelasan tanpa pemanasan terlebih dahulu dan menggunakan elektroda yang bukan hidrogen. 8. Under BeadCrack, adalah retak bawah jalur yang disebabkan kehadiran atom hidrogen pada bahan, akibatnya atom-atom hidrogen tidak dapat keluar sewaktu metal mendingin. 9. Hot Short, adalah kondisi dimana tembaga meresap ke dalam logam dalam keadaan cair akibat panas, intrusi tembaga inilah yang menyebabkan retak. 10. Spatter, adalah jenis retak yang terjadi karena kampuh kotor, dan tempat pada saat pengelasan terjadi lembab (tanpa pelindung cuaca). 11. Burn Though, adalah jenis retak yang terjadi karena posisi elektroda dan kecepatan pengelasan yang tidak sesuai dengan prosedurnya. 12. Root Crack, adalah jenis retak yang terjadi pada akar las. Dapat dilihat bahwa jumlah CTQ yang berpengaruh terhadap kualitas sebanyak 12 CTQ. 70

9 4.2.2 Diagram Tebar (Scatter Diagram) Scatter Diagram digunakan untuk mengetahui bagaimana kuatnya hubungan antara 2 variabel, dalam hal ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara banyaknya inspeksi yang dilakukan tiap harinya dengan jumlah kerusakan pengelasan yang terjadi untuk Furnace Bed Boiler. Tabel 4.4 Data Jumlah Inspeksi dan Jumlah Cacat Welding Furnace Bed Boiler Jumlah Produk Cacat Jumlah Produk Cacat Pengamatan Jumlah Inspeksi Pengamatan Jumlah Inspeksi Total

10 Diagram Tebar Jumlah Inspeksi dan Jumlah Cacat Welding 90 Jumlah Cacat Welding Korelasi Jumlah Inspeksi/Hari Diagram 4.1 Diagram Tebar Jumlah Inspeksi dan Jumlah Cacat Welding Furnace Bed Boiler Dari pembuatan diagram tebar diatas dapat dilihat bahwa antara jumlah inspeksi pengelasan tiap harinya dengan jumlah cacat Welding Furnace Bed Boiler tidak memiliki korelasi, karena tidak ada kecenderungan bagi variabel jumlah inspeksi untuk terjadi bersama-sama dengan nilai tertentu dari jumlah cacat Welding. Berarti dapat dikatakan bahwa banyaknya inspeksi pengelasan yang dilakukan tiap harinya tidak menjamin pengaruh dari banyaknya kerusakan (cacat Welding) yang terjadi. 72

11 4.2.3 Histogram Histogram atau diagram batang yang akan dibuat berdasarkan data jumlah cacat Welding dari Furnace Bed Boiler dari periode September Oktober 2004 pada Tabel 4.4, dengan dibuatnya histogram akan lebih mudah dilihat distribusi frekuensi atau data yang ada untuk melihat persoalan, dimana dalam diagram akan terlihat penyebarannya, selain itu juga akan lebih mudah dalam melihat jenis data yang mempunyai frekuensi tertinggi dan terendah dalam suatu persoalan. Histogram Jumlah Cacat/Harinya Jumlah Cacat Pengamatan Banyaknya Cacat Diagram 4.2 Histogram jumlah Cacat/harinya Dari pembuatan histogram diatas dapat dilihat bahwa frekuensi banyaknya kerusakan yang terbesar terjadi pada pengamatan ke 13 dan frekuensi terendah terjadi kerusakan terjadi pada pengamatan ke

12 4.2.4 Run Chart Pembuatan Run Chart ini digunakan untuk menunjukkan output (jumlah kerusakan) Furnace Bed Boiler dari proses Welding dari periode September Oktober 2004, berdasarkan data-data yang terdapat pada Tabel 4.4. Run Chart Jumlah Cacat Welding Periode September - Oktober 2004 Jumlah Cacat Pengamatan Jumlah Cacat Welding Grafik 4.1 Grafik Run Chart Jumlah Cacat Welding Furnace Bed Boiler Periode September Oktober 2004 Pembuatan Run Chart menggunakan data yang sama pada saat pembuatan histogram yaitu untuk mempelajari pola data dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dan dari grafik terlihat kesalahan sering terjadi pada minggu ke 13 sebanyak 84 cacat (kerusakan) pada saat proses welding. Untuk menyelidiki informasi lebih lanjutnya akan dibuat peta kendali (Control Chart) 74

13 4.2.5 Peta Kendali p (Control Chart) Pembuatan peta kendali dilakukan untuk menilai apakah suatu proses merupakan proses yang stabil (berada dalam batas kendali statistik) atau proses yang tidak stabil. Peta kendali yang digunakan adalah peta kendali p, karena data yang digunakan adalah data atribut sehingga melalui pembuatan peta kendali pdapat dikendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi produk cacat yang dihasilkan dalam suatu proses (proses welding). 75

14 Peta Kendali P 3 σ (3 Sigma) Tabel 4.5 Perhitungan peta kendali-p 3 σ (proses welding Furnace Bed Boiler) Pengamatan (N) Jumlah Produk Cacat (np) Jumlah Inspeksi (n) Proporsi Cacat (p) Persentase Cacat (p,%) Total Rata-rata Sp = CL = UCL = LCL = ~ 0 76

15 P - Chart 3 Sigma Proporsi Cacat Proporsi Cacat (p) UCL LCL p bar Pengamatan Grafik 4.2 peta kendali-p 3 σ (proses welding Furnace Bed Boiler) Dari grafik peta kendali diatas, dilihat bahwa proses masih belum stabil. Hal ini diketahui dari banyaknya data yang melewati batas kendalinya. Data yang berada diluar spesifikasi ada 2 data, yaitu data ke-13 dan ke-20, data-data yang melewati batas-batas kendali perlu dilakukan revisi terhadap peta dengan mengeluarkan data yang lewat batas kendali tersebut. 77

16 Tabel 4.6 Perhitungan revisi peta kendali-p 3 σ (proses welding Furnace Bed Boiler) Pengamatan (N) Jumlah Produk Cacat (np) Jumlah Inspeksi (n) Proporsi Cacat (p) Persentase Cacat (p, %) Total Rata-rata Sp = CL = UCL = LCL = ~ 0 78

17 Revisi p-chart 3 Sigma Proporsi Cacat Pengamatan Proporsi Cacat (p) UCL LCL p bar Grafik 4.3 Revisi peta kendali-p 3 σ (proses welding Furnace Bed Boiler) Dari grafik yang telah direvisi diatas dapat diketahui bahwa proses welding Furnace Bed Boiler telah berada dalam proses pengendalian statistikal, karena semua data pengamatan berada dalam peta kendali-p. 79

18 Perhitungan Kapabilitas Sigma Proses capability merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang diterapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Perhitungan kapabilitas sigma berkaitan dengan DPMO (defect per million oppurtinity) menunjukkan ukuran kegagalan per sejuta kesempatan. Karena target dalam penerapan proses six-sigma sebesar 3,4 unit output cacat dari sejuta unit output yang diproduksi, maka DPMO penting untuk diperhitungkan agar mengetahui seberapa besar keberhasilan dalam memproduksi suatu produk, dalam hal ini adalah keberhasilan PT. Basuki Pratama Engineering memproduksi Furnace Bed Boiler. Untuk perhitungan konversi nilai DPMO ke dalam nilai sigma dapat dilihat pada lampiran 5. Dari tabel 4.7 terlihat bahwa untuk proses keseluruhan kapabilitas σ yang diperoleh adalah: Total banyaknya produk cacat DPMO = Banyaknya produk yang diperiksa Banyaknya CTQ 941 DPMO = = Setelah didapatkan bahwa untuk DPMO = adalah paling mendekati DPMO = , yaitu dengan nilai sigma sebesar 3,64 σ. Yang artinya kapabilitas rata-rata kinerja sigma cukup baik karena berada diatas rata-rata kinerja industri di Indonesia. Base line kinerja rata-rata tersebut ditentukan dengan melihat nilai sigma yang terdapat pada lampiran 6. 80

19 Tabel 4.7 Perhitungan kapabilitas sigma (proses welding Furnace Bed Boiler) Jumlah Produk Cacat (np) Jumlah Inspeksi (n) Pengamatan (N) Proporsi Cacat (p) Persentase Cacat (p,%) CTQ DPMO Nilai Sigma Total Rata-rata Sp = Kapabilitas Sigma = 3.64 CL = UCL = LCL = ~ 0 81

20 4.2.6 Diagram Pareto Pembuatan diagram pareto dimaksudkan untuk mengidentifikasikan tipe tipe cacat yang paling dominan sehingga dapat memprioritaskan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram pareto adalah sebagai berikut: 1. Kumpulkan semua data berdasarkan banyaknya ketidaksesuaian dan total ketidaksesuaiannya. Tabel 4.8 Data proses welding furnace bed boiler yang tidak sesuai No CTQ Total 1. Pinhole Porosity Slag Inclusion Incomplete Fusion Incomplete Penetration Retak panas Retak Dingin Under Bead Crack Hot Short Spatter Burnt Though Root Crack Urutkan data terbesar dari yang frekuensi banyaknya ketidaksesuaian terbesar dan hitung dalam persentasenya. 82

21 Tabel 4.9 Frekuensi Cacat Welding Urutan Jenis Kerusakan Frekuensi Cacat Frekuensi Kumulatif Persentase dari Total (%) Persentase Kumulatif(%) Porosity Pinhole Underbread Crack Incomplete Fusion Slag Inclusion Incomplete Penetration Root Crack Retak Panas Retak Dingin Hot Short Burnt Though Spatter Total 798 _ 100 _ 3. Buat diagram pareto berdasarkan data pada no.3 diatas Frekuensi Kerusakan (Unit) Porosity Pinhole Underbead Crack Incomplete Fusion Slag Inclussion Incomplete Penetration Root Crack Retak Panas Jenis Kerusakan Retak Dingin Hot Short Burnt Though Spatter Persentase Kumulatif (%) Frekuensi Persentase Kumulatif Diagram 4.3 Diagram Pareto Cacat proses Welding Furnace Bed Boiler 83

22 Berdasarkan tabel frekuensi cacat proses Welding Furnace Bed Boiler, dapat dilihat bahwa Porosity mempunyai persentase cacat terbesar, yaitu 27,82 % dari keseluruhan cacat proses Welding Furnace Bed Boiler. Diikuti dengan Pinhole sebesar 10,15 %, Underbead Crack sebesar 8,52 %, Incomplete Fusion sebesar 8,27 %, Slag Inclusion sebesar 8,15 % dan cacat Incomplete Penetration sebesar 7,89 % dan seterusnya. Dari diagram Pareto, dapat dilihat jenis cacat apa saja yang harus lebih dahulu diperbaiki untuk mengurangi jumlah produk cacat. Dalam hal ini adalah untuk mengurangi lebih dari 25 % dari 100 % produk cacat, cacat porosity harus menjadi prioritas utama karena merupakan jumlah kerusakan dengan persentase terbesar dari yang lainnya. 4. Mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah pada proses welding dengan cara mengetahui terlebih dahulu akar penyebab dari suatu masalah tersebut, maka digunakan Diagram Sebab Akibat. 84

23 4.2.7 Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Setelah kita mengetahui prioritas sebab utama dari timbulnya ketidaksesuaian dalam proses yang digambarkan dalam diagram pareto. Maka langkah selanjutnya adalah menganalisa dalam bentuk diagram sebab-akibat yang bertujuan untuk mengetahui penyebab yang timbul akibat ketidaksesuaian tersebut, dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwapersentase terbesar adalah: 1. Porosity (27,82 %) 2. Pinhole (10,15 %) 3. Underbread Crack (8,52 %) 4. Incomplete Fusion (8,27 %) 5. Slag Inclusion (8,15 %) 6. Incomplete Penetration (7,89 %) Karena kriteria lainnya memiliki persentase lebih kecil maka pada pembahasan ini tidak dianalisa ke dalam bentuk Diagram Sebab-Akibat. 85

24 86 Mesin Manusia Metode Kerja Terlalu Tinggi Kurang Perawatan Kurang teliti Lelah Tidak tepat Kecepatan Las Operator Cara kerja Arus Terlalu Rendah KurangSerius Porosity Temperatur Ruang Lembab dan Basah Kotor Kandungan Belerang Terlalu Tinggi Lingkungan Kerja Material Diagram 4.4 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Porosity

25 Faktor faktor penyebab terjadinya Porosity : 1. Manusia Manusia merupakan faktor penyebab terjadinya Porosity (keropos). Hal ini terjadi pada operator yang sedang menyetel alat pengelasan. Kurang telitinya operator ketika bekerja menyebabkan penyetelan las kurang tepat. Selain itu kebiasaan bekerja sambil berbicara dengan rekan kerja lain, sehingga tidak fokus pada pekerjaannya. Porosity juga dapat disebabkan oleh kelelahan operator, ketika seorang operator yang terus menerus melakukan pekerjaan secara berulang ulang akan merasakan kelelahan baik lelah mata maupun lelah pada tangannya. 2. Mesin Penggunaan mesin yang kurang tepat/benar dapat menyebabkan Porosity. Seperti kecepatan mesin las yang tidak wajar (terlalu tinggi) dan pengaturan arus yang terlalu rendah. Kecepatan dan arus yang tidak benar akan membuat material yang seharusnya tersambung rapat menjadi renggang karena arusnya yang terlalu rendah tapi kecepatan tinggi. Akibatnya material akan mudah keropos. Pembersihan kampuh las yang tidak benar juga dapat menyebabkan keropos. 87

26 3. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan tidak tepat, maksudnya adalah pada saat pendinginan las, seharusnya bahan yang telah dilas didinginkan/dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengelasan yang lain tetapi yang dilakukan oleh operator adalah sebaliknya. 4. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dengan temperatur yang lembab dan basah serta kotor dapat membuat hasil pengelasan menjadi kurang bagus, karena hasil pengelasan akan lebih sempurna bila dilakukan ditempat yang kering dan tidak lembab. 5. Material Material (bahan) yang digunakan tidak sesuai, maksudnya adalah bahan utama baja untuk mengelas kandungan belerangnya lebih dari 0,05 %, hal tersebut dapat membuat bahan lebih cepat terkena Porosity. Faktor-faktor utamanya adalah: - Komponen belerang yang terlalu banyak - Kecepatan las terlalu tinggi sedangkan arus terlalu rendah - Temperatur ruang lembab, basah dan kotor. - Kurangnya ketelitian operator 88

27 89 Manusia Tidak tepat Metode Kerja Kurang teliti Cara kerja Cuaca Lembab dan Dingin Kotor Operator Lelah Kandungan Karbon Terlalu Tinggi Terbentuknya Atom H 2 Underbead Crack Lingkungan Kerja Material Diagram 4.5 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Underbead Crack

28 Faktor faktor penyebab terjadinya Underbead Crack : 1. Manusia Kurang telitinya operator pada saat mengelas dapat membuat Underbead Crack, kesalahan tersebut berupa penyetelan alat-alat las yang kurang tepat, selain itu faktor kelelahan juga merupakan faktor operator kurang teliti dalam bekerja. 2. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan tidak tepat juga merupakan salah satu penyebab terjadinya retak bawah jalur las. Terlalu cepatnya laju pendinginan yang dilakukan akan mengubah austenit ke martensit, adanya transformasi tersebut dapat menyebabkan Underbead Crack. 3. Lingkungan Kerja Cuaca yang lembab dan dingin dapat merusak hasil pengelasan, selain itu ruang kerja yang kotor juga dapat menyebabkan rusaknya hasil sambungan las. 4. Material Material yang kandungan karbonnya berlebih dapat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit, sehingga akan mempercepat terjadinya retak. 90

29 Hasil pengelasan (Besi pada suhu tinggi) akan memiliki tingkat kelarutan yang sangat tinggi terhadap H 2, atom-atom hidrogen yang tidak dapat keluar sewaktu besi mendingin akan berubah menjadi gas H 2. Metal/besi yang banyak mengandung gas H 2 akan mempercepat Underbead Crack. Faktor-faktor utamanya adalah: - Penyetelan alat-alat las yang kurang tepat - Terlalu cepatnya cooling rate - Kandungan karbon yang terlalu tinggi pada bahan 91

30 92 Tidak tepat Metode Kerja Cara kerja Manusia Kurang teliti Lelah Operator KurangSerius Pinhole Cuaca Lembab dan Basah Kotor Lingkungan Kerja Diagram 4.6 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Pinhole

31 Faktor faktor penyebab terjadinya Pinhole: 1. Manusia Biasanya faktor ini dapat terjadi pada operator yang kelelahan sehingga menyebabkan kurang telitinya opertor dalam menjalankan pekerjaannya dan ketidakseriusan dalam bekerja membuat operator tidak terfokus pada pekerjaannya. 2. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan kurang tepat juga dapat menimbulkan Pinhole pada hasil pengelasan, yaitu terjadi pada saat operator mengelas material, kemudian pada saat yang bersamaan udara masuk ke dalam kampuh las akibatnya permukaan las menjadi berlubang kecil dan menembus dalam-dalam. 3. Lingkungan Kerja Cuaca tempat pada saat pengelasan yang basah dan kotor serta cuaca tempat hasil pengelasan disimpan yang lembab akan mempercepat terjadinya kerusakan Pinhole. Faktor-faktor utamanya adalah: - Penyusupan gas udara pada saat pengelasan berlangsung - Cuaca yang basah dan lembab - Tempat kerja yang kotor 93

32 94 Metode Kerja Manusia Kurang teliti Tidak tepat Cara kerja Operator Ruang Kerja Terbatas Kecepatan Terlalu Tinggi KurangSerius Suhu Terlalu Rendah Incomplete Fusion Lingkungan Kerja Mesin Diagram 4.7 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Incomplete Fusion

33 Faktor faktor penyebab terjadinya Incomplete Fusion : 1. Manusia Operator yang kurang teliti akan membuat penyetelan las tidak tepat, kekurangseriusan operator dalam membersihkan permukaan kampuh akan membuat kampuh las menjadi kotor. 2. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan tidak tepat, seperti posisi pada saat pengelasan yang salah dan cara pengelasan pada saat ayunan elektroda yang tidak benar (kurang memadai), serta bentuk lajur pada saat mengelas yang tidak tepat. 3. Lingkungan Kerja Kondisi pengelasan seperti kesulitan operator dalam melaksanakan tugasnya, karena sempitnya ruang gerak dapat menyebabkan Incomplete Fusion. 4. Mesin Penggunaan mesin yang kurang tepat dapat menyebabkan Incomplete Fusion. Seperti kecepatan mesin las tidak wajar (terlalu tinggi) dan pengaturan arus terlalu rendah. Kecepatan dan arus yang tidak benar akan membuat material yang seharusnya tersambung rapat menjadi renggang karena arusnya yang terlalu rendah tapi kecepatan tinggi. Akibatnya material akan mudah keropos. Faktor-faktor utamanya adalah: - penyetelan tidak tepat, kecepatan las tinggi dan arus dibawah ketentuan minimum - posisi pada saat pengelasan salah 95

34 96 Metode Kerja Manusia Kurang teliti Tidak tepat Cara kerja Operator KurangSerius Slag Inclusion Ruang Kerja Terbatas Berlebihnya Jumlah N 2, 0 2, Mn, Silika dan Al Lingkungan Kerja Material Diagram 4.8 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Slag Inclusion

35 Faktor faktor penyebab terjadinya Slag Inclusion : 1. Manusia Operator yang kurang serius dalam bekerja dapat menyebabkan Slag Inclusion. Seperti operator yang kurang teliti dalam membersihkan slag/kerak antara bahan las dengan bahan induk yang dilas, selain itu faktor kelelahan juga membuat operator malas untuk membersihkan slag/kerak. 2. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan tidak tepat, seperti posisi pada saat pengelasan yang sulit akan membuat operator merasa kesulitan untuk mengelas. 3. Lingkungan Kerja Kondisi pengelasan seperti kesulitan operator dalam melaksanakan tugasnya, karena sempitnya ruang gerak dapat menyebabkan cacat las slag inclusion. 4. Material Pemilihan material yang kurang benar yaitu: berlebihnya jumlah N 2, O 2, Mn, Silika dan Alumunium pada bahan yang akan di las dapat menyebabkan slag inclusion. Faktor-faktor utamanya adalah: - Posisi saat pengelasan salah, Slag/kerak yang tidak terbersihkan dengan baik - Berlebihnya jumlah N 2, O 2, Mn, Silika dan Alumunium 97

36 98 Metode Kerja Manusia Kurang teliti Tidak tepat Cara kerja Operator Ruang Kerja Terbatas Kecepatan Las Terlalu Tinggi KurangSerius Busur Nyala Las Tidak Stabil Incomplete Penetration Lingkungan Kerja Mesin Diagram 4.9 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Incomplete Penetration

37 Faktor faktor penyebab terjadinya Incomplete Penetration : 1. Manusia Kurang teliti dan kurang seriusnya operator dalam membaca WPS menyebabkan kesalahan dalam mengelas seperti kesalahan dalam membaca kecepatan las yang tidak sesuai dengan WPS. 2. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan tidak tepat, diantaranya adalah teknik pengelasan yang salah (posisi elektroda yang tidak tepat) dapat membuat sudut elektroda pada saat pengelasan terjadi kesalahan, akibatnya terjadi cacat. 3. Lingkungan Kerja Kondisi pengelasan seperti kesulitan operator melaksanakan tugasnya, karena sempitnya ruang gerak. Selain sempitnya ruang kerja, jarak pada saat pengelasan (welding gap) yang terlalu rapat membuat geometri sambungan kurang tepat sehingga terjadilah Incomplete Penetration. 4. Mesin Kecepatan alat las yang terlalu tinggi (tidak sesuai WPS) membuat panas busur dari nyala las tidak dapat mencairkan logam untuk proses penyambungan (nyala busur tidak stabil). Faktor-faktor utamanya adalah: - Posisi elektroda yang tidak tepat - Jarak pengelasan yang terlalu rapat dan kecepatan las terlalu tinggi 99

38 4.3 Usulan Perbaikan Setelah dilakukan pembuatan Diagram Sebab-Akibat untuk mengetahui penyebab terjadinya kecacatan yang timbul dalam proses Welding Furnace Bed Boiler, maka dilakukan upaya perbaikan untuk mengurangi jumlah kecacatan yang timbul. Upaya perbaikan yang dilakukan dengan berusaha untuk memperbaiki segala faktor penyebab cacat yang ada Usulan Perbaikan Untuk Cacat Porosity Usulan Perbaikan Untuk Cacat Porosity dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh yaitu: Faktor manusia : harus ditanamkan kedisiplinan pada operator las agar lebih fokus pada pekerjaannya dan tidak lalai sewaktu bekerja. Faktor mesin : mesin harus disetting dengan benar dan harus dibersihkan, demikian pula dengan pengaturan kecepatan dan arus yang benar pada saat pengelasan membuat sambungan pengelasan menjadi rapat. Faktor metode kerja : dilakukan pengontrolan secara rutin oleh supervisor untuk menjaga agar tahapan kerja dapat berjalan dengan baik (hindari pendinginan bahan yang dilas/cooling rate terlalu cepat). Faktor lingkungan kerja : pergunakan pelindung cuaca yang memadai agar terhindar dari curah hujan yang lembab dan basah. Faktor material : hendaknya dilakukan pemilihan baja yang kandungan belerangnya 0,05 %. 100

39 4.3.2 Usulan Perbaikan Untuk Cacat Underbead Crack Usulan Perbaikan untuk Cacat Underbead Crack dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh, yaitu: Faktor manusia : harus ditanamkan kedisiplinan agar fokus pada pekerjaannya dan tidak lalai sewaktu bekerja, seperti dalam penyetelan alat las harus benar. Faktor metode kerja : dilakukan pengontrolan secara rutin oleh supervisor untuk menjaga agar tahapan kerja dapat berjalan dengan baik (hindari pendinginan bahan yang dilas/cooling rate terlalu cepat). Faktor lingkungan kerja : kondisi lingkungan kerja harus dijaga kebersihannya dan pergunakanlah pelindung cuaca yang memadai (weather shield) agar terhindar dari curah hujan yang lembab dan basah. Faktor material : pemilihan material dengan mengurangi kandungan karbon pada saat pengelasan dan gunakan elektroda low hidrogen untuk menghambat pembentukan H

40 4.3.3 Usulan Perbaikan Untuk Cacat Pinhole Usulan Perbaikan Untuk Cacat Pinhole dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh, yaitu: Faktor manusia : harus diadakan pengawasan langsung lebih ketat pada saat pengelasan berlangsung. Selain itu juga terapkan sistem pemberian reward dan punishment. Faktor metode kerja : dilakukan pengontrolan secara rutin oleh supervisoruntuk menjaga agar tahapan kerja dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan WPS (Welding Procedure Spesification). Faktor lingkungan kerja : pergunakan pelindung cuaca yang memadai (weather shield) agar terhindar dari curah hujan yang lembab dan basah Usulan Perbaikan Untuk Cacat Incomplete Fusion Usulan Perbaikan Untuk Cacat Incomplete Fusion dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh, yaitu: Faktor manusia : harus ditanamkan kedisiplinan agar fokus pada pekerjaannya dan tidak lalai sewaktu bekerja dan hendaknya mempekerjakan tukang las yang berkualifikasi/berijazah agar tidak terjadi kesalahan, misalnya dalam hal penyetelan alat-alat las. 102

41 Faktor mesin : mesin harus disetting dengan benar dan harus dibersihkan, demikian pula dengan pengaturan kecepatan dan arus yang benar pada saat pengelasan membuat sambungan pengelasan menjadi rapat. Faktor metode kerja : sewaktu pengelasan dilaksanakan hendaknya operator las benar-benar memperhatikan WPS (Welding Procedure Spesification) seperti pada saat posisi pengelasan, cara pengelasan dan masukkan panas saat las. Faktor lingkungan kerja : perluasan area perlu dilakukan agar mempermudah pengelasan dan kebersihan juga harus dijaga Usulan Perbaikan Untuk Cacat Slag Inclusion Usulan Perbaikan Untuk Cacat Slag Inclusion dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh, yaitu: Faktor manusia : harus ditanamkan kedisiplinan agar fokus pada pekerjaannya dan tidak lalai sewaktu bekerja. Faktor metode kerja : pada saat pengelasan berlangsung lakukanlah sesuai dengan WPS (Welding Procedure Spesification) seperti masukan energi pada saat mengelas harus tepat dan penggunaan elektroda juga harus tepat. Faktor lingkungan kerja : perluasan area perlu dilakukan agar mempermudah pengelasan dan kebersihan juga harus dijaga. Faktor material : material yang akan digunakan harus bener-benar dipilih dan di cek (hindari material yang berlebihan Nitrogen, O 2, Mn, Si dan Alumunium). 103

42 4.3.6 Usulan Perbaikan Untuk Cacat Incomplete Penetration Usulan Perbaikan Untuk Cacat Incomplete Penetration dilakukan pada seluruh faktor utama yang berpengaruh, yaitu: Faktor manusia : harus ditanamkan kedisiplinan pada operator las agar mereka labih teliti, baik dalam membaca WPS (Welding Procedure Spesification) maupun saat bekerja. Faktor metode kerja : pada saat pengelasan berlangsung perhatikanlah jarak pengelasan (welding gap) karena akan mempengaruhi hasil pengelasan, teknik pengelasanpun harus benar dengan memperhatikan arus dan kecepatan pengelasan. Faktor lingkungan kerja : perluasan area perlu dilakukan agar mempermudah pengelasan dan kebersihan juga harus dijaga. Faktor material : hendaknya dilakukan pemilihan baja yang kandungan belerangnya 0,05 %. 104

43 4.4 Evaluasi Kinerja PT. Basuki Pratama Engineering adalah suatu perusahaan yang memproduksi boiler (ketel uap), yang dalam proses pembuatannya tidak lepas dari kesalahan dan akhirnya akan menimbulkan kecacatan dalam produksinya. Didalam hal pengendalian kualitas PT. Basuki Pratama Engineering selalu memperhatikan 4 M (Man, Machine, Method dan Material), walaupun dalam kenyataannya sering terjadi penyimpangan dalam 4 M tersebut sehingga timbullah kecacatan terutama cacat yang timbul pada proses welding berlangsung. Selain faktor 4 M, PT. Basuki Pratama Engineering juga melakukan pendataan mengenai jenis-jenis kerusakan apa yang terjadi. Akan tetapi PT. Basuki Pratama Engineering jarang melakukan evaluasi terhadap cacat yang terjadi, bagian QC tidak menganalisis akar penyebab utama dari cacat yang dapat diketahui melalui pembuatan Fishbone. PT. Basuki Pratama Engineering juga tidak menetapkan standar persentase mutu yang dapat dijadikan acuan dalam pengendalian kualitas. Yang dilakukan PT. Basuki Pratama Engineering hanya melihat kerusakan kemudian menetapkan 4 keputusan, yaitu: acceptable (produk tidak mengalami kerusakan dan dapat dilanjutkan pada produksi penuh), repair (terdapat kerusakan pada produk dan dapat diperbaiki), hold (terdapat kerusakan, tetapi harus konsultasi terlebih dahulu dengan engineer apakah dapat diperbaiki atau tidak) dan reject (kerusakan yang terjadi berat sehingga harus dibuang atau dihancurkan). 105

44 Sistem pengendalian kulaitas yang selama ini diterapkan pada PT. Basuki Pratama Engineering ternyata kurang sempurna sehingga masih sering terjadi kerusakan karena kurangnya koordinasi lebih lanjut untuk mencari akar penyebab masalah kerusakan tersebut, timbulnya kecacatan tersebut dapat menghambat proses produksi. Dan jika hal ini terus berlangsung tanpa adanya usaha perbaikan akan menghambat jalannya produksi. Dengan Metode Seven Tools, diharapkan PT. Basuki Pratama Engineering dapat mengurangi timbulnya kecacatan dalam proses welding sehingga produk dapat dilanjutkan pada proses selanjutnya sampai packing. 106

45 4.5 Rencana Implementasi Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Basuki Pratama Engineering yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang terjadi pada proses welding dan bagaiamana mengurangi kesalahan tersebut. Untuk itu, penulis mengusulkan agar PT. Basuki Pratama Engineering menerapkan metode seven tools untuk mengendalikan kualitas, sehingga dapat dengan segera diketahui penyebab dari kerusakan yang terjadi. Penerapan tersebut akan dilakukan pada divisi welding dengan pengawasan oleh Departemen Quality Control, adapan rencana penerapan metode seventools sebaiknya dapat dilakukan secepatnya karena semakin cepat langkah perbaikan dilakukan semakin cepat pula masalah yang terjadi pada PT. Basuki Pratama Engineering dapat teratasi. Pelaksanaan dari usaha perbaikan tersebut haruslah dilakukan kerjasama antara operator las, bagian produksi dan bagian Quality Control. Dengan adanya kerjasama tersebut kegiatan proses produksi (terutama welding) dapat berjalan dengan lancar, sehingga kecacatan atau kesalahan yang terjadi dapat dikurangi dan dihindari serta akhirnya akan meningkatkan mutu dan kualitas dari produk yang dihasilkan. 107

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PROSES WELDING UNTUK PRODUK FURNACE BED BOILER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS PADA PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PROSES WELDING UNTUK PRODUK FURNACE BED BOILER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS PADA PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester ganjil 2004/2005 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PROSES WELDING UNTUK PRODUK FURNACE BED BOILER DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CACAT PENGELASAN PIPA API 5L Gr.B PADA PROYEK KONSTRUKSI PIPA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CACAT PENGELASAN PIPA API 5L Gr.B PADA PROYEK KONSTRUKSI PIPA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CACAT PENGELASAN PIPA API 5L Gr.B PADA PROYEK KONSTRUKSI PIPA HARI MOEKTIWIBOWO, GALUH SURYA WIJAYANTO, DAN BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

MACAM-MACAM CACAT LAS

MACAM-MACAM CACAT LAS MACAM-MACAM CACAT LAS Oleh : Arip Wibowo (109511414319) A. Undercut atau pengerukan Penyebab cacat undercut adalah : a. Arus yang terlalu tinggi b. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi c. Posisi elektroda

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream

BAB V ANALISA HASIL. membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Histogram Histogram pada tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang cacat, membandingkan jumlah kecacatan produk proses produksi Lightening Day Cream 30gr dan Lightening

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PENGELASAN (WELDING) DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROYEK PT. XYZ Alfian Huda 1 ; Sri Widiyanesti 2 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom alfianhuda79@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang bermutu dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018 PETA KENDALI ATRIBUT 9 Pengendalian Kualitas Semester Genap 2017/2018 2 Outline Peta Kendali Variabel 3 PETA KENDALI (CONTROL CHART) Metode Statistik untuk menggambarkan adanya variasi atau penyimpangan

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T

LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Hasil Perhitungan Jam Ke- CTQ of Out Sol Manufacture it) n it) si (p in g . P efect (p Isi ersize - T L46 LAMPIRAN Lampiran Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama melakukan observasi di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA Sukma Prayisno qtink_uma_sukma@yahoo.co.id (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada proses produksi wafer stick selama 3 bulan. Maka diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Tahap Pemeriksaan Peta Kontrol Mutu PSF Pemeriksaan peta kontrol mutu PSF hasil proses pengolahan bertujuan untuk mencegah berlanjutnya pengolahan PSF yang tidak memenuhi syarat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Alat Dan Material Penelitian 1. Material penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 3. Komposisi kimia baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS. Jurnal. Oleh: M. LUTFI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN BERMOTIF DI PT RAGAM WARNA UTAMA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS Jurnal Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan, hingga analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengelasan Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS HASIL PENGELASAN PADA KAPAL TONASA LINES (N.12611) DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

ANALISA KUALITAS HASIL PENGELASAN PADA KAPAL TONASA LINES (N.12611) DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA ANALISA KUALITAS HASIL PENGELASAN PADA KAPAL TONASA LINES (N.12611) DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA Elly Rahmawati Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Suwonodt4no7@gmail.com

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. CITRA ABADI SEJATI yang beralamat di jalan raya Cileungsi-Jonggol Km: 2.5 kp.sawah, kecamatan Cileungsi Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya di peroleh hasil bahwa data yang telah di kumpulkan layak untuk di olah dalam proses pengolahan data, dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala 84 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Flow Chart Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut : 43 Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penjelasan langkah-langkah flow diagram

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW 30 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.1.1 Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW mesin las GMAW ini adalah mesin las yang menggunakan shielding gas. Shielding gas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS; Aplikasi pada Industri Jasa dan Manufaktur dengan Lean, Six Sigma dan Servqual, oleh Hana Catur Wahyuni, S.T., M.

PENGENDALIAN KUALITAS; Aplikasi pada Industri Jasa dan Manufaktur dengan Lean, Six Sigma dan Servqual, oleh Hana Catur Wahyuni, S.T., M. PENGENDALIAN KUALITAS; Aplikasi pada Industri Jasa dan Manufaktur dengan Lean, Six Sigma dan Servqual, oleh Hana Catur Wahyuni, S.T., M.T; Wiwik Sulistiyowati, S.T., M.T.; Muhammad Khamin, S.T. Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci