ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI"

Transkripsi

1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik INDIKATORAKTIVITAS he EKONOMI TERPILIH& ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga. Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Asesmen subsektor perikanan menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal perikanan belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB, pertumbuhan ekspor dan pangsa kredit yang rendah. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi meningkat secara tahunan (). Dari 30 (tiga puluh) indikator aktivitas ekonomi yang dipantau, sebanyak 25 (dua puluh lima) diantaranya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga (75,01%) dan produksi kendaraan non niaga (74,68%). Sejalan dengan peningkatan jumlah produksi, penjualan kendaraan juga mengalami kenaikan yang besar yaitu untuk penjualan kendaraan niaga (66,95%) dan penjualan kendaraan non niaga (61,06%). Selain itu, ekspor makanan olahan juga terlihat mengalami perbaikan yang signifikan (74,93%). Sementara itu, 5 (lima) indikator lainnya mengalami penurunan yaitu:ekspor biji tembaga (-67,82%), ekspor alat angkutan dan bagiannnya (-34,08%), penjualan minyak diesel (-31,77%), produksi minyak mentah (-1,82%) dan penjualan listrik ke industri (-1,15%). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) Migas Non Migas Ekspor Utama September 2011 September 2010 s.d September 2011 (rata-rata) Secara rata-rata selama September 2010 s.d September 2011, hampir seluruh indikator meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 41,18% dan 40,05%. Selain kedua indikator tersebut, ekspor makanan olahan (25,95%), ekspor besi & baja (24,15%), produksi kendaraan non niaga (20,65%) danpenjualan kendaraan non niaga (20,61%) juga tercatat mengalami rata-rata pertumbuhan Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor perikanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

2 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik yang tinggi. Sebaliknya, hanya 4 (empat) indikator yang turun secara rata-rata dalam kurun waktu tersebut. Keempat indikator itu adalah ekspor biji tembaga (-15,68%), produksi kondensat (-6,23%), produksi minyak mentah (-4,14%) dan ekspor kayu lapis (-3,16%). Dengan membandingkan pertumbuhan pada September 2011 dengan rata-rata pertumbuhan selama September 2010 s.d September 2011, sebanyak 20 (dua puluh) indikator memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya (Grafik 1). Bulanan Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri, aktivitas ekonomi mulai mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2011, sebanyak 56,7% indikator tercatat tumbuh positif secara bulanan () lebih banyak dari 31,0% indikator pada bulan sebelumnya. Mulai meningkatnya aktivitas ekonomi pada periode ini merupakan siklus musiman yang lazim terjadi pasca Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan terbesar terjadi pada ekspor besi & baja (26,61%), diikuti oleh ekspor makanan olahan (21,06%), ekspor bahan kertas dan kertas (14,11%), produksi kendaraan non niaga (13,89%),produksi kondensat (12,92%) dan penjualan kendaraan non niaga (10,31%). Meskipun demikian, sebanyak 43,3% indikator tumbuh negatif pada September 2011 (). Tiga diantaranya yang tumbuh paling rendah adalah penjualan minyak diesel (-44,81%), ekspor alat angkut & bagiannya (-39,28%) dan ekspor biji tembaga (-37,46%). Selama periode September 2010 s.d September 2011, mayoritas indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor biji tembaga (11,82%), diikuti oleh ekspor minyak nabati (10,37%), ekspor makanan olahan (4,65%) dan ekspor alat angkut & bagiannya (4,59%). Sementara itu,hanya dua indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut yaitu produksi minyak mentah(-0,40%), dan ekspor tekstil dan produk tekstil (-0,36%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan September 2011 memiliki kinerja diatas rata-rata selama September 2010 s.d September 2011 terutama pada ekspor besi & baja dan ekspor makanan olahan. Namun demikian sebagian indikator lainnya memiliki kinerja yang jauh dibawah rata-ratanya seperti penjualan minyak diesel, ekspor alat angkut & bagiannya, ekspor biji tembaga dan ekspor minyak nabati (Grafik 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) Migas Non Migas Ekspor Utama September 2011 September 2010 s.d September 2011 (rata-rata) Kumulatif Secara kumulatif s.d September 2011, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari ekspor makanan olahan (29,38%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-32,62%). 2

3 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Pertumbuhan Indikator Satuan Sep Des Apr Mei Jun Jul* Agt* Sep* September ytd 1) Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,82-1,77-4,59 - Produksi Kondensat ribu barel ,15 12,92-7,47 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,77-44,81-1,76 Non Migas - Konsumsi Semen ribu ton ,34 6,64 16,30 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit ,68 13,89 17,26 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit ,06 10,31 14,09 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,01 8,21 27,19 - Penjualan Kendaraan Niaga unit ,95 6,35 29,10 - Produksi Sepeda Motor ribu unit ,65 6,16 11,88 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit ,31 6,23 12,53 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH ,15-11,57 5,72 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,32-4,35 10,31 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH ,48 0,97 7,85 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,62-4,81 6,21 - Kunjungan Wisman ribu orang ,01 4,67 7,89 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,98 8,24 4,28 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,75 3,70 8,15 Ekspor Non Migas Utama - Batubara ribu ton ,59-10,18 17,23 - Biji Tembaga ribu ton ,82-37,46-32,62 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton ,37 4,74-0,28 - Makanan Olahan ribu ton ,93 21,06 29,38 - Minyak Nabati ribu ton ,31-34,16 2,75 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,18-6,37-0,07 - Kayu Lapis ribu ton ,25-16,99-7,39 - Kayu Gergajian ribu ton ,86-17,62 5,18 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,72 14,11 7,11 - Karet Olahan ribu ton ,80-8,00 9,71 - Besi dan Baja ribu ton ,46 26,61 14,57 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,08-39,28-14,03 - Peralatan Listrik ribu ton ,80 6,71-1,96 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 3

4 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8.0 Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 2 Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 (% ) (% )

5 Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 11. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) 8 8 Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik12. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) 3 6 Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% )

6 2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% )

7 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERIKANAN) Sebagian besar wilayah Indonesia yang merupakan wilayah perairan dan menjadi tempat yang potensial bagi subsektor perikanan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, potensi yang besar tersebut belum dikembangkan secara maksimal sebagaimana terlihat dari kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB yang hanya sebesar 0,12% (rata-rata tahun ). Selain itu, pertumbuhan ekspor subsektor perikanan masih relatif rendah ditengarai terkendala masih kurangnya pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan. Belum optimalnya pertumbuhan subsektor perikanan juga tercermin dari pembiayaan sektor perbankan yang masih rendah terhadap subsektor dimaksud dimana pangsa kredit rata-rata pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian sekitar 5% atau hanya sebesar 0,3% terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan. Secara rata-rata tahun subsektor perikanan tumbuh sebesar 5,22% atau mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, diikuti oleh subsektor peternakan (4,24%), dan subsektor perkebunan (3,72%). Pada triwulan III-2011subsektor perikanan tumbuh sebesar 6,11% (), dan dengan trend yang meningkat. Pangsa subsektor perikanan terhadap total PDB rata-rata sebesar 2,48%,atau dibawah pangsa subsektor tanaman bahan makanan. Secara rata-rata tahun pangsa subsektor perikanan adalah sebesar 2,48% terhadap total PDB, atau merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan (7,27%). Pangsa subsektor perikanan terhadap PDB tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 3,15% dan terendah terjadi pada tahun 2005 yang hanya mencapai 2,15%. Pangsa subsektor perikanan terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan rata - rata sebesar 17,11%. Jika dilihat dalam lingkup sektoral, subsektor perikanan memiliki pangsa ratarata sebesar 17,11% terhadap sektor pertanian, peternakan, kehutanan, & perikanan. Pangsa tersebut merupakan pangsa terbesar kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan yang kontribusinya mencapai 50,06%. Kontribusi subsektor perikanan terhadap pertumbuhan PDB relatif kecil. Sejalan dengan rendahnya pangsa subsektor perikanan dalam PDB, maka kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB juga relatif terbatas. Rata-rata sumbangan subsektor perikanan terhadap PDB tahun adalah sebesar 0,12%, atau berada dibawah sumbangan subsektor tanaman bahan makanan (0,22%). (%, ) 12 Grafik 20. Pertumbuhan Tahunan (%, ) 0.8 Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB Q Q Q3 (2) (4) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Kehutanan Subsekt. Perikanan Sumber: BPS, diolah Q Q Q3 (0.1) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan Subsekt. Tanaman bahan makanan Subsekt. Tanaman perkebunan Subsekt. Peternakan & hasilnya Subsekt. Kehutanan Subsekt. Perikanan Sumber: BPS, diolah 7

8 Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (%) A. Distribusi Terhadap PDB (%) Sumber: BPS, diolah Q1 Q2 Q3 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan ) Tanaman bahan makanan ) Tanaman perkebunan ) Peternakan dan hasil-hasilnya ) Kehutanan ) Perikanan B. Distribusi Terhadap Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (%) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 1) Tanaman bahan makanan ) Tanaman perkebunan ) Peternakan dan hasil-hasilnya ) Kehutanan ) Perikanan C. Pertumbuhan (%, ) RINCIAN Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan ) Tanaman bahan makanan ) Tanaman perkebunan ) Peternakan dan hasil-hasilnya ) Kehutanan (1.47) (2.85) (0.83) (3) (0.41) ) Perikanan D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (%, ) * 2010 ** Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan ) Tanaman bahan makanan ) Tanaman perkebunan ) Peternakan dan hasil-hasilnya ) Kehutanan (2) (3) (1) (0) 1 2 (0) ) Perikanan *** Rata-rata B. Produksi Subsektor Perikanan Produksi komoditas subsektor perikanan terbagi atas produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap antara lain terdiri atas komoditi udang, tuna, cakalang, tongkol, ikan lainnya, sementara produksi perikanan budidaya antara lain patin, rumput laut, nila, gurame, bandeng, lele, kerapu, ikan mas, udang dan kakap. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2010 total produksi subsektor perikanan mencapai 10,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 10,66% dari produksi tahun sebelumnya. Trend produksi subsektor perikanan menunjukkan adanya kenaikan dari tahun ke tahun (Grafik 22) meskipun sempat melambat pada tahun Secara rinci, pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya masing-masing tercatat sebesar 5,38 juta ton dan 5,48 juta ton per tahun, atau mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,42% dan 16,34%. Perkembangan perikanan budidaya cukup pesat dari tahun ke tahun bahkan sekarang (data tahun 2010) pangsa produksi subsektor perikanan budidaya lebih besar daripada pangsa perikanan tangkap. Sementara jika dilihat dari nilai produksi, total nilai produksi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp102,8 triliun atau naik 14,90% dari nilai produksi tahun sebelumnya. Secara rinci, nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp53,9 triliun dan perikanan budidaya sebesar Rp40,6 triliun. 8

9 Grafik 22. Perkembangan Produksi Komoditas Perikanan Grafik 23. Perkembangan Nilai Produksi Komoditas Perikanan (Ribu Ton) 6,000 (%, ) 12 (Juta Rupiah) 70,000 (%, ) 20 5, , ,000 3,000 2, ,000 40,000 30,000 20, , , *) *) 0 Perikanan tangkap Perikanan budidaya Growth Perikanan tangkap Perikanan budidaya Growth Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Ket : Data nilai produksi perikanan budidaya tahun 2010 belum tersedia Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Jika dilihat dari angka Nilai Tukar Nelayan (NTN) 1, sampai dengan data Agustus 2009 nilainya semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan telah dapat menyimpan hasil pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya. (indeks) 108 Grafik 24. Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Sumber : Badan Pusat Statistik C. Perkembangan Harga Komoditi Perikanan Rata-rata harga per unit price 2 produk perikanan domestik tahun , untuk komoditi perikanan tangkap sebesar Rp9,3 juta/ton dan untuk perikanan budidaya sebesar Rp9,2 juta/ton. Trend perkembangan harga komoditi perikanan tangkap mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan harga komoditi perikanan budidaya yang cukup fluktuatif (Grafik 25). Sejak tahun 2007 harga perikanan tangkap yang sebelumnya lebih rendah dibandingkan harga perikanan budidaya terus meningkat dan akhirnya jauh melebihi harga perikanan budidaya. Pada tahun 2009 harga komoditas perikanan tangkap mencapai nilai Rp10,6 juta/ton sedangkan harga komoditi perikanan budidaya sebesar Rp8,6 juta/ton. 1 Nilai Tukar Nelayan digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan maupun pembudidaya ikan. Selain itu, juga digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya. 2 Harga per unit price dihitung dengan cara membagi nilai produksi dengan volume produksi 9

10 Grafik 25. Perkembangan Harga Komoditas Perikanan (Juta Rupiah/ton) *) Perikanan tangkap Perikanan budidaya Ket : Data perikanan budidaya untuk tahun 2010 belum tersedia Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan D. Konsumsi Komoditi Perikanan Penyediaan ikan untuk konsumsi domestik pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan sebesar - 1,3% dari 7,75 juta ton pada tahun 2009 menjadi 7,65 juta ton pada tahun Sementara, jika dilihat dari penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 turun darisebesar 33,51 kg/kap/th menjadi 33,07 kg/kap/th. Meskipun penyediaan konsumsi ikan per kapita tahun 2010 sedikit turun tapi secara umum cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan masih dapat memenuhi kebutuhan domestik. Jika dilihat dari konsumsi ikan per kapita, konsumsi ikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 konsumsi ikan mencapai 30,47 kg/kap/th. Peningkatan konsumsi ikan tersebut menggambarkan bahwa ketersediaan produk perikanan yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan (capture) maupun budidaya (aquaculture) tersedia dengan baik. Selain itu, peningkatan tersebut juga menggambarkan bahwa kebijakan peningkatan konsumsi ikan nasional, dan berbagai usaha pengembangannya termasuk pemasaran domestik yang kinerjanya cukup bagus. Tabel 3. Penyediaan Ikan untuk Konsumsi Rincian Tahun *) Total (000 Ton) 4,901 5,250 5,759 6,381 7,072 7,754 7,651 Per kapita (Kg/Kap/Th) Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 10

11 (Kg/kap/th) 40 Grafik 26. Konsumsi Ikan dan Supply Ikan Konsumsi Ikan Penyediaan Ikan *) Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka E. Perkembangan Ekspor Impor Data ekspor impor subsektor perikanan tercermin dari data ekspor impor kelompok ikan, kerangkerangan, moluska dan olahan (Fish,crustaceans,moluscs,and their prep.). a. Rata-rata nilai ekspor tahun sebesar USD2.198 juta. Secara rata-rata nilai ekspor subsektor perikanan selama dengan pangsa sebesar 2,28% dari total ekspor non migas. Pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai ekspor yang cukup besar mencapai -9,01% dan kembali meningkat pada tahun Sampai dengan September 2011, total nilai ekspor subsektor perikanan tercatat sebesar USD2.167 juta. b. Rata-rata nilai impor tahun sebesar USD128 juta. Secara rata-rata nilai impor subsektor perikanan selama sebesar USD128 juta dengan pangsa sebesar 0,15% dari total impor non migas. Pada tahun 2010, nilai impor tercatat sebesar USD217 juta, atau tumbuh sebesar 40,87%, atau relatif meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2011, impor subsektor perikanan mencapai USD120 juta atau tumbuh sebesar 44,59% dibandingkan data s.d September (ribu USD) 3,000,000 Grafik 27. Perkembangan Nilai Ekspor (%, ) 20 (juta USD) 250,000 Grafik 28. Perkembangan Nilai Impor (%, ) 40 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, (0) 200, , , ,000 (10) 50, s.d Sep 2011 (10) s.d Sep Nilai Ekspor Growth Nilai Impor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah 3 Data tahun 2011 adalah data sampai dengan September

12 F. Perkembangan Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan Kredit yang diterima kelompok perikanan relatif kecil. Posisi kredit kelompok perikanan hanya sekitar 5% dari total kredit yang disalurkan terhadap sektor pertanian. Pada akhir tahun 2010, posisi kredit sektor pertanian adalah sebesar Rp miliar, sedangkan posisi kredit yang diterima kelompok perikanan sebesar Rp miliar. Pangsa kredit kelompok perikanan terhadap kredit sektor pertanian hanya sebesar 4,92% atau relatif kecil dibandingkan pangsa kelompok lain. Jika dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, pangsa kredit kelompok perikanan tahun 2010 hanya sebesar 0,25%. Sementara itu, posisi kredit sektor pertanian pada tahun 2011 (data s.d Oktober 2011) adalah sebesar Rp miliar, sedangkan posisi kredit kelompok perikanan sebesar Rp 44 miliar atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun Grafik 29. Share Kredit Tahun (sd. bulan Oktober) Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Tidak terinci Grafik 30. Pembiayaan Kredit Subsektor Perikanan (Juta Rp) 120,000, ,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000, s.d Okt 2011 Kredit Perikanan Kredit Pertanian Pertumbuhan Kredit Perikanan (%, ) Sumber: LBU, Bank IndonesiaSumber: LBU, Bank Indonesia G. Keterkaitan dengan Sektor Lain Kelompok komoditi dalam subsektor perikanan memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input- Output (I-O) Updating 2008, komoditas dalam subsektor perikanan tercermin dari komoditi perikanan. Backward Linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,46. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output komoditi perikanan membutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya sebesar 1,46 unit. Disisi lain, forward linkage dari komoditi tersebut sebesar 1,67, menunjukkan bahwa 1 unit output komoditi perikanan dapat mendorong output komoditas di sektor ekonomi lainnya sebesar 1,67 unit. Tabel 4. Backward Linkage dan Forward Linkage Subsektor Perikanan Komoditas Subsektor Perikanan Backward Linkage Forward Linkage Perikanan Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating

13 Orientasi pasar komoditi perikanan adalah pasar domestik. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia Updating 2008, orientasi penjualan komoditi subsektor perikanan adalah pasar domestik mencapai 99,89%. Sebagian besar produk subsektor perikanan digunakan sebagai input subsektor itu sendiri, namun juga terdistribusi sebagai input sektor lainnya. Jika dilihat dari tabel I-O 2005, subsektor perikanan memberikan input yang cukup besar terhadap pengilangan minyak bumi khususnya kelompok ikan laut & hasil laut lainnya. Sementara itu, output komoditi perikanan sebagian besar digunakan oleh industri pengolahan dan pengawetan makanan (56,75%). Tabel 5. Struktur Permintaan dan Penawaran Subsektor Perikanan Komoditas Subsektor Perikanan Pangsa Thd Output Total (%) Pangsa Thd Output Sektor (%) Permintaan Antara Permintaan (%) Permintaan Akhir Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Penawaran (%) Output Domestik Impor Perikanan (2.49) Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008 Sumber : Tabel Input-Output (I-O) Updating 2008 Tabel 6. Alokasi Input dan Output Subsektor Perikanan Input Utama % Komoditas Alokasi Output % Perikanan Industri pengolahan dan pengawetan makanan Pengilangan minyak bumi Perikanan Industri makanan lainnya Perikanan Restoran dan hotel Perdagangan 9.40 Jasa sosial kemasyarakatan 3.03 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 2.51 H. Hambatan dan Pengendalian Beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh subsektor perikanan antara lain : a. Degradasi sumber daya ikan di perairan Indonesia baik di laut maupun perairan umum, terutama yang berada di perairan umum daratan dan perairan pantai. Penyebab terjadinya hal tersebut termasuk oleh aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran, overfishing, destructive fishing (penangkapan ikan yang merusak lingkungan seperti bahan peledak, racun, listrik dan obat bius, penggunaan alat penangkap ikan yang tidak sesuai dengan izin dan yang tidak berizin, maupun oleh pihak asing yang melakukan praktik-praktik illegal di Indonesia). b. Produktivitas para nelayan Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan armada perikanan yang secara nasional masih didominasi oleh kapal berukuran kecil, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal ikan berukuran 0,5 sampai 3 Gross Tonnage (GT). c. Sarana dan prasarana yang masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya. Sarana dan prasarana Balai Benih Ikan (BBI), pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang jumlahnya hanya mencapai hampir 600 BBI dan lebih dari 750 unit PPI/TPI di seluruh kabupaten/kota belum diikuti dengan penyiapan dan pemenuhan SDM yang handal. Kondisi sarana dan prasarana pendukung produksi dan pemasaran yang berada di lokasi-lokasi sentra usaha kelautan dan perikanan kurang dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, terbatasnya 13

14 pelabuhan perikanan di daerah menjadi faktor penghambat dalam upaya meningkatkan produksi perikanan yang tinggi. d. Pengetatan persyaratan mutu produk ekspor hasil perikanan dari Indonesia ke negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Serikat yang selama ini merupakan negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia. e. Terbatasnya sarana dan prasarana pengujian di beberapa Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) dan beberapa diantaranya belum terakreditasi, kurangnya pemahaman pengawas mutu dan stakeholder terkait terhadap ketentuan kebijakan internasional, serta terbatasnya jumlah dan kompetensi inspektur. f. Proses penerbitan health certificate membutuhkan waktu lama, terbatasnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Usaha Penangkapan Ikan (UPI) skala kecil dan terbatasnya surveilensi penerapan pengendalian mutu di UPI dan verifikasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety), serta masih ditengarai adanya penyimpangan pelaksanaan pembuatan sertifikasi ekspor. Kondisi ini menyebabkan beberapa kasus penolakan produk perikanan oleh negara-negara tujuan ekspor. Untuk mengatasi beberapa permasalah tersebut, upaya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dilakukan, antara lain: melakukan penanggulangan illegal fishing & penyelamatan kekayaannegara, penanganan tindak pidana perikanan, pengelolaan benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam, pengembangan kawasan konservasi perairan, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan dan perikanan. 14

15 BOKS: UsahaPerikananTangkap 4 Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar.panjang pantai Indonesia mencapai km (World Resources Institute,1998) dengan luas wilayah laut 5,4 jutakm 2, mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km 2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Usaha penangkapan ikan memiliki pangsa yang lebih tinggi dibandingkan usaha budidaya ikan dalam produksi nasional meskipun pada perkembangannya (tahun 2010) pangsa produksi nasional produksi ikan tangkap sedikit lebih rendah dibandingkan ikan budidaya. Berdasarkan data statistik perikanan menunjukkan bahwa pada tahun 2009 dari total produksi perikanan nasional sebesar juta ton, dimana sekitar 52% atau 5,10 juta ton merupakan kontribusi kegiatan penangkapan ikan. Untuk tahun 2010 tercatat produksi penangkapan ikan sebesar 5,38 juta ton atau naik 5,42%. Gambaran Kinerja Usaha Perikanan Tangkap Secara rata-rata produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan tiap tahun kecuali pada tahun Mayoritas volume produksi perikanan tangkap berasal dari perikanan laut dimana memiliki pangsa rata-rata sekitar 93,92%. Pada tahun 2010 produksi penangkapan ikan diperkirakan akan mencapai 5,4 juta ton atau naik 5,42% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis komoditi, produksi perikanan tangkap terbesar merupakan berbagai macam ikan, ikan tongkol, ikan cakalang, dan udang. Grafik 31. Produksi Penangkapan Ikan Grafik 32. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (ton) 6,000,000 (%, ) ,000,000 4,000,000 3,000, ,000,000 1,000, *) *) Volume Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Volume Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Jika dilihat dari nilai produksinya, perikanan laut mendominasi usaha perikanan tangkap dimana pada tahun 2010 nilai produksinya mencapai Rp56,3 triliun, sedangkan perikanan umum mencapai Rp4,9 triliun. Nilai produksi perikanan tangkap tahun 2010 tumbuh 13,56% dibanding periode sebelumnya. 4 Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan berbagai sumber lainnya 15

16 Grafik 33. Nilai Produksi Penangkapan Ikan Grafik 34. Pertumbuhan Produksi Penangkapan Ikan (Milyar Rupiah) 70,000 (%, ) 20 60,000 50,000 40, , ,000 10, *) Nilai Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Nilai Produksi Perikanan Laut Perairan Umum Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Potensi pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perairan Indonesia diperkirakan mencapai 6,5 juta ton/tahun. Perairan dengan potensi ikan terbesar adalah Laut Cina Selatan (1,059 juta ton/th) diikuti oleh Samudera Hindia (1,056 juta ton/th) dan Selat Makassar Laut Flores (929,7 ribu ton/th). Sementara jika dilihat dari kelompok ikan, potensi sumberdaya ikan terbesar adalah ikan pelagis kecil (3,64 juta ton/th) diikuti oleh ikan demersal (1,4 juta ton/th) dan ikan pelagis besar (1,1 juta ton/th). Kelompok Sumberdaya Ikan Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Tabel 7. Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI Kondisi aktual armada penangkapan ikan laut saat ini, sebesar 98,92% masih didominasi oleh usaha penangkapan ikan skala kecil dengan kapal berukuran <30 GT. Kemampuan operasional kapal yang terbatas mengakibatkan terbatasnya jangkauan potensi sumberdaya ikan hanya pada kawasan territorial, belum mencapai ZEEI dan laut lepas. Hal tersebut mengakibatkan inefisiensi dan kurang optimalnya hasil tangkapan ikan. Selat Malaka Samudera Hindia Laut Cina Selatan Laut Jawa Potensi (000 ton/th) Selat Makasar - Laut Banda Laut Flores Teluk Tomini - laut Seram Laut Sulawesi S. Pasifik L. Arafura - L. timor WPP-571 WPP-572 WPP-573 WPP-711 WPP-712 WPP-713 WPP-714 WPP-715 WPP-716 WPP-717 WPP-718 Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal udang Penaeid Ikan Karang Konsumsi Lobster Cumi-cumi Total Total 16

17 Tabel 8. Jumlah Kapal Perikanan di Indonesia Berdasarkan Ukuran Sumber : Buku Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2010 Dalam rangka meningkatkan akses permodalan bagi usaha penangkapan ikan, Kementrian Kelautan telah mengupayakan penyediaan agunan tambahan untuk membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya, antara lain melalui : a. Sertifikat tanah nelayan, yang bertujuan untuk memberikan kepastian hokum atas asset nelayan; memberikan jaminan pada nelayan untuk meningkatkan pemukiman yang layak; meningkatkan kepastian usaha nelayan melalui kepemilikan aset yang dapat digunakan sebagai agunan; meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan untuk menyalurkan kredit. b. Penyediaan Buku Kapal Perikanan (BKP) dan asuransi kapal perikanan. Untuk menguatkan basis data dan meningkatkan legalitas kepemilikan kapan perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.27/MEN/2009 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan telah mengembangkan penerbitan Buku Kapal Perikanan (BKP) sebagai tanda bukti kepemilikan kapal. Sementara itu, upaya untuk mengasuransikan kapal perikanan perlu dilakukan karena akan dapat digunakan sebagai agunan. Dalam rangka menyediakan informasi mengenai pola usaha penangkapan ikan, kelembagaan usaha, kebutuhan pembiayaan, analisis kelayakan usaha untuk mendukung akses permodalan bagi perbankan dan lembaga keuangan lain maka telah disusun Buku Panduan Potensi Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan kerjasama antara Bank Indonesia dan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Buku ini bertujuan untuk memperluas informasi untuk membangun image yang lebih baik tentang dunia usaha penangkapan ikan dan memperkuat kelembagaan serta pengelolaan usaha penangkapan ikan khususnya skala kecil agar menjadi usaha yang bankable. Kategori dan Ukuran Kapan/Perahu Total 590, , , ,352 Perahu tanpa motor 249, , , ,798 Perahu motor tempel 185, , , ,632 Kapal motor 154, , , ,922 Ukuran kapal Bank Indonesia bersama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dalam mendorong fungsi intermediasi perbankan untuk sektor kelautan dan perikanan. Terkait dengan sektor perikanan tangkap, Bank Indonesia telah mengatur bahwa kapal laut dapat dijadikan sebagai agunan bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dan PBI No.9/9/PBI/2007 tentang Perubahan atas PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) ditetapkan antara lain adalah pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik, dan wajib (a) Dilengkapi dengan dokumen hukum yang syah; (b) Diikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (c) Dilindungi asuransi yang memenuhi ketentuan yang berlaku Selanjutnya, untuk menfasilitasi nelayan dalam memenuhi PBI di atas, Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menfasilitasi penerbitan Sehat (Sertifikasi Hak Atas Tanah) nelayan dan BKP (Buku Kapal Perikanan) sehingga Tahun < 5 GT 106, , , , GT 29,899 30,617 29,936 32, GT 8,190 8,194 7,728 8, GT 5,037 5,345 5,200 7, GT , GT 1,926 1,832 1,665 2, GT 1,381 1,322 1,230 1,317 > 200 GT diharapkan akan menjadi asset yang dapat dijaminkan dalam pengajuan kredit bagi nelayan. 17

18 18

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim dengan luas wilayah laut

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGANTAR ILMU PERIKANAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Bumi Yang Biru begitu Kecilnya dibandingkan Matahari Bumi, Planet Biru di antara Planet lain The Blue Planet 72 % Ocean and 28 % Land Laut Dalam Al Qur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015 No. 02/08/Th. VI, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juni 2015 tercatat US$ 29,64 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015. BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 No. 03/01/Th. VIII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan November 2016 tercatat US$ 12,00 juta atau mengalami penurunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh di kawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah pesisir Indonesia. Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER No.68/11/32/Th.XVII, 16 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$2,23 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 70/11/Th. XIII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,17 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 No. 08/02/Th. VIII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2016 tercatat US$ 45,36 juta atau mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 No. 02/11/Th. VI, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 0,84 juta atau mengalami penurunan sebesar 92,68

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 No. 76/XI/71/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 6,01 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2016 yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU APRIL 2017 No. 03/06/81/Th.VIII, 2 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MALUKU APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MALUKU PADA APRIL MENCAPAI US$ 17,61 JUTA Nilai ekspor Maluku bulan adalah sebesar US$ 17,61 juta atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci