Kuadrat Umum. Modul Kuadrat Bilangan 2 Angka. 1.1 Pangkat Dua atau Kuadrat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kuadrat Umum. Modul Kuadrat Bilangan 2 Angka. 1.1 Pangkat Dua atau Kuadrat"

Transkripsi

1 Modul 1 Kuadrat Umum 1.1 Pangkat Dua atau Kuadrat Pangkat dua atau kuadrat adalah perkalian dari 2 buah bilangan yang sama. Pangkat 2 atau kuadrat dilambangkan dengan angka 2 yang posisinya agak naik ke atas. Contoh: 1 2 = 1 x 1 = = 2 x 2 = = 3 x 3 = = 4 x 4 = = 5 x 5 = = 6 x 6 = = 7 x 7 = = 8 x 8 = = 9 x 9 = 81 Penting: Kuadrat dari bilangan yang terdiri dari satu angka bilangan pokok selalu menghasilkan bilangan yang paling banyak terdiri dari 2 angka. Sebagai contoh angka paling besar adalah 9 yang jika dikuadratkan menjadi 81 (2 angka). Hasil kuadrat satu angka kadang ditulis dengan format 2 angka dengna menambahkan angka nol di depan. Sebagai conoth 1 2 = 01, 2 2 = 04, 3 2 = Kuadrat Bilangan 2 Angka Dengan mengetahui sifat kuadrat (dan perkalian) di atas maka bisa diketahui bahwa hasil kuadrat 2 angka selalu menghasilkan bilangan yang paling banyak terdiri dari 4 angka. Hasil 3 angka boleh ditulis dengan menambah angka nol di depan. Contoh: 10 2 = 0100, 12 2 = 0144, 13 2 = Keunikan kuadrat Bilangan 2 Angka Kuadrat dari bilangan yang terdiri dari 2 Angka dapat dihitung dengan cara berikut: Contoh: 1. Kuadratkan angka pertama. 2. Kalikan masing-masing angka penyusun yang tertera pada bilangan kuadrat. 3. Kuadratkan angka kedua 12 2 = 1 2 1x2 x = = = 3 2 3x2 x = = 1024 Catatan: Hasil kali bilangan di tengah harus dibagi menjadi 2 angka. Angka 1 2

2 pertama untuk kuadrat bilangan pertama dan angka kedua untuk kuadrat bilangan kedua. Cara yang lebih muydah adalah dengan menuyliskan secara bersusun seperti conoth berikut: 68 2 = 6 2 6x8 x Cobalah = = 9 6 = = x x x x x x x x x x (.. x ) x

3 Kuadrat Bilangan 2 Angka Berakhiran Nol Untuk bilangan kuadrat dengan akhiran nol, kuadratkan angka yang bukan nol, kemudian tambahkan angka nolnya sebangak 2 kali angka nol pada bilangan pokok. Contoh: 10 2 = 1 2 ditambah 2 angka nol = = 2 2 ditambah 2 angka nol = = 3 2 ditambah 2 angka nol = = 4 2 ditambah 2 angka nol = = 5 2 ditambah 2 angka nol = = 6 2 ditambah 2 angka nol = = 7 2 ditambah 2 angka nol = = 8 2 ditambah 2 angka nol = = 9 2 ditambah 2 angka nol = = 2 2 ditambah 4 angka nol = = 3 2 ditambah 4 angka nol = = 4 2 ditambah 4 angka nol = = 5 2 ditambah 4 angka nol = = 6 2 ditambah 4 angka nol = = 7 2 ditambah 4 angka nol = = 8 2 ditambah 4 angka nol = = 9 2 ditambah 4 angka nol = = ditambah 2 angka nol = = ditambah 2 angka nol = = ditambah 2 angka nol = Kuadrat Bilangan 3 Angka Berakhiran Nol Kuadrat berapapun yang berakhiran nol, dapat dihitung dengan mengkuadratkan angka yang bukan nol, kemudian tambahkan angka nolnya sebangak 2 kali angka nol pada bilangan pokok. Contoh: = 1 2 ditambah 4 angka nol =

4 Modul 2 Keunikan 10 dalam Kuadrat dan Perkalian Dari modul pertama, kita sudah tahu kemudahan dari kuadrat dari bilangan yang berakhiran nol. Pada bagian ini, kita akan belajar memanfaatkan kemudahan perkalian nol untuk menghirtung kuadrat berapapun. 2.1 Perkalian 10 dan Kelipatannya Berapakah 12x12? Meski tidak terlalu sulit, tetapi pasti jauh lebih mudah untuk menghitung 10x14 bukan? Demikian juga dengan 24x24. Meski tidak terlalu sulit, tapi pasti lebih mudah menghitung 20x28 dibanding 24x24. Perkalian dengan 10, 20 atau bilangan lain yang diakhiri nol menjadi jauh lebih mudah karena kita hanya mengalikan 1 bilangan bukan nol dan kemudian menambahkan 1 angka nol pada hasil perhitungan. Contoh: 10x14 = 140 karena 1x14=14. Jika ditambahkan satr angka nol pada 14 maka hasilnya adalah x28 = 560 karena 2x28=56, sehingga bila ditambahkan satuangka nol, maka hasilnya adalah 560. Kabar baik tentunya jika kamu diberi tahu bahwa kamu bisa mengubah perkalian atau kuadrat berapapun menjadi perkalian nol sehingga jauh lebih mudah dan cepat. Ingin tahu caranya? Ikuti saja penjelasan berikutnya. 2.2 Kuadrat Bilangan dengan Satuan 1 atau 9 Ada sifat unik perkalian yang sangat jarang diperhatikan dan dibahas. Padahal, keunikan ini dapat sangat membantu kita mempermudah perhitungan. Mari kita lihat contohnya: 2 2 = 1x = 2x = 3x = 4x = 5x7 +1 Dengan memanfaatkan sifat ini maka kita dapat mempermudah perhitungan kuadrat. Meskipun bisa ddigunakan untuk kuadrat dan perkalian apapun, kemudahan terutama dalam menghitung kuadrat dengan satuan 1 atau 9. Sifat ini juga dapat digunakan untuk mempermudah perkalian antar bilangan dengan puluhan sama dan satuan 4 dan Kuadrat dengan Satuan 1 Semua bilangan kuadrat dengan satuan 1 dapat diubah menjadi perkalian 0 dan 2 sehingga menajadi jauh lebih mudah. Contoh: 11 2 = 10x = = 20x = 441 Cobalah: 31 2 = 30 x

5 41 2 x = x x x x x Kuadrat dengan Satuan 9 Jika kuadrat dengan satuan 1 dapat diubah menjadi perkalian 0 dan 2, maka kuadrat dengan satuan 9 dapat diubah menjadi perkalian 8 dan 0. Dengan cara ini, maka perhitungan kuadrat 9 dapat dilakukan dengan lebih mudah. Contoh: 9 2 = 8 x = = 18 x = 361 Cobalah: 29 2 = 28 x x x x x x x x Memanfaatkan Perhitungan Kuadrat untuk Perkalian Masih menggunakan sifat perkalian dan kuadrat yang sama, perhitungan kuadrat dapat digunakan untuk mempermudah perkalian. Caranya adalah dengan memanfaatkan sifat kuadrat dengan akhiran berjumlah 10 atau kuadrat 5. Berikut contohnya: 4x6 = = 25 1 = 24 14x16 = = = x26 = = = x36 = = = x46 = = = x56 = = = x66 = = = x76 = = = x86 = = = x96 = = = x106 = = = x116 = = = x126 = = = Catatan: Kuadrat 5 dapat dihitung dengan cepat karena: 1. Dua angka pertama adalah hasil kali puluhan dengan (puluhan+1). 2. Angka terakhirnya selalu 25 Penjelasan lebih detil tentang hal ini akan diberikan di bagian berikutnya. 9 10

6 2. 4 Cara Cepat Menghitung Kuadrat Meskipun berlaku untuk semua bilangan, penggunaan sifat perkalian yang kita pakai sebelumnya tentunya tidak begitu terasa manfaatnya jika untuk menghitung kuadrat selain yang berakhiran 1 atau 9. Sebagai contoh, menghitung nilai dari 97 2 dengan 96x meski benar tapi tentu saja sama sekali tidak lebih mudah. Kabar baiknya, ada cara lain yang dapat mempermudah perhitungan. Untuk contoh 97 2 misalnya, kita bisa mengubah menjadi beberapa pilihan berikut: 97 2 = 90x atau 97 2 = 100x atau 97 2 = 100x 100 6x Jika kamu hitung menggunakan salah satu cara yang ada, maka hasil akhirnya pasti sama (9409). Begitupun jika kamu menggunakan cara yang lebih umum (9 2 9x7x2 7 2 = = 9049). Kita akan mulai pembahasan dengan cara yang pertama. Untuk dapat menghitung Kuadrat dengan mudah dan cepat, lakukan 3 langkah berikut: Langkah 1: Kurang dan tambah masing-masing bilangan pokok dengan angka yang sama supaya berubah menjadi perkalian 10 atau kelipatan 10 yang lain. Langkah 2: Kuadratkan satuannya saja. Langkah 3: Jumlahkan hasil pada langkah 1 dan langkah 2. Contoh 1: 12 2 kurang dan tambah 2 agar menjadi perkalian 10 Langkah 1: 10 x (12+2) = 140 Langkah 2: 2 2 = 4 + Jumlah 1 dan 2: = 144 Langkah 1: 10 x (13+3) = 160 Langkah 2: 3 2 = 9 + Jumlah 1 dan 2: = 169 Contoh 3: 35 2 kurang dan tambah 5 agar menjadi perkalian 30 Langkah 1: 30 x (35+5) = Langkah 2: 5 2 = 25 + Jumlah 1 dan 2: = Cobalah 14 2 Langkah 1: 10 x ( + ). Langkah 2: 2 + Jumlah 1 dan 2: = Langkah 1: 20 x ( + ). Langkah 2: 2 + Jumlah 1 dan 2: 34 2 Langkah 1: 30 x ( + ). Langkah 2: 2 + Jumlah 1 dan 2: Contoh 2: 13 2 kurang dan tambah 3 agar menjadi perkalian

7 Modul 3 Kuadrat dan Perkalian Istimewa Cara pengerjaan bilangan kuadrat dengan satuan 5 sebetulnya sama dengan cara cepat perhitungan kuadrat yang telah kita pelajari sebelumnya. Hanya saja karena hasilnya sudah pasti merupakan perkalian 2 buah bilangan kelipatan 10, maka cara atau langkahnya bisa disedrhanakan sebagai berkut. Contoh: Kalikan angka puluhan dengan angka sesudahnya. 2. Kalikan (kudratkan) angka satuannya. (untuk satuan 5, maka hasil kuadrat selalu diakhiri 25). 3. Gabungkan langkah 1 dan Kalikan nilai puluhannya (1), dengan angka sesudahnya (2) = 1x2 =2 2. Kuadratkan satannya (5 2 = 25). 3. Gabungkan langkah 1 dan 2 (225). Sejauh ini, kita sudah belajar menggunakan bantuan perkalian10 maupun kelipatan 10 lainnya (20, 30, 40, ). Berikut, kita akan belajar kuadrat dan perkalian yang lebih istimewa dibanding kuadrat dan perkalian sebelumnya. Keistimewaan kuadrat dan perkalian berikut karena mengalikan 2 buah bilangan kelipatan 10. Berikut penjelasannya. 3.1 Kuadrat dan Perkalian Bilangan dengan Jumlah Angka Satuan Kuadrat dengan Satuan Berjumlah 10 Kuadrat dengan satuan 5 adalah kuadrat yang istimewa karena jumlah angka satuannya (5+5) adalah 10. Kuadrat atau perkalian Bilangan yang angka stuannya berjumlah 10 menjadi sangat istimewa karena akan menghasilkan perkalian 2 buah bilangan kelipatan x3 = = = = 35 x 35 = (3x4 25) 45 2 = 45 x 45 (4x5 25) 55 2 = 55 x 55 (5x6 25) 65 2 = 65 x 65 (6x7 25) 75 2 = 75 x 75 (7x8 25) 85 2 = 85 x 85 (8x9 25) 95 2 = 95 x 95 (9x10 25) 14

8 3.1.2 Perkalian Bilangan dengan Puluhan Sama dan Satuan Berjumlah 10 Kita dapat menggunakan langkah singkat kuadrat dengan satuan 5 karena 5 dan 5 adalah 10. Cara yang sama ternyata juga dapat digunakan untuk perkalian yang puluhannnya sama dan satuannya berjumlah 10. Dengan demikian, jika kamu mengalikan bilangan yang puluhannya sama, asal satuannya berjumlah 10, maka bisa menggunakan ketentuan yang sama (meski bukan bilangan kuadrat dengan satuan 5). Berikut contohnya: 15x15 = 1x2 5x5 = x16 = 1x2 4x6 = x19 = 1x2 1x9 = x38 = 3x4 2x8 Cobalah: = x47 = 4x5 3x7 21x29 = 2x3 1x9 13x17 = 1x2 3x7 23x27 = 2x3 3x7. 14x16 = x26 = x15 25x25 31x39 41x49 32x38 42x x36 43x47 35x35 46x44 51x59 61x69 52x58 62x68 54x56 63x67 55x55 66x64 71x79 81x89 72x78 82x88 74x76 83x87 75x75 86x84 94x96 93x97 95x95 96x94 Catatan: Cara di atas bisa digunakan untuk sembarang kuadrat atau perkalian. 24x23 misalnya bisa diubah menjadi 20x27+4x3 = 552. Penjelasan lebih rinci ada di buku yang khusus membahas perkalian Perkalian Bilangan Kembar dengan Bilangan yang Angka Penyusunnya Berjumlah 10 Cara yang sama dengan 2 cara sebelumnya juga bisa diterapkan untuk perkalian bilangan kembar dengan bilangan yang jumlah angka penyusunnya 10. Berikut contohnya: 22x73 = 2x(7+1) 2x3 16 = x64 = 3x(6+1) 3x4

9 Cobalah: = x28 = 1x3 2x8 22x73 = 2x8 2x3 11x37 = 1x 1x7 22x82 = 2x 2x2 = 407 = x46 x 1x6 22x64 = 2x 2x4 = 506 = x28 44x73 33x37 44x82 33x46 44x64 55x28 66x73 55x37 66x82 55x46 66x64 77x28 88x73 77x37 88x82 77x46 88x Perkalian 2 Bilangan dengan Satuan Berjumlah 10 dan Puluhan Selisih 1 Kita sudah belajar kuadrat dan perkalian dengan puluhan sama dan satuan berjumlah sepuluh. Satu hal lain yang juga sangat menarik 17 adalah perkalian dari bilangan yang satuannya sama dan puluhannya berbeda 1. Perhatikan beberapa perkalian berikut: 11x29, 12x28, 13x27, 14x26, 15x25, 16x24, 17x23, 18x22, 19x21 semua memiliki nilai tengah 20. dengan demikian, maka kita akan dapat menyelesaikan perkalian dengan pola seperti itu dengan sangat mudah menggunakan rujukan 20. Begini caranya: (20) 11x29 = = = 319 (20) 12x28 = = = 336 (20) 13x27 = = = 351 (20) 14x26 = = = 364 (20) 15x25 = = = 375 (20) 16x24 = = = 384 (20) 17x23 = = = 391 (20) 18x22 = = = 396 (20) 19x21 = = = 399 Cobalah: x 34 = x 46 = x x x x x x x x 46 18

10 x x x x x Kuadrat dan Perkalian dengan Puluhan Berjumlah 10 Selain pada kuadrat dan perkalian yang satuannya berjumlah 10, keunikan juga terdapat pada kuadrat dan perkalian yang puluhannya berjumlah Kuadrat dengan Puluhan Berjumlah 10 Jika puluhannya 5, maka berarti puluhan berjumlah 10 dan satuannya sama. Kamu dapat menggunakan keistimewaan perkalian dengan satuan sama dan puluhannya berjumlah Kalikan puluhan dan tambah dengan nilai satuan 2. Kuadratkan nilai satuannya. Contoh: 51 2 = 51 x 51 = 2601 (5x ) 52 2 = 52 x 52 = 2704 (5x ) 53 2 = 53 x 53 = 2809 (5x ) 54 2 = 54 x = 55 x = 56 x = 57 x = 58 x = 59 x = 510 x 510 = (5x ) = 511 x 511 = (5x ) = 512 x 512 = = 513 x 513 = Perkalian dengan Satuan Sama dan Puluhan Berjumlah 10 Seperti halnya sifat kuadrat dengan satuan 5 yang dapat juga digunakan pada perkalian dengan satuan berjumlah 10, maka sifat kuadrat dengan puluhan 5 dapat juga diterapkan pada perkalian dengan satuan sama dan puluhan berjumlah 10. Contoh: 11x91 = 1x = x81 = 2x = x92 = 1x Cobalah: = x71 = 3x x82 = 2x

11 = 2201 = x61 x x72 = 2x x51 x x42 = 2x x93 x x84 x x97 x x78 x x87 x x48 x x67 x x58 x x73 x x64 x x53 x x14 x x45 x x36 x x25 x x16 x x95 x x86 x

12 Modul 4 Memanfaatkan Kuadrat Puluhan Kuadrat Bilangan dengan Satuan 1 Pada bab 2, kita telah belajar cara yang mudah untuk menghitung kuadrat dengan satuan 1, yaitu dengan menjadikan perkalian dengan akhiran nol. Pada bagian ini, kita akan memperlajari secara lebih khusus perhitungan kuadrat dengan satuan 1. Perhatikan contoh berikut: 11 2 = (10+11) atau x = = (20+21) atau x = = (30+31) atau x = 961 Puluhan Kuadrat (10 2,20 2,30 2, adalah kuadrat yang paling mudah. Kuadrat tersebut semudah kuadrat dasar dengan 1 angka, dan hanya memerlukan tambahan 2 angka nol. Kabar baiknya lagi, kita dapat memenfaatkan kuadrat tersebut untuk menghtiung kuadrat apapun. Dengan teknik ini kita cukup menggunakan kuadrat dasar saja. 4.1 Kuadrat dengan Satuan 1 atau 9 Seperti telah kita ketahui sebelumnya, dengan memanfaatkan sifat kuadrat dan perkalian bilangan, kita dapat menghitung kuadrat atau perkalian dengan lebih mudah misalnya bisa kita ganti dengan 20x misalnya bisa kita ganti dengan 20x Sedangkan 74x76 bisa kita ganti dengan Cobalah:

13 Kuadrat Bilangan dengan Satuan 9 Jika kuadrat dengan satuan 1 menggunakan bantuan kuadrat yang lebih kecil (21 dengan bantuan 20, 31 dengan bantuan 30 dan seterusnya), maka kuadrat dengan satuan 9 menggunakan bantuan kuadrat yang lebih besar (19 dengan bantuan20, 29 dengan bantuan 30 dan seterusnya). Kosekuensinya, pada perhitungan kuadrat satuan 9 ini, kita harus mengurangi kuadrat puluhan. Contoh: 19 2 = 20 2 (19+20) = x20 +1 = = 30 2 (29+30) Cobalah: = x30 +1 = = 40 2 (39+40) x (49+ ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x +1 26

14 ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x ( + ) 2 2x +1 Mengapa Metode ini Bisa Bekerja? Ijinkan saya memberi sedikit penjelasan mengenai asal dari formula atau rumus yang kita gunakan di atas. Untuk kuadrat dengan satuan 1: 11 2 = 11 x 11 = (11-1) x (11+1) = 10x12 +1 = 10x(10+2) +1 = 10x x2 + 1 Untuk kuadrat dengan satuan 9: 9 2 = (9+1) x (9-1) = 10x8 + 1 = 10x(10-2) +1 Dalam aljabar: = 10x x = atau 8101 (10+1) 2 = x (10 1) 2 = x Kuadrat Bilangan dengan Satuan 2 dan 8 2 = 0+2 (atau 12=10+2), sementara 8 = Dengan sifat ini, kamu bisa mengubah kuadrat dengan satuan 2 dan 8 menjadi kuadrat dengan satuan nol. Jika pada kuadrat dengan satuan 1 dan 9 kita menambah dengan 1 2 (selisih 1 dan 9 dengan nol), maka kuadrat dengan satuan 2 atau delapan ditambah dengan Kuadrat Bilangan dengan Satuan 2 Setelah kamu tahu cara menghitung kuadrat dengan sartuan 1 menggunakan bantuan kuadrat berakhiran 0, sekarang kita akan belajar cara menghitung kuadrat dengan satuan 2 menggunakan bantuan kuadrat berakhiran 0. Kita juga akan menggunakan keistimewaan perkalian 10 atau kelipatannya (puluhan), untuk membantu perhitungan. (10) 12 2 = 10x = x = 144 (20) 22 2 = 20x Cobalah: = x = 324 (30) 32 2 = 30x x

15 = 1024 (40) 42 2 x x + 2 (50) 52 2 x x (60) 62 2 x x + 2 (70) 72 2 x x + 2 (80) 82 2 x x + 2 (90) 92 2 x x + 2 (100) x x + 2 (120) x x + 2 (130) x x + 2 (150) x x Kuadrat Bilangan dengan Satuan 8 Setelah kamu tahu cara menghitung kuadrat dengan satuan 9 menggunakan bantuan kuadrat berakhiran 0, sekarang kita akan belajar cara menghitung kuadrat dengan satuan 8 menggunakan bantuan kuadrat berakhiran 0. Kita juga akan menggunakan keistimewaan perkalian 10 atau kelipatannya (puluhan), sebagai ban tuan. (10) 8 2 = 10x = x = 64 (20) 18 2 = 20x = x = 324 (30) 28 2 = 30x Catatan: = x = 784 Dalam kasus tertentu (misalnya dalam menghitung kuadrat 8 dan 18 seperti contoh), perkalian 10 (atau 20) jauh lebih mudah. 8 2 = 10x = = 10x = 324 Atau: = 20x =

16 Cobalah: (40) 38 2 = 40x x (50) 48 2 x x (60) 58 2 x x + 2 (70) 68 2 x x + 2 (80) 78 2 x x + 2 (90) 88 2 x x + 2 (100) 98 2 x x + 2 (120) x x + 2 (130) x x + 2 (150) x x + 2 Pada bagian sebelumnya kita telah belajar memanfaatkan kemudahan perkalian kuadrat dengan akhiran nol untuk menghitung kuadrat dengan satuan 1, 9, 2 dan 8. Perbedaan teknik matematika cepat metode Magic MATH1000 adalah bahwa kamu tidak perlu menghafal banyak persyaratan untuk mendapatkan kemudahan berhitung. Meskipun pada conoth di modul sebelumnya, aplikasi kuadrat kelipatan 10 hanya dicontohkan pada kuadrat dengan satuan tertentu, tetapi rumus tersebut sebetulnya bisa digunakan untuk kondisi apapun. Berikut contohnya. 4.3 Kuadrat 6 dan Kuadrat 4 Dihitung dengan Kuadrat 10 Seperti bagian sebelumnya, sistematika buku mengelompokkan kuadrat 1-9, 2-8, 6-4 dan 7-3. Tujuan dari pengelompokkan ini semata-mata untuk mempermudah pemahaman dan mengingat bukan untuk membatasi. Perhatikan pasangan angka tersebut! Sama dengan jari kita kan? Kuadrat 6 Dihitung dengan Kuadrat 10 Sebagai contoh, kita akan menggunakan bilangan pokok 86. Nilai kuadrat dari 86 dapat dihitung dengan lebih sederhana tidak hanya dengan menggunakan puluhan terdekat (80 atau 90) tapi juga 100. (80) 86 2 = (86-6) x (86+6) = 80x = 80x(80+12)

17 = x = 7396 (90) 86 2 = (86+4) x (86-4) = 90x = 90x(90-8) = x = 7396 (100) 86 2 = (86+14) x (86-14) = 100x = = Kuadrat 4 Dihitung dengan Kuadrat 10 Berikut adalah contoh menghtung kuadrat dengan satuan 4 menggunakan bantuan kuadrat 10. Sebagai contoh, akan dihitung kuadrat 84. (80) 84 2 = (84-4) x (84+4) = 80x = 80x(80+8) = x = = 7056 (90) 84 2 = (84+6) x (84-6) = 90x = 90x(90-12) = x = = 7056 (100) 84 2 = (84+16) x (84-16) = 100x = = Kuadrat 7 dan Kuadrat 3 yang Dihitung dengan Kuadrat 10 Meski tidak begitu ideal, kuadrat dengan satuan 7 dan 3 juga dapat dihitung dengan memanfaatkan kuadrat 10. Perhatikan contoh yang diberikan, dan cobalah menarik kesimpulan cara menggunakan bilangan rujukan yang paling mudah dan membantu Kuadrat 7 Dihitung dengan Kuadrat 10 Sebagai contoh, kita akan menggunakan bilangan pokok 87. Seperti kuadrat 86, nilai kuadrat dari 87 dapat dihitung dengan lebih sederhana tidak hanya dengan menggunakan puluhan terdekat (80 atau 90) tapi juga 100. (80) 87 2 = (87-7) x (87+7) = 80x = 80x(80+14) = x = 7569 (90) 87 2 = (87+3) x (87-3) = 90x = 90x(90-6) = x =

18 (100) 87 2 = (87+13) x (87-13) = 100x = = Kuadrat 3 Dihitung dengan Kuadrat 10 Berikut adalah contoh menghitung kuadrat dengan satuan 3 menggunakan bantuan kuadrat 10. Sebagai contoh, akan dihitung kuadrat 83. (80) 83 2 = (83-3) x (83+3) = 80x = 80x(80+6) = x = 6889 (90) 83 2 = (83+7) x (83-7) = 90x = 90x(90-14) = x = 6889 (100) 83 2 = (83+17) x (83-17) = 100x = = 6889 Ringkasan kuadrat dengan angka berakhiran nol: 1. Ubah menjadi kuadrat dengan akhiran nol agar menjadi lebih mudah dengan membulatkan ke bilangan berakhiran nol terdekat. 2. Tambah atau kurang 2 kali selisih bilangan yang dikuadratkan dengan pembulatan yang dgunakan. 3. Kuadratkan selisihnya saja. 4. Jumlahkan langkah 1-3. Catatan: Selain memanfatkan kuadrat kelipatan 10, kamu juga bisa memanfaatkan kuadrat dengan satuan 5. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat di modul berikutnya

19 Modul 5 Cara Mudah Menghitung Kuadrat yang Dekat dengan 5 Pada bagian sebelumnya kita telah belajar memanfaatkan kemudahan perkalian kuadrat dengan akhiran nol atau kelipatan 10 untuk menghitung kuadrat dengan satuan 1-9, 2-8, 6-4 dan 7-3. Selain menggunakan keistimewaan kuadrat 10, kamu juga bisa menggunakan kuadrat 5. Perbedaan teknik matematika cepat metode Magic MATH1000 adalah bahwa kamu tidak perlu menghafal banyak persyaratan untuk mendapatkan kemudahan berhitung. Meskipun pada dibuat pengelompokkan, tetapi tersebut pengelompokkan bukan merupakan syarat yang harus dipenuhi. Pengelompokkan lebih dimaksudkan untuk mempermudah belajar dan mengingat. 5.1 Kuadrat 6 dan Kuadrat 4 Dihitung dengan Kuadrat 5 Meskipun bisa menggunakan kuadrat kelipatan 10 untuk memudahkan perhitungan, kamu juga dapat menggunakan bantuan kuadrat dengan satuan 5 atau kelipatan 5 untuk memudahkan 37 perhitungan. Bantuan kemudahan kuadrat keliupatan 5 terutama untuk menghitung kuadrat dengan satuan yang dekat dengan 5 (6 atau 7). Selain 6 dan 7, kuadrat yang bisa dihitung menggunakan bantuan kuadrat 5 adalah 4 dan 3. Kekurangan penggunaan kuadrat 5 untuk menghitung kuadrat 3 atau 4 adalah kita harus mengurang (karena 3 dan 4 lerbih kecil dari 5). Umumnya titik kesulitan adalah pada pengurangan ini. Hanya saja sekali lagi, teknik ini bisa untuk menghitung semua jenis kuadrat tidak peduli berapapubn satuannya Kuadrat 6 Dihitung dengan Kuadrat 5 Jika sebelumnya kita selalu memanfaatkan keistimewaan perkalian 10 atau kelipatannya (puluhan), pada kesempatan ini kita akan memanfaatkan keistimewaan kuadrat 5. Sebagai perbandingan, mari kita simak cara menghitung 86 2 menggunakan rujukan yang berbeda. Berikut ini, kita akan coba menggunakan keistimewaan kuadrat dengan satuan 5 dengan menggunakan 85 sebagai bilangan rujukan. Seperti kita tahu, kuadrat 5 adalah kuadrat yang sangat istimewa dan mudah penuyelesaiannya. Keistimesawaan dan kemudahan dari kuadrat 5 tersdebut dapat digunkan untuk membantu menghitung kuadrat yang lain, khususnya kuadrat yang satuannya dekat dengan 5. (85) 86 2 = x atau (85+86) 38 = = 7396 (85) 84 2 = x atau 85 2 (85+86) Cobalah: = = 7056 (15) 16 2 = (15+16) = x = 256

20 (25) 26 2 = (25+26) = x25 +1 = 676 (35) 36 2 = (35+36) = x (45) ( + ) = x (55) ( + ) = x (65) ( + ) = x (95) ( + ) = x Kuadrat 4 yang Dihitung dengan Kuadrat 5 Karena 4 sangat dekat dengan 5, sehingga menggunakan keistimewaan 5 untuk menghitung 4 pasti akan memberikan banyak kemudahan dalam perhitungan. Perhatikan bahwa 4 kurang dari 5 sehingga kita juga harus mengurang. Berikut adalah contoh penggunaan kuadrat 5 untuk menghitung kuadrat 4. (85) 84 2 = 85 2 (84+85) atau 85 2 (84+85) Cobalah: = x85 +1 = = 7056 (15) 14 2 = 15 2 (14+15) = 225 2x = 196 (75) ( + ) = x (25) 24 2 = 25 2 (24+25) = 625 2x25 +1 (85) ( + ) = x (35) 34 2 = 35 2 (34+35) 39 40

21 =... 2x (45) ( + ) =... 2x (55) ( + ) =... 2x (65) ( + ) =... 2x (75) ( + ) =... 2x (85) ( + ) =... 2x (95) ( + ) =... 2x Mengapa cara tersebut bisa bekerja? 16 2 = (15+1) x (15+1) = 15(15+1) + (15+1) = atau = = x = = (15-1) x (15-1) = 15(15-1) (15-1) = atau = 15 2 (14+15) = x = 196 Aljabar: (15+1) 2 = x (15-1) 2 = x Kuadrat 7 dan Kuadrat 3 yang dihitung dengan kuadrat 5 Meski tidak sedekat 6 atau 4, 7 dan 3 lebih dekat dengan 5 dibanding 10 sehingga kamu juga bisa memanfaatkan kuadrat 5 sebagai alternative/pilihan selain kuadrat Kuadrat 7 yang dihitung dengan kuadrat 5 Setelah kamu tahu cara menghitung kuadrat 6 dan 4 dengan bantuan kuadrat 5, sekarang, kita akan belajar cara menghitung kuadrat 7 dengan bantuan kuadrat 5. (85) 87 2 = x (85x89)

22 = = 7396 Cobalah: (15) 17 2 = x atau x = atau x = 289 (25) 27 2 = x = (35) 37 2 = x = (45) 47 2 = x + 4 = (55) 57 2 = x + 4 = (65) 67 2 = x + 4 = (75) 77 2 = x + 4 = (85) 87 2 = x + 4 = (95) 97 2 = x + 4 = (105) = x + 4 = (115) = x + 4 = (125) = x + 4 = (135) = x

23 = (155) = x + 4 = (255) = x + 4 = Kuadrat 3 yang dihitung dengan kuadrat 5 Kuadrat dengan satuan 3 mirip dengan satuan 7. KArena 3 lebih kecil dari 5, maka kuadrat 5 perlu dikurangi untuk menghitung kuadrat 3 agar benar. (85) 83 2 = (83+2) x (83-2) = 85 x (85-4) = x = = = 6889 (15) 13 2 = x = = 169 (25) 23 2 = x = (35) 33 2 = x = (45) 43 2 = x + 4 = (55) 53 2 = x + 4 = (65) 63 2 = x + 4 = (75) 73 2 = x + 4 = (85) 83 2 = x + 4 =

24 (95) 93 2 = x + 4 = (105) = x + 4 = (115) = x + 4 = (125) = x + 4 = (135) = x + 4 = Catatan: = (80) 83 2 = 80x (83-3) x (83+3) = = 6889 (90) 83 2 = 90x (83+7) x (83-7) = = 6889 (100) 83 2 = 100x (83+17) x (83-17) = x24+49 = 6889 Tentu saja pendekatan tersebut bukan suatu keharusan. Setiap orang punya cara berpikir dan gaya belajar sendiri. Kamu tidak perlu ragu untuk menggunakan cara yang berbeda. Yang paling penting, pahami dasarnya dan kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan gaya yang paling sesuai dengan kamu. (155) = x + 4 = (255) = x

25 Modul 6 Memeriksa Jawaban dengan Angka Menjumlahkan Angka Penyusun Mari kita periksa dengan menjumlah angka penyusunnya. 13 = 1+3 = 4 14 = 1+4 = = = = 1+1 = 2 Karena hasil perkalian dari jumlah angka pada bilangan kiri 2 dan jumlah angka pada bilangan kanan juga = 2 maka kemungkinan besar jawaban tersebut benar. Catatan: 4x5 = = 2 Kata kemungkinan benar digunakan karena jawaban 821, 812, 281 memberikan jumlah angka yang sama. Maukah kamu mendapat nilai 100 setiap kali ulangan atau quiz? Meskipun membuat kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi (apalagi bagi yang masih dalam tahap belajar), tidakkah kamu bangga jika dikenal sebagai siswa yang tidak pernah membuat kesalahan? Bahasan pada modul berikut barangkali bisa membantu. Berlatihlah untuk tidak berhenti sampai menjawab soal saja. Pastikan jawaban kamu benar. Seringkali guru meminta siswanya untuk tidak terburu-buru mengakhiri pekerjaan, sayangnya satu-satunya cara yang paling sering dilakukan adalah mengerjakannya lagi. Meskipun kamu termasuk siswa yang rajin memeriksa kembali pekerjaan kamu, masih tetap terbuka lebar kemungkinan kamu memberikan jawaban salah jika kamu hanya mengulang perkerjaan dengan cara yang sama. Mari kita langsung coba saja. 13x14 = 182 Apalah ini sudah benar? Ada 2 cara yang akan kita gunakan Contoh 2: jumlah masing angka = = x = 8 4x8 = = = 4 Karena jumlah tidak sama, maka jawaban di atas pasti salah. Contoh 3: jumlah masing-masing angka = = x = 8 4x8 = = = 5 Karena jumlah sama, maka jawaban di atas mungkin benar. Ngomong-ngomong jawaban yang benar adalah

26 Contoh 4: jumlah masing-masing angka = = x = = 2 8x2 = = = = 6 Karena jumlah tidak sama, maka jawaban di atas pasti salah. contoh 5: jumlah masing-masing angka = = x = = 2 8x2 = = = = 7 Karena jumlah sama, maka jawaban di atas mungkin benar. 6.2 Menghilangkan 9 dan Menjumlahkan Sisanya Cara ini sama persis denagn cara sebelumnya tapi menggunakan cara pintas. Cara ini lebih cepat yaitu dengan menghilangkan angka penyusun yang berjumlah 9. Dalam contoh di atas, 182 bisa kita hilangkan angka 1 dan 8 sehingga hanya tinggal angka 2 (182). Contoh 2: 267 x 346 = Apakah benar? 1. Menjumlahkan Angka 267 x 346 = = = = =6 1+3=4 2+3=5 6x4 = =6 Jawabnya pasti salah. 2. Menghilangkan Angka 9 dan Menjumlahkan Sisanya 2 67 x = = = 5 Contoh 3: 6x4 = =6 Sama dengan hasil sebelumnya, Jawabnya pasti salah. 456 x 831 = Apakah benar? 1. Menjumlahkan Angka 456 x 831 = = = = = = =8 6 x 3 = = 9 Jawaban PASTI salah 2. Menghilangkan Angka 9 dan Menjumlahkan Sisanya 456 x 831 = Cobalah: 6 x 3 = 18 Jawaban PASTI salah Periksa, apakah perkalian berikut benar atau salah menggunakan cara yang telah dijelaskan. 32 x 32 = x 41 =

27 42 x 42 = x 51 = x 102 = x 103 = x 107 = x 108 = x 302 = x 403 = x 302 = x 606 = x 135 = x 145 = x 155 = x 165 = Memeriksa Pembagian Untuk memeriksa pembagian, kamu musti ubah bentuk pembagian menjadi bentuk perkalian. Contoh 1: 42:2 = 21 ubah menjadi 21x2 = 42 Contoh 2: 2+1 = 3: 3x2 = 6 4+2=6 bandingkan 161:7 = 23 ubah menjadi 23x7 = = 5: 5x7 = =8 3+5 bandingkan 1. Ubah menjadi bentuk perkalian 25x7 + 3 = Hitung jumlah masing-msing angka penyusunnya: Kiri: 2+5=7: 7x7 = 49: 4: 4+3 = 7 Kanan: 1+7+8: 7 3. Karena jumlah kiri dan kanan sama, maka kemungkinan jawabnya benar. Cobalah: : 56 = 78 sisa : 77 = 46 sisa : 31 = 63 sisa : 56 = 78 sisa : 42 = 31 sisa : 53 = 25 sisa : 32 = 46 sisa : 51 = 75 sisa Memeriksa Pembagian Bersisa Berikut ini contoh cara memeriksa pembagian bersisa. Contoh: 178:7 = 25 sisa 3 Apakah jawaban tersebut sudah benar? Berikut cara kita memeriksa: 53 54

28 Modul 7 Kuadrat Bilangan Desimal 26 2 = (25+26) = 676 2,6 2 = 6, = (24+25) = 576 2,4 2 = 6, = x = x = 484 = 784 2,2 2 = 4,84 2,8 2 = 7, = x = x = 529 = 729 2,3 2 = 5,29 2,7 2 = 7,84 Jika kamu sudah lancar menghitung kuadrat, maka kuadrat bilangan decimal tentu akan sangat mudah buatmu. Cara menghitung kuadrat decimal: 1. Abaikan desimalnya dan hitung seperti biasa. 2. Tambahkan decimal sebanyak 2 kali bilangan pokok. Catatan: Pada semua contoh di atas, digunakan bantuan kuadrat dengan akhiran nol dan kuadrat dengan akhiran 5 untuk memudahkan perhitungan. Sebagai pengingat, berikut pedoman yang bisa kamu gunakan: Contoh: 31 2 = (30+31) = 9,61 3,1 2 = 9,61 (2 angka di belakang koma) 29 2 = 30 2 (29+30) = 841 2,9 2 = 8,41 Menghitung kuadrat dengan bantuan kuadrat berakhiran nol atau 5: 1. Untuk bilangan yang lebih besar dari rujukan ditambah, sementara untuk bilangan lebih kecil dikurang. 2. Besarnya tambahan/pengurangan adalah 2x dari selisih bilangan yang dikuadratkan terhadap rujukan. 3. Angka akhir selalu merupakan kuadrat dari selisih bilangan

29 4. Kuadrat dengan akhiran 1, 9, 2 dan 8 sebaiknya (tidak harus) diselesaikan dengan bantuan kuadrat 10 karena lebih dekat dengan nol/sepuluh. 5. Kuadrat dengan akhiran 6, 4, 7 dan 3 dapat diselesaikan dengan bantuan kuadrat 10 atau kuadrat Kuadrat Desimal dengan Rujukan Kelipatan 10 Contoh: Rujukan = x = x = x = x = x = x = x = x Cobalah hitung masing-masing contoh dan bandingkan hasilnya. Amati dan pelajari dengan cermat teknik pengerjaannya. Cara ini berlaku untuk perhitungan kuadrat berapapun sehingga akan sangat membantu jika kamu menguasainya dengan baik. Kalau kamu cermati, maka menghitung kuadrat dengan bialangan rujukan hanya perlu menghitung kuadrat bilangan rujukan dan satuan (selisih bilangan yang dihitung dengan bilangan rujukan) nya saja. Latihan Kuadrat Desimal Gunakan rujukan 30 Gunakan rujukan = x = x ,1 2 4, x x ,2 2 4, x x ,3 2 4, x x ,4 2 4,4 2 Gunakan rujukan 50 Gunakan rujukan x x ,1 2 6, x x ,2 2 6, x x ,3 2 6, x x

30 5,4 2 6,4 2 9,2 2 1,2 2 Gunakan rujukan 70 Gunakan rujukan x x ,1 2 8, x x ,2 2 8, x x ,3 2 1, x x ,4 2 8, x x ,3 2 8, x x ,4 2 8,4 2 Gunakan rujukan 90 Gunakan rujukan x x ,1 2 1,1 2 Gunakan rujukan 20 Gunakan rujukan x x ,9 2 2, x x ,8 2 2, x x ,7 2 2, x x x x

31 1,6 2 2,6 2 Gunakan rujukan 40 Gunakan rujukan x x ,9 2 4, x x ,8 2 6, x x ,7 2 6, x x ,8 2 4, x x ,6 2 6, x x ,7 2 4, x x ,6 2 4,6 2 Gunakan rujukan 80 Gunakan rujukan x x ,9 2 8, x x ,8 2 8,8 2 Gunakan rujukan 60 Gunakan rujukan x x ,9 2 6, x x ,7 2 8, x x

32 7,6 2 8, Kuadrat Desimal dengan Rujukan Kuadrat 5 Rujukan bilangan berakhiran nol atau puluhan memang bisa sangat membantu meskipun bukan satu-satunya rujukan yang dapat digunakan. Jika kamu membutuhkan alternative lain, maka rujukan bilangan berakhiran 5 bisa menjadi pilihan. Karena bilangan rujukannya berbeda, tentu saja, selisih bilangannya juga berbeda. Penggunaan rujukan kuadrat 5 tidak jauh berbeda dengan rujukan bilangan kelipatan 10. Kamu hanya perlu menguasai kuadrat dengan satuan 5 dengan sangat baik, sebaik kuadrat bilangan kelipatan 10 untuk bisa melakukan perhitungan ini dengan cepat dan benar. 1. Abaikan desimalnya dan hitung seperti biasa. 2. Tambahkan decimal sebanyak 2 kali bilangan pokok. Contoh rujukan 25 dan 15 Rujukan 25 Rujukan = x = x = x = x = x = x = x = x Contoh Menghitung Kuadrat Desimal dengan Kuadrat 5: 16 2 = (15+16) = x = 256 1,6 2 = 2,56 (2 angka di belakang koma) 14 2 = 15 2 (14+15) = x = 196 1,4 2 = 1,96 (2 angka di belakang koma) 17 2 = x = x = 289 = 169 1,7 2 = 2,89 1,3 2 = 1, = x = x = 324 = 144 1,8 2 = 3,24 1,2 2 = 1, = x = x = 361 = 121 1,9 2 = 3,61 1,1 2 = 1,21 Catatan: Kamu pasti merasakan perbedaan yang cukup nyata pada kemudahan yang ditawarkan rujukan kelipatan 10 dan kelipatan 5. Hal tersebut sangat nyata terutama pada contoh 19 2 = x Terasa agak rumit bukan? Jauh lebih mudah dan sederhana jika menggunakan rujukan 20 seperti berikut: 19 2 = x20 +1 = 361. Dengan alasan tersebut, kita hanya perlu menggunakan bantuan kuadrat kelipatan 5 untuk bilangan yang kurang atau lebihnya dari bilangan rujukan tidak lebih dari 2 (satuan 3, 4 atau 6,7). Mari kita berlatih: 63 64

33 16 2 = = 15 2 (14+15) 2 + 2x x = 256 = 196 1,6 2 1, x x = 289 = 169 1,7 2 1, = = 25 2 (24+25) 2 + 2x x ,6 2 2, ,7 2 3, = = 45 2 (44+45) 2 + 2x x ,6 2 4, x x ,7 2 4, x x ,7 2 2, = = 55 2 (54+55) 2 + 2x x ,6 2 5, = = 35 2 (34+35) 2 + 2x x ,6 2 3, x x ,7 2 5, x x = = 65 2 (64+65) 66

34 2 + 2x x ,6 2 6, x x ,7 2 6, = = 75 2 (74+75) 2 + 2x x ,6 2 7,4 2 8,7 2 8, = = 95 2 (94+95) 2 + 2x x ,6 2 9, x x ,7 2 9, x x ,7 2 7, = = 85 2 (84+85) 2 + 2x x ,6 2 8, x x

35 Modul 8 Kuadrat/Perkalian yang Dekat 50, 100 dan Kuadrat bilangan yang mendekati 50 Kamu sudah memahami dan munguasai dengan baik kuadrat dengan puluhan 5? Apakah cukup mudah dan dapat membantu kamu merasakan mudahnya mengolah angka? Apakah kemampuan barumumu itu membuat kamu lebih menyukai matematika dan membuatmu lebih percaya diri? Berikut ini, kamu akan belajar 1 jurus lagi yang tidak kalah hebatnya. Sebelumnya, mari kita ulang kuadrat dengan puluhan 5 (dan juga perkalian yang angka satuannya sama dan jumlah puluhannya = 10). (50+3) 53 2 = = 2809 (50+4) 54 2 = = Bagaimana dengan kuadrat dengan puluhan 4? Kamu beruntung karena mengetahui bahwa jurus yang sama juga bisa digunakan bukan hanya untuk kuadrat dengan puluhan 5, tetapi juga untuk kuadrat berapapun. Pada tahap pertama ini, mari kita bahas terlebih dulu kuadrat mendekati 50 dengan puluhan 4. Karena kuadrat dengan puluhan 4 kurang dari 50, maka selisih dari 50 adalah negatif. Berikut contohnya: (50-3) 47 2 = = 2209 (50-4) 46 2 = = 2116 Cobalah: = = Mengapa metode ini bisa bekerja? Perhatikan bahwa 50 adalah 100/2. Mengalikan 2 satuan dengan 50 sama dengan mengalikan satuan dengan 100. Meskipun sedikit lebih rumit, dan tidak semudah pada bilangan yang mendekati 50, prinsip ini sebetulnya bisa digunakan untuk menghitung kuadrat berapapun. 70

36 Contoh: 61 2 = = = = = = 1521 Cobalah: 51 2 = 61 2 = = = = = 49 2 = 39 2 = = = = = 52 2 = 62 2 = = = = = 48 2 = 38 2 = = = = = 53 2 = 63 2 = = = = = 47 2 = 37 2 = = = = = 54 2 = 64 2 = = = = = 56 2 = 66 2 = = = = = 46 2 = 36 2 = = = = = 57 2 = 67 2 = = = = = 43 2 = 34 2 = = = 71 72

37 = = 58 2 = 68 2 = = = = = 8.2 Perkalian Bilangan yang Mendekati 50 Selain kuadrat, maka perkalian bilangan yang mendekati 50 juga bisa diselesaikan dengan mudah menggunakan keistimewaan perkalian 50. Sedikit berbeda dengan kuadrat maka dalam perkalian, perlu diperhatikan apakah perkalian ini antar bilangan yang keduanya lebih besar dari 50, keduanya lebih kecil dari 50 atau antar bilangan yang lebih besar dan lebih kecil dari 50. Berikut tahap penyelesaiannya: 1. Ubah menjadi perkalian 50 dengan menambah dan mengurang dengan nilai yang sama. 2. Hitung selisihnya terhadap 50 dan bagi 2. Tambahkan hasilnya dengan Tambahkan dengan hasil kali selisih. Contoh: 54x58 (54-4) x (58+4) = 50x(50+12) 48x47 12:2 = = 31 4x8=32. Jadi 54x58 = 3132 (48+2)x(47-2) = 50x(50-5) -5/2 = -2,5, 25-2,5 = 22,5 2x3=6. Jadi 48x47 = = x53 (48+2)x(53-2) = 50x(50+1) 1:2 = 0, ,5 = 25,5-2x3 = -6. Jadi 48x53 = = x63 (52-2)x(63+2) = 50x(50+15) 15:2 = 7, ,5 = 32,5 2x13 = 26. Jadi 52x63 = = 3276 Cobalah: 53x56 59x58 56x57 54x56 44x46 42x48 43x49 45x58 47x54 46x

38 8.3 Kuadrat yang Mendekati 100 Kuadrat dengan puluhan 9 atau 90an dapat diselesaikan menggunakan rujukan 90 atau 100. Karena perkalian 100 jauh lebih mudah dibanding perkalian 90, maka akan sangat membantu jika kamu menggunakan rujukan 100. Meski demikian, sah-sah saja jika kamu ingin mencoba dengan rujukan 90. Berikut contoh dan perbandingannya. Contoh 1: (90) 94 2 = 90 x 98 = 8820 (94-4) x (94+4) 4 2 = 16 + Jadi 94 2 = 8836 (100) 94 2 = 100 x 88 = 8800 (94+6) x (94-6) Contoh 2: 6 2 = 36 + Jadi 94 2 = 8836 (90) 97 2 = 90 x 104 = (97-7) x (97+7) 7 2 = 49 + Jadi 97 2 = (100) 97 2 = 100 x 94 = (97-3) x (97+3) = 3 2 = 09 + Jadi 97 2 = Menggunakan Perkalian 100 Lebih mudah menggunakan rujukan 100 bukan? Cobalah: 91 2 = (91- ) x (91+.. ) Jadi = (92- ) x (92+.. ) Jadi = (93- ) x (93+..) 2 + Jadi = ( - ) x ( +... ) 2 + Jadi = ( - ) x ( +... ) 2 + Jadi = ( - ) x ( + ) 2 + Jadi

39 99 2 = ( - ) x ( +..) 2 + Jadi Menggunakan Kuadrat 100 Selain menggunakan rujukan 100 (atau rujukan 90), kita juga dapat menghitung kuadrat mendekati 100 dengan dengan bantuan kuadrat seratus. Ingat bahwa = Cara ini menggunakan formula sebagai berikut: Ingat bahwa = Kuadrat bilangan yang lebih dari 100 akan ditambah 2x 100 x selisih, sementara yang kurang akan dikurang. Tambahkan kuadrat dari selisihnya. Contoh: = x = = x = = x = = x = Catatan: Khusus untuk kuadrat atau perkalian bilangan dengan nol di tengah, ada cara lain yang juga sama mudahnya. 1. Kuadratkan ratusannya. 2. Kalikan angka penyusunnya. 3. Kuadratkan satuannya. Pada contoh diatas: = 1 2 1x1x2 1 2 = = 1 2 1x2x2 2 2 = = 1 2 1x3x2 3 2 = = 1 2 1x4x2 4 2 = = 2 2 2x8x2 8 2 = = x = = x = = x = = x = 9216 Meski paling mudah diterapkan pada bilangan yang dekat dengan 100 (91-109), cara yang baru saja kita lakukan tentu saja tidak hanya bisa digunakan hanya terbatas untuk kuadrat dengan bilangan itu. Sekali lagi, di Magic MATH100, kami memberikan metode yang umum dan berlaku untuk segala kondisi. Percuma kalau mudah menghitungnya tapi susah menghafal persyaratannya bukan? Kuadrat = x = =

40 Atau kuadrat = x = ( x20+9) = Atau perkalian = 100 x Catatan: = x = Dalam banyak hal, perkalian 100 lebih mudah karena tinggal menambah 2 angka nol dan tidak musti mengurang. (kecuali untuk perkalian antar dua bilangan kurang dan lebih dari bilangan rujukan). 8.4 Kuadrat Bilangan yang Mendekati 500 Kamu sudah cukup mahir menghitung kuadrat mendekati 50 bukan? Untuk bilangan kuadrat mendekati 500, caranya mirip dengan kuadrat mendekati 50. Bedanya pada kuadrat yang mendekati 500, gunakan nilai 250 sebagai pengganti nilai 25 pada kuadrat yang mendekati 50. Hal tersebut terjadi karena hasil kuadrat mendekati 50 adalah 4 angka sementara kuadrat mendekati 500 adalah 6 angka. Kuadrat mendekati 500 Kuadrat mendekati = = = = 01 = = = = = = 04 = = = = = = 01 = = = = = = 49 = = Cobalah: = = = x = = x = = = x = = = x = = = x =

41 Modul 9 Kuadrat at Bilangan 3 Angka = 1 2 1x2x2 2 2 = = 2 2 2x1x2 1 2 = Cobalah: x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x2 2 Semua bilangan 3 angka bisa dikuadratkan dengan cukup mudah. Untuk keperluan belajar, bahasan kuadrat bilangan 3 angka ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. 9.1 Kuadrat Bilangan 3 Angka dengan Angka Nol di Tengah Kuadrat (dan juga perkalian) dengan nol di tengah sangat special karena dapat dikerjakan dengan sangat mudah. Berikut contoh dan langkah pengerjaannya Kuadratkan angka pertamanya (ratusan). 2 2 = 4 2. Kalikan nilai ratusan dan satuan dan kalikan dua. 2x3x2 = Kuadratkan angka terakhirnya (satuan). 3 2 = 09 Jadi: = x x x x = = = = = = = =

42 Jika Satuan/Akhirannya Nol Bilangan dengan akhiran angka nol cukup dikuadratkan angka di depan nol dan kemudian tambahkan angka nol sebanuyak 2x angka nol bilangan yang dikuadratkan = 11 2 (121) ditambah 2 angka nol = = 12 2 (144) ditambah 2 angka nol = = 13 2 (169 ditambah 2 angka nol = 14 2 (196) ditambah 2 angka nol = 15 2 (225) ditambah 2 angka nol = 21 2 (441) ditambah 2 angka nol Jika Satuan/Akhirannya 5 Kuadrat dengan satuan 5 dapat dihitung menggunakan keistimewan kuadrat dengan satuan 5. Caranya: 1. Pisahkan angka didepan angka 5 dan angka 5 nya. 2. Kalikan angka di depan 5 dengan angka sesudahnya. 3. Tambahkan dengan 25.

43 Contoh: Pisah 105 menjadi 10 dan Hitung 10x(10+1) = 10x11 = Jadi = = x x = = 11x = 12x = = 10x = = = Cobalah: = 13x = 14x = 10x = 10x = = = = = 15x = 16x = 10x = 10x = = = = = 19x = 29x = x x x x = Jika Satuan/Akhirannya 1 atau 9 Kamu pasti masih ingat, bahwa kita pernah belajar sifat kuadrat dan perkalian bilangan yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah perhitungan di bab 2. Kita juga telah belajar menggunkan kuadrat kelipatan 10 untuk mempermudah perhitungan kuadrat berapapun. Pengetahuan itu tentunya sangat berguna untuk menyelesaikan kuadrat 3 angka dengan satuan 1 atau 9. Berikut contohnya Jika Satuan/Akhirannya 1 Untuk kuadrat dengan satuan 1, kuadratkan puluhannya saja (dengan menghilangkan angka 1), kemudian tambah dengan 2x bilangan yang dikuadratkan dan tambah 1. Contoh: = x = =

Saat menemui penjumlahan langsung pikirkan hasilnya dengan cepat lalu lakukan penjumlahan untuk setiap jawaban yang diperoleh.

Saat menemui penjumlahan langsung pikirkan hasilnya dengan cepat lalu lakukan penjumlahan untuk setiap jawaban yang diperoleh. TRIK PENJUMLAHAN DENGAN BERPIKIR LANGSUNG HASILNYA Penjumlahan merupakan salah satu dari proses berpikir dan menghapal. Keahlian menjumlahkan secara cepat tidak bisa didapat begitu saja melainkan harus

Lebih terperinci

Disusun Oleh : ARISMAN WIJAYA. Aris

Disusun Oleh : ARISMAN WIJAYA. Aris Disusun Oleh : ARISMAN WIJAYA (arisman_wijaya@yahoo.com) Aris _^M@thLover^ TRIK BERHITUNG CEPAT ( MATHMAGIC ) 1. Perkalian dengan angka 11 Perkalian dengan angka 11 atau (11, 110, 1,1 dan seterusnya) bisa

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN PECAHAN

BAB V BILANGAN PECAHAN BAB V BILANGAN PECAHAN Bilangan pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut ; a pembilang dan b penyebut 1. Macam-macam bilangan Pecahan a. Pecahan Biasa pembilangnya lebih kecil dari penyebut ; a < b,,

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Operasi hitung perkalian sudah diajarkan sejak di sekolah dasar (SD) kelas II semester 2, namun kadang siswa masih mengalami kesulitan apabila

Lebih terperinci

GASING GASING (Sragen GAmpang asyik MenyenaNGkan)

GASING GASING (Sragen GAmpang asyik MenyenaNGkan) 2 Belajar Matematika SD Kelas 1 6 dalam 6 bulan GASING GASING (Sragen GAmpang asyik MenyenaNGkan) Alokasi Waktu: Cepat : 13 hari Sedang : 18 hari Lambat : 26 hari 1. Pelajaran 26 Materi : Arti Perkalian

Lebih terperinci

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bilangan Bulat 133 134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 5 Bilangan Bulat Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Bilangan Bulat 135 136 Ayo Belajar

Lebih terperinci

OPERASI BILANGAN DENGAN MATHEMAGICS

OPERASI BILANGAN DENGAN MATHEMAGICS OPERASI BILANGAN DENGAN MATHEMAGICS Rozi Fitriza Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang Email: rozifitriza@ymail.com Abstract: Mastery of the basic concepts of number operations which

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit BAB I BILANGAN Skema Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Imajiner Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif Bilangan Asli

Lebih terperinci

A. Kuadrat bilangan dua angka dengan karakter. angka satuannya

A. Kuadrat bilangan dua angka dengan karakter. angka satuannya DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------- 2 Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR 1. Bilangan Berpangkat Sederhana Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui perkalian bilangan-bilangan dengan faktorfaktor yang sama. Misalkan kita temui perkalian

Lebih terperinci

2.1 Desimal. Contoh: Bilangan 357.

2.1 Desimal. Contoh: Bilangan 357. 2.Sistem Bilangan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital. Yang paling umum adalah sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan heksadesimal. Sistem bilangan desimal merupakan sistem

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Apa yang akan Anda Pelajari? Bilangan pecahan biasa, campuran, desimal, persen, dan permil Mengubah bentuk pecahan ke bentuk yang lain Operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat dengan melibatkan

Lebih terperinci

Perpangkatan dan Akar

Perpangkatan dan Akar Bab 4 Perpangkatan dan Akar Pada kehidupan sehari-hari kamu sering menemukan angka berpangkat seperti 2 2, 2 3, 2 4, dan seterusnya. Bilangan berpangkat ini memiliki makna tersendiri nilainya. Apakah kamu

Lebih terperinci

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai BILANGAN PECAHAN A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan a disebut pembilang dan

Lebih terperinci

Angka Penting dan Notasi Ilmiah

Angka Penting dan Notasi Ilmiah Angka Penting dan Notasi Ilmiah Lihat juga: bilangan Kalkulator di bawah ini akan memformat sebuah bilangan sesuai dengan angka penting yang dibutuhkan serta notasi ilmiahnya. Pembulatan akan dilakukan

Lebih terperinci

Operasi Hitung Bilangan 1

Operasi Hitung Bilangan 1 Operasi Hitung Bilangan 1 2 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 1 Operasi Hitung Bilangan Mari memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Operasi Hitung Bilangan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN 2.1 Pendahuluan Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama mengolah informasi. Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/ semester Waktu : SMP... : Matematika : VII/ 1(satu) : 2 x 0 Menit A. Standar Kompetensi: 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I Oleh: Sri Subiyanti NIP 19910330 201402 2 001 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI KECAMATAN JAKEN SEKOLAH DASAR NEGERI MOJOLUHUR 2015 I. Tinjauan Umum A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

KONVERSI BILANGAN. Bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, yang menggunakan angka 0 sampai 7. Contoh penulisan : 17 8.

KONVERSI BILANGAN. Bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, yang menggunakan angka 0 sampai 7. Contoh penulisan : 17 8. KONVERSI BILANGAN Bilangan desimal adalah bilangan yang menggunakan 0 angka mulai 0 sampai 9 berturut2. Setelah angka 9, maka angka berikutnya adalah 0,, 2 dan seterusnya. Bilangan desimal disebut juga

Lebih terperinci

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran Kurikulum 6/1 matematika K e l a s XI LIMIT ALJABAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat mendeskripsikan konsep it fungsi aljabar dengan

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 14 April Pekan Ke-2, 2006 Nomor Soal:

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 14 April Pekan Ke-2, 2006 Nomor Soal: Solusi Pengayaan Matematika Edisi 4 April Pekan Ke-, 006 Nomor Soal: 3-40 3. Manakah yang paling besar di antara bilangan-bilangan 0 9 b, 5 c, 0 d 5, dan 0 e 4 3? A. e B. d C. c D. b E. a Solusi: [E] 5

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 5 KUANTOR II: METODE MEMILIH (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Masih Berurusan dengan Kuantor Sekarang kita akan membahas metode memilih,

Lebih terperinci

KERJAKAN SOAL BERIKUT BESERTA HITUNGANYA DIBUKU CATATAN DAN DIKUMPULKAN DI MEJA GURU DEPAN KELAS

KERJAKAN SOAL BERIKUT BESERTA HITUNGANYA DIBUKU CATATAN DAN DIKUMPULKAN DI MEJA GURU DEPAN KELAS TUGAS: KERJAKAN SOAL BERIKUT BESERTA HITUNGANYA DIBUKU CATATAN DAN DIKUMPULKAN DI MEJA GURU DEPAN KELAS 1. 125 (10) =.. (2) 2. 98 (10) =.. (8) 3. 111 (10) =.. (16) 4. 11100011 (2) =.. (10) 5. 300 (8) =..

Lebih terperinci

PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR

PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR 1.1 Perpangkatan Dua (Kuadrat) Definisi. Perpangkatan adalah mengalikan suatu bilangan (asli) dng bilangan itu sendiri beberapa kali sebanyak yg ditunjukkan oleh bilangan

Lebih terperinci

BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG

BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG BAB I SISTEM BILANGAN OLEH : GANTI DEPARI JPTE FPTK UPI BANDUNG 1.1. Pengenalan Sistem Bilangan Seperti kita ketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari bilangan desimal yang sering dipergunakan adalah

Lebih terperinci

Sumber: Kamus Visual, 2004

Sumber: Kamus Visual, 2004 1 BILANGAN BULAT Pernahkah kalian memerhatikan termometer? Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Pada pengukuran menggunakan termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0

Lebih terperinci

2. 7,5 : 2,5 (2/4 x ¾) = : 25 = 3. ½ x ¾ = 3/8. 3 3/8 adalah 3 kurang atau mendekati 3. Jadi jawabannya adalah 2,625. [d]

2. 7,5 : 2,5 (2/4 x ¾) = : 25 = 3. ½ x ¾ = 3/8. 3 3/8 adalah 3 kurang atau mendekati 3. Jadi jawabannya adalah 2,625. [d] TES HITUNGAN BIASA (ARITMATIKA) Bagian I 1. 2,20 x 0,75 + 3/5 : 1/8 =... Pikir yang mudah, jangan yang sulit-sulit! Ingat, anda tidak harus menyelesaikan dengan hasil yang teliti! Cari nilai pendekatan,

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM.0 Edisi/Revisi A/0 Tanggal 7 Juli 207 Halaman dari RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. Semester Ganjil STANDAR ISI KTSP. Nama :... Kelas :... Sekolah :...

LEMBAR KERJA SISWA. Semester Ganjil STANDAR ISI KTSP. Nama :... Kelas :... Sekolah :... LEMBAR KERJA SISWA Semester Ganjil Nama :... Kelas :... Sekolah :... STANDAR ISI KTSP Standar kompetensi : Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier dan satu variabel. Kompetensi dasar

Lebih terperinci

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Bab 1 Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat: 1. menguasai sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat,. menjumlahkan

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 Barisan Bilangan

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 Barisan Bilangan EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah matematika. Eksplorasi pola-pola bilangan

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 200 MODUL BILANGAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB LOGARITMA. Untuk soal seperti di atas, maka kita perlu mengingat sifat logaritma

LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB LOGARITMA. Untuk soal seperti di atas, maka kita perlu mengingat sifat logaritma LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB LOGARITMA 1. Nilai dari 2 log 4 + 2 log 12 2 log 6... A. 8 B. 6 C. 5 D. 4 E. 3 Untuk soal seperti di atas, maka kita perlu mengingat sifat logaritma

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Pendidikan Matematika 1/PDGK4203

Peta Kompetensi Pendidikan Matematika 1/PDGK4203 i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini bertujuan memberikan wawasan kepada mahasiswa dan guru tentang Pembelajaran Matematika di SD berdasarkan hakikat anak didik dan hakikat matematika yang diramu dengan

Lebih terperinci

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER

A. SISTEM DESIMAL DAN BINER SISTEM BILANGAN A. SISTEM DESIMAL DAN BINER Dalam sistem bilangan desimal, nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri MATEMATIKA LIMIT FUNGSI SMK NEGERI 1 SURABAYA Halaman 1 BAB LIMIT FUNGSI A. Limit Fungsi Aljabar PENGERTIAN

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini.

SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini. SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini. Jawaban: Bentuk-Bentuk persamaan nilai mutlak di atas dapat diselesaikan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Hitung Jumlah Titik Bilangan Biner

Hitung Jumlah Titik Bilangan Biner Aktivitas 1 Hitung Jumlah Titik Bilangan Biner Ringkasan Data di dalam sebuah komputer disimpan dan dikirimkan dengan sejumlah angka nol dan satu. Bagaimanakah caranya kita dapat mengirimkan kata-kata

Lebih terperinci

SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016)

SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016) 1. Perhatikan gambar berikut! SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016) Berdasarkan gambar berikut, nilai pecahan yang dapat menunjukkan bagian yang diarsir

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 06 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya

Lebih terperinci

Bab 10 Penyajian Data Integer dan Bilangan Floating Point 10.1 Pendahuluan

Bab 10 Penyajian Data Integer dan Bilangan Floating Point 10.1 Pendahuluan Bab 10 Penyajian Data Integer dan Bilangan Floating Point 10.1 Pendahuluan Komputer menyimpan semua data dan instruksi program dalam bentuk biner tidak ada ketentuan khusus yang dibuat untuk penyimpanan

Lebih terperinci

Langkah 2 : mengubah bilangan Biner menjadi Desimal

Langkah 2 : mengubah bilangan Biner menjadi Desimal Sistem Bilangan Digital dan Konversi Bilangan Pengertian Sistem Digital adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengukur suatu nilai atau besaran yang bersifat tetap atau tidak teratur dalam bentuk diskrit

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data KOMPETENSI DASAR : 3.1. Memahami sistem bilangan Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) 4.1. Menggunakan sistem bilangan (Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) dalam memecahkan masalah konversi MATERI POKOK

Lebih terperinci

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT)

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) BB03-RK15-RII.0 27 Mei 2015 Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK 4203 / PENDIDIKAN MATEMATIKA I SKS : 3 SKS Nama Pengembang : ENDANG PURYANI, M.Pd Nama Penelaah : Drs. PRAMONOADI,

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 1 Kelas matematika PEMINATAN PERTIDAKSAMAAN RASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan rasional..

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN. Gambar 1 Pengukuran dan ralat: g = (9.801 ± 0.002) m/s 2

ANALISIS PENGUKURAN. Gambar 1 Pengukuran dan ralat: g = (9.801 ± 0.002) m/s 2 1 ANALISIS PENGUKURAN Ralat (Uncertainties), Perambatan ralat (Propagation of Error), Pencocokan Kuadrat tekecil (Least Square Fitting), dan Analisis Grafik 1. Pengukuran 1.1 Ralat dalam Pengukuran Dalam

Lebih terperinci

KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL

KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL KONVERSI BILANGAN BINNER, OKTAL, DESIMAL & HEXADESIMAL NURLITA nurlita.icha@gmail.com Abstrak Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH DASAR ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH DASAR ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA - 2006 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran : Matematika

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA

SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA SISTEM BILANGAN REPRESENTASI DATA Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik, pemrosesan data dan operasi

Lebih terperinci

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai 1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai tempat. Menggunakan sistem desimal (dari kata decem, bahasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017 PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMP Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Matematika Banyak soal : 25/5 Kelas : VII Pembuat Soal : Tim Kurikulum : KTSP Bentuk Soal

Lebih terperinci

pangkatnya dari bilangan 10 yang dipangkatkan ( 1

pangkatnya dari bilangan 10 yang dipangkatkan ( 1 Desimal A. Pendahuluan Desimal dapat digunakan untuk menyatakan bilangan yang sangat besarataupun bilangan yang sangat kecil, yang tidak dapat dinyatakan dengan bilangan bulat ataupun rasional. Misalnya

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini PENDAHULUAN Konsep Pra - Bilangan dan Bilangan Cacah KONSEP PRA-BILANGAN DAN BILANGAN CACAH Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah. Isi modul ini membahas tentang konsep pra-bilangan dan bilangan

Lebih terperinci

Peta konsep BILANGAN. Kata Kunci. Operasi Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka. meminjam menaksir meyimpan pola

Peta konsep BILANGAN. Kata Kunci. Operasi Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka. meminjam menaksir meyimpan pola Peta konsep BILANGAN Operasi Hitung Bilangan Sampai Tiga Angka Mengenal Bilangan Garis Bilangan Operasi Hitung Bilangan Nilai Mata Uang Kata Kunci barisan bilangan garis bilangan ketidaksamaan meminjam

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Bulat. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id

Bab. Bilangan Bulat. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id Bab 1 Bilangan Bulat Kamu telah mengetahui, bahwa operasi hitung itu terdiri atas penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Ketika kamu menghadapi pemecahan masalah dalam bentuk soal cerita terkadang

Lebih terperinci

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL II ARITMATIKA BINER

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL II ARITMATIKA BINER MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL II ARITMATIKA BINER YAYASAN SANDHYKARA PUTRA TELKOM SMK TELKOM SANDHY PUTRA MALANG 2008 MODUL II ARITMATIKA BINER Mata Pelajaran : Teknik Digital Kelas : I (Satu) Semester :

Lebih terperinci

Definisi Metode Numerik

Definisi Metode Numerik Definisi Metode Numerik Seringkali kita menjumpai suatu model matematis yang berbentuk persamaan, baik itu linier ataupun non-linier, sistem persamaan linier ataupun sistem persamaan non-linier, differensial,

Lebih terperinci

MODUL 1 SISTEM BILANGAN

MODUL 1 SISTEM BILANGAN MODUL 1 SISTEM BILANGAN 1. Definisi Sistem Bilangan Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan tanggal 17

Lebih terperinci

- Burhan Mustaqim - Ary Astuty

- Burhan Mustaqim - Ary Astuty - Burhan Mustaqim - Ary Astuty - Burhan Mustaqim - Ary Astuty Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA 1. Sebelum mengerjakan soal, telitilah dahulu jumlah dan nomor halaman yang terdapat pada naskah soal. Pada naskah soal ini terdiri dari 30 soal pilihan ganda

Lebih terperinci

BAB 3 LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI

BAB 3 LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI Diktat Kuliah TK Matematika BAB LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI Limit Fungsi Pengantar Limit Tinjau fungsi yang didefinisikan oleh f ( ) Perhatikan bahwa fungsi ini tidak terdefinisi pada = karena memiliki

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun

Lebih terperinci

Penggunaan Vedics Mathematics Dalam Operasi Pemangkatan Bilangan

Penggunaan Vedics Mathematics Dalam Operasi Pemangkatan Bilangan Penggunaan Vedics Mathematics Dalam Operasi Pemangkatan Bilangan Dewi Murni 1), Vivi Angriani 2) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang 1) Dosen Jurusan Matematika FMIPA UNP 2)Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

Menentukan akar-akar persamaan polinomial

Menentukan akar-akar persamaan polinomial Menentukan akar-akar persamaan polinomial Bagaimana cara menentukan akar-akar persamaan polinomial ini? x 4 4x 3 x 2 + 16x 12 = 0 Penyelesaian: Kalau kita tulis akar-akar polinomial itu adalah p, q, r,

Lebih terperinci

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) Pengantar Teknologi Informasi 1 BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1 SISTEM BILANGAN Bilangan adalah representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan dapat direpresentasikan

Lebih terperinci

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor ALJABAR BENTUK ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

KONVERSI BILANGAN. B. Konversi Bilangan Desimal ke Biner Contoh =. 2? Tulis sisa hasil bagi dari bawah keatas =

KONVERSI BILANGAN. B. Konversi Bilangan Desimal ke Biner Contoh =. 2? Tulis sisa hasil bagi dari bawah keatas = KONVERSI BILANGAN A. Pengertian Bilangan Desimal, Biner, Oktal dan Heksadesimal 1. Bilangan desimal adalah bilangan yang menggunakan 10 angka mulai 0 sampai 9. Setelah angka 9, maka angka berikutnya adalah

Lebih terperinci

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4. BILANGAN A. BILANGAN BULAT Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sempoa merupakan suatu warisan kebudayaan dari Tiongkok dan merupakan penemuan terbesar dalam sejarah dunia. Namun, pada zaman modern ini kepraktisan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3: NILAI RINGKASAN DATA

BAB 3: NILAI RINGKASAN DATA BAB 3: NILAI RINGKASAN DATA Penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik memberikan kemudahan bagi kita untuk menggambarkan data dan membuat kesimpulan terhadap sifat data. Namun tabel dan grafik belum

Lebih terperinci

1.Tentukan solusi dari : Rubrik Penskoran :

1.Tentukan solusi dari : Rubrik Penskoran : 1.Tentukan solusi dari : 1 7 1 Rubrik Penskoran : Skor Kriteria Langkah langkah untuk membentuk persamaan kuadrat telah benar. 4 Langkah pemfaktoran telah benar. (jika digunakan) Terdapat dua solusi yang

Lebih terperinci

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya

Lebih terperinci

PENERAPAN ALJABAR DALAM TEKNIK MENGHITUNG PERKALIAN DUA BILANGAN Oleh : Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

PENERAPAN ALJABAR DALAM TEKNIK MENGHITUNG PERKALIAN DUA BILANGAN Oleh : Musthofa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY PENERAPAN ALJABAR DALAM TEKNIK MENGHITUNG PERKALIAN DUA BILANGAN Oleh : Musthofa mtofa99@yahoo.co.id Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Teknik menghitung perkalian dua bilangan yang terkenal

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Instrumen. Tugas individu. Memberikan contoh bilangan bulat.

Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Instrumen. Tugas individu. Memberikan contoh bilangan bulat. Silabus Jenjang : SMP dan MTs Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII Semester : 1 Standar Kompetensi : BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar Materi

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KEISTIMEWAAN BARISAN POLINOM

MEMANFAATKAN KEISTIMEWAAN BARISAN POLINOM Materi Publikasi Karya Tulis MGMP Matematika Kabupaten Blitar Tahun 2014 MEMANFAATKAN KEISTIMEWAAN BARISAN POLINOM HALAMAN SAMPUL Oleh GUNAWAN SUSILO SMP NEGERI 1 GANDUSARI KABUPATEN BLITAR BLITAR PEBRUARI

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN 50 LAMPIRAN-LAMPIRAN 50 Lampiran 1 Instrumen Pembelajaran Lampiran 1.1 Silabus Lampiran 1.2 RPP Kelas PBM Pertemuan 1 Lampiran 1.3 RPP Kelas PBM Pertemuan 2 Lampiran 1.4 RPP Kelas PBM Pertemuan 3 Lampiran

Lebih terperinci

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan PECAHAN Sebuah gelas jika terkena getaran dapat pecah berkeping-keping. Bagian pecahannya lebih kecil daripada ketika gelas masih utuh. Menurut kalian, samakah jumlah seluruh pecahan gelas dengan satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Tuntang yang beralamat di Jalan Bringin-Tuntang Km 5,

Lebih terperinci

Operasi Hitung Pecahan

Operasi Hitung Pecahan Bab Operasi Hitung Pecahan Pernahkah kamu melihat ibumu memotong kue? Berapa bagian potongan kue tersebut? Tiap-tiap potongan kue itu merupakan pecahan dari kue yang ibu potong. Pada pembelajaran kali

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS UNTUK MAHASISWA 9 CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Dalam Uraian

Lebih terperinci

PELATIHAN TES POTENSI AKADEMIK (TPA) Yogyakarta, 11 Maret 2009

PELATIHAN TES POTENSI AKADEMIK (TPA) Yogyakarta, 11 Maret 2009 PELATIHAN TES POTENSI AKADEMIK (TPA) Yogyakarta, 11 Maret 2009 Apakah TPA itu? TPA adalah suatu tes yang diperuntukkan mengukur kemungkinan keberhasilan seseorang apabila yang bersangkutan melanjutkan

Lebih terperinci