INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH"

Transkripsi

1 Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juni 2010 Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan bulanan tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel, sedangkan ekspor besi dan baja justru mengalami pertumbuhan negatif. Secara kumulatif dalam periode Januari-Juni 2010, hampir seluruh indikator ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami peningkatan kecuali ekspor besi & bja yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Juni 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas tumbuh positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator produksi kendaraan niaga (96,45%) diikuti oleh produksi kendaraan non niaga (66,74%) dan penjualan minyak diesel (45,50%). Satu-satunya indikator yang mengalami pertumbuhan negatif adalah ekspor besi dan baja (-18,58%). Selama Juni 2009 Juni 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131,40% yang terjadi pada Januari Sementara itu, ekspor besi & baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 2009 (Grafik. 1). Bulanan Secara bulanan, pertumbuhan indikator aktivitas ekonomi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel (38,31%) sedangkan terendah terjadi pada ekspor besi dan baja (-22,20%). Selama periode Juni 2009 Juni 2010, pertumbuhan tertinggi terjadi pada indikator produksi kendaraan niaga (62,58%; Oktober 2009) dan terendah dialami oleh indikator ekspor besi & baja (-44,30%; April 2010) (Grafik. 2). (% ) (% ) Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Juni 2010 Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Juni 2010 Juni Juni 2010 Tertinggi Juni 2010 Juni Juni 2010 Tertinggi Juni 2010 Juni Juni 2010 Terendah Juni Juni 2010 Terendah Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-Juni 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Indikator yang tumbuh diatas 50% berasal dari industri otomotif yaitu: produksi kendaraan niaga (89,54%) dan produksi kendaraan non niaga (56,95%). Sementara itu, ekspor besi & baja menjadi satu-satunya indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas yang menunjukkan kinerja negatif sepanjang Januari-Juni 2010 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya adalah (-10,55%) (Tabel 1). Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran khususnya sub sektor Perdagangan Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

2 Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Migas Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juni 2010 y-o-y ytd* - Produksi Minyak Mentah ribu barel ,03-4,13 0,43 - Produksi Kondensat ribu barel ,28-4,76 4,17 Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga unit ,74 20,40 56,95 - Produksi Kendaraan Niaga unit ,46 12,52 89,54 - Produksi Sepeda Motor unit ,65 4,57 41,26 - Ekspor Besi dan Baja ton ,58-22,20-10,55 - Konsumsi Semen ton n/a n/a n/a n/a n/a n/a - Ekspor Kayu Lapis ton ,86-0,98 41,50 - Ekspor Kayu Gergajian ton ,19-1,16 38,05 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter ,50 38,31 31,01 - Penjualan Listrik ke Sektor Industri ribu KWH ,29 1,25 16,01 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan ribu KWH ,38-1,71 12,27 - Penjualan Listrik Total ribu KWH ,27 0,83 12,55 - Kunjungan Wisman orang ,94 2,23 34,83 Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton , ,26 - Batubara ribu ton ,88 15,84 47,21 - Biji Tembaga ribu ton ,90-37,91-6,57 - Peralatan Listrik ribu ton ,57 3, Makanan Olahan ribu ton ,61 11,37 8,92 - Karet Olahan ribu ton ,63 2,60 21,83 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton ,81-7,14-0,24 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton ,17 2,57 13,75 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton ,20 261,23 1,14 - Minyak Nabati ribu ton ,95 6,39-10,53 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih sejak edisi Mei Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (), tahunan () dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. n/a Data konsumsi semen sampai dengan laporan disusun belum tersedia. ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PERDAGANGAN) Subsektor perdagangan merupakan salah satu subsektor dalam sektor perdagangan, hotel & restoran yang mengalami pertumbuhan terendah dibandingkan pertumbuhan subsektor lain dalam sektor perdagangan, hotel & restoran. Rata-rata pertumbuhan subsektor perdagangan selama tahun hanya sebesar 5,63%. Meskipun demikian, subsektor perdagangan memiliki share terhadap total PDB tertinggi dibandingkan subsektor lain pada sektor perdagangan, hotel, & restoran, yaitu sebesar 12,20% ( ). Share yang cukup besar tersebut menyebabkan subsektor perdagangan memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kredit yang diterima subsektor perdagangan tercermin dari kredit pada kelompok pembelian & pengumpulan barang dagangan dalam negeri; kelompok distribusi; dan kelompok perdagangan eceran. Ratarata pangsa kredit yang diterima kelompok perdagangan relatif besar. Apabila dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor perdagangan, hotel & restoran adalah sebesar 18,46%, dimana sebesar 13,69% merupakan pangsa dari subsektor perdagangan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Subsektor perdagangan adalah subsektor yang berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang baik barang baru maupun bekas, dengan tujuan untuk disalurkan tanpa mengubah sifat barang tersebut. Subsektor perdagangan dikelompokkan menjadi 2 jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan pengumpulan dan 2

3 penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan pedagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umunnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau bekas. Subsektor perdagangan merupakan salah satu subsektor dalam sektor perdagangan, hotel & restoran dengan pertumbuhan terendah dibandingkan subsektor lain dalam sektor perdagangan, hotel & restoran. Rata-rata pertumbuhan subsektor perdagangan besar & eceran selama 9 tahun terakhir (dari 2001 s.d. 2009) sebesar 5,63%, atau terendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan subsektor restoran (5,93%) dan subsektor hotel (5,70%). Memasuki tahun 2010, pertumbuhan subsektor perdagangan besar & eceran mulai mengalami peningkatan dimana pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010, subsektor perdagangan besar & eceran tumbuh secara tahunan masing-masing sebesar 10,88% dan 11,09%, atau jauh melampaui rata-rata pertumbuhan selama 9 tahun terakhir (Tabel 2). Membaiknya pertumbuhan subsektor tersebut menunjukkan mulai bergairahnya perekonomian Indonesia. Pertumbuhan subsektor seiring dengan permintaan dan penyediaan beberapa produk barang yang dihasilkan sektor pertanian dan sektor industri yang juga menunjukkan kenaikan. Subsektor perdagangan memiliki share terhadap total PDB tertinggi dibandingkan share subsektor restoran dan subsektor hotel. Rata-rata share/distribusi subsektor perdagangan terhadap total PDB (tahun ) sebesar 12,20%, atau merupakan share tertinggi dibandingkan share subsektor restoran (2,73%) dan subsektor hotal (0,50%). Pada triwulan I-2010 dan triwulan II-2010 share subsektor perdagangan masing-masing sebesar 11,14% dan 11,03% (Tabel 2). Sumbangan subsektor perdagangan relatif tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan subsektor restoran dan subsektor hotel. Seiring dengan pangsa subsketor perdagangan yang mendominasi pada sektor perdagangan, hotel, & restoran, subsektor tersebut memberikan sumbangan yang relatif tinggi terhadap pertumbuhan PDB. Rata-rata sumbangan subsektor perdagangan selama 9 tahun terakhir sebesar 0,77%, tertinggi dibandingkan sumbangan subsektor restoran dan subsektor hotel masing-masing sebesar (0,13%) dan (4%). Pada tahun 2009, pertumbuhan subsektor perdagangan mengalami penurunan cukup signifikan yang mengakibatkan turunnya kontribusi subsektor perdagangan terhadap PDB. Hal ini ditengarai sebagai dampak terjadinya krisis global yang menyebabkan penurunan impor barang yaitu sebesar -27,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan I dan II 2010, sumbangan subsektor perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi secara tahunan () mencapai 1,47% dan sebesar 1,51% (Tabel 2). Subsektor perdagangan mendominasi sektor perdagangan, hotel, & restoran dimana share subsektor perdagangan mencapai 79,10%. Rata-rata share subsektor perdagangan terhadap sektor perdagangan, hotel, & restoran (periode ) mencapai 79,10%, atau merupakan share tertinggi dibandingkan share subsektor restoran (17,71%) dan subsektor hotel (3,19%) (Grafik 3). Pangsa/share subsektor perdagangan terhadap sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan I-2010 sebesar 80,1% dan triwulan II-2010 sebesar 80,4%. 3

4 Tabel 2. Pertumbuhan, Distribusi/Share dan Kontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran (%) RINCIAN Rata-rata ( ) Q Q a. Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,95 4,27 5,45 5,70 8,30 6,42 8,93 6,87 1,14 5,67 9,36 9,63 1) Perdagangan besar & eceran 3,57 4,14 5,59 5,52 8,82 6,60 9,41 7,03 2 5,63 10,88 11,09 2) Hotel 7,39 4,83 6,24 7,93 6,23 5,18 5,37 4,51 3,60 5,70 3,43 4,19 3) Restoran 5,20 4,87 4,38 6,08 5,88 5,75 7,08 6,58 7,53 5,93 2,45 2,77 b. Distribusi/Share thd PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16,10 17,14 16,64 16,05 15,56 15,02 14,99 13,97 13,37 15,43 13,90 13,71 1) Perdagangan besar & eceran 13,44 13,34 12,94 12,53 12,21 11,77 11,86 11,14 10,56 12,20 11,14 11,03 2) Hotel 0,60 0,57 0,56 0,55 0,51 0,48 0,44 0,38 0,36 0,50 0,34 0,33 3) Restoran 2,05 3,22 3,14 2,98 2,84 2,77 2,69 2,45 2,45 2,73 2,42 2,35 c. Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,64 0,69 0,88 0,93 1,36 1,08 1,51 1,19 0,20 0,94 1,55 1,61 1) Perdagangan besar & eceran 0,48 0,55 0,74 0,74 1,18 0,91 1,31 1, ,77 1,47 1,51 2) Hotel ) Restoran 0,11 0,11 0,10 0,14 0,13 0,13 0,16 0,15 0,17 0, d. Distribusi/Share thd Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1) Perdagangan besar & eceran 83,51 77,87 77,76 78,02 78,46 78,37 79,14 79,73 78,99 79,10 80,15 80,44 2) Hotel 3,75 3,35 3,38 3,44 3,28 3,20 2,92 2,73 2,69 3,19 2,43 2,40 3) Restoran 12,74 18,78 18,86 18,54 18,26 18,43 17,94 17,53 18,32 17,71 17,42 17,17 Sumber : BPS diolah B. Keterkaitan dengan Sektor Lain Kelompok perdagangan memiliki indeks derajat kepekaan yang tinggi (2,70). Berdasarkan perhitungan menggunakan pendekatan linkages dalam tabel I-O tahun 2005, komoditas dalam subsektor perdagangan tercermin dari kelompok perdagangan mempunyai indeks derajat kepekaan yang tinggi yaitu sebesar 2,70. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output kelompok tersebut dibutuhkan input dalam jumlah yang besar dari sektor ekonomi lain yaitu sebesar 2,70 unit. Sebaliknya, indeks daya penyebaran kelompok perdagangan hanya sebesar 0,93, menunjukkan bahwa 1 unit output kelompok tersebut akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya hanya sebesar 0,93 unit. C. Pembiayaan Rata-rata pangsa kredit yang diterima kelompok perdagangan relatif besar. Kredit yang diterima subsektor perdagangan tercermin dari kredit pada kelompok pembelian & pengumpulan barang dagangan dalam negeri; kelompok distribusi; dan kelompok perdagangan eceran. Rata-rata penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel, & restoran selama tahun 2000 s.d sebesar Rp miliar, sedangkan rata-rata kredit yang diterima subsektor perdagangan adalah sebesar Rp miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa kredit subsektor perdagangan mendominasi kredit yang diterima sektor perdagangan, hotel, & restoran dengan rata-rata pangsa mencapai 74,13%. Share tersebut merupakan share tertinggi dibandingkan share kelompok restoran & hotel (7,16%) dan kelompok lainnya (18,70%). Secara lebih rinci, rata-rata share kredit subsektor perdagangan terdiri dari kredit kelompok perdagangan eceran (42,07%), kelompok distribusi (25,43%) dan kelompok lainnya (18,70%) pada sektor perdagangan, hotel & restoran. Apabila dilihat terhadap total kredit pada seluruh sektor ekonomi, rata-rata pangsa kredit sektor perdagangan, hotel & restoran adalah sebesar 18,46%, dimana 4

5 sebesar 13,69% merupakan pangsa dari subsektor perdagangan terhadap kredit seluruh sektor ekonomi (Grafik 4 dan 5). Pertumbuhan kredit subsektor perdagangan lebih tinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor perdagangan, hotel, & restoran. Rata-rata pertumbuhan kredit pada subsektor perdagangan selama 9 tahun terakhir (periode ) sebesar 26,10%, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit kelompok hotel & restoran (13,76%) bahkan diatas rata-rata pertumbuhan kredit yang diterima sektor perdagangan, hotel, & restoran (24,59%). Grafik 3. Pembiayaan Kredit Subsektor Perdagangan miliar Rp 3500 (%) 45 Grafik 4. Rata-rata Share Kredit Subsektor Perdagangan (%) Lainnya, Restoran dan hotel, Total Kredit Perdagangan 41,12 44,78 60,30 78,62 102,3 128,9 157,0 207,1 250,6 292,0 Kelompok Perdagangan 28,99 33,03 45,79 61,84 70,71 94,52 114,2 150,5 191,3 228,7 Growth Kredit Kelompok Perdagangan Kelompok perdagangan, Sumber: LBU, Bank Indonesia Sumber: LBU, Bank Indonesia D. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Secara umum, IHPB mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Rata- rata IHPB periode 2003 s.d tw II sebesar 12,49% () dan sempat mengalami gejolak pada tahun Pada triwulan II-2008, IHPB naik signifikan yaitu sebesar 34,72% () terutama disebabkan adanya kenaikan harga beberapa komoditas pangan di pasar internasional yang terjadi sejak Januari 2008 dan mengalami puncaknya pada Maret 2008 terutama untuk komoditas beras, jagung, dan CPO. Sementara itu, jika dilihat perkembangan harga pada subsektor perdagangan yang tercermin dari GDP deflator juga mengalami perkembangan yang fluktuatif dan hampir searah dengan perkembangan IHPB. Meskipun demikian, pada tahun 2008 perkembangan harga subsektor perdagangan memiliki arah berkebalikan dengan perkembangan IHPB. Hal ini ditengarai karena perkembangan harga di sisi penjualan eceran mengalami kenaikan. 5

6 Grafik 5. Perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar dan Deflator PDB Subsektor Perdagangan (%, ) (%, ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IHPB Deflator PDB - Subsektor Perdagangan E. Potensi dan Permasalahan 1 Potensi Ket: Indeks Harga Perdagangan Besar tahun menggunakan tahun dasar 2000 (2000=100). Mulai 2009, menggunakan tahun dasar 2005 (2005=100) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 1. Ukuran pasar domestik Indonesia merupakan negara dengan pasar domestik yang sangat besar. Besarnya pasar domestik tercermin dari luas wilayah, besarnya jumlah populasi dengan trend konsumsi yang semakin meningkat, dan besarnya nilai produksi perekonomian. Besarnya pasar domestik Indonesia merupakan daya tarik bagi masuknya investor yang kemudian juga akan berdampak pada kenaikan ekspor. Selain tingkat penyerapan output industri, besarnya ukuran pasar juga berarti skala ekonomi yang besar yang berdampak pada efisiensi usaha menjadi lebih baik, sehingga lebih berdaya saing. Bank Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 16 dari 133 negara dalam Global Competitiveness Index untuk aspek Domestic Market Size. 2. Ekonomi kreatif Ekonomi kreatif merupakan kombinasi dari kekayaan dan kebhinekaan kultural, dimensi pembangunan manusia, hubungan sosial yang inklusif yang berinteraksi dengan teknologi, Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dan turisme. Ide dan kreatifitas akan memberi nilai tambah yang lebih besar bagi produk kreatif. Ekonomi kreatif dapat mendukung peningkatan nilai tambah pada produk ekspor. Lebih lanjut, ekonomi kreatif berpotensi dalam menjawab tantangan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) dalam penanggulangan kemiskinana dan pengangguran serta pengembangan UMKM. 3. Iklim Usaha Perdagangan Perbaikan iklim usaha merupakan potensi untuk mendukung kinerja investasi dan ekspor, serta untuk mempertahankan ekspektasi positif pelaku usaha untuk melakukan dan meningkatkan aktivitas-aktivitas bisnis di Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah antara lain: kemudahan prosedur, penyederhanaan prosedur & modernisasi sistem Bea Cukai, harmonisasi standards and conformance yang dapat memudahkan akses ke pasar regional, meminimalisasi hambatan perdagangan, harmonisasi tariff bea masuk, dan membangun Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). 1 Kementrian Perdagangan RI,

7 Permasalahan 1. Berdasarkan hasil Survei Pemetaan Sektor Ekonomi Subsektor Perdagangan Tahun 2006, mayoritas responden menyatakan bahwa beberapa permasalahan utama dalam subsektor perdagangan antara lain: tingginya inflasi, kurangnya dukungan pemerintah terhadap dunia usaha (kenaikan harga kebutuhan pokok, listrik, dan BBM), masih tingginya tariff pajak dan birokrasi yang rumit, jalan/transportasi kurang memadai dengan pembangunan infrastruktur yang masih lambat, serta tingginya suku bunga kredit dan birokrasi yang berbelit-belit. 2. Sementara itu, Kementrian Perdagangan menyebutkan beberapa permasalahan yang terdapat di subsektor perdagangan saat ini antara lain: a. Kurangnya diversifikasi ekspor Diversifikasi tujuan pasar ekspor dan produk ekspor perlu ditingkatkan karena dapat memberikan fleksibilitas bagi ekspor nasional jika terjadi guncangan permintaan di pasar tujuan ekspor atau guncangan permintaan di dalam negeri. b. Kurangnya daya saing dan ekonomi biaya tinggi Berdasarkan hasil survei mengenai daya saing dalam ekspor dan investasi, Indonesia masih berada pada peringkat yang lebih rendah dibandingkan pesaing utamanya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, India. Peringkat daya saing Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara pesaing ekspor dan investasi utama diatas, terutama disebabkan oleh ekonomi biaya tinggi di Indonesia. Ekonomi biaya tinggi terutama disebabkan oleh aspek institusional, infrastruktur, dan logistik. c. Belum optimalnya sistem distribusi nasional Belum optimalnya sistem distribusi barang dan sistem komoditas strategis, diantaranya ditandai dengan panjangnya rantai distribusi, disparitas harga antar wilayah yang tinggi, fluktuasi harga ditingkat konsumsi. Hal ini merupakan akibat dari dampak jaringan yang belum tertata baik, belum transparannya ketersediaan pasokan ditingkat produsen serta terbatasnya sarana penyimpanan (pergudangan, pendingin) ditingkat produksi. Tidak meratanya sistem distribusi nasional juga disebabkan oleh aktivitas perdagangan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehingga perlu daya dorong pengembangan perdagangan ke luar Pulau Jawa. d. Belum optimalnya perlindungan konsumen dan pengamanan pasar. e. Belum memadainya infrastruktur perangkat hukum bidang perdagangan. 7

8 BOKS : Rencana Strategis Kementrian Perdagangan periode Perdagangan merupakan aktivitas pertukaran barang yang berlangsung antara dua pihak untuk saling memenuhi kebutuhan. Masyarakat yang tidak mampu memproduksi suatu jenis komoditi yang dibutuhkan akan terdorong untuk mendapatkan komoditi tersebut melalui perdagangan. Secara umum, peran subsektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya peran subsektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan yang mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung sektor industri, pertanian, kehutaan, perikanan, turisme, pertambangan dsb. Dukungan tersebut memberikan pengaruh positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor tersebut. Aktivitas perdagangan sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan daya saing ekonomi serta pencipta kemakmuran rakyat. Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah, dan kecenderungan pembangunan perekonomian ke depan (periode ) maka ditetapkan visi dari Kementrian Perdagangan bahwa : Perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi serta pencipta kemakmuran rakyat yang berkeadilan Secara rinci, pembangunan perdagangan periode tersebut difokuskan untuk mencapai 3 misi utama, yaitu: meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, menguatkan pasar dalam negeri, dan menjaga ketersediaan bahan pokok & penguatan jaringan distribusi nasional. Upaya pencapaian misi tersebut akan diimplementasikan melalui sembilan program utama dan 66 kegiatan pembangunan perdagangan dimana 27 kegiatan diantaranya merupakan kegiatan prioritas bidang pembangunan ekonomi nasional, dan 5 kegiatan merupakan kegiatan prioritas nasional. Tujuan pembangunan perdagangan ke depan akan difokuskan pada: 1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitas perdagangan luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu dan meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor. 2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi pada pelayanan publik yang optimal. 3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global. 4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan dan kompleksitas. 5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebijakan perdagangan yang sesuai. 6. Peningkatan kinerja sektor perdagangan & ekonomi kreatif melalui fasilitas promosi dan penciptaan kebijakan perdagangan yang sesuai. 7. Peningkatan perlindungan konsumen & pengamanan pasar dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar dari praktek perdagangan tidak sehat. 8. Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok di Indonesia, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pokok dapat terjaga. 9. Penciptaan jaringan distribusi yang efisien melalui penciptaan sarana dan kebijakan distribusi serta layanan logistik yang mendukung dan sinergis. 2 Kementrian Perdagangan RI,

9 GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH 24,0 Grafik 6. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 16,0 2 Grafik 7. Produksi Kondensat (% ) (% ) 15,0 2 12,0 15,0 1 16,0 12,0 8,0 4,0-4,0 8,0 4,0-4,0-8,0 1 5,0-5, ,0 5,0-5,0-1 -8,0-12, ,0 Grafik 8. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) Grafik 10. Produksi Sepeda Motor Grafik 11. Ekspor Besi dan Baja (% ) (% ) (% ) (% )

10 Grafik 12. Konsumsi Semen Grafik 13. Ekspor Kayu Lapis (% ) (% ) (% ) (% ) * 5* 6* * data bulan April s.d Juni 2010 belum tersedia Grafik 14. Ekspor Kayu Gergajian Grafik 15. Penjualan Minyak Diesel (% ) (% ) (% ) (% ) (% ) 2 15,0 1 5,0-5, ,0-2 Grafik 16. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) 2 15,0 1 5,0-5, ,0-2 (% ) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0 Grafik 17. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% m-t-m ) 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0-6,0-8,0 10

11 (% ) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0 Grafik 18. Penjualan Listrik Total (% ) 15,0 1 5,0-5,0-1 Grafik 19. Kunjungan Wisman (% ) (% )

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Februari 21 Pada Februari 21, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif dengan pertumbuhan tertinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih pada Juli 211 mengalami peningkatan secara tahunan terutama dari penjualan kendaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Juli 2010 Secara tahunan, seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi pada produksi kendaraan niaga. Pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Maret 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Maret 2008, pertumbuhan tahunan dan bulanan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga Sementara itu, kontraksi tertinggi secara tahunan terjadi pada penjualan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Konsumsi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Pada Agustus 211 perbandingan jumlah indikator aktivitas ekonomi yang meningkat dan menurun secara tahunan cukup berimbang, dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR DESEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,68 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari 2015 SURVEI PENJUALAN ECERAN Survei Penjualan Eceran mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan eceran pada Februari 2015 mengalami akselerasi. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN o SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari Pada Februari indeks penjualan riil mengalami penurunan sebesar -5,7% (mtm). Penurunan tersebut sesuai dengan pola historisnya yang cenderung turun pada bulan Februari.

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Mei Indeks riil penjualan eceran mengalami penurunan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran Indeks

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

SURVEY PENJUALAN ECERAN

SURVEY PENJUALAN ECERAN SURVEY PENJUALAN ECERAN September Indeks riil penjualan eceran pada September mengalami penurunan Harga-harga umum diperkirakan meningkat dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan relatif stabil Perkembangan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Juni Indeks riil penjualan eceran mengalami peningkatan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran Indeks

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Juli Indeks riil penjualan eceran mengalami peningkatan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran Indeks

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Januari Indeks riil penjualan eceran pada Januari dan ruari mengalami penurunan Harga dan suku bunga kredit diperkirakan relatif stabil Perkembangan Penjualan Eceran Indeks riil

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN R E T A I L S A L E S S U R V E Y uari 2004 - Penjualan mulai mengalami penurunan - Harga-harga umum diperkirakan masih akan tetap meningkat - Tingkat suku bunga kredit diperkirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN Agustus? Trend penjualan riil masih menunjukan peningkatan walaupun melambat, pada bulan Agustus mengalami penurunan dan pada bulan September diperkirakan meningkat?

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 70/11/Th. XIII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,17 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Juli Indeks penjualan riil pada bulan Juli kembali mengalami peningkatan baik secara bulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 4,2% (mtm) dan 24,5% (yoy) sehingga tercatat sebesar

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004 No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci