BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Stabilitas suatu sediaan farmasi adalah apasitas sediaan tersebut untu mempertahanan spesifiasi yang telah ditentuan untu menjamin identitas, euatan, ualitas, dan emurniannya (Carstensen, 990). Data stabilitas suatu obat merupaan hal penting dalam pembuatan sediaan farmasi. Jia obat tida stabil maa potensinya aan menurun. Asam asorbat stabil dalam eadaan ering tetapi mudah terosidasi dalam larutan membentu asam dehidroasorbat. Laju penguraian sianoobalamin dalam larutan meningat dengan penambahan gom arab, aldehid, asam asorbat, tembaga, ferro gluonat, niotinamida, tiamin, dan bahan peredusi (Remington, 005; Connors d., 99). Dewasa ini, ombinasi asam asorbat dan sianoobalamin banya digunaan dalam sediaan multivitamin. Padahal beberapa penelitian telah melaporan mengenai inompatibilitas asam asorbat dan sianoobalamin di dalam larutan. Selain itu, sejumlah besar sianoobalamin dihilangan oleh asam asorbat etia dosis besar asam asorbat dionsumsi urang dari satu jam setelah pemberian oral sianoobalamin (AHFS, 005; Ichiawa, 005; Herbert&Jacob, 974). Dalam penelitian Ichiawa (005) dinyataan bahwa NaCl dan garam-garam halida seperti alium, magnesium, dan alsium halida dapat meningatan stabilitas asam asorbat dan sianoobalamin sehingga interasi asam asorbat dan sianoobalamin dapat dicegah. Zat lain yang juga dapat meningatan stabilitas asam asorbat dan sianoobalamin adalah ammonium sulfat, alsium sulfat, KCN, dan MgCl (Hashmi, 97; Marcus, 980). Penelitian ini bertujuan untu melihat pengaruh penambahan natrium sulfat terhadap interasi dan stabilitas asam asorbat dan sianoobalamin.

2 BAB TINJAUAN PUSTAKA. Vitamin dan Sediaan Multivitamin Vitamin adalah zat gizi yang diperluan dalam jumlah ecil untu proses metabolisme di dalam tubuh. Vitamin berfungsi sebagai atalis dan substrat dalam reasi imia. Saat bertinda sebagai atalis, vitamin beriatan dengan enzim dan disebut sebagai ofator. Vitamin juga bertinda sebagai oenzim untu membawa gugus fungsi di antara enzimenzim. Hingga tahun 900-an, vitamin diperoleh dari maanan. Banya sumber maanan yang mengandung berbagai macam vitamin. Namun, jia vitamin hanya diperoleh dari maanan maa perubahan pola maan aan mengaibatan perubahan pula pada asupan vitamin. Seiring dengan emajuan tenologi, telah banya vitamin yang dapat disintesis atau diisolasi. Maa dibuatlah sediaan multivitamin yang pratis untu mengatasi eurangan asupan vitamin oleh tubuh.. Sianoobalamin.. Aspe Fisia dan Kimia Sianoobalamin merupaan serbu hablur atau amorf berwarna merah sampai merah tua. Bentu anhidratnya mempunyai sifat yang sangat higrosopis. Jia terpapar pada udara dapat menyerap air lebih urang %. Sianoobalamin harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tida tembus cahaya. Sianoobalamin mempunyai rumus moleul C 63 H 88 CoN 4 O 4 P dengan strutur seperti terlihat pada Gambar.. Sianoobalamin adalah suatu senyawa oordinasi yang mengandung obalt. Sianoobalamin terdiri dari cincin orin yang mengandung obalt, gula D-ribofuranosa dan nuleotida 5,6-dimetil-benzi-midazole. Huruf-huruf a sampai g yang dilingari pada gambar.. menunjuan tujuh substituen amida pada cincin orin (Connors d., 99). diases tanggal 9 Januari 007

3 3 Gambar. Strutur moleul sianoobalamin (Connors d., 99). Pada suhu amar, sianoobalamin paling stabil pada ph 4,5 5,0 (Connors d., 99). Sianoobalamin larut dalam air (:80) dan alohol; tida larut dalam aseton, loroform, dan eter. Zat ini menjadi gelap pada suhu C; menjadi hitam tanpa melebur pada suhu C (Merc Index, 3 th ; Remington, 005 )... Aspe Farmaologi Pada manusia, sumber esogen sianoobalamin diperluan untu berbagai fungsi fisiologis tubuh. Sianoobalamin dapat diubah menjadi oenzim sianoobalamin dalam jaringan. Koenzim sianoobalamin yang terbentu ini berperan pada biosintesis basa purin dan pirimidin; redusi ribonuleotidatrifosfat menjadi -desosiribonuleotidatrifosfat; perubahan metilmalonil-oenzim A menjadi susinil-oenzim A; sintesis metionin dari homosistein; dan pembentuan sistem mielin dalam sistem saraf. Tanpa oenzim sianoobalamin, tetrahidrofolat tida bisa diubah dari 5-metiltetrahidrofolat menjadi bentu atifnya sehingga aan terjadi eurangan folat dalam tubuh. Berdasaran fungsi tersebut di atas jelaslah bahwa pada defisiensi sianoobalamin pembentuan eritrosit terganggu dan hanya sediit mielin yang terbentu, sehingga di

4 4 samping anemia megaloblasti dapat juga terjadi gejala neurologi yang berat atau pun atropi muosa saluran cerna. Terapi ausal gangguan ini dilauan dengan pemberian secara parenteral sediaan sianoobalamin. Pemberian secara oral, walaupun ditambahan fator intrisi aan segera ehilangan hasiatnya setelah beberapa saat (AHFS, 005; Mutschler, 986)...3 Aspe Farmaoinetia Sianoobalamin beriatan dengan fator intrinsi, glioprotein, yang dieluaran oleh muosa lambung, emudian secara atif diserap oleh saluran pencernaan. Absorpsi terganggu pada pasien yang tida memilii fator intrinsi. Absorpsi dari saluran pencernaan juga dapat terjadi melalui difusi pasif. Setelah pemberian intranasal, onsentrasi punca plasma sianoobalamin dicapai dalam watu hingga jam. Ketersediaan hayati dari sediaan intranasal seitar 7 % dibandingan sediaan injesi intramusular. Sianoobalamin beriatan dengan protein plasma spesifi yaitu transobalamin. Transobalamin II iut terlibat dalam transport obalamin e jaringan. Sianoobalamin disimpan dalam hati, diesresian dalam empedu, dan masu e dalam silus enterohepati. Sebagian dosis diesresian melalui urin pada 8 jam pertama. Esresi urinari hanya mengeluaran sejumlah ecil sianoobalamin dari jumlah total dalam tubuh yang diperoleh dari maanan. Sianoobalamin dapat menembus plasenta dan muncul di air susu ibu (ASI) (Martindale, 005)...4 Stabilitas Sianoobalamin Efe ph dan cahaya terhadap penguraian sianoobalamin dijelasan sebagai beriut: dalam larutan asam, aan terjadi silisasi amida menghasilan γ-laton pada cincin B. Gambar. Silisasi amida menghasilan γ-laton.

5 5 Hidrolisis gugus amida juga terjadi namun beberapa amida tida terhidrolisis pada laju yang sama. Bila dilihat dari strutur siaobalamin pada gambar.. gugus fungsional yang paling mudah terhidrolisis adalah propionamida b dan e. Propionamida f dan asetamida g aan terhidrolisis dengan laju yang moderat. Asetamida a dan c paling suar terhidrolisis. Dengan demiian, dalam larutan asam aan terbentu campuran senyawa yang terdiri dari sampai 7 asam arbosilat. Disosiasi nuletioda dari atom obalt juga terjadi pada ondisi asam. Apabila hal ini terjadi bersama dengan hidrolisis propionamida f maa terbentu senyawa yang tida mengandung nuletioda. Pada ondisi asam uat, aan terbentu asam poliarbosilat yang mengandung nuleotida mau pun yang tida mengandung nuleotida. Reasi deativasi sianoobalamin dalam larutan asam dapat dirangum dalam persamaan laju untu berbagai gugus fungsional amida. Untu dua gugus asetamida c, dua reasi yang saling bersaing adalah: asam arbosilat c Sianoobalamin () γ-laton Untu hidrolisis gugus amida a, b, d, e, dan g menjadi asam arbosilat, reasinya adalah sebagai beriut: Sianoobalamin 3, 4, 5, 6, 7 asam-asam arbosilat () Reasi tersebut terjadi secara paralel dengan reasi (). Tipe yang etiga dari reasi paralel ini melibatan hidrolisis propionamida f, dengan emunginan terjadi disosiasi nuleotida lebih lanjut: Sianoobalamin 8 asam arbosilat f 9 sianoobalamin bebas-nuleotida (3) Dalam larutan asam, seluruh reasi tersebut mengaibatan terjadinya deativasi sianoobalamin. Dalam ondisi basa, terjadi ristalisasi gugus fungsional asetamida menghasilan fusi latam pada cincin B dapat dilihat pada Ganbar.3. Seperti halnya hidrolisis asam, pada ondisi basa aan terbentu campuran asam arbosilat. Aan tetapi, arena pembentuan cincin latam terjadi terlalu cepat, maa seluruh produ asam arbosilat diyaini mengandung latam. Dengan demiian,

6 6 campuran dari senyawa yang mengandung satu sampai enam asam arbosilat aan diperoleh pada ondisi basa. Gambar.3 Kristalisasi gugus fungsional asetamida. Reasi deativasi yang utama di bawah ondisi basa adalah: Sianoobalamin 0 latam terfusi Sianoobalamin bersifat fotosensitif. Dengan adanya cahaya, iatan organometali aan pecah memberian radial 5 -deosi-adenosil dan ob(ii)alamin. Kob(II)alamin stabil dalam suasana asam tanpa osigen. Adanya osigen, menyebaban terbentunya hidrosiobalamin yaitu sianoobalamin dengan gugus hidrosil yang menggantian ligan siano. Hidrosiobalamin atif secara farmaologi namun urang stabil, hususnya dalam larutan basa. Paparan cahaya matahari yang terlalu lama menyebaban erusaan permanen. Reasi sianoobalamin terindusi cahaya dapat dirangum pada sema laju: sianoobalamin auoobalamin 3 produ degradasi lanjutan Laju penguraian dalam larutan aan meningat dengan penambahan gom arab, aldehid, asam asorbat, tembaga, ferro gluonat, niotinamida, niasinamida, tiamin, dan bahan peredusi. Hasil urai asam asorbat, termasu asam dehidroasorbat, lebih berperan atas hilangnya sianoobalamin dibanding asam asorbat itu sendiri (Connors d., 99)...5 Usaha Stabilisasi Sianoobalamin Sianoobalamin dalam larutan distabilan dengan antiosidan bahan penghelat, asam sitrat, sistein, diiso-propil-amonium diloro-asetat, garam logam, gluonat, latat, dapar fosfat, senyawa polihidrosi, garam alium, dan garam natrium. Dapar fosfat pada ph 4,6 yang mengandung 0,8% natrium lorida juga dapat menstabilan sianoobalamin (Connors d., 99).

7 7.3 Asam Asorbat.3. Aspe Fisia dan Kimia Asam asorbat merupaan hablur atau serbu yang berwarna putih atau aga uning, tida berbau, dan berasa asam. Asam asorbat mempunyai rumus moleul C 6 H 8 O 6 dengan strutur sebagai beriut: Gambar.4 Strutur moleul asam asorbat (Connors d., 99). Asam asorbat stabil dalam eadaan ering tetapi mudah terosidasi dalam larutan. Zat ini lambat laun aan berubah warna menjadi gelap arena pengaruh cahaya. Reasi osidasi asam asorbat dipercepat oleh pemanasan, cahaya, basa, enzim osidatif, logam-logam tertentu hususnya tembaga (Remington, 005). Pada suhu 0 0 C sebanya (satu) bagian asam asorbat larut dalam 3,5 bagian air, 00 bagian gliserol, 0 bagian propilen gliol, 50 bagian etanol, dan 5 bagian etanol 95%. Asam asorbat tida larut dalam eter, loroform, dan benzen. Jara lebur antara C dengan penguraian. Rotasi jenis larutan 0% b/v antara +0,5 0 hingga +,5 0. Larutan asam asorbat memilii ph stabilitas optimum pada ph 5,4. Larutan 5% b/v dalam pelarut air memilii rentang ph,,6. Asam asorbat memilii onstanta disosiasi yaitu pk = 4,7 dan pk =,57 (Wade, 994; Merc Index, 3 th ). Asam asorbat memilii sebuah arbon iral sehingga dapat membentu (dua) enantiomer sebagai beriut: asam L-asorbat dan asam D-asorbat. Asam L-asorbat yang terbentu secara alami memilii ativitas biologi sedangan asam D-asorbat memilii sifat antiosidan (AHFS, 005)..3. Aspe Farmaologi Asam asorbat berfungsi sebagai ofator dalam sejumlah reasi amidasi dan hidrosilasi dengan mentransfer eletron epada enzim yang mempunyai eivalen-eivalen peredusi. Fungsi fisiologis dari asam asorbat didasaran pada emampuannya tersebut untu

8 8 berbagai reasi osidasi-redusi bioimia. Asam asorbat juga merupaan antiosidan seunder efetif dengan menangap osigen dan nitrogen reatif seperti; hidrosil, perosil, superosid, perosinitrit, dan nitrosida. Selain itu, asam asorbat juga berperan dalam pengaturan sintesis prostaglandin, bronodilator dan vasodilator, perubahan asam folat menjadi asam folinat, hidrosilasi prolin menjadi hidrosiprolin yang diperluan untu pembentuan olagen, metabolisme arbohidrat, sintesis lipid dan protein, respirasi selular, dan pengativan trombin. Di samping itu juga meningatan sistem eebalan tubuh dan absorpsi besi (AHFS,005; Mutschler, 986)..3.3 Aspe Farmaoinetia Asam asorbat diserap langsung dari saluran pencernaan dan didistribusian di dalam jaringan tubuh. Konsentrasi plasma dari asam asorbat muncul jia dosis ditingatan hingga mencapai eadaan tuna dengan dosis harian seitar mg. Tubuh menyimpan asam asorbat seitar,5 gram walaupun jumlah yang lebih besar dapat disimpan jia asam asorbat dionsumsi lebih dari 00 mg per hari. Konsentrasi lebih tinggi terdapat dalam leuosit dan platelet daripada di dalam eritrosit dan plasma. Pada defisiensi asam asorbat, onsentrasi dalam leuosit menurun sehingga hal ini dapat dijadian tola uur yang bai untu evaluasi defisiensi asam asorbat dibandingan dengan menguur onsentrasi di dalam plasma. Asam asorbat diosidasi dalam reasi esetimbangan yang bola-bali menjadi asam dehidroasorbat. Dalam tubuh zat ini dimetabolisme menjadi asorbat--sulfat yang tida atif dan asam osalat yang diesresian melalui urin. Kelebihan asam asorbat dalam tubuh dieliminasi secara cepat dalam urin dalam bentu frasi ta berubah. Hal ini umum terjadi apabila asupan harian melebihi 00 mg. Asam asorbat dapat menembus plasenta dan didistribusian e dalam ASI (Martindale, 005)..3.4 Stabilitas Asam Asorbat Asam asorbat merupaan laton ta jenuh (ester sili). Zat ini dalam larutan air mudah terosidasi (reasinya bola-bali) membentu asam dehidroasorbat. Laju osidasinya tergantung pada ph dan onsentrasi osigen serta diatalisis oleh ion logam. Asam dehidroasorbat dapat mengalami hidrolisis lebih lanjut membentu hasil urai yang tida bola-bali yaitu asam dietogluonat dan asam osalat. Asam asorbat juga mudah

9 9 terurai di bawah ondisi anaerob mengalami dehidrasi dan hidrolisis membentu furfural dan arbondiosida. Reasi dehidrasi lebih cepat dalam suasana asam dibandingan suasana basa selaras dengan atalisis ion hidrogen. Profil laju ph bagi eduanya bai penguraian aerob maupun anaerob aan mencapai masimal pada seitar ph 4 (mendeati pk ). Sema inetia dan persamaan laju untu edua proses tersebut adalah sebagai beriut: Kondisi aerob Gambar.5 Meanisme penguraian asam asorbat dalam ondisi aerob. Asam dietogluonat yang terbentu seterusnya mengalami serangaian proses osidasi membentu tiga moleul asam osalat. Sema inetia yang terjadi diduga adalah sebagai beriut: HA H H produ A HA produ 3 A produ H A dan HA - merupaan asam asorbat tida terdisosiasi dan monodisosiasi, dan (H A. HA - ) merupaan omples dari asam asorbat tida terdisosiasi bersama monohidrogen asorbat. Persamaan lajunya adalah: [ HA ] + [ H A HA ] [ H A] laju = + 3 Kondisi anaerob Sema inetia yang terjadi diduga adalah sebagai beriut: H A + H H A produ H A HA HA HA A H A produ 5 produ 6 produ produ 3 produ

10 0 Gambar.6 Meanisme penguraian asam asorbat dalam ondisi anaerob. Persamaan lajunya adalah: laju = + [ H A][ H ] + [ H A] + [ H A HA ] + [ HA ][ H A] + [ HA ] + [ ] A Persamaan laju orde-pertama semu untu edua sema di atas adalah laju = [A T ], di mana [A T ] adalah onsentrasi asam asorbat total. Energi ativasi untu deomposisi aerob dan anaerob pada harga ph berbeda dapat dilihat pada Tabel.. Asam asorbat dapat distabilan dengan bahan-bahan penolong, di samping pengendalian variabel ph, suhu, cahaya, dan osigen. Natrium bisulfit ditambahan sebagai antiosidan dimasudan untu bereasi dengan asam asorbat di bawah ondisi anaerob pada reasi orde-pertama-semu Konsentrasi awal asam asorbat dalam larutan juga menentuan laju penguraian (Connors d., 99). Tabel. Energi Ativasi untu Deomposisi Aerob dan Anaerob pada Harga ph Berbeda (Connors d., 99) Aerob a Anaerob b ph E a (al/mol) ph E a (al/mol) 3,5, 0,38 9 4,55 0,9 4,00 5 5,45 0, 7,50 4 6,60 7,8,38 3 a ) Jara suhu C b ) Jara suhu C

11 .4 Kebutuhan Harian Sianoobalamin dan Asam Asorbat Manusia tida dapat mensintesis sendiri sianoobalamin dan asam asorbat. Kedua vitamin ini dapat diperoleh dari asupan maanan. Dalam ondisi pola maan normal, jumlah sianoobalamin yang diperluan oleh tubuh sudah terpenuhi. Sianoobalamin hanya dapat diperoleh dari produ-produ hewan seperti: daging, susu, telur, dan ian. Sedangan asam asorbat lebih banya terdapat dalam buah dan sayuran (Martindale, 005). Setiap hari manusia memerluan asam asorbat dalam jumlah tertentu tergantung umur, jenis elamin, dan ondisi spesifi lainnya. Konsumsi harian asam asorbat harus seimbang dengan jumlah yang diesresian atau dimusnahan oleh osidasi. Pada ondisi tertentu, dosis berlebih dari asam asorbat diperluan untu mencapai onsentrasi normal dalam plasma (Goodman&Gilman s, 748)..5 Kinetia Kimia Prinsip-prinsip inetia merupaan hal yang sangat penting dalam menentuan stabilitas imia suatu obat (Carstensen, 990). Dengan mempelajari inetia imia maa dapat ditentuan ecepatan reasi penguraian obat sehingga watu adaluwarsa obat tersebut dapat diperiraan (Connors, d, 99)..5. Kecepatan Reasi Kecepatan reasi adalah besarnya perubahan onsentrasi zat pereasi dan hasil reasi per satuan watu. Menurut Huum Asi Massa, ecepatan reasi sebanding dengan hasil ali onsentrasi molar reatan yang masing-masingnya dipangatan dengan jumlah moleul senyawa yang terlibat di dalam reasi. Misalnya dalam reasi beriut: aa + bb cc + dd ecepatan reasinya adalah dc d[ A] d[ B] d[ C] d[ D] = = = + = + dt a dt b dt c dt d dt disebaban metabolit obat atau hasil urai obat tida dapat atau sangat suar ditentuan secara uantitatif (Shargel, 985) maa ecepatan reasi ditentuan sebagai beriut: dc dt dc = dt [ A] a [ B] b = ecepatan reasi, = onstanta ecepatan reasi, dan a, b = orde reasi

12 Tabel. Kebutuhan Harian Sianoobalamin dan Asam Asorbat (Goodman&Gilman s) Kategori Usia Berat Tinggi Sianoobalamin Asam Asorbat (tahun) (g) (cm) (μg) (mg) Bayi 0,0 0, ,3 30 0, , , , ,4 45 Pria , , , , ,0 60 Wanita , , , , ,0 60 Hamil, 70 Menyusui 6 bulan I, bulan II, Meanisme Reasi a. Reasi Sederhana Setiap reasi elementer bereasi secara stohiometri memberian jumlah moleul yang aan bereasi pada tahap tersebut untu membentu suatu produ. Dalam hal ini moleularitas aan berhubungan dengan orde reasi. b. Reasi Komples Banya reasi tida dapat dinyataan secara sederhana dengan persamaan orde nol, satu, dan dua. Reasi tersebut melibatan lebih dari satu reasi elementer/reasi sederhana. Proses ini meliputi reasi reversibel, paralel, dan berseri/berurutan (Martin d., 993). reasi reversibel reasi paralel reasi berseri/berurutan A A + B A C + D B C B C

13 3.5.3 Orde Reasi-reasi Kimia Orde reasi adalah jumlah atom atau moleul yang onsentrasinya menentuan ecepatan reasi. Misalnya untu reasi: aa + bb produ maa orde reasi untu A adalah a, untu B adalah b, dan orde reasi eseluruhan adalah (a + b) (Martin d., 993). a. Reasi orde nol Reasi orde nol terjadi jia ecepatan reasi tida tergantung pada onsentrasi pereasi sehingga perubahan onsentrasi onstan setiap watu. Karena C 0 = dan C adalah onsentrasi, maa persamaan ecepatan reasi untu reasi orde nol adalah: [ C] 0 d = 0 C dt dc = o dt Jia persamaan di atas diintegrasian, maa diperoleh persamaan: C = C o o t Jia data perubahan onsentrasi dari reasi orde nol diplot terhadap watu maa aan diperoleh garis lurus dengan emiringan o. Satuan untu onstanta ecepatan reasi orde nol, o, adalah onsentrasi per satuan watu, contoh: mol liter - deti -, dimana watu (deti) dan onsentrasi (mol liter - ). Dari persamaan di atas dapat dihitung watu ( ) paruh t suatu obat yaitu watu yang dibutuhan suatu zat untu terurai menjadi setengah onsentrasi semula. b. Reasi Orde Satu C o t = C o = Reasi orde satu terjadi jia ecepatan reasi tergantung pada onsentrasi salah satu pereasi. Persamaan ecepatan reasi untu reasi orde satu adalah: [ C] o [ C] d = C dt Jia persamaan di atas diintegrasian, maa diperoleh persamaan: o lnc = ln Co t 0 t

14 4 Persamaan di atas menunjuan bahwa dalam reasi orde satu onsentrasi aan turun secara esponensial. Jia logaritma onsentrasi dari reasi orde satu diplot terhadap watu maa aan diperoleh garis lurus dengan emiringan garis yang setara dengan, 303. Satuan untu onstanta ecepatan reasi orde satu,, adalah /satuan watu. Persamaan watu paruhnya adalah: ln C = ln Co t 0,693 t = ln = o c. Reasi Orde Dua Reasi orde dua terjadi apabila dua moleul bereasi sehingga ecepatan reasi bergantung pada dua onsentrasi pereasi tersebut. A + B produ Kecepatan penguraian A sebanding dengan ecepatan penguraian B. Persamaan ecepatan reasinya adalah: d[ A] d[ B] = = [ A] [ B] dt dt Jia a dan b adalah onsentrasi awal A dan B, dan x adalah onsentrasi produ yang dihasilan pada watu t, persamaan ecepatan reasinya menjadi: dx = dt saat t. dx dt = ( a x)( b x) ecepatan reasi, sedangan ( a x) dan ( b x) adalah onsentrasi sisa A dan B pada Integrasi persamaan di atas memberian persamaan beriut: b( a x) =,303 t( a b) log a( b x) Jia onsentrasi A dan B sama,sehingga a = b maa persamaan yang berlau adalah: dx = ( ) a x dt Jia diintegrasian, maa diperoleh persamaan beriut: = at x a x

15 5 Jia a x ( a x) diplot terhadap watu maa aan diperoleh garis lurus dengan emiringan. Jia onsentrasi awal, a dan b tida sama, plot menghasilan garis lurus dengan emiringan ( a b ) ( a x) ( b x) b log terhadap watu harus a. Satuan untu onstanta ecepatan,303 reasi orde dua,, adalah L/mol/deti (Martin d., 993)..5.4 Metode Penentuan Orde Reasi Orde reasi dapat ditentuan dengan beberapa metode: a. Metode substitusi Dengan metode substitusi data yang diperoleh dari studi inetia disubstitusian e dalam berbagai persamaan orde reasi. Persamaan yang memberian nilai onstan dalam batasan-batasan variasi percobaan menunjuan bahwa reasi yang terjadi mengiuti orde reasi tersebut. b. Metode grafi Dengan metode grafi data yang diperoleh dari sudi inetia diplot dalam bentu grafi. Jia garis lurus diperoleh dari grafi hubungan onsentrasi terhadap watu maa reasi yang terjadi mengiuti orde nol. Jia garis lurus diperoleh dari grafi hubungan logaritmi onsentrasi terhadap watu maa reasi yang terjadi mengiuti orde satu. Jia garis lurus diperoleh dari grafi hubungan /onsentrasi terhadap watu maa reasi yang terjadi mengiuti orde dua. Ct log C t /C t t t t orde nol orde satu orde dua Gambar.7 Grafi orde reasi. c. Metode watu paruh Pada reasi orde nol, watu paruh sebanding dengan onsentrasi awal, ( a ). Pada reasi orde satu, watu paruh tida bergantung pada onsentrasi. Pada reasi orde dua, di mana a = b, watu paruh sebanding dengan a. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjuan

16 6 bahwa secara umum, dengan metode watu paruh penentuan orde reasi didasaran pada hubungan beriut: Keterangan: n adalah orde reasi. a / n t Jia dua reasi dilauan pada dua onsentrasi yang berbeda, a dan a, watu paruh t / () dan t / () dibandingan sebagai beriut: atau dalam bentu logaritmi: dan orde reasi: t t / () / () t log t ( a ) = ( a / () / () n n ) = a = a ( n ) a log a ( t t ) log / () / () n = + log( a a ) Dengan mensubtitusian nilai watu paruh dan onsentrasi awal maa orde reasi dapat ditentuan (Martin d., 993). n.6 Fator-fator yang Mempengaruhi Kecepatan Reasi Selain onsentrasi banya fator yang mempengaruhi ecepatan reasi. Di antaranya yaitu: suhu, pelarut, euatan ion, onstanta dieletri, ph, dan cahaya. a. Suhu Kecepatan dari banya reasi aan nai seitar dua sampai tiga ali lipat pada setiap enaian suhu sebesar 0 0 C (Martin d., 993). Pengaruh suhu pada ecepatan reasi penguraian ditunjuan oleh Persamaan Arrhenius: Ea / RT = Ae atau Ea log = log A,303 RT = onstanta ecepatan reasi, A = fator freuensi atau fator Arrhenius, E a = energi ativasi, R = onstanta gas, T = suhu absolut. b. Pelarut Untu reasi bimoleular, pengaruh pelarut terhadap ecepatan reasi penguraian suatu obat diberian oleh persamaan beriut: A + B (AB) * produ

17 7 V log = log o + ( Δδ A + Δδ B Δδ ),303RT o = onstanta ecepatan reasi dalam suatu larutan sangat encer, = onstanta ecepatan reasi, V = volume molar, R = onstanta gas, T = suhu absolut, δ A, δ B, δ* = selisih perbedaan parameter elarutan atau teanan dalam dari pelarut dan pereasi A, B, dan omples terativasi (AB)* (Martin d., 993). Persamaan ini menandaan bahwa jia teanan dalam atau polaritas produ sama dengan pelarut, maa Δδ 0 dan jia teanan dalam pereasi tida sama dengan pelarut, maa δ A dan δ B > 0, ecepatan reasi aan menjadi besar dalam pelarut tersebut dibandingan dalam larutan ideal. Sebalinya, jia polaritas pereasi sama dengan pelarut maa Δ δ dan Δ δ A B 0 dan jia tida sama maa δ* > 0, maa ( δ A + δ B ) - δ * aan memilii harga negatif yang besar sehingga ecepatan reasi aan menjadi ecil di dalam pelarut tersebut (Martin d., 993). c. Keuatan Ion Pengaruh euatan ion terhadap ecepatan reasi ditunjuan oleh persamaan beriut: log = log +, 0 o o = onstanta ecepatan reasi pada euatan ion = 0. Jia log diplot terhadap z A z B μ μ maa aan diperoleh garis lurus dengan emiringan,0 Z A Z B. Jia salah satu pereasi merupaan moleul netral, z A z B = 0 maa onstanta ecepatan reasi tida tergantung pada euatan ion dalam larutan (Martin d., 993). Berbagai onsentrasi garam yang digunaan dalam sediaan larutan dapat meningatan, menurunan, atau tida memperngaruhi ecepatan reasi obat dalam larutan. Jia obat bermuatan positif dan diatalisis oleh ion hidrogen, maa peningatan euatan ion oleh penambahan garam dapat menyebaban peningatan ecepatan reasi penguraian. Jia obat bermuatan netral, maa perubahan euatan ion oleh penambahan garam tida mempengaruhi ecepatan penguraian (Lachman d., 986). d. Konstanta Dieletri Pengaruh onstanta dieletri terhadap onstanta ecepatan reasi ion ditentuan oleh persamaan beriut: ln = ln ε = Nz z RTr e A B ε

18 8 ε = = onstanta ecepatan reasi dalam medium dengan onstanta dieletri ta terhingga, N = bilangan avogadro, z A dan z B = muatan dari edua ion, e = satuan muatan listri, r * = jara antar ion dari omples terativasi, dan ε = onstanta dieletri dari larutan. Jia diplot pada grafi, menurut persamaan, moleul-moleul ion dengan muatan yang berlawanan aan menghasilan garis lurus dengan emiringan positif dan moleul-moleul ion dengan muatan sama aan menghasilan garis lurus dengan emiringan negatif. Reasi antar ion dengan muatan berlawanan, peningatan onstanta dieletri pelarut aan menurunan onstanta ecepatan reasi. Sebalinya, reasi antar ion dengan muatan yang sama, peningatan onstanta dieletri pelarut aan menaian onstanta ecepatan reasi (Martin d., 993). e. ph Besarnya ecepatan reasi hidroliti yang diatalisis oleh ion hidrogen dan hidrosil dapat bervariasi oleh pengaruh ph. Katalisis ion hidrogen, H +, menonjol pada isaran ph rendah, sedangan atalisis ion hidrosil, OH -, berlangsung pada isaran ph tinggi (Lachman d, 986). Dalam larutan asam, berlau hubungan: Dalam larutan basa, berlau hubungan: obs obs + + [ ] = + H o H [ ] = + OH Untu obat yang reasi penguraiannya diatalisis oleh ion [H] + dan ion [OH] -, berlau hubungan: o OH [ H ] [ ] + + = + + OH obs o _ H OH obs = onstanta ecepatan reasi yang diperoleh dari percobaan, o = onstanta ecepatan reasi tanpa atalisator, = oefesien ataliti H +, = oefisien ataliti OH -, [H + ] + H OH _ = onsentrasi H +, [OH - ] = onsentrasi OH - (Martin d., 993). Grafi logaritma obs terhadap ph dapat menentuan ph stabilitas optimum. Titi belo dari grafi menunjuan ph stabilitas optimum, ditunjuan oleh Gambar.8. f. Cahaya Energi cahaya, seperti panas, dapat mengatifan reasi. Radiasi dengan energi yang sesuai

19 9 dan energi yang cuup aan diadsorpsi untu mengatifan moleul-moleul. Satuan energi radiasi dienal sebagai foton dan euivalen dengan uantum energi. Setelah sebuah moleul menyerap uantum energi radiasi, maa tumbuan antar moleul terjadi menyebaban energi ineti nai dan suhu sistem pun nai. Reasi fotoimia awal sering diiuti reasi panas (Martin d., 990). log obs ph stabilitas masimum ph Gambar.8 Grafi hubungan antara logaritma obs terhadap ph..7 Stabilitas Data stabilitas suatu obat merupaan hal penting dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi umumnya diprodusi dalam jumlah besar dan membutuhan watu yang cuup lama untu sampai e tangan onsumen. Jia obat tida stabil maa potensinya aan menurun atau bahan dapat membentu hasil urai yang tosi dan membahayaan jiwa onsumen. Stabilitas adalah apasitas suatu sediaan farmasi untu mempertahanan spesifiasi yang telah ditentuan untu menjamin identitas, euatan, ualitas, dan emurniannya (Carstensen, 990). Tujuan uji stabilitas adalah meneliti arateristi tentang bagaimana mutu bahan atau produ berubah dengan berjalannya watu di bawah pengaruh lingungan seperti suhu, elembaban, cahaya, dan osigen; memberian informasi mengenai ondisi pemrosesan, pengangutan, dan penyimpanan yang harus dilauan untu bahan atau sediaan tersebut; dan menentuan masa uji ulang bahan obat atau produ obat. Data stabilitas bahan bau memberian informasi tentang bentu sediaan yang dapat dibuat, formula sediaan yang dibuat, cara/proses produsi yang harus dilauan, cara penyimpanan bahan, bahan emasan yang harus digunaan untu produ jadi, dan watu adaluwarsa bahan bau itu sendiri. Sedangan data stabilitas sediaan jadi memberian

20 0 informasi tentang ondisi penyimpanan sediaan jadi, interval test adar zat atif dalam sediaan tersebut, dan watu adaluwarsa sediaan tersebut..7. Uji Stabilitas Dipercepat Uji stabilitas dipercepat merupaan uji yang menggunaan ondisi penyimpanan estrim utnu meningatan ecepatan penguraian suatu obat. Tujuan uji stabilitas adalah untu menentuan parameter ineti sehingga watu adaluwarsa dapat dipredisi (Carstensen, 990). Kondisi estrim yang dapat mempercepat penguraian antara lain adalah: suhu, elembaban, cahaya, pengocoan, gravitasi, dan ph. Kondisi estrim yang umum digunaan adalah suhu. Suhu yang tinggi aan mempercepat penguraian zat atif. Kecepatan penguraian dan suhu dihubungan oleh persamaan Arrhenius. Ea log = log A,303RT Jia harga pada berbagai temperatur ditentuan emudian log diplot terhadap /T maa aan diperoleh garis lurus dengan emiringan E a /,303R dan perpotongan pada ordinat merupaan log A sehingga harga Ea dan A dapat ditentuan. Oleh arena itu, jia onstansta ecepatan penguraian pada suhu tinggi diperoleh maa onstanta ecepatan penguraian pada suhu penyimpanan yang sebenarnya dapat ditentuan (Connors d., 99; Martin d., 993)..7. Uji Stabilitas Menurut Asean Menurut ASEAN Guideline on Stability of Drug Product, ondisi penyimpanan uji secara umum dibagi menjadi 3 yaitu; ondisi penyimpanan real time (suhu amar), ondisi penyimpanan dipercepat, ondisi penyimpanan alternatif to accelerate study. Pada ondisi real time, produ uji disimpan pada suhu 30± 0 C/RH 75±5% dan freuensi uji dilauan setiap 0, 3, 6,, 8, sampai 4 bulan; pada ondisi penyimpanan dipercepat, produ uji disimpan pada suhu 40± 0 C/RH 75±5% dan freuensi uji dilauan setiap 0, 3, sampai 6 bulan; pada ondisi penyimpanan alternatif to accelerate study, produ uji disimpan pada suhu sama seperti uji dipercepat, hanya freuensi uji dilauan setiap 0,, sampai 3 bulan. Pengujian stabilitas harus dilauan dengan jumlah sampel uji minimal 3 (tiga) bets. diases tanggal 8 Januari 007

21 .7.3 Stabilitas Campuran Asam Asorbat dan Sianoobalamin Sejumlah besar sianoobalamin dihilangan oleh asam asorbat etia dosis besar asam asorbat dionsumsi urang dari satu jam setelah pemberian oral sianoobalamin. Asam asorbat dapat menghilangan sianoobalamin dalam silus enterohepati, di dalam serum, dan sianoobalamin cadangan dalam tubuh. Hal ini dapat memicu defisiensi sianoobalamin. Jia hal ini benar, maa onsumsi asam asorbat harus disesuaian dengan paparan minimumnya terhadap sianoobalamin dalam saluran pencernaan (AHFS, 005; Newmar, et al., 976; Marcus, et al., 980). Dalam penelitian Ichiawa (005) dinyataan bahwa terdapat orelasi antara penguraian asam asorbat dan sianoobalamin. Konsentrasi sianoobalamin menurun dengan adanya asam asorbat, begitu pula sebalinya. Ichiawa menyimpulan bahwa di dalam campurannya, osidasi asam asorbat berinterasi dengan penguraian sianoobalamin. Tahap pertama yang memicu erusaan cincin orin sianoobalamin oleh asam asorbat diduga adalah redusi atom obalt menjadi ob(ii)alamin. Kob(II)alamin yang terbentu ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari merah menjadi colat. Reasi ini melibatan hidrosilasi dan osidasi cincin orin dan substituennya. Kombinasi sianoobalamin dalam larutan dengan L-asam asorbat menyebaban hidrosilasi pada atom C 5 dan pembentuan laton pada C 6 dan C 7 pada ondisi aerob (Hogenamp, 980).

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K3 Revisi Antiremed Kelas Kimia Persiapan Penilaian Ahir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARKIM0PAS Version : 06- halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - =0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 11 Kimia

Kurikulum 2013 Kelas 11 Kimia Kuriulum 03 Kelas Kimia Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARKIM0UAS Version : 06-05 halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - = 0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus dienceran sampai 500 ml

Lebih terperinci

KINETIKA TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL JARAK PAGAR. Luqman Buchori, Setia Budi Sasongko *)

KINETIKA TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL JARAK PAGAR. Luqman Buchori, Setia Budi Sasongko *) KINETIKA TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL JARAK PAGAR Luqman Buchori, Setia Budi Sasongo *) Abstract Biodiesel were produced by trans-etherification of castor oil with alcohol in the presence of NaOH catalyst.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

TEKNIK REAKSI KIMIA III SISTEM REAKSI BIOKIMIA. Oleh : Prof. Dr. Ir. SRI REDJEKI MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI UPN Veteran JAWA TIMUR

TEKNIK REAKSI KIMIA III SISTEM REAKSI BIOKIMIA. Oleh : Prof. Dr. Ir. SRI REDJEKI MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI UPN Veteran JAWA TIMUR TEKNIK EKSI KII III SISTE EKSI BIOKII Oleh : Prof. Dr. Ir. SI EDJEKI T JUUSN TEKNIK KII FTI UPN Veteran JW TIU Sistem easi Bioimia Terdiri dari : I. Fermentasi Enzym II. Fermentasi iroorganisme III. Fermentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (31-35)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (31-35) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (31-35) PENGARUH KONSENTRASI KATALIS (H 2 SO 4 ) TERHADAP REAKSI HIDROLISIS POLISAKARIDA DARI SAMPAH KOTA (SAYUR DAN BUAH) Doni Rahmat Wicaso 1 Abstract - The catalyst

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL A. PENDEKATAN PRODUKSI (PRODUCTION APPROACH) Menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan produsi didasaran atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi pada Pembuatan Glifosat dari N-PMIDA (Neophosphonomethyl Iminodiacetic Acid) dan H 2 O 2 dengan Katalisator Pd/Al 2 O 3

Kinetika Reaksi pada Pembuatan Glifosat dari N-PMIDA (Neophosphonomethyl Iminodiacetic Acid) dan H 2 O 2 dengan Katalisator Pd/Al 2 O 3 45 Jurnal Reayasa Proses, ol. 3, No., 009 Kinetia Reasi pada Pembuatan Glifosat dari N-PMIDA (Neophosphonomethyl Iminodiacetic Acid dan H O dengan Katalisator Pd/Al O 3 Irmawaty Sinaga, *, Edia Rahayuningsih,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

Totok Suwanda Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik UMY Jalan Lingkar Barat Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta Telp ABSTRACT

Totok Suwanda Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik UMY Jalan Lingkar Barat Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta Telp ABSTRACT OPTIMALISASI TEKANAN KOMPAKSI, TEMPERATUR DAN WAKTU SINTERING TERHADAP KEKERASAN DAN BERAT JENIS ALUMINIUM PADA PROSES PENCETAKAN DENGAN METALURGI SERBUK Toto Suwanda Jurusan Teni Mesin, Faultas Teni UMY

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Watu Penelitian dilasanaan di laboratorium ultur jaringan Departemen Agronomi dan Hortiultura IPB Darmaga. Penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan September 2009.

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH. Kompetensi Materi Kuliah Ini-1. Kompetensi Materi Kuliah Ini-2 MATERI KULIAH. dengan Volume. Reaksi.

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH. Kompetensi Materi Kuliah Ini-1. Kompetensi Materi Kuliah Ini-2 MATERI KULIAH. dengan Volume. Reaksi. Kinetia dan Katalisis Semester Genap Tahun ademi 00/0 KINETIK EKSI HOMOGEN SISTEM BTH siti diyar holisoh IGS Budiaman POGM STUDI TEKNIK KIMI FTI UPN VETEN YOGYKT pril 0 MTEI KULIH Pengantar Sistem Batch

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

MODEL KINETIKA REAKSI BERTINGKAT UNTUK SINTESA BIODIESEL SKRIPSI

MODEL KINETIKA REAKSI BERTINGKAT UNTUK SINTESA BIODIESEL SKRIPSI MODEL KINETIKA REAKSI BERTINGKAT UNTUK SINTESA BIODIESEL SKRIPSI Oleh M. AKBAR 04 02 06 0384 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 MODEL KINETIKA REAKSI BERTINGKAT

Lebih terperinci

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s

MESIN DC. Prinsip operasi : Gaya. B : Kerapatan Fluks (N/A.m) i : arus (ampere) l : panjang (meter) Torka T (N.m) p Z. Dimana. Φ s MESIN DC Mesin ini mempunyai sebuah lilitan (winding) DC atau magnet permanen pada bagian stator. otor (armature) di suplay dengan sebuah arus DC yang melalui omutator (commutator) dan siat (brushes).

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA SISTEM ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI TERMINAL BERLIAN PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Ruhana Khabibah, Hery Tri Sutanto 2, Yuliani Puji Astuti 3 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest

Keragaman Struktur Tegakan Hutan Alam Sekunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest JMHT Vol. XIV, (2): 81-87, Agustus 28 ISSN: 215-157X Keragaman Strutur Tegaan Hutan Alam Seunder The Variability of Stand Structure of Logged-over Natural Forest Abstract Muhdin 1*, Endang Suhendang 1,

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Karakteristik Pengeringan Batubara Terhadap Variasi Sudut Blade Pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Karakteristik Pengeringan Batubara Terhadap Variasi Sudut Blade Pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Studi Esperimen Karateristi Pengeringan Batubara Terhadap Variasi Sudut Blade Pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Ahmad Sefrio dan Prabowo Teni Mesin, Faultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah suatu geraan tiba-tiba atau suatu rentetetan geraan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah

Lebih terperinci

Model Kinetika Sederhana Untuk Reaksi Hidrolisis Minyak Zaitun Menggunakan Lipase

Model Kinetika Sederhana Untuk Reaksi Hidrolisis Minyak Zaitun Menggunakan Lipase Model Kinetia Sederhana Untu Reasi Hidrolisis Minya Zaitun Menggunaan Lipase Heri Hermansyah, Dimas Prabu, Muhammad itis Rejoso, Praswati PDK Wulan, Achmadin Luthfi Machsun, Anondho Wijanaro, Misri Gozan,

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA TRY OUT UJIN NSIONL 2013 Mata Pelajaran : FISIK 1. ndi menguur diameter sebuah lingaran dengan menggunaan janga sorong. Hasil penguurannya terlihat pada gambar. Diameter lingaran tersebut. 1,21 cm. 1,25

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR SELEKTIFITAS PENISILIN G TERHADAP FENILASETAT SECARA EKSTRAKSI MEMBRAN CAIR EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN CARRIER DIOKTILAMIN

PENENTUAN FAKTOR SELEKTIFITAS PENISILIN G TERHADAP FENILASETAT SECARA EKSTRAKSI MEMBRAN CAIR EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN CARRIER DIOKTILAMIN PENENTUAN FAKTOR SELEKTIFITAS PENISILIN G TERHADAP FENILASETAT SECARA EKSTRAKSI MEMBRAN CAIR EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN CARRIER DIOKTILAMIN Imam Santoso, Tritiyatma Hadinugraha Ningsih urusan Kimia, Faultas

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT)2 2014

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT)2 2014 PERNNGN REKTR PENGLN MINYK GRENG BEKS PEDGNG GRENGN DN RUM MKN MENJDI BIDIESEL Robiah, ni Melani, Netty erawati Jurusan Teni Kimia, Faultas Teni Univeritas Muhammadiyah Palembang Jl. Jend.. Yani 3 Ulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

TINJAUAN MODEL ELEY - RIDEAL PADA KINETIKA OKSIDASI KATALITIK GAS BUANG

TINJAUAN MODEL ELEY - RIDEAL PADA KINETIKA OKSIDASI KATALITIK GAS BUANG TINJAUAN MODEL ELEY - RIDEAL PADA KINETIKA OKSIDASI KATALITIK GAS BUANG Widyastuti Faultas Teni,, Universitas Setia Budi, Jl. Letjen Sutoyo, Mojosongo, Telp. 071 85518, Fax 071 8575 Suraarta 5717; email

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK

ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK ANALISIS GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKWENSI PLTGU DI PT INDONESIA POWER UBP PRIOK ACHMAD FAUZAN, 10402008 Jurusan Teni Eletro, Faultas Tenologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depo 1424

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 9. KINETIKA KIMIA BAB 9 BAB 9. KINETIKA KIMIA 9.1 TEORI TUMBUKAN DARI LAJU REAKSI 9.2 TEORI KEADAAN TRANSISI DARI LAJU REAKSI 9.3 HUKUM LAJU REAKSI 9.4 FAKTOR-FAKTOR LAJU REAKSI 9.5 MEKANISME REAKSI 9.6 ENZIM SEBAGAI KATALIS

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang telah berhasil diumpulan oleh penulis di BB BIOGEN diperoleh hasil bobot biji edelai dengan jumlah varietas yang aan diuji terdiri dari 15

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

CHAR A AC A TER E IS I T S IC I S S O F O

CHAR A AC A TER E IS I T S IC I S S O F O LECTURE 3: CARACTERISTICS OF ENZYME CATALYSIS Isoenzyme Enzymes that perform the same catalytic function in different body tissues or different organisms, but which have different sequences of amino acids

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK Novhirtamely Kahar, ST. 1, Nova Fitri, S.Kom. 2 1&2 Program Studi Teni Informatia, STMIK

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH)

Sah Tidaknya Sidik Ragam. Data Bermasalah. Data Bermasalah PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Sah Tidanya Sidi Ragam PERANCANGAN PERCOBAAN (DATA BERMASALAH) Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com/

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL ABSTRAK HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL Afifah *), Indri Subeti **) *) Mahasiswa Abid Unisa **)Dosen Abid Unisa ABSTRAK

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi : Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi

Lebih terperinci

METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL. Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL. Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Optimalisasi Produ (Triastuti Wuryandari) METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI PRODUK PADA RANCANGAN FAKTORIAL Triastuti Wuryandari 1, Tati Widiharih 2, Sayeti Dewi Anggraini 3 1,2 Staf Pengajar Program Studi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 Manajemen Polusi Polusi yang diaibatan oleh suatu perusahaan arena tida adanya eteraitan antar area dalam proses produsi yang bai Hasil dari produsi tersebut adalam produ yang

Lebih terperinci