INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH"

Transkripsi

1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Hotel Occupancy Jkt Hotel Occupancy Bali Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Tingkat Hunian Hotel - Jkt Tingkat Hunian Hotel - Bali INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH November 21 Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih tumbuh positif, kecuali konsumsi semen, ekspor kayu lapis, produksi minyak mentah dan produksi kondensat. Secara bulanan, sebagian besar indikator pada November 21 mengalami penurunan terutama pada ekspor kayu lapis. Secara kumulatif dalam periode Januari-November 21, produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh paling tinggi. Dengan proporsi konsumsi rumah tangga Indonesia terhadap bahan makanan sebesar 23,12% dari total pengeluaran dan tingginya inflasi bahan makanan, maka kenaikan harga bahan makanan akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada November 21 sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang positif kecuali konsumsi semen dan ekspor kayu lapis. Peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga sebesar 72,53% (). Sementara itu, indikator aktivitas ekonomi migas yaitu produksi minyak mentah dan produksi kondensat mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -2,72% dan -3,57%. Selama November 29 November 21, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis (131,4%) yang terjadi pada Januari 21. Sebaliknya, produksi kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar (-34,25%) pada Oktober 29 (Grafik. 1). Bulanan Sebagian besar indikator pada November 21 mengalami penurunan secara bulanan. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kayu lapis sebesar -2,29% (). Sebaliknya, indikator penjualan listrik (penjualan ke industri, bisnis & total) dan indikator penjualan kendaraan niaga tumbuh positif. Selama periode November 29 November 21, pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan Oktober 21 (94,13%) dan pertumbuhan terendah pada bulan April 21 (-44,3%) (Grafik. 2). (% ) (% ) Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d November 21 November 29 - November 21 Tertinggi November 21 November 29 - November 21 Terendah Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d November 21 November 29 - November 21 Tertinggi November 21 November 29 - November 21 Terendah Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor tanaman bahan makanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

2 Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-November 21, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh tertinggi diantara indikator lainnya yaitu masing-masing sebesar 86,12% dan 84,62%. Tingginya produksi dan penjualan kendaraan niaga selama Januari-November 21 merupakan indikasi mulai meningkatnya investasi khususnya untuk pemenuhan kebutuhan alat angkut. Disisi lain, produksi minyak mentah mengalami tumbuh negatif sepanjang Januari-November 21 yaitu sebesar -,18% (Tabel 1). Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des November 21 ytd* Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,72,5 -,18 - Produksi Kondensat ribu barel ,57-4,9,7 Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga unit n/a 43,59-1,7 47,38 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit n/a 34,22-1,67 52,22 - Produksi Kendaraan Niaga unit n/a 69,1-1,22 86,12 - Penjualan Kendaraan Niaga unit n/a 72,53 4,69 84,62 - Produksi Sepeda Motor unit ,99-4,3 28,77 - Penjualan Sepeda Motor unit ,91-5,98 29,15 - Ekspor Besi dan Baja ton ,96-3,98 4,3 - Konsumsi Semen ribu ton ,29-7,83 6,78 - Ekspor Kayu Lapis ton ,26-2,29 24,13 - Ekspor Kayu Gergajian ton ,64-3,68 26,18 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,38 19,15 17,48 - Penjualan Listrik ke Sektor Industri juta KWH ,8 28,63 11,87 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,43 11,97 13,25 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,5 13,43 11,13 - Kunjungan Wisman orang ,66-2,78 31,35 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,83-5,66 3,5 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,42-7,81 2,4 Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton ,43 -,93 1,81 - Batubara ribu ton ,55 8,58 26,58 - Biji Tembaga ribu ton ,2 16,56 2,12 - Peralatan Listrik ribu ton ,64-7,88 19,8 - Makanan Olahan ribu ton ,91 4,97 2,35 - Karet Olahan ribu ton ,25-6,91 19,28 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,99-1,81 7, - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,54-8,6 13,62 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,68 15,2 15,12 - Minyak Nabati ribu ton ,24 -,21,81 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 21 dengan data series kebelakang. - Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 21 dengan data series kebelakang. Data ekspor 1 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi IAE sejak edisi Mei 29. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari- Desember 28. Sampai dengan periode laporan, indikator Ekspor Non Migas belum masuk dalam analisis indikator aktivitas ekonomi secara bulanan, tahunan dan kumulatif. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (), tahunan () dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 28. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 2

3 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN) ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR REAL ESTATE) Dalam struktur perekonomian nasional, peran sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan yang sempat menjadi tumpuan sejak tahun 196, telah diambil alih oleh sektor industri pengolahan yang semakin berkembang pesat mulai Meskipun demikian, pangsa sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan dalam pertumbuhan ekonomi nasional masih cukup tinggi. Pada tahun 21, pangsa sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar 15,34%, dimana sebesar 7,53% berasal dari subsektor tanaman bahan pangan. Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi suatu negara. Dengan jumlah penduduk sebanyak 237,5 juta jiwa (21) dan rata-rata pertumbuhan 1,4% pertahun (2-21), mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia di Indonesia. Pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang semakin melambat dalam 2 tahun terakhir menunjukan ketidakseimbangan dengan pertumbuhan konsumsi nasional, dan apabila tidak ada perubahan signifikan pada produksi bahan pangan nasional akan menyebabkan Indonesia sangat tergantung pada impor bahan pangan dari negara lain dimasa mendatang. Pada tahun 21 subsektor tanaman bahan makanan hanya tumbuh sebesar 1,81% dan menyumbang,12% terhadap perekonomian yang tumbuh 6,1%. Pertumbuhan tersebut semakin melemah dalam dua tahun terakhir seiring dengan melambatnya pertumbuhan produksi padi nasional akibat rendahnya kenaikan produktivitas dan terbatasnya penambahan luas lahan produksi. Sementara itu, kenaikan harga bahan makanan pada tahun 21 yang mencapai 15,64% () memberikan kontribusi sebesar 3,34% terhadap inflasi umum (6,96%). Tingginya ketergantungan impor bahan makanan dan trend kenaikan harga pangan dunia diperkirakan akan memperbesar net impor dan meningkatkan tekanan inflasi nasional. Berdasarkan tabel Input Output Indonesia Updating 28, pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan sangat dipengaruhi oleh benih tanaman bahan makanan dan dukungan industri pupuk dan pestisida. Disisi lain, sektor perbankan juga semakin mendukung pembiayaan pada sektor pertanian, hal tersebut tercermin dari kredit sektor pertanian pada tahun 21 yang mencapai Rp 91,9 triliun atau naik18,77% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, Pemerintah dan Bank Indonesia juga terus bekerjasama mendukung peningkatan pembiayaan pada sektor pertanian melalui beberapa program atau kebijakan, seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi (KUR, KKP-E, KPEN-RP, KUPS), pembentukan Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD), pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), dan penjaminan pemberian kredit kepada UMKMK. A. Peranan Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam PDB Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan selama tahun 21 sd. 21 tercatat sebesar 3,6%, lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 32 subsektor lainnya dalam PDB (43 subsektor). Pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan tersebut semakin melambat dalam 2 tahun terakhir, yaitu dari 6,6% (28) menjadi 4,97% pada tahun 29 dan turun lagi menjadi 1,81% selama tahun 21. Melambatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan produksi padi nasional akibat rendahnya kenaikan produktivitas dan terbatasnya penambahan luas lahan produksi, baik di Jawa maupun Luar Jawa. Luas panen pada tahun 21 tercatat hanya mengalami peningkatan sebesar 1,82% menjadi 13,12 juta ha, lebih rendah dibandingkan kenaikan luas panen tahun 29 (4,51%). Selain itu, produktivitas padi pada tahun 21 juga hanya meningkat sebesar,31%, lebih rendah dari kenaikan produktivitas tahun 29 (1,5%) terutama akibat tingginya curah hujan yang terjadi sepanjang tahun 21 dan gangguan hama wereng yang mengakibatkan sedikitnya 1 ribu ha lahan sawah mengalami gagal panen selama tahun 21 (Deptan). 3

4 Seiring dengan melambatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan, pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan juga menunjukkan perlambatan dari 4,83% pada tahun 28 menjadi 3,98% pada tahun 29 dan 2,86% pada tahun 21. Dilihat dari pertumbuhan PDB sektor pertanian di negara-negara ASEAN pada tahun 21, kontraksi terjadi di negara Thailand sebesar -2,25% dan Philipina sebesar -,52%, sedangkan ekspansi terjadi di negara Vietnam dan Malaysia masing-masing sebesar 3,14% dan 7,14%. Kontribusi subsektor tanaman bahan pangan rata-rata sebesar,22% terhadap pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya (21 sd. 21). Seiring dengan melambatnya pertumbuhan, pada tahun 21 subsektor tanaman bahan pangan hanya memberikan kontribusi sebesar,12% terhadap perekonomian yang tumbuh 6,1%. Meskipun demikian, subsektor tanaman bahan pangan rata-rata memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan 36 subsektor lainnya. Hal tersebut disebabkan subsektor tanaman bahan pangan rata-rata memiliki pangsa yang cukup besar yaitu 7,25% dalam PDB, atau kedua terbesar setelah subsektor perdagangan besar & eceran (13,77%). (, %) Grafik 3. Pertumbuhan Tahunan Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Grafik 4. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB (%).8 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan.7 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan.6 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Sumber: BPS, diolah Grafik 5. Pertumbuhan Tahunan Sektor Pertanian di 5 Negara ASEAN (YOY, %) 14 Indonesia 12 Malaysia 1 Thailand Philipina 8 Vietnam Sumber: CEIC Data Berdasarkan struktur ekonomi, distribusi subsektor tanaman bahan pangan rata-rata sebesar 7,27% dari total ekonomi (21-21), atau di posisi ketiga terbesar setelah subsektor perdagangan besar & eceran (12,6%) dan subsektor bangunan (7,55%). Peningkatan distribusi subsektor tanaman bahan pangan dari 6,42% (26) menjadi 7,53% pada tahun 21 terutama bersumber dari kenaikan harga pangan, sedangkan kenaikan produksi subsektor tanaman bahan pangan relatif rendah. Hal tersebut ditercermin indeks deflator subsektor tanaman bahan pangan tahun 21 sebesar 318,63, atau naik sebesar 92,58% dibandingkan tahun 26. 4

5 Grafik 6. Pangsa Subsektor Terhadap PDB Total (pangsa, %) 2 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan 18 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan 16 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Grafik 7. Indek Deflator Subsektor (Indek Deflator) 45 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan 4 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan 35 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan 92,58% Sumber: BPS, diolah B. Produksi dan Produktivitas Komoditi pada Subsektor Tanaman Bahan Makanan Pertumbuhan produksi subsektor tanaman bahan pangan tumbuh melambat dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 28 produksi subsektor tanaman bahan pangan tumbuh sebesar 8,86%, kemudian melambat menjadi 5,88% pada tahun 29 dan kembali melambat menjadi 2,63% pada tahun 21. Dari 6 produk utama pada subsektor tanaman bahan pangan, jenis tanaman padi mempunyai porsi terbesar yakni rata-rata 62,28% (produksi dari 2 s.d. 21), kemudian disusul oleh ubi (21,83%), dan jagung (14,16%). Produksi padi pada tahun 21 mencapai 66,41 juta ton (ARAM I 211, BPS) atau setara dengan 38,25 juta ton beras. Produksi tahun 21 tersebut tumbuh sebesar 3,13% dibandingkan tahun 29, melambat dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 29 yang mencapai 6,75% (). Dengan asumsi konsumsi beras nasional sebesar 33,14 juta ton pada tahun 21, maka pada tahun 21 masih terdapat surplus beras sebesar 5,11 juta ton, atau sekitar 13,37%. Berdasarkan proyeksi FAO (The Food and Agricultur Organization), produksi beras dunia pada tahun 21 yang masih mengalami surplus sebesar 1,24% diperkirakan akan menurun menjadi,3% pada tahun 219. Dengan trend penurunan surplus beras dunia tersebut, negara eksportir beras seperti Thailand dan Vietnam diperkirakan akan semakin memperketat ekspor beras untuk mengamankan pasokan dalam negeri. Pada tahun 21, produksi beras Thailand mencapai 3,73 juta ton dan mampu mengekspor beras sebanyak 9,1 juta ton, sedangkan produksi Vietnam berkisar 4 juta ton dengan volume ekspor 6,8 juta ton. Peningkatan produktivitas padi melambat dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 28, produktivitas padi mencapai 48,94 ku/ha atau meningkat 1,89% dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 29 terjadi peningkatan sebesar 1,5% dan pada tahun 21 hanya sebesar,31% (5,14 ku/ha). Diantara komoditi bahan makanan, produktivitas tertinggi terjadi pada komoditi ubi yang mencapai 191,94 ku/ha pada tahun 21, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada produksi kacang yang hanya 13,72 ku/ha Grafik 8. Produksi Komoditi Bahan Makanan (juta ton) (est) Jagung Ubi Padi Kacang (sb kanan) Kedelai (sb kanan) Sumber: BPS, diolah (ARAM I 211) (juta ton) Grafik 9. Produktivitas Komoditi Bahan Makanan (Ku/ha) * Jagung Ubi Kacang Kedelai Padi 5

6 Grafik 1. Produksi dan Konsumsi Beras Dunia (miliar ton) (%) Surplus (sb kanan) Produksi Konsumsi * : Perkiraan * 211* 212* 213* 214* 215* 216* 217* 218* 219* Sumber: OECD-FAO Agricultural Outlook C. Peranan Kelompok Bahan Makanan Terhadap Inflasi Rata-rata inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 9,91% (23-21). Selama tahun 23 sd. 21, rata-rata inflasi kelompok bahan makanan setiap tahunnya lebih tinggi dari inflasi total (7,83%) maupun 6 kelompok lainnya dalam basket inflasi nasional. Inflasi kelompok bahan makanan pada tahun 21 mencapai 15,64% (), menguat dibanding tahun 29 (3,88%) dan hampir mendekati inflasi bahan makanan pada tahun 28 (16,35%). Kenaikan harga bahan makanan diperkirakan semakin menguat pada tahun 211 yang tercermin dari trend kenaikan indeks pangan FAO yang cukup signifikan mulai bulan Juli 21 sd. Januari 211. Dengan bobot bahan makanan sebesar 19,57% (SBH 27), rata-rata kelompok bahan makanan menyumbang inflasi sebesar 2,28% terhadap IHK total. Pada tahun 21, kontribusi inflasi kelompok bahan makanan sebesar 3,34%, atau mencapai 48,7% inflasi umum (6,96%), jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi kelompok perumahan, listrik, air & bahan bakar (1,2%) meskipun memiliki bobot yang lebih tinggi (25,41%) dari kelompok bahan makanan. Komoditi utama penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok bahan makanan pada tahun 21 adalah beras yang mencapai 1,25%. Grafik 11. Inflasi Tahunan Kelompok Komoditi (YOY, %) 5 IHK Umum Bahan makanan 4 Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan 3 Pendidikan Transpor Grafik 12. Kontribusi Inflasi Tahunan (Kontribusi, %) 7 Bahan makanan Makanan Jadi 6 Perumahan Sandang 5 Kesehatan Pendidikan 4 Transpor Sumber: BPS, diolah 6

7 Grafik 13. Indeks Harga Konsumen (IHK) Nasional (IHK, 22=1) IHK Beras 25 IHK Kelompok Bahan makanan 225 IHK Umum Sumber: BPS, Diolah D. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari data ekspor impor cereal & cereal preparations (SITC 3 digit), yaitu komoditi beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, gandum, tanaman pangan lainnya, dan hortikultura. Pada tahun 21, proporsi ekspor cereal & cereal preparations terhadap total ekspor Indonesia hanya,24%, sedangkan proporsi impor cereal & cereal preparations terhadap total impor mencapai 2,34%. Neraca perdagangan subsektor tanaman bahan makanan selama tahun mengalami net impor. Secara rata-rata dalam 5 tahun terakhir subsektor tanaman bahan makanan mengalami net impor sebesar USD1,866 miliar. Pada tahun 21 impor tanaman bahan makanan mencapai USD 2,5 miliar, atau naik 41,1% dibandingkan tahun 29, sementara ekspor tercatat hanya sebesar USD,315 miliar, naik 58,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian pada tahun 21 mengalami net impor sebesar USD 2,185 miliar, terutama akibat tingginya impor gandum yang mencapai USD 1,417 miliar, dengan proporsi dari Australia (66,22%), Amerika (31,58%), Rusia (1,29%) dan lainnya (,92%). Selain gandum, impor yang cukup tinggi juga terjadi pada komoditi jagung (USD 369,1 juta), beras (USD 359,8 juta) dan tepung terigu (USD 26,6 juta). (Miliar USD) 3. Grafik 14. Ekspor Impor Bahan Makanan (Juta USD) 5 Grafik 15. Net Impor Komoditi Bahan Makanan , Net Impor Ekspor Impor Sumber: Data EXIM BI -1,5-2, -2,5 WHEAT AND MESLIN RICE MAIZE CEREALS MEAL AND FLOUR OF WHEAT OTHER CEREAL MEALS CEREAL PREPARATIONS

8 E. Keterkaitan dengan Sektor Lain Keenam kelompok komoditi dalam subsektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam Tabel Input Output Indonesia Updating 28, komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari padi, tanaman kacang-kacangan, jagung, tanaman umbi-umbian, dan tanaman bahan makanan lainnya. Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Updating 28, komoditi padi memiliki derajat daya penyebaran (power of dispersion) sebesar 1,24, lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Sementara itu, komoditas padi dan jagung memiliki derajat kepekaan (degree of sensitivity) tertinggi sebesar,81. Hal tersebut mencerminkan bahwa output padi dan jagung memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih tinggi dari komoditas lainnya. Tabel 2. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Keterangan Derajat Kepekaan Derajat Penyebaran Padi Jagung Tanaman umbi-umbian Tanaman kacang-kacangan Tanaman bahan makanan lainnya Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah Input utama komoditi tanaman bahan makanan adalah benih komoditas tabama kemudian diikuti oleh pupuk dan pestisida. Berdasarkan alokasi outputnya, produksi tabama adalah hasil produksi komoditas tabama dan indutri pengolahan (penggilingan padi, industri makananan lainnya, industri tepung, dan industri minuman dan industri makanan lainnya). Tabel 3. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan % Input Utama Komoditi % Alokasi Output 78.8 Padi 51.4 Padi 4.9 Industri pupuk dan pestisida 36.3 Industri penggilingan padi Padi 3.7 Tanaman lainnya 2.1 Restoran dan hotel 3. Peternakan 1.5 Jasa sosial kemasyarakatan 8.2 Jagung 69.7 Jagung 4.9 Industri pupuk dan pestisida 1 Industri makanan lainnya Jagung 3.1 Tanaman lainnya 4.8 Unggas dan hasil-hasilnya 3. Peternakan 4.4 Industri tepung, segala jenis 88.8 Tanaman umbi-umbian 9.4 Tanaman umbi-umbian 2.1 Industri pupuk dan pestisida Tanaman umbiumbian 2.4 Industri tepung, segala jenis 1.9 Peternakan 1.8 Industri makanan lainnya 1.2 Tanaman lainnya 1.3 Peternakan 84.7 Tanaman kacang-kacangan 91.1 Tanaman kacang-kacangan 3.2 Industri pupuk dan pestisida Tanaman kacangkacangan 3.7 Industri makanan lainnya 2.2 Tanaman lainnya 1.4 Unggas dan hasil-hasilnya 2. Perdagangan.9 Peternakan 8.3 Tanaman bahan makanan lainnya 97.6 Tanaman bahan makanan lainnya 8. Industri pupuk dan pestisida Tanaman bahan 1.5 Industri minuman 4.2 Penambangan minyak, gas dan panas bumi makanan lainnya.3 Industri tepung, segala jenis 2.1 Perdagangan.2 Industri makanan lainnya Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah 8

9 F. Pembiayaan Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan kredit sektor pertanian rata-rata lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (21-21). Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 21 mencapai 18,77% (), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (14,1%). Peningkatan tersebut sejalan dengan hasil Survei Perbankan triwulan IV-21 yang menunjukan bahwa prioritas utama penyaluran kredit pada tahun 21 adalah sektor pertanian, kemudian sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan industri pengolahan yang menjadi prioritas kedua dan ketiga pada tahun 21 masing-masing tumbuh sebesar 45,79% dan 11,63%. Meskipun pertumbuhan kredit sektor pertanian semakin meningkat, namun pangsa penyaluran kredit terhadap sektor pertanian masih relatif kecil dibandingkan total kredit. Nilai kredit sektor pertanian pada tahun 21 tercatat sebesar Rp miliar, dengan pangsa kredit sebesar 5,18% dari total kredit yang mencapai Rp miliar. Pangsa tersebut lebih rendah dibandingkan sektor jasajasa (22,19%), sektor perdagangan (19,15%) dan sektor perindustrian (15,47%). Hasil Survei SKDU triwulan IV-21 menunjukan bahwa 3,49% responden sektor pertanian masih mengalami kesulitan dalam mengakses kredit dari perbankan, terutama akibat persyaratan kredit yang masih cukup rumit, masih tingginya bunga kredit serta akibat tidak adanya jaminan kredit. Grafik 16. Pangsa Kredit Tahun Grafik 17. Pembiayaan Kredit Total dan Sektor Pertanian (Miliar Rp) (YOY, %) ,, Total Pertumbuhan Kredit - Total Pertanian Pertumbuhan Kredit - Pertanian 1,775, ,6, 1,2, , , Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Lain-lain Sumber: LBU, Bank Indonesia 91, Sumber: LBU, Bank Indonesia Sesuai dengan Rancangan Strategis Kementrian Pertanian , beberapa upaya Pemerintah untuk meningkatkan pembiayaan pada sektor pertanian yang sering terkendala masalah keterbatasan akses (unbankable) akibat tidak dipenuhinya sejumlah persyaratan (Jaminan, NPWP dan SIUP) adalah sebagai berikut.: 1. Penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti Kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS). 2. Memperluas skim baru yang lebih mudah. 3. Menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan. 4. Melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada. 5. Menumbuhkan kembali koperasi khusus dibidang pertanian. Selain hal tersebut, implementasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil juga semakin ditingkatkan. Pemerintah menargetkan penyaluran KUR tahun 211 dapat mencapai Rp 18-2 triliun, lebih tinggi dari realisasi tahun 21 yang tercatat sebesar Rp 16 triliun, dimana 18,5% dari total kredit tersebut tersalurkan pada sektor pertanian. 9

10 Di sisi lain, Bank Indonesia juga melakukan beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan kredit pada sektor pertanian, antara lain: 1. Bekerjasama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Bank Indonesia mulai bulan Januari 29 membentuk Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) di daerahdaerah untuk mendukung pengembangan kredit bagi UMKM. 2. Memfasilitasi dan mengoordinasikan proses pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) di setiap propinsi. 3. Bekerjasama dengan PT.Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi). 1

11 BOKS : Agricultural Outlook Berdasarkan data FAO (The Food and Agricultur Organization of United Nation), tingkat kenaikan harga pangan pada tahun 21 sampai dengan awal tahun 211 mendekati pola kenaikan harga pangan yang terjadi sebelum krisis yang terjadi pada akhir tahun 28. Indeks harga pangan dunia (cereal, oils, dairy, sugar dan meat) mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 25,32% pada tahun 27 dan 25,86% pada tahun 28, kemudian mengalami penurunan sebesar 21,42% pada tahun 29. Setelah mengalami pemulihan ekonomi, pada tahun 21 indeks harga pangan kembali meningkat sebesar18,3% dan pada awal tahun 211 semakin menguat menjadi 24,66%. Apabila dibandingkan tingginya harga pangan pada tahun 28, indeks harga pangan dunia pada awal tahun 211 sudah lebih tinggi 15,61% dibandingkan tahun 28. Kenaikan harga pangan tertinggi pada tahun 211 (s.d. Januari 211) terjadi pada kelompok oils product (43,89%) yang melewati kenaikan harga pada tahun 28 (33,32%), kemudian kelompok sugar (39,11%) dan kelompok cereal product (beras, gandum dan jagung) sebesar 34,4%. Trend kenaikan harga pangan dunia yang semakin menguat dalam 6 bulan terakhir semakin berpotensi meningkatkan tekanan inflasi, terutama pada negara-negara berkembang karena sebagian besar pengeluarannya digunakan untuk membeli bahan pangan. Tingginya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan produksi ditengarai menjadi factor utama kenaikan harga pangan. Selain itu, trend kenaikan harga minyak dunia juga semakin memicu kenaikan harga pangan akibat kenaikan biaya produksi. Grafik 18. Indeks Harga Pangan Dunia (Index, 22-24=1) 45 Food Meat Dairy Cereals Oils Sugar ,4% ,32% 25,86% 18,3% 24,66% Sumber: FAO Food Price Index, World Bank Peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang dengan permintaan akan berdampak pada kenaikan harga komoditi pangan. Berdasarkan proyeksi FAO, secara umum surplus produksi pangan semakin lama akan semakin menurun. Surplus terendah diperkirakan akan terjadi pada komoditi beras, yang hanya sebesar,3% pada tahun 219. Disisi lain, beras sebagai makanan utama penduduk Indonesia pada tahun 21 rata-rata dikonsumsi sebanyak 157,14 kg per kapita per tahun, diperkirakan hanya akan menurun menjadi 153,91 kg per kapita per tahun pada tahun 219. Dengan mempertimbangkan proyeksi FAO tersebut, peningkatan produksi beras nasional dan program diversifikasi produk bahan makanan selain beras perlu segera diimplementasikan. 1 OECD-FAO, Agricultural outlook

12 Grafik 19. Surplus Produksi Pangan Dunia (Surplus, %) 5 4 Wheat Rice Oilseed Sugar Sumber: Agricultural Outlook , FAO of UN Tabel 4. Perkiraan Produksi, Konsumsi dan Harga Pangan Tahun Komoditi Keterangan Tahun Cereals Wheat Produksi Konsumsi Oils Harga (USD/t) Rice Produksi Konsumsi Harga (USD/t) Oilseed Produksi 419, Konsumsi 414, Harga (USD/t) Meat Beef and Produksi Veal Konsumsi Harga (USD/t dw) 3143,1 3298,8 343,5 3576,8 3645,7 3674,6 3659, 3649,5 3624,4 3561,9 Poultry Produksi Meat Konsumsi Harga (USD/t rtc) Dairy Butter Produksi Konsumsi Harga (USD/t) Cheese Produksi Konsumsi Skim Milk Powder Whole Milk Powder Sugar Sugar Harga (USD/t) Produksi Konsumsi Harga (USD/t) Produksi Konsumsi Harga (USD/t) Produksi Konsumsi Harga (USD/t) Sumber: Agricultural Outlook , FAO of UN 12

13 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 24. Grafik 2. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) Grafik 21. Produksi Kondensat (% ) (% ) Grafik 22. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 23. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 24. Produksi Kendaraan Niaga Grafik 25. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% )

14 Grafik 26. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik27. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 28. Ekspor Besi dan Baja Grafik 29. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 3. Ekspor Kayu Lapis Grafik 31. Ekspor Kayu Gergajian (% ) 15 (% ) 1 (% ) (% )

15 (% ) Grafik 32. Penjualan Minyak Diesel (% ) (% ) Grafik 33. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) Grafik 34. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% m-t-m ) (% ) Grafik 35. Penjualan Listrik Total (% ) Grafik 36. Kunjungan Wisman (% ) (% ) Grafik 37. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% )

16 Grafik 38. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% )

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

KETERANGAN TW I

KETERANGAN TW I 1 2 2 KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 - TW I Distribusi/Share Terhadap PDB (%) 3.69 3.46 3.55 3.48 3.25 3.41 4.03 Distribusi/Share Terhadap Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

Edisi 55 Desember 2014

Edisi 55 Desember 2014 Edisi 55 Desember 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Desember 2014 ISSN: 2087-930X Katalog BPS: 9199017 No. Publikasi: 03220.1416 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xvii+ 136 halaman

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari 2015 SURVEI PENJUALAN ECERAN Survei Penjualan Eceran mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan eceran pada Februari 2015 mengalami akselerasi. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015 Impor Seluruh Jenis Golongan Barang Menurun di bulan April 2015, kecuali Bahan Baku/Penolong Perdagangan dengan India di bulan April 2015 menyumbang surplus USD 1,0 miliar Grafik 2. Negara Penyumbang Surplus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN o SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari Pada Februari indeks penjualan riil mengalami penurunan sebesar -5,7% (mtm). Penurunan tersebut sesuai dengan pola historisnya yang cenderung turun pada bulan Februari.

Lebih terperinci

H E A D L I N E S HEADLINES

H E A D L I N E S HEADLINES H E A D L I N E S i HEADLINES 1. Inflasi Pada September 2013 terjadi deflasi sebesar 0,35 persen. Inflasi tahun kalender 2013 sebesar 7,57 persen dan tingkat inflasi September 2013 terhadap September 2012

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 47 April 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ISSN: 2087-930X Katalog BPS: 9199017 No. Publikasi: 03220.1404 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xx + 139 halaman Naskah: Direktorat

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juni 2010 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

H E A D L I N E S HEADLINES

H E A D L I N E S HEADLINES H E A D L I N E S i HEADLINES 1. Inflasi Pada November terjadi inflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 7,79 persen dan tingkat inflasi November terhadap November 2012 (y-on-y) sebesar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3 Suplemen 2 SELAYANG PANDANG PRODUKSI BERAS DI PROPINSI SUMATERAA SELATAN Produksi dan Konsumsi Sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, merupakan jenis komoditas yang kerapkali menyumbangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci