Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka Sejarah perkembangan peradaban manusia dibagi dalam tiga era, yaitu era manual, era mesin industri dan era pengetahuan (Alvin Toffler dalam Triyono, 2008). Saat ini perkembangan peradaban manusia telah memasuki era pengetahuan, dimana pengetahuan tidak hanya dianggap sebagai sekadar ilmu pengetahuan, tetapi telah menjadi salah satu modal untuk dapat bertahan dan berkembang khususnya bagi organisasi. Inti dari era pengetahuan ini adalah bagaimana dapat mendaur ulang pengetahuan yang sudah ada atau bahkan menciptakan pengetahuan baru untuk dapat mempercepat terciptanya proses inovasi. Era inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini dipengaruhi oleh banyak sekali perubahan yang berjalan cepat dan sulit diramalkan, perubahanperubahan tersebut terutama disebabkan pesatnya perkembangan teknologi informasi, terjadinya globalisasi, serta demokratisasi (Bussiness Week dalam Setiarso, 2008) Berbagai rujukan mendukung adanya indikasi bahwa inovasi menjadi indikator adanya proses penciptaan pengetahuan baru di organisasi. Nonaka dan Takeuchi dalam Tobing (2007) mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan merupakan esensi dari inovasi. Seiring dengan perkembangan zaman, dikenal pula istilah knowledge management (KM). Istilah KM bukanlah merupakan istilah baru, istilah KM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986, dalam Konferensi Manajemen Eropa (Tobing, 2007). Secara umum pemahaman mengenai istilah KM adalah sebuah sistem untuk menciptakan, menyimpan dan menyebarkan pengetahuan setiap individu dalam sebuah organisasi yang bertujuan untuk memudahkan akses pengetahuan bagi setiap individu itu sendiri. II. 1. Knowledge Management II Pengertian Pengetahuan dan Knowledge Management (KM) Perbedaan pengertian antara data, informasi dan pengetahuan yaitu : pengetahuan adalah data maupun informasi, meskipun pengetahuan terkait 10

2 11 dengan keduanya, dan perbedaan antar kedua terminologi ini terkait dengan masalah penggunaannya. (Davenport dan Prusak dalam Setiarso, 2008) 1. Data merupakan kumpulan fakta objektif mengenai suatu kejadian. Sebagai contoh, seorang pelanggan datang untuk mengisi tangki mobilnya ke pompa bensin, maka transaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagian oleh data, yaitu berapa uang yang harus dibayarkan, berapa liter bensin yang diisikan, namun tidak menjelaskan mengapa pelanggan itu datang ke pompa bensin, kualitas pelayanan pompa bensin, dan tidak dapat meramalkan kapan lagi pelanggan tersebut akan kembali ke pompa bensin. Dalam organisasi, data terdapat dalam catatan-catatan (records) atau transaksi-transaksi. 2. Informasi adalah data yang memberikan perubahan. Kata inform sejatinya berarti to give shape atau untuk memberi bentuk, dan informasi ditujukan untuk membentuk orang yang mendapatkannya, yaitu untuk membuat pandangan atau wawasan orang tersebut berbeda (dibandingkan sebelum memperoleh informasi). Sebagai contoh, pelanggan mengisi tangki mobilnya dengan bensin premix, bukan premium, pernyataan tersebut merupakan informasi. 3. Pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi suatu kejadian dan memberikan informasi serta pengalaman baru. Pengetahuan berasal dan diterapkan dalam pemikiran dari seseorang. Dalam organisasi, pengetahuan tidak hanya terdapat dalam dokumen atau repositori dalam organisasi tetapi juga dalam rutinitas, proses, praktik, dan norma-norma organisasi. (Davenport dan Prusak dalam Setiarso, 2008) Metode mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: comparation, consequences, connections, dan conversation. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi. Pengetahuan diperoleh melalui media yang terstruktur seperti: buku

3 12 dan dokumen, hubungan orang-ke-orang yang berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah (Davenport dan Prusak dalam Setiarso, 2008). Dalam buku yang ditulis oleh Von Krogh, Ichiyo, serta Nonaka dalam Setiarso (2008) disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian mengenai pengetahuan : 1. Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu meyakini (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi, bila seseorang menciptakan pengetahuan, individu tersebut menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief systems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari. 2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus tacit. Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di kertas, diformulasikan dalam bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar. Namun ada pula pengetahuan yang terkait erat dengan perasaan, keterampilan dan bentuk bahasa utuh, persepsi pribadi, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule of thumb) dan intuisi. Pengetahuan tacit seperti itu sulit sekali digambarkan kepada orang lain. Mengenali nilai dari pengetahuan tacit dan memahami bagaimana menggunakannya merupakan tantangan utama organisasi yang ingin terus menciptakan pengetahuan. 3. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut. Apa yang dimaksud dengan konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan pengetahuan adalah ruang bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang

4 13 muncul. Dalam konteks organisasional, bisa berupa fisik, maya, mental atau ketiganya. Pengetahuan bersifat dinamis, relasional dan berdasarkan tindakan manusia, jadi pengetahuan berbeda dengan data dan informasi, bergantung pada konteksnya. 4. Penciptaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama, yaitu : 1. berbagi pengetahuan tacit dan eksplisit; 2. menciptakan konsep; 3. membenarkan konsep; 4. membangun prototype; dan 5. melakukan penyebaran pengetahuan di berbagai fungsi dan tingkat di organisasi. Sedangkan untuk definisi KM itu sendiri ada berbagai macam, definisi tersebut tergantung dari sudut pandang masing-masing ahli. Untuk dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan KM, definisi yang dikemukakan oleh Tannebaum dalam Sangkala (2007) dirasa cukup memadai sebagai dasar pemahaman apa yang dimaksud dengan KM. Definisi KM menurut Tannebaum adalah : 1. KM mencakup pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan pengaksesan informasi untuk membangun pengetahuan. Pemanfaatan dengan tepat teknologi informasi seperti komputer yang dapat mendukung manajamen pengetahuan, namun teknologi informasi tersebut bukanlah merupakan manajemen pengetahuan. 2. Manajemen pengetahuan mencakup berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing). Tanpa berbagi pengetahuan, upaya manajemen pengetahuan akan gagal. Kultur perusahaan, dinamika dan praktik seperti sistem penggajian dapat mempengaruhi berbagi pengetahuan. Kultur dan aspek sosial dari KM merupakan tantangan yang signifikan. 3. KM terkait dengan pengetahuan orang. Pada suatu saat, organisasi membutuhkan orang-orang yang kompeten untuk memahami dan

5 14 memanfaatkan informasi dengan efektif. Organisasi terkait dengan individu untuk melakukan inovasi dan memberi petunjuk kepada organisasi. Organisasi juga terkait dengan persoalan keahlian yang menyediakan input untuk menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh karena itu organisasi harus mempertimbangkan bagaimana menarik, mengembangkan, dan mempertahankan pengetahuan organisasi sebagai bagian dari domain KM. 4. KM terkait dengan peningkatan efektifitas organisasi. Organisasi berkonsentrasi dengan KM karena dipercaya bahwa KM dapat memberikan kontribusi kepada kesuksesan perusahaan. Upaya untuk mengukur modal intelektual dan untuk menilai efektifitas KM harus dapat membantu organisasi memahami secara luas pengelolaan pengetahuan yang telah dilakukan. II Model Konversi Knowledge Nonaka dan Takeuchi mengemukakan bahwa alasan fundamental mengapa perusahaan Jepang sukses, karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pada penciptaan pengetahuan organisasi, penciptaan pengetahuan dicapai melalui pengenalan hubungan sinergik antara pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit. perbedaan antara pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit sebagai berikut (Nonaka dan Takeuchi dalam Tobing, 2007) : a. Explicit knowledge Adalah sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Pengetahuan jenis ini dapat diteruskan dari suatu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis. Pengetahuan eksplisit juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses, metoda, cara, pola bisnis dan pengalaman desain dari suatu produksi. b. Tacit knowledge Adalah pengetahuan dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Pengetahuan tacit bersifat sangat personal dan

6 15 sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule-ofthumb) termasuk dalam jenis tacit knowledge. Konversi pengetahuan terjadi dalam empat cara, model konversi pengetahuan diilustrasikan pada gambar II-1. a. Pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit; disebut proses Externalization. b. Pengetahuan tacit ke pengetahuan tacit; disebut proses Socialization. c. Pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit; disebut proses Combination. d. Pengetahuan eksplisit ke pengetahuan tacit; disebut proses Internalization. TACIT EXPLICIT (Socialization) (Externalization) TACIT Pertemuan Tim dan diskusi Dialog antar anggota tim (Internalization) (Combination) EXPLICIT Mempelajari dari Laporan Laporan-laporan dan Gambar II-1. Model Konversi Pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi dalam Tobing, 2007) II Tujuan Penerapan KM Menurut Von Krogh, Ichiyo, dan Nonaka dalam buku Knowledge Management Audit tulisan Ningky Munir (2008), ada tiga alasan utama organisasi mengembangkan KM, yaitu meminimalkan resiko, meningkatkan efisiensi, dan mencapai inovasi. Ketiga tujuan pengembangan KM ini dapat dijadikan dasar tahapan pengembangan KM. Penjelasan dari ketiga tujuan penerapan KM adalah sebagai berikut :

7 16 1. Meminimalkan Resiko Di tahap ini organisasi bergegas mencari pengetahuan-pengetahuan berharga yang dimilikinya, mengumpulkan, dan menggunakannya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Organisasi memanfaatkan pengetahuan masih untuk melakukan tindakan-tindakan yang reaktif. 2. Meningkatkan Efisiensi Pada tahap kedua, organisasi bukan hanya mencari, mengumpulkan, dan memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada, fokus organisasi juga pada pemanfaatan baru pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada. Pada tahap ini organisasi masih banyak memanfaatkan pengetahuan untuk tindakan-tindakan yang bersifat reaktif dan belum ada suatu proses kreasi pengetahuan yang terencana dengan baik. 3. Mencapai Inovasi Pada tahap ketiga organisasi menyadari bahwa pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya tidak cukup untuk menunjukkan kinerja prima di industrinya. Organisasi ini memfokuskan upayanya untuk menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru dan proses-proses pengelolaan pengetahuan yang handal. II. 2. Proses Pengelolaan Pengetahuan Menurut Tsoukas dan Vladimirou dalam Rasooli (2005) ada lima peranan yang perlu dilakukan secara efektif berkaitan dengan KM. Lima peran ini oleh Tsoukas dan Vladimirou disebut sebagai roles of knowledge. Lima peranan ini meliputi akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition), utilisasi pengetahuan (knowledge utilisation), adaptasi pengetahuan (knowledge adaptation), distribusi pengetahuan (knowledge distribution), dan pembangkitan pengetahuan (knowledge generation). Selanjutnya Tsoukas dan Vladimirou juga menjelaskan beberapa aktifitas atau aksi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan lima peranan pengetahuan sebagai berikut :

8 17 (1) Proses Akuisisi Pengetahuan Prosedur rekrutmen karyawan berpengalaman; pelatihan TI dan pengetahuan mengenai fungsi terkait; pelaksanaan mentoring dari ahli; akuisisi pengetahuan dari luar organisasi; penyediaan ruang belajar; penggunaan fasilitas ICT; penggunaan media cetak. (2) Proses Utilisasi Pengetahuan Rotasi pekerjaan antar staff; diskusi formal; melibatkan staff dalam pemecahan masalah. (3) Proses Adaptasi Pengetahuan Meninjau ulang pada implementasi praktek baru; mendorong staff memberikan ide-ide baru; mengelola perubahan dengan menggunakan ahli change management. (4) Proses Distribusi Pengetahuan Menciptakan community of practice (CoP); mendorong staff untuk mendokumentasi pengetahuan baru; mendorong budaya berbagi pengetahuan di organisasi. (5) Proses Penciptaan Pengetahuan Mendorong staff untuk ikut memecahkan masalah praktikal; mendorong perilaku inovatif dari staff; mengimplementasikan sistem penghargaan (reward) untuk inovasi-inovasi dan solusi praktikal. II. 3. Teknologi Informasi KMS Teknologi informasi merupakan teknologi terbaik untuk melakukan proses sharing, sebagai aplikasi, proses validasi dan pendistribusian pengetahuan, terutama pengetahuan yang eksplisit. Menurut Amrit Tiwana (2000) tantangan paling mendasar adalah memberikan batasan pada sumber daya yang tersedia berkaitan dengan pengetahuan mana yang harus dieksplisitkan dan pengetahuan mana yang harus tetap dibiarkan menjadi pengetahuan tacit. Sehingga dapat diasumsikan bahwa penggunaan teknologi informasi bukan merupakan faktor penentu KM. Selaras dengan yang dikatakan oleh Amrit Tiwana (2000), bahwa

9 18 arsitektur sistem manajemen pengetahuan harus dipandang sebagai pemungkin (enabler) KM dan bukan sebagai solusi lengkap untuk penerapan KM. Teknologi informasi KMS terdiri dari beberapa sub komponen yaitu : 1. Repositories : repositori berfungsi sebagai media penyimpanan pengetahuan formal maupun pengetahuan informal. Platform pengetahuan dapat terdiri dari beberapa media penyimpanan. Berikut beberapa contoh pengetahuan yang harus tersimpan di dalam media penyimpanan pengetahuan, antara lain : a. Pengetahuan deklaratif seperti konsep-konsep penting dan signifikan, kategori, definisi dan asumsi-asumsi. b. Pengetahuan prosedural seperti proses-proses, urutan aktivitas dan aksiaksi. c. Pengetahuan kausal seperti alasan-alasan pembuatan keputusan, alasan penolakan keputusan dan alternatifnya. d. Konteks keputusan keadaan, asumsi-asumsi, hasil dari asumsi tersebut, dan pengetahuan informal seperti klip video, anotasi, catatan-catatan dan percakapan. 2. Collaborative platform : berfungsi sebagai media komunikasi yang bertujuan untuk mempermudah proses transformasi pengetahuan. Platform kolaborasi sejalan dengan layanan jaringan komunikasi dan perangkat keras jaringannya, berfungsi menyediakan jalur untuk memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan, konteks-konteksnya, dan sebagai media percakapan antar anggota organisasi. 3. Networks : Jaringan berfungsi untuk mendukung proses komunikasi dan percakapan. Jaringan ini meliputi perangkat keras jaringan seperti leases line, intranet, ekstranet dan perangkat lunak jaringan. (Tiwana, 2000)

10 19 Menurut Tiwana (2000) aplikasi KMS terdiri dari tujuh lapisan. Lapisan-lapisan ini diintegrasikan melalui teknologi internet. Ilustrasi dari setiap lapisan tersebut disajikan pada gambar II-2. Interface Layer Web Client Acces and Authentication Layer Authentication, Recognition, Security, Firewall Tunneling Collaborative Filtering and Intelligence Intelligent Agent Tools, Content Personalization, Search, Indexing, and Metatagging Application Layer Skills directories, Yellow Pages, Collaborative work tools, Video Conferencing, Digital Whiteboards, Electronic Forums, Rationale Capture tools, DSS Tools Transport Layer Web and TCP IP, streaming audio, document exchange, Video Tranport, VPN Core, dan POP/SMTP Support Middleware and legacy Integration Layer Wrapper Tools (e.g. TCL/TK or scripts to integrate legacy pr cross paltform data) Repositories System Legacy Data Warehouse Discussion Forums Document Bases Others Gambar II-2. Lapisan Knowledge Management System (diadopsi dari Tiwana, 2000) II. 4. Organisasi Pembelajar Quinn dalam Tjakraatmadja (2006) menjelaskan organisasi cerdas sebagai organisasi yang mampu mengembangkan keunggulannya secara berkelanjutan, dari kegiatannya yang berbasis pada pengetahuan dan pelayanan, dengan mengandalkan kekayaan intelektualnya. Nilai perusahaan akan meningkat secara berkelanjutan, jika setiap anggota dari organisasi tersebut, baik sebagai individu maupun secara bersama-sama mau dan mampu menumbuhkembangkan pengetahuan yang dimilikinya, untuk memaksimumkan manfaat dari keberadaan teknologi yang dimilikinya, atau mampu memberi respon pada kebutuhan pelanggan secara lebih kreatif. Nilai perusahaan merupakan hasil atau akibat dari kemampuan organisasi pembelajar untuk mengangkat dan memberdayakan

11 20 kompetensi pekerja sebagai bibit unggul untuk membangun modal maya organisasi yang bersifat unik, karena modal maya organisasi yang dihasilkan para pekerjanya tidak mudah ditiru oleh organisasi pesaing. Learning organization (LO) memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membangun pengetahuan organisasi, melalui proses transformasi pengetahuan dari kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi (human capital) atau melalui proses berbagi pengetahuan. Organisasi pembelajar mampu memotivasi seluruh anggota organisasi untuk mau dan mampu memperbaiki perilaku sehariharinya, yang terefleksi dalam perbaikan paradigma (cara pandang dan cara berpikir), maupun peningkatan kecerdasan (keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual) serta perluasan wawasan anggota organisasinya (Tjakraatmadja, 2006). Kemampuan koordinasi kerja serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kerja melalui proses berbagi pengetahuan dan memecahkan berbagai permasalahan secara bersama disetiap langkah proses produksi, merupakan landasan dari keberhasilan sebuah organisasi pembelajar. Peter Senge dalam Tjakraatmadja (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar membutuhkan lima disiplin belajar sebagai berikut : 1. Disiplin Personal Mastery. Disiplin yang mendorong sebuah organisasi untuk terus menerus belajar bagaimana menciptakan masa depannya, yang hanya akan terbentuk jika individu-individu anggota organisasi mau dan mampu terus belajar menjadikan dirinya sendiri sebagai seorang master di bidang ilmunya. Disiplin personal mastery terbentuk dicirikan oleh tumbuhnya keterampilan-keterampilan individual para anggota organisasi untuk melakukan kontemplasi (refleksi) diri; keterampilan untuk memahami akan kelebihan dan kelemahan kompetensi intelektual, emosional maupun sosial dirinya; serta keterampilan untuk melakukan revisi atas visi pribadinya, dan kemudian keterampilan untuk membangun kondisi kerja yang sesuai dengan keadaan organisasinya.

12 21 2. Disiplin berbagi visi. Organisasi pembelajar membutuhkan visi bersama, visi yang disepakati oleh seluruh anggota organisasinya. Visi bersama ini akan menjadi kompas dan sekaligus pemicu semangat dan komitmen untuk selalu bersama, sehingga menumbuhkan motivasi kepada anggota organisasi untuk belajar dan terus belajar meningkatkan kompetensinya. Keterampilan untuk menyesuaikan antara visi pribadi dengan visi organisasi, serta keterampilan berbagi visi agar mencapai tujuan pribadi yang terkandung dalam visi bersama organisasi, merupakan disiplin individual yang dibutuhkan untuk membangun disiplin berbagi visi. Artinya untuk menumbuhkan komitmen dan performansi yang tinggi dari anggota organisasi, harus dimulai dari adanya visi bersama. Tanpa adanya visi bersama, proses pembelajaran organisasional hanya akan terjadi pada saat organisasi mengalami krisis. Setelah krisis lewat/usai, organisasi pembelajar akan kembali berhenti, dan sikap serta perilaku para anggota organisasi akan kembali pada kebiasaankebiasaan lamanya. 3. Disiplin Model Mental. Organisasi akan mengalami kesulitan secara akurat mampu melihat berbagai realitas yang ada, jika para anggota organisasi tidak mampu merumuskan asumsi serta nilai-nilai yang tepat untuk digunakan sebagai basis cara berpikir maupun cara memandang berbagai permasalahan organisasi. Keterampilan untuk menemukan prinsip-prinsip dan nilai bersama, serta tumbuhnya semangat berbagi nilai untuk menumbuhkan keyakinan bersama sehingga menguatkan semangat dan komitmen kebersamaan, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun model mental organisasi. 4. Disiplin Pembelajaran Tim. Disiplin pembelajaran tim akan efektif jika para anggota kelompok tersebut memiliki rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk dapat bertindak sesuai dengan rencana bersama. Kemampuan untuk bertindak merupakan prasyarat untuk menciptakan nilai tambah organisasi, karena rencana tanpa diikuti tindakan nyata, merupakan ilusi belaka. Masalahnya, kemampuan untuk bertindak sesuai dengan rencana sering terhambat hanyalah karena tidak mampu berkomunikasi dan

13 22 berkoordinasi secara benar dengan pihak lain. Untuk itu, kemampuan untuk membangun ikatan emosional, semangat berdialog, keterampilan bekerjasama secara tim, kemampuan belajar dan beradaptasi, serta usaha untuk meningkatkan partisipasi, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun disiplin pembelajaran tim. 5. Disiplin berpikir sistemik. Disiplin berpikir sistemik, berfungsi untuk melengkapi disiplin bagaimana anggota organisasi belajar, yaitu disiplin untuk memahami apa yang sebenarnya dipelajarinya. Faktor utama dari konteks pembelajaran dalam organisasi kontemporer adalah bagaimana anggota organisasi dapat memahami kompleksitas permasalahan yang terjadi disekitarnya, serta mampu berperan serta dalam menciptakan perubahan yang berarti dan bermanfaat untuk mempertahankan kemampuan hidup organisasi kontemporer. Untuk itu, Peter Senge melengkapi keempat disiplin belajar diatas dengan disiplin berpikir sistemik, yaitu keterampilan untuk memahami struktur hubungan antara berbagai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi eksistensi organisasi, keterampilan untuk berpikir integratif dan tuntas, keterampilan untuk berpikir komprehensif, serta keterampilan untuk membangun organisasi yang adaptif, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun disiplin belajar sistemik. (Peter Senge dalam Tjakraatmadja, 2006) Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses belajar organisasional dimulai dengan proses transformasi pengetahuan dari disiplin personal mastery (sebagai hasil dari belajar individual) menjadi disiplin tim pembelajar (sebagai hasil proses belajar tim/organisasional). Proses transformasi pengetahuan dari proses belajar individual menjadi belajar organisasional terjadi melalui jalur disiplin model mental, berbagi visi dan berpikir sistemik; dimana berbagi visi, berbagi model mental dan berbagi pengetahuan sebagai mekanismenya dan berpikir sistemik sebagai kerangka integratornya (Tjakraatmadja, 2006). Gambar II-3 mengilustrasikan hubungan antar disiplin organisasi pembelajar.

14 23 Disiplin Berbagi Visi Disiplin Personal Mastery Disiplin Berpikir Sistemik Disiplin Tim Pembelajar Disiplin Model Mental Gambar II-3. Hubungan Antar disiplin Organisasi Pembelajar (Tjakraatmadja, 2006) II. 5. Enabler Conditions Enabler conditions yang dimaksudkan disini adalah kondisi yang memungkinkan terjadinya proses penciptaan pengetahuan dimana proses penciptaan pengetahuan melalui lima tahapan yaitu (Sangkala, 2007) : 1. Berbagi pengetahuan tacit 2. Penciptaan konsep 3. Penilaian Konsep 4. Membangun prototipe 5. Penyebaran pengetahuan Penciptaan pengetahuan ini berbeda dengan proses pengumpulan data ataupun proses pembentukan informasi dimana data dan informasi akan memiliki makna jika dikaitkan dengan konteks tertentu. Proses penciptaan pengetahuan ini sangat bergantung kepada situasi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Disinilah pentingnya organisasi untuk menciptakan atau menyediakan kondisi yang memungkinkan anggota organisasi dengan mudah terdorong dan termotivasi menciptakan pengetahuan. Enabler conditions setidaknya dapat dipicu oleh tiga faktor utama, yaitu orang (sosial), organisasi dan teknologi (Sangkala, 2007). Ketiga faktor utama ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam proses penciptaan pengetahuan dimana orang-orang didalam organisasi saling berkolaborasi untuk menciptakan pengetahuan dan teknologi sebagai fasilitatornya.

15 24 II Kondisi Sosial Dalam KM, orang atau anggota organisasi memiliki peranan yang paling penting dimana anggota organisasi dianggap sebagai modal utama atau knowledge worker. Tujuan manajemen pengetahuan adalah untuk menggali pengetahuan tacit dari setiap anggota organisasi. Kondisi sosial yang seharusnya tercipta dan dibangun terus menerus oleh organisasi untuk mendorong penciptaan pengetahuan, yaitu : a. Perhatian Dalam konteks organisasi perhatian memiliki makna hangat, kepentingan murni dari seorang anggota organisasi dengan anggota organisasi lainnya, memberikan perhatian dan membantu anggota organisasi lain kapan dibutuhkan, serta merangsang orang lain untuk tumbuh dan berkembang. b. Penilaian Untuk dapat berbagi dan mentransfer pengetahuan serta pengalamannya orang membutuhkan rangsangan dan motivasi, selain itu orang juga membutuhkan insentif untuk berpartisipasi dalam proses penciptaan pengetahuan. c. Pemberdayaan Pemberdayaan dimaksudkan sebagai keterlibatan orang-orang dalam perubahan yang akan mempengaruhi mereka. Nonaka & Takeuchi percaya bahwa pemberdayaan dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam menciptakan pengetahuan. d. Kepercayaan Kepercayaan merupakan dasar utama yang diperlukan dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Oleh karena itu, kepercayan merupakan prasyarat bagi setiap orang untuk berbagi ide-ide, informasi dan pengetahuan. e. Otonomi Otonomi atau kondisi yang memungkinkan anggota karyawan untuk bergerak secara otomatis sejauh yang dimungkinkan. Kondisi otonomi ini memungkinkan anggota organisasi termotivasi untuk menciptakan pengetahuan.

16 25 f. Pengungkitan kompetensi Kompetensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas-tugasnya. Pengungkitan kompetensi dapat merangsang terjadinya berbagi pengetahuan karena penciptaan keterampilan dan transfer pengetahuan didorong dengan kesadaran. g. Pekerja atau aktivis pengetahuan Pekerja pengetahuan adalah pimpinan proyek penciptaan pengetahuan. Pekerja pengetahuan membangun dan memelihara program penciptaan dan pendistribusian pengetahuan kepada anggota organisasi dan mengawasi kualitas dan keutuhan komponen pengetahuan. (Sangkala, 2007) II Kondisi Organisasi Proses penciptaan pengetahuan selain ditentukan oleh kondisi sosial, juga sangat ditentukan oleh kondisi organisasi. Kondisi organisasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah organisasi pembelajar (Learning Organization). Organisasi yang memiliki karakter pembelajar menjadi penting karena organisasi pembelajar yang akan mampu melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru. Organisasi pembelajar akan memiliki kemampuan memperbaiki dan meningkatkan adaptibilitas serta kapasitasnya dalam memenuhi tuntutan lingkungan (Sangkala, 2007). Dengan menerapkan organisasi pembelajar organisasi lebih siap dalam menghadapi kondisi yang serba tidak menentu dan persaingan yang ketat pada era pengetahuan saat ini. Manfaat-manfaat yang didapatkan dari organisasi pembejalar ini antara lain (Triyono, 2008) : 1. Lebih siap mengantisipasi dan beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan. 2. Mempercepat pengembangan produk, proses dan layanan baru. 3. Menjadi lebih pintar dalam belajar dari pesaing dan kolaborator. 4. Melakukan transfer pengetahuan. 5. Belajar lebih efektif dari kesalahan-kesalahan. 6. Memperpendek waktu yang diminta. 7. Peningkatan berkesinambungan disemua area organisasi.

17 26 Quinn dalam Tjakraatmadja (2006) menjelaskan organisasi cerdas sebagai organisasi yang mampu mengembangkan keunggulannya secara berkelanjutan, dari kegiatannya yang berbasis pada pengetahuan dan pelayanan, dengan mengandalkan kekayaan intelektualnya. Nilai perusahaan akan mencapai peningkatan secara berkelanjutan, jika setiap anggota dari organisasi tersebut, baik secara individu maupun bersama-sama mau dan mampu menumbuhkembangkan pengetahuan yang dimilikinya, atau mampu memberi respon kepada pelanggan secara lebih kreatif. II Kondisi Teknologi Tujuan utama teknologi informasi dan komunikasi dalam memfasilitasi proses berbagi dan penciptaan pengetahuan adalah untuk menghubungkan orang dengan orang lain atau untuk mengeksplisitkan pengetahuan tacit. Tujuan penciptaan atau penyediaan kondisi teknologi dibagi dalam tiga dimensi yang saling terkait, yaitu : a. Untuk memiliki informasi dan mengeksplisitkan komponen pengetahuan secara online, tersusun dan terpetakan, dengan mudah diakses dan secara akurat ditemukan untuk digunakan oleh seluruh pengguna di dalam situasi yang menekankan pada sisi pengetahuan eksplisit. b. Untuk meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi antar individu, tim atau kelompok untuk mentransfer pengetahuan dari pihak yang memiliki pengetahuan kepada pihak yang membutuhkan. Dimensi kedua ini lebih menekankan pada sisi pengetahuan tacit. c. Untuk menawarkan satu bentuk petunjuk kepada pihak lain mengenai keahlian tertentu atau merupakan satu dokumen yang menjelaskan pengetahuan. Dimensi ini ditekankan pada kedua jenis pengetahuan, baik itu merupakan pengetahuan eksplisit maupun pengetahuan tacit. Kondisi teknologi ini berkaitan penyediaan infrastruktur yang terkait dalam proses penciptaan pengetahuan. Berbagai bentuk teknologi informasi dan komunikasi tersebut dalam membantu aktifitas KM antara lain internet, intranet, groupware, dan berbagai program aplikasi lainnya (Sangkala, 2007).

18 27 II. 6. Teori Pendukung Teori pendukung menjelaskan teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian yang ditujukan untuk menulis tesis. Teori pendukung ini meliputi teori analogi, strategi penelitian, metode Delphi dan teori sistem informasi yang ditujukan sebagai bahan kajian untuk melakukan proses analogi antara konsep SI dengan konsep KM. II Teori Analogi Analogi adalah suatu proses yang merujuk pada kemiripan-kemiripan tertentu antara dua hal berbeda yang mendukung penarikan kesimpulan lebih lanjut (Gartner, D. dalam Iskandar, 2007). Kegunaan analogi dalam kehidupan manusia ternyata sangat besar, terutama dalam hal pemecahan masalah, pembelajaran dan kreativitas (Keane, M. T. dalam Iskandar, 2007). II Proses Analogi Proses analogi dapat dibagi menjadi beberapa langkah, yakni acces/retrieval, mapping, inference, dan learning (Holyoak, K.J. dalam Iskandar, 2007). Access atau retrieval terjadi ketika pelaku analogi mengingat sesuatu yang memiliki kemiripan dengan situasi yang sedang dihadapi. Setelah menemukan sesuatu dalam ingatannya yang cocok untuk dijadikan analogi, maka pelaku akan memetakan (mapping) antara situasi sebenarnya (target analog) dengan apa yang telah dikenalnya (source analog). Berdasarkan pemetaan tersebut, maka kemudian ditarik kesimpulan (interference) yang akhirnya menjadi bagian dari proses learning pelaku analogi itu. II Prasyarat Analogi Tidak sembarang hal dapat dianalogikan dengan sembarang hal yang lain, karena ada sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prasyarat- prasyarat itu adalah : kemiripan (similarity), struktur (structure), dan tujuan (purpose) (Holyoak, K.J. dalam Iskandar, 2007). Pertama harus ada kemiripan antara source analog dengan target analog. Kemiripan ini dapat terjadi pada tingkat abstraksi yang manapun : kemiripan secara fisik, secara relasional, secara historis, dan lainlain. Langkah kedua harus ada kesamaan struktur antara source analog dengan

19 28 target analog, disebut juga isomorphism. Hal inilah yang harus dibuktikan dengan pemetaan satu-ke-satu. Langkah ketiga, pemikiran secara analogi juga dipengaruhi oleh tujuan (purpose) orang yang melaksanakannya. Dengan perkataan lain, apa yang diharapkan dapat diperoleh dari analogi tersebut akan mempengaruhi source analog yang dianggap sesuai. Pemenuhan prasyaratprasyarat analogi memastikan kemungkinan terjadinya proses analogi, dimana suatu solusi dibidang tertentu dapat diterapkan pada bidang yang lain, yang secara sepintas, berbeda sama sekali. II Strategi Penelitian Strategi penelitian ini berfungsi untuk menentukan strategi pengumpulan data yang akan digunakan. Menurut Yin, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan strategi penelitian, yaitu : a. tipe pertanyaan penelitian yang diajukan, b. luas kontrol yang dimiliki oleh peneliti atas peristiwa perilaku yang akan diteliti, b) fokusnya terhadap peristiwa kontemporer (masa kini) sebagai kebalikan dari peristiwa historis Tabel II-1 berikut menyajikan ketiga kondisi ini dalam setiap kolomnya dan menunjukkan bagaimana masing-masing berkaitan dengan lima strategi utama penelitian (eksperimen, survei, analisis arsip, historis, dan studi kasus) Tabel II-1. Situasi-situasi relevan untuk strategi yang berbeda (sumber : Yin, 1996) Strategi Penelitian Eksperimen Survei Analisis Arsip Historis Studi Kasus Bentuk Pertanyaan Penelitian Bagaimana, Mengapa Siapa, Apa, dimana, berapa banyak Siapa, Apa, dimana, berapa banyak Bagaimana, Mengapa Bagaimana, Mengapa Membutuhkan kontrol terhadap peristiwa Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Fokus terhadap peristiwa kontemporer Ya Ya Ya/Tidak Tidak Ya

20 29 Penulisan tesis ini ditujukan untuk merancang arsitektur KMS serta perumusan strategi peningkatan proses pengelolaan pengetahuan (sub bab I.3). Perancangan arsitektur KMS serta perumusan strategi peningkatan proses pengelolaan pengetahuan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada sub bab I.2 butir tiga yaitu bagaimana menerapkan knowledge management system pada organisasi, karena fokus penelitian adalah terkait dengan pertanyaan bagaimana, maka ada tiga kemungkinan strategi penelitian yang dapat digunakan yaitu eksperimen, historis dan studi kasus. Perbedaan lebih lanjut antara strategi historis, eksperimen dan studi kasus adalah keluasan kontrol dan akses yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa-peristiwa perilaku yang akan diteliti. Metode historis merupakan strategi yang lebih dikehendaki bilamana kontrol dan akses sungguh-sungguh tidak ada. Umumnya penelitian historis digunakan pada penelitian sejarah. Untuk studi kasus kelebihan tampak bilamana pertanyaan bagaimana diarahkan keserangkaian peristiwa kontemporer (masa kini) dan penelitinya hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana, dimana peran akuisisi, utilisasi, adaptasi, distribusi dan generasi pengetahuan berfungsi sebagai variabel yang akan di teliti. Peneliti tidak memiliki kontrol atau tidak memiliki akses penuh terhadap pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan pada organisasi tempat studi kasus. Penelitian ini akan melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, karena proses pengelolaan pengetahuan sebagai variabel penelitian tidak bisa dimanipulasi. Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukan Yin diatas, maka strategi penelitian yang paling tepat adalah studi kasus. II Metode Delphi Metode Delphi adalah suatu teknik untuk mendapatkan berbagai pandangan dan pendapat tentang suatu objek melalui pengumpulan opini dari suatu kelompok para ahli (Brown, 1968). Metode Delphi digunakan untuk menstrukturkan proses

21 30 komunikasi dalam grup sehingga efektif bagi individu dalam kesatuan grup untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Selain itu, metode Delphi dapat berguna dalam eksplorasi pengembangan teori pada permasalahan kompleks dan lintas disiplin yang mempertimbangkan kecenderungan di masa mendatang. Karakteristik utama dari Metode Delphi adalah adanya inisialisasi kontribusi pandangan para ahli tentang objek yang akan dibahas, umpan balik secara berulang yang memungkinkan responden merevisi jawaban, dan status jawaban tidak disertai identitas respondennya. Pengumpulan pendapat biasanya dilakukan dengan kuesioner yang akan diisi oleh para ahli (responden) sehingga metode ini mencegah konfrontasi dan debat. Para responden juga diwawancara untuk menjelaskan alasan terhadap jawaban yang diberikan. II Rumus Koefisien Kendall Koefisien Kendall digunakan untuk mengetahui tingkat kesepakatan responden. Penghitungan tingkat kesepakatan ini dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Kendall (Field, 2005). Koefisien Kendall dihitung dalam tiga langkah yaitu menghitung total nilai peringkat yang diberikan oleh responden, menghitung nilai peringkat ideal (nilai peringkat jika seluruh responden memberikan jawaban yang seragam), serta menghitung nilai koefisien. Nilai koefisien tingkat kesepakatan ini berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana 0 memiliki makna tidak ada kesepakatan serta 1 memiliki makna kesepakatan penuh. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : n 2 Ss_ Rank_ Total = xi x 1 i=1 n Ss_Max = Ss_Ideal x 2 i=1 2 W = Ss_Rank_Total Ss_Max (3) Keterangan

22 31 Ss_Rank_Total = Total nilai peringkat yang diberikan oleh responden Ss_Max = Total nilai peringkat jika seluruh responden memberikan nilai peringkat yang sama Ss_Ideal = Penyebaran nilai peringkat jika seluruh responden memberikan nilai peringkat yang sama W = Koefisien tingkat kesepakatan N = Jumlah Aktivitas i = Nomor Aktivitas x = Total nilai peringkat seluruh responden untuk masing-masing aktivitas X = Rata-rata total nilai peringkat responden untuk seluruh Aktivitas II Konsep Sistem Informasi (SI) Penjelasan konsep sistem informasi ini ditujukan sebagai bahan kajian konsep sistem informasi yang dibutuhkan pada proses analogi antara konsep sistem informasi dengan konsep KM. Penjelasan konsep SI ini meliputi pengertian sistem informasi dan metode pengembangan sistem informasi II Pengertian Sistem Informasi (SI) Dalam buku Information Technology for Management, Turban (2007) mendefinisikan SI sebagai berikut : Sistem informasi merupakan proses pengumpulan data untuk diproses menjadi informasi, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi untuk tujuan tertentu. Komposisi dari sistem informasi umumnya sama yaitu terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, prosedur dan manusia. (Turban dkk, 2007). Sejalan dengan definisi dari Turban, The UK Academy Of Information System (UKAIS), mendefinisikan SI sebagai berikut : sistem informasi dapat didefinisikan sebagai dimana manusia (people) dan organisasi memanfaatkan teknologi, mengumpulkan, memproses, menyimpan, menggunakan serta menyebarkan informasi. (Ward dan Peppard, 2003).

23 32 Turban (2007) juga menambahkan dalam bukunya mengenai karakter SI sebagai berikut : a) Sistem informasi umumnya dihubungkan dengan jaringan elektronik. Jaringan elektronik tersebut bisa dihubungkan dengan kabel atau tanpa kabel (wireless). Sistem informasi dapat menghubungkan seluruh komponen organisasi maupun beberapa organisasi(multiple organizations). b) Sistem informasi dibangun untuk satu atau beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk memproses data menjadi informasi maupun pengetahuan secara ekonomis. c) Arsitektur teknologi informasi merupakan pedoman untuk melaksanakan operasi saat ini dan sebagai cetak biru untuk pengembangan dimasa yang akan datang. Penciptaan arsitektur teknologi infomasi merupakan proses yang berkelanjutan, yang diarahkan oleh arsitektur bisnis organisasi. II Metode Pengembangan Sistem Informasi (SI) Sebelum dapat mengusulkan tahapan pengembangan KM, ada baiknya terlebih dahulu untuk memahami esensi dari tahapan pengembangan SI. Menurut Alter (2001) dalam buku Information System Foundation of E-Business mengatakan, pada umumnya tahapan pengembangan SI melibatkan empat fase yaitu initiation, development, implementation, operation and maintenance (Alter, 2001). Gambar II-4 mengilustrasikan tahapan-tahapan pengembangan SI serta hasil dari setiap fase. Penjelasan untuk setiap fase pengembangan ini adalah sebagai berikut : (1) Initiation Inisiasi adalah proses menentukan kebutuhan perubahan pada sistem kerja yang berjalan saat ini, mengidentifikasi orang-orang yang harus terlibat dan tugas masing-masing, dan menjelaskan dalam bentuk yang mudah dimengerti bagaimana perubahan dari sistem kerja dan bagaimana SI dapat mendukung sistem kerja yang baru. Fase ini juga mengidentifikasi kemungkinan terjadinya permasalahan atau kesempatan baru yang mungkin dapat diraih dengan perubahan sistem kerja ini.

24 33 (2) Development Development adalah proses membangun atau menentukan kebutuhan terhadap perangkat keras penunjang, perangkat lunak, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan disamping sumber daya yang berkaitan dengan teknologi informasi. Fase ini dimulai dengan menentukan secara cermat bagaimana bagian-bagian yang berhubungan dengan teknologi informasi maupun bagian diluar teknologi informasi akan dioperasikan, (3) Implementation Implementasi adalah proses membuat sistem kerja baru atau mengimprovisasi operasional sistem kerja dalam organisasi. Aktifitas implementasi ini meliputi perencanaan, pelatihan user dan mengkomunikasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam SI dan sistem kerja yang baru, (4) Operation and maintenance Fase operasi dan perawatan adalah fase berjalannya SI yang baru dan melakukan evaluasi terhadap SI baru, bertujuan untuk menyempurnakan SI yang baru. Initaition Pernyataan Permasalahan Dan bagaimana SI dapat memberikan Solusi Perubahan dalam tujuan, Ruang lingkup, Atau jadwal Development Program sudah berjalan Pada komputer ditambah dengan Dokumentasi user dan prosedure Realisasikan perubahan SI Sebelum fase implementasi dapat diselesaikan Implementation Sistem Informasi berjalan Sebagai bagian Dari Proses Bisnis Realisasikan implementasi Yang perlu diperbaiki Operation And Maintenance Gambar II-4. Tahapan Pengembangan SI [Steven Alter, 2001]

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Dalam buku The Third Wave, Alvin toffler dalam Triyono (2008) menyatakan sejarah perkembangan peradaban manusia dibagi dalam tiga era, yaitu era manual, era mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Implementasi Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Implementasi Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Implementasi Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami bagaimana cara penerapan atau implementasi knowledge management terhadap perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Definisi Pengetahuan

Pendahuluan. 1. Definisi Pengetahuan Pendahuluan Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangat berbeda dengan belajar dimasa lalu. Semua orang dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat,mudah dan menyenangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang

Bab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian, faktor yang menonjol

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

Arsitektur Knowledge Management

Arsitektur Knowledge Management Arsitektur Knowledge Management Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom, M.Eng Tujuan & Definisi Arsitektur KM Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengetahuan. Dalam membicarakan pengetahuan sangatlah abstrak, karena pengetahuan mempunyai arti yang sangat dalam dan lebih luas dari data atau informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. 2.1 Knowledge Knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis sebagai akibat dari efek globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku bisnis menemukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan membahas mengenai organizational learning. 2.1 Organizational Learning 2.1.1 Definisi Organizational Learning Organizational Learning adalah organisasi

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi diwarnai dengan meningkatnya informasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan informasi menuntut perusahaan untuk memiliki Sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem 1. Sistem menurut O Brien (1997, p18), adalah sekumpulan komponen yang berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan sebenarnya sudah diterapkan sejak ratusan tahun lampau (Hansen, 1999). Dahulu orang-orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang

Lebih terperinci

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

Pengantar. Sekilas E-Bisnis. Fungsi E-Bisnis. Komponen-komponen E-Bisnis. Hubungan E-Bisnis dengan E-Commerce

Pengantar. Sekilas E-Bisnis. Fungsi E-Bisnis. Komponen-komponen E-Bisnis. Hubungan E-Bisnis dengan E-Commerce Pengantar Sekilas E-Bisnis E-bisnis menghubungkan semua karyawan, pelanggan, pemasok, dan stakeholders lainnya tanpa pandang wilayah geografis. E-bisnis pakai standar data elektronik umum dan otomatisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas i Pasundan Caca E Supriana S Si MT Caca E. Supriana, S.Si., MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id Kantor virtual 2 Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 95 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis dan deskripsi data hasil penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Peta potensi Learning Organization di BPSDM Hukum dan HAM

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS

PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh TEUKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komputer. Hampir dapat dipastikan semua kegiatan manusia melibatkan komputer, seperti sekolah,

Lebih terperinci

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Drucker (1997), pengetahuan penting untuk meningkatkan produktivitas serta harus diperhatikan dan di kelola. Sejalan dengan hal tersebut maka Brown dan Duguid

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut

Lebih terperinci

Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar Knowledge and Innovation MM5001

Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar Knowledge and Innovation MM5001 Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar Knowledge and Innovation MM5001 By E. Teguh Suryadi (29112135) YP47B Lecturer: Prof. Jann Hidajat Tjakraarmadja Rudy Bekti., Ir. MM. Benny S. Gunawan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan berfungsi mewujudkan bagaimana suatu organisasi dapat meningkatkan sumber daya informasi serta pengetahuannya dengan mencari, mengingat

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

Kata kunci : Sistem Manajemen Pengetahuan, Prototipe, Kolaborasi.

Kata kunci : Sistem Manajemen Pengetahuan, Prototipe, Kolaborasi. ABSTRAK Ketatnya persaingan bisnis belakangan ini, mendorong perusahaan untuk selalu bekerja keras sebagai usaha dalam menyesuaikan terhadap perubahan bisnis yang ada. Salah satu cara agar dapat bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahwish Waheed, dkk dari International Islamic University Pakistan tahun 2011. Dalam tulisan

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN Munirul Ula, Muhammad Sadli Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6016 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 9) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Rekayasa Ulang Proses Bisnis Definisi rekayasa ulang menurut Hammer & Champy (1993) adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat dan informasi yang ada di sekitar kita juga semakin banyak. Maka dengan adanya informasi tersebut dapat

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Agar mahasiswa mengerti perangkat manajemen pengetahuan apa saja yang dapat diterapkan

Lebih terperinci

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terusmenerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

Lebih terperinci

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI SATRIYO ADHY Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang satriyo@undip.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Globalisasi perdagangan, berkembangnya ekonomi informasi, dan tumbuhnya Internet dan jaringan komunikasi global lainnya telah mengangkat peran sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka setiap perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS AMIK BSI PURWOKERTO)

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS AMIK BSI PURWOKERTO) Penerapan Management pada Perguruan Tinggi PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS AMIK BSI PURWOKERTO) Endang Retnoningsih, Diyah Putri Utami AMIK BSI Tegal Jl. Sipelem No.22

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi perusahaan. Membuat suatu inovasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Data, Informasi dan Knowledge Data, informasi dan knowledge pada dasarnya saling terhubung satu sama lainnya, dalam knowledge pyramid, data adalah fakta-fakta dari suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1 Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dalam era globalisasi terjadi dengan sangat cepat. Kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan(knowledge) semakin

Lebih terperinci

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) Oleh: Drs. Muniri, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Tulungagung Kaderisasi merupakan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari PENGEMBANGAN SISTEM Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SISTEM Kebutuhan Pengembangan g Sistem Terstruktur Proses Konstruksi Sistem 1. Mengidentifikasi masalah besar TI untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah baru yang kompleks timbul dengan tiada henti-hentinya dalam suatu organisasi. Metode pemecahan masalah yang dimasa lalu untuk dapat menyajikan informasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Seorang manusia memiliki dorongan dan tidak

Lebih terperinci

Decision Support System (DSS)

Decision Support System (DSS) Decision Support System (DSS) source : http://nextgeneration.web.id/?p=48 Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut membuat berbagai keputusan yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang semakin kompleks.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era perdagangan bebas, saat ini persaingan dunia usaha dan perdagangan semakin kompleks dan ketat. Hal tersebut tantangan bagi Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan) Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan) Literature Review Vebri Naldo Madawara (912014051) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

MENUJU TATA KELOLA TIK YANG LEBIH BAIK Sekilas Cetak Biru TIK Kementerian PUPR Oleh: Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI, PUSDATIN)

MENUJU TATA KELOLA TIK YANG LEBIH BAIK Sekilas Cetak Biru TIK Kementerian PUPR Oleh: Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI, PUSDATIN) MENUJU TATA KELOLA TIK YANG LEBIH BAIK Sekilas Cetak Biru TIK Kementerian PUPR Oleh: Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI, PUSDATIN) Kenapa Cetak Biru TIK Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi

Lebih terperinci

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG Saat ini kita hidup di jaman inovasi (Janszen,2000) dimana inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI KOLEKSI DIGITAL (FORMAT VIDEO) SEBAGAI TRANSFORMASI DAN PENGETAUAN. Tri Sagirani Perpustakaan STMIK Surabaya tri.sagirani@gmail.

TEMU KEMBALI KOLEKSI DIGITAL (FORMAT VIDEO) SEBAGAI TRANSFORMASI DAN PENGETAUAN. Tri Sagirani Perpustakaan STMIK Surabaya tri.sagirani@gmail. TEMU KEMBALI KOLEKSI DIGITAL (FORMAT VIDEO) SEBAGAI TRANSFORMASI DAN PENGETAUAN Tri Sagirani Perpustakaan STMIK Surabaya tri.sagirani@gmail.com ABSTRAK Salah satu layanan yang dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Teknologi Informasi Arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Pertemuan 3 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi Tujuan : 1. Memahami metodologi pengembangan sistem (System Development) yang sesuai untuk sebuah proyek. 2. Memahami tugas-tugas yang perlu dilaksanakan

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi serta kompleksitas yang dinamis membawa konsekuensi kepada perubahan lingkungan strategik serta tuntutan pada stakeholder penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang memberikan kemungkinan hidup, perkembangan dan memperlancar

BAB I PENDAHULUAN. penting yang memberikan kemungkinan hidup, perkembangan dan memperlancar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan informasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu unsur penting yang memberikan kemungkinan hidup, perkembangan dan memperlancar kegiatan di dalamnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci