Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology"

Transkripsi

1 Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology Nur Zahra Afifah 1) Dr. Luciana Andrawina 2) Amelia Kurniawati, ST., MT 3) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Institut Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi no. 1, Terusan Buah Batu, Bandung ndumadkendu@ymail.com 1) luciana_andrawina@yahoo.com 2) amelia.kurniawati@gmail.com 3) Abstrak Perusahaan G harus meningkatkan pelayanan untuk menghadapi persaingan. Hal ini hanya dapat dipenuhi melalui kolaborasi antar individu, antar unit, serta kemampuan berinovasi. Kolaborasi tersebut menuntut perubahan internal Perusahaan G (Persero). Knowledge Management (KM) adalah proses yang memungkinkan perusahaan menciptakan, mendapatkan, menggunakan knowledge yang berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk meningkatkan knowledge dan memudahkan karyawan dalam menerapkan knowledge management, dibutuhkan Knowledge Management System (KMS). Sebelum meluncurkan Knowledge Management System (KMS), perlu dilakukan penilaian atas tingkat kesiapan kegiatan KMS agar dapat berjalan efektif. Knowledge Management System Readiness dapat diukur berdasarkan faktor people, process, dan technology. Untuk mengetahui bobot tingkat kepentingan kesiapan, digunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Sedangkan untuk mengetahui nilai kesiapan, digunakan skala Aydin dan Tasci yang memiliki 5 skala tingkat kesiapan. Hasil dari penelitian ini adalah faktor people memiliki tingkat kepentingan dan kesiapan tertinggi dengan bobot tingkat kepentingan sebesar 45.78% dan nilai sebesar Tingkat kesiapan kedua adalah faktor process sebesar dengan bobot tingkat kepentingan sebesar 23.24% dan yang terakhir faktor technology sebesar dengan bobot kepentingan lebih besar dibanding process yaitu 30.98%. Kata Kunci : Knowledge Management System Readiness, Metode AHP, Skala Pengukuran Aydin dan Tasci Pendahuluan Saat ini, dunia telah memasuki era knowledge based economy, kondisi yang memungkinkan perusahaan memperoleh, berkreasi, dan memanfaatkan knowledge yang dimiliki para karyawan secara lebih efektif untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam era ini, intensitas kompetisi semakin meningkat. Menurut Tobing (2011, pp 8), ada beberapa tantangan yang harus dijawab oleh perusahaan yang ingin menang dalam kompetisi yaitu adanya kolaborasi, inovasi, adaptasi, penguasaan teknologi dan pasar serta pengelolaan aset intelektual perusahaan. Tantangantantangan ini mendorong munculnya kebutuhan akan penerapan knowledge management (KM). Implementasi KM bertujuan menjaga knowledge yang dimiliki perusahaan tetap terpelihara dan tersedia untuk dipelajari oleh karyawan yang membutuhkan. Perusahaan G ingin menerapkan KM agar dapat bertahan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif melalui proses pembelajaran dan transfer knowledge yang memanfaatkan mekanisme dari KM. Adapun tahapan KM yang akan dilakukan oleh Perusahaan G (Persero) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Tahapan Kegiatan KM di Perusahaan G (Persero). Sumber : Perusahaan G (Persero) B-44

2 Untuk meningkatkan knowledge di internal perusahaan dan memudahkan karyawan dalam menerapkan knowledge management, dibutuhkan suatu sistem sebagai media penyimpanan dan dokumentasi knowledge yang dinamakan Knowledge Management System (KMS). Penerapan Knowledge Management System (KMS) akan mendorong perubahan di dalam mengelola pengetahuan baik untuk personal, tim maupun perusahaan. Sebagai langkah awal dalam memfasilitasi perubahan tersebut, KM yang akan dijalankan membutuhkan suatu penilaian readiness secara detail dan komprehensif (Holt dkk, 2004 dalam Erikson, 2006 pp 1). Menurut Wickramasinghe (2001), implementasi KM melibatkan tiga faktor penting yaitu faktor people, process, dan technology yang dikenal dengan sebutan KM Triad. Ketiga faktor tersebut juga merujuk pada penelitian Jerrel dan Landay (2000, dalam Erikson, 2006, pp 7) yang menyatakan bahwa enablers yang memengaruhi KM adalah people, process, dan technology. Maka dari itu, dalam penelitian ini faktor yang dinilai untuk mengetahui KMS readiness adalah people, process, dan technology. KMS readiness pada Perusahaan G (Persero) melibatkan para expert untuk dapat mengetahui faktor yang memiliki tingkat kepentingan kesiapan tertinggi. Perhitungan pembobotan ini menggunakan metode AHP, karena metode ini menggunakan perbandingan berpasangan yang cocok untuk menghitung bobot prioritas. Selain itu juga melibatkan karyawan untuk mengetahui tingkat kesiapan. Skala Aydin dan Tasci (2005) dapat membantu untuk mengukur skala tingkat kesiapan karena skala ini digunakan untuk perhitungan skala readiness. Faktor people, process, dan technology ini diturunkan lagi menjadi beberapa dimensi berdasarkan organizational performance and change (Burke dan Litwin, 1992), yaitu budaya organisasi, leadership, work unit climate, motivation dan task requirements individual skill & ability yang masuk ke dalam faktor people. Faktor process terdiri dari visi, misi, dan strategi, management practices, sistem (policies dan procedure) dan struktur. Model organizational performance dan change berdasarkan Burke dan Litwin (1992) menurut Tobing (2011, pp 50) adalah model yang dapat memastikan adanya keselarasan dan sinergi antar semua dimensi dari organisasi yang melakukan perubahan. Dimensi dari faktor technology diambil dari perspektif sosio-teknikal menurut Pan dan Scarborough (1998, dalam Hayati, 2010, pp 30) yaitu infrastructure online. Kemudian dari dimensi tersebut diperoleh indikator kesiapan yang dijadikan sebagai pernyataan dalam kuesioner. Dengan adanya penilaian readiness, Perusahaan G (Persero) dapat mengetahui sejauh mana kesiapan Perusahaan G (Persero) untuk dapat menjalankan tahapan KM pada Gambar 1 agar dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat terutama untuk kepentingan Perusahaan G (Persero). Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat kepentingan kesiapan knowledge management system pada Perusahaan G (Persero) dengan menggunakan metode AHP berdasarkan pendapat expert. 2. Mengetahui tingkat kesiapan knowledge management system pada Perusahaan G (Persero) dengan menggunakan skala Aydin dan Tasci (2005). 3. Mengetahui dominasi dari masing-masing faktor dalam menentukan kesiapan penerapan knowledge management system di Perusahaan G (Persero). Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya melakukan pengukuran tingkat kesiapan terhadap knowledge management system Perusahaan G (Persero) di wilayah Jakarta. 2. Tidak membahas masalah biaya. Misalnya, biaya yang diinvestasikan oleh Perusahaan G (Persero) untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan KMS yang akan dijalankan. 3. Tidak membahas macam-macam hasil produksi pada Perusahaan G (Persero) secara lebih detail. Metodologi Penelitian Model konseptual dari penelitian tugas akhir ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Model Konseptual Penelitian dilakukan untuk mengetahui penilaian tingkat readiness penerapan Knowledge Management System (KMS) di Perusahaan G (Persero). Gambar 2 menjelaskan terdapat tiga faktor yang dapat diukur kesiapannya berkaitan dengan penerapan KMS, yaitu faktor people, process, dan technology. Kesiapan people merupakan kesiapan yang berkaitan sumber daya yang dimiliki untuk mendukung pelaksanaan KMS di Perusahaan G (Persero), faktor ini berkaitan dengan budaya organisasi dari Perusahaan G (Persero), leadership dari para pemimpin di Perusahaan G (Persero), work unit climate, motivation karyawan Perusahaan G (Persero) untuk menjalankan KMS, dan task requirements individual skill dan ability. Kesiapan process merupakan kesiapan yang berkaitan dengan B-45

3 konten-konten yang ada sebagai dasar dari seluruh kegiatan dalam Perusahaan G (Persero), seperti visi, misi dan strategi yang ada di Perusahaan G (Persero) yang dapat dijadikan acuan untuk visi, misi, dan strategi KM di Perusahaan G (Persero), management practices, sistem (policies dan procedure) yang mengatur tentang kebijakan dan prosedur di Perusahaan G (Persero), dan yang terakhir adalah struktur yang ada di Perusahaan G (Persero). Kesiapan technology adalah kesiapan yang berkaitan dengan dukungan technology dan fasilitas yang dimiliki Perusahaan G (Persero) agar KMS dapat diadopsi dengan baik, ini dilihat dari infrastructure online yang mencakup hardware dan software yang ada di Perusahaan G (Persero), seperti ketersediaan komputer di setiap unit, ketersediaan telepon untuk melakukan sharing knowledge antar karyawan Perusahaan G (Persero), dan ketersediaan website yang dapat menampung knowledge dari para karyawan Perusahaan G (Persero). Kemudian untuk mendukung tingkat kesiapan yang dilakukan, perlu diidentifikasi indikator KMS readiness. Indikator tersebut diolah dengan kuesioner yang terdiri dari kuesioner untuk metode AHP dan kuesioner untuk skala pengukuran Aydin dan Tasci (2005). Hasil dari perhitungan dengan metode AHP adalah penentuan tingkat kepentingan kesiapan oleh para expert di Perusahaan G (Persero). Setelah itu, hasil tersebut dibandingkan dengan hasil kuesioner tingkat kesiapan dari indikator kesiapan dengan menggunakan skala pengukuran Aydin dan Tasci (2005) yang melibatkan karyawan Perusahaan G (Persero) sebagai responden. Perbandingan kedua hasil kuesioner dari penelitian ini menghasilkan pengukuran prioritas tingkat kesiapan masing-masing faktor yaitu people, process, dan technology di Perusahaan G (Persero). Pengumpulan Dan Pengolahan Data Nilai Kesiapan Knowledge Management System Kesiapan KMS Berdasarkan Nilai Dimensi Nilai kesiapan KMS diperoleh berdasarkan hasil persepsi responden dengan bobot yang diberikan oleh para expert dalam menentukan kesiapan KMS untuk setiap dimensi. Hasil persepsi responden diketahui melalui hasil penyebaran kuesioner, sedangkan pemberian bobot yang dilakukan oleh para expert diketahui melalui kuesioner pembobotan. Penyebaran kuesioner dengan dua jenis responden dilakukan untuk mengetahui kesiapan yang telah dilakukan oleh Perusahaan G (Persero) untuk mengimplementasikan knowledge management system melalui persepsi responden. Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut diperoleh nilai rata-rata setiap elemen dan rata-rata setiap dimensi. Di samping itu, pemberian bobot nilai menurut pendapat para expert dilakukan dengan membandingkan secara berpasangan berdasarkan derajat pengaruhnya dalam menentukan tingkat kesiapan KMS di Perusahaan G (Persero) menurut dimensi-dimensinya. Pembobotan dimensi-dimensi oleh para ahli berjumlah 100% untuk setiap konsepnya. Nilai kesiapan KMS untuk setiap konsep merupakan penjumlahan dari nilai kesiapan masing-masing dimensi. Tingkat kesiapan KMS untuk konsep people yang terdiri atas dimensi budaya organisasi, leadership, work unit climate, motivation dan task requirements individual skill & ability memiliki nilai kesiapan tertinggi yaitu dimensi budaya organisasi (4.22) dan nilai kesiapan terendah adalah dimensi leadership (3.61). Menurut expert, tingkat kepentingan yang paling tinggi ada di dimensi leadership sebesar 28.62%, dan tingkat kepentingan paling rendah ada pada dimensi work unit climate sebesar 11.20%. Kemudian untuk konsep process, nilai kesiapan tertinggi adalah dimensi visi, misi dan strategi dengan nilai 4.03 dan nilai kesiapan terendah adalah dimensi struktur dengan nilai Berdasarkan expert, tingkat kepentingan paling tinggi adalah sistem (policies dan procedure) yaitu sebesar 42.30%. Tingkat kepentingan kesiapan yang paling rendah adalah struktur sebesar 13.34%. Setelah itu, kesiapan untuk KMS untuk konsep technology yang mempunyai dimensi infrastructure online memiliki nilai kesiapan dengan tingkat kepentingan dimensi sebesar 100%. Kesiapan KMS Berdasarkan Nilai Konsep Nilai kesiapan KMS pada setiap nilai konsep diukur melalui dua pengukuran, yaitu pengukuran menggunakan metode AHP dan skala Aydin dan Tasci (2005). Pengukuran Aydin dan Tasci (2005) menggunakan 5 skala sedangkan penelitian ini menggunakan 6 skala untuk penyebaran kuesioner yang dilakukan, sehingga nilai kesiapan KMS dari hasil nilai persepsi responden dikonversikan menjadi 5 skala pengukuran. Hasil pengukuran tersebut menjadi nilai kesiapan KMS menggunakan skala Aydin dan Tasci (2005). Tingkat kepentingan kesiapan KMS dengan menggunakan AHP, dilakukan dengan mengalikan nilai persepsi responden untuk setiap konsep KMS dengan bobot nilai yang diberikan oleh para expert. Kemudian, kesiapan KMS dengan menggunakan skala Aydin dan Tasci (2005) dilakukan dengan mengonversikan nilai persepsi responden untuk setiap konsepnya menjadi 5 skala pengukuran. Tingkat kesiapan KMS di Perusahaan G (Persero) untuk setiap konsep KMS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kesiapan Berdasarkan Konsep Kesiapan KMS Konsep Dimensi Nilai Setiap Dimensi Nilai Rata- Rata Setiap Konsep Bobot AHP Kesiapan KMS menurut Skala Aydin dan Tasci (2005) B-46

4 PEOPLE Budaya Organisasi Leadership Work Unit Climate % Tingkat Kepentingan Kesiapan KMS Menggunakan AHP Pada Gambar 3 terlihat bahwa para expert memberikan nilai tertinggi untuk faktor people dan nilai terendah pada faktor process. Ini berarti para expert menganggap bahwa faktor people memiliki kontribusi yang paling penting untuk mencapai KMS yang diinginkan. Motivation Task Requirements Individual Skill & Ability PROCESS TECHNO- LOGY Visi,Misi, dan Strategi Management Practices Sistem (Policies dan Procedure) Struktur Infrastructure Online % % Merujuk pada Tabel 1, nilai kesiapan tertinggi berdasarkan skala Aydin dan Tasci (2005) adalah people sebesar Kemudian nilai kesiapan berikutnya adalah process sebesar 3.08 dan terakhir adalah nilai kesiapan dari konsep technology sebesar Analisis Data Analisis Tingkat KMS Readiness Menurut Pendapat Para Expert Merujuk pada Tabel 1, nilai persepsi responden memberikan nilai untuk faktor process lebih besar dari nilai kesiapan technology yaitu Namun hal ini tidak didukung oleh para expert dengan memberikan nilai kepentingan terhadap kesiapan process sebesar 23.24% yang berarti process tidak lebih penting dibandingkan dengan people dan technology sehingga nilai kesiapan process sebesar Nilai tertinggi diberikan oleh para expert untuk tingkat kepentingan kesiapan adalah faktor people sebesar 45.78%. Nilai yang tinggi juga diberikan berdasarkan nilai persepsi responden sebesar Adapun penilaian tingkat kepentingan kesiapan menurut expert dan nilai kesiapan rata-rata responden dapat di lihat dari grafik pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 2 Tingkat Kepentingan Kesiapan KMS Menggunakan AHP Faktor people sangat berpengaruh pada jalannya proses KMS yang akan dijalankan di Perusahaan G seperti pada Gambar 3. Di samping sebagai sumber knowledge, manusia pada hakikatnya juga merupakan pelaku dari proses-proses yang ada dalam KM. Menurut Tobing (2011, pp 14), jika proses knowledge sharing dan knowledge creation tidak dapat berjalan, persoalan utamanya adalah karena rendahnya kemauan dan kemampuan manusia untuk melakukannya. Semua proses tersebut dapat berjalan selama manusia memang terdorong untuk melakukannya. Itu sebabnya para expert memberi nilai kepentingan paling rendah pada faktor process. Di urutan yang kedua, para expert memberi tingkat kepentingan untuk faktor technology. Faktor ini diperlukan dalam KMS karena merupakan media yang memastikan terjadinya pertukaran, penyimpanan, dan pemanfaatan dari knowledge dan memungkinkan terjadinya kolaborasi diantara karyawan, unit kerja, fungsi, dan disiplin ilmu. Perkembangan teknologi secara online dengan berbagai aplikasi di dalamnya membuat teknologi menjadi basis utama pengembangan KM Tool. Tingkat Kesiapan KMS Menggunakan Skala Aydin dan Tasci (2005) Hasil dari tingkat kesiapan KMS menurut rata-rata responden akan diolah dengan menggunakan skala Aydin dan Tasci (2005). Dengan begitu, dapat diketahui faktor yang paling siap dan faktor yang masih perlu diperbaiki. Tingkat kesiapan KMS tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. B-47

5 Gambar 3 Kesiapan Menggunakan Skala Aydin dan Tasci (2005) Berdasarkan Gambar 4, nilai persepsi responden menyatakan nilai kesiapan yang paling tinggi ada pada faktor people. Ini berarti karyawan di Perusahaan G (Persero) sudah menganggap penting akan adanya KMS di Perusahaan G (Persero). Tetapi, karyawan menganggap dari faktor technology di Perusahaan G (Persero) belum siap untuk menjalankan KMS. Karyawan memberi nilai untuk faktor technology, faktor people dan faktor process sebesar Faktor technology pada Perusahaan G (Persero) saat ini memang belum mencapai tahap yang ditargetkan. Target dari Perusahaan G (Persero) adalah membuat suatu website yang tampilan dan isinya dirancang seperti jejaring social masa kini yaitu facebook dimana karyawan dapat mengklasifikasi, menyimpan, mengambil dan mendistribusikan pengetahuan. Tetapi, pada kenyataannya, website Perusahaan G (Persero) baru sampai pada tahap penyampaian informasi tentang Perusahaan G untuk masyarakat. Jadi, karyawan belum dapat ikut serta untuk mendistribusikan pengetahuan yang dimiliki baik kepada karyawan lain maupun kepada masyarakat. Analisis Rekomendasi KMS Readiness di Perusahaan G (Persero) Secara umum, embrio Knowledge Management System (KMS) telah ada di Perusahaan G, namun belum memiliki fitur lengkap yang mendukung terjadinya kegiatan berbagi, mengakses, memanfaatkan dan berkolaborasi serta mendokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan karyawan untuk mendapatkannya apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Seseorang akan melakukan perubahan dengan sukarela, jika mereka merasa tertarik dan merasakan adanya kebutuhan. Tingkat kesiapan KMS di Perusahaan G ada pada kondisi siap dengan beberapa perbaikan, yang berarti diperlukan berbagai kegiatan yang mendorong karyawan untuk lebih menerapkan knowledge management secara optimal dan menjadi bagian dari budaya kerja. Mengingat perubahan budaya akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang, dimana rata-rata perusahaan yang sukses membutuhkan waktu lima sampai dengan tujuh tahun, maka Perusahaan G harus memiliki komitmen jangka panjang untuk menjalankan berbagai kegiatan perubahan budaya dimaksud. Pimpinan harus terlebih dahulu disiapkan dan berpartisipasi dalam menerapkan dan menjadi role model di Perusahaan G. Pimpinan harus dapat bertindak sebagai sponsor, komunikator dan fasilitator pada KMS di Perusahaan G. Untuk meningkatkan komitmen dan keterlibatan para pimpinan Perusahaan G dalam kegiatan KMS, perlu memprioritaskan pelatihan kepada pimpinan Perusahaan G terkait kepemimpinan dan knowledge management agar dapat bertindak sebagai sponsor, komunikator dan fasilitator bagi karyawan. Selain itu, untuk mendorong terbentuknya knowledge culture, perusahaan melakukan penekanan pada penjabaran masing-masing nilai budaya yang ada di perusahaan. Hal ini akan sangat membantu untuk memberikan pemahaman kepada seluruh karyawan mengenai nilai-nilai dan perilaku yang diinginkan dari karyawan dalam menerapkan knowledge management. Untuk mendukung kegiatan KMS, Perusahaan G perlu membangun aplikasi yang dapat memudahkan karyawan berbagi, mengakses, memanfaatkan dan mendokumentasikan knowledge dengan baik, berkolaborasi dan bekerja sama tanpa terbatas oleh waktu, tempat, level posisi dan tingkat keahlian. Pembangunan aplikasi ini merujuk pada hasil pembobotan indikator kesiapan yang cukup tinggi dibanding indikator kesiapan lainnya dari faktor technology. yang menyatakan bahwa website KM mudah diakses dan digunakan oleh karyawan dan konsumen. Rencana aplikasi yang dapat dilakukan Perusahaan G (Persero) adalah menggunakan tampilan sistem jejaring social yang paling banyak digunakan saat ini yaitu tampilan facebook pada website KM yang akan dibangun. User interface yang menarik dan memudahkan pengguna baik karyawan maupun konsumen dalam mengakses aplikasi pada masingmasing account. Aplikasi KMS diharapkan dapat juga memiliki daya tarik sendiri untuk penggunaannya dalam bertukar informasi, membuat dokumen knowledge yang ada di Perusahaan G (Persero). Adapun fitur yang ditampilkan sebagai berikut : 1. Lima artikel knowledge terbaru 2. Akses mudah bagi pengunjung portal KMS dalam melihat artikel knowledge berdasarkan : Knowledge group yang ada di struktur KMS Perusahaan G 10 artikel knowledge yang paling banyak dibaca 10 penulis artikel knowledge yang paling aktif dalam portal KMS (pengunjung juga dapat melihat artikel knowledge berdasarkan artikel penulis) Arsip artikel knowledge berdasarkan bulan dan tahun pembuatan 5 (lima) diskusi terakhir yang terjadi di dalam forum diskusi KMS 3. Pengunjung yang telah memiliki account di portal KMS dapat langsung melakukan login pada bagian kiri atas portal KMS, dengan mengisikan user name dan password. Bagi pengunjung yang belum B-48

6 memiliki account di portal KMS dapat langsung mendaftarkan diri di link daftar. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penilaian tingkat readiness KMS di Perusahaan G (Persero) berdasarkan faktor people, process, dan technology, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kepentingan kesiapan KMS di Perusahaan G (Persero) yang ditinjau melalui pengukuan AHP berdasarkan faktor people, process, dan technology adalah para expert menganggap bahwa faktor people merupakan faktor yang paling penting dalam menjalankan KMS di Perusahaan G (Persero). Kemudian faktor technology menduduki peringkat kepentingan kedua dan yang terakhir adalah faktor process. 2. Tingkat kesiapan KMS di Perusahaan G (Persero) dengan menggunakan skala Aydin dan Tasci (2005) ada pada kategori siap walaupun masih butuh banyak perbaikan. Faktor people merupakan faktor yang mempunyai nilai kesiapan tertinggi. Kemudian faktor process ada di peringkat kedua dan terakhir adalah faktor technology. 3. Dominasi yang paling tinggi dari faktor people, process, dan technology adalah : a. Faktor People Budaya Organisasi indikator kesiapan karyawan Perusahaan G mempunyai keinginan kuat mendukung perubahan di perusahaan. Leadership indikator kesiapan pimpinan di Perusahaan G mendorong terbentuknya knowledge sharing di lingkungan Perusahaan G. Work Unit Climate indikator kesiapan karyawan Perusahaan G dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari proyek terdahulu. Motivation indikator kesiapan karyawan Perusahaan G memiliki kemauan yang tinggi dalam berinovasi kreatif untuk kepentingan Perusahaan G. Task Requirements Individual Skill & Ability indikator kesiapan karyawan Perusahaan G wajib berbagi knowledge yang dimilikinya. b. Faktor Process Visi, misi, dan strategi indikator kesiapan strategi knowledge management selaras dengan strategi Perusahaan G. Management Practices indikator kesiapan Perusahaan G menyediakan anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan knowledge management. Sistem (Policies and Procedure) indikator kesiapan Perusahaan G mempunyai peraturan tentang pemanfaatan knowledge. Struktur indikator kesiapan Perusahaan G mendorong terbentuknya jaringan informal sebagai wadah kerjasama. c. Faktor Technology Infrastructure Online indikator kesiapan Perusahaan G mempunyai sistem informasi yang mendukung komunikasi di antara karyawan dari lokasi yang berbeda dan Perusahaan G memberikan fasilitas berupa komputer (PC) untuk setiap karyawannya. Saran 1. Bagi Perusahaan G (Persero) Perusahaan G (Persero) diharapkan dapat mengimplementasikan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil pengukuran knowledge management system readiness berdasarkan faktor people, process, dan technology. Perusahaan G (Persero) diharapkan dapat melakukan pengukuran dan evaluasi terhadap kegiatan knowledge management system secara periodik jika nantinya sudah dijalankan agar dapat memperlihatkan hasil signifikan pada tingkat pencapaian visi, misi, dan strategi knowledge management system. Perusahaan G (Persero) diharapkan dapat mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum knowledge management system dijalankan dan menyediakan fasilitas dan alat pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan knowledge management system. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengevaluasi performance kegiatan Knowledge Management System (KMS) yang sudah dijalankan oleh Perusahaan G (Persero). Sehingga akan didapatkan pengukuran dan evaluasi perfomance dari setiap kegiatan. Selain itu, dapat dilakukan pula penelitian dengan benchmark perusahaan lain yang sudah menerapkan KMS untuk membandingkan sejauh mana kesiapan Perusahaan G (Persero) untuk mengimplementasikan KMS serta keunggulan dari KMS pada perusahaan lain dapat dijadikan masukan dan rekomendasi untuk kemajuan kegiatan KMS di Perusahaan G (Persero). B-49

7 Daftar Pustaka [1] Aydin, C. H., dan Tasci, D. (2005). Measuring Readiness for e-learning: Reflections from an Emerging Country. Educational Technology and Society, 8 (4), pp [2] Burke, Warner dan Litwin, George. (1992). A Causal Model of Organizational Performance and Change : Journal of Management. [3] Erikson. (2006). Perancangan Instrumen Pengukuran Kesiapan Untuk Mendukung Pemilihan Metode Implementasi Knowledge management, Tesis Program Magister, Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, ITB, Bandung. [4] Fatimah, Maria. (2009). Analisis Tingkat Kesiapan E-learning Berdasarkan Faktor Resource, Education, dan Environment di Institut Teknologi Telkom, Institut Teknologi Telkom, Bandung. [5] Hayati, Indah. (2010). Evaluasi dan Perbaikan Penerapan Knowledge Management System di PT. PLN (Persero) Wilayah Lampung Berdasarkan Perspektif Sosio-Teknikal, Institut Teknologi Telkom, Bandung. [6] Kaplan, R. M. dan Saccuzzo. (1993). Psychological testing: Principles, application, and issues. California : Brooks/Cole Publishing Company. [7] Saaty, T.L. (1993). The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation, Pittsburgh University Pers. [8] Sari, Efi Riana. (2010). Perbaikan Kinerja Knowledge management dari Perspektif Human Capital di Pt. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Institut Teknologi Telkom, Bandung. [9] Tobing, Paul L. (2011). Knowledge Management: Manajemen Knowledge Sharing Berbasis Komunitas. Bandung. [10]Wickramasinghe, N. (2001). Do We Practice What We Preach? Are Knowledge management Systems in Practice Truly Reflective of Knowledge management Systems in Theory?,Business Process Management Journal Vol.9 No.3, available online at diunduh pada 30 Desember B-50

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA Henki Bayu Seta 1), Theresia Wati 2), Nurhafifah Matondang 3) 1), 2) Teknik Informatika

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu kebutuhan mendasar pada saat ini. Kemampuan perusahaan mengelola knowledge yang ada merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). Dalam suatu organisasi terdapat tugas-tugas

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KNOWLEDGE MANAGEMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF HUMAN CAPITAL DENGAN METODE KNOWLEDGE MANAGEMENT BALANCED SCORECARD DI PT BANK X

EVALUASI KINERJA KNOWLEDGE MANAGEMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF HUMAN CAPITAL DENGAN METODE KNOWLEDGE MANAGEMENT BALANCED SCORECARD DI PT BANK X EVALUASI KINERJA KNOWLEDGE MANAGEMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF HUMAN CAPITAL DENGAN METODE KNOWLEDGE MANAGEMENT BALANCED SCORECARD DI PT BANK X Ni Wayan Omni Sanisya Uttami 1, Amelia Kurniawati 2, Ika Arum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

Human Resources Management (HRM)

Human Resources Management (HRM) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Human Resources Management (HRM) Pertemuan 1: Pendahuluan Disusun oleh: Eko Tjiptojuwono Overview People Management Human Resources Management Sebuah pendekatan strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penyusunan, penganggaran dan pengevaluasian melalui audit BSC setiap

BAB V PENUTUP. penyusunan, penganggaran dan pengevaluasian melalui audit BSC setiap BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan PT Bukit Asam (Persero) Tbk telah mengimplementasikan BSC sebagai suatu sistem pengukuran kinerja secara efektif, dimulai dari perencanaan, penyusunan, penganggaran dan pengevaluasian

Lebih terperinci

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Tri Joko Wibowo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Serang Raya, Taman, Drangong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berbeda-beda. Berita yang dipublikasi di internet dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berbeda-beda. Berita yang dipublikasi di internet dari hari ke hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan maraknya penggunaan internet saat ini, tidak sedikit lembaga media mendistribusikan informasi berita secara online. Tidak

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DIVISI SDM DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD DESIGN OF PERFORMANCE MEASURMENT DIVISION OF HUMAN RESOURCE SCORECARD AT XYZ COMPANY BY USING

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci

Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci Fachmi Fachrudin 1) Amelia Kurniawati ST., MT. 2) Murahartawaty

Lebih terperinci

OLEH : AFLAKHATIS RATNA CAHYANI

OLEH : AFLAKHATIS RATNA CAHYANI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN TEMPAT KOS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN MAHASISWA DI DAERAH MOJOROTO KEDIRI DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

Dampak Positif Ekonomi Kreatif

Dampak Positif Ekonomi Kreatif KAJIAN MODEL USAHA EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG PENDAHULUAN Transformasi struktur perekonomian dunia, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan atau knowledge merupakan sumber inovasi yang dibutuhkan oleh organisasi maupun perusahaan untuk bertahan dan berkembang [1], [2]. Supaya efektif dalam

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan perilaku konsumen di era globalisasi sekarang ini adalah salah satu dari sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh banyak organisasi atau perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Ida Ayu Utari Ananda Putri ), Fida N. Nugraha 2), Litasari W. Suwarsono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan yang bekerja pada perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas merupakan intuisi akademis yang memiliki karakteristik yang sama dengan organisasi pembelajaran. Dimana dalam organisasi ini banyak subsub kegiatan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGUKURAN KINERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN WALISONGO-GEMPOL DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS(AHP)

PERENCANAAN PENGUKURAN KINERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN WALISONGO-GEMPOL DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS(AHP) PERENCANAAN PENGUKURAN KINERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN WALISONGO-GEMPOL DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS(AHP) Arif Rahman 1 dan Moses L. Singgih 2 Bidang Keahlian Managemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan faktor sumber daya manusia (SDM) adalah faktor sentral yang sangat memengaruhi keefektifan berjalannya kegiatan di dalam perusahaan. Di zaman

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, perkembangan dunia bisnis semakin pesat. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, munculnya pesaing, perubahan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri telekomunikasi dan teknologi informasi, perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini mulai menuju keadaan yang lebih baik, dengan melihat perkembangan dunia industri yang terus berkembang di berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting, karena pendidikan merupakan akar dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting, karena pendidikan merupakan akar dari peradaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di jaman yang semakin berkembang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting, karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 024.E/DIR/2012 TENTANG. COMMUNITY OF PRACTICE (CoP) DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO)

PT PLN (PERSERO) EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 024.E/DIR/2012 TENTANG. COMMUNITY OF PRACTICE (CoP) DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 024.E/DIR/2012 TENTANG COMMUNITY OF PRACTICE (CoP) DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) I. PENDAHULUAN Sebagai tindak lanjut dari pasal 14 huruf a Keputusan

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

Magister Komputer Universitas Budi Luhur

Magister Komputer Universitas Budi Luhur Magister Komputer Universitas Budi Luhur Strategi Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Study Kasus : PT. Ciliandra Perkasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang cepat menjadikan lingkungan bisnis sebagai lingkungan yang selalu

Lebih terperinci

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sistem Informasi dan Pengendalian Internal PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Disusun oleh: Kelompok 2 Alberta Vinanci R Danu Pradipta Diana Mayung B. Dina Puspasari 14/377038/EE/06971 14/377052/EE/06985

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Kata kunci : Knowledge Sharing, Metode Iterative Incremental, Aplikasi Mobile berbasis Android

Kata kunci : Knowledge Sharing, Metode Iterative Incremental, Aplikasi Mobile berbasis Android PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK SELEKSI MAHASISWA BARU DI TELKOM UNIVERSITY MENGGUNAKAN APLIKASI MOBILE BERBASIS ANDROID DENGAN METODE ITERATIVE INCREMENTAL Putu Puspitha Saraswati 1, Luciana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

Analisis Faktor Kesiapan Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta)

Analisis Faktor Kesiapan Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta) Analisis Faktor Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta) Bagus Muhammad Akbar Magister Teknik Infromatika Program Pasca Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI What is IT Resource People Infrastructure Application Information Why IT Should be managed? Manage Information Technology Effectiveness

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam informasi sesuai dengan kategori koleksi yang dimiliki, seperti koleksi dan proses bisnis.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO MEKANISME PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN COMMUNITY OF PRACTICE (OFFLINE DAN ONLINE) 1 PENDAHULUAN 1.1 DEFINISI COP PLN mendefinisikan CoP sebagai berikut: Sekumpulan

Lebih terperinci

MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani. Page 1

MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani. Page 1 MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani Page 1 APAKAH LITERASI DIGITAL?. Page 2 Era global Mengapa Penting? Pendidikan perlu menyiapkan manusia yang mampu menjawab tantangan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dipaparkan rancangan KMS framework dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar beserta penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat pada framework tersebut,

Lebih terperinci

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab Tujuh Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil-hasil temuan teoritis dan empiris serta implikasi teoritis dan manajerial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam pengembangan berbagai aplikasi dan mekanisme berbasis informasi memberikan new core competency dalam penerapannya

Lebih terperinci

Pengembangan KMS (Knowledge Management System) di Institut Pertanian Bogor

Pengembangan KMS (Knowledge Management System) di Institut Pertanian Bogor Pengembangan KMS (Knowledge Management System) di Institut Pertanian Bogor Yuyu Yulia dan B. Mustafa *) Pendahuluan Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini dunia sedang meninggalkan era mesin industri menuju era pengetahuan. Pada era pengetahuan saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk menunjukkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Kahar Duta Sarana (KDS) yang bekedudukan di Jl. Peta Lingkar Selatan, Ruko Kopo Plaza BI D/5 Bandung 40233 Jawa Barat, Indonesia adalah perusahaan multinasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1

Lebih terperinci

Chapter 6 CORPORATE UNIVERSITY BEST PRACTICE

Chapter 6 CORPORATE UNIVERSITY BEST PRACTICE Chapter 6 CORPORATE UNIVERSITY BEST PRACTICE Perusahaan-perusahaan mulai menyadari bahwa aset terpenting mereka adalah SDM yang mereka miliki, dengan pengetahuan yang dimiliki oleh para pegawai. Tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset terpenting perusahaan karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional perusahaan. Agar perusahaan

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era global sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia. Untuk menyiapkan sumber daya

Lebih terperinci

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi dan Action Plan 4.1.1 Rencana Implementasi Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio Farma maka dapat diambil solusi yang terbaik

Lebih terperinci

Developing an Enterprise Architecture Management Plan

Developing an Enterprise Architecture Management Plan Developing an Enterprise Architecture Management Plan Learning Objectives LOGO Memahami tujuan dari rencana pengelolaan EA Melihat format contoh untuk rencana pengelolaan EA Memahami jenis konten yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: menggunakan uang elektronik pada transaksi e-commerce.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: menggunakan uang elektronik pada transaksi e-commerce. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: 1. Faktor kepercayaan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom University

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom University BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Telkom University Telkom University adalah Perguruan Tinggi Swasta yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Telkom, merupakan penggabungan

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Apalagi didalam era revolusi informasi yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang mempunyai pikiran dan perasaan yang membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang mempunyai pikiran dan perasaan yang membedakannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam organisasi karena manusia inilah yang mampu menggerakkan seluruh komponen yang berada dalam organisasi.

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process Chandra Kusuma Dewa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14 Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan Dalam bab I ini akan dijelaskan latar belakang yang mendasari munculnya ide pembuatan rancangan IT Governance dengan mengacu pada kerangka kerja COBIT. Disamping itu akan dibahas juga

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi 3.1.1 Corporate Learning Division Berdasarkan perkembangan yang semakin luas dari BINUS Group di masa depan, sehingga untuk tetap dapat berkompetisi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 95 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis dan deskripsi data hasil penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Peta potensi Learning Organization di BPSDM Hukum dan HAM

Lebih terperinci

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA 1 Arfiani Nur Khusna, 2 Kusrini, 3 M Rudyanto Arief 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi Quality Management Center (QMC) merupakan salah satu organisasi internal yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan dunia informasi, teknologi, dan industri telah mendorong setiap organisasi perusahaan untuk memasuki babak baru. Persaingan yang kompleks.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kompetisi. Inovasi. Integrasi. Tiga kata yang saat ini sangat layak diperhatikan lebih dalam dan harusnya diterapkan oleh para pelaku bisnis, terutama perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI WhatsApp MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

IMPLEMENTASI WhatsApp MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA IMPLEMENTASI WhatsApp MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA Hendrik Pratama 1, Andista Candra Yusro 2 1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI PENGELOLAAN PROPOSAL KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI UNIVERSITAS TELKOM

APLIKASI PENGELOLAAN PROPOSAL KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI UNIVERSITAS TELKOM APLIKASI PENGELOLAAN PROPOSAL KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI UNIVERSITAS TELKOM Lusi Husriana Nova 1), Wardani Muhamad 2) 1), 2) Manajemen Informatika Universitas Telkom Bandung Jl Telekomunikasi Terusan Buah

Lebih terperinci