PEMBELAJARAN DALAM PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS (Studi Kasus : Implementasi Six Sigma di Perusahaan Manufaktur X)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN DALAM PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS (Studi Kasus : Implementasi Six Sigma di Perusahaan Manufaktur X)"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN DALAM PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS (Studi Kasus : Implementasi Six Sigma di Perusahaan Manufaktur X) Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret yanti_ftuns@uns.ac.id Abstract Implementation of new methods, including of quality management implementation ( for example ISO implementation, Six Sigma, Deming Cycle, and others) in organization require process, which must be escorted with its staff and employees learning. Without learning, easiest methods will not succeed implemented in organization. To describe the learning process in quality management implementation, case study conducted in Company X, which implemented Six Sigma quality management. This case study using knowledge transformation model from Nonaka and Takeuchi, that is : socialization ; externalization ; combination ; and internalization. Analysis of learning process done in recognition phase, adoption phase, adaptation phase, and implementation phase in Company X. The result of this research is : Company X trying to become learning organization in each Six Sigma implementation phase, for example by creating knowledge transformasi mechanism between employees and staff, that is routine meeting, training, feedback, and Six Sigma quiz. Key word : implementation process, quality management, learning organization Intisari Implementasi suatu metode baru, termasuk implementasi manajemen kualitas (contohnya : Implementasi ISO 9001:2000, Six Sigma, Deming Cycle, dan lain-lain) pada suatu organisasi memerlukan proses, yang harus diikuti oleh pembelajaran staf dan karyawannya. Tanpa belajar, metode paling mudah sekali pun tidak akan berhasil diterapkan di dalam organisasi. Organisasi dimana staf dan karyawannya selalu berupaya belajar untuk perbaikan berkelanjutan dikategorikan dalam learning organization. Untuk menggambarkan proses pembelajaran dalam implementasi manajemen kualitas, diambil studi kasus pada perusahaan manufaktur X yang mengimplementasikan manajemen kualitas Six Sigma. Studi kasus ini menggunakan model transformasi pengetahuan dari Nonaka dan Takeuchi, yang terdiri dari : sosialisasi; eksternalisasi; kombinasi; dan internalisasi. Analisis proses pembelajaran pada kasus ini dilakukan mulai fase pengenalan, adopsi, adaptasi hingga fase implementasi Six Sigma secara menyeluruh di perusahaan X. Hasil analisis diperoleh : Perusahaan X berupaya menjadi learning organization dalam setiap tahap implementasi manajemen kualitas Six Sigma dengan penciptaan mekanisme transformasi pengetahuan antar karyawan dan staf antara lain melalui pertemuan Six Sigma rutin, pelatihan, feedback, dan kuis Six Sigma. Kata Kunci : proses implementasi, manajemen kualitas, organisasi pembelajar PENDAHULUAN Arie de geus (1997) dalam bukunya the living company meneliti perusahaan-perusahaan yang berumur panjang dan menyebut bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang hidup, yang memiliki karakter sama, yaitu mempunyai kemampuan untuk belajar, memiliki identitas diri yang kohesif, membiasakan sikap toleran pada perbedaan pendapat dan rasional dalam mengelola pembiayaan investasi (Tjakraatmaja, J.H., dan Suyanto, T., 2004). Perusahaan yang hidup adalah perusahaan yang senantiasa exist dan selalu berkembang di tengah kancah perubahan dunia industri. Bisa dikatakan bahwa perusahaan yang hidup adalah perusahaan yang mampu mengimbangi perubahan. Kemampuan dan kemauan untuk belajar adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh perusahaan yang hidup. Belajar disini adalah upaya untuk mengimbangi perubahan. Dipastikan bahwa selera konsumen pasti berubah, kondisi pesaing pasti berubah, akibatnya pasar juga akan berubah. Jadi agar perusahaan eksis, maka harus senantiasa meng-upgrade dirinya dengan belajar, atau menjadi organisasi pembelajar. Learning Organizational atau organisasi pembelajar adalah organisasi dimana perusahaan atau orang-orang di dalamnya terus memperbesar kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang 184

2 benar-benar mereka inginkan, dimana pola-pola pikiran baru muncul, kumpulan aspirasi bebas dikeluarkan dan orang terus belajar untuk belajar bersama (Senge, 1990). Menurut Pedler et al (1991), learning organization adalah suatu organisasi yang memberi fasilitas belajar kepada semua karyawannya dan terus merubah perusahaan mereka sendiri. Learning organization sangat mendukung untuk menjadi organisasi yang hidup, yaitu peka terhadap perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Upaya untuk menanggapi perubahan lingkungan eksternal, perusahaan seringkali mengimplementasikan metode-metode baru. Implementasi tersebut membutuhkan proses, yang harus diimbangi dengan pembelajaran staf dan karyawannya, termasuk implementasi manajemen kualitas (misal implementasi ISO, Six Sigma, Deming Cycle, dan lain-lain). Tanpa ada pembelajaran dari sumber daya manusia perusahaan, implementasi metode yang paling mudah sekali pun tidak akan berhasil. Menjadi organisasi pembelajar (Learning Organization), organisasi harus menjalani proses belajar atau menjadi organization learning, dimana Fisher dan White (1999) mendefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan anggota di semua level organisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi internal maupun eksternal. Informasi ini selanjutnya diintrepretasi melalui cara kognitif pada proses sosial organisasi. Akumulasi informasi dari proses interpretatif ini kemudian akan memunculkan base pengetahuan organisasi (an organzation s knowledge base). George dan Jones (1997) mendefinisikan organization learning sebagai suatu proses di dalam organisasi dimana pimpinan perusahaan menanamkan kepada seluruh anggota organisasi keinginan untuk senantiasa menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Cara baru, informasi ataupun pengalaman yang diperoleh tersebut menjadi tidak berarti bila hanya dikuasai dan dimiliki oleh seorang individu di dalam organisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) memaparkan bahwa untuk menjadi learning organization, perusahaan tidak hanya harus mampu mengelola informasi melainkan harus mampu untuk menciptakan pengetahuan. Pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit (tacit knowledge) adalah pengetahuan yang tidak mudah terlihat dan terekspresikan. Hal ini disebabkan pengetahuan tacit bersifat highly personal atau sangat pribadi bagi individu dan sulit untuk diformalisasikan, sehingga hal ini mengakibatkan pengetahuan tacit sulit dikomunikasikan dan dibagi (sharing) kepada yang lain. Karakteristik dari pengetahuan tacit adalah subyektif, bersifat intuitif, didasarkan pada aksi dan pengalaman individu, sehingga sangat dipengaruhi oleh ide, nilai atau emosi seseorang. Pengetahuan tacit tersegmentasi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi teknis dan dimensi kognitif. Dimensi teknis pengetahuan tacit adalah bersifat informal dan sulit (hard-to-pin-down skill), atau terkait dengan ungkapan Know-how. Selain memiliki dimensi yang bersifat teknis, pengetahuan tacit juga memiliki dimensi kognitif, yang terdiri dari skema, model mental, kepercayaan dan persepsi. Dimensi kognitif dari pengetahuan tacit merefleksikan imajinasi kita dari realitas (what is) dan visi kita untuk masa depan (what ought to be). Untuk pengetahuan tacit, bila akan dikomunikasikan ke dalam organisasi maka harus dikonversikan ke dalam kata-kata atau angka-angka sehingga dapat dipahami oleh semua orang. Explicit artinya sesuatu yang formal dan sistematis. Pengetahuan eksplisit dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka-angka, dan mudah dikomunikasikan serta dibagi dalam bentuk data, formula keilmuan, kode-kode prosedur atau prinsip-prinsip umum. Perbedaan antara pengetahuan tacit dan eksplicit ditampilkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan Tacit dan Eksplisit Tacit Knowledge Explicit Knowledge Subyektif Obyektif Knowledge of experience ( body) Knowledge of rationality (mind) Simultaneous knowledge (here dan how) Sequential knowledge (there dan then) Analog knowledge (practice) Digital knowledge (theory) Sumber : Nonaka dan Takeuchi, (1995) Nonaka dan Takeuchi (1995) mendefinisikan transformasi pengetahuan tacit dan eksplisit menjadi empat mode, yaitu sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), kombinasi (combination) dan internalisasi (Internalization). Sosialisasi merupakan transformasi pengetahuan tacit individu ke pengetahuan tacit individu yang lain. Sosialisasi merupakan suatu proses penyebaran pengalaman (sharing experience) kepada individu yang lain, seperti model penyebaran mental dan ketrampilan teknis. Kunci untuk mengembangkan pengetahuan tacit adalah pengalaman. Tanpa pengalaman yang disebarkan atau dibagikan, akan sulit sekali bagi seseorang untuk mempengaruhi proses berpikir orang lain. 185

3 Eksternalisasi adalah proses transformasi pengetahuan tacit menjadi konsep pengetahuan eksplisit. Emig (1983) menyatakan bahwa menulis adalah salah satu aksi atau tindakan konversi pengetahuan tacit menjadi eksplisit (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Mode eksternalisasi dari konversi pengetahuan secara tipikal terlihat seperti proses penciptaan konsep kreasi dan diperkuat dengan dialog atau kumpulan refleksi. Ketika tidak dapat menemukan ekspresi yang cukup untuk berimajinasi melalui metode analitik deduktif ataupun induktif, maka digunakan metode nonanalitik yaitu seringkali dilakukan dengan analogi atau model. Kombinasi adalah proses sistematisasi konsep menjadi pengetahuan sistem. Dalam konversi ini melibatkan kombinasi dari pengetahuan eksplisit yang berbeda-beda. Perubahan individu dan kombinasi pengetahuan melalui media seperti dokumen, pertemuan (meeting), percakapan telepon, atau melalui jaringan komunikasi terkomputerisasi. Internalisasi adalah proses konversi dari pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit. Internalisasi erat kaitannya dengan learning by doing. Untuk pengetahuan eksplisit bila menjadi pengetahuan tacit, akan sangat membantu diverbalisasi atau didiagramkan menjadi dokumen, manual atau cerita. Dokumentasi membantu individual menginternalisasi apa pengalaman mereka, sehingga akan memperkaya atau meningkatkan pengetahuan tacit mereka. Sebagai tambahan, dokumen atau manual dapat memfasilitasi perpindahan pengetahuan eksplisit ke orang lain, dengan menyebarkan pengalaman (secara eksplisit) kepada pengalaman orang lain (secara invidual). Training atau pelatihan juga merupakan salah satu media internalisasi pengetahuan. Pada organisasi pembelajar yang ideal, sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi akan senantiasa terjadi di dalam organisasi dengan kapasitas pengetahuan yang terus meningkat, dan apabila digambarkan dalam suatu diagram, keempat proses transformasi tersebut akan membentuk spiral. Model spiral pengetahuan yang didefinisikan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dipaparkan pada Gambar 1. Gambar 1. Spiral Transformasi Pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi, 1995) Gambaran real mengenai pembelajaran dalam implementasi manajemen kualitas diuraikan melalui studi kasus di Perusahaan X. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran Perusahaan X dalam mengimplementasikan manajemen kualitas Six Sigma. Perusahaan X pada awalnya merupakan perusahaan manufaktur lokal yang memproduksi lampu (lighting), yang sejak tahun 1995 diakuisisi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing asal USA. Perusahaan X pada mulanya tidak mengenal manajemen kualitas Six Sigma, namun karena perusahaan PMA yang mengakuisisi perusahaan X menggunakan Six Sigma sebagai strategi bisnisnya, maka Perusahaan X juga harus mengimplementasikan Six Sigma. Tentunya diperlukan proses pembelajaran untuk mulai mengenal hingga pada akhirnya melaksanakan semua metode Six Sigma. Analisis pembelajaran Perusahaan X dilakukan eksplorasi dari mulai Perusahaan X mengenal Six Sigma, mengadopsi, mengadaptasi hingga mengimplementasikan Six Sigma. Eksplorasi dilakukan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner. Pada studi kasus ini, akan dipergunakan model pembelajaran melalui transformasi pengetahuan dari Nonaka dan Takeuchi, yaitu analisis sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), kombinasi (combination), dan internalisasi (internalization), pada tahap pengenalan, adopsi, adaptasi hingga tahap implementasi Six Sigma. Gambaran model penelitian ditampilkan pada Gambar

4 Gambar 2. Model Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Perusahaan X merupakan perusahaan manufaktur PMA, dimana perusahaan induk yang berposisi di USA telah menerapkan Six Sigma sebagai strategi bisnisnya. Kondisi ini yang melatarbelakangi Perusahaan X menerapkan Six Sigma. Pada kasus ini latar belakang perusahaan untuk menerapkan Six Sigma karena kondisi given dari perusahaan induk. Six Sigma mulai diperkenalkan kepada manajer departemen Perusahaan X tahun Proses pengenalan dilakukan melalui pertemuan (meeting) yang diikuti oleh presiden direktur, general manajer, dan manajer departemen manufaktur dan non manufaktur. Pada pertemuan pertama, presiden direktur dan general manajer memperkenalkan Six Sigma kepada para manajer Perusahaan X, dimana dalam pertemuan tersebut presdir memaparkan arahan Perusahaan Induk korporasi untuk menerapkan Six Sigma di Perusahaan X. Pada pertemuan kedua yaitu di tahun 1996, diputuskan untuk menerapkan Six Sigma secara bertahap yang dimulai dari Divisi Manufaktur yaitu departemen produksi dan kualitas. Pelatihan merupakan salah satu media internalisasi, dimana melalui pelatihan dapat terjadi proses konversi dari pengetahuan ekspisit menjadi pengetahuan tacit (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Hal ini pula yang dilakukan oleh pimpinan Perusahaan X, yaitu dengan pengiriman para manajer dan staf Divisi Manufaktur untuk pelatihan Six Sigma ke Cina dan Singapura, agar konsep-konsep ekspisit Six Sigma Perusahaan Induk dapat dikonversikan pada pemahaman individu (tacit understanding) para manajer dan staf tersebut. Pengiriman para manajer tersebut juga sebagai persiapan untuk membentuk struktur organisasi Six Sigma di dalam perusahaan. Berdasarkan data wawancara, secara konsep para manajer tersebut telah memahami makna Six Sigma, namun manajer masih dalam tahap belajar untuk operasionalisasi metode Six Sigma di perusahaan. Koeleman (1995) menyimpulkan bahwa seringkali keputusan pimpinan perusahaan untuk implementasi tidak selalu jelas, sehingga mengakibatkan kurangnya persiapan yang eksplisit dan solid. Dalam prakteknya, kebijakan dan strategi kurang dikomunikasikan dengan jelas, sehingga proses pemahaman anggota perusahaan yang lain menjadi lambat. Hal ini terjadi di Perusahaan X, dimana adanya perintah dan tekanan dari perusahaan induk untuk segera mengimplementasikan Six Sigma menyebabkan proses pemahaman para manajer terasa dipaksakan dan mengakibatkan kurangnya komunikasi dan persiapan di Perusahaan X. Six Sigma belum terinternalisasi di Divisi Manufaktur pada tahap ini. Sekembalinya para manajer Divisi Manufaktur dari pelatihan Six Sigma, selanjutnya dilakukan pertemuan antara presiden direktur, general manajer dan manajer yang telah memperoleh pelatihan Six Sigma level Green Belt dan Black Belt. Pada pertemuan tersebut diputuskan untuk mengadopsi semua metode Six Sigma yang telah diperkenalkan pada pelatihan Green Belt di Cina. Metode dan konsep yang diadopsi adalah struktur organisasi Six Sigma, metode pelatihan, materi pelatihan yang terdiri dari tiga diktat yaitu diktat DMAIC untuk efisiensi proses, diktat DMADV untuk perubahan proses, dan diktat IDOV untuk pengembangan produk. Ketiga diktat tersebut dalam bahasa inggris. Keputusan adopsi 100 % tersebut terkait dengan tekanan Perusahaan Induk korporasi kepada Perusahaan X untuk segera menerapkan Six Sigma, sehingga tidak terjadi pemahaman mengenai metode apa dan kenapa harus diterapkan di Perusahaan X. Pada pertemuan tersebut juga dilakukan pembahasan rencana untuk mulai melakukan proses internalisasi dan sosialisasi di dalam perusahaan. Proses sosialisasi mulai dilakukan dengan pemasangan poster dengan slogan Six Sigma dan logo Six Sigma pada seragam staf dan karyawan. Slogan Six Sigma yang dipasang diadopsi dari Perusahaan Induk korporasi dan dalam bahasa 187

5 inggris, salah satu contoh slogannya yaitu Six Sigma, The Way We Work, dan People, Project, Process. Pada tahap adopsi, diputuskan untuk mengadopsi seluruh konsep dan metode Six Sigma di Perusahaan X. Adaptasi berkaitan dengan penyesuaian metode manajemen kualitas dengan proses dan kinerja perusahaan, demikian pula sebaliknya. Proses internalisasi di dalam perusahaan dengan memberikan pelatihan bagi staf manufaktur mulai dilakukan pada tahap ini. Pelatihan tersebut menggunakan metode dan modul yang diadopsi dari Perusahaan Induk korporasi. Pelatihan diberikan oleh Green Belt dan Black Belt internal Perusahaan X. Pada proses penyesuaian di tahap adaptasi, pimpinan senantiasa memantau aktivitas Divisi Manufaktur dengan melakukan pertemuan mingguan terkait dengan implementasi Six Sigma. Pertemuan tersebut dilakukan antara Green Belt dan Black Belt manufaktur, manajer departemen manufaktur dan non manufaktur. Hasil pertemuan tersebut dilaporkan kepada general manajer manufaktur, yang selanjutnya general manajer akan memberikan laporan kepada presiden direktur. Nonaka dan Takeuchi (1995) menyatakan bahwa pertemuan (meeting) sebagai salah satu media pembelajaran, dimana dalam aktivitas ini terjadi proses sosialisasi, internalisasi, eksternalisasi dan kombinasi. Dalam proses pertemuan ini terjadi diskusi dan tukar informasi berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan Six Sigma para staf Perusahaan X. Setelah beberapa kali pertemuan mingguan dilakukan, terbentuk kesepakatan untuk mempercepat proses internalisasi Six Sigma di dalam perusahaan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelatihan internal kepada Black Belt engineering yang telah memperoleh pelatihan level Green Belt. Black Belt engineering pada dasarnya merupakan Black Belt bayangan karena tidak di-assign untuk sertifikasi Black Belt. Tujuan pelatihan Black Belt engineering agar proses pelatihan lebih cepat, dimana Black Belt engineering tersebut dapat membimbing staf memahami metode-metode pelatihan yang diberikan. Black Belt engineering terdiri dari lima orang staf produksi dan dua orang staf kualitas. Black Belt engineering dilatih oleh Black Belt Perusahaan X yang telah memiliki sertifikasi. Black Belt engineering selanjutnya juga ikut dalam pertemuan mingguan Six Sigma dengan para manajer departemen. Black Belt engineering aktif mencari feedback dari staf mengenai pelatihan Six Sigma dan upaya staf memperbaiki lingkungan kerjanya, karena pada tahap ini proyek-proyek Six Sigma staf untuk perbaikan lingkungan kerjanya banyak yang tidak berjalan. Berdasarkan informasi dari para Black Belt engineering sebagai personal yang melatih staf dan memahami proses operasionalisasi lapangan teridentifikasi bahwa tidak berjalannya proyek karena staf kesulitan memahami alat-alat statistik dan metode-metode Six Sigma. Black Belt engineering memberikan saran dalam forum pertemuan mingguan untuk memberikan pelatihan yang fokus pada DMAIC, karena prosedur ini yang mungkin dijalankan di PERUSAHAAN X, sedangkan prosedur yang lain yaitu DMADV dan IDOV cukup diperkenalkan. Berdasarkan masukan Black Belt engineering, pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengubah metode pelatihan dan menyesuaikan materi pelatihan. Pimpinan perusahaan menyadari bahwa perusahaan memiliki keterbatasan untuk melakukan proses perbaikan baik terkait dengan kemampuan dan keahlian staf maupun kebijakan dari perusahaan induk Penyesuaian terkait dengan perubahan, didasarkan pada pembelajaran yang dilakukan oleh anggota organisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) mengidentifikasi proses pembelajaran terkait dengan trasformasi pengetahuan dimana organisasi perlu menyediakan media untuk proses tersebut. Perusahaan X menggunakan media pertemuan (meeting) untuk transformasi pengetahuan. Dalam pertemuan tersebut terjadi sosialisasi, kombinasi, eksternalisasi, dan internalisasi yang mendasari Perusahaan X untuk merubah metode dan materi pelatihan Six Sigma. Hardjono et al (1996) mendefinisikan nilai-nilai inti implementasi manajemen kualitas yaitu fokus pada proses bisnis, fokus kepada konsumen, fokus kepada manusia, dan fokus pembelajaran. Fokus pada proses bisnis diupayakan Perusahaan X dengan mengimplementasikan Six Sigma di Divisi Manufaktur terlebih dahulu, hal ini karena bisnis utama adalah manufaktur lampu. Pada tahap implementasi awal, Perusahaan X memiliki Master Black Belt untuk membimbing staf manufaktur dan non manufaktur menjalankan proyek. Setelah satu tahun implementasi dan saat semua staf telah terlatih Six Sigma, Perusahaan X menyadari bahwa saat ini fokusnya masih terbatas pada perbaikan efisiensi internal, dimana kemampuan teknis Black Belt cukup untuk mengakomodasi proyek, sehingga saat ini Perusahaan X tidak lagi memiliki Master Black Belt pada struktur organisasi Six Sigma. Fokus implementasi manajemen kualitas kedua yang terkait dengan dimensi proses adalah fokus pada pembelajaran. Pande et al (2002) menyatakan bahwa untuk mendukung implementasi Six Sigma diperlukan proses belajar di dalam perusahaan sebagai aktivitas yang tiada henti. Media yang dipergunakan untuk menjamin proses belajar adalah pertemuan mingguan Perusahaan X. Pertemuan 188

6 mingguan Six Sigma tidak hanya dilakukan oleh manajer, melainkan seluruh staf Divisi Manufaktur. Dalam pertemuan ini dipaparkan dan dipresentasikan proyek yang akan dan sedang berjalan. Melalui media pertemuan mingguan, staf dapat berdiskusi dan bertukar pengalaman maupun informasi terkait dengan proyek perbaikan yang dilakukan. Melalui pertemuan ini juga teridentifikasi permasalahan yang sering terjadi pada bagian masing-masing. Diperlukan upaya yang nyata untuk mendukung aspek-aspek pembelajaran di dalam organisasi (Snyder et al, 1994). Upaya nyata Perusahaan X untuk mendukung penyesuaian dan pembelajaran staf yaitu dengan menyelenggarakan aktivitas promosi Six Sigma seperti kuis, cerdas cermat, kompetisi, dan buletin Six Sigma pada tahap awal implementasi. Kuis dan kompetisi Six Sigma untuk level mekanik, cerdas cermat dan buletin untuk level staf. Selama proses implementasi diperlukan evaluasi. Evaluasi memunculkan rekomendasi sebagai feedback bagi terciptanya implementasi yang lebih baik (Irianto,2005). Feedback dari karyawan dapat dipergunakan sebagai pembelajaran. Upaya untuk mencari feedback dari karyawan lantai produksi dilakukan oleh Black Belt manufaktur dan manajer bagian masing-masing dengan berkeliling di lantai produksi setiap hari. Aktivitas ini untuk mengumpulkan informasi dari karyawan lantai produksi sekaligus menjalin komunikasi dengan karyawan. Berdasarkan pengumpulan data, aktivitas ini berguna bagi staf, karena dari aktivitas ini dimungkinkan muncul proyek Six Sigma, namun aktivitas ini tidak mendukung pembelajaran Six Sigma karyawan di lantai produksi, karena karyawan lantai produksi belum mengenal Six Sigma kecuali mekanik, sehingga proses perbaikan melalui proyek Six Sigma hanya dijalankan oleh staf. Tabel 2 menampilkan proses pembelajaran pada setiap tahap pada implementasi manajemen kualitas Six Sigma di Perusahaan X. 189

7 KESIMPULAN 1. Proses pembelajaran seharusnya dilakukan mulai tahap awal implementasi, yaitu saat fase pengenalan manajemen kualitas. Proses pembelajaran di tahap pengenalan akan berhasil bila dimulai dari level pimpinan perusahaan, antara lain melalui proses internalisasi. Proses Internalisasi dapat dilakukan melalui pelatihan atau training. Pembelajaran bagi individu staf dan karyawan akan berjalan alami bila diciptakan mekanisme yang kondusif, atau tidak ada tekanan maupun paksaan, sehingga staf dan karyawan mampu beradaptasi dengan perubahan dan dapat menyesuaikan metode-metode pelatihan dengan kasus real pekerjaannya dalam perusahaan. Hal ini penting agar perusahaan tidak mengadopsi metode tanpa memahami konteks dan kontennya. Pada tahap pengenalan, pembelajaran juga didukung sosialisasi dengan komunikasi yang baik, antara lain melalui poster, dan pengumuman pada pertemuan (meeting) rutin antar bagian. 2. Setelah tahap pengenalan, proses pembelajaran dilanjutkan pada tahap adaptasi dan tahap implementasi. Belajar dari Perusahaan X pada tahap adaptasi dan implementasi, pimpinan perusahaan menciptakan mekanisme pertemuan mingguan Six Sigma oleh para manajer departemen, Black Belt dan Black Belt engineering. Hal ini sangat mendukung implementasi Six Sigma, karena pada pertemuan tersebut terjadi diskusi dan tukar informasi. Pada pertemuan ini terjadi sosialisasi, internalisasi, eksternalisasi, dan kombinasi, yang akhirnya mendasari pimpinan untuk menyesuaikan metode dan materi pelatihan Six Sigma kepada staf. 3. Pada tahap implementasi, pimpinan harus terus mempromosikan dan mengkampanyekan semangat perbaikan kualitas secara terus menerus kepada staf dan karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan aktivitas yang tidak harus menuntut staf dan karyawan dengan target-target tertentu. Berdasarkan pengalaman Perusahaan X untuk mendukung proses pembelajaran staf dan karyawan dilakukan melalui media kuis Six Sigma, cerdas cermat Six Sigma, kompetisi dan buletin Six Sigma. Hal ini memotivasi staf untuk mengikuti kegiatan tersebut dan mendorong staf untuk belajar dan melakukan perbaikan lingkungan kerjanya tanpa dibebani target-target yang memaksa. 4. Feedback dari karyawan sebagai pembelajaran dan evaluasi mendukung terciptanya implementasi yang lebih baik. Pimpinan perusahaan menciptakan mekanisme feedback sebaiknya mulai tahap adaptasi, dimana staf dan karyawan mulai menyesuaikan dengan kinerja yang baru. DAFTAR PUSTAKA Fisher, D.,dan W.R Torbert, 1995, Personal and Organizational Transformations, McGraw-Hill Book Company, London. George, J.M., dan Jones, G., The Role of Affect in Cross-Cultural Negotiations, Journal of International Business Studies, Vol.29, 1998, pp Hardjono, T.W., S. Ten Have, dan W.D. Ten Have, 1996, The European Way to Excellence, Directorate-General III Industry, European Commission. Irianto, D., 2005, Quality Management Implementation (A Multiple Case Study in Indonesian Manufacturing Firms), PhD Dissertation, Universiteit Twente, Enschede. Koeleman, W.Ph.Th., 1995, Change in Quality Control : A Study of Implementation of Quality Control in Medium-sized Industrial Enterprises from A Change Management Perspective, Doctoral Dissertation, Universiteit Twente, Enschede. Nonaka, I., dan H. Takeuchi, 1995, The Knowledge Creating Company, Oxford University Press, New York. Pande, Peter.S., Neuman, Robert.P., dan Cavanagh, R.R., 2002, The Six Sigma Way, Andi,Yogyakarta. Pedler, M., Burgoyne, J., dan Bogdell, T., 1996, The Learning Company. A Strategy for Sustainable Development, McGraw-hill Book Company, London. Senge, P.M., 1990,The Fifth Discipline, Doubleday Books, New York,. Snyder, N.H.,Dowd, J.J.Jr., dan Houghton, D.M., 1994, Vision, Values and Courage : Leadership for Quality Management, Free Press. Tjakraatmaja, J.H., dan Suyanto, T., Hubungan Pengaruh Karakteristik Perusahaan Hidup dengan Performansi Perusahaan, Jurnal Manajemen Teknologi ITB, Vol.5, No.2, 2004,pp

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi

Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi OPEN RESOURCE Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manar. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan artikel ini

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Proses Bisnis Pelatihan Proses pemanggilan peserta untuk mengikuti pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.1 Proses Bisnis Pelatihan 36 37 Gambar proses bisnis

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahwish Waheed, dkk dari International Islamic University Pakistan tahun 2011. Dalam tulisan

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge Conversion

Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge Conversion Petunjuk Sitasi: Atma, S., Soesanto, R. P., Kurniawati, A., & Hediyanto, U. Y. (2017). Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 95 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis dan deskripsi data hasil penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Peta potensi Learning Organization di BPSDM Hukum dan HAM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI A. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil pengolahan data berdasarkan jawaban kuesioner dari 103 responden, diharapkan dapat

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan kon

Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan kon Model Manajemen Pengetahuan Pertemuan 3 Tujuan Pembelajaran 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan konsep KM dan

Lebih terperinci

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan sebenarnya sudah diterapkan sejak ratusan tahun lampau (Hansen, 1999). Dahulu orang-orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang

Lebih terperinci

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG Saat ini kita hidup di jaman inovasi (Janszen,2000) dimana inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Organisasi Pembelajar Organisasi pembelajar atau biasa disebut learning organization, istilah ini sebagian dari gerakan In Search of Exellence dan selanjutnya digunakan oleh Garrat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA (Studi Kasus : PT General Electric Lighting Indonesia) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X Dessi Dharmasinta Universitas Atma Jaya Jakarta Abtrak: Salah satu dampak yang paling penting dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini

1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 1. Memahami kunci utama model teoritis Manajemen Pengetahuan yang digunakan saat ini 2. Menghubungkan kerangka kerja KM dengan konsep KM dan langkah-langkah utama dalam siklus KM 3. Menjelaskan model sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang cepat menjadikan lingkungan bisnis sebagai lingkungan yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. 2.1 Knowledge Knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES BISNIS DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PADA KEGIATAN PEMASARAN DI ADMISI NASIONAL UNIVERSITAS TELKOM DENGAN METODE SECI

PERANCANGAN PROSES BISNIS DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PADA KEGIATAN PEMASARAN DI ADMISI NASIONAL UNIVERSITAS TELKOM DENGAN METODE SECI PERANCANGAN PROSES BISNIS DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PADA KEGIATAN PEMASARAN DI ADMISI NASIONAL UNIVERSITAS TELKOM DENGAN METODE SECI DESIGN OF BUSINESS PROCESS AND KEY PERFORMANCE INDICATOR FOR MARKETING

Lebih terperinci

Quality Award Untuk Mengevaluasi Pencapaian Implementasi Manajemen Kualitas Perusahaan (Studi Kasus: Evaluasi Implementasi Six Sigma di Perusahaan X)

Quality Award Untuk Mengevaluasi Pencapaian Implementasi Manajemen Kualitas Perusahaan (Studi Kasus: Evaluasi Implementasi Six Sigma di Perusahaan X) Performa (2008) Vol.7, No.1:55-65 Quality Award Untuk Mengevaluasi Pencapaian Implementasi Kualitas Perusahaan (Studi Kasus: Evaluasi Implementasi Six Sigma di Perusahaan X) Retno Wulan Damayanti 1 Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM

PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM PENERAPAN SIX SIGMA PADA IMPLEMENTASI SAP MODUL TRAINING & EVENT MANAGEMENT DI PT.TELKOM Arief Purnomo¹, Wiyono.², Retno Novi Dayawati³ ¹Teknik Informatika,, Universitas Telkom Abstrak Untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat dewasa ini terjadi karena setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan The secret of business is to know something that nobody else knows -Aristotle Onassis Rahasia dari bisnis adalah mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain -Aristotle

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

Desy Hafriyani, [2] Amelia Kurniawati, [3] Nurdinintya Athari Supratman [1] [2]

Desy Hafriyani, [2] Amelia Kurniawati, [3] Nurdinintya Athari Supratman [1] [2] PERANCANGAN PROSES BISNIS PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE CONVERSION 5C-4C DAN SECI DI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS TELKOM [1] Desy Hafriyani, [2] Amelia Kurniawati, [3]

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTEN E-LEARNING PADA KEGIATAN ALIH MEDIA DAN PRESERVASI BERDASARKAN KNOWLEDGE CONVERSION DI PDII LIPI DENGAN METODE SECI DAN ADDIE

PERANCANGAN KONTEN E-LEARNING PADA KEGIATAN ALIH MEDIA DAN PRESERVASI BERDASARKAN KNOWLEDGE CONVERSION DI PDII LIPI DENGAN METODE SECI DAN ADDIE PERANCANGAN KONTEN E-LEARNING PADA KEGIATAN ALIH MEDIA DAN PRESERVASI BERDASARKAN KNOWLEDGE CONVERSION DI PDII LIPI DENGAN METODE SECI DAN ADDIE Ngurah Wira Nugraha 1, Amelia Kurniawati 2, Umar Yunan 3

Lebih terperinci

PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS

PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS PROSES IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS Arief Rahmana, 1 Indryati Sunaryo, 2 Dradjad Irianto, 3 dan Ubuh Buchara Hidajat 4 1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Widyatama, Bandung 2,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 947

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 947 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 947 PERANCANGAN PROSES BISNIS PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE CONVERSION 5C-4C DAN SECI DI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge adalah informasi yang telah disusun agar mudah dimengerti dan berguna untuk pemecahan masalah dan dapat digunakan untuk bahan mengambil keputusan (Liebowitz

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

1.1 Sejarah Perusahaan ITB School of Business and Management (SBM-ITB)

1.1 Sejarah Perusahaan ITB School of Business and Management (SBM-ITB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan 1.1.1 ITB School of Business and Management (SBM-ITB) ITB mulai merencanakan membuka program bisnis dan manajemen sejak tahun 1970. Pada akhir tahun 1980, Departemen

Lebih terperinci

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190.

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190. 1 ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Pendahuluan Keberadaan dan kelangsungan hidup suatu organisasi ditentukan oleh konteksnya. Jika suatu organisasi tidak berhasil memenuhi kebutuhan konteksnya maka organisasi

Lebih terperinci

Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci

Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci Fachmi Fachrudin 1) Amelia Kurniawati ST., MT. 2) Murahartawaty

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Seorang manusia memiliki dorongan dan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Organisasi Pembelajaran organisasi adalah organisasi yang secara terus menerus belajar meningkatkan kapasitasnya untuk berubah (Lukito Shieren

Lebih terperinci

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional Sistem Manajemen Kualitas Internasional Presented by: Nur Hasanah, SE, MSc Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas Ketiadaan komitmen dari manajemen Ketiadaan pengetahuan atau kekurangpahaman

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2

PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER DIKLIK UNTUK DAPAT MENDENGAR SUARA SN PERILAKU ORGANISASI 2 PERILAKU ORGANISASI DISUSUN OLEH: ASTADI PANGARSO, S.T., MBA RENNY RENGGANIS, S.E., MSM PRODI S1 ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM PETUNJUK: HARAP LAMBANG SPEAKER

Lebih terperinci

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014 456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM MEMBENTUK LEARNING COMMUNITY DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Kamalia Fikri 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

Jalan Soekarno-Hatta No. 530 Bandung 2 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas FKIP Muhammadiyah Tangerang,

Jalan Soekarno-Hatta No. 530 Bandung 2 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas FKIP Muhammadiyah Tangerang, 1 MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TIPE MINDS, SUATU ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MEMBIASAKAN PESERTA DIDIK BELAJAR MATEMATIKA SECARA MANDIRI Iden Rainal Ihsan 1, Ratu Sarah Fauziah Iskandar

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA DIAGNOSTIC READING ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Sunari Sarwono LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Dalam era global yang dinamis

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 3

01/10/2010. Pertemuan 3 Pertemuan 3 Pengetahuan bersifat subyektif, kompleks dan dinamis, sehingga diperlukan pendekatan KM yang bersifat holistik Pengukuran diperlukan untuk dapat memonitor perkembangan hingga tercapainya benefit

Lebih terperinci

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Handout 10 Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia Latar belakang Organisasional dan Gaya individual Dalam sessi ini akan disampaikan hal-hal yang terjadi dan berlaku dalam suatu organisasi yang melatar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah 245 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang menggunakan pengetahuan mereka sebagai aset untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DI PT UNITED TRACTORS,

PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DI PT UNITED TRACTORS, Tugas Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dosen : Dr.Ir. Arief Iman Suroso, M.Sc PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DI PT UNITED TRACTORS, Tbk. OLEH : NURUL HIDAYAH P056101491.46 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Minggu 3: Manajemen Modern

Minggu 3: Manajemen Modern Minggu 3: Manajemen Modern TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Tujuan Pembelajaran Mempelajari dasar-dasar yang menjadi pemikiran manajemen moderen Mengetahui arah pengembangan

Lebih terperinci

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sistem Informasi Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris 1. Kita mengetahui bahwa perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat pesat dan banyak hal yang berubah dalam kehidupan kita.

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

Knowledge Management & TI. Muhammad Firdaus

Knowledge Management & TI. Muhammad Firdaus Knowledge Management & TI Muhammad Firdaus Rationale Knowledge is key management challenge in 21 st century Unprecendented rate of information creation and sharing Knowledge is the key value added to goods

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Strategi Pengelolaan Informasi

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Strategi Pengelolaan Informasi Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Strategi Pengelolaan Informasi 1 PENGERTIAN Gordon B. Davis (Management Informations System : Conceptual Foundations, Structures, and Development) menyatakan Informasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Indonesian Satellite Corporation (PT Indosat), merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. PT Indonesian Satellite Corporation (PT Indosat), merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Indonesian Satellite Corporation (PT Indosat), merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi. Awal didirikannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen Pengetahuan merupakan sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilaksanakan pada Bab 5, maka diperoleh kesimpulan : 1. Pada pengolahan data awal, diperoleh total nilai untuk

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA DIAGNOSTIC READING ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Sunari Sarwono LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku Abstract PT. Wenang Permai Sentosa continues to create

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

Lebih terperinci

ANALISA DAN IMPLEMENTASI NONAKA S MODEL DI TINGKAT UNIVERSITAS (KNOWLEDGE MANAGEMENT STRATEGY AND IMPLEMENTATION)

ANALISA DAN IMPLEMENTASI NONAKA S MODEL DI TINGKAT UNIVERSITAS (KNOWLEDGE MANAGEMENT STRATEGY AND IMPLEMENTATION) Techno.COM, Vol. 13, No. 3, Agustus 2014: 173-178 ANALISA DAN IMPLEMENTASI NONAKA S MODEL DI TINGKAT UNIVERSITAS (KNOWLEDGE MANAGEMENT STRATEGY AND IMPLEMENTATION) Indra Gamayanto 1, Acun Kardianawati

Lebih terperinci

Jurnal FamilyEdu 40 Vanya Nikki Hadiarti Tamara et al

Jurnal FamilyEdu 40 Vanya Nikki Hadiarti Tamara et al Jurnal FamilyEdu 40 Vanya Nikki Hadiarti Tamara et al Vol 1 No.1 April 2015 Kemampuan Mahasiswa dalam Pelaksanaan Workshop Manajemen Sumber Daya Keluarga Berbasis Project Based Learning Vanya Nikki Hadiarti

Lebih terperinci

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology Nur Zahra Afifah 1) Dr. Luciana Andrawina 2) Amelia Kurniawati, ST., MT 3) Program Studi

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso M.Sc Oleh : RINJANI YUSNI

Lebih terperinci

2. Bila diketahui terdapat 2 orang maka jumlah jalur komunikasinya adalah a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5

2. Bila diketahui terdapat 2 orang maka jumlah jalur komunikasinya adalah a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 1. Berikut ini yang tidak termasuk merupakan alat yang digunakan untuk melakukan komunikasi pada sebuah proyek adalah a. E-mail b. project management software c. Telegram d. Telephones e. eleconferencing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan membahas mengenai organizational learning. 2.1 Organizational Learning 2.1.1 Definisi Organizational Learning Organizational Learning adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CONTINUOUS IMPROVEMENT DALAM ORGANISASI

IMPLEMENTASI CONTINUOUS IMPROVEMENT DALAM ORGANISASI IMPLEMENTASI CONTINUOUS IMPROVEMENT DALAM ORGANISASI Anita Yus Dosen FIP dan Dikdas PPs Unimen Abstrak: Continuous improvement keluaran dari learning organization yang diartikan sebagai proses tanpa henti.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 71 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 4.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan pertimbangan konsep-konsep yang telah dibahas pada Bab 2, teori yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi (1995) mengenai penciptaan pengetahuan

Lebih terperinci

Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika

Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Oleh : Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang e-mail

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis regresi untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Arti penting manajemen pengetahuan telah disadari oleh organisasi sebagai sumber daya utama dalam bersaing. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pergeseran orientasi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi dan Action Plan 4.1.1 Rencana Implementasi Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio Farma maka dapat diambil solusi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I. 1.7 Latar Belakang Penelitian Di negara kita terlihat adanya perkembangan dan pertumbuhan yang

BAB I. 1.7 Latar Belakang Penelitian Di negara kita terlihat adanya perkembangan dan pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Penelitian Di negara kita terlihat adanya perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat khususnya pada bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya

Lebih terperinci