ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI MUTUALISME DUA SPESIES MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI MUTUALISME DUA SPESIES MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL"

Transkripsi

1 ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI MUTUALISME DUA SPESIES MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Magister Pendidikan Matematika Oleh : Benedictus Dwi Yuliyanto NIM: HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2

3

4 HALAMAN MOTTO Ibarat makan, belajar bukan lagi suatu keinginan, melainkan kebutuhan. Rasa lapar akan pengetahuan, datang disetiap hari. (B.Dwi Yuliyanto) Jika kau punya mimpi, tetap fokus dan nikmatilah. Lalu bangun dan wujudkanlah! (B.Dwi Yuliyanto) Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan. (Robert F. Kennedy) Percayalah pada keajaiban, tapi jangan tergantung padanya. (H. Jackson Brown, Jr) iv

5

6 ABSTRAK Benedictus Dwi Yuliyanto, Analisis Titik Ekuilibrium dan Solusi Model Interaksi Mutualisme Dua Spesies Menggunakan Metode Iterasi Variasional. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tesis ini mengkaji tentang analisis titik ekuilibrium dan solusi model interaksi dua spesies. Pada bidang biologi, seringkali dilakukan penelitian atau percobaan mengenai laju pertumbuhan populasi suatu spesies. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui berbagai macam perkembangan makhluk hidup di lingkungannya. Pemodelan matematika sangat berperan dalam membantu penelitian tersebut. Salah satu model matematika yang pernah diteliti adalah model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik. Pada penelitian ini, peneliti akan memodifikasi model matematika tersebut dengan tujuan menambah variasi dari model dasar yang sudah ada. Modifikasi model yang akan diteliti adalah model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik yaitu: pertama, terdapat unsur pemanenan pada salah satu jenis spesies, dan yang kedua, terdapat unsur pemanenan pada kedua jenis spesies. Setelah melakukan modifikasi pada model, peneliti melakukan analisis kestabilan dari titik ekuilibrium yang didapat. Selanjutnya akan dicari solusi dari perumuman model interaksi dua spesies menggunakan metode iterasi variasional. Kata kunci : dinamika populasi, analisis kestabilan, metode iterasi variasional. vi

7 ABSTRACT Benedictus Dwi Yuliyanto, Analysis of Equilibrium Points and Solutions of Models of Two Species Mutualism Interaction Using Variational Iteration Method. Thesis. Study Program of Master of Mathematics Education, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This tesis discusses about analysis of equilibrium points and solutions of models of two species interaction. In biology, research or experiment about population growth rate is done frequently. The research has been succeesful for knowing many kinds of organism in their environment. Mathematical modelling is important for helping that research. One of the mathematical models that has been studied before is the mutualism interaction model of two species in logistic growth. In this research, the researcher will modify the mathematical model to add the variations of the basic model before. The modifications studied in this thesis are: first, there is a harvesting parameter on one of species, and second, on both of them. After doing the modifications on the model, the researcher analyses the stability of equilibrium points. Furthermore, the modified model is solved using the variational iteration method. Keywords : population dynamics, stability analysis, variational iteration method. vii

8

9 DAFTAR PUBLIKASI HASIL PENELITIAN TESIS Sebagian hasil dari tesis ini telah dipresentasikan dalam konferensi internasioanl dan/atau dipublikasikan dalam jurnal internasional sebagai berikut: [1]. B.D. Yuliyanto dan S. Mungkasi, Variational iteration method for solving the population dynamics model of two species, Journal of Physics: Conference Series, Vol. 795, No.1, Artikel , Tahun 2017 (terindeks Scopus), Link Artikel: Selain itu, sebagian hasil lain sedang dalam persiapan untuk dikembangkan menjadi artikel ilmiah yang disusun oleh pembimbing (Sudi Mungkasi) dan penulis (Benedictus Dwi Yuliyanto). ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan berkat dan karunia-nya, serta campur tangan-nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Titik Ekuilibrium dan Solusi Model Interaksi Mutualisme Dua Spesies Menggunakan Metode Iterasi Variasional dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika. 3. Bapak Dr. rer. nat. Herry Pribawanto Suryawan yang telah membimbing pada awal penulisan tesis ini. 4. Segenap dosen JPMIPA yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penulis menempuh kuliah, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu. 5. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam hal administrasi kampus selama penulis melakukan studi di sini. x

11 6. Kedua orang tua yaitu Bapak Mario Subiyanto dan Ibu Christina Sarasni, yang selalu memberikan dukungan serta doa yang melimpah kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. 7. Segenap keluarga, terutama Simbah Yohanes Sadji Ciptotanyono dan Mas Albertus Magnus Bayu Pratomo yang selalu memberi semangat, motivasi, serta inspirasi kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dengan baik. 8. Elisabeth Evi Alviah, yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta motivasi yang sangat berguna bagi penulis selama menjalankan studi. 9. Semua teman seperjuangan dari Program Studi Magister Pendidikan Matematika angkatan yang memberikan dukungan kepada penulis selama studi. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi para pembaca. Penulis, Benedictus Dwi Yuliyanto xi

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii DAFTAR PUBLIKASI HASIL PENELITIAN TESIS... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tinjauan Pustaka... 2 C. Perumusan Masalah... 5 D. Batasan Masalah... 5 E. Metode Penelitian... 6 F. Tujuan Penelitian... 7 G. Manfaat Penelitian... 8 H. Sistematika Penulisan... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemodelan Matematika B. Persamaan Diferensial C. Sistem Persamaan Diferensial Nonlinear D. Model Pertumbuhan Logistik E. Model Interaksi Simbiosis Mutualisme Dua Spesies yang Bertumbuh secara Logistik F. Metode Iterasi Variasional G. Kerangka Berpikir BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KESTABILAN MODEL A. Model Interaksi Simbiosis Mutualisme Dua Spesies yang Bertumbuh secara Logistik dengan Unsur Pemanenan pada Salah Satu Jenis Spesies xii

13 B. Model Interaksi Simbiosis Mutualisme Dua Spesies yang Bertumbuh secara Logistik dengan Unsur Pemanenan pada Kedua Jenis Spesies BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN SOLUSI MODEL DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL BAB V ASPEK PENDIDIKAN A. Pembelajaran di SMA B. Pembelajaran di S C. Refleksi Penelitian di Bidang Matematika BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xiii

14 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada bidang biologi, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah masalah mengenai pertumbuhan populasi. Seringkali dilakukan penelitian atau percobaan mengenai laju pertumbuhan populasi suatu spesies untuk mengetahui berbagai macam perkembangan makhluk hidup di lingkungannya. Pertumbuhan populasi suatu spesies ditandai dengan adanya perubahan populasi setiap satuan waktu yang dipengaruhi oleh jumlah kematian, kelahiran, serta perpindahan (migrasi). Jumlah populasi suatu spesies dapat diamati secara langsung dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, dapat juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui laju pertumbuhan dari suatu spesies tersebut dengan data yang sudah ada. Salah satu cabang ilmu matematika yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut adalah pemodelan matematika. Salah satu model matematika yang pernah diteliti adalah model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik. Pada penelitian ini, peneliti akan memodifikasi model matematika tersebut dengan tujuan menambah variasi dari model dasar yang sudah ada. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis kestabilan dari titik ekuilibrium yang diperoleh, serta akan dicari solusi dari model yang diteliti. 1

15 2 B. Tinjauan Pustaka Berbagai penelitian mengenai dinamika populasi suatu spesies dan penggunaan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan diferensial sudah banyak dilakukan. Diagram 1.1 memberikan gambaran letak dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Stability analysis of mutualism population model with time delay (Ahmad dan Budin, 2012) Variational iteration method-some recent results and new intrepretations (He, 2007) Stability analysis of two mutually interacting species with unlimited resources for both the species (Reddy, 2012) Variational iteration method for solving multispecies Lotka Volterra equations (Batiha, Noorani, dan Hashim, 2007) Analisis titik ekuilibrium model interaksi mutualisme dua spesies Variational iteration method for solving the population dynamics model of two species (Yuliyanto dan Mungkasi, 2017) Diagram 1.1 Bagan dari letak penelitian yang dilakukan

16 3 Beberapa penelitian sejenis yang membahas tentang dinamika populasi suatu spesies dan metode iterasi variasional antara lain: Pertama, penelitian B. Ravindra Reddy (2012) dengan judul Stability analysis of two mutually interacting species with unlimited resources for both the species. Makalah ini membahas mengenai analisis dari model dua spesies yang saling berinteraksi dengan sumber daya atau daya dukung untuk kedua spesies yang tak terbatas. Karakteristik dari model merupakan dua sistem persamaan diferensial biasa nonlinear order satu. Sebelum mendiskripsikan model, dibuat asumsi sebagai berikut: N 1 merupakan banyaknya individu dalam populasi dari spesies pertama, N 2 merupakan banyaknya individu dalam populasi dari spesies kedua, a 1 dan a 2 berturut-turut adalah laju pertumbuhan alami dari spesies pertama dan kedua, α 12 merupakan laju peningkatan pertumbuhan dari spesies pertama akibat interaksi dengan spesies kedua, dan α 21 merupakan laju peningkatan pertumbuhan dari spesies kedua akibat interaksi dengan spesies pertama. Catatan lebih lanjut bahwa variabel N 1, N 2 dan parameter a 1, a 2, α 12, α 21 bernilai tak negatif. Jika laju kematian lebih besar dari laju kelahiran, maka digunakan notasi yang sama dengan tanda negatif pada tingkat pertumbuhan alami untuk membedakannya. Persamaan dasar untuk laju pertumbuhan spesies pertama (N 1 ) adalah sebagai berikut: dn 1 dt = a 1N 1 + α 12 N 1 N 2. (1.1) Persamaan dasar untuk laju pertumbuhan spesies kedua (N 2 ) adalah sebagai berikut: dn 2 dt = a 2N 2 + α 21 N 1 N 2. (1.2)

17 4 Syarat ekuilibrium dn 1 = 0 dan dn 2 = 0, sehingga diperoleh dt dt N 1 (a 1 + α 12 N 2 ) = 0 dan N 2 (a 2 + α 21 N 1 ) = 0. (1.3) Solusi (N 1, N 2) dari (1.3) merupakan ekuilibrium dari sistem (1.1)-(1.2). Sistem tersebut memiliki satu keadaan setimbang yaitu N 1 = 0, N 2 = 0, dalam keadaan ini, kedua spesies bertumbuh tanpa batas. Kedua, penelitian Batiha, Noorani, dan Hashim (2007) dengan judul Variational iteration method for solving multispecies Lotka-Volterra equations. Makalah tersebut membahas mengenai penggunaan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan atau mencari solusi dari model pertumbuhan populasi suatu spesies yang bertumbuh secara logistik, atau model pertumbuhan dengan menggunakan persamaan Lotka-Volterra. Pada makalah tersebut dibahas juga mengenai beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sama. Hasil dari penggunaan metode iterasi variasional untuk mencari pendekatan solusi model, dibandingkan dengan metode dekomposisi Adomian dan Runge- Kutta order empat. Dari tinjauan pustaka mengenai dinamika populasi suatu spesies tersebut, didapat bahwa pemodelan dari dinamika populasi merupakan suatu hal yang penting dalam proses mengontrol laju dari pertumbuhan populasi suatu spesies. Pertumbuhan populasi suatu spesies dapat diprediksi dengan menggunakan model yang diteliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah ada tersebut, perbedaan penelitian ini terletak pada model yang digunakan. Model yang akan diteliti pada penelitian ini adalah modifikasi dari model interaksi simbiosis mutualisme dua

18 5 spesies yang bertumbuh secara logistik, yaitu dengan adanya pemanenan pada salah satu jenis spesies dan adanya pemanenan pada kedua jenis spesies. Selain itu, penelitian ini juga membahas mengenai solusi dari hasil perumuman model yang diselesaikan menggunakan metode iterasi variasional, serta diberikan beberapa kasus khusus dari model yang terbentuk. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana modifikasi serta analisis kestabilan titik ekuilibrium pada model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik dengan adanya unsur pemanenan pada salah satu jenis spesies dan adanya unsur pemanenan pada kedua jenis spesies? 2. Bagaimana solusi model yang diperoleh dengan menggunakan metode iterasi variasional? D. Batasan Masalah Pada penelitian ini, dibatasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Model pertumbuhan populasi yang dibahas adalah model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik dengan adanya unsur pemanenan. 2. Populasi pada model yang dibahas berada pada suatu ekosistem tertutup atau tidak ada faktor migrasi yang dilakukan oleh kedua spesies dan tidak ada

19 6 interaksi dengan spesies lain, sehingga laju pertumbuhan populasi hanya dipengaruhi oleh interaksi kedua spesies tersebut. 3. Model yang dibahas adalah model kontinu, yaitu menggunakan sistem persamaan diferensial biasa nonlinear order satu. 4. Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium menggunakan nilai eigen pada matriks Jacobi hasil dari pelinearan model. 5. Metode yang akan dibahas untuk menyelesaikan model adalah metode iterasi variasional. E. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian studi pustaka dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tercapainya tujuan dari penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah kerja. Langkah pertama adalah menentukan topik penelitian yaitu permasalahan dalam kehidupan nyata yang terkait dengan bidang biologi, khususnya mengenai pertumbuhan populasi dua spesies yang berinteraksi secara mutualisme. Langkah kedua adalah mencari model matematika yang sudah ada sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, pada penelitian ini model matematika yang dimaksud adalah model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik. Langkah ketiga adalah melakukan modifikasi model yang sudah ada, pada penelitian ini modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan unsur pemanenan pada model dasar. Langkah keempat adalah menganalisis model hasil modifikasi, analisis yang dilakukan adalah analisis kestabilan dari setiap titik ekuilibrium yang diperoleh pada model hasil modifikasi. Langkah kelima adalah membuat perumuman dari model hasil

20 7 modifikasi kemudian hasil perumuman model diselesaikan atau dicari solusinya menggunakan metode iterasi variasional. Langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil modifikasi model yang diperoleh beserta hasil analisis kestabilan titik ekuilibriumnya dan solusi dari perumuman model menggunakan metode iterasi variasional. Diagram 1.2 merupakan bagan metode penelitian dari penelitian ini: Masalah di dunia nyata yang terkait dengan bidang biologi yaitu pertumbuhan populasi dua spesies Memperoleh model dasar mengenai pertumbuhan populasi dua spesies Memodifikasi model dasar mengenai pertumbuhan populasi dua spesies Menganalisis kestabilan titik ekuilibrium dari model yang sudah dimodifikasi Mencari solusi dari perumuman model menggunakan metode iterasi variasional Menyimpulkan hasil modifikasi model beserta analisisnya dan solusi yang diperoleh menggunakan metode iterasi variasional Diagram 1.2 Bagan metode penelitian F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan modifikasi model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik dengan adanya unsur pemanenan pada salah

21 8 satu jenis spesies dan adanya unsur pemanenan pada kedua jenis spesies, serta mengetahui hasil analisis kestabilan dari titik ekuilibrium yang diperoleh. 2. Memperoleh solusi dari perumuman model dengan menggunakan metode iterasi variasional. G. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pemodelan matematika beserta penerapannya dalam kehidupan nyata dan menambah referensi bahan ajar bagi guru/dosen dalam menjelaskan materi mengenai sistem persamaan diferensial biasa nonlinear order satu. Selain itu, penelitian ini juga dapat untuk menambah wawasan mengenai penggunaan metode iterasi variasional untuk mencari pendekatan solusi sistem persamaan diferensial biasa nonlinear order satu. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan akan dibagi menjadi enam bagian, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, tinjauan pustaka, perumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian antara lain: pemodelan matematika, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial nonlinear (titik ekuilibrium, pelinearan, analisis kestabilan titik

22 9 ekuilibrium), model pertumbuhan logistik, model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik, serta metode Iterasi Variasional. BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS KESTABILAN MODEL Pada bab ini akan dipaparkan hasil serta pembahasan mengenai analisis dari model interaksi simbiosis mutualisme dua spesies yang bertumbuh secara logistik dengan unsur pemanenan pada salah satu jenis spesies dan pemanenan pada kedua jenis spesies, mulai dari menentukan titik ekuilibrium hingga menganalisis kestabilan dari masing-masing titik ekuilibrium yang diperoleh. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN SOLUSI MODEL Pada bab ini akan dipaparkan mengenai proses memperoleh solusi dari model yang sudah diperumum beserta hasilnya dengan menggunakan metode Iterasi Variasional. BAB V: ASPEK PENDIDIKAN Pada bab ini dibahas mengenai keterkaitan penelitian yang dilakukan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun di kampus. Ada tiga hal yang dibahas pada bab ini, pertama mengenai keterkaitan hasil atau proses penelitian dengan pembelajaran di SMA, kedua keterkaitan hasil atau proses penelitian dengan pembelajaran di S1, dan yang ketiga adalah refleksi penelitian di bidang matematika. BAB VI: PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta beberapa saran yang terkait dengan penelitian yang telah dilakukan.

23 BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemodelan Matematika Pemodelan Matematika merupakan suatu proses merepresentasikan dan menjelaskan permasalahan pada dunia nyata ke dalam persamaan matematika. Dengan kata lain, pemodelan matematika adalah proses membangun suatu model dengan menggunakan teori matematika untuk menggambarkan dinamika suatu sistem. Oleh karena itu, pemodelan matematika hampir selalu terkait dengan bidang-bidang ilmu yang lain. Sebagai suatu proses, pemodelan matematika mencakup beberapa tahap yang saling berhubungan. Tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut: Dunia Nyata Perumusan Model Matematika Pengujian Analisis Prediksi / Penafsiran Penafsiran Kesimpulan Matematika Diagram 2.1 Bagan proses pemodelan matematika 10

24 11 Berikut penjelasan dari bagan proses pemodelan matematika seperti tampak pada Diagram 2.1. a. Merumuskan permasalahan dari dunia nyata ke dalam bentuk matematika Pada langkah ini dibutukan pemahaman dari permasalahan yang akan dimodelkan, karena akan dibentuk hubungan antar variabel yang dihasilkan dari permasalahan tersebut. Pada langkah ini, juga disertakan beberapa asumsi untuk membatasi model dari masalah yang akan diteliti. Adanya perbedaan asumsi-asumsi yang diterapkan oleh setiap peneliti menyebabkan perbedaan model meskipun penelitian dilakukan pada masalah yang sama. Setelah asumsi-asumsi ditentukan, dilakukan formulasi model yang akan dianalisis. b. Menganalisis model matematika Analisis dari model matematika dilakukan untuk memperoleh solusi dari model matemaika yang diteliti. Solusi dari model matematika yang diperoleh dapat berupa persamaan matematika atau uraian mengenai masalah matematika secara teoristis. c. Menafsirkan atau menginterpretasi solusi dari model matematika Langkah ini sebagai penghubung antara solusi yang diperoleh dalam bentuk persamaan matematika dengan permasalahan dalam dunia nyata. Interpretasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk grafik gambar berdasarkan perilaku dari solusi yang diperoleh.

25 12 d. Menguji solusi dari model matematika ke dalam dunia nyata Menguji solusi yang telah diperoleh dilakukan untuk melihat kesesuaian solusi dari model dengan data di dunia nyata. Kesesuaian solusi model dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang digunakan. Apabila solusi dari model kurang realistis, maka akan dilakukan kembali proses pembentukan model dari langkah pertama sehingga nantinya diperoleh model matematika yang lebih baik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses membangun model matematika bersifat dinamis untuk menghasilkan model yang lebih baik. B. Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. Berdasarkan banyaknya variabel bebas yang terdapat dalam persamaan, persamaan diferensial diklasifikasikan menjadi persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa adalah suatu persamaan diferensial yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu variabel bebas, sebagai contoh: jika y(x) merupakan fungsi satu variabel dengan x sebagai variabel bebas dan y sebagai variabel terikat, maka suatu persamaan diferensial biasa dapat dinyatakan dalam bentuk: F(x, y, y, y, y,, y (n) ) = f(x), (2.1)

26 13 dan jika f(x) = 0 maka persamaan diferensial (2.1) disebut persamaan diferensial homogen, sedangkan jika f(x) 0 maka persamaan diferensial (2.1) disebut persamaan diferensial nonhomogen. Persamaan diferensial parsial adalah suatu persamaan diferensial yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel terikat terhadap dua atau lebih variabel bebas. Pada persamaan diferensial, order didefinisikan sebagai tingkat turunan tertinggi yang muncul dalam persamaan diferensial. Berikut diberikan beberapa contoh persamaan diferensial beserta jenisnya berdasarkan banyak variabel dan ordernya: Contoh 2.1 a. dy dx 2x = 0 merupakan persamaan diferensial biasa order satu. b. y + 3y 2y = 0 merupakan persamaan diferensial biasa order dua. c. d. f + f = 0 merupakan persamaan diferensial parsial order satu. x y 2 f + 2 f 2 2 f = 0 merupakan persamaan diferensial parsial order dua. x 2 y 2 x y Pada persamaan diferensial order satu, terdapat bentuk persamaan diferensial variabel terpisah. Bentuk umum persamaan diferensial variabel terpisah adalah sebagai berikut: P(x)dx + Q(y)dy = 0, (2.2) dengan P merupakan fungsi yang bergantung pada x dan Q fungsi yang bergantung pada y. Berdasarkan bentuk umum tersebut, suku-suku dalam variabel x dikelompokkan dengan turunannya yaitu dx dan suku-suku dalam variabel y dikelompokkan dengan turunannya yaitu dy. Metode yang digunakan untuk

27 14 menyelesaikan persamaan diferensial variabel terpisah adalah metode pemisahan variabel. Persamaan (2.2) selanjutnya diintegralkan masing-masing sukunya untuk memperoleh penyelesaiannya, sehingga didapat persamaan berikut: P(x)dx + Q(y)dy = C, dengan C R. Contoh 2.2 Tentukan solusi persamaan diferensial berikut: Jawab: y(1 x)dx + x 2 dy = 0. (2.3) Persamaan diferensial tersebut merupakan persamaan diferensial variabel terpisah. Bentuk (2.3) dapat diubah menjadi (1 x) x 2 dx + 1 y dy = 0 dengan cara membagi masing-masing sukunya dengan x 2 y 0. Selanjutnya masing-masing suku diintegralkan (1 x) x 2 dx + 1 y dy = C 1 kemudian dengan manipulasi aljabar, bentuk fungsi diubah menjadi (x 2 1 x ) dx + 1 y dy = C 1 sehingga diperoleh 1 x ln x + C 2 + ln y + C 3 = C 1 ln y x = C + 1 x

28 15 dengan C = C 1 C 2 C 3 y x = ec+ 1 x y = Kxe 1 x, dengan K = e C. C. Sistem Persamaan Diferensial Nonlinear Sistem persamaan diferensial tidak hanya berperan penting dalam bidang matematika, namun berperan penting juga dalam bidang lain seperti ekonomi, fisika, biologi, dan lain sebagainya. Sistem persamaan diferensial disebut sebagai sistem persamaan diferensial nonlinear apabila memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut: a. Memuat variabel tak bebas dan turunan-turunannya berpangkat selain satu. b. Terdapat perkalian dari variabel tak bebas dan/ atau turunan-turunannya. Diberikan sistem persamaan diferensial berikut: x 1 = f 1 (x 1, x 2,, x n ), x 2 = f 2 (x 1, x 2,, x n ), x n = f n (x 1, x 2,, x n ), (2.4) dengan f i : R n R n, x i = dx i dt, i = 1, 2,, n dan (x 1, x 2,, x n ) E. Diberikan pula kondisi awal x i (t 0 ) = x i0, i = 1, 2,, n. Sistem (2.4) dapat ditulis menjadi x = f(x), (2.5) dengan x = (x 1, x 2,, x n ) E R n, f = (f 1, f 2,, f n ) T, x = (x 1, x 2,, x n) T dengan syarat awal x(t 0 ) = (x 10, x 20,, x n0 ) = x 0.

29 16 Sistem (2.5) disebut sistem persamaan diferensial autonomous karena variabel waktu t tidak muncul secara eksplisit. Selanjutnya, jika f 1, f 2,, f n masing-masing linear dalam x 1, x 2,, x n, maka sistem (2.4) disebut sistem persamaan diferensial linear. Sistem (2.4) juga dapat ditulis dalam bentuk: x 1 = a 11 x 1 + a 12 x a 1n x n x 2 = a 21 x 1 + a 22 x a 2n x n x n = a n1 x 1 + a n2 x a nn x n. (2.6) Sistem (2.6) dinyatakan dalam bentuk x = Ax, (2.7) a 11 a 12 a 1n a dengan A = ( 21 a 22 a 2n ) dan x = (x 1, x 2,, x n )T E. a n1 a n2 a nn Jadi, sistem (2.7) disebut sistem persamaan diferensial linear dari sistem (2.4). Namun, jika sistem (2.4) tidak dapat dinyatakan dalam bentuk sistem (2.7) maka sistem (2.4) disebut sistem persamaan diferensial nonlinear. Pada sistem persamaan diferensial juga dibahas mengenai beberapa hal berikut: a. Titik Ekuilibrium Titik ekuilibrium merupakan solusi dari sistem (2.5) yang tidak mengalami perubahan terhadap waktu. Definisi 2.1 (Perko, 2001) Titik x R n disebut titik ekuilibrium dari (2.5) jika f(x ) = 0. Berikut diberikan contoh mengenai Definisi 2.1 Contoh 2.3 Tentukan titik ekuilibrium dari sistem persamaan diferensial berikut:

30 17 f(x) = ( 2x 1x 2 4x 1 3x 1 2 6x 2 ) Jawab: Titik ekuilibrium diperoleh jika f(x ) = 0, sehingga sistem tersebut menjadi 2x 1 x 2 4x 1 = 0 atau dapat ditulis menjadi 2x 1 (x 2 2) = 0. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh x 1 = 0 dan x 2 = 2. Jika x 1 = 0 dan menurut persamaan 3x 2 1 6x 2 = 0, maka diperoleh x 2 = 0 sehingga didapat titik ekuilibrium P 1 (0,0) T. Jika x 2 = 2 dan menurut persamaan 3x 2 1 6x 2 = 0, maka diperoleh x 1 = ±2 sehingga didapat titik ekuilibrium P 2 (2,2) T atau P 3 ( 2,2) T. b. Pelinearan Pelinearan merupakan proses membawa suatu sistem nonlinear menjadi sistem linear. Pelinearan dilakukan pada sistem nonlinear untuk mengetahui perilaku sistem di sekitar titik ekuilibrium sistem tersebut. Pelinearan pada sistem nonlinear dimaksudkan untuk memperoleh aproksimasi dengan bentuk sederhana. Proses pelinearan dapat dilakukan dengan menggunakan deret Taylor untuk mencari suatu hampiran solusi di sekitar titik ekuilibrium. Deret

31 18 Taylor untuk sistem f = (f 1, f 2,, f n ) T di sekitar titik ekuilibrium x = (x 1, x 2,, x n) T dengan f(x ) = 0 sebagai berikut x 1 = f 1 (x) = f 1(x ) x 1 x 2 = f 2 (x) = f 2(x ) x 1 x n = f n (x) = f n(x ) x 1 (x 1 x 1) + f 1(x ) (x x 2 x 2) f 1(x ) x n (x n x n) + Ο( x x ) 2, (x 1 x 1) + f 2(x ) (x x 2 x 2) f 2(x ) x n (x n x n) + Ο( x x ) 2, (x 1 x 1) + f n(x ) (x x 2 x 2) f n(x ) x n (x n x n) + Ο( x x ) 2. Apabila suku-suku nonlinearnya diabaikan maka diperoleh x 1 = f 1 (x) = f 1(x ) x 1 x 2 = f 2 (x) = f 2(x ) x 1 (x 1 x 1) + f 1(x ) (x x 2 x 2) f 1(x ) (x x n x n), n (x 1 x 1) + f 2(x ) (x x 2 x 2) f 2(x ) (x x n x n), n

32 19 x n = f n (x) = f n(x ) x 1 Selanjutnya didefinisikan Didapat turunannya yaitu (x 1 x 1) + f n(x ) (x x 2 x 2) f n(x ) (x x n x n). n sehingga y = x dan diperoleh y 1 = x 1 x 1, y 2 = x 2 x 2, y n = x n x n. y 1 = x 1, y 2 = x 2,, y n = x n, y 1 = f 1(x ) x 1 y 1 + f 1(x ) y x f 1(x ) y 2 x n, n (2.8) y 2 = f 2(x ) x 1 y n = f n(x ) x 1 y 1 + f 2(x ) y x f 2(x ) y 2 x n, n y 1 + f n(x ) y x f n(x ) y 2 x n. n Jika bentuk (2.8) dinyatakan dalam bentuk matriks, maka diperoleh y 1 y 2 ( ) = y n atau dapat ditulis menjadi f 1 (x ) f 1 (x ) f 1(x ) x 1 x 2 x n f 2 (x ) f 2 (x ) f 2(x ) x 1 x 2 x n ( f n (x ) f n (x ) f n(x ) ( x 1 x 2 x n ) y 1 y 2 ), y n

33 20 y = J(f(x ))y, dengan J(f(x )) merupakan matriks Jacobi dan fungsi f di titik ekuilibrium x. Berikut definisi dari matriks Jacobi: Definisi 2.2 (Perko, 2001) Diberikan fungsi f = f 1, f 2,, f n dengan f i C 1 (E), i = 1,2,, n, E R n dan E himpunan terbuka. Matriks f 1 (x ) f 1 (x ) f 1(x ) x 1 x 2 x n f 2 (x ) f 2 (x ) J(f(x )) = f 2(x ) x 1 x 2 x n, f n (x ) f n (x ) f n(x ) ( x 1 x 2 x n ) dinamakan matriks Jacobi dari f dari x. Selanjutnya diberikan definisi mengenai pelinearan pada sistem persamaan nonlinear. Definisi 2.3 (Perko, 2001) Diberikan matriks Jacobi J(f(x)) pada (2.8). Sistem linear x = J(f(x ))x disebut pelinearan dari sistem x = f(x) disekitar titik x. c. Analisis Kestabilan Titik Ekuilibrium Pada proses pelinearan diperoleh matriks Jacobi yang akan digunakan dalam proses mencari nilai eigen. Nilai eigen diperoleh dengan cara det(j i λi) = 0, dimana J i merupakan matriks Jacobi, I merupakan matriks

34 21 identitas, dan λ merupakan nilai eigen dari matriks Jacobi. Nilai eigen yang diperoleh dapat digunakan untuk memeriksa kestabilan dari titik ekuilibrium. Kriteria kestabilan dari titik ekuilibrium berdasarkan nilai eigen menurut Boyce dan DiPrima (2012 : 504) adalah seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kriteria kestabilan dari titik ekuilibrium Nilai Eigen Jenis Titik Kritis Kestabilan λ 1 > λ 2 > 0 Simpul Tak stabil λ 1 < λ 2 < 0 Simpul Stabil asimtotik λ 1 < 0 < λ 2 Titik sadel Tak stabil λ 1 = λ 2 > 0 λ 1 = λ 2 < 0 λ 1, λ 2 = r ± iμ Simpul sejati atau simpul tak sejati Simpul sejati atau simpul tak sejati Titik spiral Tak stabil Stabil asimtotik r > 0 r < 0 Tak stabil Stabil asimtotik λ 1 = iμ, λ 2 = iμ Pusat Stabil Berdasarkan Tabel 2.1, dapat disimpulkan bahwa titik ekuilibrium akan mencapai keadaan stabil asimtotik apabila nilai λ 1, λ 2 = r ± iμ dan r < 0, dengan r merupakan bagian dari bilangan realnya dan μ merupakan bagian dari bilangan kompleksnya. Berikut beberapa contoh sistem persamaan diferensial beserta penyelesaiannya sebagai ilustrasi gambar mengenai kriteria kestabilan dari titik ekuilibrium yang digambar menggunakan software Matlab. Contoh 2.5 Diberikan sistem persamaan diferensial

35 22 dx = 4x + 2y, dt } dy dt = 4x + 6y. Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). 4x + 2y = 0, 4x + 6y = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( 4 λ λ ) = 0 (4 λ)(6 λ) 8 = 0 λ 2 10λ + 16 = 0 (λ 8)(λ 2) = 0 λ 1 = 8 λ 2 = 2. Karena λ 1 > λ 2 > 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik simpul yang bersifat tak stabil. Gambar 2.1 adalah diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.5 untuk beberapa nilai awal yang berbeda.

36 23 Contoh 2.6 Gambar 2.1 Diagram fase Contoh 2.5 (titik simpul yang bersifat tak stabil) Diberikan sistem persamaan diferensial dx dt = y, dy dt = 10x 7y. } Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, y = 0, 10x 7y = 0. } Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( λ λ ) = 0

37 24 ( λ)( 7 λ) + 10 = 0 λ 2 + 7λ + 10 = 0 (λ + 5)(λ + 2) = 0 λ 1 = 5 λ 2 = 2. Karena λ 1 < λ 2 < 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik simpul yang bersifat stabil asimtotik. Gambar 2.2 adalah diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.6 untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Contoh 2.7 Gambar 2.2 Diagram fase Contoh 2.6 (titik simpul yang bersifat stabil asimtotik) Diberikan sistem persamaan diferensial dx = 2x + 4y, dt } dy dt = 4x 4y. Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, 2x + 4y = 0, 4x 4y = 0. }

38 25 Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( 2 λ λ ) = 0 (2 λ)( 4 λ) 16 = 0 λ 2 + 2λ 24 = 0 (λ + 6)(λ 4) = 0 λ 1 = 6 λ 2 = 4. Karena λ 1 < 0 < λ 2, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik sadel yang bersifat tak stabil. Gambar 2.3 memuat diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.7 untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Gambar 2.3 Diagram fase Contoh 2.7 (titik sadel yang bersifat tak stabil)

39 26 Contoh 2.8 Diberikan sistem persamaan diferensial dx dt = 5x, } dy dt = 5y. Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). 5x = 0, 5y = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( 5 λ λ ) = 0 (5 λ)(5 λ) = 0 λ 1 = λ 2 = 5. Karena λ 1 = λ 2 > 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik simpul sejati atau titik simpul tak sejati yang bersifat tak stabil. Gambar 2.4 memuat diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.8 untuk beberapa nilai awal yang berbeda.

40 27 Contoh 2.9 Gambar 2.4 Diagram fase Contoh 2.8 (titik simpul sejati atau tak sejati yang bersifat tak stabil) Diberikan sistem persamaan diferensial dx = 2x + 5y, dt } dy dt = 5x 8y. Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). 2x + 5y = 0, 5x 8y = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0

41 28 det ( 2 λ λ ) = 0 (2 λ)( 8 λ) + 25 = 0 λ 2 + 6λ + 9 = 0 (λ + 3) 2 = 0 λ 1 = λ 2 = 3. Karena λ 1 = λ 2 < 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik simpul sejati atau titik simpul tak sejati yang bersifat stabil asimtotik. Gambar 2.5 menunjukkan diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.9 untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Contoh 2.10 Gambar 2.5 Diagram fase Contoh 2.9 (titik simpul sejati atau tak sejati yang bersifat stabil asimtotik) Diberikan sistem persamaan diferensial dx = 8x + 10y, dt } dy = 10x 4y. dt

42 29 Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misalkan A = ( ). 8x + 10y = 0, 10x 4y = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0. det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 8 λ 10 det ( 10 4 λ ) = 0 (8 λ)( 4 λ) = 0 λ 1,2 = λ 2 4λ + 68 = 0 4 ± 16 4(1)(68) 2 λ 1,2 = 2 ± 8i. Karena λ 1, λ 2 = r ± iμ dan r > 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik spiral yang bersifat tak stabil. Gambar 2.6 adalah diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.10 untuk beberapa nilai awal yang berbeda.

43 30 Contoh 2.11 Gambar 2.6 Diagram fase Contoh 2.10 (titik spiral yang bersifat tak stabil) Diberikan sistem persamaan diferensial dx = 8x + 10y, dt } dy dt = 10x + 4y. Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0) Misalkan A = ( 10 4 ). 8x + 10y = 0, 10x + 4y = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = det (( 10 4 ) (λ 0 0 λ )) = 0

44 31 8 λ 10 det ( 10 4 λ ) = 0 ( 8 λ)(4 λ) = 0 λ 1,2 = λ 2 + 4λ + 68 = 0 4 ± 16 4(1)(68) 2 λ 1,2 = 2 ± 8i. Karena λ 1, λ 2 = r ± iμ dan r < 0, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik spiral yang bersifat stabil asimtotik. Gambar 2.7 adalah diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.11 untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Contoh 2.12 Gambar 2.7 Diagram fase Contoh 2.11 (titik spiral yang bersifat stabil asimtotik) Diberikan sistem persamaan diferensial dx dt = 2y, } dy dt = 2x.

45 32 Syarat titik ekuilibrium: dx dt = dy dt = 0, Diperoleh titik ekuilibrium P(0,0). Misakan A = ( ). 2y = 0, 2x = 0. } Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium det(a λi) = 0 det (( ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( λ 2 2 λ ) = 0 λ = 0 λ 2 = 4 λ 1,2 = i 4 λ 1 = 2i λ 2 = 2i. Karena λ 1 = iμ, λ 2 = iμ, titik ekuilibrium P(0,0) merupakan titik pusat yang bersifat stabil. Gambar 2.8 adalah diagram fase dari sistem persamaan diferensial Contoh 2.12 untuk beberapa nilai awal yang berbeda.

46 33 Gambar 2.8 Diagram fase Contoh 2.12 (titik pusat yang bersifat stabil) D. Model Pertumbuhan Logistik Model pertumbuhan populasi untuk satu spesies dikemukakan pertama kali oleh Malthus. Model diberikan oleh masalah nilai awal sebagai berikut: dn(t) = rn(t), { dt N(0) = N 0, dengan N(t) banyaknya individu di dalam populasi pada waktu t, dengan t adalah variabel waktu, dan r konstanta laju pertumbuhan. Model tersebut dapat diselesaikan menggunakan metode pemisahan variabel sebagai berikut: dn(t) dt = rn(t) dn(t) N(t) = rdt dn(t) N(t) = rdt ln N(t) = rt + C

47 34 N(t) = e rt+c N(t) = e rt e C dengan A = e c dan diperoleh penyelesaian umum N(t) = Ae rt. Substitusi nilai awal N(0) = N 0 N(0) = Ae r(0) N 0 = A, untuk memperoleh penyelesaian khusus dari model N(t) = N 0 e rt. Penyelesaian tersebut menandakan pertumbuhan populasi bertumbuh secara eksponensial dan bergantung pada nilai awal N 0, konstanta laju pertumbuhan r, dan waktu t. Karena penyelesaian dari model Malthus berupa persamaan eksponensial, maka model Malthus ini juga disebut model eksponensial. Model eksponensial ini tidak realistis, sebab untuk nilai r > 0, dan jika diambil t menuju tak hingga, maka diperoleh N(t) menuju tak hingga, yakni lim t N(t) =. Tidak mungkin suatu populasi bertumbuh tanpa batas. Titik ekuilibrium dari model pertumbuhan populasi satu spesies yang dikemukakan oleh Malthus adalah sebagai berikut: Syarat titik ekuilibrium dn(t) dt = 0, sehingga diperoleh rn(t) = 0 N(t) = 0. Analisis kestabilan dari titik ekuilibrium N(t) = 0, jika f(n) = rn, maka f (N) = N sehingga diperoleh f (0) = 0. Karena f (0) = 0, titik ekuilibrium N(t) = 0

48 35 bersifat tak stabil. Sebagai ilustrasi, untuk nilai awal N 0 > 0 populasi akan bergerak menjauhi nol, hal ini berarti titik ekuilibrium N(t) = 0 merupakan solusi yang bersifat tak stabil. Gambar 2.9 menunjukkan grafik penyelesaian yang digambar menggunakan software Matlab dari model Malthus atau model eksponensial untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Gambar 2.9 Grafik penyelesaian model Malthus dengan r = 0,3 Model Verhulst merupakan salah satu modifikasi dari model Malthus. Adanya daya dukung yang berupa konstanta K ditambahkan pada model bermaksud untuk membuat model lebih realistik. Daya dukung yang dimaksud meliputi keterbatasan ruang / kapasitas tempat tinggal, keterbatasan makanan, dan sebagainya. Model Verhulst atau model logistik diberikan oleh persamaan: dn(t) = rn(t) (1 N(t) { dt K ), N(0) = N 0, dengan N(t) adalah jumlah individu dalam populasi pada waktu t, t adalah variabel waktu, r laju pertumbuhan, dan K adalah konstanta daya dukung lingkungan atau

49 36 kemampuan lingkungan untuk menghidupi populasi. Penyelesaian dari model Verhulst adalah sebagai berikut: dn(t) dt dn(t) dt Dengan menggunakan pecahan parsial = rn(t) (1 N(t) K ) = r(kn(t) N(t)2 ) K dn(t) (KN(t) N(t) 2 ) = r K dt dn(t) N(t)(KN(t) N(t)) = r K dt dn(t) N(t)(KN(t) N(t)) = r K dt. 1 N(t)(KN(t) N(t)) = A N(t) + B (K N(t)), diperoleh nilai A = 1 dan B = 1. Selanjutnya pada ruas kiri dapat ditulis K K sehingga 1 N(t)(KN(t) N(t)) = 1 KN(t) + 1 K(K N(t)), ( 1 KN(t) + 1 K(K N(t)) ) dn(t) = r K dt dn(t) KN(t) + dn(t) K(K N(t)) = r K dt 1 K dn(t) N(t) + 1 K dn(t) (K N(t)) = r K dt dn(t) N(t) + dn(t) = r dt (K N(t))

50 37 ln N(t) ln K N(t) = rt + C N(t) ln = rt + C K N(t) N(t) K N(t) = ert e C N(t) = e rt e C K e rt e C N(t) N(t) + e rt e C N(t) = e rt e C K (1 + e rt e C )N(t) = e rt e C K N(t) = ert e C K 1 + e rt e C dengan B = e C, diperoleh penyelesaian umum N(t) = BKert 1 + Be rt. Substitusi nilai awal N(0) = N 0 sehingga diperoleh penyelesaian khusus dari model sebagai berikut BKer(0) N(0) = 1 + Be r(0) N 0 = BK 1 + B N 0 + BN 0 = BK B(K N 0 ) = N 0 B = N 0 K N 0. Subsitusi nilai B = N 0 K N 0 ke dalam N(t) = BKert 1 + Be rt

51 38 N(t) = N(t) = Ke rt N 0 K N 0 K N 0 + e rt N 0 K N 0 Ke rt N 0 K + (e rt 1)N 0. Penyelesaian tersebut lebih realistis dibandingkan dengan penyelesaian model Malthus, sebab jika diambil nilai t menuju tak hingga maka diperoleh: Ke rt N 0 K lim = lim t K + (e rt 1)N 0 t K e rt N = K = K. e rt Hal ini berarti populasi akan bertumbuh secara terbatas dan asimtotik ke nilai K saat t menuju tak hingga. Titik ekuilibrium dari model pertumbuhan populasi satu spesies yang dikemukakan oleh Verhulst adalah sebagai berikut: dn(t) = 0, sehingga diperoleh rn(t) (1 N(t) K ) = 0 dt rn(t) = 0 1 N(t) K = 0 N(t) 1 = 0 N(t) 2 = K. Jadi, terdapat dua titik ekuilibrium yaitu N(t) 1 = 0 atau N(t) 2 = K. Jika f(n) = rn(t) (1 N(t) ), maka K f (N) = r 2rN(t), sehingga analisis kestabilan untuk titik K ekuilibrium N(t) 1 = 0 adalah f (0) = r. Karena r > 0 maka f (0) > 0, sehingga titik ekuilibrium N(t) 1 = 0 bersifat tak stabil. Sedangkan analisis kestabilan untuk

52 39 titik ekuilibrium N(t) 2 = K adalah f (0) = r, karena r > 0 maka f (K) < 0, sehingga titik ekuilibrium N(t) 2 = K bersifat stabil asimtotik. Dengan kata lain, untuk setiap nilai awal N 0 > 0 populasi akan bergerak menjauhi nol, jadi titik ekuilibrium N(t) 1 = 0 merupakan solusi yang bersifat tak stabil. Berbeda dengan N(t) 2 = K, untuk setiap N 0 > 0 berlaku: K lim t ( K = K, N 1) e rt sehingga N(t) 2 = K adalah solusi yang stabil asimtotik. Berikut grafik penyelesaian dari model Verhulst atau model logistik yang digambar menggunakan software Matlab untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Gambar 2.10 Grafik penyelesaian model Verhulst dengan r = 0,3 dan K = 500 Gambar 2.10 menunjukkan bahwa dalam jangka waktu yang panjang atau t menuju tak hingga, jumlah populasi konvergen menuju ke koefisien daya dukung atau K = 500.

53 40 E. Model Interaksi Simbiosis Mutualisme Dua Spesies yang Bertumbuh secara Logistik Simbiosis mutualisme adalah interaksi yang erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis namun saling menguntungkan bagi kedua pihak. Beberapa contoh makhluk hidup yang berinteraksi secara simbiosis mutualisme adalah interaksi antara kerbau dan burung jalak, zebra dan burung oxpecker, buaya dan burung plover, anemon laut dan ikan badut, bunga dan kupu-kupu, bunga dan lebah, dan lain sebagainya. Interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara eksponensial dapat dimodelkan sebagai berikut: dx = rx + axy, { dt dy = sy + bxy, dt dengan x dan y adalah jumlah populasi pada waktu t. Parameter r dan s berturutturut merupakan laju pertumbuhan intrinsik dari populasi x dan y, konstanta a dan b menunjukkan koefisien dari interaksi antara dua populasi yang dapat meningkatkan jumlah masing-masing populasi x dan y. Analisis kestabilan titik ekuilibrium model interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara eksponensial adalah sebagai berikut: Dicari titik ekuilibrium dengan syarat titik ekuilibrium dx = dy = 0, sehingga dt dt diperoleh: rx + axy = 0, sy + bxy = 0, } atau x(r + ay) = 0, y(s + bx) = 0. }

54 41 Terdapat dua titik ekuilibrium, yakni P 1 (0,0) dan P 2 ( s, r ). Setelah itu b a dilakukan pelinearan sehingga diperoleh matriks Jacobi f 1 x J i = f 2 ( x f 1 y r + ay ax = ( f 2 by s + bx ). y ) Dengan mensubstitusi titik ekuilibrium P 1 (0,0) dan P 2 ( s, r ) pada matriks b a Jacobi, maka diperoleh: J 1 = ( r 0 0 s ), 0 as b J 2 = ( br ). 0 a Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 1 (0,0) dengan matriks Jacobi diperoleh nilai eigen J 1 = ( r 0 0 s ), det(j 1 λi) = 0 det (( r 0 0 s ) (λ 0 0 λ )) = 0 r λ 0 det ( 0 s λ ) = 0 (r λ)(s λ) = 0 r λ = 0 s λ = 0 λ 1 = r λ 2 = s.

55 42 Diketahui 0 < r, s < 1 sehingga λ 1 > λ 2 > 0 (dua bilangan real berbeda lebih dari nol). Jadi titik ekuilibrium P 1 (0,0) merupakan titik simpul yang bersifat tak stabil. Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 2 ( s b, r a ), dengan matriks Jacobi diperoleh nilai eigen det ( ( 0 as b J 2 = ( br ), 0 a det(j 2 λi) = 0 0 as b br a 0 λ det ( br a λ 2 rs = 0 ) ( λ 0 0 λ ) = 0 ) as b ) = 0 λ λ 1,2 = ± rs λ 1 = rs λ 2 = rs. Diketahui 0 < r, s < 1 sehingga λ 2 < 0 < λ 1 (dua bilangan real berbeda dan berbeda tanda). Jadi titik ekuilibrium P 2 ( s, r ) merupakan titik sadel yang b a bersifat tak stabil.

56 43 Gambar 2.11 adalah grafik model interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara eksponensial yang digambar menggunakan software Matlab untuk beberapa nilai awal yang berbeda. Gambar 2.11 Grafik model interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara eksponensial r = 0,3, s = 0,2, a = dan b = 0.03 Model interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara logistik adalah sebagai berikut: dx dt = rx (1 x K x ) + axy, dy dt = sy (1 y K y ) + bxy. Variabel x dan y adalah jumlah populasi pada waktu t, konstanta K x dan K y adalah kapasitas ambang dari populasi x dan y. Parameter r dan s adalah laju pertumbuhan intrinsik dari populasi x dan y, konstanta a dan b menunjukkan koefisien dari interaksi antara dua populasi yang dapat meningkatkan jumlah masing-masing populasi x dan y.

57 44 Analisis kestabilan titik ekuilibrium interaksi simbiosis mutualisme populasi dua spesies yang bertumbuh secara logistik adalah sebagai berikut: Dicari titik ekuilibrium dengan syarat titik ekuilibrium dx = dy = 0, sehingga dt dt diperoleh: rx (1 x K x ) + axy = 0, sy (1 y K y ) + bxy = 0, } atau x(rk x rx + ak x y) = 0, y(sk y sy + bk y x) = 0, } terdapat empat titik ekuilibrium, yakni P 1 (0,0), P 2 (0, K y ), P 3 (K x, 0), dan P 4 ( rsk x + ask x K y rs abk x K y, rsk y + brk x K y rs abk x K y ). Setelah memperoleh keempat titik ekuilibrium, dilakukan pelinearan sehingga diperoleh matriks Jacobi f 1 x J i = f 2 ( x f 1 y = f 2 y ) ( r 2rx K x + ay ax by s 2sy K y + bx ), i = 1, 2, 3, 4. Dengan mensubstitusikan nilai-nilai P i pada J i diperoleh J 1 = ( r 0 0 s ), J 2 = ( r + ak y 0 bk y s ),

58 45 J 3 = ( r ak x ), 0 s + bk x rs(r + ak y ) (r + ak y )ask x rs abk x K y rs abk x K y J 4 =. (s + bk x )brk y rs(s + bk x ) ( rs abk x K y rs abk x K y ) Setelah matriks Jacobi J 1, J 2, J 3, J 4 diperoleh, dilakukan analisis kestabilan dari masing-masing titik ekuilibrium. a. Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 1 (0,0) dengan matriks Jacobi diperoleh nilai eigen J 1 = ( r 0 0 s ), det(j 1 λi) = 0 det (( r 0 0 s ) (λ 0 0 λ )) = 0 r λ 0 det ( 0 s λ ) = 0 (r λ)(s λ) = 0 r λ = 0 s λ = 0 λ 1 = r λ 2 = s. Diketahui 0 < r, s < 1 sehingga λ 1 > λ 2 > 0 (dua bilangan real berbeda lebih dari nol). Jadi titik ekuilibrium P 1 (0,0) merupakan titik simpul yang bersifat tak stabil. b. Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 2 (0, K y ) dengan matriks Jacobi diperoleh nilai eigen J 2 = ( r + ak y 0 bk y s ),

59 46 det(j 2 λi) = 0 det (( r + ak y 0 bk y s ) (λ 0 0 λ )) = 0 det ( r + ak y λ 0 bk y s λ ) = 0 (r + ak y λ)( s λ) = 0 r + ak y λ = 0 s λ = 0 λ 1 = r + ak y λ 2 = s. Diketahui 0 < r, s < 1, a > 0, dan K y > 0 sehingga λ 2 < 0 < λ 1 (dua bilangan real berbeda dan berbeda tanda). Jadi titik ekuilibrium P 2 (0, K y ) merupakan titik sadel yang bersifat tak stabil. c. Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 3 (K x, 0) dengan matriks Jacobi diperoleh nilai eigen J 3 = ( r ak x ), 0 s + bk x det(j 3 λi) = 0 det (( r ak x ) ( λ 0 0 s + bk x 0 λ )) = 0 r λ det ( ak x 0 s + bk x λ ) = 0 ( r λ)(s + bk x λ) = 0 r λ = 0 s + bk x λ = 0 λ 1 = r λ 2 = s + bk x.

60 47 Diketahui 0 < r, s < 1, b > 0, dan K x > 0 sehingga λ 1 < 0 < λ 2 (dua bilangan real berbeda dan berbeda tanda). Jadi titik ekuilibrium P 3 (K x, 0) merupakan titik sadel yang bersifat tak stabil. d. Analisis kestabilan titik ekuilibrium P 4 ( rsk x + ask x K y rs abk x K y dengan matriks Jacobi, rsk y + brk x K y rs abk x K y ) rs(r + ak y ) (r + ak y )ask x rs abk x K y rs abk x K y J 4 =. (s + bk x )brk y rs(s + bk x ) ( rs abk x K y rs abk x K y ) Jika dimisalkan: maka diperoleh α = r + ak y, β = s + bk x, γ = rs abk x K y, αrs γ J 4 = βbrk y ( γ αask x γ. βrs γ ) Sehingga diperoleh nilai eigen sebagai berikut det(j 4 λi) = 0 αrs γ det βbrk y γ (( αask x γ βrs γ ) ( λ 0 0 λ ) ) = 0

61 48 αrs λ γ det βbrk y ( γ αask x γ = 0 βrs λ γ ) ( αrs γ λ) ( βrs γ λ) ( βbrk y γ ) ( αask x ) = 0 γ untuk memperoleh nilai λ kalikan kedua ruas dengan γ 2, sehingga diperoleh ( αrs γλ)( βrs γλ) (βbrk y )(αask x ) = 0 (γ 2 )λ 2 + ((α + β)γrs)λ + ((rs abk x K y )αβrs) = 0 (α + β)γrs ± ((α + β)γrs) 2 4(γ 2 ) ((rs abk x K y )αβrs) λ 1,2 = 2(γ 2 ) dengan perhitungan aljabar, diperoleh λ 1,2 = rs(α + β) ± ((α β)rs) 2 + 4αβrsabK x K y 2γ. Diketahui α = r + ak y, β = s + bk x, dan γ = rs abk x K y, dengan 0 < r, s < 1, a, b > 0, dan K x, K y > 0 sehingga dapat disimpulkan empat analisis kestabilan yaitu: Jika γ > 0 dan rs(α + β) > ((α β)rs) 2 + 4αβrsabK x K y, maka diperoleh λ 1 < λ 2 < 0 (dua bilangan real berbeda kurang dari nol). Jadi titik ekuilibrium P 4 ( rsk x + ask x K y rs abk x K y bersifat stabil asimtotik., rsk y + brk x K y ) merupakan titik simpul yang rs abk x K y Jika γ > 0 dan rs(α + β) < ((α β)rs) 2 + 4αβrsabK x K y, maka diperoleh λ 2 < 0 < λ 1 (dua bilangan real berbeda dan berbeda tanda).

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN TESIS diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI HERLINDA AYUNITA PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 ANALISIS KESTABILAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI Febrian Lisnan, Asmara Karma 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan 1 Ai Yeni, 2 Gani Gunawan, 3 Icih Sukarsih 1,2,3 Prodi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk asus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa Ipah Junaedi 1, a), Diny Zulkarnaen 2, b) 3, c), dan Siti Julaeha 1, 2, 3 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE

METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE oleh HILDA ANGGRIYANA M0109035 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik LANDASAN TEORI Model Mangsa Pemangsa Lotka Volterra Bagian ini membahas model mangsa pemangsa klasik Lotka Volterra. Model Lotka Volterra menggambarkan laju perubahan populasi dua spesies yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema dari nilai eigen, vektor eigen, dan diagonalisasi, sistem persamaan differensial, model predator prey lotka-voltera,

Lebih terperinci

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Koko Saputra 1, Supriadi Putra 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh : Agung Christian

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau

Lebih terperinci

METODE ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL DAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA LINEAR DAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL DAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA LINEAR DAN NONLINEAR ABSTRACT METODE ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL DAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA LINEAR DAN NONLINEAR Nasrin 1, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Agus Suryanto dan Isnani Darti

Agus Suryanto dan Isnani Darti Pengaruh Waktu Tunda pada Model Pertumbuhan Logistik Agus Suryanto dan Isnani Darti Jurusan Matematika - FMIPA Universitas Brawijaya suryanto@ub.ac.id www.asuryanto.lecture.ub.ac.id Prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA Kristiani Panjaitan 1, Syamsudhuha 2, Leli Deswita 2 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI MANKIW ROMER WEIL DENGAN PENGARUH PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENDAPATAN Desi Oktaviani, Kartono 2, Farikhin 3,2,3 Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk merepresentasikan dan menjelaskan masalah dunia nyata dalam pernyataan matematik. Representasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz,

Lebih terperinci

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [ Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL) ] Jika suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : x=ax+b,x(0)=x0,x~%"

Lebih terperinci

Bab II Teori Pendukung

Bab II Teori Pendukung Bab II Teori Pendukung II.1 Sistem Autonomous Tinjau sistem persamaan differensial berikut, = dy = f(x, y), g(x, y), (2.1) dengan asumsi f dan g adalah fungsi kontinu yang mempunyai turunan yang kontinu

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL oleh ASRI SEJATI M0110009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI Eka Yuniarti 1, Abadi 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK SEMIRATA MIPAnet 2017 24-26 Agustus 2017 UNSRAT, Manado MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK HASAN S. PANIGORO 1, EMLI RAHMI 2 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang di dalamnya terdapat turunan-turunan. Jika terdapat variabel bebas tunggal, turunannya merupakan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 1 (2015), hal 9 16. PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

Lebih terperinci

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN Skema Numerik ersamaan Leslie Gower dengan emanenan SKEMA NUMERIK ERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN EMANENAN Trija Fayeldi Jurusan endidikan Matematika Universitas Kanjuruhan Malang Email: trija_fayeldi@yahoocom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat mengakibatkan perkembangan pengetahuan tentang sistem dinamik juga pesat. Salah satu pengembangan sistem dinamik dalam kehidupan

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5.

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. Lisa Risfana Sari Sistem Dinamik D Sistem dinamik adalah sistem yang dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 197 204. ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI Eka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan

Lebih terperinci

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Lucy L. Batubara 1, Deswita. Leli 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN DARI SISTEM DINAMIK MODEL SEIR PADA PENYEBARAN PENYAKIT CACAR AIR (VARICELLA) DENGAN PENGARUH VAKSINASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Pada Bab ini akan dipelajari model matematis dari masalah dua spesies hidup dalam habitat yang sama, yang dalam hal ini keduanya berinteraksi dalam hubungan pemangsa dan mangsa.

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis

Lebih terperinci

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 99 Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey Oleh : Saiful Marom Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract In this paper considered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap mahluk hidup dituntut untuk senantiasa berinteraksi dengan mahluk hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau interaksi antara

Lebih terperinci

THE EFFECT OF DELAYED TIME OF OSCILLATION IN THE LOGISTIC EQUATION

THE EFFECT OF DELAYED TIME OF OSCILLATION IN THE LOGISTIC EQUATION Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 72 77 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND THE EFFECT OF DELAYED TIME OF OSCILLATION IN THE LOGISTIC EQUATION IVONE LAWRITA ERWANSA, EFENDI, AHMAD

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 50 55 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN AIDA BETARIA Program

Lebih terperinci

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 96 103 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN SUCI RAHMA NURA, MAHDHIVAN SYAFWAN Program

Lebih terperinci

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

... Difference equation dapat diselesaikan menggunakan proses iterasi. Didefinisikan fungsi

... Difference equation dapat diselesaikan menggunakan proses iterasi. Didefinisikan fungsi LECTURE 1: EXAMPLE OF DYNAMICAL SYSTEM A. An Example from Finance Misalkan kita mendeposito uang $1000 di sebuah bank dengan bunga 10% setiap tahun. Diasumsikan bunga 10% ditambahkan pada setiap akhir

Lebih terperinci

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)] Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut: A adalah matriks koefisien konstan

Lebih terperinci

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN Ritania Monica, Leli Deswita, Rolan Pane Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DERET PANGKAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDEDUA KHUSUS SKRIPSI

PENERAPAN METODE DERET PANGKAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDEDUA KHUSUS SKRIPSI PENERAPAN METODE DERET PANGKAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDEDUA KHUSUS SKRIPSI Oleh: SAMSIATI NUR HASANAH NIM: 11321432 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2) ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*) Syamsuddin Toaha 2) Khaeruddin 2) Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

Lebih terperinci

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Muliana 1, Syamsudhuha 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

METODE ITERASI VARIASIONAL HE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR ABSTRACT ABSTRAK

METODE ITERASI VARIASIONAL HE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR ABSTRACT ABSTRAK METODE ITERASI VARIASIONAL HE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR Istawi Arwannur 1, Endang Lily 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN

ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN ANALISIS DINAMIK MODEL EPIDEMI SIRS DENGAN MODIFIKASI TINGKAT KEJADIAN INFEKSI NONMONOTON DAN PENGOBATAN Suryani, Agus Suryanto, Ratno Bagus E.W Pelaksana Akademik Mata Kuliah Universitas, Universitas

Lebih terperinci

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal MODEL MATEMATIKA KOMENSALISME ANTARA DUA SPESIES DENGAN SUMBER TERBATAS Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani. Km. 36

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah BAB I Pendahuluan 1.1. Latar BelakangMasalah Model matematika merupakan representasi masalah dalam dunia nyata yang menggunakan bahasa matematika. Bahasa matematika yang digunakan dalam pemodelan meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya untuk pemodelan yang membutuhkan solusi dari sebuah permasalahan. Pemodelan matematika

Lebih terperinci

NOISE TERMS PADA SOLUSI DERET DEKOMPOSISI ADOMIAN DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ABSTRACT

NOISE TERMS PADA SOLUSI DERET DEKOMPOSISI ADOMIAN DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ABSTRACT NOISE TERMS PADA SOLUSI DERET DEKOMPOSISI ADOMIAN DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL Heni Kusnani 1, Leli Deswita, Zulkarnain 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

KONSEP METODE ITERASI VARIASIONAL ABSTRACT

KONSEP METODE ITERASI VARIASIONAL ABSTRACT KONSEP METODE ITERASI VARIASIONAL Yuliani 1, Leli Deswita 2, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 101 110 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS Dwi Haryanto, Nilamsari Kusumastuti,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup berdampingan. Diasumsikan habitat ini dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

MODEL PELATIHAN ULANG (RETRAINING) PEKERJA PADA SUATU PERUSAHAAN BERDASARKAN PENILAIAN REKAN KERJA

MODEL PELATIHAN ULANG (RETRAINING) PEKERJA PADA SUATU PERUSAHAAN BERDASARKAN PENILAIAN REKAN KERJA ISSN: 288-687X 13 ODEL PELATIHAN ULANG (RETRAINING) PEERJA PADA SUATU PERUSAHAAN BERDASARAN PENILAIAN REAN ERJA Dwi Lestari Jurusan Pendidikan atematika FIPA Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: dwilestari@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model penyebaran penyakit AIDS dengan adanya transmisi vertikal pada AIDS. Dari model matematika tersebut ditentukan titik setimbang dan kemudian dianalisis

Lebih terperinci

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Volume 10 No 1, April 2014, hal 1-7 Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam Ni matur Rohmah, Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI TRIANGULAR ABSTRACT ABSTRAK

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI TRIANGULAR ABSTRACT ABSTRAK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI TRIANGULAR Suci Dini Anggraini 1, Khozin Mu tamar 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung derivatif dari variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Persamaan diferensial sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Dalam hal ini diberikan dua spesies yang hidup bersama dalam suatu habitat tertutup. Kita ketahui bahwa terdapat beberapa jenis hubungan interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunanturunan dari fungsi yang tidak diketahui (Waluya, 2006). Contoh 2.1 : Diberikan persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang menempati suatu tempat tertentu. Populasi dapat berkembang sesuai dengan kondisi tertentu

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri

Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri J. Math. and Its Appl. E-ISSN: 2579-8936 P-ISSN: 1829-605X Vol. 15, No. 1, Maret 2018, 31-40 Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri Indira Anggriani 1, Sri Nurhayati 2, Subchan

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya Nabila Asyiqotur Rohmah 1209 100 703 Dosen Pembimbing: Dr Erna Apriliani,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada bab III nanti, di antaranya model matematika penyebaran penyakit,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear) 3 II. LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Biasa Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial biasa dinyatakan sebagai = + ; =, R (1) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 103-112 ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1.

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1. METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA Edo Nugraha Putra Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan Diferensial Biasa 1. PDB Tingkat Satu (PDB) 1.1. Persamaan diferensial 1.2. Metode pemisahan peubah dan PD koefisien fungsi homogen 1.3. Persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA (HAMA PENGGEREK BUAH) DAN PAEDERUS FUSCIPES SP (TOMCAT) DENGAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DAN RESPON FUNGSIONAL MICHAELIS MENTEN DENGAN METODE BEDA HINGGA MAJU SKRIPSI

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 135-142 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Marisa Effendi,

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M. 1 Abstrak ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, Kus Prihantoso Krisnawan,M.Si 3 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov Yuni Yulida 1, Faisal 2, Muhammad Ahsar K. 3 1,2,3 Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend.

Lebih terperinci

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI Supandi, Saifan Sidiq Abdullah Fakultas PMIPATI Universitas PGRI Semarang hspandi@gmail..com Abstrak Persaingan kehidupan di alam dapat dikategorikan

Lebih terperinci

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik Migrasi Mohammad soleh 1, Parubahan Siregar 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi JURNAL FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, 113-123 ISSN 2252-763X Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi Annisa Eki Mulyati dan Sugiyanto Program Studi Matematika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1 SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Abstrak Dalam artikel ini, konsep sistem dinamik linear disajikan dengan sistem

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU

SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU SOLUSI NON NEGATIF PARSIAL SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE SATU Muhafzan Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Pag 25163 email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan setiap makhluk hidup tidak dapat terlepas dengan yang namanya interaksi. Interaksi merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih

Lebih terperinci

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic Oleh : Ali Kusnanto, Hikmah Rahmah, Endar H. Nugrahani Departemen Matematika FMIPA-IPB Email : alikusnanto@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci