INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH"

Transkripsi

1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Hotel Occupancy Jkt Hotel Occupancy Bali Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Tingkat Hunian Hotel - Jkt Tingkat Hunian Hotel - Bali INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Desember 21 Secara tahunan, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih tumbuh positif. Secara bulanan, ekspor kayu lapis mengalami ekspansi terbesar sementara produksi sepeda motor menunjukkan kontraksi terbesar. Sepanjang tahun 21, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi tumbuh kecuali produksi minyak mentah. Pertumbuhan produksi subsektor tanaman perkebunan pada periode rata-rata sebesar 7,26% terutama berasal dari komoditas kelapa sawit. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas pada Desember 21 menunjukkan pertumbuhan yang positif secara tahunan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga (64,48%). Terus meningkatnya penjualan kendaraan niaga dapat menjadi cerminan dari peningkatan investasi alat angkut. Sementara itu, indikator aktivitas ekonomi migas yaitu produksi minyak mentah dan produksi kondensat mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar - 5,3% dan -1,65%. Selama Desember 29 Desember 21, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis (131,4%) yang terjadi pada Januari 21. Sebaliknya, ekspor besi baja mengalami kontraksi terbesar (-25,95%) pada September 21 (Grafik. 1). Bulanan Secara bulanan, indikator aktivitas ekonomi di bulan Desember 21 mengalami pertumbuhan yang bervariasi. Ekspor kayu lapis mengalami ekspansi terbesar (15,77%) () dan sebaliknya, indikator produksi sepeda motor mengalami kontraksi terdalam (-22,48%). Selama periode Desember 29 Desember 21, pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan Oktober 21 (94,13%) dan pertumbuhan terendah pada bulan April 21 (-44,3%) (Grafik. 2). (% ) (% ) Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Desember 21 Desember 29 - Desember 21 Tertinggi Desember 21 Desember 29 - Desember 21 Terendah Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Desember 21 Desember 29 - Desember 21 Tertinggi Desember 21 Desember 29 - Desember 21 Terendah Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor tanaman perkebunan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Perkembangan Sepeda Motor Indikator Indonesia Sektor (AISI) serta Riil instansi/departemen terpilih terkait lainnya. 1

2 Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif selama tahun 21 (Januari-Desember), hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh tertinggi diantara indikator lainnya yaitu masing-masing sebesar 83,39% dan 82,59%. Tingginya produksi dan penjualan kendaraan niaga selama tahun 21 merupakan indikasi mulai meningkatnya investasi khususnya untuk pemenuhan kebutuhan alat angkut. Disisi lain, produksi minyak mentah mengalami pertumbuhan negatif sepanjang tahun 21 yaitu sebesar -,62% (Tabel 1). Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Desember 21 ytd* Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,3 1,51 -,62 - Produksi Kondensat ribu barel ,65 6,34,5 Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga unit ,44-3,4 41, - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit ,94 1,8 5,9 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,89-3,17 83,39 - Penjualan Kendaraan Niaga unit ,48-1,54 82,59 - Produksi Sepeda Motor unit ,84-22,48 25,69 - Penjualan Sepeda Motor unit ,56-21,3 25,79 - Ekspor Besi dan Baja ton ,84-3,48 7,8 - Konsumsi Semen ribu ton ,13 1,61 6,32 - Ekspor Kayu Lapis ton ,82 15,77 23,24 - Ekspor Kayu Gergajian ton ,47 12,77 25,39 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,58 3,9 17,65 - Penjualan Listrik ke Sektor Industri juta KWH ,75-4,67 11,5 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH ,6-5,9 13,45 - Penjualan Listrik Total juta KWH ,1-4,87 1,86 - Kunjungan Wisman orang ,5 11,43 3,59 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen ,98,25 3,28 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen ,86 2,17 2,3 Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton ,1-1,83 2,89 - Batubara ribu ton ,82 1,54 23,7 - Biji Tembaga ribu ton ,56 46,65-1,8 - Peralatan Listrik ribu ton ,2 -,6 18,99 - Makanan Olahan ribu ton ,12 17,73 5,77 - Karet Olahan ribu ton ,38,11 18,95 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,35 23,31 8,56 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,98 1,67 12,7 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,81-19,21 15,91 - Minyak Nabati ribu ton ,14-9,88-3,27 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 21 dengan data series kebelakang. - Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 21 dengan data series kebelakang. Data ekspor 1 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi IAE sejak edisi Mei 29. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari- Desember 28. Sampai dengan periode laporan, indikator Ekspor Non Migas belum masuk dalam analisis indikator aktivitas ekonomi secara bulanan, tahunan dan kumulatif. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (), tahunan () dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 28. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia. 2

3 ASSESMEN ASSESMEN SUBSEKTOR SUBSEKTOR EKONOMI EKONOMI (SUBSEKTOR (SUBSEKTOR TANAMAN REAL PERKEBUNAN) ESTATE) Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, PDB subsektor tanaman perkebunan secara konsisten mengalami pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,72% per tahun. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, subsektor tanaman perkebunan memiliki peluang yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta masih dijadikan andalan sebagai subsektor yang menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Tingginya potensi yang dimiliki oleh subsektor perkebunan tersebut membuat perbankan lebih banyak mengucurkan dananya pada subsektor ini dibandingkan dengan subsektor lainnya dalam sektor pertanian. Pertumbuhan produksi subsektor tanaman perkebunan pada periode rata-rata sebesar 7,26% dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 26. Tingginya pertumbuhan pada tahun 26 tersebut di dorong oleh peningkatan produksi pada komoditi kelapa sawit. Pangsa komoditas kelapa sawit terhadap total produksi subsektor perkebunan sebesar 43,62% dan merupakan pangsa terbesar dalam subsektor perkebunan. Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia. Tingginya permintaan dunia terhadap produk kelapa sawit seiring dengan penggunaannya sebagai bahan bakar nabati alternatif pengganti minyak menyebabkan harga produk tersebut meningkat cukup signifikan. Hal ini membuat komoditas kelapa sawit dijadikan sebagai salah satu komoditas perkebunan andalan yang menyokong penerimaan devisa. Untuk mendukung peningkatan daya saing komoditas sawit di pasar internasional, saat ini pemerintah telah siap menerapkan standar produksi minyak sawit berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO). A. Peranan Subsektor Tanaman Perkebunan dalam PDB Selama 1 tahun terakhir (21-21) subsektor tanaman perkebunan selalu mencatat pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,72%. Di dalam sektor pertanian, pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan lebih tinggi dari subsektor kehutanan (2,1%) dan subsektor tanaman bahan makanan (1,8%), namun masih di bawah subsektor perikanan (5,9%) dan subsektor peternakan & hasil-hasilnya (4,1%). Dalam kurun waktu 1 tahun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 21 (7,8%) dan terendah pada tahun 24 (,4%). Pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan cenderung berada dalam tren yang menurun sejak tahun 21. Kontribusi subsektor tanaman perkebunan rata-rata sebesar,9% terhadap pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya (21 sd. 21). Pada tahun 21 subsektor tanaman perkebunan hanya memberikan kontribusi sebesar,5% terhadap perekonomian yang tumbuh 6,1%, atau naik tipis dibandingkan tahun 29 (,4%). (, %) Grafik 3. Pertumbuhan Tahunan Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Grafik 4. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB (%).8 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan.7 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan.6 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Sumber: BPS, diolah Berdasarkan struktur ekonomi, distribusi subsektor tanaman perkebunan cenderung stabil dari tahun ke tahun dengan rata-rata sebesar 2,14% dari total ekonomi (21-21). Dibandingkan subsektor lainnya di sektor pertanian, distribusi subsektor tanaman perkebunan merupakan ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan (7,27%) dan subsektor perikanan (2,48%). Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, distribusi subsektor tanaman perkebunan menyentuh level terendahnya 3

4 pada tahun 26 sebesar 1,9% dan tertinggi terjadi pada tahun 22 sebesar 2,36%. Pada tahun 21, distribusi subsektor tanaman perkebunan sebesar 2,11%. Indeks deflator subsektor tanaman perkebunan tahun 21 naik 18,42% dibandingkan tahun 29 dan merupakan kenaikan terbesar dalam subsektor pertanian. Tingginya kenaikan indeks deflator tersebut disebabkan oleh kenaikan harga komoditi tanaman perkebunan. Grafik 5. Pangsa Subsektor Terhadap PDB Total (pangsa, %) 2 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan 18 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan 16 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan Grafik 6. Indek Deflator Subsektor (Indek Deflator) 45 Sektor Pertanian Subsek. Tanaman bahan makanan 4 Subsek. Tanaman perkebunan Subsek. Peternakan 35 Subsek. Kehutanan Subsek. Perikanan 18,42% Sumber: BPS, diolah Orientasi penjualan produk tanaman perkebunan adalah domestik. Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Updating 28, orientasi penjualan produk tanaman perkebunan didominasi oleh pasar domestik, dan hanya komoditas kopi dan tanaman perkebunan lainnya yang diekspor dengan porsi masing-masing sebesar 61,31% dan 52,33%. Sementara itu, produksi tanaman perkebunan mayoritas dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor/subsektor lain. Komoditi kelapa sawit dan tebu merupakan komoditi yang hasil produksinya paling besar digunakan untuk memenuhi permintaan antara yaitu masing-masing sebesar 99,62% dan 98,3%. Tabel 2. Input Output Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor Permintaan (%) Pangsa Thd Pangsa Thd Penawaran (%) Permintaan Akhir Output Total Output Permintaan Investasi Perubahan Output (%) Sektor (%) Antara Konsumsi Ekspor Impor (PMTB) Stok Domestik 1 Padi Tanaman kacang-kacangan Jagung (3.86) Tanaman umbi-umbian (5.96) Sayur-sayuran dan buah-buahan (2.88) Tanaman bahan makanan lainnya (.15) Karet Tebu Kelapa (3.16) Kelapa sawit (.89) Tembakau (3.82) Kopi (6.59) Teh (.23) Cengkeh (.47) Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Tanaman lainnya Peternakan (2.28) Pemotongan hewan Unggas dan hasil-hasilnya (6.11) Kayu Hasil hutan lainnya Perikanan (2.49) Sumber : Tabel Input Output Indonesia Updating 28 (diolah) 4

5 B. Produksi dan Produktivitas Komoditi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Pertumbuhan produksi subsektor tanaman perkebunan dalam 9 (sembilan) tahun terakhir (22-21) rata-rata sebesar 7,26% dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 26 (28,6%). Tingginya pertumbuhan pada tahun 26 tersebut di dorong oleh peningkatan produksi pada komoditi kelapa sawit sebesar 46,28%. Setelah tahun 26 pertumbuhan produksi subsektor tanaman perkebunan mengalami perlambatan dan mencapai titik terendah pada tahun 28 (,22%). Namun demikian, dalam dua tahun terakhir pertumbuhan produksi subsektor tanaman perkebunan mulai menunjukkan tren yang meningkat. Dari 11 komoditi pada subsektor tanaman perkebunan, komoditas kelapa sawit mempunyai porsi terbesar yakni rata-rata 58,68% (produksi dari 21 s.d. 21), kemudian disusul oleh kelapa (13,95%), karet (9,53%), dan tebu (9,43%). Produktivitas tanaman perkebunan selama rata-rata tumbuh sebesar 4,51%. Pada tahun 21 produktivitas naik cukup signifikan sebesar 3,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar,72%. Sementara itu pada tahun 28 produktivitas tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan negatif yang disebabkan oleh lebih rendahnya pertumbuhan produksi dibandingkan dengan pertumbuhan luas lahan. Diantara komoditi tanaman perkebunan, komoditi tebu memiliki produktivitas tertinggi dan pada tahun 21 produktivitasnya mencapai 6,2 ton/ha, sedangkan komoditi perkebunan yang produktivitas paling rendah adalah komoditi jambu mete yang hanya,25 ton/ha di tahun 21. Grafik 7. Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan Grafik 8. Produktivitas Komoditi Tanaman Perkebunan (ribu ton) 3,5 3, 2,5 2, 1,5 (ribu ton) 25, 2, 15, 1, (ton/ha) , Karet Kakao Kelapa Kopi Tebu Tembakau Sawit (sb.kanan) Teh Lada Kapas Jambu Mete 5, Sumber: Ditjen Perkebunan Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Kesejahteraan petani pada subsektor tanaman perkebunan rakyat berada di atas kesejahteraan petani sektor pertanian secara umum. Hal ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) subsektor tanaman perkebunan rakyat yang selalu berada di atas indeks NTP total. Tingginya peningkatan NTP tanaman perkebunan rakyat pada tahun 28 diperkirakan di dorong oleh tingginya harga komoditas internasional beberapa komoditi seperti CPO dan Kakao yang menyebabkan peningkatan penerimaan petani. Setelah itu, memasuki periode krisis akhir tahun 28 NTP tanaman perkebunan turun cukup drastis mencapai level terendahnya sebesar 1,1 pada bulan Desember. Selanjutnya indeks NTP mulai menunjukkan tren peningkatan walaupun kenaikannya belum dapat menyamai tahun 28. Indeks NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada bulan Februari 211 sebesar 15,79, berada diatas indeks NTP sektor pertanian yaitu 13,33%. 5

6 Grafik 9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat indeks NTP Perkebunan Rakyat NTP Total CPO (Sb.Kanan, MYR/MT) Cocoa (Sb.Kanan, USD/MT) Sumber: BPS C. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor subsektor tanaman perkebunan tercermin dari data ekspor impor kelompok kopi, teh, coklat, rempah-rempah (SITC-7); kelompok tembakau & olahan tembakau (SITC-12); kelompok biji-bijian mengandung minyak (SITC-22); dan kelompok karet mentah (SITC-23). Untuk selanjutnya data ekspor impor dari keempat kelompok tersebut akan disebut data ekspor impor subsektor tanaman perkebunan. Proporsi ekspor dan impor subsektor tanaman perkebunan terhadap total ekspor dan impor relatif rendah. Pada tahun 21, proporsi ekspor subsektor tanaman perkebunan terhadap total ekspor Indonesia sebesar,9%, sedangkan proporsi impor subsektor tanaman perkebunan terhadap total impor hanya,2%. Neraca perdagangan subsektor tanaman perkebunan mengalami net ekspor (tahun 26 s.d. 21). Dalam kurun waktu tersebut net ekspor subsektor tanaman perkebunan rata-rata sebesar USD5,98 miliar. Net ekspor subsektor tanaman perkebunan pada tahun 21 mencapai angka tertinggi sebesar USD8,92 miliar. Angka ekspor tercatat USD11,24 miliar, atau naik 233% dibandingkan tahun 29, sementara impor mengalami kenaikan 123%. Kenaikan ini terutama didorong oleh kenaikan ekspor karet dari USD1,62 miliar pada tahun 29 menjadi USD7,3 miliar di tahun 21, atau naik sebesar 352%. Negara tujuan ekspor karet terbesar yaitu ke negara-negara Asia (terutama negara Cina, Jepang, dan Singapura) sebesar USD 3,6 miliar (49,32%) dan negara-negara di kawasan Amerika (terutama ke negara Amerika Serikat, Brazil, dan Kanada). sebesar USD2,45 miliar (33,59%) Peningkatan nilai ekspor subsektor tanaman perkebunan disebabkan oleh peningkatan harga komoditi 1 tanaman perkebunan. Sementara itu, pertumbuhan volume ekspor cenderung stagnan. Harga komoditi tanaman perkebunan pada tahun 21 meningkat 197,22% dibandingkan tahun 29, sedangkan pertumbuhan volume ekspor hanya 12,6%. 1 Perhitungan harga komoditi menggunakan pendekatan nilai ekspor dibagi dengan volume ekspor 6

7 Grafik 1. Ekspor Impor Tanaman Perkebunan (Miliar USD) Net Ekspor Ekspor Impor Sumber: Data EXIM BI Grafik 11. Neraca Perdagangan Komoditi Tanaman Perkebunan (Miliar USD) TOBACCO AND TOBACCO MFD. COFFEE, TEA, COCOA, SPICES OIL SEEDS, NUTS & KERNELS CRUDE RUBBER Total Grafik 12. Perkembangan Nilai, Volume, dan Harga Ekspor Tanaman Perkebunan (Nilai/Volume) Nilai (miliar USD. Sb. Kanan) P Vol (Sb.kanan) Linear (Vol (Sb.kanan)) Sumber: Data EXIM BI D. Keterkaitan dengan Sektor Lain Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input Output Indonesia Updating 28, komoditas dalam subsektor tanaman perkebunan tercermin dari karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, tembakau, kopi, teh, cengkeh, hasil tanaman serat, dan tanaman perkebunan lainnya. Komoditi tembakau memiliki derajat daya penyebaran (power of dispersion) sebesar 1,14, lebih tinggi dibandingkan komoditi tanaman perkebunan yang lain. Derajat penyebaran sebesar 1,14 berarti 1 unit output komoditi tembakau akan mendorong output komoditi sektor ekonomi lainnya sebesar 1,14 unit. Sementara itu, komoditi kelapa sawit memiliki derajat kepekaan (degree of sensitivity) tertinggi dibandingkan komoditi lainnya yaitu 1,2, yang berarti untuk menghasilkan 1 unit output komoditas kelapa sawit dibutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya sebesar 1,2 unit. Tabel 3. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Komoditi Subsektor Tanaman Perkebunan Keterangan Indeks Derajat Kepekaan Indeks Derajat Penyebaran Karet Tebu Kelapa.7.86 Kelapa sawit Tembakau Kopi Teh Cengkeh Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah 7

8 Input utama komoditi tanaman perkebunan adalah benih komoditas tanaman perkebunan kemudian diikuti oleh pupuk dan pestisida, khusus komoditi kelapa sawit diikuti oleh lembaga keuangan. Berdasarkan alokasi outputnya, produksi tanaman perkebunan adalah hasil produksi komoditas tanaman perkebunan dan indutri pengolahan (industri minuman, industri barang karet dan plastik, industri gula, industri minyak & lemak, industri rokok, industri makananan lainnya, dan industri pemintalan). Tabel 4. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Subsektor Tanaman Perkebunan Input Utama % Komoditi Alokasi Output % Karet Karet 8.71 Industri pupuk dan pestisida 7.16 Industri barang karet dan plastik 1.52 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 4.42 Karet Kegiatan yang tak jelas batasannya 2.6 Industri kimia 3.91 Industri tekstil, pakaian dan kulit 1.1 Perdagangan 1.97 Jasa lainnya.87 Tebu Tebu 65.5 Industri pupuk dan pestisida 6.82 Industri gula 28.4 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 3.84 Tebu Industri minuman 2.46 Bangunan 3.62 Industri makanan lainnya.92 Lembaga keuangan 2.77 Industri tepung, segala jenis.65 Kelapa 73.8 Kelapa 9.64 Industri pupuk dan pestisida 7.76 Industri minyak dan lemak 4.78 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 4.2 Kelapa Industri gula 1.54 Bangunan 2.43 Industri tepung, segala jenis.53 Lembaga keuangan 1.73 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun.48 Kelapa sawit Kelapa sawit Lembaga keuangan 5.72 Industri minyak dan lemak Industri pupuk dan pestisida 5.1 Kelapa sawit Industri kimia 2.89 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 3.3 Industri makanan lainnya 1.1 Bangunan 2.93 Peternakan.66 Tembakau 54.3 Tembakau Industri pupuk dan pestisida Industri rokok 2.96 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 9.16 Tembakau Restoran dan hotel 3 Perdagangan 3.16 Angkutan udara Lembaga keuangan 2.97 Angkutan air Kopi Kopi Industri pupuk dan pestisida Industri makanan lainnya 2. Penambangan minyak, gas dan panas bumi 5.98 Kopi Unggas dan hasil-hasilnya.77 Lembaga keuangan 4.76 Peternakan.34 Perdagangan 3.8 Pemotongan hewan.21 Teh 8.73 Teh Industri pupuk dan pestisida 6.34 Industri makanan lainnya.49 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 3.38 Teh Industri minuman.24 Lembaga keuangan 1.95 Unggas dan hasil-hasilnya.19 Perdagangan 1.71 Peternakan 8 Cengkeh Cengkeh Industri pupuk dan pestisida 9.12 Industri rokok 2.33 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 4.77 Cengkeh Restoran dan hotel 3 Perdagangan 2.3 Industri minuman 1 Lembaga keuangan.82 Industri kimia Hasil tanaman serat 82.4 Hasil tanaman serat Industri pupuk dan pestisida 5.9 Industri pemintalan.63 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 3.19 Hasil tanaman serat Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun.27 Peternakan 1.12 Industri tekstil, pakaian dan kulit.15 Perdagangan.9 Industri bambu, kayu dan rotan 4 Tanaman perkebunan lainnya Tanaman perkebunan lainnya 8.32 Industri pupuk dan pestisida Kegiatan yang tak jelas batasannya Penambangan minyak, gas dan panas bumi 6.17 Tanaman perkebunan lainnya Industri makanan lainnya 1.65 Perdagangan 2.4 Industri minuman 1.4 Bangunan 2.34 Industri kimia.81 Sumber: Data I-O Updating 28 BPS, diolah E. Pembiayaan Kredit Subsektor Tanaman Perkebunan Kredit pada subsektor tanaman perkebunan terus meningkat dan mendominasi nilai kredit di sektor pertanian. Kredit pada tanaman perkebunan memiliki share yang dominan di dalam kredit sektor pertanian, yakni rata-rata sebesar 66,95%. Nilai kredit subsektor tanaman perkebunan pada tahun 21 tercatat sebesar Rp miliar, atau 82,78% dari penyaluran kredit di sektor pertanian yang mencapai Rp miliar. Selama periode 2-21 penyaluran kredit subsektor tanaman perkebunan meningkat rata-rata sebesar 16,35% per tahun dari Rp miliar di tahun 2. Dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan kredit tanaman perkebunan mencapai puncaknya pada tahun 21 sebesar 42,8%. Komoditas tanaman perkebunan yang dominan dibiayai oleh kredit perbankan antara lain kelapa sawit, tembakau, karet, tebu, dan teh. 8

9 Grafik 13. Pembiayaan Kredit Subsektor Tanaman Perkebunan (miliar Rp) 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, (%) Grafik 14. Rata-rata Share Kredit Subsektor Tanaman Perkebunan Tanaman Pangan 7% Kehutanan dan pemotongan kayu(logging) 3% Perikanan 5% Peternakan 6% Sarana pertanian 1% Perburuan % 3, 2, 1, Total Kredit Pertanian 19,389 2,359 21,788 23,671 32,286 36,598 44,946 55,864 66,95 75,392 89,922 Kredit Kelompok Tanaman Perkebunan 13,368 14,81 15,246 16,148 17,891 22,48 29,557 38,822 45,183 52,125 74,433 Growth Kredit Tanaman Perkebunan Lainnya 11% Tanaman Perkebunan 67% Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia 9

10 BOKS : Gambaran Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan CPO di Indonesia Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia, luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Ditjen Perkebunan adalah seluas 7,82 juta ha dengan produksi 19,84 juta ton pada tahun 21 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, penyebaran paling banyak adalah di daerah Sumatera diperkirakan seluas 5,29 Juta hektar. Berdasarkan data Oil World, 47% minyak kelapa sawit (Palm Oil) dunia pada tahun 21 di produksi oleh Indonesia dan produksi terbesar kedua adalah Malaysia sebesar 39%. Selebihnya negara pemasok minyak kelapa sawit lainnya berasal dari negara Nigeria, Thailand, Kolombia, Ekuador, Papua Nugini, Pantai Gading, dan Brazil. Tabel 5. Peran Indonesia dalam Produksi Minyak Kelapa Sawit Dunia Keterangan Malaysia Indonesia Nigeria Thailand Kolombia Lainnya Dunia Produksi 7,43 3, ,716 13,86 ( ton) Share (%) Produksi 1,842 7, ,196 21,827 ( ton) Share (%) Produksi 15,823 17, , ,89 38,673 ( ton) Share (%) Produksi 17,735 19,2 86 1,16 8 3,149 42,94 ( ton) Share(%) Produksi ( ton) 17,565 19,4 N.A N.A N.A N.A N.A Share(%) Produksi ( ton) 16,994 2,48 N.A N.A N.A N.A 43,574 Share(%) Sumber: Oil World dan MPOB, Ditjen Perkebunan, CEIC A. Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Produksi kelapa sawit Indonesia terutama berasal dari perkebunan swasta dengan rata-rata jumlah produksi selama 1 tahun terakhir sebesar 7,17 juta ton atau sekitar 5% dari rata-rata jumlah produksi nasional sebesar 14,22 juta ton. Seiring dengan penambahan luas areal perkebunan serta berkembanganya industri kelapa sawit di berbagai wilayah serta membaiknya harga CPO dunia, mendorong produksi kelapa sawit nasional terus meningkat setiap tahun. Pertumbuhan produksi kelapa sawit nasional sebesar rata-rata 1,72% per tahun dengan pertumbuhan produksi tertinggi tahun 26 (25,28%). Produksi kelapa sawit sempat mencatat pertumbuhan negatif pada tahun 28 akibat turunnya produksi yang berasal dari perkebunan milik negara (-8,45%) dan perkebunan swasta (-5,56%), sementara produksi kelapa sawit dari perkebunan tanaman rakyat justru meningkat 8,88%. Grafik 15. Produksi Kelapa Sawit Grafik 16. Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit juta ton %, Perkebunan Rakyat Perkebunan Swasta Perkebunan Negara Total *) 21**) Perkebunan Rakyat Perkebunan Swasta Perkebunan Negara Total *) 21**) Sumber: Ditjen Perkebunan Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah 1

11 *) 21**) Kepemilikan lahan kelapa sawit telah mengalami pergeseran semenjak tahun 199-an. Semula perkebunan kelapa sawit sebagian besar dimiliki oleh perkebunan milik negara kemudian setelah terjadi investasi besar-besaran dari perkebunan swasta maka kini perkebunan swasta mendominasi perkebunan kelapa sawit. Luas areal lahan kelapa sawit milik swasta pada tahun 21 sendiri sebesar 3,89 juta ha, sementara milik perkebunan rakyat dan milik negara masing-masing 3,31 juta ha dan,62 juta. Produktivitas rata-rata perkebunan kelapa sawit tahun sebesar 2,25 ton/ha. Pada tahun 21, produktivitas perkebunan kelapa sawit mencapai 2,54 ton/ha atau tumbuh 2,15% dibanding tahun 29. Grafik 17. Luas Areal & Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit (ribu ha) Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah B. Konsumsi Pada tahun 21, sekitar 59% produksi minyak kelapa sawit (CPO) diekspor ke luar negeri, sementara sisanya diserap untuk konsumsi dalam negeri. Konsumsi minyak kelapa sawit domestik dominan digunakan oleh industri minyak goreng (25%), sedangkan sisanya digunakan untuk kepentingan biofuel (7%), industri oleokimia (4%), margarine (3%), dan sabun (2%). Grafik 18. Konsumsi Kelapa Sawit ekspor Migor Biofuel Oleokimia Margarin sabun Ekspor 7% 59% 41% Domestik 25% 4% 3% 2% Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah 11

12 C. Harga Seiring dengan meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu komoditi yang digunakan dalam pembuatan bio energy untuk alternatif bahan bakar, harga minyak kelapa sawit mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Sejak tahun 22, harga komoditi tersebut telah meningkat 14,8% dari MYR1.355,87/MT menjadi MYR2.776,6/ MT. Harga minyak kelapa sawit mencapai puncaknya pada tahun 28 sebesar MYR 2.836,78/MT, kemudian mengalami penurunan sebesar 2,11% pada tahun 29 akibat krisis ekonomi global yang terjadi di akhir tahun 28. Setelah mulai mengalami perbaikan ekonomi, harga komoditi tersebut kembali meningkat sebesar 22,52% di tahun 21. Hingga bulan Maret 211 secara rata-rata harga minyak kelapa sawit telah meningkat 34,97% dan berada pada level MYR3.747,67/MT. Tingginya harga CPO internasional mendorong terjadinya inflasi komoditi minyak goreng dalam Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dengan rata-rata kenaikan harga CPO Internasional sebesar 11,72%/tahun (23-21), IHK dan IHPB minyak goreng rata-rata mengalami inflasi sebesar 9,26% dan 4,74% per tahun. Inflasi IHK minyak goreng tertinggi terjadi pada tahun 27 (38,86%) seiring dengan pertumbuhan harga CPO internasional yang mencapai 61,42%. Grafik 19. Perkembangan Harga CPO & Inflasi Minyak Goreng (Indeks) ,78 % 38,86 % (MYR/MT) IHPB_Migor IHK_migor Harga CPO Internasional Sumber: BPS, CEIC D. Perkembangan Ekspor Komoditas minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berkontribusi terhadap penerimaan devisa negara yang dapat diandalkan. Hal ini tercermin dari nilai dan volume ekspor minyak kelapa sawit yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 21, share ekspor komoditi minyak kelapa sawit terhadap total ekspor non migas adalah sebesar 1,54% atau berada di urutan kedua setelah komoditi batubara 13,81%. Nilai ekspor pada tahun 21 mencapai USD13,65 miliar dengan jumlah volume ekspor 16,16 juta ton. Nilai ekspor tersebut telah meningkat 578,5% dibandingkan tahun 22, sementara volume ekspor naik 172,4%. Negara tujuan ekspor minyak sawit terbesar periode Januari 211 yaitu India (26,6%), Malaysia (2,4%), Belanda (7,8%), dan Singapura (6,9%). Jumlah impor produk minyak kelapa sawit tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah ekspor. Walaupun mengalami pertumbuhan sebesar 87,9%, namun nilai impor minyak kelapa sawit pada tahun 29 hanya sebesar 16,82 juta ton dengan volume ton. 12

13 Grafik 2. Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Grafik 21. Perkembangan Impor Minyak Kelapa Sawit 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, MYR/MT Volume (ribu ton) Nilai (juta USD) Harga CPO (sb.kanan) (ribu USD) 18, Nilai (Sb.Kiri) Volume (Sb.Kanan) 16,822 16, 14, 12, 1, 8,366 8,953 8, 7,36 6, 4,745 5,94 4, 2, 3,267 2, (Ton) 3, 25, 2, 15, 1, 5, Sumber: Bank Indonesia, CEIC Sumber: Ditjen Perkebunan Untuk melindungi kebutuhan konsumsi domestik mengingat tingginya harga CPO internasional, maka pemerintah mengenakan pajak ekspor yang besarnya tergantung terhadap Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO dengan berpedoman pada harga rata-rata minyak sawit mentah (Cost Insurance and Freight/CIF) di Rotterdam, Belanda. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.11/28 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar, Bea Keluar (BK) produk kelapa sawit, CPO, dan produk turunannya untuk bulan Maret 211 sebesar 25% atau tetap dibandingkan bulan sebelumnya dengan harga referensi CPO bulan Maret sebesar USD1.294,53/ metrik ton. Sementara BK untuk bulan April 211 ditetapkan sebesar 22,5% dengan HPE USD1.27,53 per metrik ton. E. Permasalahan dan Kebijakan Pemerintah Isu lingkungan yang menyebabkan produk CPO Indonesia sulit menembus pasar Uni Eropa. Produk CPO Indonesia diisukan tidak ramah lingkungan dan berasal dari penggundulan hutan dan lahan gambut. Pengembangan kebun sawit ini diperkirakan melepaskan jutaan ton karbon dioksida (CO2) dan membuat Indonesia menjadi kontributor emisi CO2 terbesar ketiga di dunia sehingga menimbulkan efek rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim. Saat ini di UE terdapat aturan EU Directive mengenai ketentuan emisi rumah kaca yang akan diberlakukan pada 211. Dalam aturan tersebut negara UE tidak bisa mengimpor CPO karena dianggap komoditas tersebut tidak memenuhi ketentuan mengenai pembatasan emisi mereka. Akibatnya, CPO tidak bisa masuk ke pasar UE 2. Namun demikian saat ini Pemerintah sedang menjajagi kerjasama dengan Serbia-Montenegro untuk ekspor CPO ke negara tersebut. Hal ini dilihat sebagai potensi bagi produk CPO Indonesia untuk dapat memasuki pasar kawasan Eropa Timur. Infrastruktur industri CPO nasional termasuk akses jalan dan konektivitasnya dengan pengangkutan di pelabuhan masih kurang memadai. Selama ini jalan di sentra-sentra perkebunan sawit, terutama di kabupaten, untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit) masih banyak yang rusak. Masalah lain yang dihadapi industri CPO adalah pertumbuhan industri yang kurang selaras dengan pertumbuhan industri turunannya. Pertumbuhan industri CPO dan produk CPO selama ini hanya diikuti pertumbuhan industri hulu, seperti industri fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl esther. Pemanfaatan CPO belum dilakukan secara optimal untuk pengembangan industri hilir. Produk 2 Sumber :

14 industri hilir hasil olahan CPO seperti surfactant, farmasi, kosmetik, dan produk kimia dasar organik pengembangannya masih cukup minim 4. Program pembangunan perkebunan tahun hanya satu yaitu peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Kegiatan yang fokus dilakukan terkait dengan komoditi kelapa sawit yaitu revitalisasi perkebunan, penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati/bio-energi, pengembangan komoditi ekspor, serta dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan. Tabel 5. Fokus pembangunan perkebunan tahun 211 Sumber: Dirjen Perkebunan Pemerintah telah siap menerapkan standar produksi minyak sawit berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untuk mendukung peningkatan daya saing komoditas sawit di pasar internasional. ISPO merupakan rangkuman dari beberapa produk hukum terkait penyelenggaraan industri minyak sawit seperti undang-undang tentang kehutanan, undang-undang tentang perkebunan, undang-undang tentang lingkungan hidup dan undang-undang tentang tenaga kerja. Tujuan ISPO untuk meningkatkan kepedulian pentingnya memproduksi kelapa sawit berkelanjutan, meningkatkan tingkat kompetisi minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia, dan mendukung komitmen Indonesia dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Saat ini sifat ISPO masih berupa Surat Edaran dan belum menjadi kewajiban sampai dengan Sumber : ; 21/1/211 14

15 GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 24. Grafik 22. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) Grafik 23. Produksi Kondensat (% ) (% ) Grafik 24. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 25. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 26. Produksi Kendaraan Niaga Grafik 27. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% )

16 Grafik 28. Produksi Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik29. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) Grafik 3. Ekspor Besi dan Baja Grafik 31. Konsumsi Semen (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 32. Ekspor Kayu Lapis Grafik 33. Ekspor Kayu Gergajian (% ) 15 (% ) 1 (% ) (% )

17 (% ) Grafik 34. Penjualan Minyak Diesel (% ) (% ) Grafik 35. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) Grafik 36. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% m-t-m ) (% ) Grafik 37. Penjualan Listrik Total (% ) Grafik 38. Kunjungan Wisman (% ) (% ) Grafik 39. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta (% ) (% )

18 Grafik 4. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% ) (% )

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

Tinjauan Pasar Minyak Goreng (Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 02/01/16/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011 RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 28/05/16/Th.XVII, 15 No. 37/07/16/Th.XVII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI, EKSPOR-IMPOR, KUNJUNGAN WISMAN, TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL, TRANSPORTASI, NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH.

PERKEMBANGAN INFLASI, EKSPOR-IMPOR, KUNJUNGAN WISMAN, TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL, TRANSPORTASI, NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH. BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 35/06/12/Thn.XVII, 02 Juni 2014 PERKEMBANGAN INFLASI, EKSPOR-IMPOR, KUNJUNGAN WISMAN, TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL, TRANSPORTASI, NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., ember 2007 No. 07/02/16/Th.XVII, 02 Februari 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016 No. 03/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER NAIK 20,01 PERSEN MENJADI US$941,27JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 20,01 persen

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., September 2007 No. 07/02/16/Th.XIX, 1 Februari 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juni 2010 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juli 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 3 Oktober PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 No.64/09/33/Th.XI, 15 September PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JAWA TENGAH AGUSTUS MENCAPAI US$ 562,99 JUTA Nilai ekspor Jawa Tengah bulan mencapai US$ 562,99

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Maret 2007 No.22/05/16/Th.XIX, 2 Mei PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci