IV. METODE PENELITIAN
|
|
- Yandi Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan minapolis, yaitu Kecamatan Pallangga, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Bontonompo dan Kecamatan Bontonompo Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, peta lokasi penelitian dapat lihat pada Gambar 4 dan gambar 5. Daerah Hinterland Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian.
2 44 Sumber: Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan.
3 45 Penetapan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut: 1. Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia. 2. Sinergi dengan program pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat dengan pemerintah pusat. 3. Potensi lahan yang memungkinkan untuk pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis budidaya ikan air tawar dan payau serta didukung dengan sarana dan prasarana umum yang memadai. 4. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan budidaya ikan air tawar Lokasi Pendukung Minapolitan Kawasan Minapolitan Bontonompo telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati Gowa No. 362/VII/2008 sebanyak 5 (lima) kecamatan minapolis dan 5 (lima) kecamatan hinterland antara lain: Kecamatan Barombong, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomaranu, Kecamatan Parangloe dan Kecamatan Tinggi Moncong. Hubungan antar kota dan daerah sekitarnya (hinterland) adalah hubungan timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan hinterland perikanan mengembangkan produk primer dan produk olahan skala rumah tangga, sebaliknya pusat kawasan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengembangan usaha budidaya dan usaha-usaha lain yang berkaitan. Selain kawasan hinterland yang telah disebutkan, daerah yang berbatasan langsung dengan Kawasan Minapolitan juga dapat dikelompokkan ke dalam daerah pendukung minapolitan seperti Kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Gowa yaitu, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar Teknik Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling secara proposional (Jogiyanto, 2008; Nasution, 2007). Responden dalam penelitian ini meliputi berbagai pihak terkait (stakeholder) yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan.
4 46 serta kalangan pakar terpilih, yang diambil berdasarkan kesesuaian keahlian dengan bidang yang dikaji. Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dapat dianggap mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Tabel 10. Jumlah Responden Pakar No Sampel Jumlah (jiwa) 1 Dinas Pekerjaan UMUM 2 3 Dinas Perikanan dan Kelautan 2 4 BAPEDA 1 5 PEMDA 10 6 Pokja 1 7 BPP 5 8 Koptan 2 JUMLAH Jenis dan Sumber data Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa atribut-atribut yang terkait dengan berbagai parameter penilaian, yang bersumber dari responden terpilih serta hasil pengamatan langsung dilokasi penelitian. Data sekunder berupa data penunjang seperti kondisi geografis wilayah, kondisi sosiodemografi (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencarian, dll) potensi wilayah, produksi pertanian, sarana prasarana yang ada, kebijakan pemerintah, kegiatan ekonomi masyarakat. Data sekunder bersumber dari dinas, instansi, lembaga maupun berasal dari publikasi hasil penelitian yang berhubungan dan representatif dengan tujuan penelitian Rancangan Penelitian Secara garis besar, penelitian dilakukan dalam 4 tahapan studi, yaitu: (1) Analisis Potensi Wilayah, (2) Analisis Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa, (3) Analisis Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa Dan (4) Skenario Pengembangan.
5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, diskusi dan observasi di lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian Variabel Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini merupakan atributatribut yang merupakan penjabaran dari berbagai indikator penilaian yang digunakan sesuai dengan tujuan dalam penelitian, secara rinci beberapa parameter yang digunakan terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Indikator dan Beberapa Atribut Penilaian Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo No Tujuan Parameter Metode Output yang Penilaian Analisis diharapkan Produksi dan Nilai Komoditas Analisis Potensi wilayah yang ada di tiap Kecamatan 1 Potensi Wilayah Kecamatan, Location dalam Kabupaten owa Kabupaten Gowa Produksi dan Nilai Quotient dan Potensi perikanan Komoditas Kabupaten (LQ) dalam Kawasan Minapolitan Status kinerja minapolitan Status keberlanjutan kawasan minapolitan Skenario pengembangan kawasan minapolitan Usahatani, Agroindustri, Pemasaran, Infrastruktur, Suprastruktur Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya, Infrastruktur dan Teknologi, Hukum dan Kelembagaan Atribut- atribut Sensitif/ Dominan dalam keberlanjutan kawasan. Multi Dimensional Scaling (MDS), Analisis Laverage, Analisis Monte Carlo, Analisis Hierarki Proses (AHP) Peningkatan Skor Status perkembangan dan faktor-faktor mempengaruhi perkembangan Status keberlanjutan dan faktor pengungkit keberlanjutan kawasan Rekomendasi skenario kawasan minapolitan Metode Analisis a. Analisis Location Quotient (LQ) Penentuan kecamatan sampel berdasarkan hasil analisis Location Quotient yaitu untuk menentukan keadaan apakah suatu kecamatan merupakan sektor basis atau non basis dalam hal produksi ikan. Kecamatan yang dijadikan sampel adalah kecamatan yang produksi ikannya merupakan sektor basis, sedangkan
6 48 petani yang dijadikan sampel diambil secara acak. Metode ini dapat juga digunakan terhadap beberapa komoditas penting lainnya. Rumus Location Quotient (LQ) adalah sebagai berikut (Budiharsono, 2008), adalah: X ij /X. LQ ij = X. j /X. Dimana: Xij = Produksi sektor tertentu (i) di kecamatan j. Xi. = Produksi seluruh sektor di kecamatan j. X.j = Produksi total sektor (i) di kabupaten. X. = Total produksi seluruh sektor di seluruh kecamatan. Jika LQ>1, maka aktivitas yang diamati tersebut adalah aktivitas basis, artinya sektor tersebut menjadi komoditi bagi wilayah tersebut. Jika LQ=1, maka aktivitas yang diamati di wilayah kecamatan adalah aktivitas yang sama dengan produksi keseluruhan. Jika LQ<1, maka aktivitas yang diamati adalah aktivitas non basis, artinya sektor tersebut tidak menjadi kegiatan utama dalam wilayah tersebut. b. Analisis Multidimensional Scaling (MDS) Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS). Setiap dimensi yang digunakan, dibangun berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain: 1. Penentuan atribut dari setiap dimensi yang dibangun. 2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria tujuan pengukuran. 3. Penyusunan indeks dan status dari setiap tujuan yang ingin dicapai. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 2 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari penilaian yang rendah (buruk) sampai dengan tinggi (baik). Penyajian atributatribut dan skor dari tiap dimensi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12.
7 49 Tabel 12. Atribut-atribut dan Skor Perkembangan/ Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Dimensi dan Atribut Kriteria Penilaian Hasil Skor Penilaian Dimensi 1 1. (atribut) (......)... Dimensi 2 1. (atribut) (......)... Dimensi n 1. (atribut) (......) Analisis Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo. Penentuan kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa didasarkan pada keriteria yang dikeluarkan Departemen Pertanian (2002) yaitu membagi tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan atas (3) tiga kategori antara lain (1) Pra Kawasan Minapolitan I; (2) Pra Kawasan Minapolitan II dan (3) Kawasan Minapolitan. Analisis dilakukan dengan mengamati dan mengidentifikasi kondisi kawasan dengan berbagai indikator penilaian yang terkait dengan ciri-ciri berkembangnya suatu kawasan agropolitan yang salah satunya terlihat dari keberadaan sistem agribisnis dikawasan tersebut (Deptan, 2002). Selain itu Supriatna et al (2005) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) diwilayah sekitarnya. Sehingga dimensi yang dibangun dalam penilaian status tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo terdiri dari aspek input produksi, usahatani (agronomi), pengolahan (agroindustri), pemasaran (agroniaga) dan pendukung (infrastruktur dan suprastruktur). Tabel 13. Kategori Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo Nilai Indeks Kategori 0,00-33,30 Pra Kawasan Minapolitan I 33,31-66,30 Pra Kawasan Minapolitan II 66,31-100,00 Kawasan minapolitan Setiap aspek penilaian akan didukung oleh berbagai atribut penjelas yang menggambarkan tingkat kinerja kawasan berdasarkan kondisi existing yang
8 50 terdapat dikawasan Minapolitan Bontonompo. Pemberian skor akan dianalisis dengan multi dimensional. Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap tingkat kinerja Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 13. Pra Kawasan Buruk I Pra Kawasan II Kawasan Minapolitan Baik 0 33, , Gambar 6. Ilustrasi Nilai Indeks Perkembangan dalam Skala Ordinasi. Diagram Batang Indeks Perkembangan Aspek 5 Aspek Aspek Aspek Aspek Gambar 7. Ilustrasi Indeks Perkembangan dalam Diagram Batang Analisis Status Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo. Analisis status keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo dilakukan berdasarkan pengembangan dimensi-dimensi yang terdapat dalam pembangunan berkelanjutan antara lain dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, ditambah dimensi hukum dan kelembagaan dan dimensi infrastruktur dan teknologi. Setiap dimensi akan dilengkapi dengan atribut-atribut
9 51 penjelas yang menggambarkan dukungan akan keberlanjutan dari setiap dimensi yang dijelaskan. Hasil skor dari setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional. untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Nilai Indeks 0,00-25,00 25,01-50,00 50,01-75,00 75,01-100,00 Kategori Buruk (tidak berkelanjutan) Kurang (kurang berkelanjutan) Cukup (cukup berkelanjutan) Baik (sangat berkelanjutan) Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% hingga 100%. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan terlihat pada Gambar 8. Buruk Baik Gambar 8. Ilustrasi Nilai Indeks Keberlanjutan dalam Skala Ordinasi.
10 52 Diagram Batang Indeks Keberlanjutan Dimensi 5 Dimensi Dimensi Dimensi Dimensi Gambar 9. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan dalam Diagram Batang. Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan. Analisis-analisis yang dilakukan diatas akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya nilai stress (nilai stress dapat diterima jika nilai <25%) (Kavanagh, 2001). Sehingga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi pengembangan Kawasan Minapolitan akan digunakan Analisis Monte Carlo Penyusunan Skenario Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo. Skenario pengembangan berkelanjutan Kawasan Minapolitan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan Kawasan Minapolitan dalam menentukan berbagai alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk
11 53 pengembangan kawasan dimasa yang akan datang. Skenario ini dibentuk dengan menggunakan faktor dominan/sensitif yang berpengaruh terhadap kinerja sistem yaitu terlihat dari berbagai atribu-atribut yang merupakan faktor pengungkit setiap dimensi pada penentuan tingkat keberlanjutan kawasan, atau dapat diinterpretasikan sebagai tindakan yang harus segera dilaksanakan atau diperhatikan dalam pengembangan Kawasan Minapolitan yang berkelanjutan. Penggabungan berbagai faktor pengungkit dari setiap dimensi akan dijadikan acuan dalam menentukan berbagai kemungkinan yang terjadi ke depan, yang dirumuskan dalam tiga kelompok skenario pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo yang berpeluang besar terjadi dimasa yang akan datang dalam pengembangan kawasan secara berkelanjutan antara lain untuk pembentukan skenario dilakukan dengan meningkatkan skor atribut-atribut sensitif/dominan pada dimensi yang tidak berkelanjutan dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Skenario II dilakukan peningkatan skor pada atribut sensitif/dominan kelima dimensi dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Sedangkan skenario III, peningkatan skor kelima dimensi pada atribut sensitif/dominannya dengan skala nilai RMS atributnya diatas 50% dari nilai maksimal RMS. Berbagai skenario yang terbentuk akan dirumuskan sebagai rekomendasi bagi kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupeten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Bagan skenario Kawasan Minapolitan Bontonompo yang dilakukan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan kawasan dapat dilihat pada Gambar 10.
12 54 Gambar 10. Bagan Skenario Peningkatan Indeks Keberlanjutan Kawasan dalam Rangka Memformulasikan Rekomendasi Kebijakan Prakiraan Dampak Minapolitan Terhadap Lingkungan Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan yang diterapkan di beberapa kawasan seperti di Kabupaten Gowa bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produksi dibidang perikanan sehingga dalam rangka memenuhi tujuan tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas lingkungan.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
35 III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Kondisi Geografis dan Administratif Kawasan Minapolitan Bontonompo terletak di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Gowa terletak
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
55 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Perkembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo 5.1.1. Persepsi Masyarakat Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten penghasil budidaya perikanan darat dan payau
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul
Lebih terperinciIII. METODOLOGI KAJIAN
39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba
3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG
133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 32 Tahun 2004, kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
Lebih terperinciANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA
ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciANALISIS KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BONTONOMPO, KABUPATEN GOWA, PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMAD ALDI SETIAWAN
ANALISIS KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BONTONOMPO, KABUPATEN GOWA, PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMAD ALDI SETIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang belum banyak dimanfaatkan
Lebih terperinci10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG
10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG
EVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG Hariyadi *, Catur Herison **, Edi Suwito *** * Staf Pengajar Fakultas pertanian IPB, e-mail : - ** Staf Pengajar Fakultas pertanian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis existing condition pengelolaan rumpon di Barat Daya perairan Pelabuhanratu, Jawa Barat yang menggunakan aplikasi Rapfish
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.
Lebih terperinciGovernance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia
Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00042
Lebih terperinci3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data
13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk
Lebih terperinciVI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI
Sumbu Y setelah Rotasi: Skala Sustainability Attribute VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI 6. Keberlanjutan Rawa Lebak Masing-masing Dimensi Analisis status keberlanjutan pemanfaatan
Lebih terperinciABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK
ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN BARAT- MALAYSIA UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus Kecamatan Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang) SUSTAINABILITY ANALYSIS OF WEST
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA
13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
51 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada pada Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu (KAMM) yang merupakan salah satu kawasan agropolitan yang telah ditetapkan dengan
Lebih terperinciVII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO. Abstrak
VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO Abstrak Pemerintah Kabupaten Situbondo masih belum menetapkan untuk pengembangan kawasan agropolitan. Untuk itu sebelum program
Lebih terperinciKajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September
Lebih terperinciSTATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP
STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP Abdul Rauf Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sulawesi
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi
Lebih terperinciStatus Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat
Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol. 14 (1) ISSN 1907-1760 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat The Sustainability
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi
15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan rangkaian studi untuk menganalisis potensi wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi perah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda
Lebih terperinciVI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN
185 VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN 6.1. Umum Perencanaan pembangunan Bendungan Jatigede dapat dievaluasi status keberlanjutannya dan diperbaiki agar
Lebih terperinciBAB V. kelembagaan bersih
150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi
Lebih terperinciKata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan
Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :
Lebih terperinciDeskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :
ISI FORM D *Semua Informasi Wajib Diisi *Mengingat keterbatasan memory database, harap mengisi setiap isian dengan informasi secara general, singkat dan jelas. A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang
Lebih terperinciDiterima: 4 Februari 2009; Disetujui: 20 Agustus 2009 ABSTRACT
Buletin PSP, Vol.XVIII, No.3, Desember 9 STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERIKANAN ERA DESENTRALISASI DI INDONESIA Sustainability Status of Development System of Fisheries Extension
Lebih terperinciPenentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang
C502 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciDRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN
DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Peningkatan Aspek Keberlanjutan Pengembangan Energi Laut SASARAN REKOMENDASI Kebijakan yang Terkait dengan Prioritas Nasional LATAR BELAKANGM Dalam
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Perkembangan Kawasan Agropolitan Desa Perpat Kabupaten Belitung Berbasis Komoditas Unggulan Ternak Sapi Potong
Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2011 Vol. 13 (2) ISSN 1907-1760 Analisis Tingkat Perkembangan Kawasan Agropolitan Desa Perpat Kabupaten Belitung Berbasis Komoditas Unggulan Ternak Sapi Potong Analysis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia Timur dengan mengambil contoh di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran
35 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten dengan pertimbangan sebagai berikut (1) kawasan tersebut mewakili karakteristik
Lebih terperinci3 METODE UMUM PENELITIAN
47 3 METODE UMUM PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 yang meliputi tahap-tahap : persiapan, pengumpulan data primer/sekunder, dan pengolahan/analisa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Impian pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan daging Sapi dan Kerbau domestik tidak pernah berhenti. Tercatat bahwa telah tiga kali ini pemerintah mengupayakan supaya
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum
Lebih terperinciMETODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. i i
Ringkasan Eksekutif Dalam rangka meningkatkan peranan dalam usaha konservasi DAS yang rusak, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melaksanakan program Pilot Project Optimasi Lahan responsif
Lebih terperinciSTATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN The Status of Livestock-Based Regional Sustainability in Situbondo Regency for Agropolitan
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciKEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 3, Desember 2016: 175-187 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16250 KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)
Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Sistem Agribisnis Ikan Lele
45 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Pengembangan Sistem Agribisnis Ikan Lele Ikan lele merupakan nama ikan air tawar yang tidak asing lagi bagi kita, karena mulai dari tempat makan pinggir jalan sampai
Lebih terperinciIV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode
Lebih terperinciVIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii
DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran
62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal Industri Alas Kaki yang Berkelanjutan (R. Kusumawati et al.) ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N
1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendekatan pembangunan yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat tidak dapat dipungkiri dan telah mengakibatkan pertumbuhan di perkotaan melampaui kawasan
Lebih terperinciSTATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH
STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH SUSTAINABILITY STATUS FISH LOMPA (THRYSSA BAELAMA) IN THE AREA OF STATE SASI HARUKU CENTRAL MALUKU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian yang memakai metode deskripstif kuantitatif dan kualitatif melalui eksplorasi data dan fakta di lapangan. Selain
Lebih terperinciPenentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-156 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito
Lebih terperinciANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang)
JRL Vol.7 No.2 Hal. 193-204 Jakarta, Juli 2011 ISSN : 2085.3866 No.376/AU1/P2MBI/07/2011 ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang) Raymond, M 1, M.Yanuar. J.P
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian
METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data
Lebih terperinciJURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :
Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciLAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk
LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA Andi Ella, dkk PENDAHULUAN Program strategis Kementerian Pertanian telah mendorong Badan Litbang Pertanian untuk memberikan dukungan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau
19 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2011 pada kawasan mangrove di Desa Tongke-Tongke dan Kelurahan Samataring, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten
Lebih terperinciVI KESIMPULAN DAN SARAN
237 VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, model kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan di
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perencanaan pembangunan wilayah harus mengedepankan pemanfaatan sumberdaya lokal yang diyakini akan lebih menghidupkan aktivitas ekonomi daerah sehingga mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung
Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Ardhana Januar Mahardhani Mahasiswa Magister Kebijakan Publik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract Implementasi
Lebih terperinciVolume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: KEBERLANJUTAN OBYEK WISATA PANTAI LABOMBO KOTA PALOPO
KEBERLANJUTAN OBYEK WISATA PANTAI LABOMBO KOTA PALOPO A. Muhammad Yushan Patawari Email ; yushanandi@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciSTUDI SEKTORAL (12) TRANSPORTASI DARAT
Studi Implementasi Rencana Tata Ruang Terpadu Wilayah Metropolitan Mamminasata STUDI SEKTORAL (12) KRI International Corp. Nippon Koei Co., Ltd STUDI IMPLEMENTASI TATA Daftar Isi 1. SEKTOR TRANSPORTASI
Lebih terperinciMPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang
MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu
Lebih terperinciPengukuran Indeks Keberlanjutan Industri Gula
Manajemen IKM, Februari ( - ) Vol. 1 No. ISSN 2085- http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Measurement of Sugar Industry Sustainability Index Hartrisari Hardjomidjojo *, Sapta Raharja, dan Muti
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Sungai Ambangah Kecamatan Sungai Raya, dan Desa Pasak Piang Kecamatan Sungai Ambawang, terletak
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam mengisi wacana pembangunan daerah. Hal tersebut bukan saja didasarkan atas alasan fisik geografis,
Lebih terperinci