INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH"

Transkripsi

1 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Juli 2010, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator produksi kendaraan niaga (109,18%) diikuti oleh produksi kendaraan non niaga (64,10%) dan ekspor besi & baja (57,52%). Sebaliknya, indikator migas mengalami kontraksi, produksi kondensat (-1,50%) dan produksi minyak mentah (-0,18%). Selama Juli 2009 s.d Juli 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131,40% yang terjadi pada Januari Sementara itu, ekspor besi & baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 2009 (Grafik. 1). Bulanan Secara bulanan, pertumbuhan indikator aktivitas ekonomi tertinggi terjadi pada ekspor besi & baja (63,57%) sedangkan terendah terjadi pada penjualan minyak diesel (-25,98%). Selama periode Juli 2009 s.d Juli 2010, pertumbuhan tertinggi dan terendah samasama terjadi pada indikator ekspor besi & baja dimana kenaikan tertinggi sebesar 63,57% pada Juli 2010, dan terendah sebesar -44,30% pada April 2010 (Grafik. 2). Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Pertumbuhan bulanan tertinggi terjadi pada ekspor besi & baja, sedangkan penjualan minyak diesel mengalami kontraksi terbesar. Secara kumulatif dalam periode Januari-Juli 2010, hampir seluruh indikator ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami peningkatan kecuali ekspor besi & baja yang masih mengalami kontraksi Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Juli 2010 Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Juli 2010 Secara kumulatif dalam periode Januari-Juli 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya kecuali ekspor besi & baja yang masih mengalami penurunan sebesar -3,79%. Indikator yang tumbuh diatas 50% berasal dari industri otomotif yaitu: produksi kendaraan niaga (92,69%) dan produksi kendaraan non niaga (58,09%) (Tabel 1). (% ) Produksi Minyak Mentah (% ) Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Juli Juli 2010 Tertinggi Juli 2010 Juli Juli 2010 Terendah Penjualan Listrik Total Juli Juli 2010 Tertinggi Juli 2010 Juli Juli 2010 Terendah Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Kunj. Wisman Hotel Occupancy Jkt Tingkat Hunian Hotel - Jkt Hotel Occupancy Bali Tingkat Hunian Hotel - Bali Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai Sektor Pengangkutan & Transportasi khususnya Subsektor Pengangkutan Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

2 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Migas Indikator Satuan Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Juli 2010 y-o-y ytd* - Produksi Minyak Mentah ribu barel 25,498 25,290 24,534 25,644 24,882 25,944 25,390 23,399 26,005 25,339 26,272 25,186 25,451 n/a Produksi Kondensat ribu barel 3,847 3,776 3,846 3,697 3,587 3,740 3,878 3,402 3,795 3,633 3,806 3,625 3,790 n/a Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga unit 28,623 32,250 26,254 35,630 32,722 46,053 36,693 34,428 40,371 41,598 37,813 45,528 46,969 n/a Produksi Kendaraan Niaga unit 9,941 9,403 7,130 11,592 9,869 10,295 12,877 14,081 16,851 17,575 17,570 19,770 20,795 n/a Produksi Sepeda Motor unit 547, , , , , , , , , , , , , Ekspor Besi dan Baja ton 82, , , , , , , , ,053 83, ,624 79, , , Konsumsi Semen ton 3,512,245 3,565,168 2,545,349 3,793,505 3,542,132 3,825,165 3,362,322 2,989,762 3,386,321 n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a - Ekspor Kayu Lapis ton 139, , , , , , , , , , , , , Ekspor Kayu Gergajian ton 31,678 32,905 25,653 37,473 32,891 36,203 33,068 31,777 36,847 39,323 36,821 36,393 40, Penjualan Minyak Diesel kiloliter 11,126 12,750 10,776 12,525 12,244 10,678 10,524 14,571 11,857 13,944 11,378 15,737 11,648 n/a Penjualan Listrik ke Sektor Industri ribu KWH 4,015,933 4,083,537 4,157,200 3,388,036 4,204,706 4,047,214 4,144,546 4,262,799 3,896,798 4,424,119 4,302,270 4,356,099 4,302,342 n/a Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan ribu KWH 1,958,602 1,955,457 1,977,683 1,877,291 2,003,566 1,980,942 2,061,203 2,001,441 1,937,729 2,085,629 2,183,609 2,146,246 2,116,648 n/a Penjualan Listrik Total ribu KWH 11,490,339 11,496,453 11,642,951 10,821,866 11,865,882 11,710,115 11,986,552 11,685,755 11,200,232 12,305,835 12,427,240 12,529,922 12,335,889 n/a Kunjungan Wisman orang 515, , , , , , , , , , , , , Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen Ekspor Non Migas Utama Pertumbuhan (%) - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton Batubara ribu ton 22,935 20, ,459 20,668 27,072 24,318 23,676 26,185 23,231 21,070 24,605 23,105 23, Biji Tembaga ribu ton Peralatan Listrik ribu ton Makanan Olahan ribu ton Karet Olahan ribu ton Bahan Kertas dan Kertas ribu ton Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton Minyak Nabati ribu ton Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama ) mulai ditambahkan ke dalam publikasi IAE sejak edisi Mei Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (), tahunan () dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 2

3 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PENGANGKUTAN) Subsektor pengangkutan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pengangkutan & komunikasi dengan pertumbuhan yang relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan (2001 s.d 2009) hanya sebesar 6,01%. Subsektor pengangkutan memiliki share terhadap total PDB lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi. Peranan/share sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB secara rata-rata tahun sebesar 6,10%, yang berasal dari subsektor pengangkutan sebesar 3,73% dan subsektor komunikasi sebesar 2,37%. Meskipun pangsa/share subsektor pengangkutan lebih tinggi dibandingkan subsektor komunikasi, kontribusi subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan kontribusi subsektor komunikasi yaitu hanya sebesar 0,22%. Kredit yang diterima subsektor pengangkutan tercermin dari kredit pada kelompok pengangkutan umum, kelompok biro perjalanan, dan kelompok pergudangan. Rata-rata pangsa kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi relatif kecil. Apabila dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor pengangkutan & komunikasi hanya sebesar 3,55%, dimana sebesar 1,96% merupakan pangsa dari subsektor pengangkutan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Subsektor pengangkutan memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peran subsektor pengangkutan cukup penting dan menjadi indikator kemajuan suatu negara. Subsektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor pengangkutan terdiri atas: jasa angkutan jalan rel; angkutan jalan raya; angkutan laut; angkutan sungai, danau, & penyeberangan; angkutan udara; dan jasa penunjang angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang & barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti : terminal, pelabuhan, pergudangan, dll (BPS, 2005). Subsektor pengangkutan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pengangkutan & komunikasi dengan pertumbuhan relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan selama 9 tahun terakhir (2001 s.d 2009) sebesar 6,01%, atau jauh lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan subsektor komunikasi (22,56%). Memasuki tahun 2010, subsektor pengangkutan pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010 secara tahunan tumbuh masing-masing sebesar 4,78% dan 6,30%. Selama 9 tahun terakhir, subsektor pengangkutan mengalami pertumbuhan terendah pada tahun 2008 dengan pertumbuhan sebesar 2,74%. Efek kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 ditengarai berdampak terhadap rendahnya pertumbuhan subsektor pengangkutan. Secara rinci, kelompok angkutan laut merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2008 yaitu sebesar - 5,05% (Tabel 2). Sementara itu, khusus untuk perlambatan pertumbuhan pada kelompok angkutan udara pada tahun 2008 ditengarai disebabkan berkurangnya supply armada penerbangan sejak tidak beroperasinya perusahaan penerbangan Adam Air pada bulan Maret Sebaliknya, pertumbuhan kelompok angkutan udara yang cukup signifikan pada tahun 2003 (30,67%) dan tahun 2004 (37%) ditengarai sebagai akibat dari murahnya tarif penerbangan. Secara rata-rata 9 tahun terakhir, kelompok angkutan rel merupakan kelompok yang mengalami pertumbuhan negatif. Rata-rata pertumbuhan subsektor pengangkutan tahun sebesar 6,01% (Tabel 2), dimana satu-satunya kelompok pada subsektor tersebut yang mengalami pertumbuhan negatif adalah kelompok angkutan rel (-0,88%). Sebaliknya, kelompok angkutan udara mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan kelompok lain dalam subsektor pengangkutan yaitu sebesar 14,45%. Tingginya pertumbuhan kelompok angkutan udara ditengarai oleh peningkatan permintaan akan jasa angkutan udara. 3

4 Subsektor pengangkutan memiliki share terhadap total PDB lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi. Peranan/share sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB secara ratarata tahun sebesar 6,10%, yang berasal dari subsektor pengangkutan sebesar 3,73% dan subsektor komunikasi sebesar 2,37%. Pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010 share subsektor pengangkutan tercatat masing-masing sebesar 3,13% dan 3,10% (Tabel 2). Sumbangan subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi relatif rendah dibandingkan sumbangan subsektor komunikasi. Meskipun pangsa/share subsektor pengangkutan lebih tinggi dibandingkan subsektor komunikasi, kontribusi subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan kontribusi subsektor komunikasi. Hal ini disebabkan pertumbuhan subsektor pengangkutan yang cukup rendah. Rata-rata sumbangan subsektor pengangkutan selama 9 tahun terakhir sebesar 0,22%, lebih rendah dibandingkan sumbangan subsektor komunikasi (0,58%). Pada triwulan I dan II 2010, sumbangan secara tahunan subsektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi relatif stabil dan tercatat masing-masing sebesar 0,17% dan 0,23% (Tabel 2). Secara rinci, dalam subsektor pengangkutan yang memberikan andil terbesar adalah kelompok angkutan jalan raya dan angkutan udara dimana secara rata-rata memberikan kontribusi masing-masing sebesar 8% dan 7%. Subsektor pengangkutan mendominasi sektor pengangkutan & komunikasi dimana share subsektor pengangkutan mencapai 61,71%. Rata-rata share subsektor pengangkutan terhadap sektor pengangkutan & komunikasi (periode ) sebesar 61,71%, atau lebih tinggi dibandingkan share subsektor komunikasi (38,29%). Pangsa/share subsektor pengangkutan terhadap sektor pengangkutan & komunikasi pada triwulan I-2010 sebesar 50,20% dan triwulan II-2010 sebesar 49,92%. Share subsektor pengangkutan dalam sektor pengangkutan & komunikasi semakin menurun ditengarai oleh semakin berkembangannya subsektor komunikasi. Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) RINCIAN Rata-rata ( ) Q Q a. Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 8,10 8,39 12,19 13,38 12,76 14,23 14,04 16,57 15,53 12,80 11,92 12,91 1) Pengangkutan 6,36 5,36 9,69 8,76 6,25 6,61 2,82 2,74 5,46 6,01 4,78 6,30 2) Komunikasi 12,56 15,73 17,69 22,88 24,58 26,03 28,74 31,04 23,80 22,56 17,03 17,55 b. Distribusi/Share thd PDB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 4,69 5,38 5,91 6,20 6,51 6,93 6,69 6,31 6,28 6,10 6,24 6,22 1) Pengangkutan 3,43 3,63 3,95 3,85 3,97 4,28 3,80 3,46 3,24 3,73 3,13 3,10 2) Komunikasi 1,26 1,75 1,96 2,35 2,54 2,66 2,89 2,85 3,04 2,37 3,11 3,11 c. Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0,38 0,41 0,62 0,73 0,75 0,89 0,95 1,20 1,24 0,79 1,02 1,13 1) Pengangkutan 0,21 0,18 0,34 0,32 0,24 0,25 0,11 0,10 0,196 0,22 0,17 0,23 2) Komunikasi 0,16 0,22 0,28 0,41 0,51 0,64 0,84 1,10 1,04 0,58 0,85 0,90 d. Distribusi/Share thd Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 1) Pengangkutan 73,16 67,49 66,88 62,06 61,00 61,67 56,75 54,85 51,54 61,71 50,20 49,92 2) Komunikasi 26,84 32,51 33,12 37,94 39,00 38,33 43,25 45,15 48,46 38,29 49,80 58 Sumber : BPS diolah 4

5 B. Keterkaitan dengan Sektor Lain Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel input-output (I-O), sektor pengangkutan & komunikasi memiliki indeks daya penyebaran sebesar 1,03 dan indeks derajat kepekaan sebesar 0,88. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat terhadap sektor ekonomi lain dan tidak terlalu tergantung terhadap sektor ekonomi lainnya. Sebagai contoh, perkembangan dalam sektor pengangkutan & komunikasi akan mendorong perkembangan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, & restoran. Dalam tabel I-O tahun 2005 subsektor pengangkutan tercermin dari 5 kelompok yaitu kelompok angkutan kereta api, angkutan darat, angkutan air, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. Diantara kelima kelompok tersebut hanya kelompok angkutan darat yang memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih dari 1 yaitu sebesar 1,33. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok angkutan darat merupakan subsektor yang tergantung subsektor lainnya dimana kenaikan 1 unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi akan menyebabkan output kelompok angkutan darat meningkat sebesar 1,33 unit. Sementara itu, hampir semua kelompok dalam subsektor pengangkutan memiliki indeks daya penyebaran lebih dari 1 kecuali kelompok jasa penunjang angkutan. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir semua kelompok dalam sektor pengangkutan sangat berpengaruh terhadap output sektor komoditas ekonomi kecuali kelompok jasa penunjang angkutan dimana setiap kenaikan kelompok tersebut sebesar 1 unit hanya akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya sebesar 0,98 unit. Secara berturut-turut indeks daya penyebaran beberapa kelompok pada subsektor pengangkutan adalah angkutan kereta api (1,27), angkutan darat (1,11), angkutan air (1,04), angkutan udara(1,03), dan jasa penunjang angkutan (0,98). C. Hubungan Dengan Inflasi Kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan bagian dari sektor pengangkutan & komunikasi yang memberikan sumbangan terhadap rata-rata inflasi tahunan sebesar 0,39% (rata-rata tahun 2003 s.d 2009), atau dibawah sumbangan kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,04%), kelompok bahan makanan (0,88%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (0,85%). Jika dilihat secara subkelompok, subkelompok transport memberikan sumbangan terhadap inflasi rata-rata sebesar 1,12% (tahun ). Secara umum, inflasi subkelompok transport cukup tinggi, rata- rata sebesar 12,06% () dengan pola yang cukup fluktuatif. Pada tahun 2005 dan tahun 2008, subkelompok tersebut mengalami inflasi yang cukup signifikan yaitu sebesar 67,78% () dan 13,61% () terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga BBM yang cukup signifikan. 5

6 Grafik 3. Inflasi dan Share Kelompok Transport, Komunikasi, & Jasa Keuangan Inflasi (%, ) 70 Sumbangan Inf. (%, ) Inflasi Kel. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumb. Inf. Subkel. Komunikasi & Pengiriman Sumb. Inf. Subkel. Jasa Keuangan Sumb. Inf. Subkel. Transpor Sumb. Inf. Subkel. Sarana & Penunjang Transpor Sumber : BPS diolah D. Perkembangan Transaksi Ekspor Impor Transaksi ekspor dan impor sektor pengangkutan & komunikasi tercatat pada data jasa-jasa (services) pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang terdiri dari transportation; travel; communication services; construction services; insurance services; financial services; computer & Information services; royalties & license fees; other business services; personal, cultural, & recreational services; government services, n.i.e. Kelompok jasa-jasa di NPI selama tahun mengalami defisit rata-rata sebesar USD2,8 miliar dan mengalami trend defisit yang semakin dalam. Pada triwulan II-2010 defisit tercatat sebesar USD3,7 miliar, atau lebih besar dibandingkan defisit periode sebelumnya (USD3,6 miliar). Peningkatan defisit neraca jasa pada periode tersebut disebabkan oleh semakin besarnya pengeluaran jasa transportasi barang impor sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi domestik 1. Secara rinci, kelompok jasa transportasi merupakan kelompok dengan rata-rata net outflow terbesar dibandingkan kelompok jasa lainnya yaitu mencapai USD1,7 miliar (rata-rata ). Pada triwulan II-2010 net outflow kelompok jasa transportasi sebesar USD3,3 miliar, atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (USD2,9 miliar). Peningkatan defisit tersebut terutama berasal dari jasa angkut barang (freight) yang bertambah USD2,0 miliar menjadi USD2,2 miliar sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik. Masih berjalannya sejumlah kontrak perusahaan yang meggunakan armada kapal asing untuk mengangkut komoditas di perairan dalam negeri mengakibatkan pelaksanaan asas cabotage 2 kemungkinan baru diterapkan secara menyeluruh di tahun Kondisi ini akan berpengaruh terhadap masih cukup besarnya pengeluaran devisa untuk jasa angkutan barang (freight) dalam dua tahun ke depan 1. 1 Sumber : Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Kewajiban pengangkutan komoditas domestik dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia 6

7 Grafik 4. Perkembangan Jasa Transportasi * 2009** 2010 ** I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (6000) (5000) (4000) (3000) (2000) (1000) Sumber : Bank Indonesia diolah Outflow Inflow Net E. Pembiayaan Kredit pada sektor pengangkutan & komunikasi masih relatif rendah. Kredit yang diterima subsektor pengangkutan tercermin dari kredit pada kelompok pengangkutan umum, kelompok biro perjalanan, dan kelompok pergudangan. Rata-rata penyaluran kredit ke sektor pengangkutan & komunikasi selama tahun 2000 s.d sebesar Rp miliar, sedangkan rata-rata kredit yang diterima kelompok pengangkutan adalah sebesar Rp miliar. Secara umum, kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi masih relatif rendah dibandingkan kredit yang disalurkan pada sektor ekonomi lain. Terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor pengangkutan & komunikasi hanya sebesar 3,55%, dimana sebesar 1,96% merupakan pangsa dari subsektor pengangkutan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. Jika dilihat secara subsektor, kelompok pengangkutan cukup mendominasi kredit yang diterima sektor pengangkutan & komunikasi dengan rata -rata pangsa mencapai 57,26%. Share tersebut lebih tinggi dibandingkan share kelompok komunikasi (42,74%) (Grafik 4 dan 5). Pertumbuhan kredit kelompok pengangkutan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit kelompok komunikasi. Rata-rata pertumbuhan kredit pada kelompok pengangkutan selama 9 tahun terakhir (periode ) sebesar 23,50%, atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit kelompok komunikasi sebesar 45,37%. 7

8 Grafik 5. Pembiayaan Kredit Kelompok Pengangkutan Grafik 6. Rata-rata Share Kredit Kelompok Pengangkutan (%) miliar Rp (%) Kelompok Komunikasi, Sumber: LBU, Bank Indonesia Total Kredit Sektor Pengangkutan & Komunikasi 7,193 7,077 12,519 16,119 17,578 19,636 26,306 36,551 62,139 73,002 Kelompok Pengangkutan 5,230 4,620 7,176 9,214 10,310 12,697 15,699 18,478 26,910 31,599 Growth Kredit Kelompok Pengangkutan Kelompok Pengangkut an, Sumber: LBU, Bank Indonesia F. Permasalahan 3 Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Beberapa permasalahan terkait transportasi jalan, a.l : a. Rendahnya kondisi pelayanan prasarana jalan akibat kerusakan jalan, belum terpadunya prasarana jalan dengan sistem transportasi jalan, pelayanan distribusi angkutan jalan, antar kota, perkotaan & pedesaan. b. Masih tingginya kerusakan jalan akibat pelanggaran muatan lebih di jalan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. c. Masih terbatasnya jumlah prasarana dan sarana penyebrangan dibandingkan kebutuhan berdasarkan kondisi geografis dan jumlah pulau di Indonesia (± pulau). Kendala utama transportasi perkeretaapian antara lain: terbatasnya jumlah armada, kondisi sarana & prasarana yang tidak handal karena perawatan peran dan share angkutan perkeretaapian yang masih rendah, serta masih minimnya peran swasta maupun Pemda dalam pembangunan. Permasalahan pada transportasi laut antara lain: terjadinya kongesti pada beberapa pelabuhan utama akibat terbatasnya kapasitas, kurangnya aksesibilitas pada daerah tertinggal & terpencil terutama pada Kawasan Timur Indonesia serta pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran untuk memenuhi kecukupan dan keandalan yang dipersyaratkan secara nasional maupun internasional. Disisi lain, hambatan pada transportasi udara antara lain: masalah keselamatan, keamanan transportasi serta masalah aksesibilitas pelayanan terutama pada pelayanan jasa transportasi di wilayah terpencil dan perbatasan yang belum seluruhnya dapat dijangkau secara memadai. Selain itu masalah daya beli masyarakat yang masih rendah dibandingkan biaya operasional, investasi sarana prasarana transportasi masih memerlukan subsidi operasi, dan dukungan investasi pemerintah dalam upaya menyelenggarakan pelayanan transportasi yang murah dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. 3 Kementrian Perdagangan RI,

9 BOKS: ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMENTRIAN PERHUBUNGAN TAHUN Dalam Rencana Strategis Kementrian Perhubungan Tahun tercantum arah kebijakan pembangunan Kementrian Perhubungan Tahun dimana Visi Kementrian Perhubungan adalah Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing, dan memberikan nilai tambah. Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah NKRI. Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkat (affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan, dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif. Sementara itu, pelayanan transportasi yang memberikan nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran serta masyarakat, usaha kecil, menegah, dan koperasi, mengendalikan laju inflasi melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh pelosok tanah air sehingga mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja terutama pada sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran pelayanan transportasi. Rincian dari visi tersebut tertuang kedalam misi Kementrian Perhubungan, yaitu: 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi; 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi; 4. Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, SDM, dan penegakan hukum secara konsisten; 5. Mewujudkan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Secara umum tujuan dari Rencana Strategis Pembangunan Transportasi Nasional adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif fan efisien yang didukung SDM transportasi yang berkompeten guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman, damai serta adil & demokratis. Transportasi yang efektif berkaitan dengan ketersediaan aksesibilitas, optimalisasi kapasitas, maksimalisasi kualitas serta keterjangkauan dalam pelayanan. Sementara itu, transportasi yang efisien berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM transportasi yang berdampak kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban masyarakat. Secara rinci, sasaran pembangunan transportasi nasional Tahun adalah : 1. Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal; 2. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi; 4 Sumber : Rencana Strategis Kementrian Perhubungan Tahun

10 4. Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan & reformasi regulasi; 5. Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim. Untuk mewujudkan visi, misi, mencapai tujuan dan sasaran pembangunan transportasi nasional maka dibuatlah Strategi Pokok Pembangunan Perhubungan, yaitu : A. Strategi dan Penataan Penyelenggaraan Perhubungan Diarahkan untuk penataan penyelenggaraan perhubungan dan dilanjutkan dengan penataan Sistem Transportasi Nasional sejalan dengan perubahan lingkungan strategis baik pada skala lokal, regional maupun global. Penataan penyelenggaraan perhubungan dilakukan melalui kegiatan pengembangan sarana prasarana perhubungan diikuti dengan pelaksanaan reformasi dan restrukturisasi kelembagaan dan peraturan di bidang perhubungan, peningkatan profesionalisme SDM Perhubungan dengan melibatkan peran swasta dalam pengoperasian dan pembangunan infrastruktur perhubungan, serta mereposisi peran pemerintah dari operator & pemilik menjadi regulator & fasilitator. B. Strategi Pembangunan Perhubungan Diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan termasuk keselamatan dan keamanan dalam kerangka penyediaan aksesibilitas jasa perhubungan kepada masyarakat baik domestik maupun mancanegara. Lebih lanjut, Arah Kebijakan Pembangunan Transportasi Nasional , antara lain: I. Transportasi Darat Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan muatan lebih secara komprehensif dan melibatkan instansi terkait; Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secara komprehensif dan terpadu dari berbagai aspek; Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu; Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat diantaranya melalui penyediaan pelayanan angkutan perintis pada daerah terpencil. II. Transportasi Sungai, Danau dan Penyebrangan Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana serta pengelolaan angkutan ASDP; Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan dilintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau dan antar pulau dengan pelayanan point to point sejalan dengan sistem transportasi nasional dan lokal. III. Transportasi Perkeretaapian Meningkatkan keselamatan angkutan perkeretaapian melalui perawatan/pemulihan kondisi pelayanan prasarana dan sarana angkutan perkeretaapian termasuk dengan pengujian dan sertifikasi kelaikan prasarana dan sarana serta pelaksanaan penegakan hukum; Reaktivasi lintas-lintas potensial yang sudah tidak dioperasikan; Meningkatkan kapasitas lintas dan juga kapasitas angkut serta kualitas pelayanan yang perlu dikembangkan di wilayah Jawa, Sumatera, dan pengembangan jalur KA baru di pulau Kalimantan dan Sulawesi; Meningkatkan frekuensi dan menyediakan pelayanan angkutan KA yang terjangkau dan ramah lingkungan terutama dalam pengembangan KA perkotaan; Melaksanakan audit kinerja prasarana dan sarana perkeretaapian; Pengembangan teknologi perkeretaapian nasional diantaranya dengan pengoptimalan peran industri lokal/dalam negeri di bidang perkeretaapian; 10

11 Melaksanakan perencanaan, pendanaan dan evaluasi kinerja perkeretaapian secara terpadu, dan berkelanjutan didukung peningkatan dan pengembangan sistem data dan informasi yang lebih akurat berbasis Information Technology. IV. Transportasi Laut Membangun prasarana yang berdampak langsung bagi masyarakat, antara lain: Membangun kapal-kapal perintis yang sesuai bagi daerah yang membutuhkan; Membangun/meningkatkan terminal penumpang; Membangun terminal penumpang kapal wisata; Membangun pelabuhan-pelabuhan kecil/perintis bagi daerah-daerah yang membutuhkan; Menyiapkan standar rancangan kapal perintis yang sesuai dengan kondisi pengoperasian di Indonesia; Menyiapkan perencanaan jenis, ukuran, dan jumlah kebutuhan kapal perintis sesuai cakupan wilayah. V. Transportasi Udara Memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan; Memperhatikan aspek pemerataan pelayanan diseluruh wilayah, dengan menerapkan prinsip subsidi silang (keseimbangan rute) yaitu perusahaan penerbangan selain menerbangi rute sangat padat dan padat juga menerbangi rute kurang padat dan tidak padat; Menerapkan multi airlines system yaitu satu rute penerbangan dilayani lebih dari satu perusahaan untuk menciptakan iklim usaha yang berkompetisi secara sehat dan kondusif; Memperhatikan keterpaduan antar rute penerbangan dalam negeri atau rute pene rbangan dalam negeri dengan rute penerbangan luar negeri; Meningkatkan iklim investasi di bidang penyelenggaraan angkutan udara dan usaha penunjang penerbangan dengan mendorong peran swasta dan pemodal asing; Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengusahaan perusahaan penerbangan dan perusahaan penunjang penerbangan; Mengarahkan tarif angkuran udara pada mekanisme pasar; Jika dilihat dari perkembangan subsketor transportasi berdasarkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun dan pertumbuhan sektor transportasi & komunikasi, maka target pertumbuhan ekonomi tahun rata-rata 6,3% per tahun. Untuk mencapai target tersebut maka sektor transportasi harus tumbuh rata-rata 9,48% per tahun. 11

12 Tabel 3. Target Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Transportasi Tahun (Triliun Rupiah) Uraian Rata-rata PDB Transportasi* Pertumbuhan PDB Transportasi (%) 8.25% 9.00% 9.60% 10.05% 10.50% 9.48% Pertumbuhan PDB Nasional (%) 5.50% 6.00% 6.40% 6.70% 7.00% 6.30% ICOR Pembiayaan transportasi Belanja pemerintah (APBN) a. Belanja pegawai b. Belanja barang c. Belanja modal (investasi) Investasi BUMN Transportasi Investasi swasta transportasi Share pembiayaan (%) : APBN BUMN SWASTA Sumber : Diolah dari data BPS dan Bappenas 2009, *Harga Konstan tahun 2000 (Renstra Kemenhub) Pada tabel diatas terlihat bahwa dengan skenario tingkat pertumbuhan sektor transportasi yang sustainable dari 8,25% pada tahun 2010 menjadi sebesar 10,50% pada tahun 2014, maka angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) memiliki kecenderungan tetap, yaitu dari tahun sebesar 3,3. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat investasi memiliki kecenderungan semakin produktif dan efisien, yaitu dengan input yang sama akan dihasilkan output yang lebih besar, atau dengan tingkat output yang sama dihasilkan oleh input yang lebih kecil. Dari sisi pendanaan, sesuai dengan RPJMN maka untuk tahun sektor transportasi mendapatkan alokasi pendanaan APBN sebesar Rp117,7638 triliun dengan perincian sbb: Tabel 4. Alokasi Pendanaan Sektor Transportasi Tahun No Kementrian/Sektor (Rp. Triliun) 1 Transportasi darat Perkeretaapian Transportasi laut Transportasi udara Badan penelitian dan pengembangan Badan pendidikan dan pelatihan Sekretariat Jendral (+KNKT) Inspektorat Jendral Total kementrian perhubungan

13 GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH 24,0 Grafik 7. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 16,0 2 Grafik 8. Produksi Kondensat (% ) (% ) 15,0 2 12,0 15,0 1 16,0 12,0 8,0 4,0 8,0 4,0 1 5,0-5,0 5,0-5,0-4,0-4,0-8, ,0-1 -8, , ,0 Grafik 9. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 10. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 11. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) (% ) Grafik 12. Ekspor Besi dan Baja (% )

14 Grafik 13. Konsumsi Semen (% ) (% ) *5* 6* 7* * data bulan April s.d Juni 2010 belum tersedia Grafik 15. Ekspor Kayu Gergajian (% ) , ,0 Grafik 14. Ekspor Kayu Lapis Grafik 16. Penjualan Minyak Diesel (% ) 10 75, ,0 (% ) (% ) 75, , , (% ) 10 75, ,0-10 (% ) 10 75, (% ) 2 15,0 1 5,0-5, ,0-2 Grafik 17. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) 2 15,0 1 5,0-5, ,0-2 (% ) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0 Grafik 18. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% m-t-m ) 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0-6,0 14

15 (% ) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0 Grafik 19. Penjualan Listrik Total (% ) 15,0 1 5,0-5, Grafik 20. Kunjungan Wisman (% ) (% ) Grafik 21. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) Grafik 22. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% ) , ,0-5, ,

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 03/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 28/05/35/Th. VIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2010 sebesar 5,82 persen Perekonomian Jawa Timur pada

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika A. Permasalahan Adapun Permasalahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 58/08/35/Th. XII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi Jawa Timur Triwulan II - 2014 (y-on-y)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004 PARIWISATA No. 38 / VII / 1 Juli 2004 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada bulan mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.10/06/62/Th.VI,1Juni 2012 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN RATA-RATA LAMA INAP TAMU Tingkat Penghunian Kamar (TPK)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Departemen Perhubungan telah ada sejak periode awal kemerdekaan Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet-Kabinet Republik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT JUNI 2017 ... BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 43/08/61/Th. XX 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT JUNI A. PERKEMBANGAN PARIWISATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA JUNI MENCAPAI

Lebih terperinci