PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK CENGKEH DENGAN MENERAPKAN ILMU PERPINDAHAN PANAS PADA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK CENGKEH DENGAN MENERAPKAN ILMU PERPINDAHAN PANAS PADA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK CENGKEH DENGAN MENERAPKAN ILMU PERPINDAHAN PANAS PADA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI Oeh : Sarwoko 1),Arif Setyo Nugroho ),Martinu Heru Pamiyanto ) 1))) Juruan Teknik Mein,Akademi Teknoogi Warga Surakarta ABSTRACT Coe oi indutry, temperature diociation energy of diatomic i principa diociation energy of diatomic required to proce ditiation takepace.in ditiation can be conentiona, o of externa air, temperature diociation energy of diatomic i not paid attention. re- deign i ditiation deice of conentiona oi of coe meant to increae efficiency from the deice by the way of optima of temperature diociation energy of diatomic yieded from fue baking. Redeigned technoogy proide intaation around the boier pipe and oi eparator with a better contruction materia ioation haing 0.0m thickne.it caed a gawoo the heat conductiity of thi gawoo i 0,07 W/M.K.The matria of oi eparator i taine tee with M thickne by ioation, The boier pipe hae ow temperature gradient at each atitude ditiation boier.obtained ow temperature gradient at each boier pippe.steam boier in the boier i more ecure in the oi yied coud be increead by 4,17%.With the ue of agood oi eparator,coe oi can be produced much more ecure oi ceane, increaed by1,51%. Key word : Detiation,heating urface,yied,temperature gradient I. PENDAHULUAN Saah atu cara untuk mendapatkan minyak atiri (termauk minyak cengkeh) adaah dengan metode penyuingan. Penyuingan adaah cara untuk mendapatkan minyak atiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimaukkan ke daam kete hingga terdapat uap yang diperukan, atau dengan cara mengairkan uap jenuh (Guenther, E., 1987). Metode penyuingan untuk mendapatkan minyak cengkeh adaah penyuingan dengan air dan uap, dimana daun cengkeh tidak beringgungan angung dengan air, tetapi hanya beringgungan dengan uap air ebagai hai pendidihan di daar kete uing. Daam indutri keci di daerah-daerah penghai cengkeh, banyak digunakan metode penyuingan ecara koneniona. Metode penyuingan terebut maih menggunakan aat yang angat ederhana, dimana kontruki aat tidak memperhitungkan rugi-rugi pana eama proe penyuingan. Pada proe penyuingan, pana adaah energi utama yang diperukan agar proe bia berangung. Pana digunakan untuk mendidihkan air, dimana uap air yang terbentuk akan mauk ke jaringan tanaman dan akan menguapkan minyak cengkeh. Pana juga dibutuhkan untuk menjaga uhu didaam kete agar uap yang terbentuk tetap daam fae uap ampai mauk ke pendingin, ehingga kondenai tidak terjadi di daam kete uing. Jika kondenai terjadi di daam kete, akan timbu air kondenat yang akan membaahi daun cengkeh. Jika daun cengkeh baah, minyak yang terkandung pada daun cengkeh akan uit teruapkan oeh uap air. Ha ini akan menyebabkan menurunnya efiieni minyak yang bia dihaikan oeh ejumah daun cengkeh yang diuing. Untuk menjamin uap yang terbentuk di daam kete tetap berada pada fae uap kering, peru diadakan perbaikan atau penambahan komponen pada aat penyuingan. Bia fae uap daam kete uing tetap berada pada fae uap, maka penguapan minyak cengkeh dapat terjadi pada keeuruhan Jurna Teknika ATW_Edii06 1

2 daun di daam kete uing. Bia minyak yang ikut teruapkan oeh uap air ebih banyak, maka efiieni minyak yang dihaikan dapat ebih banyak pua. Suatu penyuingan minyak cengkeh dikatakan menghaikan efiieni minyak yang baik bia minyak cengkeh hai penyuingan memiiki kadar eugeno yang tinggi. Penyuingan dengan uap kering dapat menghaikan minyak kuat yang kaya akan eugeno. Penyuingan dengan uap kering pada keeuruhan kete dapat terjadi bia kete diioai dengan baik (Satroharnidjojo,005). Suatu aat penyuingan minyak atiri ederhana yang terdiri dari pemana, kete uing, dan pendingin dapat digunakan untuk meakukan proe penyuingan, proe penyuingan dapat ebih efektif bia menggunakan aat pemiah minyak yang dideain untuk bia memiahkan minyak dari air dengan baik (Ghozai, M. 00). Daam uatu penyuingan minyak atiri, kete uing haru diioai dengan baik. Ha ini diakukan agar uap tidak terkondenai di daam kete dan upaya daun tidak menggumpa, karena bia berakibat minyak di daam daun ukar diuapkan ehingga efiieni minyak menurun (Guenther, E. 1987). II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN PERALATAN Bahan yang dipergunakan untuk pendeainan uang adaah: a. Sebagai bahan ioai adaah ga woo eteba 0,0 m dengan harga konduktifita pana ebear 0,076 W/m.K (Incropera. F.D. 1996). Aaan penggunaan ioai gawo adaah karena gawo mampu mengioai kete uing dengan baik. Ditribui temperatur tiap ketinggian kete uing memiiki gradien yang keci dibanding materia ain. b. Aat pemiah minyak cengkeh dari air dibuat dari taine te dengan ketebaan 0,0005 m. Aat yang Digunakan Kete Penyuingan Daun Cengkeh Air Pendingin Penyuingan Dengan Air dan Uap Gambar 1 Penyuingan minyak atiri Aat Pemiah Minyak 1. Aat pemiah, minyak cengkeh dengan air. Sebagai aat ukur dipergunakan: Termometer akoho kaa 110 o C dengan keteitian 1 o C. Termokope tipe K. Mutimeter digita mode APPA 5 ebagai thermocoupe reader. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Perpindahan Pana Daam Dapur Pemana Perpindahan pana yang dihaikan karena pembakaran bahan bakar dan udara, yang berupa api dan ga aap (yang tidak menyaa) dipindahkan kepada air, uap ataupun udara, meaui bidang Jurna Teknika ATW_Edii06

3 yang dipanakan (heating urface) pada uatu intaai dapur pemana dengan tiga cara, yaitu: perpindahan pana konduki, perpindahan pana koneki, perpindahan pana radiai. Sebagai umber pana daam dapur adaah nyaa api dimana bearnya pana yang dihaikan daam pembakaran bahan bakar dinyatakan dengan (Muin, S.A., 1988) : Q f W ( LHV)...( 1 ) dimana: W f = Pemakaian bahan bakar, (kg/h). LHV = Niai bakar terendah, (kka/kg). η f = Efiieni dapur, 0,90 f f Kontruki tungku pembakaran dari aat penyuingan minyak atiri (gambar ), tungku pembakaran dapat diihat ebagai ebuah iinder. Suatu iinder dianggap ebagai item atu dimeni dengan gradien uhu benda hanya merupakan fungi jarak radia ( Homan, J.P., 1994 ). Kete Suing q q q Sumber Pana Ruang Pembakaran Dapur Pemana Gambar. Kontruki tungku pembakaran. Perpindahan Pana pada Kete Suing Bidang pemana (heating urface) primer pada kete adaah bidang yang angung kontak dengan air kete, edang ii-ii ainnya angung berhubungan (kontak) dengan umber pana. Bia bidang pemana yang berentuhan dengan zat cair dipeihara pada uhu yang ebih tinggi dari uhu jenuh zat cair, akan terjadi pendidihan. Fuk kaor yang yang berangung bergantung pada perbedaan antara uhu permukaan dan uhu jenuh zat cair. Bia permukaan yang dipanakan terbenam di bawah permukaan-beba zat cair, proe itu diebut didih koam (poo boiing). Gambar. Kura tipe pendidihan untuk air pada tekanan atmofer; Fuk pana permukaan, dari exce temperature, ΔT e = T T at q ebagai fungi Mekanime fiik dari poo boiing ditunjukkan pada gambar. Dari gambar dapat diihat beberapa daerah pendidihan. Daerah pendidihan ditentukan dengan bearnya temperatur berebih T e, yang bearnya: T e = T Tat...( ) Daerah-daerah terebut adaah : a. Free conection, jika T e T e,,a, dimana T e,a 5 o C. Pada daerah ini terdapat aru koneki beba yang menyebabkan gerakan fuida di dekat heating urface. Pada daerah ini, zat cair di dekat Jurna Teknika ATW_Edii06

4 permukaan dipanakan, mengaami pemanaan ampai agak pana anjut, au menguap daam perjaanan naik ke permukaan. b. Nuceate boiing, jika T e,a T e T e,c, dimana T e,c 0 o C. pada daerah ini terbentuk geembung-geembung pada heating urface. Jika uhu diterukan agi, geembung-geembung terbentuk ebih cepat, dan naik ke permukaan zat cair. c. Tranition boiing, jika T e,c T e T e,d, dimana T e,d 10 o C. pada daerah ini geembung terbentuk dengan cepat ehingga menutupi euruh heating urface, menghaangi mauknya airan zat cair baru ke tempat itu. Pada aat ini geembung-geembung uap muai menggabung dan membentuk apian uap yang akan menutupi heating urface. d. Fim boiing, jika T e T e,d. Pada daerah ini heating urface udah tertutup apian uap. Pada titik D fuk kaornya minimum. Bearnya fux pana yang ditranfer eama proe pendidihan pada fae nuceate poo boiing, dinyatakan dengan (Incropera. F.D. 1996) : 1 g, cp T e f hfg...() n C, f hfg q Pr dimana bearnya niai C,f dan niai n tergantung dari kombinai antara cairan dan permukaan heating urface, yang mana bearnya ditunjukkan pada tabe 1 dibawah. Tabe 1. Niai C,f untuk berbagai kombinai fuida-permukaan pemana Fuid Surface combination C,f n Water copper Scored Poihed Water taine te Chemicay etched Mechanicay poihed Ground and poihed Water bra Water nicke Water - patinum (Sumber: Incropera. F. D. 1996) Bear Critica heat fux untuk nuceate poo boiing adaah: 1 4 g q max = 4 h fg V Sedangkan untuk bearnya heat fux minimum adaah: q min = C h fg q (4) (5) Pada pendidihan fae fim poo boiing bear biangan Nuet adaah : 1 4 h cond g hfgd N u D = C (6) k k T Tat dimana untuk bearnya C adaah 0,6 untuk iinder horionta dan 0,67 untuk boa. Pada heating urface 00 o C, perpindahan pana ecara radiai menjadi angat ignifikan dan peru diperhitungkan. Bear koefiien perpindahan pana tota adaah: 4 h = 4 1 hcon hradh (7) jika hrad hcon maka digunakan: h = h con hrad..(8) 4 T 4 T dimana beaarnya koefiien radiai h rad dinyatakan dengan: rad T T 4 at h = at. (9) Jurna Teknika ATW_Edii06 4

5 dimana : = Emiiita dari benda padat = Kontanta Stean-Botzmann (5,67 x 10-8 W/m K 4 ) Bearnya aju penguapan air eama pendidihan (Incropera. F.D.1996) : q m...(10) h fg D dimana ; q = Laju perpindahan pana, (W). = q 4 h fg = Pana penguapan, (J/kg). Untuk mengetahui ditribui temperatur untuk tiap ketinggian kete uing, kete uing dipandang ebagai ebuah pipa tanpa penutup pada kedua iinya, dengan fuida pana mengair didaam pipa. Dengan menganggap temperatur permukaan kete uing kontan maka beraku peramaan (Incropera. F.D. 1996) : T Tm ( x) Px exp h.(11) T T m i mc, p dimana : T = Temperatur permukaan pipa, (K). T m (x) = Temperatur tengah ejarak x, (K). T m,i = Temperatur tengah fuida mauk pipa, (K). h = Koefiien koneki rata-rata, (W/m K). P = Surface perimeter (P = πd untuk circuar tube), (m). Dengan menyatakan aju perpindahan pana tota koneki ebagai q con, maka (Incropera. F.D. 1996): q mc T T T T q con con p p m, i m, o mc qcon ha Tm dimana : A = ua permukaan, (m ). ΔT m = og mean temperature difference, (K). To Ti ΔT m = (1) T n o Ti T T i Airan uar T, h o o (1) T m,i T m,o L Airan daam m h i x Gambar 4 Perpindahan pana antara udara uar dengan fuida Daam kau kete uing, dimana kete uing beringgungan dengan udara uar dengan uhu tertentu, kete uing dapat dianggap ebagai pipa yang beringgungan dengan udara uar (gambar 4 ). Pada item eperti ini peramaan 14 menjadi (Incropera. F.D. 1996) : T T T o m, o PL exp U...(14) T T i Tm i mc, p dan q UA Tm...(15) dimana : T = Suhu udara uar, (K). U = Koefiien perpindahan pana tota (aerage oera heat (W/m K). tranfer coefficient), Jurna Teknika ATW_Edii06 5

6 . Perpindahan Pana pada Kondenor Pada pendingin terjadi proe perpindahan pana koneki yang berkaitan dengan perubahan fae fuida. Perubahan fae yang terjadi adaah proe pengembunan (kondenai), yaitu perubahan fae dari fae uap menjadi fae cair. Jika uhu uatu pat ebih rendah dari uhu jenuh uap yang berada di ekitarnya, maka akan terjadi kondenai pada permukaan pat terebut. Karena adanya pengaruh gaya graitai maka embun akan mengair ke bawah, jika permukaan pat baah karena zat cair, akan terbentuk uatu apian yang hau, dan proe ini diebut kondenai fim (fim condenation). Jika zat cair tidak membaahi permukaan, maka akan terbentuk tetean-tetean yang jatuh dari permukaan ecara rambang. Proe ini diebut kondenai tete (dropwie condenation). Daam proe kondenai fim, permukaan pat tertutup oeh fim. Fim ini merupakan tahanan terma terhadap aju perpindahan pana. Pada kondenai tete, tidak emua permukaan pat tertutup apian. Ada ebagian permukaan yang terbuka terhadap uap, ehingga aju perpindahan pana ebih tinggi dibanding dengan aju perpindahan pana pada kondenai fim. T x T at Anaia kondenai fim pada pat ertika dengan memperhatikan gambar 5 di amping, dimana: T = Suhu pat, (K). T at = Suhu uap jenuh, (K). y = Teba fim, (m). y Gambar 5. Kondenai fim pada pat rata ertika Dengan mengabaikan gaya icou dan ditribui uhu inier antara kondii uap dan dinding didapatkan (Incropera. F.D. 1996) : q hl AT at T.(16) dimana: q = Laju perpindahan pana, (W). h L = Koefiien koneki, (W/m K). A = Lua penampang pat, (m ). dengan bear aju kondenai (Incropera. F.D. 1996): q hl AT at T m...(17) hfg hfg h h 1 0, 68 Ja. Ja adaah biangan tanpa dimeni yang bearnya = dimana fg fg C T T Ja p, at dengan C p, adaah pana jeni cairan. h fg Pendingin pada aat penyuingan minyak cengkeh berupa pipa horionta yang dibenamkan di daam koam air. Gambar 6, menunjukkan bagian pipa pendingin, dimana di daam pipa terjadi kondenai fim. Condenate Uap Uap Condenate Gambar 6 Kondenai fim pada pipa horizonta Bearnya koefiien koneki dari kondeai pada pipa horizonta adaah ( Incropera. F.D ): h D k g 0,555 Tat T 1 4 h fg D...(18) Peramaan di ata beraku pada harga angka Reynod yang rendah, yaitu: U m, D Re, D i (19) i Jurna Teknika ATW_Edii06 6

7 fg fg p, Dengan bear kaor atent (Incropera. F.D. 1996): h h C T T Untuk harga angka Reynod campuran: 1...(1) Re m D G G DG DG Dengan Re 0000 dan Re 5000 digunakan 8 at...(0) h 1 D 0,8 0,06Pr Re m...() k C. METODE PENELITIAN Variai pengambian data untuk anaia : 1. Mengambi data menggunakan aat penyuingan minyak cengkeh koneniona.. Mengambi data menggunakan aat penyuingan minyak cengkeh dimana tungku pemana, kete uing diioai dengan ga woo. Mengambi data menggunakan aat penyuingan minyak cengkeh dimana kete uing udah diioai START Surey iterature dan urey apang a n : 1. Perputakaan T. Mein UNS, T. Kimia UNS, Puat UNS. Indutri penyuingan minyak cengkeh Penentuan aat yang bia digunakan untuk meningkatkan efiieni penyuingan erta penentuan pendeainan uang yang bia diakukan. Diepakati Tidak Pembuatan aat yang digunakan dan pendeainan kontruki aat penyuingan minyak cengkeh yang baru Ya Penentuan aat ukur dan penempatannya Penerapan teknoogi daam rangka pendeainan uang, yaitu: 1. Ioai pana pada kete uing.. Penggunaan aat pemiah minyak cengkeh dari air Setting peraatan untuk pengambian data Pengambian data ebanyak kai pada kontruki aat yang berbeda Anaia Data Keimpuan STOP Gambar 7. Diagram air tahapan pendeainan Proedur Pengambian Data 1. Jumah air yang diperukan eama penyuingan. Untuk tiga ariai pengambian data, jumah air yang dibutuhkan berbeda, karena tergantung dari bearnya energi pana untuk penguapan.. Jumah bahan bakar yang diperukan eama penyuingan,jumah daun cengkeh ekai penyuingan.. Jumah efiieni minyak cengkeh ekai penyuingan. Seteah minyak cengkeh dipiahkan dari air, minyak cengkeh diukur maanya dengan menggunakan timbangan. Pengukuran berat minyak cengkeh diakukan pada maing-maing ariai. 4. Temperatur pada maing-maing titik pengukuran. Jurna Teknika ATW_Edii06 7

8 Penempatan aat ukur untuk pengambian data terihat pada gambar Gambar 8 Penempatan Aat Ukur. Keterangan: 1.Temp Daar Kete Suing (Heating Surface) 8.Temp dinding pat ebeah daam (kete bagian ata).temp didih air (Saturated Temperature) 9.Temp dinding pat ebeah uar (kete bagian bawah). Temp uap 10 cm di ata permukaan air. 10.Temp dinding pat ebeah uar (kete bagian ata) 4. Temp uap 40 cm di ata permukaan air. 11.Temp uar daar kete (yang beringgungan dengan api) 5. Temp uap 80 cm di ata permukaan air. 1.Temp permukaan uar ioai tungku api 6. Temp uap mauk pendingin. 1.Temp air pendingin 7. Temp dinding pat ebeah daam (kete bagian bawah). 14.Temp cairan keuar dari pendingin. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Dari data pengamatan bia dibuat trend temperatur pada tiap ketinggian kete uing. Data yang dibuat trend yaitu pada waktu ke 5 00 menit. Data yang abih engkap bia diihat dibawah ini Tabe Ditribui temperatur epanjang ketinggian kete uing Ketinggian Kete Suing Ditribui Temperatur Sepanjang Ketinggian Kete Suing Kete Suing Tidak Diioai Kete Suing Diioai Gawo 0,0 m x T m(x) T m(x) T m(x) T m(x) (m) (K) ( o C) (K) ( o C) Bia hai perhitungan di ata digambar daah ebuah grafik grafik pengaruh ioai pada ditribui temperatur uap tiap ketinggian kete uing menjadi : Jurna Teknika ATW_Edii06 8

9 Temperatur Temperatur Temperatur 11,00 114,00 107,00 Tanpa Ioai Ioai GaWo cm 100,00 0 0,1 0, 0, 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Ketinggian Kete Suing Gambar 9. Grafik pengaruh ioai pada ditribui uhu epanjang kete uing Temperatur Uap pada Ketinggian 0 m PENYULINGAN KONVENSIONAL DENGAN ISOLASI GLASSWOLL 0,0 M Waktu Penyuingan Gambar 10. Temperatur uap pada ketinggian 0 m dari permukaan air untuk dua ariai penyuingan Temperatur Uap pada Ketinggian 0,1 m Waktu Penyuingan Penyuinga n Koneniona Denga n Ioai Gawo 0,0m Gambar 11. Temperatur uap pada ketinggian 0,1 m dari permukaan air untuk dua ariai Jurna Teknika ATW_Edii06 9

10 Temperatur Temperatur Temperatur Uap pada Ketinggian 0,4 m Penyuingan koneniona Dengan iioai Waktu Penyuingan Gambar 1. Temperatur uap pada ketinggian 0,4 m dari permukaan air untuk penyuingan Temperatur Uap pada Ketinggian 0,8 m Penyuingan Konniona 98 Dengan Ioai waktu Penyuingan Gambar 1.Temperatur uap pada ketinggian 0,8 m dari permukaan air untuk dua ariai penyuingan Dari grafik di ata bia diihat bahwa untuk tiap ketinggian kete uing, temperatur uap pada penyuingan dengan menggunakan ioai pada kete uing memiiki niai temperatur yang ebih tinggi daripada penyuingan koneniona tanpa ioai. Bia diimpukan bahwa penyuingan dengan ioai pada kete uing ebih menjamin tidak terjadinya kondenai di daam kete uing. Tabe. Peningkatan rendemen minyakcengkeh pada beberapa kapaita produki No Kapaita produki Rendemen minyak yang dihaikan Peningkatan 1 65 kg 1, kg - 70 kg 1,5 kg 5 % 80 kg,0 kg 40 % B. PEMBAHASAN Dari percobaan dengan tiga ariai didapat rendemen minyak yang meningkat untuk tiap ariai. Jumah peningkatan rendemen minyak erta proentae rendemen dibanding bahan baku adaah: Tabe 4. Perhitungan kenaikan rendemen minyak cengkeh No Rendemen minyak Proentae rendemen Proentae kenaikan rendemen minyak 1 1, kg (1,/65)kg = 1,846 % - (1,5/65)kg = 1,9 4,17% 1,5 kg % (1,5/65)kg =,077 1,51% 1,5 kg % Jurna Teknika ATW_Edii06 10

11 Untuk mengetahui meningkatnya perekonomian penyuing diakukan perhitungan ebagai berikut: Harga daun cengkeh per kg = Rp. 50,00 Harga minyak cengkeh per kg = Rp ,00 Jumah daun cengkeh daam atu kai penyuingan = 65 kg No Hai Penyuingan Tabe 5. Perhitungan perekonomian penyuing Hai Tota Beaya Produki Keuntungan Proentae kenaikan perekonomian 1 1, kg Rp ,00 Rp..750,00 Rp. 1.50,00-1,5 kg Rp ,00 Rp..750,00 Rp ,00 11% 1,5 kg Rp ,00 Rp..750,00 Rp ,00 4 % Keterangan : 1. Penyuingan koneniona. Penyuingan dengan ioai pada kete uing aja.. Penyuingan dengan ioai pada kete uing dan aat pemiah minyak yang udah didiain uang IV. SIMPULAN Dari pendeainan uang aat penyuingan minyak cengkeh koneniona di dea Wonokeing, Karangannyar dapat diimpukan bahwa: 1. Tungku pembakaran maih ayak untuk digunakan. Tungku pembakaran mampu menghaikan energi pana dari pembakaran bahan bakar yang cukup untuk mendidihkan air di daam kete uing, yaitu ebear W. Energi pana ini mampu memanakan heating urface ebear 469 o C dengan aturated temperature 11 o C.. Ioai yang paing bagu adaah gawo dengan ketebaan 0,0 m.. Dengan adanya ioai gawo pada kete uing, gradien temperatur di daam kete uing reatif ebih keci dibanding dengan tanpa ioai. 4. Dari pendeainan aat penyuingan dengan ioai gawo 0,0 m didapatkan temperatur uap pada puncak kete uing ebear 106 o C. Pendeainan menggunakan aturated temperature 111 o C. 5. Dari data pengamatan, pada aturated temperature yang ama (111 o C), penyuingan dengan ioai gawo 0,0 m pada kete uing didapatkan temperatur puncak kete uing ebear 105 o C. 6. Didapatkan rendemen minyak yang meningkat daam ekai penyuigan dengan bahan baku 65 kg. Untuk pemberian ioai gawo 0,0 m didapatkan peningkatan rendemen 4,17 %. Untuk penggunaan aat pemiah minyak pada kete yang diioai didapatkan peningkatan rendemen minyak ebear 1,51 %. 7. Dengan peningkatan rendemen minyak cengkeh, untuk penyuingan dengan ioai kete didapatkan keuntungan Rp ,00 (meningkat 11%). Untuk penggunaan aat pemiah minyak pada penyuingan dengan kete yang diioai didapatkan keuntungan Rp ,00 (meningkat 4%). V. DAFTAR PUSTAKA [1] Ghozai Muhammad, 00, Aat Penyuingan Minyak Atiri, Fak. Teknik UNS, Surakarta. [] Guenther Ernet, 1987, Minyak Atiri, Unierita Indoneia Pre, Jakarta. [] Homan, J.P. 1994, Perpindahan Kaor, Erangga, Jakarta. [4] Incropera, F.P. 1996, Fundamenta of Heat and Ma Tranfer, John Wiey and Son, Canada. [5] Muin, S.A. 1988, Peawat-peawat Koneri Energi I Kete Uap, Rajawai Per, Jakarta. [6] Satroharnidjojo hardjono,005, Poteni minyak Atiri Indoneia, Makaah Workhop Kewira-uahaan UGM dan Ikhimki,Yogyakarta Jurna Teknika ATW_Edii06 11

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL Budi Santoso * Abstract : In industrial clove oil destilation, heat is the main energy which needed for destilation process

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks:

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks: SATUAN OPERASI I NERACA ENERGI Recommended Textbook: Toledo, R.M., 2010, Fundamental of Food Proce Engineering (3 rd edition), Springer. Sing, R.P. and D.P. eldman, 2008, Introduction to Food Engineering

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Tuga Akhir BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada proe perhitungan dibutuhkan data-data yang beraal dari data operai. Hal ini dilakukan karena data operai merupakan data performance harian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodeogi Umum Tujuan peneitian ini dicapai dengan cara mengikuti tahapan-tahapan yang diuun eperti pada Gambar.. Tahapan-tahapan terebut adaah: (i) pemahaman komperhenif

Lebih terperinci

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN LINGKARAN PENGUATAN KONTAN Kau Uniatera ( 0 Penuatan makimum dieroeh ada kondii : untuk dan maka enuatan G dan G 0. Untuk embaran niai G dan G yan berada diantara no dan niai makimumnya, G -max dan G -max,

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan SIFAT SIFAT TERMIS Pendahuluan Apliai pana ering digunaan dalam proe pengolahan bahan hail pertanian. Untu dapat menganalii proe-proe terebut ecara aurat maa diperluan informai tentang ifat-ifat thermi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH

4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH Penetapan Berat Jeni Partikel Tanah 35 1. PENDAHULUAN 4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH Fahmuddin Agu dan Setiari arwanto Berat jeni partikel, ρ, adalah perbandingan antara maa total fae padat tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK JETri, Volume 4, Nomor, Februari 005, Halaman 1-16, ISSN 141-037 ERBANDINGAN ENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI ENGGERAK KOMRESOR ADA SIANG HARI DAN MALAM HARI ADA INDUSTRI ES BALOK Liem Ek Bien

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal SIMAK UI 2011 Fisika Kode Soa Doc. Name: SIMAKUI2011FIS999 Version: 2012-11 haaman 1 01. Sebuah mikroskop terdiri dari ensa obyektif (f 1 = 0,5 cm) dan ensa okuer (f 2 = 2 cm). Jarak antara kedua ensa

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA PERIODE 2005/2006 UJ H SEMESE M PEJ S PEODE 5/6 Diketahui : -panjang peat (p 5,5 c -ebar peat ( 6, c Ditanya : ua peat (? p x 5,5 x 6,, 79 c Seuai aturan penuian karena dari panjang dan ebar peat, angka penting yang paing

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC , Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PENGANTAR EKONOMI MIKRO PENGANTAR EKONOMI MIKRO www.febriyanto79.wordpre.com LOGO TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Elatiita ebagai % perubahan variabel dependen ebagai akibat perubahan variabel independen ebear 1% Teori

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya Daar Teori Perhitungan Jumlah THP: BSORBER BERTLM -JMK G BEROPERSI SECR Counter-Current Counter-current Multi-tage borption (Tray aborber) Di dalam Menara brober Bertalam (tray aborber), berlangung operai

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI ISSN 4-735 MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI Setiyadi, Suratno Lourentiu, Ezra Ariella W.*, Gede Prema M.S. Juruan Teknik Kimia, Fakulta Teknik, Univerita Katolik Widya Mandala,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO GEAK MELINGKA Diuun oleh : Ir. AIANTO DEFINISI GEAK MELINGKA PENGETIAN 1 ADIAN PEIODA DAN FEKENSI KELAJUAN ANGULE DAN KELAJUAN LINIE HUBUNGAN ANTA ODA GEAK BENDA DI LUA DINDING MELINGKA GEAK BENDA DI DALAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

Penentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V)

Penentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V) Penentuan Parameter-Parameter Karakteritik Sel Surya untuk Kondii Gelap dan Kondii Penyinaran dari Kurva Karakteritik Aru-Tegangan (-) A. Suhandi, Y. R. Tayubi, Hikmat, A. Eliyana Juruan Pendidikan Fiika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI BATU BARA SEBAGAI PENGHASIL SYNGAS UNTUK SUPLAI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL (PERANCANGAN REAKTOR)

PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI BATU BARA SEBAGAI PENGHASIL SYNGAS UNTUK SUPLAI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL (PERANCANGAN REAKTOR) PERANCANGAN SISTEM GASIFIKASI BATU BARA SEBAGAI PENGHASIL SYNGAS UNTUK SUPLAI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL (PERANCANGAN REAKTOR) Dioniiu Ramaditya Putra Fatruan Program Sarjana Departemen Teknik Mein Fakulta

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN.

IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN. IMPLEMENTASI METODE SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE UNTUK OPTIMASI MANAJEMEN BANDWITH JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK ACEH SELATAN Dirja Nur Ilham Doen Teknik Komputer Politeknik Aceh Selatan dirja_nur@yaoo.com

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp SM NEGERI 14 JKRT Jaan SM Barat, Ciiitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tp. 01 809096 BIDNG STUDI : FISIK DINMIK ROTSI F 1. Sebuah roda dapat mengeinding pada sebuah bidang datar yang kasar. Massa roda 0,5

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-653

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-653 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (206) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) B-653 Rancang Bangun dan Studi Ekperimen Alat Penukar Pana untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompreor AC ebagai Pemana Air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah

Lebih terperinci

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 ISSN 5-9063 Volume 5, Nomor, Tahun 06 PENGARUH E-MODUL BERBASIS SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN ANIMASI 3 DIMENSI (STUDI KASUS : KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 3

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci