3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian"

Transkripsi

1 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di enam pulau Kawasan Kapoposan Kabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan) meliputi: (1) Pulau Kapoposan, (2) Pulau Gondongbali, (3) Pulau Pamanggangan, (4) Pulau Suranti, (5) Pulau Tambakulu, dan (6) Pulau Papandangan. Penelitian dimulai dengan penyiapan proposal hingga persetujuan proposal penelitian pada bulan Juni Bulan Juli 2009, Oktober 2009 dan Januari 2010 dilakukan wawancara semi terstruktur (wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus atau focus group discussion/fgd) di Jakarta. Kegiatan survei lapangan ke Kabupaten Pangkep dan keenam pulau kecil di Kawasan Kapoposan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada bulan Agustus 2009 untuk mendapatkan data kondisi eksisting sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Kawasan Kapoposan dengan menggunakan analisis deskriptif, serta melakukan wawancara semi terstruktur (wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus atau focus group discussion/fgd). Kegiatan survei lapangan tahap kedua dilakukan pada bulan Januari Pada tahap kedua selain untuk melengkapi data-data sekunder dan primer yang telah diperoleh, dilakukan kembali wawancara kelompok terfokus dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) untuk membahas hasil analisis yang sudah diperoleh dari tahap pertama berupa rumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan ke depan. Secara keseluruhan penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Februari Metode Pengumpulan Data Metode penelitian menggunakan teknik survei dengan aspek yang dikaji meliputi kondisi fisik, biologi, ekonomi, sosial, budaya lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana dasar, serta kebijakan dan kelembagaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan: (1) melakukan inventarisasi dan menggali sumbersumber data sekunder, (2) melakukan pengamatan atau observasi langsung di

2 38 lokasi penelitian, serta (3) melakukan wawancara semi terstruktur (wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus). 1) Inventarisasi dan menggali sumber-sumber data sekunder. Inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber diantaranya dari instansi/lembaga pemerintah dan non pemerintah/swasta baik yang berada di pusat maupun di daerah, serta berbagai buku pustaka dan sumber informasi lainnya, untuk mengetahui kondisi saat ini (existing conditions) dari lokasi penelitian. Data sekunder yang diinventarisasi diantaranya meliputi: (1) Peta lokasi dan tata ruang wilayah penelitian; (2) Profil pulau-pulau kecil; (3) Data statistik Kabupaten Pangkep dalam Angka; (4) Laporan tahunan; (5) Kebijakan dan hukum/peraturan terkait; (6) Rencana kebijakan dan strategi pengelolaan pulau-pulau kecil; (7) Data sekunder lainnya terkait dengan materi penelitian. 2) Pengamatan atau observasi. Pengamatan secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengetahui dan memberikan pemahaman secara langsung terhadap beberapa kondisi pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan mencakup: (1) Pengamatan terhadap keenam pulau meliputi kondisi fisik daratan, perairan, dan kemudahan aksesibilitas menuju lokasi. (2) Pengamatan terhadap aktivitas masyarakat pulau meliputi aspek ekonomi, politik, sosial, budaya dan kelembagaan. (3) Pengamatan terhadap sarana dan prasarana dasar yang ada meliputi transportasi, penerangan, pendidikan, air bersih, sarana tambat kapal, serta sarana pendukung lainnya. (4) Pengamatan terhadap pengembangan kegiatan yang dianggap paling sesuai atau tepat bagi kawasan meliputi: (i) kegiatan perikanan tangkap: data sebaran terumbu karang dan spesies-spesies asosiasinya (ikan karang ekonomis penting dan merupakan komoditas spesifik pulau kecil), teknologi cara penangkapan ikan karang ekonomis yang dilakukan masyarakat, fasilitas penangkapan, daerah penangkapan, dan pemasaran.

3 39 (ii) kegiatan budidaya: jenis komoditas yang dibudidayakan, lokasi, teknologi, pengolahan pasca panen, dan pemasaran. (iii) kegiatan konservasi: peraturan penetapan wilayah konservasi, pemahaman masyarakat atas konservasi, dan kesesuaian zonasi. (iv) kegiatan wisata bahari: lokasi, potensi sumberdaya daratan dan perairan, sarana dan prasarana pendukung, pemahaman masyarakat, serta dukungan pemerintah daerah. 3) Wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan dan topik yang sudah ditentukan sebelumnya, berupa daftar kuesioner yang fleksibel sehingga memungkinkan terjadinya pengembangan topik pada saat wawancara dilangsungkan. Wawancara dilaksanakan dengan dua cara yaitu: (1) Wawancara dengan responden kunci (key person) yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil untuk mendapatkan informasi dan gambaran saat ini beserta harapan, kendala, dan usulanusulan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Responden kunci di tingkat pusat meliputi: Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Akses dan Akselerasi Investasi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Identifikasi Potensi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Ekosistem Pulau-pulau Kecil DKP, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia, Sekretaris Jenderal Masyarakat Pariwisata Indonesia, Ahli Hukum Investasi, pemerhati lingkungan Perkumpulan Telapak, dan Pembina Program Mitra Bahari Regional Sulawesi Selatan beserta mitra perguruan tinggi. Responden kunci di tingkat daerah Kabupaten Pangkep meliputi: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pesisir dan Pulaupulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Bina Usaha dan Kelembagaan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Kantor Perizinan Satu Atap, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, tokoh

4 40 masyarakat formal/informal, lembaga swadaya setempat, pemilik alat tangkap dan kapal, serta pihak terkait lainnya. (2) Wawancara kelompok terfokus (focus group discussion/fgd) dilakukan untuk memperoleh alternatif kegiatan yang paling sesuai sebagai rumusan rekomendasi kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan. Wawancara kelompok terfokus dilakukan di pusat sebanyak tiga kali dan di daerah sebanyak dua kali, yang dihadiri para pakar di bidang kelautan, perikanan dan wisata bahari yang diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup serta dianggap mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam perumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil ke depan. Wawancara di pusat dengan melibatkan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar), Departemen Lingkungan Hidup (KLH), Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia (Gahawisri), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), WWF Indonesia, Perkumpulan Telapak, Yayasan Kehati, Pembina Program Mitra Bahari (PMB) serta mitra perguruan tinggi (wakil dari Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, dan Universitas Hasanuddin). Salah satu hasil FGD adalah adanya kesepakatan instansi yang mewakili dalam pengisian kuesioner yaitu: Departemen Kelautan dan Perikanan meliputi pejabat eselon II dan III lingkup Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil-Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mewakili Pemerintah Pusat; Perkumpulan Telapak mewakili non goverment organization/lembaga swadaya masyarakat; Universitas Hasanuddin mewakili lembaga pendidikan/perguruan tinggi; dan Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia mewakili dunia usaha/korporat/investor (baik dari dalam maupun luar negeri). Sedangkan di daerah, wawancara dilakukan bersama Bupati dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pangkep, dengan hasil kesepakatan pengisian kuesioner dilakukan oleh: Pejabat lingkup Eselon II dan III Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Perizinan Satu Atap, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Untuk tokoh masyarakat Kawasan Kapoposan

5 41 disepakati adalah Camat Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kepala Desa Mattiro Ujung, Kepala Desa Mattiro Mattae, pengumpul ikan karang ekonomis (ponggawa sunu), ketua kelompok mantan pembudidaya rumput laut, ketua karang taruna, serta guru agama/ketua pengurus mesjid di Pulau Kapoposan. 3.3 Analisis Data Penelitian ini mencoba menguraikan berbagai faktor yang terkait dengan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan. Faktor pertama adalah para aktor (di luar masyarakat kawasan) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, karena para aktor inilah sesungguhnya para penentu kebijakan dan arah akan dibawa ke mana pengelolaan pulau-pulau kecil. Masyarakat pulaupulau kecil sendiri, di sisi lain sesungguhnya selalu dalam keadaan siap mendukung kebijakan pengelolaan yang diterapkan, selama kebijakan pengelolaan dimaksud dapat memenuhi harapan masyarakat lokal untuk dapat memperbaiki kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan mereka. Para aktor tersebut meliputi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha/korporat/investor, serta institusi non birokrasi (perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama). Faktor berikutnya adalah isu-isu yang selalu berkembang dan mempengaruhi para aktor tersebut dalam mengambil keputusannya, yaitu kondisi politik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Berkaitan dengan lingkungan, isu pelestarian lingkungan adalah isu internasional yang tidak mungkin dihindari, khususnya di era globalisasi, di mana semua negara dituntut untuk memanfaatkan sumberdaya secara bijak demi kelestarian lingkungan bagi umat manusia di masa mendatang. Hal ini menuntut disusunnya suatu alternatif strategi pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan sesuai kondisi eksisting yang ada Penyusunan alternatif strategi Mempertimbangkan karakteristik dan adanya keterbatasan daya dukung pulau-pulau kecil, maka dibutuhkan suatu kegiatan pengelolaan yang sifatnya dapat memanfaatkan sumberdaya alam kelautan, perikanan dan jasa lingkungan pulau-pulau kecil tidak hanya demi pertumbuhan ekonomi semata, namun harus

6 42 diiringi dengan upaya pelestarian sumberdaya alam itu sendiri, seperti misalnya kegiatan wisata bahari. Kegiatan wisata bahari adalah suatu kegiatan yang mutlak membutuhkan terjaganya sumberdaya alam dan perairan pulau-pulau kecil demi berlangsungnya segala aktivitas bisnis di dalamnya. Mengingat masyarakat pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, maka kegiatan wisata bahari di Kawasan Kapoposan selayaknya dapat menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pulau, sehingga perlu disusun beberapa alternatif strategi sebagaimana berikut: Alternatif 1 : Kegiatan wisata bahari di pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama kegiatan budidaya laut. Alternatif 2 : Kegiatan wisata bahari di pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama kegiatan budidaya laut dan perikanan tangkap. Alternatif 3 : Kegiatan wisata bahari di pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama perikanan tangkap. Alternatif 4 : Kegiatan wisata bahari di pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan berbasis konservasi Analytical Hierarchy Process (AHP) Proses analisis AHP dalam penelitian ini meliputi: 1) Penyusunan hirarki. Aktor-aktor terkait dalam penelitian ini dijadikan responden untuk menentukan prioritas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan di Kawasan Kapoposan. Aktor di tingkat pusat meliputi para pejabat Eselon II dan III lingkup Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil-Departemen Kelautan dan Perikanan, dunia usaha (pengusaha wisata bahari), dan institusi non birokrasi (perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat). Aktor di tingkat Kabupaten Pangkep meliputi Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Perizinan Satu Atap, BKPMD, serta tokoh masyarakat dan tokoh agama. 2) Penentuan prioritas. Perhitungan bobot dalam penentuan prioritas dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software expert choice. Nilai konsistensi yang didapat dari software ini berguna untuk nenunjukkan bahwa penilaian pada pengisian kuesioner termasuk konsisten.

7 43 Penilaian kriteria dan alternatif dengan menggunakan skala angka Saaty (1993), mulai dari 1 yang menggambarkan antara satu atribut terhadap atribut lainnya sama penting dan untuk atribut yang sama selalu bernilai 1, sampai dengan 9 yang menggambarkan satu atribut ekstrim pentingnya terhadap atribut lainnya. Bentuk hirarki dengan fokus pola pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan yang berkelanjutan seperti disampaikan pada Gambar 2. Fokus POLA PENGELOLAAN GUGUSAN PULAU-PULAU KECIL DI KAWASAN KAPOPOSAN YANG BERKELANJUTAN Aktor PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH DUNIA USAHA INSTITUSI NON BIROKRASI Kriteria Politik Ekonomi Sosial Budaya Lingkungan Sub Kriteria - Kesenjangan pembangunan - Kebijakan berbasis kelautan - Pemberdayaan PPK sebagai isu baru nasional - Implementasi wawasan nusantara - Infrastruktur dasar - Proporsi anggaran pembangunan kelautan - Ketersediaan lapangan kerja - Minat investasi di PPK - Kualitas SDM - Globalisasi - Kearifan lokal masyarakat - Pengaruh negatif budaya asing - Konservasi - PPK rentan terhadap perubahan lingkungan - Tata ruang dan zonasi - Sumberdaya jasa kelautan Alternatif Alternatif 1: Kegiatan wisata bahari di pulaupulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama kegiatan budidaya laut. Alternatif 2: Kegiatan wisata bahari di pulaupulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama kegiatan budidaya laut dan perikanan tangkap. Alternatif 3: Kegiatan wisata bahari di pulaupulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan bersama perikanan tangkap. Alternatif 4: Kegiatan wisata bahari di pulaupulau kecil di Kawasan Kapoposan dikembangkan berbasis konservasi. Gambar 2 Hirarki pola pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan.

8 SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats) Analisis strategi kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dilakukan dengan menggunakan SWOT (Rangkuti, 2000), yang didahului dengan pembuatan matriks IFAS (internal strategic factor analysis summary) dan EFAS (external strategic factor analysis summary), yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strengths (kekuatan) dan opportunities (peluang), namun secara bersamaan dapat meminimalkan weaknesses (kelemahan) dan threats (ancaman), dengan kombinasi strategi seperti disampaikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kombinasi strategi dalam SWOT IFAS EFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) Sumber: Rangkuti (2000). STRATEGI S O Untuk menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI S T Untuk menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI W O Untuk menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI W T Untuk menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Penyusunan matriks IFAS dan EFAS dilakukan sebagai berikut: 1) melakukan identifikasi atas faktor-faktor: (1) IFAS: kekuatan dan kelemahan (2) EFAS: peluang dan ancaman 2) pembobotan terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Skor jumlah bobot untuk keseluruhan faktor adalah 1,00. Nilai bobot diperoleh dari prioritas pada hasil AHP. 3) Penentuan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruhnya terhadap permasalahan. Nilai rating mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). Pemberian nilai rating:

9 45 (1) IFAS: kekuatan bersifat positif (semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya (semakin besar kelemahan semakin kecil nilai rating yang diberikan). (2) EFAS: peluang bersifat positif (semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman semakin kecil nilai rating yang diberikan). 4) Dilakukan perkalian bobot dengan rating untuk menentukan skor terbobot dari masing-masing faktor. 5) Jumlah dari skor terbobot menentukan kondisi sistem atau organisasi: (1) IFAS: Jika nilai total skor terbobot 2,5 berarti kondisi internal memiliki kekuatan untuk mengatasi kelemahan. (2) EFAS: Jika nilai total skor terbobot 2,5 berarti kondisi eksternal memiliki peluang untuk mengatasi ancaman. Marimin (2004), menyatakan bahwa posisi kondisi internal dan eksternal dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu: 1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi agresif. 2) Kuadran II: merupakan posisi yang menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi diversifikasi. 3) Kuadran III: merupakan posisi yang memiliki peluang yang sangat besar, namun harus meminimalkan kelemahan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi turn around. 4) Kuadran IV: merupakan posisi yang sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi defensif Pendekatan dengan pola sistem SMO (Subyek-Metoda-Obyek) Penyusunan pola pengelolaan gugusan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sistem (systems approacch), yaitu suatu upaya pemecahan masalah yang didasarkan pertimbangan bahwa masalah yang dihadapi tersebut diasumsikan sebagai

10 46 suatu sistem terbuka, sehingga dengan memahami struktur, proses, umpan balik dan karakteristik dari sistem yang dihadapi akan dapat dipecahkan secara lebih sistematis, sistemik, efisien dan efektif. Menurut Tunas (2007), penggunaan pendekatan sistem soft systems approacch banyak dikonsentrasikan kepada penanganan terhadap ketidaksetujuan dan konflik, terutama dalam menentukan tujuan dan perumusan masalah yang dihadapi di antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem, karena adanya perbedaan atas latar belakang nilai, kepercayaan dan falsafah dari pihak-pihak yang berkepentingan dimaksud. Pendekatan sistem soft systems approacch yang digunakan adalah pola sistem SMO (Subyek-Metoda-Obyek), yang banyak dipakai untuk mengatasi masalah yang tidak begitu jelas dan sulit dikuantitatifkan, seperti disampaikan pada Gambar 3. INSTRUMENTAL INPUT INPUT SUBYEK METODA OBYEK OUTPUT PROSESOR ENVIRONMENTAL INPUT FEED BACK Gambar 3 Pendekatan sistem dengan pola SMO (Sumber: Tunas, 2007). Pola SMO (Subyek-Metoda-Obyek) menurut Tunas (2007) merupakan pola yang bermanfaat untuk dipergunakan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan atau perbaikan suatu sistem yang telah ada. Pola SMO dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Input, merupakan kondisi eksisting saat ini dari suatu organisasi/sistem yang akan diperbaiki atau ditingkatkan. 2) Instrumental input, adalah kebijakan dan peraturan terkait yang harus diperhatikan oleh Subyek dalam menggunakan metoda untuk memperbaiki obyek yang terkait. 3) Environmental input, merupakan lingkungan luar yang mempengaruhi sistem seperti faktor politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan lainnya yang

11 47 harus diperhatikan dalam memproses input menjadi output. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan kendala yang membatasi,tetapi bisa juga merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan. 4) Prosesor, merupakan instrumen yang terdiri dari subyek, metoda dan obyek yang akan diperbaiki atau ditingkatkan. (1) Subyek, adalah pelaku (bisa institusi, pejabat, dan lain sebagainya) yang berwenang, bertanggungjawab dalam melaksanakan upaya-upaya memperbaiki input sehingga menjadi output yang diharapkan. (2) Metoda, adalah cara atau strategi yang akan digunakan oleh Subyek dalam upayanya memperbaiki input hingga mencapai output yang diinginkan. (3) Obyek, adalah komponen-komponen khusus yang difokuskan atau yang mendapatkan penekanan khusus untuk diperbaiki dari input yang bersangkutan, yang diharapkan akan memberikan kontribusi perbaikan yang signifikan terhadap kondisi output yang diinginkan. 5) Output, merupakan kondisi yang diharapkan atau yang ingin dicapai. 6) Feed back atau umpan balik, merupakan konsep sentral dari semua konseptualisasi dari sistem terbuka yang merupakan informasi evaluatif mengenai hasil kegiatan dari suatu sistem Ketersediaan air tawar sebagai daya dukung wisata bahari Ketersediaan air tawar yang terbatas (selain keterbatasan lahan) merupakan faktor utama dalam mendukung kegiatan wisata bahari di pulaupulau kecil. World Tourism Organization atau WTO (2005), menyatakan bahwa standar kebutuhan air tawar (air bersih) bagi kegiatan pariwisata bahari di daerah pesisir non tropik adalah liter/hari/orang, sedangkan untuk daerah pesisir pantai tropik adalah liter/hari/orang. Ketersediaan air tawar dapat menjadi salah satu faktor untuk menghitung estimasi jumlah kunjungan wisatawan yang ideal. Untuk mengetahui volume air tawar yang ada di suatu pulau kecil tersebut digunakan rumus: Volume = luas alas x tinggi air atau V = πr 2 x h Dimana: V = volume air π = konstanta = 3,14 r = jari-jari h = kedalaman sumur

12 Pendekatan segitiga pengelolaan sumberdaya dan Interpretative Structural Modelling (ISM) Menurut Purwaka (2008), komponen sumberdaya terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen sumberdaya manusia (kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal), sumberdaya alam (hayati dan nir hayati) dan sumberdaya buatan (ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum serta kelembagaan), yang dapat digabungkan dengan tiga komponen kegiatan pengelolaan sumberdaya, yaitu komponen: planning and organizing (pengumpulan, pengolahan, analisis data dan informasi), actuating pemanfaatan sumberdaya (pro poor, pro job dan pro growth), dan pengawasan dengan sistem MCS (monitoring atau pemantauan, controlling atau pengendalian, dan surveillance atau pengamatan). Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan melalui pendekatan segitiga keterpaduan pengelolaan sumberdaya untuk memudahkan mengalokasikan sumberdaya dalam ruang dan waktu secara berkelanjutan, guna mewujudkan tujuan-tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan (Gambar 4). Nir Hayati Pro Job SDA Actuating Hayati Jasa Lingkungan Pro Poor Pro Growth Ekonomi SUMBERDAYA Hukum Pengolahan Data PENGELOLAAN SUMBERDAYA Controlling SDM SDB Planning & Organazing Pengawasan Sosial Budaya Iptek Kelembagaan Identifikasi Analisis Data Monitoring Surveillance Gambar 4 Pendekatan segitiga pengelolaan sumberdaya (Sumber: Purwaka, 2008). Kegiatan pengelolaan sumber daya berintikan hubungan fisik, hubungan administrasi dan hubungan geografis, yang meskipun dapat dilakukan sendirisendiri, namun akan lebih baik jika dilakukan dengan keterpaduan pengelolaan

13 49 yang melihat sumberdaya itu sendiri secara utuh dengan saling keterhubungannya, beserta bagaimana proses pengelolaan sumberdaya dimaksud agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, keterpaduan pengelolaan sumberdaya harus dapat menggambarkan fungsi masing-masing sekaligus keterkaitannya antara satu dengan lainnya, sehingga melalui pendekatan segitiga pengelolaan yang dikembangkan dari Purwaka (2008), sumberdaya pulau-pulau kecil dapat diilustrasikan terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) sumberdaya alam yang memiliki tiga sub komponen meliputi sumberdaya hayati, nir hayati dan jasa-jasa lingkungan; (2) sumberdaya manusia yang memiliki tiga sub komponen meliputi kondisi sosial, ekonomi dan budaya; dan (3) sumberdaya buatan yang memiliki tiga sub komponen meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum yang berlaku, dan kelembagaan. Sedangkan pemanfaatan sumberdaya harus pula dilakukan melalui keterpaduan proses pengelolaan yang dapat diilustrasikan terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) perencanaan dan pengaturan (planning and organizing) dengan tiga sub komponen meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data; (2) implementasi (actuating) dengan tiga sub komponen meliputi kegiatan yang ditujukan bagi pengentasan kemiskinan (pro poor), penyediaan lapangan kerja (pro job), dan pertumbuhan ekonomi (pro growth); serta (3) sistem pengawasan yang memiliki tiga sub komponen meliputi kegiatan pemantauan (monitoring), pengendalian (controlling) dan pengamatan (surveillance). Eriyatno (2003), menyebutkan bahwa teknik interpretative structural modelling atau ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) di mana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknik ISM memberikan basis analisis di mana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perencanaan strategis yang dapat dibagi menjadi sembilan elemen meliputi: (1) sektor masyarakat yang terpengaruh; (2) keutuhan dari program; (3) kendala utama; (4) perubahan yang dimungkinkan; (5) tujuan dari program; (6) tolok ukur untuk setiap tujuan; (7) aktivitas yang dibutuhkan; (8) ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai; dan (9) lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Marimin (2004) menyebutkan klasifikasi subelemen mengacu pada hasil olahan dari Reachability Matrix (RM) yang telah memenuhi aturan transivitas.

14 50 Hasil olahan tersebut didapatkan nilai Driver-Power (DP) yang merupakan penjumlahan total horisontal dan nilai Dependence (D) yang merupakan penjumlahan total vertikal. Nilai DP dan D menentukan klasifikasi sub elemen, yang secara garis besar digolongkan dalam empat sektor yaitu: 1) Sektor 1: weak driver-weak dependent variabels (autonomus). Sub elemen yang termasuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sub elemen yang termasuk pada sektor 1 adalah jika: nilai DP 0,5X dan nilai D 0,5X, di mana X adalah jumlah sub elemen. 2) Sektor 2: weak driver-strongly dependent variabels (dependent). Sub elemen yang termasuk sektor ini umumnya adalah sub elemen yang tidak bebas. Sub elemen yang termasuk pada sektor 2 adalah jika: nilai DP 0,5X dan nilai D 0,5X, di mana X adalah jumlah sub elemen. 3) Sektor 3: strong driver-strongly dependent variabels (lingkage). Sub elemen yang termasuk sektor ini harus dikaji secara hati-hati, karena hubungan antar sub elemen tidak stabil. Sub elemen yang termasuk pada sektor 3 adalah jika: nilai DP > 0,5X dan nilai D > 0,5X, di mana X adalah jumlah sub elemen. 4) Sektor 4: strong driver- weak dependent variabels (independent). Sub elemen yang termasuk sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub elemen yang termasuk pada sektor 4 adalah jika: nilai DP > 0,5X dan nilai D < 0,5X, di mana X adalah jumlah sub elemen. Penyusunan SSIM (Structural Self-Interaction Matrix) menggunakan simbol V, A, X dan O, yaitu: V adalah eij = 1 dan eji = 0 A adalah eij = 1 dan eji = 0 X adalah eij = 1 dan eji = 0 O adalah eij = 1 dan eji = 0 Dengan pengertian: simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan konstektual,sedangkan simbol O adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan konstektual, anatar elemen i dan j dan sebaliknya. Setelah SSIM dibentuk, kemudian dibuat tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan menurut aturan transivity dimana dilakukan koreksi terhadap SSIM sampai menjadi matriks yang tertutup. Hasil revisi SSIM dan matriks yang memenuhi aturan transivity diproses lebih lanjut dengan program komputer.

15 51 Bagan alir metodologi penelitian ini seperti disampaikan pada Gambar 5. Mulai Identifikasi Lapangan Alternatif Pengelolaan Bentuk Pengelolaan yang Sesuai Pemangku Kepentingan Analisis Deskriptif AHP Strategi dan kebijakan SWOT Pola pengelolaan Kawasan Kapoposan yang Berkelanjutan Pola Sistem SMO Pendekatan Segitiga Pengelolaan dan ISM Model pengelolaan Gugusan Pulaupulau Kecil yang Berkelanjutan Selesai Gambar 5 Bagan alir metodologi penelitian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL Pencapaian sasaran tujuan pembangunan sektor perikanan dan kelautan seperti peningkatan produktivitas nelayan dalam kegiatan pemanfaatan

Lebih terperinci

PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI KEPULAUAN KAPOPOSAN KABUPATEN PANGKEP

PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI KEPULAUAN KAPOPOSAN KABUPATEN PANGKEP PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI DI KEPULAUAN KAPOPOSAN KABUPATEN PANGKEP (Stakeholders Perceptions on Marine Tourism Management of Kapoposan Islands in Pangkep Regency) Krishna

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT Analisis Swot Percepatan Pembagunan Kota Kediri Suhardi 1, Sigit Wisnu S.B. 2, Linawati 3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri Suhardi.19@gmail.com, sigitwisnu@unpkediri.ac.id,linawati@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan. Penelitian

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Studi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Kabupaten Trenggalek dengan Menggunakan Metode SWOT (Strenghts Weakness Opportunity Threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) D.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Wisata Ekologis (KWE) Puspa Jagad yang berada di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran.

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran. 104 VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK Abstrak Industri pengolahan minyak, transportasi kapal di pelabuhan serta input minyak dari muara sungai menyebabkan perairan Selat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kelompok sasaran

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian. 31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk kebutuhan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011 bertempat di Sibolga Propinsi Sumatera Utara (Gambar 3).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

X. ANALISIS KEBIJAKAN

X. ANALISIS KEBIJAKAN X. ANALISIS KEBIJAKAN 10.1 Alternatif Kebijakan Tahapan analisis kebijakan pada sub bab ini merupakan metode pengkajian untuk menghasilkan dan mentransformasikan flow of thinking dari serangkaian analisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. maka perlu dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang sebagai sarana pokok, melalui suatu perencanaan pengembangan

PENDAHULUAN. maka perlu dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang sebagai sarana pokok, melalui suatu perencanaan pengembangan STUDI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT (STRENGHTS WEAKNESS OPPORTUNITY THREATS) DAN QSPM (QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX) D.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/ Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah UMKM Kipas Bambu yang terletak di Desa Jipangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Kemudian subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 Analisis Terhadap Kendala Utama Serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa Ari Wibowo 1) *, Boedi Hendrarto 2), Agus Hadiyarto

Lebih terperinci

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3) 135 STRATEGI USAHA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR JUMIANG DI KELOMPOK USAHA BERSAMA MITRA BAHARI DESA TANJUNG KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Propinsi Riau dan Propinsi Jambi, dimulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Mei

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG Agus Susanto FMIPA Universitas Terbuka Email Korespondensi: Sugus_susanto@yahoo.com ABSTRAK Kota Semarang yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kendal, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT PUSAT PENGEMBANGAN DI WILAYAH PESISIR PANTAI DAN LAUT Oleh : Ir Kartika Listriana

PENENTUAN PUSAT PUSAT PENGEMBANGAN DI WILAYAH PESISIR PANTAI DAN LAUT Oleh : Ir Kartika Listriana PENENTUAN PUSAT PUSAT PENGEMBANGAN DI WILAYAH PESISIR PANTAI DAN LAUT Oleh : Ir Kartika Listriana Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah daratan. Karakteristik khusus

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Rancangan penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Rancangan penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Subang. Alasan penetapannya karena di kabupaten ini terdapat dua pelabuhan perikanan pantai

Lebih terperinci

8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN 8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN 8.1 Perumusan Kebijakan Strategis Pengembangan Perikanan Kajian Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik dari Potensi Daerah menghasilkan dua

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan BPK RI Nomor 23/SK/

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan lokasi meliputi kawasan DKI Jakarta dan Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Agustus 005-April 006. Teluk Jakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012

BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012 BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI RINCI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN 1.1. METODE DAN PROSEDUR PELAKSANAAN STUDI. merumuskan studi ini adalah metode deskriptif kualitatif.

BAB III. METODE PENELITIAN 1.1. METODE DAN PROSEDUR PELAKSANAAN STUDI. merumuskan studi ini adalah metode deskriptif kualitatif. 46 BAB III. METODE PENELITIAN 1.1. METODE DAN PROSEDUR PELAKSANAAN STUDI Pada dasarnya metode penelitian yang digunakan untuk merumuskan studi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data-data sekunder

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR 7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR 175 Penentuan skala prioritas kebijakan pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Grobogan, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gunung Pawon dan Gunung Masigit (Gambar 3) yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci