INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI"

Transkripsi

1 INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan tertinggi berasal dari penjualan kendaraan niaga dan terendah dari ekspor besi & baja. Memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Agustus 211 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Secara kumulatif s.d Agustus 211, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam struktur perekonomian nasional komoditi pada subsektor pertambangan tanpa migas berperan sangat penting dalam neraca pembayaran Indonesia. Pertumbuhan net ekspor neraca pembayaran subsektor pertambangan non migas mencapai 27,8% pada tahun 21 dan 36,89% s.d bulan Agustus 211. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan () cukup berimbang. Dari 29 (dua puluh sembilan) indikator, sebanyak 14 (empat belas) diantaranya mengalami peningkatan dimana tertinggi masih terjadi pada penjualan kendaraan niaga (18,56%). Indikator lainnya yang juga mengalami peningkatan yang cukup besar antara lain: ekspor batubara (16,68%), produksi kendaraan non niaga (14,22%), produksi kendaraan niaga (11,44%), penjualan listrik ke bisnis/perdagangan (11,7%) dan penjualan kendaraan non niaga (1,32%). Sementara itu, sebanyak 15 (lima belas) indikator lainnya mengalami penurunan. Tiga diantaranya yang turun cukup besar berasal dari kelompok ekspor yaitu: ekspor besi & baja (31,3%), ekspor biji tembaga (25,22%) dan ekspor barang dari logam tidak mulia (2,36%). Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi Perkembangan terpilih. Pada Indikator laporan ini Sektor fokus analisis Riil terpilih mengenai subsektor pertambangan tanpa migas. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia 1 (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya.

2 Secara rata-rata selama Agustus 21 s.d Agustus 211, indikator produksi dan penjualan kendaraan niaga tercatat tumbuh lebih tinggi dari indikator lainnya yaitu masing-masing 42,92% dan 45%. Tingginya rata-rata pertumbuhan produksi dan penjualan kendaraan niaga juga dibarengi oleh pertumbuhan ekspor untuk produk alat angkut dan bagiannya (2,5%). Diluar itu, indikator ekspor besi & baja (22,49%) dan ekspor makanan olahan (19,32%) juga tercatat memiliki rata-rata pertumbuhan yang tinggi. Sebaliknya, indikator ekspor biji tembaga (-9,9%), produksi kondensat (-7,6%), produksi minyak mentah (-3,76%), ekspor kayu lapis (-3,26%) merupakan indikator dengan rata-rata pertumbuhan negatif. Dengan membandingkan pertumbuhan pada Agustus 211 dengan rata-rata pertumbuhan selama Agustus 21 s.d Agustus 211, hanya dua indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya. Kedua indikator tersebut adalah penjualan listrik ke Industri dan ekspor batubara. (Grafik. 1). Bulanan Memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Agustus 211 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus 211, sebanyak 69% indikator tercatat tumbuh negatif secara bulanan () dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor biji tembaga (-26,45%), yang diikuti oleh penjualan kendaraan niaga (-25,8%), ekspor makanan olahan (-25,45%), produksi kendaraan niaga (24,85%) dan konsumsi semen (-17,7%). Pola musiman selama bulan puasa dan berkurangya hari kerja saat libur Lebaran merupakan faktor utama yang menyebabkan sebagian besar indikator aktivitas ekonomi mengalami penurunan. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian kecil indikator yang tumbuh positif pada Agustus 211. Tiga diantaranya yang tumbuh paling tinggi adakah ekspor minyak nabati (143,15%), ekspor alat angkut & bagiannya (13,63%) dan ekspor bahan kertas & kertas (7,56%). Selama periode Agustus 21 s.d Agustus 211, mayoritas indikator aktivitas ekonomi tumbuh positif. Ratarata pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati (2,75%) diikuti oleh ekspor biji tembaga (11,23%), ekspor alat angkut & bagiannya (1,32%) dan ekspor makanan jadi (3,21%). Sementara itu, beberapa indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut antara lain tingkat hunian hotel berbintang di Jakarta (-,94%), produksi kondensat (-,54%) dan tingkat hunian hotel berbintang di Bali (-,22%). Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada bulan Agustus 211 memiliki kinerja dibawah rata-rata selama Agustus 21 s.d Agustus 211. Namun demikian terdapat beberapa indikator yang memiliki kinerja lebih baik yaitu produksi minyak mentah, produksi kondensat, penjualan listrik ke industri, ekspor minyak nabati, ekspor kayu lapis, ekspor bahan kertas & kertas, ekspor alat angkut & bagiannya dan ekspor peralatan listrik (Grafik. 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2

3 Kumulatif Secara kumulatif s.d Agustus 211, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terlihat mengalami perkembangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan terbesar berasal dari penjualan kendaraan niaga (25,48%) dan sebaliknya pertumbuhan terendah berasal dari indikator ekspor biji tembaga (-27,26%). Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Pertumbuhan Indikator Satuan Des Mar Apr Mei Jun* Jul* Agt* Agustus ytd 1) Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,9,22-4,93 - Produksi Kondensat ribu barel ,4 6,6-9,48 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter n/a n/a n/a n/a Non Migas - Konsumsi Semen ribu ton ,33-17,7 13,7 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit ,22-13,81 11,74 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit ,32-14,83 9,55 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,44-24,85 22,76 - Penjualan Kendaraan Niaga unit ,56-25,8 25,48 - Produksi Sepeda Motor ribu unit ,39-7,2 8,32 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit ,22-7,93 8,92 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH ,24 3,45 6,58 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,7 -,43 11,52 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH ,96-1,16 8,17 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,71,51 6,81 - Kunjungan Wisman ribu orang ,89-16,68 6,92 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,37-14,96 3,21 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,28-12,61 8,59 Ekspor Non Migas Utama - Batubara ribu ton , ,66 - Biji Tembaga ribu ton ,22-26,45-27,26 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton ,36-17,1-2,29 - Makanan Olahan ribu ton ,29-25,45 24,57 - Minyak Nabati ribu ton ,47 143,15 2,67 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,29-1,38-1,66 - Kayu Lapis ribu ton ,21 7,35-9,8 - Kayu Gergajian ribu ton ,87-4,3 3,46 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,38 7,56 8,1 - Karet Olahan ribu ton ,49-5,42 9,94 - Besi dan Baja ribu ton ,3-15,83 11,26 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,7 13,63-11,28 - Peralatan Listrik ribu ton ,6 2,2-3,96 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 21 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 21 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 28. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 3

4 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8, Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 2 Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) 1 6, 4, 2, , -4, -6, , Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% )

5 Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 11. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 1. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) Grafik 12. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% ) 3 6 (% ) (% ) , , , 1 6, , 5

6 2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% ) , 3 48, 2 32, 1 16, -1-16, (% ) (% ) Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% )

7 ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERTAMBANGAN TANPA MIGAS) Dalam struktur perekonomian nasional komoditi pada subsektor pertambangan tanpa migas berperan sangat penting dalam neraca pembayaran Indonesia. Pertumbuhan net ekspor neraca pembayaran subsektor pertambangan non migas mencapai 27,8% pada tahun 21 dan 36,89% s.d bulan Agustus 211. Rata-rata pangsa sektor pertambangan & penggalian dalam PDB selama tahun 2-21 sebesar 1,31%, atau menempati posisi ke 4 dari 9 sektor ekonomi. Dari rata-rata pangsa sektor tersebut, pangsa terbesar berasal dari subsektor minyak & gas bumi (5,51%) dan diikuti subsektor pertambangan tanpa migas (3,69%). Namun dari sisi pertumbuhan, subsektor pertambangan tanpa migas dalam kurun waktu 1 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata di atas sektor pertambangan & penggalian. Sementara dari sisi pembiayaan, pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas berada diurutan kedua dari total kredit pada sektor pertambangan setelah subsektor pertambangan migas. Sebagai salah satu instrumen investasi yang dianggap safe haven komoditi emas merupakan salah satu primadona pada subsektor pertambangan non migas, selain batubara, biji tembaga, dan nikel. Pada tahun 28, Indonesia merupakan negara dengan produksi emas terbesar kedelapan di dunia dengan total produksi 9 metric ton (data Konsumsi emas di Indonesia sebagian besar digunakan dalam bentuk emas perhiasan, walaupun terdapat kecenderungan pergeseran pola konsumsi ke investasi dalam bentuk emas batangan dan koin emas seiring dengan tergerusnya daya beli akibat harga emas yang melambung dalam setahun terakhir. Terus naiknya harga emas internasional secara langsung mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi di Indonesia. Laju inflasi s.d September 211 sebesar 2,97% (ytd). Dari angka inflasi tersebut, komoditas emas perhiasan telah memberikan sumbangan sebesar,39%. A. Peranan Subsektor Pertambangan Tanpa Migas Pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas melambat di tahun 21. Subsektor pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Komoditi tambang tersebut seperti batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak, dan sebagainya. Dalam kurun waktu 1 tahun (dari tahun 21 s.d. 21) subsektor pertambangan tanpa migas mengalami pertumbuhan rata-rata 5,96% per tahun, berada di atas sektor pertambangan & penggalian yang hanya tumbuh sebesar 1,1%. Subsektor pertambangan tanpa migas sempat mengalami pertumbuhan dua digit yaitu pada tahun 21 (14,7%), 25 (12,24%), dan 29 (1,79%). Namun pada tahun 21, pertumbuhan subektor ini melambat dan hanya tumbuh 7,8% dan hingga semester I-211 hanya tumbuh 5,16%. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi subsektor pertambangan tanpa migas pada tahun 21 hanya sebesar,21% () terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi subsektor pertambangan tanpa migas pada semester I-211 hanya sebesar,17%. (, %) Grafik 2. Pertumbuhan Tahunan Sumber: BPS, diolah Sektor Pertambangan & Penggalian Subsek. Minyak dan gas bumi Subsek. Pertambangan tanpa migas Subsek. Penggalian Sm I-211 Grafik 21. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB (%) Sm I- 211 Sumber: BPS, diolah Sektor Pertambangan & Penggalian Subsek. Pertambangan tanpa migas Subsek. Minyak dan gas bumi Subsek. Penggalian 7

8 Sumber: BPS, diolah Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan & Penggalian (%) SEKTOR/SUB SEKTOR A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%) Semester I- 211 Rata-rata Sektor Pertambangan & Penggalian Subsek. Minyak dan gas bumi Subsek. Pertambangan tanpa migas Subsek. Penggalian B. Distribusi/Share Terhadap Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas (%) Sektor Pertambangan & Penggalian Subsek. Minyak dan gas bumi Subsek. Pertambangan tanpa migas Subsek. Penggalian C. Pertumbuhan (% ) Sektor Pertambangan & Penggalian (1.37) (4.48) Subsek. Minyak dan gas bumi (4.87) (2.98) (4.66) (4.32) (1.77) (1.7) (1.15) (.43) (1.99) - Subsek. Pertambangan tanpa migas (7.96) (1.) Subsek. Penggalian D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% ) Sektor Pertambangan & Penggalian.4.12 (.15) (.48) Subsek. Minyak dan gas bumi (.41) (.23) (.34) (.28) (.11) (.6) (.6).2..2 (.2) (.14) - Subsek. Pertambangan tanpa migas (.26) (.3) Subsek. Penggalian B. Produksi Komoditi Subsektor Pertambangan Tanpa Migas Pertumbuhan produksi 7 komoditi pertambangan tanpa migas selama periode rata-rata meningkat,12%/tahun. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah produksi komoditi batubara mendominasi total produksi komoditi lainnya dalam subsektor pertambangan tanpa migas. Share/porsi komoditi tersebut pada tahun 29 mencapai 95% dari total produksi dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar,13%. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan produksi komoditi subsektor pertambangan tanpa migas selalu positif kecuali pada tahun 28 terjadi penurunan 5% yang didorong oleh turunnya produksi batubara (-5%), nikel (-8%), dan bauksit (-8%). Indeks Produksi Pertambangan (termasuk Migas) dalam dua tahun terakhir tumbuh negatif. Pada tahun 21 dan 29, Indeks Produksi Pertambangan mengalami kontraksi masing-masing % dan 4,3%. Kontraksi tersebut seiring dengan penurunan indeks produksi pada komoditi minyak pada tahun 29 (-3,2%) dan 21 (-,9%). Komoditi tambang non migas yang mengalami penurunan indeks produksi cukup signifikan pada dua tahun tersebut adalah bauksit, dimana pada tahun 21 produksinya mengalami kontraksi 96,6% dan pada tahun 29 kontraksi sebesar 43,4%. Sementara itu, sebagai komoditi dengan share terbesar di dalam produksi pertambangan non migas, produksi komoditi batubara juga menurun 3,5% di tahun 21. Tahun Sumber: BPS Tabel 3. Produksi Barang Tambang Mineral Tahun Batu Bara Bauksit Nikel Emas Perak Konsentrat Tin Konsentrat Tembaga TOTAL (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) ,332,47 841,976 3,426, ,478 1,731,131 56,383, ,982,4 88,749 2,829, ,66 1,789,169 61,463, ,54,66 1,55,647 2,736, ,18 2,598,345 64,948, ,18,239 1,116,323 2,798, ,923 2,63,43 68,675, ,15,675 1,15,776 2,434, ,47 3,218,685 73,965, ,72,961 1,237,6 2,473, ,396 2,379,92 77,232, ,539,31 1,283,485 2,12, ,75 2,86,16 111,836, ,525,813 1,262,75 2,499, ,142 3,187,162 12,548, ,479,77 1,331,519 2,15, ,926 2,768, ,757, ,665,233 1,441,899 3,79, ,166 3,497, ,473, ,294,657 2,117,63 3,869, ,851 84,88 169,165, ,663,68 1,251,147 7,112, , , ,874, ,93,188 1,152,322 6,571, , ,71 187,377, ,86, ,211 4,863, ,78 957, ,619,632 TOTAL 1,621,1,476 16,986,395 49,635,334 1,65.5 4, ,651 29,771,766 1,718,324,427 8

9 1. Grafik 22. Pertumbuhan Produksi Beberapa Komoditi Tambang Non Migas (%,) 1.5 Total Batu Bara Bauksit Nikel Emas Perak Konsentrat Tin Konsentrat Tembaga Grafik 23. Pertumbuhan Indeks Produksi Beberapa Komoditi Tambang Non Migas (%, ) (%, ) Indeks Umum, Sb. Kanan Bauksite Emas Nikel Batubara Perak Sumber: BPS Sumber: CEIC C. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Pada tahun 211 (sd. bulan Agustus), ekspor komoditi pertambangan non migas mencapai USD juta, naik 35,94% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impornya sebesar USD 77,43 juta atau naik 12,74% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, net ekspor tahun 211 mencapai USD 21.6,74 juta, meningkat 36,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama akibat tingginya pertumbuhan ekspor batubara (USD ,33 juta atau 218 juta ton batubara) dan biji tembaga (USD 3.647,45 juta atau 1,15 juta ton biji tembaga). Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan ekspor terhadap barang hasil sumber daya alam masih sangat tinggi. Mayoritas batubara Indonesia di ekspor ke negara di Asia terutama India, Cina, dan Jepang. Grafik 24. Ekspor Impor Bahan Tambang Non Migas Tabel 4. Volume Ekspor Komoditi Pertambangan Non Migas (juta kg) (Juta USD) Komoditi * 3 BIJI TEMBAGA 2, , ,146.4 Net Ekspor Ekspor Impor 2 BIJI NIKEL 1, , , BAUKSIT 24, , , , ,6.74 BIJI TIMAH... BATU BARA 232, , , GRANIT 2,79.9 5, ,879.2 PASIR ALAM.1.. HASIL TAMBANG LAIN 8, ,55.3 1,784.3 * TOTAL 272, , ,672.1 * Data s.d. bulan Agustus 211 Sumber: Data EXIM BI * Data s.d. bulan Agustus 211 Sumber: Data EXIM BI D. Pembiayaan Kredit kepada Sektor Pertambangan & Penggalian Rata-rata pertumbuhan kredit sektor pertambangan & penggalian pada tahun 28 dan 211 (sd. bulan Agustus) lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan total kredit. Pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan & penggalian pada tahun 21 sebesar 45,56% () dan hingga bulan Agustus tumbuh sebesar 21,42% () menjadi Rp miliar. Namun demikian, pertumbuhan kredit pada sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan total penyaluran kredit yang tumbuh 15,12% sampai dengan Agustus 211. Berdasarkan subsektor, pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas berada diurutan kedua setelah subsektor pertambangan migas yaitu sebesar 33,41% dari total kredit pada sektor 9

10 pertambangan. Pangsa kredit subsektor pertambangan tanpa migas ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 27,81%, atau naik 2,14%. Jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan oleh perbankan di tahun 211, pangsa subsektor pertambangan tanpa migas sebesar 11,94%. Kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk subsektor pertambangan tanpa migas mayoritas digunakan untuk kredit Modal Kerja. Pada tahun 211, penyaluran kredit perbankan untuk kredit modal kerja sebesar Rp miliar dan kredit investasi sebesar Rp miliar. Secara tahunan penyaluran kredit modal kerja naik 26,69%, sementara penyaluran kredit investasi tumbuh lebih tinggi mencapai 75,73%. Grafik 25. Pangsa Kredit Tahun (sd. bulan Agustus) 8.9% 7.1% 5.2% Pertanian Pertambangan 14.7% Ind. Pengolahan * sd. bulan Agustus % 12.2% 4.9% Perdagangan % 22.3% 23.1% 6.1% Listrik Gas Air 4 6.3% 5.1% 3, % Konstruksi 3 5.% 28.1% 2 Peng. & Kom. 3.8% 1 Keuangan 25.8% - Jasa-jasa Grafik 26. Pembiayaan Kredit Total dan Sektor Pertambangan (Miliar Rp) (YOY, %) 8 7 Pertambangan Pertumbuhan Kredit - Total Pertumbuhan Kredit - Pertambangan 41,559 6,495 73, * Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia Grafik 27. Pangsa Kredit Berdasarkan Subsektor (%) Pertambangan Migas 6. Pertambangan Tanpa Migas Penggalian 5. 2,14% Grafik 28. Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penyaluran % 47.12% 52.88% % - Sumber: LBU, Bank Indonesia KMK Sumber: LBU, Bank Indonesia KI E. Investasi PMA dan PMDN Realisasi investasi dalam negeri sektor pertambangan sebesar 5% dari total investasi di tahun 21. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), besarnya angka realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor pertambangan adalah Rp3.75 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 18. Angka realisasi investasi sektor pertambangan tidak setinggi investasi di sektor industri pengolahan yang mencapai Rp miliar dan sektor transportasi gudang & komunikasi sebesar Rp miliar. Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor pertambangan di tahun 21 cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu sebesar USD2,2 miliar dengan 223 proyek terealisasi. 1

11 No Tabel 5. Realisasi Investasi PMA dan PMDN Menurut Sektor Tahun 21 Sektor Proyek Investasi Proyek Investasi (Jumlah) (Juta USD) (Jumlah) (Miliar Rp) 1 Tanaman pangan & perkebunan , Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan 223 2, ,75. 6 Industri Makanan 194 1, , Industri Tekstil Industri Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Industri Kertas & Percetakan , Industri Kimia & Farmasi , Industri Karet & Plastik Industri Mineral Non Logam , Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik jam Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air 42 1, , Konstruksi Perdagangan & Reparasi Hotel & Restoran Transportasi, Gudang & Komunikasi , Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran 67 1, Jasa Lainnya ,328.6 PMA PMDN F. Keterkaitan dengan Sektor Lain Sektor pertambangan & penggalian memiliki keterkaitan ke belakang yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input Output Indonesia Updating 28, sektor pertambangan & penggalian yang tercermin dari subsektor penambangan batubara dan bijih logam, penambangan minyak, gas, dan panas bumi, dan penambangan dan penggalian lainnya memiliki keterkaitan ke belakang yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Eratnya keterkaitan ke belakang sebagaimana tercermin dari nilai derajat kepekaan, terutama pada kelompok penambangan minyak, gas, dan panas bumi (3,83), diikuti oleh kelompok penambangan batubara dan bijih logam (1,78). Tingginya nilai derajat kepekaan mengindikasikan bahwa ketergantungan kelompok-kelompok dalam sektor pertambangan dan penggalian cukup kuat dengan sektor ekonomi lainnya. Disisi lain, indeks daya penyebaran ketiga kelompok dimaksud relatif cukup rendah atau di bawah 1. Tabel 6. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Sektor Pertambangan & Penggalian Sektor Pertambangan & Penggalian Derajat Kepekaan Daya Penyebaran Penambangan batubara dan bijih logam Penambangan minyak, gas dan panas bumi Penambangan dan penggalian lainnya Sumber: Tabel I-O Updating 28 BPS, diolah Sebagian besar output sektor pertambangan & penggalian dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lainnya di dalam negeri, khususnya industri logam dasar bukan besi, pengilangan minyak bumi, dan bangunan. Terlihat bahwa sebagian besar pasokan input sektor pertambangan & penggalian berasal dari dalam negeri, terutama pada kelompok penambangan batubara & bijih logam dan penambangan & penggalian lainnya. 11

12 Dari sisi alokasi produk, orientasi produk sektor pertambangan & penggalian secara umum dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lain di dalam negeri. Sementara itu, alokasi produksi kelompok penambangan batubara dan bijih logam selain digunakan untuk memenuhi permintaan domestik sebagian besar juga digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Tabel 7. Struktur Permintaan dan Penawaran Sektor Pertambangan & Penggalian Sektor Pertambangan & Penggalian Pangsa thd Output Total (%) Pangsa thd Output Sektor (%) Permintaan Antara Permintaan (%) Penawaran (%) Permintaan Akhir Konsumsi Penambangan batubara dan bijih logam Ekspor Output Domestik Impor Penambangan minyak, gas dan panas bumi Penambangan dan penggalian lainnya Sumber: Tabel I-O Updating 28 BPS, diolah Tabel 8. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Sektor Pertambangan & Penggalian Input Utama % Komoditas/Subsektor Alokasi Output % Industri logam dasar bukan besi Industri logam dasar bukan besi Penambangan batubara dan bijih logam Penambangan batubara dan bijih logam Industri semen Penambangan batubara Industri kimia dan bijih logam Listrik, gas dan air bersih 15.8 Listrik, gas dan air bersih 9.84 Industri dasar besi dan baja Industri semen 7.32 Penambangan minyak, gas dan panas bumi Pengilangan minyak bumi Pengilangan minyak bumi Industri kimia Industri pupuk dan pestisida Penambangan minyak, gas dan panas bumi Penambangan minyak, gas dan panas bumi Industri kimia 3.28 Industri pupuk dan pestisida 6.93 Industri dasar besi dan baja 16.8 Listrik, gas dan air bersih 2.78 Industri barang-barang dari mineral bukan logam Bangunan Industri semen 1.7 Industri barang-barang dari mineral bukan logam 5.43 Bangunan 9.66 Penambangan dan penggalian lainnya Industri semen 2.58 Industri pupuk dan pestisida 6.3 Industri pupuk dan pestisida 2.22 Penambangan dan penggalian lainnya 2.88 Industri kimia 1.4 Sumber: Tabel I-O Updating 28 BPS, diolah 12

13 BOKS : Gambaran Perkembangan Komoditi Emas Sebagai salah satu jenis instrumen investasi safe haven, emas kerap kali diburu saat kondisi perekonomian global tidak stabil. Komoditi ini juga digunakan sebagai salah satu bentuk diversifikasi cadangan devisa oleh Bank Sentral dan institusi keuangan seperti IMF. Harga emas dari tahun ke tahun cenderung meningkat sehingga keberadaannya diyakini dapat dijadikan hedging terhadap US dollar yang notabene dianggap sebagai mata uang global dan diterima sebagai alat pembayaran dalam perdagangan antar negara. Ketidakpastian kondisi ekonomi antara lain karena krisis utang yang terjadi di beberapa negara Eropa seperti Yunani, Italia, dan Spanyol serta ketidakstabilan kondisi ekonomi Amerika Serikat menyebabkan peningkatan permintaan komoditi emas sehingga harga emas melonjak signifikan pada tahun 211. Dari sisi produksi, sejak tahun 2 hingga tahun 28 terlihat tren yang semakin menurun pada hasil produksi emas dunia. Tahun 2 produksi emas dunia mencapai Metric Ton (MT) dengan Afrika Selatan sebagai negara pemasok emas terbesar, diikuti oleh Amerika Serikat dan Australia. Sejak itu pasokan emas dunia terus menurun dan pada tahun 28 produksinya hanya sebesar MT atau menurun 8,4% dari tahun 2. Penurunan ini terjadi seiring dengan turunnya produksi di negara-negara pemasok emas terbesar dunia yaitu Afrika dan Amerika. Namun demikian, produksi emas beberapa negara seperti Cina, Peru, Russia, dan Ghana justru mengalami peningkatan. Pada tahun 28, Cina menggantikan posisi Afrika Selatan sebagai pemasok emas terbesar di dunia, sedangkan Indonesia berada di posisi kedelapan dengan total produksi 9 metric ton (MT). Sumber: Tabel 9. Produksi Emas Dunia (Metric Ton) Negara Afrika Selatan Amerika Australia Kanada Cina Russia Peru Uzbekistan Indonesia Brazil Ghana WORLD 2,573. 2,64. 2,543. 2,593. 2,464. 2,518. 2, ,444. 2,356. Berdasarkan penggunaannya, rata-rata konsumsi komoditi emas dunia dalam 3 tahun terakhir mayoritas digunakan untuk perhiasan (52,9%), kemudian untuk investasi (35,6%) dan bahan baku industri/teknologi (11,5%). Selama periode terlihat adanya pergeseran pola konsumsi emas dimana saat ini penggunaan emas untuk investasi mulai meningkat porsinya dengan tingkat pertumbuhannya yang cukup tinggi yaitu rata-rata 19,45%/tahun. Sebaliknya, konsumsi emas yang digunakan sebagai perhiasan rata-rata mengalami pertumbuhan negatif yaitu 3,78% sehingga porsi konsumsi emas untuk perhiasan semakin menurun. Pergeseran pola konsumsi ini seiring dengan krisis finansial tahun sehingga berimplikasi negatif pada konsumsi masyarakat. Secara total konsumsi emas dunia mengalami pertumbuhan 1,13% selama periode tersebut dan mencapai ton di tahun 21. Pada tahun 211 (s.d. triwulan II 211), konsumsi emas dunia sebesar 1.891,5 ton atau senilai USD87,85 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, volume permintaan terhadap komoditi ini menurun 4,95% terutama karena berkurangnya konsumsi pada komponen investasi (khususnya produk exchange-traded funds/etfs dan sejenisnya) pada triwulan II Walaupun 13

14 mengalami net inflow pada triwulan II 211 sebesar 51,7 ton namun jumlah investasi ETFs pada periode ini belum dapat menyamai triwulan II-21 yang mencapai 291,6 ton. Walaupun secara jumlah menurun, nilai konsumsi emas meningkat 18,6% seiring dengan naiknya harga emas internasional. Permintaan komoditi emas dunia dari tahun ke tahun selalu berada di atas produksi emas. Di tahun 21, supply emas dunia yang berasal dari produksi tambang hanya mampu mencukupi 65% dari total permintaan dunia. Tren produksi emas yang semakin menurun serta berkebalikan dengan tren konsumsi menyebabkan gap antara produksi konsumsi emas semakin melebar. Namun demikian, selain berasal dari produksi tambang, supply emas juga berasal dari emas lama yang didaur ulang. Supply emas yang berasal dari emas daur ulang tersebut dapat mengisi gap antara konsumsi dan produksi yang berasal dari tambang emas dengan produksi sebesar 1.645,5 ton di tahun 21. Sumber: World Gold Council Tabel 1. Konsumsi Emas Dunia Tahun Tahun Konsumsi (Ton) Changes (%,) Share (%) Perhiasan Investasi Teknologi Total Perhiasan Investasi Teknologi Total Perhiasan Investasi Teknologi 21 3, , , , , , , , , , , , , , ,34 1, , ,814 1, , ,17 1, , (ton) 1,4 1,2 1, Grafik 29. Konsumsi & Harga Emas Dunia ($/oz) 1,6 1,4 1,2 1, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 28 Investasi Perhiasan Sumber: World Gold Council Teknologi Harga Emas (sb. Kanan) (ton) Grafik 3. Produksi dan Konsumsi Emas Dunia Defisit (sb. Kanan) Permintaan Produksi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Sumber: World Gold Council (ton) (1) (3) (5) (7) India merupakan pengkonsumsi emas terbesar di dunia baik dalam bentuk perhiasan maupun investasi dengan total konsumsi sebesar 963,1 ton. Sesuai dengan kultur dan budayanya, konsumsi emas di India dominan digunakan untuk perhiasan. Negara lain di bawah India dengan konsumsi emas terbesar antara lain Cina (579,5 ton), Amerika Serikat (233,3 ton), dan Jerman (126,9 ton). Indonesia sendiri merupakan pengkonsumsi emas terbesar peringkat ke-13 di dunia. Konsumsi emas perhiasan Indonesia tahun 21 sebesar 32,8 ton dan konsumsi untuk tujuan investasi sebesar 3,6 ton. Amerika Serikat memiliki cadangan devisa berupa emas yang terbesar di dunia yaitu 8.133,5 ton atau 26,5% dari total cadangan devisa emas dunia (3.717,3 ton). Selanjutnya negara/institusi lain dengan cadangan devisa emas terbesar adalah Jerman (3.41 ton) dan IMF (2.814). 14

15 Tabel 11. Konsumsi Emas Dunia Berdasarkan Negara (Ton) No Negara Sumber: World Gold Council Emas Perhiasan 21 Investasi (Emas batangan dan koin) Total 1 India China AS Jerman Turki Swiss Saudi Arabia Vietnam UAE Russia Thailand Mesir Indonesia Italia UK Grafik 31. Cadangan Devisa Emas di Beberapa Negara Belanda Jepang Russia Swiss Cina Perancis Italia IMF Jerman (ton) AS ,4 1,54 Sumber: World Gold Council 2,435 2,452 2,814 3,41 8, Pertumbuhan harga emas internasional dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata mencapai 19,16% per tahun. Sejak tahun 1978, harga komoditi safe haven ini telah melonjak 69,74% dari USD34,68/troz oz menjadi USD1.529,61%. Curamnya kenaikan harga emas mulai terlihat sejak tahun 26, sebelumnya pertumbuhan harga emas relatif stabil dari kecuali pada tahun 198 dimana kenaikan harga emas naik hingga 11,69%. Pada bulan September 211 harga harian emas sempat mencapai rekor tertinggi sebesar USD1.895/troy oz akibat kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi zona Eropa dan Amerika Serikat. Grafik 32. Perkembangan Harga Emas Internasional ($/troy oz) *Data tahun 211 merupakan ratarata harga sd bulan September ** Data harga internasional merupakan data harga London Precious Metals : PM Sumber: World Gold Council Perkembangan Komoditi Emas di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara produsen sekaligus konsumen emas yang cukup besar di dunia. Cukup tingginya konsumsi emas perhiasan oleh masyarakat Indonesia menyebabkan komoditi tersebut termasuk di dalam basket komoditi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan bobot tahun dasar (27=1) sebesar 1,43%. Harga emas perhiasan domestik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pergerakan harga komoditi emas internasional dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Bagaikan dua sisi mata uang, selain sebagai sumber devisa negara, dari sisi lingkungan hidup sektor pertambangan dianggap paling merusak dibandingkan dengan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam lainnya. Selain itu, kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan menimbulkan penambangan emas liar di sungai pedalaman Kalimantan sehingga berakibat pada pendangkalan sungai dan pencemaran air sungai oleh merkuri. Masalah lainnya pada sektor pertambangan adalah potensi konflik akibat kesenjangan sosial ekonomi, perbedaan sosial budaya dengan masyarakat lokal, pengangguran pasca produksi pertambangan, dan lain sebagainya 1. Isu lainnya yang tengah marak adalah aksi pemogokan sekitar 8. 1 r Daya Mineral dan Pertambangan. 15

16 Tw I-211 Tw II Tw I-211 buruh PT. Freeport Indonesia sebagai konsekuensi ditolaknya kenaikan gaji oleh pihak manajemen PT. Freeport Indonesia. Hal ini sempat terjadi beberapa kali dan tentu saja akan berdampak pada penurunan produksi tambang serta memengaruhi penilaian iklim investasi Indonesia. Selama 5 tahun terakhir (26-21), perkembangan produksi emas di Indonesia cukup berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan produksi dalam kurun waktu tersebut tercatat sebesar 6,1% karena tingginya pertumbuhan produksi di tahun 29 (12,51%). Penurunan produksi di 28 salah satunya ditengarai disebabkan oleh penurunan produksi PT Newmont akibat belum keluarnya izin pakai lahan untuk membuang batu sisa tambang dari Kementrian Kehutanan 2. Pada tahun 21 produksi tambang emas Indonesia kembali menurun dengan total produksi sebesar 14,5 ton, atau berkurang 17,74%. Penurunan ini berlanjut sampai dengan triwulan I-211 yang apabila dibandingkan dengan produksi triwulan I-21 menurun 45,92%. Lebih lanjut, perkembangan supply emas yang berasal dari daur ulang emas terlihat relatif stagnan bahkan menunjukkan penurunan di tahun 21. Grafik 33. Perkembangan Produksi Hasil Tambang Emas Indonesia (%,) Grafik 34. Produksi Emas Daur Ulang (Recycled Gold) Sumber: CEIC (diolah) Sumber: GFMS Jika dilihat dari total permintaan emas, Indonesia mengalami penurunan konsumsi emas sejak tahun 23. Di tahun 21 konsumsi emas sebesar 36,4 ton, menurun lebih dari 5% dibandingkan tahun 23 yaitu sebesar 83,6 ton. Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi emas di Indonesia dominan digunakan sebagai emas perhiasan. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa share konsumsi emas perhiasan rata-rata per tahun lebih dari 95%. Namun demikian, pada tahun 211 (triwulan I & II) terlihat adanya penurunan porsi konsumsi emas perhiasan sekitar 3%. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya harga emas internasional sehingga daya beli menurun dan masyarakat lebih memilih untuk beralih kepada investasi dalam bentuk emas batangan atau koin emas. (ton) Grafik 35. Perkembangan Konsumsi Emas Indonesia Net Retail Investment Perhiasan Total (growth), sb. Kanan (%, ) Grafik 36. Konsumsi Emas Perhiasan per Kapita di Beberapa Negara Sumber: World Gold Council Sumber: GFMS, IMF, World Gold Council

17 Peranan Komoditi Emas Perhiasan Terhadap Inflasi Dalam keranjang komoditi Indeks Harga Konsumen (IHK), komoditi emas perhiasan termasuk di dalam kelompok sandang pada subkelompok barang pribadi & sandang lainnya. Selama empat tahun terakhir, rata-rata inflasi kelompok sandang sebesar 6,62% (), sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi umum (6,93%). Sementara itu, sampai dengan bulan September 211 inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 7,26%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kelompok sandang periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 2,66% (ytd) dan inflasi umum sebesar 2,97% (ytd). Bobot kelompok sandang dalam penghitungan inflasi nasional mencapai 7,9% (SBH 27), dan dari 15 komoditi kelompok sandang, bobot terbesar berasal dari emas perhiasan yang mencapai 1,43%. Kontribusi inflasi kelompok sandang dalam tiga tahun terakhir rata-rata sebesar,48%, atau sebesar 6,92% dari inflasi umum. Komoditi emas perhiasan sendiri rata-rata menyumbang,29%/tahun. Sebagaimana telah disebutkan bahwa IHK emas perhiasan berkorelasi positif dengan harga emas internasional (r=,95), sehingga tingginya harga emas internasional selama tahun 211 menyebabkan inflasi emas perhiasan meningkat sangat signifikan. Sampai dengan periode September, sumbangan inflasi emas perhiasan telah mencapai,39% atau di atas rata-rata sumbangan inflasi tahunannya. Jika komoditi emas perhiasan dikeluarkan dari keranjang komoditi IHK, maka inflasi tahunan akan lebih rendah dari inflasi umum. Pada tahun 21 inflasi IHK umum tercatat sebesar 6,96% () dan apabila komoditas emas perhiasan dikeluarkan dari perhitungan inflasi IHK umum (exclude emas) maka laju inflasi pada tahun 21 menjadi sebesar 6,8% (). Grafik 37. Inflasi Tahunan Kelompok Komoditi (%,) IHK Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Grafik 38. IHK Umum vs IHK exclude Emas Perhiasan (Indeks) YOY IHK Umum Exc Emas (sb. Kanan) YOY IHK Umum (sb. Kanan) IHK Umum IHK Umum exc Emas (%, ) (sd September) Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Grafik 39. Perbandingan Harga Emas Domestik dengan Harga Emas Internasional (USD/Troy Ounce) Gold Int'l price (sb.kiri) IHK Emas Perhiasan (sb. Kanan) (IHK)

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016 No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015 No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016 No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017 No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 No.64/09/33/Th.XI, 15 September PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JAWA TENGAH AGUSTUS MENCAPAI US$ 562,99 JUTA Nilai ekspor Jawa Tengah bulan mencapai US$ 562,99

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH MEI 2017 No.42/06/33/Th.XI, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH MEI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JAWA TENGAH MEI 2017 MENCAPAI US$ 547,33 JUTA Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Mei 2017 mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017 No. 52/09/36/Th.XI, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI NAIK 29,23 PERSEN MENJADI US$990,19 JUTA Nilai ekspor Banten naik 29,23 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017 No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016 No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2017*

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2017* No. 47/08/94/Th. XVIII, 15 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2017* EKSPOR Ekspor Papua pada Juli 2017 tercatat senilai US$44,66 juta atau turun hingga 67,14 persen dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,35 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,88

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016 No. 03/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER NAIK 20,01 PERSEN MENJADI US$941,27JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 20,01 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 No. 06/02/36/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2014 NAIK 11,44 PERSEN MENJADI US$888,21 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 No. 37/07/36/Th. X, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 NAIK 3,05 PERSEN MENJADI US$792,73 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 3,05 persen dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Jawa Tengah Oktober No.80/11/33/Th.XI, 15 November 2017

Perkembangan Ekspor Impor Jawa Tengah Oktober No.80/11/33/Th.XI, 15 November 2017 Perkembangan Ekspor Impor Jawa Tengah No.80/11/33/Th.XI, 15 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Jawa Tengah bulan mencapaius$ 529,54 juta atau mengalami

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH JULI 2017 No.58/08/33/Th.XI, 15 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JAWA TENGAH JULI MENCAPAI US$ 499,45 JUTA Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Juli mencapai US$ 499,45

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci