he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI"

Transkripsi

1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik INDIKATORAKTIVITAS he EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Oktober 2011 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas meningkat, sementara mayoritas indikator migas dan ekspor menunjukkan penurunan. Memasuki bulan pertama di triwulan IV-2011, sebagian besar aktivitas ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dengan peningkatan tertinggi berasal dari indikator ekspor makanan olahan. Secara kumulatif s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi tercatat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, asesmen sektor konstruksi menunjukkan peran sektor tersebut dalam perekonomian domestik dalam 10 tahun terakhir meski meningkat namun masih rendah. Rata-rata share terhadap PDB hanya mencapai 7,55% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,97% per tahun dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Secara tahunan (), seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas meningkat, sementara mayoritas indikator migas dan ekspor utama menunjukkan penurunan. Seluruh indikator aktivitas ekonomi non migas yang dipantau mengalami pertumbuhan positif dengan peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga (44,91%) diikuti oleh produksi kendaraan niaga (42,45%) dan penjualan kendaraan non niaga (17,14%). Sejalan dengan peningkatan penjualan dan produksi kendaraan, penjualan listrik ke industri juga tumbuh tinggi (25,64%). Disisi lain, indikator konstruksi yaitu konsumsi semen pada periode ini juga tercatat meningkat sebesar 21,81% (). Sebaliknya indikator-indikator pada kelompok migas dan ekspor utama lebih banyak menurun. Penurunan terbesar untuk indikator migas berasal dari penjualan minyak diesel (-15,65%). Sementara itu, ekspor biji termbaga tercatat sebagai indikator ekspor dengan penuranan yang paling dalam yaitu 69,17%. Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) Migas Non Migas Ekspor Utama Oktober 2011 Oktober 2010 s.d Oktober 2011 (rata-rata) Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan 1subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor konstruksi. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya.

2 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik Secara rata-rata selama Oktober 2010 s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan dan produksi kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 39,66% dan 38,33%. Sebaliknya, terdapat enam indikator yang turun secara rata-rata dalam kurun waktu tersebut dengan dua indikator yang turun paling dalam adalah ekspor biji tembaga (-22,84%) dan produksi kondensat (-7,54%). Dengan membandingkan pertumbuhan pada Oktober 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama Oktober 2010 s.d Oktober 2011, jumlah indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya hanya sebanyak sepuluh indikator (Grafik 1). Bulanan Memasuki bulan pertama di triwulan IV-2011, sebagian besar aktivitas ekonomi meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pada Oktober 2011, sebanyak 76,7% indikator terpantau mengalami pertumbuhan positif secara bulanan () lebih banyak dari 56,7% indikator pada bulan sebelumnya. Peningkatan terbesar terutama terjadi pada ekspor makanan olahan (66,07%), diikuti oleh konsumsi semen (21,48%), ekspor kayu gergajian (19,62%), penjualan dan produksi kendaraan niaga masing-masing meningkat sebesar 19,30% dan 18,12%. Meskipun sebagian besar indikator meningkat, terdapat 23,3% indikator yang tumbuh negatif pada Oktober 2011 (). Tiga diantaranya dengan pertumbuhan paling rendah adalah ekspor biji tembaga (-78,09%), ekspor besi & baja (-26,51%) dan ekspor bahan kertas & kertas (-12,62%). Selama periode Oktober 2010 s.d Oktober 2011, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati (14,18%), diikuti oleh ekspor makanan olahan (12,44%), produksi kendaraan niaga (7,52%) dan penjualan kendaraan niaga (7,06%). Sementara itu, hanya dua indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut yaitu ekspor bahan kertas & kertas (-0,35%) dan produksi kondensat (-0,33%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan Oktober 2011 memiliki kinerja diatas rata-rata selama Oktober 2010 s.d Oktober 2011 terutama pada ekspor makanan olahan. Namun demikian sebagian indikator lainnya memiliki kinerja dibawah rata-ratanya bahkan untuk indikator ekspor biji tembaga berada jauh dibawah rata-ratanya (Grafik 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) Migas Non Migas Ekspor Utama Oktober 2011 Oktober 2010 s.d Oktober 2011 (rata-rata) Kumulatif Secara kumulatif s.d Oktober 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan paling tinggi berasal dari ekspor makanan olahan (36,64%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-32,93%). 2

3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Migas Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : Satuan Des Mei Jun Jul Agt* Sep* Okt* ytd 1) - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,44 2,49-4,17 - Produksi Kondensat ribu barel ,21 1,41-9,08 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,65-2,97-2,88 Non Migas Indikator - Konsumsi Semen ribu ton ,81 21,48 16,93 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit , ,01 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit ,14 3,70 14,43 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,45 18,12 28,86 - Penjualan Kendaraan Niaga unit ,91 19,30 30,85 - Produksi Sepeda Motor ribu unit ,68 11,13 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit ,75-0,88 11,43 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH ,64 5,38 7,40 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,36 6,21 10,52 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH ,51 8,31 8,55 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,68 6,93 7,22 - Kunjungan Wisman ribu orang ,32 0,91 8,14 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,20 7,21 3,84 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,66 0,95 7,46 Ekspor Non Migas Utama Pertumbuhan September - Batubara ribu ton ,46 19,55 - Biji Tembaga ribu ton ,17-78,09-32,93 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton , ,69 - Makanan Olahan ribu ton ,07 36,64 - Minyak Nabati ribu ton ,18 5,28-1,17 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton , ,28 - Kayu Lapis ribu ton ,44 17,66-5,96 - Kayu Gergajian ribu ton ,23 19,62 4,26 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,33-12,62 4,80 - Karet Olahan ribu ton ,45 13,13 9,36 - Besi dan Baja ribu ton ,90-26,51 7,10 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,96 15,74-12,50 - Peralatan Listrik ribu ton ,89 1,65-1,95 Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 3

4 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8,0 Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 2 Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) 1 6,0 4,0 2, ,0-4,0-6, , Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% )

5 Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 11. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik12. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) 3 6 Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% ) , , ,0 1 6, ,0 5

6 2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) 64,0 64,0 48,0 48,0 32,0 32,0 16,0 16,0-16,0-16,0 (% ) (% ) Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel Bali (% ) (% )

7 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SEKTOR KONSTRUKSI) Peran sektor konstruksi dalam perekonomian selama 10 tahun terakhir meski meningkat namun masih relatif rendah. Rata-rata share terhadap PDB hanya mencapai 7,55%, rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 6,97% per tahun dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Dari hasil analisis keterkaitan (sectoral linkages) dengan menggunakan data Tabel IO Updating 2008 menunjukkan bahwa sektor konstruksi memiliki forward linkage dan backward linkages yang tinggi masing-masing sebesar 1,20 dan 1,22. Sementara itu, peran perbankan terhadap sektor konstruksi masih rendah yang tercermin dari masih relatif rendahnya pangsa kredit perbankan untuk pembiayaan sektor konstruksi (2,63%). Peranan sektor konstruksi tersebut sangat rendah dibandingkan di beberapa negara seperti Australia, Malaysia, Thailand dan Phillipina. A. Peranan Sektor Konstruksi Struktur sektor konstruksi terhadap PDB semakin meningkat. Dilihat dari distribusi/share terhadap PDB harga berlaku pada sektor konstruksi menunjukkan tren peningkatan. Distribusi/share terhadap PDB harga berlaku pada sektor konstruksi pada tahun 2001 sebesar 5,70% dan hingga tahun 2010 mencapai 10,29%. Rata-rata distribusi/share terhadap PDB harga berlaku pada sektor konstruksi dari tahun 2001 s.d sebesar 7,55%. Peningkatan struktur sektor konstruksi terhadap PDB lebih disebabkan kenaikan harga dari sektor konstruksi tersebut. Hal tersebut terlihat dari PDB deflator sektor konstruksi yang mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu rata-rata selama 10 tahun terakhir sebesar 16,14% per tahun. Kenaikan PDB deflator sektor konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 27,95% dan terendah tahun 2003 sebesar 6,88%. Pertumbuhan sektor konstruksi semakin melambat. Sektor konstruksi mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Dalam kurun waktu 10 tahun (dari tahun 2001 s.d. 2010) sektor konstruksi mengalami pertumbuhan rata-rata 6,97% per tahun. Sektor konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2007 (8,53%). Namun pada tahun 2010, pertumbuhan subektor ini melambat dan hanya tumbuh 6,98% dan sampai dengan triwulan III-2011 hanya tumbuh 6,44% (ctc). Kontribusi sektor konstruksi terhadap pertumbuhan ekonomi juga semakin melambat. Rata-rata kontribusi sektor konstruksi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,41%. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi sektor konstruksi pada tahun 2010 hanya sebesar 0,45% () terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan sampai dengan triwulan III-2011 hanya menyumbang 0,41% (ctc). Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan Sektor Konstruksi Grafik 21. Kontribusi Sektor Konstruksi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (, %) Q1 Q2 Q (%) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Q1 Q2 Q Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 7

8 Tabel 2. Distribusi/Share terhadap PDB, Pertumbuhan Tahunan, Kontribusi terhadap Pertumbuhan PDB dan Deflator Sektor Konstruksi (%) A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%) Sumber: BPS, diolah Tw I Tw II Tw III - Sektor Konstruksi B. Pertumbuhan (% ) - Sektor Konstruksi C. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% ) - Sektor Konstruksi D. PDB Deflator (% ) KETERANGAN * 2010** Rata-rata Sektor Konstruksi *** B. Nilai Sektor Konstruksi yang Terselesaikan Rata-rata pertumbuhan nilai konstruksi yang terselesaikan menurut jenis pekerjaan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebesar 14,83% per tahun. Nilai konstruksi bangunan sipil merupakan salah satu jenis konstruksi yang mendominasi nilai sektor konstruksi yang terselesaikan, disamping konstruksi bangunan gedung. Kegiatan konstruksi bangunan sipil mencakup kegiatan konstruksi umum bangunan sipil baik bangunan baru, perbaikan bangunan, penambahan bangunan dan perubahan bangunan, serta pendirian bangunan/struktur prafabrikasi pada lokasi prooyek dan konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan ini juga mencakup kegiatan konstruksi berat seperti fasilitas industri, proyek infrastruktur dan sarana umum, sistem pembuangan dan irigasi, saluran pipa dan jaringan listrik, fasilitas olahraga di tempat terbuka dan lain-lain. Share/porsi bangunan sipil pada tahun 2008 mencapai 45,33% dari total konstruksi yang terselesaikan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 18,49%. Pertumbuhan nilai konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan kemudian mengalami perlambatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terendah mencapai 6,87% pada tahun Rata-rata Indeks Nilai Pekerjaan Sektor Konstruksi dalam dua tahun terakhir tumbuh negatif. Pada tahun 2009 dan 2010, rata-rata indeks nilai pekerjaan konstruksi mengalami kontraksi masingmasing -1,14% dan -1,48%. Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan indeks pekerja harian dan upah/gaji yang secara umum mengalami penurunan pada tahun 2009 dan Tabel 3. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan, (dlm Juta Rupiah) Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (Juta Rp) Pertumbuhan Tahunan (%) Tahun Konstruksi Bangunan Gedung Konstruksi Bangunan Sipil Konstruksi Khusus Total Konstruksi Bangunan Gedung Konstruksi Bangunan Sipil Konstruksi Khusus Total ,377,654 21,499,912 11,126,972 56,004, ,197,067 24,378,724 14,742,128 67,317, ,374,730 26,049,107 14,519,472 71,943, ,612,257 28,615,500 18,447,216 81,674, ,078,407 46,241,921 22,695, ,015, * 450,649 46,596,400 24,184, ,832, Sumber: BPS (diolah) 8

9 Tahun Sumber: BPS (diolah) Tabel 4. Perkembangan Rata-rata Indeks Karyawan Tetap, Pekerja Harian, Upah/Gaji dan Nilai Pekerjaan beserta Perubahan tahunan Karyawan Tetap Rata-rata Indeks Perubahan Tahunan (%) Pekerja harian Upah/Gaji Nilai Pekerjaan Karyawan Tetap Pekerja harian Upah/Gaji Nilai Pekerjaan C. Pembiayaan Kredit Perbankan kepada Sektor Konstruksi Pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit sangat rendah. Rata-rata kredit yang disalurkan kepada sektor konstruksi dari tahun 2001 s.d sangat rendah hanya sebesar 2,63% dari total kredit yang disalurkan. Pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 4,43% dan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 1,14%. Sementara itu, pangsa kredit kepada sektor konstruksi terhadap total kredit sampai dengan bulan Oktober 2011 sebesar 3,59%. Pertumbuhan kredit kepada sektor konstruksi sangat berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor konstruksi dari tahun 2002 s.d sebesar 39,22% per tahun lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan total kredit sebesar 21,71%. Pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor konstruksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 214,98% dan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar -18,08%. Sampai dengan bulan Oktober 2011, kredit yang disalurkan kepada sektor konstruksi tumbuh sebesar 20,34% () menjadi Rp miliar. Grafik 22. Pangsa Kredit Tahun (sd. bulan Oktober) Grafik 23. Pembiayaan Kredit Sektor Konstruksi Total dan Pertanian (Miliar Rp) Konstruksi Pertumbuhan Kredit - Total Pertumbuhan Kredit - Konstruksi (YOY, %) 11, 9% 6, 1% 5, 2% 3, 8 % 11, 5% 7, 2% 5, 2% 7,5% 12, 2% 4, 9% 11, 1% 22, 3% 22, 5% 6,1% 5,1% ,7% 28,1% 26,6% Pertambangan Ind. Pengolahan Perdagangan Listrik Gas Air Konstruksi Peng. & Kom. Keuangan * sd. bulan Oktober Jasa -jasa * -10 Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia 9

10 Mayoritas kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor konstruksi dalam bentuk kredit modal kerja. Rata-rata kredit konstruksi dalam bentuk modal kerja dari tahun 2010 s.d Oktober 2011 sebesar 74,58% dari total kredit konstruksi yang disalurkan. Sementara itu, rata-rata kredit konstruksi dalam bentuk kredit investasi dari tahun 2010 s.d Oktober 2011 sebesar 25,42%. Grafik 24. Pangsa Kredit Kontruksi Berdasarkan Jenis Penyaluran 23,33% 27,50% KMK KI 72,50% 76,67% Sumber: LBU, Bank Indonesia D. Investasi PMA dan PMDN Realisasi investasi PMA pada sektor konstruksi lebih besar dari pada realisasi investasi PMDN. Berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor konstruksi pada tahun 2010 tercatat sebanyak 70 proyek dengan nilai USD 619,9 juta dan hingga triwulan III-2011 tercatat sebanyak 59 proyek dengan nilai USD 102,1 juta. Sementara itu, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor konstruksi pada tahun 2010 tercatat sebanyak 7 proyek dengan nilai Rp 67,6 miliar dan hingga triwulan III-2011 tercatat sebanyak 5 proyek dengan nilai Rp 36.3 miliar. Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Menurut Sektor pada Tahun 2010 dan 2011 (s.d. Triwulan III) No Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi Proyek Investasi (Jumlah) (Miliar Rp) (Jumlah) (Miliar Rp) (Jumlah) (Juta USD) (Jumlah) (Juta USD) 1 Tanaman pangan & perkebunan 166 8, , ,031 2 Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan 18 3, , , , Industri Makanan , , , Industri Tekstil Industri Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas & Percetakan 25 1, , Industri Kimia & Farmasi 64 3, , , Industri Karet & Plastik , Industri Mineral Non Logam 13 2, , Industri Logam, Mesin & Elektronik , , Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik jam Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air 31 4, , , , Konstruksi Perdagangan & Reparasi Hotel & Restoran Transportasi, Gudang & Komunikasi 34 13, , , Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran , Jasa Lainnya 69 3, , Sumber : BKPM Sektor Jumlah PMDN 2010 Tw I s.d. Tw III , ,079 51, ,081 16, ,594 14, PMA Tw I s.d. Tw III

11 E. Keterkaitan dengan Sektor Lain Sektor konstruksi memiliki forward linkage dan backward linkages yang tinggi terhadap sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input Output Indonesia Updating 2008, sektor konstruksi memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Eratnya keterkaitan ke belakang tercermin dari nilai derajat kepekaan sebesar 1,22. Tingginya nilai derajat kepekaan mengindikasikan bahwa ketergantungan sektor konstruksi cukup kuat dengan sektor ekonomi lainnya. Disisi lain, indeks daya penyebaran (forward linkage) sektor konstruksi relatif cukup tinggi sebesar 1,20. Sebagian besar output sektor konstruksi dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektorsektor lainnya di dalam negeri, khususnya sektor perdagangan, sektor pemerintahan umum & pertahanan dan sektor real estate & jasa perusahaan. Terlihat bahwa sebagian besar pasokan input sektor konstruksi berasal dari dalam negeri. Sementara dari sisi alokasi produk, orientasi produk sektor konstruksi secara umum dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lain di dalam negeri. Input Utama % Komoditas/Sektor Alokasi Output % Industri barang dari logam 20,18 Perdagangan 28,25 Perdagangan 11,01 Pemerintahan umum dan pertahanan 17,16 Pengilangan minyak bumi 9,77 Real estat dan jasa perusahaan 15,71 Penambangan dan penggalian lainnya 9,66 Jasa penunjang angkutan 4,94 Industri dasar besi dan baja 8,23 Penambangan dan penggalian lainnya 4,19 Industri bambu, kayu dan rotan 7,27 Penambangan batubara dan bijih logam 3,66 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 5,12 Konstruksi Komunikasi 3,65 Industri barang-barang dari mineral bukan logam 4,70 Jasa sosial kemasyarakatan 3,52 Real estat dan jasa perusahaan 4,54 Kelapa sawit 3,17 Industri semen 4,44 Lembaga keuangan 1,64 Kayu 2,54 Bangunan 1,20 Industri barang karet dan plastik 2,31 Listrik, gas dan air bersih 1,01 Lainnya 10,23 Lainnya 11,90 Sumber: Tabel I-O Updating 2008 BPS, diolah Tabel 6. Input Utama dan Alokasi Output Sektor Konstruksi 11

12 BOKS : Gambaran Perkembangan Properti di Indonesia Tabel 7. Penyediaan dan Kebutuhan Rumah Tinggal Keterangan 2010 Penambahan Stok Rumah di bangun (Supply) 205 rb 1) 6.5 juta 3) Kebutuhan (Demand) 800 rb 2) 13.6 juta 4) Kekurangan rumah/backlog 595 rb 7.1 juta Sumber : 1. REI 3. Ir. Matius Yusuf (praktisi properti) 2. Kemenpera 4. BPS, Sensus Penduduk ,00 8,00 7,00 6,00 0 4,00 3,00 2,00 1,00 0 Grafik 25. Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (%) (%, ) TOTAL MENENGAH KECIL BESAR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia (SHPR Tw III-2011) Industri properti Indonesia tahun 2011 terus menunjukkan tren positif. Fundamental ekonomi domestik yang membaik, permintaan (kebutuhan hunian) yang terus meningkat, di dukung oleh sumber pembiayaan yang semakin berkembang serta kebijakan pemerintah yang kondusif diperkirakan mampu mendorong perkembangan industri properti Indonesia dalam 3 tahun ke depan. Pengamat dan praktisi properti menilai bahwa properti di Indonesia sudah melewati masa siklus resesi dan beranjak pada siklus booming property mulai dari tahun 2010 hingga mencapai puncaknya tahun ) Penyediaan dan kebutuhan rumah tinggal. Secara alamiah kebutuhan terhadap tempat tinggal akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Namun masih terdapat kesenjangan (backlog) antara kebutuhan akan rumah tinggal dengan ketersediaanya. Berdasarkan data dari beberapa instansi/lembaga terkait diketahui bahwa Indonesia masih defisit Properti Residensial. Menurut REI, pada tahun 2010 terdapat penambahan 205 ribu rumah baru yang terdiri atas 85 ribu hunian menengah keatas dan 120 ribu hunian menengah kebawah. Diperkirakan, angka tersebut akan meningkat 15% pada tahun Menurut Kemenpera, supply tersebut masih jauh dibawah angka kebutuhan yang mencapai 800 ribu unit pertahun. Secara kumulatif ketersediaan stok rumah s.d sekitar 6,5 juta unit. Sementara itu, sesuai hasil Sensus Penduduk 2010 kebutuhan rumah saat ini adalah 13,6 juta unit. Dengan demikian masih terdapat backlog paling tidak sebesar 7,1 juta unit rumah baru. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI Triwulan III Indeks Harga Properti Residensial mengindikasikan harga properti residensial pada triwulan III-2011 meningkat 0,48%(qtq) atau 4,54% (). Tekanan kenaikan harga properti residensial diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan IV-2011 dengan tingkat yang melambat. Sebagian besar responden (39,25%) mengungkapkan penyebab utama kenaikan harga properti residensial terutama didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan. Berdasarkan tipe rumah, kenaikan harga paling tinggi terjadi pada rumah tipe besar (0,54%,qtq), sedangkan rumah tipe menengah dan kecil masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,50% (qtq) dan 0,41% (qtq). 1 Sumber: Colliers International 12

13 Grafik 26. Perkembangan Tarif Sewa Properti Komersial - Perkantoran Apartemen Lahan Industri Ritel Hotel I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 27. Sumber Pembiayaan Properti Residensial (Dari Sisi Pengembang) Consumers Advance Payment 10% Banking Loan 32,53% Others 3,92% Internal Funds 46,63% Non Banking Institution Loans 1,92% Grafik 28. Sumber Pembiayaan Properti Resdidensial (Dari Sisi Konsumen) Tunai 9,27% Retained Earning 18,27% Paid-In-Capital 19,08% Others 2,00% Joint Venture/ Konsorsium 7,28% Dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial, khususnya yang berasal dari modal disetor (40,92%). Sementara dari sisi konsumen, sebagian besar konsumen (74,56%) menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tingkat suku bunga ratarata antara 9% s.d. 12% dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial. Perkembangan Properti Komersial di Jabodebek Triwulan Secara umum, jumlah pasokan properti komersial relatif tetap, kecuali pasokan perkantoran sewa di Jakarta yang mengalami peningkatan. Terbatasnya pasokan telah mendorong kenaikan tingkat hunian dan penjualan, dan diikuti dengan kenaikan tarif sewa dan harga jual. Mayoritas tingkat hunian properti komersial mengalami kenaikan yang lebih tinggi, kecuali apartemen sewa dan hotel yang mengalami perlambatan. Kenaikan tersebut diikuti dengan peningkatan tarif, kecuali apartemen sewa yang menunjukkan penurunan. Sejalan dengan kenaikan tingkat hunian, jumlah penjualan properti komersial pun mengalami peningkatan yang diikuti dengan membaiknya harga jual. Kredit perbankan untuk sektor properti. Sumber pembiayaan untuk sektor properti yang berasal dari perbankan mencakup kredit untuk modal kerja (konstruksi dan real estate) dan kredit untuk konsumsi (KPR & KPA). Pertumbuhan kredit properti berfluktuasi dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tingkat suku bunga, tingkat kemudahan persyaratan kredit. Pada bulan Oktober 2011, total KPR tercatat mencapai Rp.175,2 triliun atau tumbuh sebesar 13,8% (), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 25,7% (). Berdasarkan lokasi proyek, penyaluran KPR terbesar terutama pada wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah masing-masing sebesar Rp37,5 triliun, Rp33,2 triliun, Rp17,3 triliun, Rp16,4 triliun dan Rp10,3 triliun. Tunai bertahap 16,17% KPR 74,56% Porsi kredit properti terhadap total kredit perbankan yang disalurkan saat ini belum sebesar rasio yang terjadi pada 1997, namun sudah mulai menunjukkan tren yang meningkat. Pemberian kredit properti oleh perbankan pada bulan Oktober 2011 sebesar 13,8% dari total kredit perbankan. Kondisi ini berbeda dengan sebelum krisis ekonomi 1997/1998 yang porsi kredit propertinya mencapai 20%. Saat ini perbankan cukup selektif dalam memberikan kredit properti belajar dari pengalaman yang terjadi pada 1997/1998 dan

14 Tabel 8. KPR Menurut Lokasi Proyek (Miliar Rp) LOKASI PROYEK Okt-11 PROVINSI JAWA BARAT PROVINSI DKI JAKARTA PROVINSI JAWA TIMUR PROVINSI BANTEN PROVINSI JAWA TENGAH Sumber: LBU Okt-2011 Sejalan dengan pertumbuhan kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) kredit properti juga menunjukkan peningkatan dari 1,68% pada tahun 2010 menjadi 2,34%, pada tahun 2011 (data s.d. Okt 2011). Kontribusi sektor properti terhadap perekonomian masih relatif kecil. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia dan Eropa, rasio kredit properti terhadap PDB Indonesia (atas dasar Harga berlaku) masih paling rendah atau hanya sekitar 4,56% pada 2011 dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Pasifik seperti Australia, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang masing-masing mencapai 82,13%; 31,61%; 18,06%; dan 4,97%. (%, ) Grafik 29. Pertumbuhan Kredit Perbankan Sektor Properti (%) Sumber: SEKI 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0% Sumber: LBU Diolah Properti Real Estate KPR/KPA Grafik 30. Rasio NPL Kredit Properti Rasio NPL Kredit Properti terhadap Kredit Properti Rasio NPL Kredit terhadap Total Kredit Subsidi pembiayaan perumahan. Pemerintah melalui Kemenpera sejak bulan Oktober tahun 2010 telah meluncurkan program Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) yang memungkinkan tersedianya dana murah jangka panjang bagi KPR dan kredit investasi pembangunan perumahan. Program FLPP ini menggantikan skema subsidi uang muka dan subisidi selisih bunga. FLPP bersifat pembiayaan sekaligus juga membantu menghemat dana pemerintah, karena sifatnya yang tidak habis terpakai (dana bergulir). Kebijakan FLPP menciptakan dana murah jangka panjang untuk mendukung penerbitan kredit/pembiayaan pemilikan rumah sejahtera. KPR FLPP menerapkan suku bunga tetap untuk jangka waktu hingga 15 tahun. Melalui mekanisme joint-financing antara dana Pemerintah (FLPP) dengan Bank Pelaksana (a.l. BTN, Bukopin dan 6 BPD) memberikan kredit/pembiayaan rumah sejahtera untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pada tahun 2010, penyaluran dana FLPP mencapai Rp500 miliar untuk transaksi pembelian rumah sederhana sebanyak unit. Sampai dengan 3 Oktober 2011, penyaluran KPR FLPP sudah sekitar Rp 2,3 triliun untuk membiayai transaksi sebanyak unit rumah. Pembiayaan sekunder perumahan. Salah satu sumber pembiayaan sektor properti lainnya yang masih kecil peranannya namun terus didorong perkembangannya adalah pembiayaan sekunder perumahan (secondary mortgage finance). Pembiayaan sekunder perumahan melalui mekanisme sekuritisasi dapat menjembatani permasalahan maturity mismatch (kesenjangan jangka waktu). Lembaga yang ditugaskan untuk mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan di Indonesia adalah PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero). Memasuki usia yang ke-6 PT. SMF telah menyalurkan dana dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan sebesar Rp3,8 triliun untuk sekitar debitur KPR dari target sebesar Rp4,5-5 triliun atau setara dengan KPR pada tahun 2011 (s.d. bulan Oktober). Hingga kini hanya satu bank, yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang menggelar sekuritisasi KPR. Bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) 14

15 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik 31. Rasio Kredit Properti Terhadap PDB Sumber: Web Bank Sentral di Lima Negara Tabel 9. Subsidi Pembiayaan Perumahan-FLPP Sumber: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% Tabel 10. Pembiayaan Sekunder Perumahan Malaysia Thailand Phillipines Australia Indonesia Keterangan 2010 (s.d. 31 Des) 2011 (s.d. 3 Okt) Target Realisasi % Target Realisasi % Jumlah Penyaluran FLPP (unit) , ,84 Nilai (Rp. Triliun) 2,30 0,50 21,74 3,60 2,30 63,89 Keterangan Target Realisasi % Jumlah Penyaluran KPR (unit) 62,529 94, , Nilai (Rp. Triliun) Sumber : PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF) Bank BTN telah dua kali melakukan sekuritisasi KPR masingmasing senilai Rp 502 miliar dan Rp 750 miliar, sementara itu bank lain masih senang main spread. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia di bidang properti. Dalam rangka mendorong perkembangan sektor properti, pemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan di bidang properti. Sasaran Strategis Kementerian Perumahan Rakyat a.l. Terlaksana pembangunan rumah susun sederhana berupa Rusunawa sebanyak unit, pembangunan Rumah Khusus sebanyak unit termasuk rumah sederhana sewa dan rumah pasca bencana. Selain itu erlaksananya fasilitasi Pembangunan Rumah Swadaya berupa pembangunan baru sebanyak unit, fasilitasi penyediaan prasarana, sarana, utilitas/psu Perumahan Swadaya berupa bantuan stimulan PSU Swadaya sebanyak unit, serta penyaluran bantuan subsidi perumahan sebanyak unit. Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan tentang administrasi Sekuritisasi KPR. Bank Indonesia (BI) c.q. DPNP mengeluarkan Surat Edaran Ekstern No.12/38/DPNP tanggal 31 Desember 2010 Perihal Pedoman Penyusunan SOP Administrasi Kredit Kepemilikan Rumah Dalam Rangka Sekuritisasi. SOP ini akan menjadi acuan perbankan yang ingin mensekurititasi aset KPR. Cakupannya meliputi, pembakuan proses administrasi penyelenggaraan KPR sejak tahap organisasi sampai tahap ketika KPR disekuritisasi. Kebijakan ini juga akan melindungi nasabah debitur KPR. Standardisasi ini akan memudahkan langkah pengelompokan KPR untuk disekuritisasi. Agar kualitas berbasis sekuritas berbasis KPR ini terjaga, BI mensyaratkan aset KPR yang akan disekuritisasi memiliki Loan to Value (LTV) maksimal sebesar 80%. LTV adalah perbandingan antara pinjaman dan nilai wajar aset yang dilakukan pihak ketiga. Dalam menentukan harga aset, nantinya akan diambil nilai terendah dari penilaian tersebut. Sesuai standar internasional jika LTV-nya lebih dari 80%, bank tidak bisa mensekuritisasi. Mengacu kepada ATMR Basel II, rasio LTV kredit rumah tinggal dapat dikelompokkan menjadi: LTV < 70% dengan bobot risiko 35%; 70% s.d. 80% dengan bobot risiko 40%; LTV > 80% dengan bobot risiko 45%, khusus untuk kredit program rumah tinggal. Kondisi Properti Global. Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian yang terus tumbuh positif. Selain Indonesia di kawasan Asia, pertumbuhan property di Hong Kong dan Jepang juga lebih baik dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Menurut President dan Chief Operating Officer Century 21 untuk Asia Pasifik Donald E Lawby, potensi sektor properti di Indonesia sangat menjanjikan dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. 15

16 Tabel 11. Kebijakan Perumahan Rakyat bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Kelompok Sasaran (Rp/bulan) (I) I < (II) = I < Sumber: Kemenpera Jenis Penyediaan Terkait Skim Kredit Rumah Milik 1. Mikro kredit untuk Swadaya Pemberdayaan Usaha Ekonomi Rumah Milik Formal Swadaya Rusunawa Tidak Putih Biaya 2. Kredit Mikro Perumahan 3. Asuransi/Penjaminan kredit Kebijakan Bantuan Perumahan Tidak Terkait Skim Kredit 1. PSD-Perkim 2. Bahan bangunan 3. Peningkatan kualitas lingkungan 4. Subsidi O & M 5. Insentif fiskal 6. SertifikasiTanah danimb 1. Subsidi uang muka 1. PSD-Perkim 2. Subsidiselisih bunga 2. Bahan bangunan 3. Kredit Mikro Perumahan 3. Peningkatan kualitas lingk. 4. Asuransi/ Penjaminan 4. Subsidi O & M kredit 5. Insentif fiskal 5. Subsidi bunga kredit konstruksi 6. Sertifikattanahdan IMB Grafik 32. Asia Pasific Prime Office Rental Rates Harga properti di Indonesia termasuk yang paling murah, sementara imbal hasilnya sangat besar. Semakin bertumbuhnya sektor properti ditandai oleh meningkatnya nilai penjualan properti sepanjang 2010 yang tumbuh sekitar 60% dibandingkan dengan Sebagian besar volume transaksi tersebut berasal dari pasar sekunder 75% dan pasar primer 25%. Properti rumah tinggal masih mendominasi transaksi yakni 55%, ruko 17%,dan apartemen 15%. Terjadinya krisis di belahan benua Eropa dan Amerika tampaknya tidak berimbas langsung pada perkembangan bisnis properti di Indonesia. Tingginya demand atau permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh pengembang properti. Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, dan Singapura tidak terlalu terkena imbas. Karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan ekspektasi pasar tersendiri di Asia. Dari sisi harga, khususnya harga sewa kantor di Jakarta masih jauh lebih murah dibandingkan sewa kantor di kota-kota besar Asia lainnya, meskipun dari sisi kualitas tidak berbeda jauh. Sebagaimana overview triwulan II 2011 dari Colliers International, tarif sewa perkantoran di Jakarta berada pada urutan ke-empat yang termurah di Asia Pacific. Demikian pula harga apartemen di Jakarta harganya masih lebih rendah dibandingkan kota-kota besar Asia lainnya. Praktis harga pasaran apartmen di Jakarta akan bisa naik harganya karena permintaannya terus meningkat dalam waktu cepat. Dengan perkataan lain sektor properti di Indonesia memiliki tingkat daya saing yang cukup tinggi, dan memiliki prospek yang cukup menjanjikan ke depan. Sumber: Colliers International 16

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana Tim Statistik Sektor Riil Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter BERITA PROPERTI Edisi Perdana KONDISI PROPERTI GLOBAL Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH Oleh : Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara RAPAT KERJA NASIONAL REAL ESTATE INDONESIA (REI)

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan primer makhluk hidup adalah papan selain sandang dan pangan. Sandang dan pangan merupakan penunjang yang membuat manusia untuk dapat tetap hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I SURVEI PERBANKAN Triwulan I-007 Target pemberian kredit baru pada triwulan II-007 dan tahun 007 diperkirakan masih akan meningkat Hanya 4,0% responden yang menyatakan realisasi kredit baru dalam triwulan

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

(%, SBT) (%, qtq)

(%, SBT) (%, qtq) (%, SBT) (%, qtq) 98.1 39.2 5 85.6 83.4 73.7 78.8 77.9 75 66.7 62.6 25 56.9 24.9 52.9 22.6 5 12.7-15. 31.3-4. -5.2 25 13.7-14.5-25 -18.3 * perkiraan -32.2-5 I II III IV I II III IV I II III IV* SBT Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan rumah tinggal di Indonesia masih menjadi suatu masalah yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Beredar (M2)

Perkembangan Uang Beredar (M2) Perkembangan Uang Beredar (M2) wa ember Uang Beredar (M2) pada ember tumbuh 12,7, stabil dibanding pertumbuhan ember (12,7%;yoy). M1 tumbuh 5,4 melambat dibanding ember (8,6%;yoy), namun Uang Kuasi tumbuh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Desember 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2016. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.003,3

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

(%, SBT) (%, qtq)

(%, SBT) (%, qtq) (%, SBT) (%, qtq) 99.3 0 87.9 39.2 75.3 84.0 73.7 78.8 85.6 84.8 35 56.9 24.9 52.9 60 17.2.1 66.7 12.7 62.6 5 31.3 21.7-4.0-5.2 - -9.0 13.7-15.9-15.0-14.5-25 -18.3-35.8 0 - I II III IV I II III IV I II

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan sebuah kredit bersifat konsumtif yang diberikan oleh pihak bank kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan jaminan atau agunan

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017 Agustus Mei 2013 2017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

KONDISI TRIWULAN II-2007

KONDISI TRIWULAN II-2007 SURVEI PERBANKAN Triwulan II-2007 Permintaan masyarakat terhadap kredit baru mengalami peningkatan, ditunjukkan dengan angka neto tertimbang 92,8% Hanya sekitar 34,1% responden menyatakan bahwa realisasi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

% yoy. Jan*

% yoy. Jan* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Pertumbuhan Uang Beredar (M2) uari meningkat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.174,2 T, atau tumbuh 14,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selain memerlukan sandang dan pangan, juga memerlukan perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci